makalah kelompok 10_ohsas 18001

61
OHSAS 18001 Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Disusun oleh: Ismadiar Rachmatantri 21080110110020 M. Haris Sutrisman 21080110110010 Novita Kusuma Wardhani 21080110120034 Anadya Khaerina 21080110130044 Meirianti Zulfa C. P. 21080110130056 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: anadya-khaerina

Post on 24-Oct-2015

587 views

Category:

Documents


85 download

TRANSCRIPT

OHSAS 18001Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun oleh:

Ismadiar Rachmatantri 21080110110020

M. Haris Sutrisman 21080110110010

Novita Kusuma Wardhani 21080110120034

Anadya Khaerina 21080110130044

Meirianti Zulfa C. P. 21080110130056

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan judul “OHSAS 18001”

ini dengan baik dan tepat waktu.

Terimakasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang telah memberikan tugas makalah ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan

terimaksih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak dan tak ada sesuatupun didunia ini yang

sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan penulis

mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga di lain

kesempatan penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, Desember 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

1.4 Manfaat.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

2.1 Definisi OHSAS 18001.....................................................................................................6

2.2 Tujuan Organisasi Menerapkan OHSAS 18001...............................................................7

2.3 Manfaat Pendaftaran OHSAS 18001................................................................................7

2.4 Proses Pendaftaran Sertifikasi OHSAS 18001..................................................................8

2.5 Persyaratan-persyaratan OHSAS 18001...........................................................................9

2.6 Tahap Penerapan OHSAS 18001....................................................................................31

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................43

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut

dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.

Kesehatan berasal dari kata sehat yang artinya tidak mengalami suatu penyakit.

Kerja adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sesuatu produk,

jadi kesehatan kerja adalah suatu keadaan dimana kesehatan pekerja, lingkungan kerja dan

hasil kerja yang dihasilkan kondisinya sehat.

Maka dapat disimpulkan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan

suatu ilmu yang membahas tentang kesehatan dan keselamatan pekerja, lingkungan kerja,

dan hasil kerja.

Salah satu tujuan dari pelaksanaan K3 di setiap organisasi adalah menciptakan

kondisi kerja yang aman dan sehat. Agar tercipta kondisi kerja yang aman dan sehat, setiap

organisasi harus dapat mewujudkan Sistem Manajemen K3 secara efektif dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada.

Demi mewujudkan Sistem Manajemen K3 yang efektif dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ada sehingga menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para

tenaga kerja dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan resiko

K3 yang menyertai aktifitas-aktifitas yang ada, maka diterbitkan suatu standar internasional

untuk Sistem Manajemen K3 yaitu OHSAS 18001.

OHSAS 18001 merupakan standar internasional yang mencakup struktur

organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya untuk

mengelola K3. OHSAS 18001 menjadi acuan organisasi dalam memberikan pelayanan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi karyawannya dengan lebih efektif.

4

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan OHSAS 18001?

Siapa yang dapat menerapkan OHSAS 18001?

Apa tujuan suatu organisasi menerapkan OHSAS 18001?

Apa manfaat yang didapatkan oleh suatu organisasi yang menerapkan OHSAS 18001?

Bagaimana proses pendaftaran OHSAS 18001?

Apa saja persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam OHSAS 18001?

Bagaimana tahapan penerapan OHSAS 18001?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengkaji OHSAS 18001.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan mengenai

OHSAS 18001.

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi OHSAS 18001

OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). OHSAS 18001 yang terbaru diterbitkan pada tahun

2007 dan menggantikan OHSAS 18001:1999. OHSAS 18001 dimaksudkan untuk mengelola

aspek K3 daripada keamanan produk.

OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk

kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas-aktifitas

karyawan dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.

Standar internasional ini dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan

untuk menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para karyawan dan pemegang

kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan resiko K3 menyertai aktifitas-

aktifitas yang ada.

Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang dipersyaratkan oleh OHSAS

18001 tersedia di tempat penggunaan yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih

baik sistem manajemen terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini.

Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur

manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas, sasaran

perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur

untuk penilaian resiko. Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen,

pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3.

6

2.2 Tujuan Organisasi Menerapkan OHSAS 18001

Adapun tujuan diterapkannya OHSAS 18001 yaitu:

1. Menerapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi atau menghilangkan resiko

kecelakaan dan keselamatan terkait aktifitas organisasi pada personil dan pihak lain yang

berkepentingan.

2. Menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen K3

3. Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat sendiri oleh

organisasi

4. Menunjukkan kesesuaian dengan standar OHSAS ini dengan cara:

a. Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan

standar OHSAS ini)

b. Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak

yang berkepentingan seperti pelanggan.

c. Mendapat pengakuan untuk menguatkan deklarasi (point a) dari pihak ketiga.

d. Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3

Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan

kerja, dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan

(asuransi dan sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak lingkungan.

2.3 Manfaat Pendaftaran OHSAS 18001

Manfaat yang akan didapatkan jika sebuah organisasi melakukan pendaftaran OHSAS 18001

yaitu :

Memperoleh kepuasan pelanggan – melalui pengiriman produk yang secara konsisten

memenuhi persyaratan pelanggan disertai perlindungan terhadap kesehatan dan properti

para pelanggan.

7

Mengurangi ongkos-ongkos operasional – dengan mengurangi kehilangan waktu kerja

karena kecelakaan dan penurunan kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan

dengan biaya dan kompensasi hukum.

Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan – dengan

perlindungan pada kesehatan dan properti karyawan, para pelanggan dan rekanan

Memenuhi persyaratan kepatuhan hukum – dengan pemahaman bagaimana persyaratan

suatu peraturan dan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh tertentu pada

suatu organisasi dan para pelanggan.

Mengalami peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko – melalui pengenalan

secara jelas pada kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penerapan pada pengendalian

dan pengukuran.

Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan – dibuktikan

dengan adanya verifikasi pihak ketiga yang independen pada standar yang diakui.

Memiliki kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis – khususnya spesifikasi

pengadaan yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan.

2.4 Proses Pendaftaran Sertifikasi OHSAS 18001

Proses pendaftaran sertifikasi OHSAS 18001 yaitu sebagai berikut :

Aplikasi permohonan pendaftaran dilakukan dengan melengkapi kuestioner SMK3

Audit OHSAS 18001 dilaksanakan oleh NQA – terdiri dari dua kunjungan audit pokok

dengan menggunakan formulir Audit Sertifikasi Awal Permohonan pendaftaran

disetujui oleh NQA, berikut tahapan selanjutnya harus dilakukan oleh klien.

Pemeliharaan sertifikasi dikonfirmasikan melalui program Audit pengawasan (surveilans)

tahunan dan proses sertifikasi ulang setelah tiga tahun masa berlakunya sertifikasi

tersebut.

8

2.5 Persyaratan-persyaratan OHSAS 18001

1. Ruang Lingkup

Seri persyaratan penilaian keselamatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan

resiko-resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja K3 nya. Persyaratan ini tidak secara

khusus menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak memberikan

spesifikasi detil tentang sistem manajemen.

2. Publikasi yang menjadi acuan

Beberapa standar yang memberikan informasi atau panduan yang berkaitan dengan stndar

OHSAS 18001 ini:

OHSAS 18002, sistem manajemen K3 - panduan untuk penerapan OHSAS 18001

International Labour Organization:2001, Panduan sistem manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja.

3. Istilah dan Definisi

Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digukan dalam dokumen

OHSAS 18001 ini :

3.1 Resiko yang dapat diterima

Resiko yang telah diturunkan hingga mencapai tingkat yang dapat ditoleransi

dengan mempertimbangkan peraturan legal dan kebijakan organisasi K3.

9

3.2 Audit

Proses sistematik, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti audit

dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit

terpenuhi.

Catatan 1: Independen tidak berarti harus pihak dari luar organisasi. Dalam banyak kasus,

khususnya di organisasi kecil, independensi dapat berarti bebas dari tanggung jawab

terhadap aktifitas yang diaudit.

Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut tentang bukti audit dan kriteria audit, lihat ISO

19011.

3.3 Peningkatan berkelanjutan

Proses berulang untuk meningkatkan sistem manajemen K3 untuk mencapai

peningkatan dalam kinerja K3 secara keseluruhan yang selaras dengan kebijakan K3

organisasi.

Catatan 1 Proses Peningkatan tidak perlu dilakukan di semua area secara bersamaan.

Catatan 2 Definisi diatas disadur dari ISO 14001:2004

3.4 Tindakan koreksi

Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian atau situasi yang tidak

diinginkan yang terdeteksi.

Catatan 1 Bisa saja ada lebih dari satu penyebab ketidaksesuaian.

Catatan 2: Tindakankoreksi adalah tindakan yang diambil untuk mencegah terulangnya

kejadian sedangkan tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya kejadian

(yang belum terjadi).

10

3.5 Dokumen

Informasi dan media pendukungnya.

Catatan: Media dapat berupa kerjtas, magnetik, CD, foto atau sample master atau kombiasi

dari hal hal tersebut.

3.6 Bahaya (hazard)

Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera atau penyakit atau

kombinasi keduanya terhadap manusia.

3.7 Identifikasi bahaya

Proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan sifat-safatnya.

3.8 Penyakit

Kondisi fisik atau mental yang memburuk yang dapat diketahui yang muncul dari

dan/atau diperburuk oleh aktifitas dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan

dengan pekerjaan.

3.9 Insiden

Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi cidera

atau penyakit (terlepas dari tingkat bahayanya) atau terjadinya kematian.

Catatan 1: Kecelakaan (accident) adalah insiden yang menyebabkan cidera, penyakit atau

kematian.

Catatan 2: Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera, penyakit atau kematian dapat

disebut nyaris terjadi (near miss), nyaris terkena (near hit, near call) atau kejadian

berbahaya.

11

Catatan 3: Suatu keadaan darurat merupakan suatu jenis insiden khusus.

3.10 Pihak-pihak terkait

Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja yang berkepentingan

atau yang dipengaruhi oleh kinerja K3 organisasi.

3.11 Ketidaksesuaian

Tidak terpenuhinya persyaratan

Catatan A: Ketidaksesuaian dapat berupa penyimpangan terhadap:

Standar kerja, prektek, prosedur, persyaratan legal yang terkait.

Persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3.

3.12 Keselamatan dan kesehatan kerja

Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi

kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja (termasuk pekerja sementara dan personal

kontraktor), pengunjung atau orang lain dalam lokasi kerja.

Catatan: Organisasi dapat terkena persyaratan legal tentang kesehatan dan keselamatan

orang diluar tempat kerja langsung, atau yang terkena dampak dan aktifitas di tempat kerja.

3.13 Sistem Manajemen K3

Bagian dari sistem manajemen organisasi untuk membangun dan menerapkan

kebijakan K3 dan mengelola resiko resiko K3.

Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan

untuk menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.

12

Catatan 2: Sistem manajemen mencakup struktur organisasi, aktifitas perencanaan

(termasuk, sebagai contoh, penilaian resiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab,

praktek-praktek, prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber daya.

Catatan 3: Diadopsi dari ISO 18001:2004

3.14 Sasaran K3

Sasaran terkait dengan kinerja K3 yang ditetapkan organisasi untuk dicapai.

Catatan 1: Sasaran harus quantitatif sejauh memungkinkan.

Catatan 2: Klausul 4.3.3 mensyaratkan bahwa sasaran K3 konsisten dengan kebijakan K3.

3.15 Kinerja K3

Hasil terukur dari pengelolaan organisasi terhadap resiko-resiko K3.

Catatan 1: Pengukuran Kinerja K3 mencakup pengukuran dan efektifitas dari pengendalian

yang dilakukan organisasi.

Catatan 2:Dalam konteks sistem manajemen K3, hasil dapat diukur terhadap kebijakan K3,

Sasaran K3 dan persyaratan kinerja K3 yang lain.

3.16 Kebijakan K3

Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi terkait dengan kinerja K3 dan

secara formal diungkapkan oleh manajemen puncak.

Catatan1: Kebijakan K3 memberi kerangka untuk melakukan tindakan dan untuk

menetapkan sasaran K3.

13

3.17 Organisasi

Perusahaan, korporasi, firma, kelompok perusahaan, lembaga, instituis atau

kombinasi dari hal tersebut, kelompok atau bukan, publik ataupun pribadi yang mempunyai

fungsi dan adminsitrasi sendiri.

Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, unit operasi tunggal dapat

disebut sebagai organisasi.

3.18 Tindakan Pencegahan

Tindakan untuk menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang potensial

terjadi atau situasi atau kondisi yang tidak diinginkan yang potensial terjadi.

Catatan 1: Penyebab ketidak sesuaian potensial bisa saja lebih dari 1

Catatan 2: Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya suatu kejadian (yang

belum terjadi) sedang tindakan koreksi diambil untuk mencegah terulangnya kejadian (yang

sudah terlanjur terjadi).

3.19 Prosedur

Cara untuk melakukan aktifitas atau untuk melakukan proses.

3.20 Catatan

Dokumen yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas yang

dilakukan atau menggambarkan bukti dari aktifitas yang dilakukan.

3.21 Resiko

Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berbahaya

atau yang mengakibatkan bahaya dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang

diakibatkan.

14

3.22 Penialian resiko

Proses untuk mengavaluasi resiko yang muncul dari suatu bahaya, dengan

mempertimbangkan kelayakan kontrol yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut

dapat diterima atau tidak.

3.23 Area kerja

Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan dilakukan dibawah

kontrol organisasi.

Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk ‘area kerja', organisasi perlu

mempertimbangkan dampak K3 terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan

atau transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan pesawat terbang, kapal laut ataupun

kerena), bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.

4.1 Persyaratan Umum

Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan

meningkatkan secara berkelanjutan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) sesuai dengan persyaratan standar OHSAS ini dan menentukan bagaimana sistem

tersebut memenuhi persyaratan ini.

Organisasi harus menentukan dan mendokumentasikan lingkup sistem manajemen K3-nya.

4.2 Kebijakan K3

Manajemen puncak harus menetapkan dan mengesahkan kebijakan K3 dan

menjamin bahwa kebijakan tersebut:

a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 yang ada di organisasinya masing-masing

b. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan dan berkurangnya kesehatan

secara berkelanjutan meningkatkan sistem manajemen K3 dan kinerja K3.

15

c. Mencakup komitmen untuk paling tidak sesuai persyaratan legal yang berlakudan

dengan persyaratan lain

d. Memberi kerangka untuk penetapan dan peninjauan sasaran K3;

e. Di dokumentasikan, diterapkan dan dipelihara

f. Di komunikasikan ke semua orang yang bekerja dibawah kontrol organisasi agar

mereka menyadari kewajiban individual mereka terkait K3;

g. Terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan

h. Di tinjau secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan

tepat bagi organisasi

4.3 Perencanaan

4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan kontrol

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedure

untuk identifikasi bahaya secara berkelanjutan, penilaian resiko dan penentuan kontrol-

kontrol yang diperlukan.

Prosedur-prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus

mempertimbangkan:

a. Aktifitas rutin dan non-rutin

b. Aktifitas dari semua orang yang mempunyai akses ke lokasi kerja (termasuk

kontraktor dan pengunjung)

c. Perilaku orang, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.

d. Bahaya yang telah teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat

merugikan kesehatan dan keselamatan orang-orang di lokasi kerja.

e. Bahaya bagi lingkungan sekitar lokasi kerja yang dihasilkan oleh aktifitas-aktifitas

dari lokasi kerja

Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek lingkungan.

16

f. Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh

organisasi maupun oleh pihak lain;

g. Perubahan-perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, aktifitas atau

material.

h. Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan akibat

dari perubahan tersebut bagi operasi, proses dan aktifitas;

i. Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian resiko dan penerapan kontrol yang

diperlukan;

j. Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan

pengaturan kerja, termasuk penyesuaiannya dengan kemampuan manusia

Metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus:

a. Ditentukan lingkupnya, sifatnya, waktunya untuk menjamin agar identifikasi bahaya

dan penilaian resiko dilakukan secara pro-aktif, bukan reactif; dan

b. Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi resiko, dan

penerapan kontrol dengan layak.

Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3

yang berhubungan dangan perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem manajemen

atau aktifitas sebelum perbuahan-perubahan tersebut diberlakukan.

Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan dalam

menentukan kontrol.

Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral yang sudah ada, harus

dipertimbangkan untuk menurunkan resiko menurut hirarki sebagai berikut:

a. Penghilangan

b. Penggantian

c. Kontrol secara teknis

d. Pemberian tanda dan/atau kontrol administatif

e. Pemakaian peralatan pelindung

17

Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya, penilaian resiko dan

kontrol yang ditentukan dan menjaga dokumentasi tersebut tetap up-to-date.

Organisasi harus menjamin agar resiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan

dipertimbangkan dalam menngembangkan, menerapkan dan memelihara sistem

manajemen K3.

Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut mengenai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan

penentuan kontrol, lihat OHSAS 18002.

4.3.2 Persyaratan Legal dan Persyaratan Lainnya.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mengidentifikasi dan mengakses persyaratan-persyaratan legal K3 dan lainnya yang

berlaku bagi organisasi masing masing.

Organisasi harus menjamin agar persyaratan-persyaratan tersebut dipertimbangkan

dalam menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3-nya.

Organisasi harus menjaga agar informasi tersebut (persyaratan-persyaratan K3)

tetap up-to-date.

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan terkait persyaratan-

persyaratan K3 tersebut kepada personil-personil yang bekerja dalam kontrol organisasi

dan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan.

4.3.3 Sasaran dan Program

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sasaran terkokumentasi

yang terdokumentasi, pada fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi.

Sasaran harus terukur, sejauh memungkinkan, dan konsisten dengan kebijakan K3,

termasuk komitmen untuk mencegah terjadinya luka atau masalah kesehatan, untuk

18

sesuai dengan persyaratan legal dan persyaratan lainnya yang berlaku dan untuk

peningkatan berkelanjutan.

Saat menentukan dan meninjau sasaran, organisasi harus mempertimbangkan

persyaratan-persyaratan legal dan persyaratan lainnya dan resiko-resiko K3. Organisasi

juga harus mempertimbangkan pilihan-pilihan teknologi yang tersedia, masalah finansial,

operasioan dan persyaratan-persyaratan bisnis, dan pandangan-pandangan dari pihak-

pihak yang berkepentingan.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara program-program

untuk mencapai sasaran. Minimal, program harus mencakup:

a. Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai sasaran-sasaran pada

fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi, dan

b. Cara dan kerangka waktu sasaran tersebut akan dicapai.

Program-program harus ditinjau secara berkala pada interval yang terencana, harus di

sesuaikan bila diperlukan untuk menjamain sasaran-sasaran tersebut dapat tercapai.

4.4 Penerapan dan operasi

4.4.1 Sumber daya, peranan, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewenangan.

Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab tertinggi untuk K3 dan

sistem manajemen K3.

Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya dengan cara:

a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan,

memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3.

Catatan 1: Sumber daya mencakup sumber daya manusia dan skil khusus, infrastruktur,

teknologi dan finansial.

19

b. Menentukan peranan, mengalokasikan penanggung jawab dan akuntabilitas, dan

mendelegasikan kewenangan untuk memfasilitasi manajemen K3. Peranan,

tanggung jawab dan akuntabilitas, dan kewenangan harusdikokumnetasikan dan

dikomunikasikan.

Organisasi harus menunjuk anggota dan manajemen puncak dengan tanggung

khusus untuk K3, yang mempunyai peranan dan tangung jawab untuk (diluar tanggung

jawab lainnya):

a. Menjamin bahwa sistem manajemen K3 ditetapkan, diterapkan dan dipelihara

sesuai dengan standar OHSAS ini.

b. Menjamin agar laporan-laporan terkait kinerja sistem manajemen K3 di berikan

kepada manajemen puncak untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar

peningkatan sistem manajemen K3.

Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar, misalnya, anggota

komite eksekutif atau dewan eksekuit) dapat mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada

wakil manajemen di bawah mereka dengan tetap mempertahankan akuntabilitas.

Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua

orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi.

Semua yang mempunyai tanggung jawab manajemen harus menunjukkna

komitmen mereka untuk peningkatan secara berkelanjutan kinera K3.

Organisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi kerja mengambil tanggung

jawab terhadap aspek-aspek K3 yang berada dalam kontrol mereka dan taat kepada

persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku.

4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran

Organisasi harus menjamin agar semua orang yang bekerja di bawah kontrol

organisasi, yang melakukan pekerjaan yang dapat berdampak kepada K3 adalah orang-

20

orang yang berkompeten dilihat dari pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Organisasi

harus menyimpan catatan-catatan terkait kompetensi tersebut.

Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terkait dengan resiko K3

dan terkait sistem manajemen K3.  Organisasi harus memberikan pelatihan atau tindakan

lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mengevaluasi efektifitasnya dan menyimpan

catatan-catatan terkait.

Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

membuat orang-orang yang bekerja di bawah kontrol organsiasi sadar akan:

a. Konsekuensi K3, baik aktual maupun potensial dari aktifitas dan perilaku mereka

dan keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kinerja personal.

b. Peranan dan tanggung jawab serta pentingnya mencakai kesesuaian dengan

kebijakan dan prosedur-prosedur K3 dan dengan persyaratan-persyaratan sistem

manajemen K3, termasuk persyaratan mengenai kesiapan dan tanggap darurat.

c. Konsekuensi potensial bila mengabaikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam hal:

a. Tanggung jawab, kemampuan, bahasa dan tulisan

b. Resiko

4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi

4.4.3.1 Komunikasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

a.       Komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi

b.      Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lokasi kerja lain.

21

c.       Menerima, mendokumentasi dan menanggapi komunikasi yang relevan dari

pihak-pihak luar yang berkepentingan

4.4.3.2 Partisipasi dan konsultasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

a.       Partisipasi para pekerja melalui:

Keterlibatan yang cukup dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko dan

dalam penetapan kontrol

Keterlibatan yang cukup dalam investigasi kecelakaan

Keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan sasaran

K3.

Konsultasi bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka

Keterwakilan dalam urusan-urusan menyangkut K3

b.      Konsultasi dengan kontraktor bila ada perubahan-perubahan yang

mempengaruhi K3 mereka.

Organisasi harus menjamin bahwa, bila dianggap perlu, pihak-pihak luar yang

berkepentingan dan relevan dikonsultasikan mengenai hal-hal terkait dengan K3.

4.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi sistem manajemen K3 harus mencakup:

a.       Kebijakan dan sasaran K3

b.      Penjelasan tentang lingkup sistem manajemen K3

22

c.       Elemen-elemen utama sistem manajemen K3 dan interaksinya, dan acuan-acuan

dokumennya.

d.      Dokumen, termasuk catatan, yang diperlukan oleh standar K3 ini.

e.      Dokumen, termasuk catatan, yang dianggap perlu oleh organisasi untuk menjamin

perencanaan, operasi dan kontrol proses yang efektif terkait dengan manajemen dan

resiko K3.

Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas, bahaya dan

resiko yang ada, dan dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas dan efisiensi.

4.4.5 Pengendalian dokumen

Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh standar OHSAS ini harus

dikontrol. Catatan adalah type khusus dokumen dan harus dikontrol sesuai dengan klausul

4.5.4.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

a.       Penyetujuan kelayakan dokumen sebelum diterbitkan

b.      Peninjauan dan pembaharuan bila diperlukan dan penyetujuan ulang

c.       Menjamin bahwa perubahan dan status revisi terbaru dokumen teridentifikasi

(diketahui)

d.      Menjamin bahwa versi yang relevandari dokumen yang berlaku tersedia di lokasi

penggunaan

e.      Menjamin bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan dikenali dengan mudah

23

f.        Menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar, yang ditentukan oleh organisasi

perlu untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen K3-nya, diidentifikasi dan

distribusinya dikontrol

g.       Mencegah penggunaan yang tidak diinginkan dokumen-dokumen yang kadaluarsa dan

melakukan penandaan dengan cara yang tepat bila dokumen kadaluarsa tersebut di simpan

untuk tujuan tertentu.

4.6 Kontrol operasional

Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang

telah teridentifiasi,. Semua operasi dan aktifitas tersebut memerlukan kontrol untuk

penanganan resiko K3. Perubahan-perubahan terhadap aktifitas dan operasi tersebut juga

harus diatur.

Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan memelihara:

a.       Kontrol operasional yang dapat diterapan. Organisasi harus mengintegrasikan kontrol

operasional dalam sistem manajemen K3 secara keseluruhan.

b.      Kontrol terkait dengan barang-barang, peralatan dan jasa yang dibeli,

c.       Kontrol terkait kontraktor dan pengunjung lain ke lokasi kerja

d.      Prosedur terdokumentasi, diperlukan bila dianggap bahwa ketiadaan prosedur dapat

membuat penyimpangan terhadap kebijakan dan sasaran K3,

e.      Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat penyimpangan

terhadap kebijakan dan sasaran K3.

4.4.7 Kesiapan dan tanggap darurat

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur

24

a.       Untuk mengidentifikasi situasi darurat yang potensial

b.      Untuk menanggapi situasi darurat tersebut

Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan mencegah atau mengurangi

Konsekuensi K3 yang merugikan.

Dalam merencanakan tanggap darurat organisasi harus mempertimbangkan pihak-pihak

terkait yang relevan, seperti layanan darurat dan tetangga.

Organisasi juga harus menguji prosedur tanggap darurat secara berkalai dengan, bila

memungkinkan, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.

Organisasi harus meninjau prosedur tersebut secara berkala dan melakukan perubahan-

perubahan bila diperlukan, khususnya setelah pengujian prosedur dan setelah terjadinya

situasi darurat (lihat 4.5.3)

4.5 Pemeriksaan

4.5.1 Pengukuran dan pemantauan kinerja

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan

mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur tersebut harus memberi aturan tentang:

a.       Ukuran qualitative dan quantitatie yang sesuai dengan kebutuhan organisasi

b.      Pemantauan tingkat pencapaian sasaran K3

c.       Pemantauan efektifitas dari kontrol (baik untuk kesehatan maupun keselamatan)

d.      Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan program-

program K3, kontrol dan kriteria operasional

25

e.      Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang buruk,

insiden (termasuk kecelakaan dan ‘nyaris kecelakaan', dll.) dan bukti-bukti historis lain

tentang kurang baiknya kinerja K3

f.        Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk

dijadikan bahan analisa tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.

Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja, organisasi

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengkalibras dan memelihara peralatan

tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan.

4.5.2 Evaluasi kesesuaian

4.5.2.1 Konsistem dengan komitmen organisasi untuk sesuai dengan persyaratan legal dan

persyaratan lian terkait K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur untuk mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal K3 secara berkala (lihat

4.3.2)

Organisasi harus menyimpan catatan-catatan hasil dari evaluasi berkala tersebut.

Catatan: frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap perayratan legal K3.

4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang berlaku

bagi organisai (lihat 4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi

kesesuaian terhadap persyaratan legal yang disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat

prosedur yang terpisah.

Organisasi harus menyimpat catatan hasil evaluasi.

Catatan: Frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap persyaratan

26

4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan

4.5.3.1 Investigasi insiden

Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat,

menginvestigasi dan menganalisa insiden untuk:

a.       Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan faktor lain yang dapat

menyebabkan atau memberi kontribusi terjadinya insiden.

b.      Mengidentifikasi kebutuhan tindakan koreksi

c.       Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan

d.      Mengkomunikasikan hasil dari investigasi.

e.      Investigasi harus dilakukan tepat waktu.

Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk tindakan pencegahan harus ditangani

sesuai dengan klausul 4.5.3.2

4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani

ketidaksesuaian aktual dan potensial dan untuk melakukan tindakan koreksi dan tindakan

pencegahan. Prosedur harus menetapkan aturan untuk:

a.       Mengidentifikasi dan mengkoreksi ketidaksesuaian dan melakukan tindakan untuk

meminimalkan Konsekuensi K3.

b.      Menginvestigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab-penyebabnya dan melakukan

tindakan untuk menghindari terulangnya kejadian.

27

c.       Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian dan menerapkan

tindakan yang layak untuk menghindari kejadian.

d.      Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindaka koreksi dan tindakan pencegahan.

e.      Meninjau efektifitas tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil.

Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya bahaya baru

atau bahaya yang berubah atau dibutuhkan kontrol baru atau perubahan kontrol, prosedur

harus mensyaratkan agar penilaian resiko dilakukan sebelum tindakan diterapkan.

Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menhilangkan penyebab dari

ketidaksesuaian aktuan dan potensial harus layak sesuai dengan tingkat permasalahan dan

sepadan dengan resiko K3 yang dihadapi.

Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena dilakukannya tindakan

koreksi dan tindakan pencegahan disertai dengan perubahan dokumentasi sistem manajemen

K3 yang diperlukan.

4.5.4 Pengendalian catatan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan-catatan yang diperlukan untuk

menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3 organisasi

dan terhadap standar OHSAS ini, dan untuk menunjukkan hasil-hasil yang dicapai.

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mengidentifikasi, menyimpan, melindungi, mengakses dan membuang catatan.

Catatan harus dijaga agar tetap dapat terbaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri.

28

4.5.5 Audit internal

Organisasi harus menjamin agar audit internal terhadap sistem manajemen K3 dilakukan

berkala dan terencana untuk:

a.       Menentukan apakan sistem manajemen K3:

a.       Sesuai dengan pengaturan sistem K3 yang telah direncanakan dan dengan persyaratan

standar OHSAS ini.

b.      Telah diterapkan dengan tepat dan dipelihara, dan

c.       Efektif memenuhi sasaran dan kebijakan organisasi.

b.      Memberikan informasi hasil audit kepada manajemen.

Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh organisasi,

didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktifitas-aktifitas organisasi dan pada hasil audit

sebelumnya.

Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, mencakup:

a.       Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan pelaksanaan

audit, pelaporan hasil audit dan penyimpanan catatan terkait.

b.      Penentuan kriteria audit, lingkup, frekwensi dan metoda.

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan  impartiality (tidak

berat sebelah) proses audit.

29

4.6 Tinjauan manajemen

Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana,

untuk menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup

penilaian peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemenK3,

termasuk kebijakan K3 dansasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus dipelihara.

Masukan tinjauan manajemen harus mencakup:

a.       Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal dan

persyaratan lain yang berlaku.

b.      Hasil dari partisipasi dan konsultasi (lihat 4.4.3)

c.       Komunikasi relevan dengan pihak luar yang berkepentingan, termasuk keluhan,

d.      Kinerja K3 organisasi,

e.      Tingkat pencapaian sasaran

f.        Status investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan,

g.       Tindaklanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya,

h.      Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan persyaratan lain

terkait K3, dan

i.         Usulan-usulan untuk peningkatan.

30

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk

peningkatan berkelanjutan dan harus mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan

terkait kemungkinan perubahan dalam hal:

a.       Kinerja K3,

b.      Sasaran dan kebijakan K3,

c.       Sumberdaya, dan

d.      Elemen-elemen lain dari sistem manajemen K3.

Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses) untuk proses

komunikasi dan konsultasi (lihat 4.4.3)

2.6 Tahap Penerapan OHSAS 18001

1. Membuat Kebijakan K3

Tiga komitmen yang harus ada dalam kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 adalah

komitmen untuk mencegah cidera dan gangguan kesehatan, peningkatan berkelanjutan

dan mencapai kesesuaian dengan persyaratan yang berlaku terkait K3.

Tentu, kebijakan harus sesuai dengan sifat dan skala resiko keselamatan dan kesehatan

kerja di organisasi yang tentu berbeda-beda.

2. Membentuk team

Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu

dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang

dilakukan organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya,

menentukan pengendalian dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan

pengetahuan dan pertimbangan dari beberapa pihak. Itulah perlunya team. Anggota team

paling tidak merepresentasikan semua fungsi dalam organisasi, perwakilan pihak

31

manajemen dan juga perwakilan dari karyawan . Baik sekali bila juga melibatkan serikat

pekerja.

3. Pelatihan dasar

Pelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas

selanjutnya terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus

dibekali dengan pemahaman yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung

dalam OHSAS-18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya,

aspek-aspek keselamatan yang relevan dengan aktifitas organisasi.

4. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya

Bahaya keselamatan bisa datang dari berbagai aktifitas yang dilakukan organisasi,

penggunaan peralatan, ataupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi.

Semuanya harus dinilai untuk menentukan tingkat resikonya terhadap pekerja.

Tahap pertama adalah identifikasi bahaya. Untuk organisasi yang sudah menerapkan

ISO-9001 dan/atau 14001, akan lebih mudah bila identifikasi bahaya dilakukan dengan

melihat proses-proses yang dilakukan. Ini tentunya ada dalam manual mutu. Hanya

langkah awal, untuk selanjutnya akan ada pengembangan-pengembangan karena biasanya

tidak semua proses dalam organisasi dicantumkan dalam manual mutu. Selanjutnya,

masih dalam tahap identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian secara lebih

mendalam dari proses-proses, bisa dengan aktifitas semacam safety tour, melihat proses

dari dekat: alat yang digunakan, bagaimana melakukan, dalam kondisi apa dilakukan dan

sebagainya. Selain itu, perlu juga dilihat catatan-catatan kecelakaan yang pernah terjadi,

catatan-catatan nyaris celaka (near miss) dan masukan-masukan dari karyawan terkait.

Tahap kedua, setelah berbagai bahaya teridentifikasi, dilakukan penilaian resiko dari

setiap bahaya. Cara yang paling sederhana adalah memberi skala kuantitatif untuk 2

parameter: tingkat bahaya (severity): dari 'tidak mengakibatkan apa-apa' sampai

'mengancam hilangnya nyawa' dan tingkat kemungkinan (probability): dari 'tidak

mungkin terjadi' sampai 'hampir pasti terjadi'. Kedua parameter tersebut lalu dikalikan

untuk membentuk angka resiko.

32

Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu bahaya:

What-if Analysis

HAZOP (Hazard and Operability Study)

FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

FTA (Fault Tree Analysis)

ETA (Event Tree Analysis

dan sebagainya.

5. Menetapkan pengendalian operasional.

Setelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya

adalah menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan

kepada bahaya dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan

prioritas. Sejauh memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah

menghilangkan resiko. Pilihan terakhir adalah penggunaan peralatan-peralatan pengaman.

Perlu diingat bahwa pilihan 'menghilangkan resiko' selalu terkait dengan perubahan suatu

aktifitas, entah cara kerja, entah disain mesin / peralatan, entah material. Pilihan ini tentu

wajib melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dalam perancangan proses.

6. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan

K3,

Pertama organisasi harus menentukan cara bagaimana mengakses/memperolah

persyaratan-persyaratan legal terkait K3. Kedua organisasi harus memilah mana

persyaratan-persyaratan yang harus diberlakukan. Ada puluhan persyaratan K3 yang

dikeluarkan pemerintah, dari yang bersifat umum untuk semua organisasi sampai yang

membahas suatu pekerjaan dan hal-hal yang spesifik yang relevan hanya bila organisasi

mempunyai suatu aktifitas tertentu saja.

33

7. Menetapkan sasaran dan program

Dasar dari penetapan sasaran adalah persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku dan tingkat

resiko dari bahaya yang ada.  Sasaran kinerja bisa terkait lagging  indicator (hasil akhir

yang ingin dicapai) seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan

tingkat kecelakaan dalam proses produksi, Penurunan tingkat kecelakaan terkait listrik

dan sebagainya, bisa juga terkait leading indicator, yaitu apa yang membuat suatu lagging

indicator menurun seperti peningkatan kompetensi K3 karyawan, kesesuaian

pemeliharaan peralatan listrik dengan jadwal dan sebagainya.

Program adalah rencana kerja untuk mencapai sasaran mencakup apa harus dilakukan,

siapa yang melakukan, kapan harus dilakukan dan diselesaikan. Program harus ditinjau

secara berkala.

8. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem

manajemen K3.

Fokus tentu saja harus diberikan pada sumber daya yang diperlukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada.

Masalah keselamatan adalah tanggung jawab semua pihak. Top level management

memberikan komitmen dan sumber daya, tetapi yang menjalankan sistem adalah

karyawan di semua tingkatan. Tanggung jawab dan wewenang diperlukan agar setiap

fungsi memahami dengan jelas apa yang menjadi tanggung jawabnya terkait dengan K3.

Contoh tanggung jawab terkait K3:

Manager:

- Mengorganisasikan pekerjaan di departemennya dan menjamin pekerjaan dilakukan

dengan cara yang aman

- Berkonsultasi dengan karyawan terkait masalah-masalah K3

- Memeriksa dan menyetujui aturan-aturan terkait K3

- Merencanakan peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan kerja

- Menjadi anggota dalam komite K3

- Memimpin dengan memberi contoh

34

9. Menunjuk Management Representative

Tugas utama MR dalam sistem manajemen K3 sama saja dengan MR di sistem

manajemen mutu maupun lingkungan: menjamin sistem diterapkan dan diperlihara dan

melaporkan kinerja sistem kepada pihak menajemen. Tambahan yang menarik dalam

OHSAS-18001 adalah bahwa identifitas dari MR ini harus tersedia bagi semua orang

yang berkerja dibawah kontrol organisasi. Tentu persyaratan ini ada maksudnya,

misalnya: Bila ada suatu masalah mendesak dan keterlibatan seseorang yang dapat

mengambil suatu keputusan, maka setiap orang tahu siapa orang yang harus dihubungi.

10. Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara

lain

Kompetensi apa yang dibutuhkan?

Pengetahuan dasar tentang sistem manajemen K3, khususnya untuk team yang

merancang sistem.

Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilai resiko dari bahaya,

untuk team yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan ini.

Pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan yang spesifik yang sesuai dengan

aktifitas yang ada dalam organisasi. Misalanya, aktifitas yang melibatkan bahan-

bahan berbahaya dan beracun, aktifitas transportasi, aktifitas di ketinggian

(umumnya untuk organisasi jasa konstruksi) dan banyak lagi lainnya aktifitas

yang spesifik.

Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai resiko

bahaya, sesuai dengan prosedur atau kontrol operasional yang ditetapkan, untuk

personil yang melakukan pekerjaan tersebut.

Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan kondisi darurat

Pengetahuan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku, untuk satu atau

beberapa orang yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi pemenuhan

persyaratan-persyaratan tersebut.

35

11. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3.

Persyaratan ini similar dengan ISO-14001 (terkait prosedur pengembangan kesadaran

lingkungan). Dalam ISO-9001 juga ada persyaratan demikian tetapi tidak mencantumkan

kebutuhan adanya prosedur.

Membangun kesadaran selalu penting tapi bukanlah pekerjaan yang mudah. Membangun

kesadaran berarti merubah apa yang ada dalam kepala orang. Tadinya orang percaya

bahwa A adalah benar, kita ingin agar kepercayaannya berubah: B lah yang benar. Atau,

tadinya orang tidak terlalu percaya bahwa B adalah penting, kita ingin mereka percaya

bahwa B benar-benar penting. Kepercayaan atau belief inilah yang akhirnya akan

melahirkan kecenderungan perilaku.

Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk membangun kesadaran dan sebetulnya tidak dapat

dicakup dalam sebuah prosedur. Yang bisa dilakukan oleh organisasi adalah menentukan

berbagai upaya yang dapat menstimulir berkembangnya kesadaran tentang pentingnya

K3. Poster, penyebaran informasi perlu untuk 'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan

dan briefing-briefing perlu sebagai alat rational persuation. Keterlibatan karyawan dalam

beberapa bagian pekerjaan perencanaan aturan juga perlu untuk membangkitkan rasa

tanggung jawab yang muncul dari dalam diri sendiri. Dan yang tidak kalah penting,

adalah keteladanan. Sangat tidak mungkin bila, misalnya, seorang manajer ingin

membangun kepercayaan karyawan akan pentingnya K3 sementara dia sendiri tidak

menganggapnya penting.

12. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3

Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus

menentukan cara-cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal

organisasi. Misalnya, penggunaan bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan

informasi tentang kinerja sistem manajemen K3. Komunikasi dengan pihak eksternal

terkait K3 juga perlu diatur. Misalnya, siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana

menginformasikan aturan-aturan terkait K3 kepada kontraktor, siapa yang mewakili

organisasi untuk berhubungan dengan instansi terkait K3, bagaimana melibatkan

masyarakat sekitar dalam penanganan kondisi darurat.

36

13. Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi

Disini saya sengaja mengatakan hanya menetapkan, tanpa tambahan menerapkan karena

sesunggunhyna prosedur ini adalah prosedur yang berisi aturan tambahan untuk prosedur

yang lain: Identifikasi dan penialaian resiko bahaya, perencanaan kontrol, perencanaan

tanggap darurat dan lain-lain yang merupakan proses-proses inti dari sistem manajemen

K3. Dalam prosedur ini harus disebutkan bagaimana keterlibatan karyawan dibangun.

Misalnya, apakah dalam aktifitas-aktifitas tersebut diatas setiap karyawan yang terlibat

langsung dengan pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya diikutsertakan dalam

pembahasan (direct involvment), ataukah hanya perwakilannya saja yang diundang

(idirect involvement), apa peranan dari serikat kerja harus ditentukan dan sebagainya.

Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-

pihak karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang

dimaksud konsultasi disini adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan.

Mengapa OHSAS-18001 memunculkan persyaratan semacam ini? Jawaban yang

sederhana adalah karena pihak manajemen cenderung berpikir apa yang baik bagi bisnis

sedang karyawan di pihak lain memikirkan dalam tingkat yang lebih banyak aspek-aspek

keselamatan dan kesehatan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Persyaratan

tentang keterlibatan dan konsultasi dimaksudkan agar kedua pihak saling memahami

kedua kecenderungan tersebut.

15. Penyusunan manual K3.

Sebetulnya OHSAS-18001 tidak secara eksplisit mensyaratkan adanya manual tetapi

dokumen ini dapat digunakan untuk memuat kebijakan K3, lingkup sistem manajemen

K3 dan juga elemen-elemen inti yang terdapat dalam sistem serta acuannya ke dokuman-

dokumen lain.

16. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen

Ini tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem

manajemen lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian

dokumen yang sudah ada sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan

dalam sistem manajemen K3.

37

17. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat.

Proses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya

apa saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam

mengidentifikasi ini, organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga

pengalaman-pengalaman dari organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah

mereka alami yang dapat diambil pelajaran.

18. Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat.

Setelah organisasi mengidentifikasi kondisi darurat apa saya yang mungkin terjadi,

selanjutnya adalah merancang rencana tanggap darurat. Siapa harus melakukan apa pada

saat kondisi darurat terjadi dan bagaimana melakukannya. Prosedur ini harus

disimulasikan secara berkala untuk memelihara kesiapan setiap personil dalam

menghadapi kondisi darurat sekaligus ntuk menguji apakah prosedur dapat berjalan

dengan baik atau tidak, apakah prosedur perlu diperbaiki atau tidak, apakah perlu adanya

perubahan dalam pengaturan peralatan yang diperlukan atau tidak dan sebagainya.

38

19. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.

What you can't measure can't be improved. Itu kata pepatah mutu. Berlaku juga tentunya

untuk masalah keselamatan. Organisasi perlu menetapkan apa saja yang diukur, seberapa

sering dan bagaimana cara mengukurnya. Apa yang diukur bisa bersifat quantitatif, bisa

juga qualitatif. Quantitatif misalnya, jumlah kecelakaan yang terjadi, termasuk near miss,

parameter-parameter seperti tingkat kebisingan, getaran, jumlah pemakaian bahan

berbahaya (bila ditentukan untuk diturunkan) dan sebagainya. Qualitatif misalnya

penggunaan checklist-checklist untuk pemeriksaan kesesuaian dengan aturan K3,

kepatuhan karyawan dalam penggunaan peralatan keselamatan dan sebagainya.

Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk

mengukur tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable

yang mempengaruhi keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat

tersebut untuk menjamin kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam

prosedur kalibrasi yang biasanya sudah ada dalam sistem manajemen mutu.

20. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan

persyaratan terkait K3.

Persyaratan ini similar dengan persyaratan untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan

lingkungan dalam ISO-14001. Tentu, acuan dalam OHSAS-18001 adalah persyaratan dan

perundangan terkait K3.

21.Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insiden

Kecelakaan kerja harus dihindari. Kalaupun terjadi, kecelakaan harus dijadikan pelajaran

yang berharga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.

Apa yang harus diatur dalam investagsi insiden? Beberapa contoh: Siapa yang melakukan

investigasi, siapa yang harus diikut sertakan, informasi apa yang harus dikumpulkan

(siapa yang menjadi korban, dimana, bagaimana terjadinya kecelakaan, kondisi site

sebelum terjadinya kecelakaan), bagaimana mengumpulkan informasi tersebut, prosedur

apa yang sudah ada, bagaimana pelaporan harus dilakukan dan sebagainya. Intinya,

39

pengaturan investigasi kecelakaan dibuat agar investigasi kecelakaan dilakukan secara

sistematis dan dapat menjadi masukan yang berguna bagi perbaikan sistem.

22. Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan

Tahapan yang diperlukan dalam tindakan koreksi dan pencegahan sama saja, apapun

masalahnya, baik terkait mutu, lingkungan ataupun K3. Yang berbeda tentunya adalah

kejadian-kejadian yang men-trigger diperlukannya tindakan koreksi dan pencegahan:

Tahap identifikasi non-conformities. Prosedur ini dapat disatukan dengan prosedur yang

sudah ada dalam sistem manajemen mutu, dengan pengubahan lingkup dan penambahan

dalam tahap identifikasi masalah. Dalam tindakan koreksi terkait 'nonconformities' di

sistem manajemen K3, salah satu identifikasi masalah adalah terkait dengan proses

investigasi kecelakaan.

23.Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan

Prosedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-

9001. Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup

catatan-catatan terkait sistem manajemen K3.

40

24.Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3

Prinsip-prinsip audit dalam OHSAS-18001 sama dengan ISO-9001 maupun ISO-14001.

Organisasi tak perlu lagi membuat prosedur baru, cukup memperluas lingkup dari

prosedur yang sudah ada.

25.Melakukan tinjauan manajemen

Tinjauan manajemen dilakukan agar pihak manajemen mengetahui perkembangan dalam

sistem manajemen K3 yang telah dibangun. Pihak manajemen harus tahu hasil audit yang

telah dilakukan, kinerja sistem, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dan sebagainya.

Persyaratan tentang tinjauan manajemen juga similar dengan persyaratan dengan judul

yang sama dalam ISO-9001 dan ISO-14001. Yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah

bahwa pihak manajemen juga harus mengetahui bukti-bukti hasil dari partisipasi dan

konsultasi. Ini semacam penegasan bahwa partisipasi dan konsultasi (pertukaran ide dan

gagasan antar karyawan dan pihak manajemen) penting sekali dalam penerapan sistem

manajemen K3.

41

BAB III

KESIMPULAN

OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3).

Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan

kerja, dan tidak dimaksudkan untuk mencakup area lain seperti program kesehatan

karyawan (asuransi dan sebagainya), keamanan produk, kerusakan properti dan dampak

lingkungan.

Salah satu tujuan sebuah organisasi menerapkan OHSAS 18001 yaitu untuk menerapkan,

memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen K3.

Salah satu manfaat dari pendaftaran OHSAS 18001 adalah memperoleh kepuasa

pelanggan.

Untuk melakukan sertifikasi OHSAS 18001, harus melakukan pendaftaran terlebih

dahulu dan terdapat berbagai persyaratan-persyaratan.

Terdapat 25 tahap dalam menerapkan OHSAS 18001.

42

DAFTAR PUSTAKA

Climate Justice. 2012. World Summit on Sustainable Development.

(http://www.terranet.or.id/mitra/elsppat/dokumen/masukan1321.pdf, diakses 25 November

2012)

Rio +20 United Nations Conference on Sustainable Development. 2011.

(http://www.uncsd2012.org/about.html diakses 26 November 2012)

Sudarmadji. 2008. Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup, dan Otonomi Daerah.

(http://geo.ugm.ac.id/pembangunan-berkelanjutan-lingkungan-hidup/ diakses 27 November

2012)

43