makalah keanekaragaman ekosistem

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Begitu banyak jenis dan bentuk makhluk hidup di muka bumi ini . ada hewan yang mirip satu sama lain dan ada juga yang berbeda sama sekali. Semua ini dikarenakan oleh asal mula atau marga dari mana dia berasal, jenis tanah yang mereka pijak dan menjadi sumber kehidupannya, cuaca, dna masih banyak faktor lain yang menyebabkann keanekaragaman makhluk hidup ini. Begitu indah dan unik untuk kita pelaari. Oleh karena itu, kami merasa senang mendapatkan tugas materi keanekaragaman makhluk hidup dan persebarannya ini. B. Rumusan masalah Mengenal Biosper dan Mahluk hidup Bagaimana asal mula kehidupan di bumi ini ? Apa penyebab keanekaragaman makhluk hidup ? Bagaimana persebaran dan sejarah makhluk hidup? C. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan kami membuat makalah Ilmu Alam Dasar ini yang berjudul Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya adalah untuk mengetahui apa saja

Upload: chax-upset

Post on 09-Jul-2016

348 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

MAKALAH KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

BAB I

PENDAHULUAN

 A.    Latar Belakang

 Begitu banyak jenis dan bentuk makhluk hidup di muka bumi ini . ada hewan

yang mirip satu sama lain dan ada juga yang berbeda sama sekali. Semua ini

dikarenakan oleh asal mula atau marga dari mana dia berasal, jenis tanah yang mereka

pijak dan menjadi sumber kehidupannya, cuaca, dna masih banyak faktor lain yang

menyebabkann keanekaragaman makhluk hidup ini. Begitu indah dan unik untuk kita

pelaari. Oleh karena itu, kami merasa senang mendapatkan tugas materi

keanekaragaman makhluk hidup dan persebarannya ini.

 B.     Rumusan masalah

  Mengenal Biosper dan Mahluk hidup

  Bagaimana asal mula kehidupan di bumi ini ?

  Apa penyebab keanekaragaman makhluk hidup ?

  Bagaimana persebaran dan sejarah makhluk hidup?

C.    Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan kami membuat makalah Ilmu Alam Dasar ini yang berjudul

Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya adalah untuk mengetahui apa

saja keanekaragaman makhluk hidup di dunia ini dan apa saja penyebab dan tempat

penyebaran makhluk hidup yang ada di dunia ini.

Page 2: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Biosfer dan Makhluk Hidup

1.    Pengertian Biosfer

Biosfer adalah zona tipis di bumi dan di atas permukaan bumi yang tidak lebih dari

20 km tebalnya. Sampai saat ini, bumi merupakan satu-satunya tempat di alam dunia

yang diketahui terdapat kehidupan dan tempat makhluk hidup melangsungkan segala

aktivitas hidupnya. Makhluk hidup itu selalu berinteraksi dengan lingkungannya, yang

terdiri dari lingkungan tak hidup (abiotik) dan lingkungan hidup (biotik).

Biosfer terdiri dari sebagian lapisan atmosfer dan lapisan kulit bumi. Lapisan

atmosfer adalah merupakan lapisan udara di atas bumi membungkus bumi dengan gas-

gas dan terdiri dari 3 lapisan utama:

1.        Ionosfer     : (berada lebih dari 80 km di atas muka bumi).

2.        Stratosfer  : (berada pada 16 – 80 km di atas muka bumi).

3.        Troposfer   : (berada pada 0 – 16 km di atas muka bumi).

Troposfer adalah lapisan yang dinamis, di mana terdapat uap air yang dapat

membentuk awan dan hujan periodik. Sampai saat ini, baru diketahui bahwa makhluk

hidup hanya dapat beraktivitas di lapisan troposfer ini.

Lapisan kulit bumi terdiri dari dua bagian:

  Litosfer : merupakan bagian yang padat dari lapisan kulit bumi.

  Hidrosfer : merupakan bagian yang cari dari lapisan kulit bumi.

Seperti diketahui, makhluk hidup tinggal dan beraktivitas di kedua lapisan kulit bumi

tersebut. Jadi makhluk hidup hanya dapat beraktivitas pada lapisan troposfer dari

atmosfer, hidrosfer dan litosfer. Oleh karena itu, ketiga lapisan tersebut disebut dengan

lapisan biosfer.

2.      Sel Sebagai Unit Kehidupan

Sel merupakan unit kehidupan, baik dari segi struktural, pertumbuhan, reproduksi,

hereditas dan fungsional. Sel sebagai unit struktural maksudnya adalah sel merupakan

satuan terkecil penyusun tubuh organisme. Organisme multiseluler, tubuhnya dibangun

Page 3: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

oleh banyak sel yang diperoleh dari pembelahan mitosis berulang-ulang sebuah sel

tunggal (monoseluler) yang disebut zigot.

Akibatnya organisme mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu dikatakan sel

sebagai unit pertumbuhan. Zigot dihasilkan dari peleburan sel kelamin (sel benih) jantan

dan betina. Karena dari sel kelamin dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan juga

sebagai unit produksi. Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan sel kelamin

betina) membawa materi genetik (genom) sebagai penentu sifat (karakter) yang akan

diwariskan kepada turunannya (individu baru). Sifat oleh karena itu sel dikatakan juga

sebagai unit hereditas. Di dalam masing-masing sel penyusun tubuh makhluk hidup

terselenggara semua aktivitas kehidupan, baik pada organisme uniseluler, organisme

yang selnya bergabung membentuk koloni dan pada organisme uniseluler. Pada

organisme uniseluler, seluruh aktivitas hidup dilaksanakan oleh sel tersebut. Pada

organisme yang berbentuk koloni belum tampak diferensiasi fungsi yang jelas dari

masing-masing sel penyusun koloninya. Sedangkan organisme multiseluler terdapat

diferensiasi fungsi untuk menjalankan aktivitas kehidupan. Komposisi kimiawi sel yang

spesifik, kemampuan melaksanakan metabolisme, reproduksi, tumbuh menjadi besar,

tanggap terhadap rangsang dan berdaur hidup adalah hal-hal yang membedakan

organisme dengan benda mati.

Agar dapat melaksanakan seluruh aktivitas hidup, sel harus memiliki bagian-

bagian utama, yaitu membran plasma, protoplasma (cairan sel atau sitoplasma dengan

seluruh organel-organel sel yang terdapat di dalamnya), dan nukleus yang mengandung

materi genetik (genom).

3.    Reproduksi Sel dan Makhluk Hidup

1.    Reproduksi Sel

Reproduksi sel dapat diartikan sel memperbanyak diri, baik yang terjadi pada

organisme tingkat sel (uniseluler) maupun yang terjadi pada sel-sel penyusun tubuh

organisme multiseluler.

Reproduksi sel dapat dibedakan atas: amitosis dan meiosis. Amitosis adalah

pembelahan langsung tanpa melalui tahapan. Pada amitosis, mula-mula nukleus

membelah kemudian diikuti pembagian sitoplasma dari sel induk, dan dari satu sel induk

Page 4: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

bisa terbentuk dua sel baru atau lebih. Mitosi adalah pembelahan sel melalui beberapa

tahapan utama yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase. Mitosis ditujukan untuk

memperbanyak sel, biasanya terjadi pada proses pertumbuhan individu dan perbaikan

(pengganti) sel-sel tubuh yang rusak. Pembelahan mitosis akan menghasilkan sel anak

yang merupakan duplikat sel induknya, dimana jumlah dan kandungan kromosom sel

anak dipertahankan sama seperti jumlah dan kandungan kromosom sel induknya, dan

dari satu sel induk dihasilkan dua sel anak. Meiosis adalah pembelahan sel yang bersifat

reduksi dari sel yang diploid menjadi sel haploid (terjadi penurunan jumlah kromosom

sel anak menjadi setengah jumlah kromosom sel induknya), dan dari satu sel induk

menjadi empat sel anak. Meiosis terdiri dari dua tahap pembelahan yaitu meiosis I dan

meiosis II. Meiosis I terdiri dari profase I yang terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu

leptonema, zygonema, pakhinema, diplonema, dan diakinesis. Pada profase I ini terjadi

peristiwa crossing over yang berakibat keragaman genetik pada sel anak (gamet).

Akibatnya variasi individu yang dihasilkan dari peleburan gamet jantan dan gamet

betina sangat banyak. Metafase I, anafase I dan telofase I adalah mekanisme pemisahan

kromosom yang homolog dan menghasilkan 2 sel anak dengan kromatid diad. Miosis II

terdiri dari profase II, metafase II, anafase II dan telofase II dan merupakan mekanisme

pemisahan kromatid diad serta menghasilkan 4 sel anak dengan kromosom haploid.

Meiosis terjadi pada proses pembentukan sel kelamin pada sistem reproduksi bagi

individu yang bereproduksi secara seksual.

4.    Reproduksi Makhluk Hidup

Bagi setiap makhluk hidup, ada saatnya dimana kemampuan untuk melaksanakan

metabolisme, pertumbuhan, dan daya tanggapnya terhadap rangsang tidak memadai lagi

untuk mempertahankan organisasinya yang rumit terhadap kekuatan-kekuatan lain.

Serangan pemangsa, parasit, kelaparan, faktor lingkungan yang ekstrim, atau proses

menua (aging) dapat mematikan makhluk hidup. Oleh karena itu, sebelum makhluk

hidup menghasilkan individu baru melalui proses reproduksi.

Proses yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru

(keturunan) dari jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan reproduksi

adalah untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis) makhluk hidup.

Page 5: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Banyak cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme. Cara-cara  reproduksi

tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual (vegetatif), dan 2) reproduksi

seksual (generatif).

Reproduksi aseksual adalah jenis reproduksi yang dilakukan oleh suatu organisme

dengan melibatkan sel tubuh saja tanpa melibatkan sel kelamin. Pada hewan,

perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya dijumpai pada hewan rendah, misalnya

paramaecium, amoeba, dan euglena dengan membelah diri; hydra dan ubur-ubur dengan

bertunas; bintang laut dan planaria dengan fragmentasi. Pada tumbuhan reproduksi

aseksual dilakukan oleh tumbuhan rendah sampai tumbuhan tinggi; misalnya

membentuk spora pada algae dan lumut; tunas, umbi, rizoma pada tumbuhan tinggi.

Reproduksi seksual adalah perkembangbiakan makhluk hidup yang melibatkan sel

kelamin (gamet). Dengan demikian, yang dimaksud reproduksi seksual bukan hanya

perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina) saja,

tetapi partenogenesis pun termasuk di dalamnya. Partenogenesis adalah reproduksi

seksual dimana gamet betina (ovum) tumbuh menjadi embrio tanpa menyatu dengan

gamet jantan (sperma). Partenogenesis ini dijumpai pada lebah, semut, lalat buah, dan

lain-lain. Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis reproduksi seksual.

Selain reproduksi yang berlangsung secara alami, kita kenal pula ada reproduksi

buatan, baik yang dilakukan secara in vivo maupun in vitro. Reproduksi buatan biasanya

dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Misalnya reproduksi

buatan yang dilakukan pada tumbuhan dan hewan ternak.

1)   Reproduksi Alami pada Hewan

Hewan dapat melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada

hewan sedikit terjadi jika dibandingkan dengan tumbuhan, dan hanya terbatas pada

hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara pembelahan sel, pertunasan (“budding”),

dan fragmentasi.

-   Pembelahan: Terjadi pada hewan bersel satu (Protozoa), misalnya amoeba,

paramaecium, dan euglena.

-   Pertunasan (budding): Terjadi  pada Hydra sp, ubur-ubur, dan lain-lain.

Keturunan baru berkembang dari tunas yang tumbuh pada tubuh induk. Pada

beberapa spesies, misalnya ubur-ubur dan Hydra sp, tunas akan lepas dan dapat

Page 6: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

hidup bebas. Pada koral, tunas tetap terikat pada tubuh induk dan menyebabkan

terjadinya koloni.

-   Fragmentasi: Terjadi pada beberapa jenis cacing (misalnya planaria), bintang

laut, ular, dan lain-lain. Pada beberapa jenis cacing, setelah tubuh mencapai

ukuran normal (dewasa), secara spontan cacing tersebut terbagi-bagi menjadi

delapan atau sembilan bagian. Setiap bagian akan berkembang menjadi cacing

dewasa dan proses ini terulang kembali.

Reproduksi seksual merupakan cara reproduksi pada hampir semua hewan

mulai hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi. Reproduksi seksual

melibatkan kelenjar kelamin (gonad) untuk menghasilkan gamet jantan (sperma)

dan gamet betina (ovum atau sel telur). Pada umumnya reproduksi seksual terjadi

melalui penyatuan sperma dan ovum saat berlangsungnya pembuahan (fertilisasi),

walaupun pada partenogenesis ovum dapat berkembang menjadi individu baru tanpa

fertilisasi. Sperma memiliki bentuk dan ukuran yang jauh berbeda dengan ovum

sehingga disebut heterogamet.

2)  Reproduksi Alami pada Tumbuhan

Sebagaimana yang terjadi pada hewan, tumbuhan juga melakukan reproduksi

aseksual dan seksual. Bedanya, pada tumbuhan, semua tingkatan mulai dari

tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi mampu melakukan

reproduksi aseksual maupun seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis

membagi kehidupan individu menjadi dua fase atau generasi, yaitu generasi

gametofit mulai dengan spora yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini haploid dan

semua sel yang diturunkannya juga haploid. Diantara sel-sel yang dihasilkan

generasi sporofit mulai dengan zigot yang diploid, semua sel yang berasal dari sini 

yang berkembang dengan cara mitosis juga diploid. Akhirnya sel-sel tertentu akan

menjalani meiosis sehingga terbentuk spora-spora, pertanda dimulai kembali

generasi gametofit.

Page 7: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

 3)  Reproduksi Buatan

Reproduksi buatan umumnya sengaja dilakukan oleh manusia untuk menunjang

kesejaheraanya. Reproduksi buatan ini dapat dilakukan secara in vivo maupun in

vitro. Reproduksi vegetatif buatan sangat banyak dilakukan manusia pada

tumbuhan, misalnya memperbanyak tanaman dengan stek, cangkok, menyambung,

menempel, dan lain-lain. Kesemua cara ini ditujukan agar tanaman berproduksi

dalam waktu yang cepat dan kualitas baik.

Pada hewan ternak, reproduksi buatan in vivo dilakukan dengan

mempertemukan gamet jantan dan betina tetap dalam tubuh hewan betina, tetapi

dengan metode kawin suntik. Pada proses ini, sperma dari hewan jantan yang kita

inginkan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina yang sedang birahi

dengan sejenis alat yang mempunyai jarum suntik, sehingga disebut kawin suntik.

Pada reproduksi buatan in vitro (yang sangat dikenal dengan bayi tabung pada

manusia), reproduksi dilakukan dengan cara menyatukan gamet jantan dan gamet

betina di luar tubuh hewan yang bersangkutan, yang biasanya digunakan cawan

petri, karena itulah disebut in vitro  yang secara harfiah artinya di dalam gelas

(cawan). Setelah terjadi pembuahan dalam cawan, embrio dibiarkan berkembang

sampai stadium blastula, kemudian ditransfer ke dalam rongga uterus (rahim) ibu.

Di dalam rahim itu embrio berkembang, berimplantasi, dan menjadi individu baru

seperti pada kehamilan biasa. Teknik seperti ini sering disebut bayi tabung.

B.   Asal Mula Kehidupan dan Evolusi Makhluk Hidup di Bumi

1.    Hipotesis tentang Asal Mula Kehidupan

Pertanyaan mengenai bagaimana kehidupan pertama dimulai di bumi masih

menjadi pendebatan dari dahulu sampai sekarang. Aristoteles 3,5 abad sebelum masehi

mengemukakan teori abiogenesis yang menyatakan bahwa makhluk hidup muncul

secara spontan dari benda mati (generatio spontanea). Penemuan jasad renik oleh

Anthonie Van Leeuwenhoek abad ke 17 pada air rendaman jerami dianggap oleh

pendukungnya sebagai bukti pendukung teori abiogenesis. Teori ini ditentang oleh

Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur dengan teori biogenesis, yang

meyakini bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup yang telah ada sebelumnya.

Page 8: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Hasil penelitian yang mereka lakukan mengungkapkan bahwa: setiap kehidupan berasal

dari telur (omme visum ex ovo), setiap telur berasal dari kehidupan sebelumnya (omne

ovum ex vivo), dan setiap kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya (omne vivum ex

vivo).

Skenario hipotesis, organisme pertama merupakan produk suatu evolusi kimiawi

yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1. Sintesis abiotistas hidup dan akumulasi molekul organik kecil atau monomer seperti

asam amino dan nukleoida.

2. Penyatuan monomer-monomer menjadi polimer, termasuk protein dan asam nukleat

(DNA dan RNA).

3. Segregasi molekul-molekul tersebut menjadi droplet (tulisan) yang disebut dengan

protobion.

4. Protobion asal mula hereditas untuk menjalankan fungsi kehidupan.

Evolusi kimia ini didukung dengan postulat dari Oparin dan J.B.S. Haldane,

bahwa bumi primitif mendukung terjadinya reaksi kimia untuk mensintesis senyawa

organik yang berasal dari prekursor organik yang terdapat pada atmosfer dan lautan

purbakala. Atmosfer pereduksi (penambah elektron) semacam itu meningkatkan

penggabungan molekul sederhana untuk membentuk moleku komplek.

Pada tahun 1953 Stanley Miller dan Harold Urey menguji hipotesis Oparin-

Haldane dengan percobaan di laboratorium. Keadaan percobaan dibuat sesuai dengan

keadaan bumi purbakala. Atmosfer dalam model Miller-Urey terdiri dari H2O, H2, CH4

(metana) dan NH3 (amoniak), yang diyakini banyak terdapat di dunia purbakala.

Percobaan mereka menghasilkan berbagai jenis asam amino dan senyawa organik

lainnya.

Banyak laboratorium mengulangi percobaan Miller-Urey dengan menggunakan

berbagai jenis campuran sebagai susunan atmosfer. Banyak pula saintis yang meragukan

bahwa kondisi atmosfer purbakala berperan penting dalam reaksi kimia purbakala.

Banyak diantara ahli biologi sekarang membayangkan suatu “dunia RNA”, suatu

periode awal dalam evolusi kehidupan ketika molekul RNA berfungsi sebagai gen yang

belum sempurna dan sebagai katalis organik. Beberapa saintis telah menguji beberapa

Page 9: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

hipotesis mengenai RNA yang bereplikasi sendiri. Polimer pendek ribonukleotida telah

dihasilkan secara abiotik dalam percobaan di dalam laboratorium.

Protobion tumbuh dan membelah membagikan salinannya kepada keturunan,

keturunannya akan beranekaragam karena adanya mutasi dalam penyalinan RNA.

Evolusi dalam pengertian Darwinian yang sesungguhnya keberhasilan reproduktif yang

berbeda pada individu yang berbeda, agaknya mengumpulkan banyak perbaikan pada

metabolisme primitif dan pewarisan. Salah satu tren mengarah ke RNA sebagai materi

hereditas. Pada mulanya, RNA dapat menyediakan cetakan tempat perakitan nukleotida

DNA. Akan tetapi DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetik yang lebih

stabil dari RNA, dan begitu DNA muncul, molekul RNA menulis peranan barunya

sebagai perantara dalam translasi (perterjemahan) kodegenetik. “Dunia RNA” membuka

jalan bagi “dunia DNA”.

Perdebatan mengenai asal mula kehidupan di bumi sangat banyak, dengan cara

apapun bahan kimia prebiotik berakumulasi membentuk polimer dan akhirnya

bereproduksi di bumi, lompatan dari satu kumpulan molekul menjadi sel-sel prokariotik

yang paling sederhana merupakan suatu peristiwa yang sangat besar dan perubahan

pastilah telah terjadi dalam banyak tahapan evolusi yang lebih kecil. Kita mengetahui

melalui bukti fosil bahwa prokariotik sudah mulai mengalami pertumbuhan sekitar 3,5

miliar tahun silam dan semua garis keturunan muncul dari prokariotik kuno tersebut.

2.  Proses Evolusi Makhluk Hidup di Bumi

Beberapa episode utama dalam sejarah kehidupan yang penentuan waktu

kejadiannya berdasarkan pada bukti fosil dan analisis molekuler menunjukkan

perubahan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks

dan bervariasi terjadi karena DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode

genetik yang paling sesuaid keadaan lingkungan akan mendapat peluang yang lebih baik

untuk berkembang. Organisasi yang dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut

dengan adaptasi. Makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan

hidupnya dapat mengembangkan populasinya, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi

akan punah inilah yang disebut dengan seleksi alamiah (natural selection).

Page 10: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Kehidupan dimulai sangat dini dalam sejarah bumi, dan organisme pertama

merupakan nenek moyang dari keanekaragaman biologis yang kita lihat saat ini.

Organisme makroskopis dan multiseluler terutama tumbuhan dan hewan serta manusia

berasal dari organisme mikroskopis dan uniseluler (bersel tunggal).

Dari sejarah kehidupan di bumi, diperkirakan bumi dibentuk 4,5 milyar tahun

silam. Kehidupan di bumi diperkirakan bermula antara 3,5 – 4.0 miliar tahun silam.

Setelah bumi cukup dingin muncul kehidupan pertama sekitar 3,8 miliar tahun silam

yang dibuktikan dengan isotop karbon hasil aktivitas metabolis organisme dalam batuan

yang berumur 3,8 miliar tahun silam di Greenland (tanah hijau di kutup Utara), yang

diperkirakan oleh saintis adalah organisme prokariotik. Organisme prokariotik

berfilamen berumur 3,5 miliar tahun silam, fosilnya ditemukan di Afrika Selatan dan

Australia Barat. Kehidupan prokariotik purba ini ditemukan pada batuan yang disebut

stromatolit (bahasa Yunani: stroma = tempat tidur, dan lithos  = batu). Stromatolit

adalah kubah bergaris-garis yang tersusun dari batuan sedimen. Fosil tersebut saat ini

merupakan fosil organisme hidup tertua yang diketahui. Namun demikian fosil yang

terdapat di Australia Barat tampak seperti organisme fotosintetik, yang mungkin

merupakan organisme penghasil oksigen. Jika demikian halnya, maka mungkin

kehidupan telah berkembang jauh sebelum organisme ini hidup, kemungkinan sekitar

4,0 miliar tahun silam.

Sekitar 2,5 miliar tahun silam produksi oksigen (O2) oleh prokariotik primitif dan

menciptakan atmosfer aerob yang memulai suatu tahapan untuk evolusi kehidupan

aerob. Sementara evolusi prokariotik terus berlanjut, beberapa organisme mampu

menggunakan oksigen untuk metabolisme makhluk organik atau (siano bakteri

fotosintetik). Sekitar 1,7 miliar tahun silam sel eukariotik telah berevolusi dari

komunitas prokariota. Organisme multiselule muncul sebelum hewan tertua muncul di

sekitar 500 juta tahun silam dan evolusi terus terjadi seiring dengan pergeseran benua.

Zaman keemasan reptil, tumbuhan berbunga dan mamalia ada pada zaman mesozoikum

dan awal senozoikum. Akhirnya, makhluk hidup dengan segala kompleksitas struktur

tubuh dan beranekaragam spesies seperti yang kita lihat sekarang ini diduga terjadi

akibat proses evolusi dalam waktu yang sangat panjang. Manusia berada pada puncak

evolusi makhluk hidup.

Page 11: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

C.   Keanekaragaman Makhluk Hidup

1.   Penyebab Keanekaragaman Makhluk Hidup

Tidak ada makhluk hidup di alam ini yang persis sama satu dengan yang lain jika

dilihat dari sifat atau karakter yang tampak maupun dari sifat atau karakter yang tidak

tampak. Masing-masing individu dalam suatu jenis (spesies) memperlihatkan perbedaan

bentuk tubuh, warna, ukuran, kecerdasan, dan lain-lain. Bahkan individu-individu yang

berasal dari induk yang sama, juga menunjukkan perbedaan sifat. Apalagi jika

dibandingkan individu yang berbeda jenisnya. Semua ini menunjukkan adanya

keanekaragaman makhluk hidup. Pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa terjadi

keanekaragaman makhluk hidup? Apakah makhluk hidup yang beranekaragam ini

berasal dari nenek moyang yang sama? Para ahli telah mencoba mencari jawaban atas

pertanyaan tersebut. Bahkan telah mencoba pula menyusun hipotesis tentang bagaimana

munculnya makhluk hidup yang beranekaragam tersebut.

Menurut para ahli, keanekaragaman makhluk hidup seperti yang kita lihat

sekarang ini terbentuk dari proses evolusi. Ketika bumi baru saja terbentuk, yang terjadi

adalah proses evolusi yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel pertama

(ancestor cell). Setelah dalam waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel

pertama ini kemudian memunculkan organisme multiseluler pada awal era Paleozoikum.

Proses evolusi makhluk hidup berlanjut seiring dengan perubahan iklim dan pergeseran

benua. Pada akhirnya sebagai hasil proses evolusi, bermunculanlah beranekaragam

makhluk hidup. Zaman keemasan Reptilia, Tumbuhan Berbunga, dan Mammalia terjadi

pada akhir era Mesozoikum (Mesozoic) dan awal era Senozoikum (cenozoic).

Walaupun Charles Robert Darwin mencetuskan evolusi sebagai suatu teori yang

menyebabkan makhluk hidup berubah dan menjadi beraneka ragam melalui proses

seleksi alam dalam waktu yang sangat lama, namun ia belum mengetahui tentang DNA

dan mekanisme pewarisannya. Namun demikian diketahui bahwa variasi yang ada pada

individu bersifat genetis. Kemudian diketahui bahwa sumber terjadinya variasi adalah

mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA yang berlangsung sedikit demi sedikit

dan memakan waktu lama. Mutasi memodifikasi DNA dan menyebabkan terjadinya

spesies baru (spesiasi). Jadi mekanisme evolusi adalah akumulasi perubahan secara

bertahap dalam kurun waktu lama, sampai suatu kelompok organisme cukup nyata

Page 12: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

berbeda dari kelompok asalnya sehingga dapat disebut sebuah spesies baru. Hal tersebut

dapat terjadi bila ada penghalang fisik yang memisahkan suatu populasi induknya (yang

akan menghasilkan spesiasi alopatrik), atau gene pools mereka menjadi terpisah akibat

adanya variasi lingkungan  (yang akan menghasilkan spesiasi parapatrik). Pola evolusi

dikenal dengan evolusi divergen (bila dua atau lebih spesies berevolusi dari sebuah

leluhur yang sama), dan evolusi konvergen (bila evolusi organisme yang berasal dari

leluhur yang berbeda, beradaptasi pada lingkungan hidup yang sama).

Keanekaragaman makhluk hidup menunjukkan totalitas variasi gen, jenis dan

ekosistem yang dijumpai di suatu daerah. Keanekaragaman makhluk hidup menyatakan

terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat lain

yang terlihat pada tingkat yang berdeda-beda. Keanekaragaman makhluk hidup meliputi

berbagai macam aspek seperti ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laku

makhluk hidup yang selanjutnya akan menyusun suatu ekosistem tertentu.

Keanekaragaman makhluk hidup tidak hanya terjadi antar jenis tetapi juga di dalam satu

jenis. Keanekaragaman antar jenis misalnya antara bawang merah dengan bawang putih,

sedangkan keanekaragaman dalam satu jenis misalnya antara varietas padi, padi Jawa,

padi Cianjur dan lain-lain.

2.   Pengelompokan (Klasifikasi Makhluk Hidup)

Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku atau ciri-ciri

lainnya dari makhluk hidup, langkah pertama yang harus dilakukan adalah identifikasi

yaitu menentukan nama ilmiah dan kelompok makhluk hidup sesuai dengan Kode Tata

Nama Internasional. Identifikasi merupakan kegiatan utama klasifikasi, dengan

klasifikasi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan

lebih mudah dan utuh.

Klasifikasi makhluk hidup dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu sistem buatan

(artifisial), sistem alamiah dan sistem filogenetik. Sistem buatan yaitu pengelompokan

makhluk hidup yang didasarkan lebih banyak kepada ciri-ciri morfologi atau habitatnya,

tetapi penggunaan ciri-ciri alami masih terbatas sehingga kelompok-kelompok yang

dihasilkan juga terbatas. Contoh:

Page 13: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

1. Klasifikasi oleh Aristoteles yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat

dan perawakannya menjadi 4 kelompok, yaitu; gulma atau liana, semak, perdu, dan

pohon.

2. Klasifikasi oleh Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan menurut jumlah

benang sari, yaitu: monandrie (1 benang sari), diandrie (2 benang sari) dan

seterusnya.

Sistem alam menghendaki terbentuknya takso-takson yang alami, takson yang

terbentuk mencakup anggota-anggota yang sewajarnya dikehendaki alam. Dasar yang

digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan sifat/ciri morfologi, selanjutnya sifat

anatomi, fisiologi atau sifat-sifat lainnya.

Sistem filogenetik (pertengahan abad 19), selain menunjukkan persamaan-

persamaan ciri-ciri morfologi, anatomi atau sifat-sifat lain (seperti pada sisem alam).

Klasifikasi juga mencerminkan perkembangan (dari sederhana ke yang lebih maju) serta

jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar takson. Takson adalah tingkatan dalam

klasifikasi makhluk hidup. Urutan takson tertinggi sampai kepada takson terendah

adalah: Kingdom, Filum (untuk hewan) atau Divisio (untuk tumbuhan), Kelas, Ordo,

Famili, Genus, Spesies. Pada awalnya makhluk hidup hanya dikelompokkan ke dalam 2

kingdom saja, yaitu Animalia (hewan) dan Plantae (tumbuhan). Tetapi sekarang, sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam biologi, makhluk hidup dikelompokkan

menjadi 5 kingdom, Yaitu: Monera, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia. Kingdom

monera terdiri dari organisme prokariotik, yaitu kelompok makhluk hidup bersel satu

(uniseluler) dan tidak memiliki inti yang nyata (nukleus). Contohnya adalah bakteri dan

alga biru. Kingdom Protista meliputi organisme bersel tunggal yang inti (nukleus) sudah

nyata. Contohnya adalah protofita (mikroalga) dan protozoa. Kingdom fungi adalah

kelompok makhluk hidup eukariotik yang mirip dengan tumbuhan tetapi tidak mampu

melakukan fotosintesis (non-fotosintetik). Kelompok Fungi terdiri atas mikrofungi

(fungi uniseluler)  dan makrofungi (fungi multiseluler). Contoh dari mikrofungi adalah

khamir atau ragi (yeast). Kapang (mold) dan cendawan (mushroom) adalah contoh

makrofungi. Kadang-kadang Fungi bersimbiosis dengan Algae membentuk lutut kerak

(lichens). Kingdom Plantae adalah organisme eukariotik multiseluler yang mampu

melakukan fotosintesis karena memiliki zat hijau daun (klorofil). Ke dalam kelompok

Page 14: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Plantae termasuk makroalgae, lumut, paku, dan tumbuhan berbiji. Diduga kelompok

Plantae berevolusi dari algae hijau berfilamen yang menyerbu daratan sekitar 400 juta

tahun yang lalu. Kingdom Animalia merupakan kelompok hewan dengan ciri-ciri tubuh

bersel banyak dan eukariotik yang tidak mampu mengolah makanan sendiri dari bahan

anorganik. Oleh karena itu sangat tergantung kepada tumbuhan, sehingga kelompok ini

disebut heterotrof.

D.    Persebaran Dan Sejarah Perkembangan Manusia

1.    Persebaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran makhluk hidup antara lain adalah:

pergeseran benua, lingkungan hidup (habitat), letak geografis (lintang), dan iklim.

Persebaran tumbuhan menyebabkan terjadinya vegetasi yang disebut fegetasi

primer, sekunder dan  klimaks.

Persebaran hewan berdasarkan letak geografis, dan terbagi menjadi 6 wilayah,

yaitu:

1. Palaeartik, terdiri dari eropa dan sebagian besar asia.

2. Neartik, terdiri dari Amerika utara dan sekitarnya, disini merupakan asal usul

mammalia berplasenta.

3. Neotropik, terdiri dari Amerika bagian selatan.

4. Etiopian, terdiri dari seluruh bagian afrika.

5. Oriental, terdiridari sebagian asia , termasuk diantaranya adalah india, Thailand,

Filipina, Indonesia bagian barat.

6. Australian, Terdiri dari australia dan Indonesia bagian timur.

Persebaran hewan di Indonesia dinyatakan dengan garis maya yang disebut Garis

Wallace.

Persebaran organisme di bumi dipengaruhi oleh faktor: 1) Lingkungan, 2) Sejarah

geologi, dan 3) Penghambat Fisik.

1.   Faktor Lingkungan

Dua faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup

adalah faktor abiotik (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik (tumbuhan,

hewan dan jasad renik (mikroorganisme).

Page 15: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

2.   Faktor Sejarah Geologi

Kira-kira 200  juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua

utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea. Hipotesis ini

disampaikan seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini

disampaikan lewat bukunya yang berjudul Asal-usul Benua-benua dan Lautan.

Pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti mengenai pergerakan/pergeseran benua

(continental drift) berhasil ditemukan. Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai

memisah secara bertahap. Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130

juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika  Selatan bersatu secara langsung. Namun,

Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika Barat dan keduanya

dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta tahun yang lalu. Saat

“jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa hewan dan tumbuhan dari

Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo bermigrasi ke Amerika Barat. Pada

saat yang bersamaan beberapa hewn dan tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak,

hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik

dalam skala besar maupun kecil berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme,

seperti yang kita saksikan saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat

terbang, misalnya ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi

percabangan sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya.

Akibatnya terjadilah subspesies tadi.

Australia adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-

benua memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun lalu,

Australia dihubungkan dengan Antartika. Hewan khas Australi, yaitu mamalia

berkantung (marsupialia), yang ada pula meski sedikit di Amerika Selatan, secara nyata

terlihat sudah bergerak di antara kedua benua ini lewat Antartika.

3. Faktor Penghambat Fisik

Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi

geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan

daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau

lautan membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah

Page 16: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di

kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga

berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch

tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran

dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan.

4.  Persebaran Tumbuhan dan Hewan

Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi,

yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis tanahnya

akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor adaptasi

dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak

gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip,

yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan

yang berbeda-beda.

Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis

(zoogeografis). Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi

enam lokasi berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang

meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah

Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu

Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan;

5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan

pulau-pulau sekitarnya.

2.  Sejarah Perkembangan Manusia

Telah dijelaskan bahwa manusia masuk dalam kelas Mammalia

Ciri-ciri manusia yang mirip dengan mamalia adalah:

       Mempunyai rambut

       Mempunyai kelenjar keringat

       Menyusui anaknya

Manusia termasuk pada ordo primata dapat kita pelajari hubungan kekerabatannya

dengan mengadakan perbandingan antara manusia dengan primata (kera).

Page 17: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

 Persamaan manusia dengan kera:

Mata menghadap ke depan

Ibujari tungkai depan dapat digerakkan ke segala arah

.letak kelenjar mammae di dada

bentuk rahim bertipe simpleks (satu ruangan)

Perbedaan antara manusia dan kera:

Kera termasuk familia Pongidae, sedangkan manusia termasuk familia Hominidae

Volume otak manusia (1450 cm3) lebih besar dari otak kera ( shimpanse yang paling

cerdas vol. Otaknya 550 cm3) dan masih memungkinkan untuk berkembang

Anggota tubuh belakang pada manusia untuk berjalan, sedenga pada kera untuk

memegang.

Tungkai belakang manusia lebih panjang dari tungkai depan, sedang pada kera

tungkai depan lebih panjang atau sama dengan tungkai belakang

Susunan haemoglobin berbeda

Page 18: MAKALAH  KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

           Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai

macam variasi, betuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai

tingkatan persekutuan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan

tingkatan genetik.

adapun manfaat dari keanekaragaman hayati:

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber kehidupan dan kelangsungan hidup bagi

umat manusia, karena potensialnya sebagai sumber pangan, papan, sandang, dan

obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain

2. Keanekaragaman hayati merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tekhnologi

3. Mengembangkan sosial budaya umat manusia dan membangkitkan nuansa

keindahan yang merefleksikan penciptanya.

 B.     Saran

          Berdasarkan permasalahan diatas kami sebagai generasi muda berharap,

keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia maupun didunia tetap terjaga dan

dilestarikan dan menjadi tugas kita semua untuk melestarikan keanekaragaman yang

ada.