artikel ilmiah keanekaragaman kelomang ... ilmiah...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem...

10
ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG (SUPERFAMILI: PAGUROIDEA) DI EKOSISTEM MANGROVE DESA LAMBUR KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2018

Upload: others

Post on 27-May-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

ARTIKEL ILMIAH

KEANEKARAGAMAN KELOMANG (SUPERFAMILI: PAGUROIDEA) DI

EKOSISTEM MANGROVE DESA LAMBUR

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JANUARI 2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

Page 3: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2

THE DIVERSITY OF HERMIT CRAB (SUPERFAMILI: PAGUROIDEA) IN THE

MANGROVE ECOSYSTEM OF THE LAMBUR VILLAGE

OF TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY

Arranged by:

Oktaselviya Pasaribu 1), Afreni Hamidah), Tedjo Sukmono) 1) Biology Education PMIPA FKIP Major Jambi University

Email: 1)[email protected]

Abstact. Lambur village has a mangrove ecosystem that is currently experiencing damage

due to abrasion and occupation of land by the community. This threatens the presence of

biota in it including hermit crabs. This study aims to determine the diversity of species of

hermit crabs and conditions of environmental factors in the mangrove ecosystem of Lambur

Village, Tanjung Jabung Timur Regency. The research was conducted on April-May 2017.

This research type is descriptive explorative with technique of determination of station

conducted by purposive sampling. Sampling was conducted on three stations with different

habitat characteristics. The samples observed for all types of hermit crabs found and also

environmental factors include, temperature, pH, salinity, and substrate types. Sample was

identified and analyzed index of species diversity and dominance index. We also conducted

measure condition of environmental factors. The results showed that hermit crabs were found

from 2 families are Coenobitidae and Diogenidae with 5 species, namely Clibanarius

longitarsus, Clibanarius infraspinatus, Diogenes mixtus, Coenobita lila and Coenobita

rugosus. Index of diversity at station I is low (0.3450) with high dominance index (0.8051).

Stations II and III have medium diversity index (1,1622 & 1,239) with low dominance index

(0,3287 & 0,3182). Overall condition of environmental factors in the mangrove ecosystem

Lambur Village is still within the range of tolerance for hermit crabs.

Keywords: biodiversity, hermit crab, mangrove ecosystem, Lambur Village

Page 4: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3

PENDAHULUAN

Kelomang atau Hermit Crab (kepiting

petapa) merupakan hewan dari kelas Krustase

dan ordo Dekapoda. Kelomang memiliki

keunikan dari segi perilaku yang menggunakan

cangkang Gastropoda tertentu untuk

melangsungkan kehidupannya. Dalam

ekosistem kelomang memiliki peranan ekologis,

yakni sebagai filter feeder dengan memakan

bahan organik yang tersuspensi (Pratiwi,

2009:67). Hal ini dinilai dapat mempercepat

proses dekomposisi material organik yang

terdapat di ekosistem mangrove.

Moramand & Adireza (2007:1)

menjelaskan bahwa kelomang tergolong ke

dalam kelompok Krustase yang memiliki habitat

di daerah pesisir pantai meliputi wilayah

berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem

mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah

ekosistem mangrove. Mangrove merupakan tipe

ekosistem khas yang dapat ditemui di sepanjang

pantai atau muara sungai karena kemampuannya

untuk menyesuaikan diri dari terpaan ombak

kuat dengan tingkat salinitas tinggi dan tanah

yang senantiasa digenangi air (Fachrul,

2006:138).

Kondisi mangrove yang baik dapat

mendukung kehidupan organisme yang terdapat

di dalamnya. Akan tetapi mangrove yang ada di

Provinsi Jambi tengah mengalami kerusakan.

Berdasarkan data laporan BKSDA kerusakan

terparah terjadi di wilayah kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Kerusakan ini disebabkan

karena adanya perambahan dan abrasi air laut.

Salah satu desa dengan kerusakan terparah

terdapat di wilayah Desa Lambur (Chaniago,

2015). Kerusakan yang terjadi secara terus-

menerus dapat mempengaruhi kondisi dan

keberadaan organisme yang terdapat di dalam

ekosistem mangrove seperti halnya kelomang.

Pratiwi (2010:70) mendapatkan 4

spesies kelomang dari 57 spesies Krustase di

daerah perairan Teluk Lampung yakni,

Coenobita rugosa, Diogenes sp. Clibanarius sp.

dan Pagurus sp. Akan tetapi untuk Provinsi

Jambi penelitian mengenai kelomang masih

cukup minim.

Oleh karena kurangnya informasi

mengenai keberadaan kelomang dan kerusakan

ekosistem mangrove yang terjadi secara terus-

menerus, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai “Keanekaragaman Kelomang

(Superfamili: Paguroidea) di Ekosistem

Mangrove Desa Lambur Kabupaten Tanjung

Jabung Timur”.

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai keanekaragaman

kelomang di Desa Lambur Tanjung Jabung

Timur merupakan penelitian deskriptif

eksploratif. Penelitian dilakukan pada bulan

April-Mei 2017. Penentuan stasiun dilakukan

dengan menggunakan teknik purposive

sam1pling dengan melihat tipologi habitat

masing-masing stasiun penelitian. Pengambilan

dan pengamatan terhadap sampel dilakukan

dengan mengobservasi langsung keberadaan

kelomang.

Stasiun penelitian terdiri dari 3 lokasi.

Stasiun penelitian yang ditentukan dinilai

mewakili tiga lokasi yang memiliki tipologi

habitat berbeda. Stasiun I berada di muara

sungai dan berada di pemukiman warga. Stasiun

II berada di areal pantai terbuka, dan Stasiun III

berada di areal mangrove yang masih alami.

Pengambian sampel kelomang dilakukan

sebanyak dua kali pada saat surut dan cuaca

cerah. Sampel diambil dengan cara hand

collection. Sampel yang didapat

didokumentasikan terlebih dahulu untuk

selanjutnya diawetkan dengan meng-gunakan

alkohol 70%. Sampel kelomang kemudian

diidentifikasi menggunakan jurnal Nakasone

(1991), Mc. Laughlin & Paul (1997), Carpenter

(1998), dan Mc. Laughlin &Rahayu (2007).

Setiap stasiun juga diambil data limgkungan,

meliputi suhu, salinitas, pH, dan jenis substrat.

Data yang didapat kemudian dianalisis

mengunakan indeks Shannon Wienner dan

indeks Simpson sebagai berikut (Maguran,

1988):

a. Indeks Keanekaragaman

𝐻′ = −∑Pi ln Pi

S

i=l

Keterangan :

H’ = ideks keanekaragaman

S = jumlah spesies

Pi = rasio antara jumlah individu spesies-i (ni)

dengan jumlah individu dalam komunitas (N)

Page 5: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4

dengan kriteria sebagai berikut:

Jika H’ < 1 maka keanekaragaman rendah

Jika 1<H’<3 maka keanekaragaman sedang

Jika H’ > 3 maka keanekaragaman tinggi

b. Indeks Dominansi

Indeks dominansi dihitung menggunakan indeks

Simpson dengan rumus berikut (Magurran,

2004:114):

D =∑(Pi)2

Keterangan:

D = indeks Simpson

∑ = Jumlah

Pi= rasio antara jumlah individu spesies-i (ni)

dengan jumlah individu dalam komunitas

(N)

dengan kriteria sebagai berikut:

jika 0 < D < 0,5 = dominansi rendah

jika 0,5 < D < 0,75 = dominansi sedang

jika 0,75 < D < 1 = dominansi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Kelomang Yang Ada Di

Ekosistem Mangrove Desa Lambur

Total kelomang yang didapat selama

penelitian sebanyak 305 individu meliputi 2

famili dan 5 spesies. Setiap stasiun penelitian

menunjukkan komposisi dan jumlah individu

yang hampir berbeda untuk tiap spesies. Jumlah

individu dari masing-masing spesies tersebut

disajikan pada Tabel 1.

Jumlah spesies yang ditemukan dapat

dikatakan sedikit mengingat total kelomang di

Indonesia yang sudah terdata sebanyak 160

spesies, sedangkan total kelomang yang telah

terdata secara universal terdapat 1.600 spesies

(Rahayu, 2011). Dari data yang diperoleh

Indonesia menjadi rumah bagi 10% spesies

kelomang yang ada di dunia. Sedangkan

ekosistem mangrove di Desa Lambur menjadi

rumah bagi 3% kelomang dari total kelomang

yang telah terdata di Indonesia.

Persentase jumlah jenis kelomang yang

ditemukan di ekosistem mangrove Desa Lambur

dinilai masih sangat sedikit jika dibandingkan

dengan total jenis kelomang yang ada di

Indonesia. Hal ini karena habitat mangrove

dinilai bukan merupakan habitat utama bagi

kelomang. Moradmand & Alireza (2007:25)

menjelaskan bahwa pada wilayah pesisir

merupakan suatu wilayah yang luas dengan

kondisi habitat yang bervariasi, mulai dari

wilayah berlumpur, berpasir, koral, pantai

berbatu besar, dan wilayah hutan mangrove.

Tipe habitat ini merupakan variasi tipe habitat

yang dihuni oleh kelomang. Gambaran habitat

yang bervariasi pada wilayah pantai ini

menunjukkan bahwa ekosistem mangrove hanya

merupakan salah satu dari beberapa tipe habitat

yang dapat dihuni oleh kelomang. Teoh dkk

(2014:58) menjelaskan lebih lanjut bahwa

jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem

mangrove cenderung sedikit. Sedangkan jumlah

spesies yang tinggi dapat ditemukan pada

kondisi pantai dengan zonasi substrat yang

kompleks. Seperti halnya pada wilayah pantai

berbatu, pantai berpasir, dan koral.

Penelitian mengenai kelomang terdahulu

dilakukan oleh Permana (2016) yang mengamati

Pola Distribusi dan Kelimpahan Kelomang di

Pantai Sidangkerta. Permana (2016)

menemukan 9 spesies yang berasal dari 1 famili.

Spesies tersebut meliputi Aniculus erythraeus,

Calcinus morgani, Calcinus laevimanus,

Clibanarius corallines, Clibanarius humilis,

Clibanarius mergueinisis, Clibanarius

striolatus, Clibanarius vierescens, dan

Dardanus megistos. Dibandingkan dengan

jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem

mangrove Desa Lambur jumlah spesies yang

ditemukan Permana (2016) pada Pantai

Sidangkerta lebih banyak. Hal ini disebabkan

oleh perbedaan karakteristik habitat. Pantai

Sidangkerta merupakan ekosistem pantai

terumbu karang (Permana, 2016:3). Sedangkan

ekosistem pantai di Desa Lambur merupakan

ekosistem mangrove yang substratnya

didominasi oleh lumpur.

Jumlah individu yang ditemukan pada

ekosistem mangrove terdapat 305 individu.

Sedangkan jumlah kelomang yang ditemukan

Permana (2016) sebayak 50 individu dengan

analisis kelimpahan secara umum rendah. Hal

ini menunjukkan bahwa jumlah individu

kelomang pada ekosistem mangrove Desa

Lambur lebih banyak dari pada kelomang di

Pantai Sidangkerta. Odum (1993:184)

Page 6: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

menjelaskan bahwa jumlah spesies yang sedikit

dengan jumlah individu yang tinggi sering kali

diasosiasikan terhadap jumlah spesies yang

banyak dengan jumlah individu yang sedikit.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

keanekaragaman pada ekosistem mangrove

Desa Lambur cenderung sama terhadap kondisi

keanekaragaman pada ekosistem Pantai

Sidangkerta.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui

bahwa genus Coenobita hanya terdapat 2

spesies dengan jumlah total individu pada

spesies C. rugosa sebanyak 78 ekor dan C. lila

sebanyak 77 ekor. Sedangkan genus

Clibanarius terdapat 2 spesies dengan total pada

spesies C.longitarsus sebanyak 73 individu dan

C.infraspinatus 18 individu. Serta genus

Diogenes dengan jumlah individu sebanyak 59

ekor yang terdapat di stasiun II. Data yang di

dapat menunjukan bahwa penyebaran kelomang

tidak merata karena beberapa spesies kelomang

hanya ditemukan pada stasiun dan transek

tertentu.

Tabel 1. Jumlah individu yang ditemukan di lokasi sampling areal mangrove pantai Desa Lambur

Famili Genus Spesies

Jamlah Individu yang diperoleh Jumlah individu

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

T.1 T. 2 T.1 T.2 T.1 T.2

Diogenidae Clibanarius

C.longitarsus 33 24 - - - 15 73

C. infraspinatus 4 3 - 3 - 8 18

Diogenes D. mixtus - - - 59 - - 59

Coenobitidae Coenobita C. rugosa - - 47 - 31 - 78

C. lila - - 40 - 38 - 77

Jumlah individu kelomang tiap stasiun 64 149 92 305

Jumlah Spesies 2 4 4 5

Keterangan:

T.1 = transek 1; T2= transek 2.

Indeks Keanekaragaman dan Dominansi

Kelomang

Hasil analisis data terhadap

keanekaragaman spesies dan dominansi disajikan

pada Tabel 2. Tabel 2. Indeks keanekaragaman dan dominansi dari tiap

stasiun

NO Indeks

Stasiun Penelitian

Kategori Stasiun

I

Stasiun

II

Stasiun

III

1. Keanekaragaman 0,3450 1,1622 1,239 Rendah-

sedang

2. Dominansi 0,8051 0,3287 0,3182 Tinggi-

Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, stasiun I,

II, dan III memiliki nilai indeks keanekaragaman

yang bervariasi. Pada indeks keanekaragaman

memiliki rentang nilai dari 0,3450-1,239. Nilai

ini dapat dikategorikan rendah. Nilai indeks

keanekaragaman yang paling rendah terdapat

pada stasiun I yakni sebesar 0,3450 (Tabel 2).

Hal ini menunjukkan minimnya jumlah spesies

yang ditemukan. Terdiri dari 2 spesies yakni

C.longitarsus dan C.infraspinatus.

Spesies C.longitarsus ditemukan cukup

banyak pada stasiun I yang merupakan areal

muara sungai dengan karakteristik substrat yang

berlumpur dan salinitas rendah. Banyaknya

jumlah C.longitarsus yang ditemukan

menunjukkan bahwa habitat muara sungai

merupakan habitat yang cocok bagi kelomang

spesies ini. Hal ini didukung oleh pendapat Epa

& Silva (2011:68) yang menyatakan bahwa

spesies C.longitarsus merupakan spesies yang

ditemukan secara berlimpah di sepanjang muara

sungai dan habitat mangrove. Pendapat yang

sama juga dikemukakan oleh Ramesh dkk

(2009:166) yang menjelaskan bahwa spesies ini

banyak ditemukan di muara sungai.

Kondisi muara sungai dengan salinitas

yang cukup rendah yakni 25 ppt (Tabel 3) dapat

menjadi habitat bagi spesies ini. Sedangkan

kebanyakan kelomang dapat ditemukan pada

kondisi salinitas yang cukup tinggi. Meireles

(2006:91) menjelaskan bahwa hanya sedikit

kelomang yang ditemukan pada salinitas rendah.

Oleh karena itu hal ini dapat menunjukkan

bahwa kelomang dari genus Clibanarius

Page 7: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

memiliki toleransi yang cukup lebar terhadap

salinitas dibandingkan dengan kelomang jenis

lainnya.

Stasiun II memiliki indeks

keanekaragaman sebesar 1,1622. Berdasarkan

indeks Shannon Wiener nilai tersebut tergolong

kategori sedang (1<H’<3). Dibandingkan dengan

stasiun I, stasiun II memiliki keanekaragaman

yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan karakteristik habitat.

Stasiun II memiliki karakteristik substrat

berlumpur dengan fraksi liat pada transek 2,

sedangkan pada transek 1 terdapat kumpulan

pecahan kerang dan Gastropoda yang dibawa

oleh air laut, kemudian mengalami pelapukan

sehingga menyerupai pasir dengan ukuran

partikel yang cukup besar. Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan kelomang dari genus

Coenobita yang meliputi C. rugosus dan C.lila

pada kondisi substrat yang berpasir. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rahayu (2007:15) yang

menjelaskan bahwa kelomang genus Coenobita

pada dasarnya ditemukan pada kondisi habitat

berpasir. Pendapat ini didukung dengan adanya

bentuk perilaku adaptasi kelomang pada substrat

berpasir. Kelomang dari genus ini dapat

menguburkan diri saat suhu tinggi sebagai

bentuk pertahanan pada lingkungan tersterial.

Vannini (1976) dalam Greenway (2003:19)

menjelaskan C.rugosus dapat menguburkan

dirinya di dalam pasir hingga 20 cm saat suhu

mencapai 35ºC.

Transek 2 dapat ditemukan kelomang

dari famili Diogenidae seperti C.infraspinatus

dan Diogenes mixtus. Hal ini disebabkan pada

kelompok Diogenidae cenderung berada pada

daerah yang lebih dekat dengan perairan, seperti

halnya pada transek 2. Hal ini sesuai dengan

pendapat Charpenter (1998:1078) yang

menjelaskan bahwa kelomang dari famili

Diogenidae dapat digolongkan dalam kelompok

kelomang akuatik. Dive (2002:45) menjelaskan

lebih lanjut bahwa kelomang genus ini dapat

ditemukan pada areal dengan kondisi substrat

yang berlumpur.

Stasiun III memiliki indeks

keanekaragaman sedang dengan nilai yang lebih

tinggi dari dua stasiun lainnya yakni 1,239. Hal

ini disebabkan pada stasiun 3 masih terdapat

tumbuhan mangrove pada areal tepi pantai.

Kondisi mangrove yang baik dapat memberikan

tempat perlindungan yang lebih mendukung

terhadap kelomang. Hal ini dapat dilihat dari

kelomang yang ditemukan berada pada akar-akar

mangrove, bersembunyi dibalik semak belukar,

serasah, potongan kayu, maupun bersembunyi

dibalik pasir. Hal ini didukung oleh pendapat

Pratiwi (2010:70) yang menjelaskan bahwa

kelomang banyak ditemukan pada areal yang

masih terdapat tumbuhan dan melekat pada daun

maupun akar.

Odum (1993:186) lebih lanjut

menjelaskan bahwa ekosistem dengan nilai

keanekaragaman yang tinggi cenderung memiliki

lingkungan yang lebih mantap daripada

lingkungan yang dipengaruhi oleh gangguan-

gangguan musiman atau secara periodik oleh

manusia atau alam. Hal ini sesuai dengan kondisi

yang ditemukan di lapangan. Dari ketiga stasiun

penelitian, stasiun III merupakan stasiun yang

memiliki peluang terhadap gangguan baik

bersifat dari alam maupun aktivitas manusia

yang lebih minim dibandingkan dua stasiun

lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada

stasiun III memiliki kondisi ekosistem yang lebih

mantap dari dua stasiun lainnya.

Dari ketiga stasiun, stasiun I yang berada

di areal muara sungai memiliki indeks dominansi

yang paling tinggi. Tingginya nilai indeks

dominansi menunjukkan adanya spesies yang

mendominasi di wilayah tersebut, yakni

C.longitarsus dengan jumlah individu yang

ditemukan sebanyak 73 individu. Menurut

Aswandy (2008:75) pada areal muara sungai

cenderung memiliki jumlah individu yang tinggi

dengan adanya dominansi pada satu spesies.

Stasiun II dan stasiun III memiliki indeks

dominansi yang tergolong rendah yakni sebesar

0,3287 dan 0,3182. Indeks dominanasi pada

stasiun III merupakan nilai indeks yang paling

rendah dari ketiga stasiun. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam wilayah tersebut tidak terdapat

spesies yang mendominansi. Kondisi ini

berbanding terbalik dengan stasiun I. Odum

(1993:185) menyatakan bahwa kemerataan dan

keanekaragaman cenderung berbanding terbalik

terhadap nilai indeks dominansi. Oleh sebab itu,

hal ini dapat menunjukkan bahwa komposisi

kelomang di stasiun II dan III cenderung lebih

merata jika dibandingkan dengan stasiun I. Hal

Page 8: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan

bahwa pada stasiun III memiliki jumlah individu

yang lebih merata dibandingkan dengan dua

stasiun lainnya.

Hasil analisis indeks keanekaragaman

dan dominansi menunjukkan bahwa indeks

keanekaragaman memiliki nilai yang cenderung

berbanding terbalik terhadap nilai indeks

dominansi. Menurut Odum (1993:185) nilai

keanekaragaman yang tinggi menyebabkan nilai

dominansi menjadi rendah, begitupun

sebaliknya. Seperti pada stasiun I menunjukkan

bahwa indeks keanekaragaman sebesar 0,3450

dengan kategori rendah sedangkan indeks

dominansi sebesar 0,8051 dengan kategori

tinggi. Begitu juga dengan stasiun II dan III

dengan indeks keanekaragaman sedang (1,1622-

1,239) dan indeks dominansi rendah (0,3287-

0,3182).

Jenis Cangkang Gastropoda Yang Digunakan

Kelomang

Salah satu faktor ekologis yang

mempengaruhi keberadaan kelomang adalah

ketersediaan cangkang Gastropoda. Scully

(1979) dalam Epa & Silva (2011:63)

menjelaskan bahwa ketersediaan cangkang

Gastropoda merupakan salah satu faktor

pembatas bagi banyak spesies kelomang.

Berdasarkan pengamatan terhadap

penggunaan cangkang Gastropoda oleh

kelomang di ekosistem mangrove Desa Lambur

maka dapat diketahui jenis-jenis cangkang

Gastropoda yang tersedia. Cangkang tersebut

berasal dari beberapa famili Gastropoda yang

ada, yakni famili Melongenidae (Pugilina

cochlidium), famili Bursidae (Bursa sp.), famili

Muricidae (Murex sp.), famili Naticidae (Natica

vitellus, Natica sp.), dan famili Neritidae (Nerita

articulata).

Teoh dkk (2014:8) menjelaskan bahwa

untuk melindungi diri dari predator kelomang

cenderung memilih cangkang yang tebal.

Berdasarkan data temuan mengenai cangkang

yang digunakan oleh kelomang, karakteristik

cangkang yang tebal pada dasarnya dimiliki oleh

Gastropoda dari famili Melongenidae. Menurut

Wahyuni dkk (2010:7) Gastropoda dari famili

ini hidup pada wilayah berlumpur, dekat muara

sungai, dan di hutan mangrove. Habitat tempat

ditemukannya Gastropoda ini juga merupakan

habitat bagi kelomang, sehingga memberi

peluang bagi kelomang untuk menggunakan

cangkang Gastropoda dari famili ini.

Karakteristik Gastropoda dari famili

Melongenidae dapat dilihat dari Gambar 1

berikut:

Gambar 1 Cangkang dari famili Melongenidae

Selain Gastropoda dengan karakter

cangkang yang tebal, kelomang juga

menggunakan cangkang Gastropoda yang

memiliki permukaan cangkang yang berduri.

Karakteristik cangkang yang berduri dinilai

dapat melindugi kelomang dari predator. Famili

Burisidae dan Muricidae merupakan famili dari

Gastropoda yang memiliki karakteristik

cangkang yang berduri. Karakteristik cangkang

dari famili Burisidae dan Muricidae dapat dilihat

dari Gambar 2.

Karakteristik pemilihan cangkang pada

kelomang pada dasarnya tidak begitu terlihat

jelas. Hal ini tampak dari jenis cangkang yang

digunakan kelomang yang ditemukan. Cangkang

dari famili Melongenidae, Muricidae, dan

Burisidae -

Gambar 2. Cangkang a. famili Muricidae; b. famili

Burisidae

memiliki potensi yang menarik bagi kelomang

terhadap perlindungan dari serangan predator.

Cangkang ini memiliki karakteristik yang tebal

dengan permukaan cangkang yang dipenuhi duri.

Berbeda dengan cangkang dari famili Neritidae

dan Naticidae yang tidak memiliki karakteristik

demikian. Famili Neritidae dan Naticidae

a b

Page 9: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

memiliki karakteristik cangkang yang ringan

dan tidak begitu tebal dengan permukaan yang

cenderung lebih licin pada famili Naticidae.

Karakteristik cangkang dari famili Neritidae dan

Naticidae dapat dilihat dari Gambar 3 berikut:

Gambar 3 Cangkang dari a. Famili Neticidae,

b.Polinices sp, c.Famili Neritidae

Cappenberg (2016:69) menjelaskan bahwa

Gastropoda dari famili Naticidae hidup pada

substrat yang didominasi oleh pasir dan lumpur.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa spesies Polinices

sp. yang tergolong dalam famili ini dapat

ditemukan pada daerah tepi pantai yang

berdekatan dengan vegetasi mangrove. Begitu

juga dengan Gastropoda dari famili Neritidae,

Wahyuni dkk (2010:8) menjelaskan bahwa famili

Neritidae dapat ditemukan menempel pada

batang dan akar tumbuhan mangrove. Oleh

karena itu dapat diketahui bahwa Gastropoda

dari famili Naticidae dan Neritidae ini

merupakan famili dari kelompok Gastropoda

yang dapat ditemukan di ekosistem mangrove.

Analisis Faktor Lingkungan

Hasil pengukuran parameter lingkungan

di setiap stasiun disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Data hasil pengukuran faktor lingkungan

No. Karakteristik

yang diamati

Stasiun

I

Stasiun

II

Stasiun

III

1. Jenis

Substrat

Liat

berdebu

Liat Liat

2. Suhu (ºC) 29,2º 31,4º 30,3º

3. pH 5,7 6,2 5,6

4. Salinitas 25 ppt 30 ppt 32 ppt

Secara keseluruhan pengukuran terhadap

faktor lingkungan meliputi suhu, salinitas, pH,

dan jenis substrat masih cukup mendukung bagi

kehidupan kelomang. Pada masing-masing

stasiun, perbedaan jenis substrat cenderung

menunjukkan perbedaan spesies kelomang yang

ditemukan. Pada stasiun 2 terdapat substrat yang

menyerupai pasir dan berasal dari pecahan

cangkang Bivalvia maupun Gastropoda. Pada

substrat ini ditemukan keloomang dari famili

Coenobitidae. Sedangkan pada substrat

berlumpur dapat ditemukan kelomang dari famili

Diogenidae.

Suhu pada stasiun penelitian berkisar

antara 29,2º-31,4º. Hal ini meninjukkan bahwa

suhu pada stasiun penelitian berada pada kisaran

toleransi. Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi

(2010:69) menunjukkan bahwa kisaran nilai

toleransi Krustase berada pada 27 º C-31ºC.

Hasil pengukuran pH pada masing-

masing stasiun masih berada dalam batas kisaran

yakni 56-6,2. Jika pH kurang dari 5 atau lebih

dari 9, maka tidak akan akan menguntungkan

bagi kelomang Pratiwi (2010:69).

Nilai salinitas substrat menunjukkan

rrentang yang cukup lebar antara stasiun I, II,

dan III. Pada stasiun I memiliki salinitas sebesar

25 ppt. Sedangkan pada stasiun II dan III

memiliki salinitas 30-32 ppt. Stasiun I memiliki

nilai salinitas terendh dari dua stasiun lainnya.

Meireles (2006:91) menjelaskan bahwa hanya

sedikit kelomang yang ditemukan pada salinitas

rendah. Pada stasiun I hanya dapat ditemukan

kelomang dari genus Clibanarius begitu juga

dengan stasiun III. Hal ini menunjukkan bahwa

pada genus Clibanarius memiliki toleransi lebar

terhadap salinitas.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka didapat maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Terdapat 5 spesies kelomang yang berasal

dari 2 famili dan 3 genus di Desa Lambur,

dengan nilai indeks keanekaragaman secara

keseluruhan adalah rendah berkisar dari

0,3450-1,239. Sedangkan nilai indeks

dominansi pada stasiun I tergolong tinggi

yakni, 0,8051 dan indeks dominansi pada

stasiun II dan III tergolong rendah berkisar

0,3287-0,3182. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi habitat kelomang kurang stabil.

2. Secara keseluruhan kondisi faktor

lingkungan pada ekosistem mangrove Desa

Lambur masih berada dalam batas toleransi

bagi kelomang. Dengan karakteristik subtrat

liat dan suhu lingkungan yang berada pada

kisaran 29,2ºC-31,4ºC. Sedangkan untuk pH

berada pada kisaran 5,6-6,2 serta salinitas

pada kisaran 25-32 ppt.

a b c

Page 10: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN KELOMANG ... ILMIAH...berlumpur, berpasir, berbatu, dan ekosistem mangrove. Salah satu habitat kelomang adalah ekosistem mangrove. Mangrove merupakan

Oktaselviya Pasaribu (A1C413044) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Dwi Listyo Rahayu

yang telah membantu dalam proses

identifikasi kelomang, serta kepada semua

pihak yang telah membantu dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

DAFTAR RUJUKAN

Aswandy, I. Struktur Komunitas Krustasea Di

Estuaria Cisadane Dan Perairan Laut

Sekitarnya. Oseanologi dan Liminologi di

Indonesia. 34(1):67-81

Cappenberg, H. 2016. Moluska di Pulau

Kabaena, Muna, dan Buton Sulawesi

Tenggara. Oseanologi dan Liminologi di

Indonesia. 1(2): 61-72

Chaniago, D. 2015. Diakses pada 29 Juni 2016

22.34 WIB. Hutan Mangrove di Jambi

Kian Rusak. http://www.kompasiana.com/

prov-jambi/hutan-mangrove-di-jambi-kian-

rusak_5528 a66f6ea8342b5f8b456e.

Epa, U.P.K & T.W.J.T. Silva. 2011. A Study on

Diversity and Shell Utilization of Hermit

crabs (Families Coenobitidae and

DiogenidaeI in the Western Coast of Sri

langka. Kelaniya: Departermen Zoology

University of Kelaniya

Fachrul,M. 2006. Metode Sampling Bioekologi.

Jakarta: Bumi Aksara

Magurran, A., E., 2004. Measuring Biological

Diversity. Australia: Blackwell Publishing.

Meireles, A.L., Mariana T., Renata B., Fernando,

L.M., 2006. Spatial and Seasonal of the

Hermit Crab Pagurus exilis (Benedict,

1892) (Decapoda: Paguridae) I The

Southwestern Coast of Brazil. Revista de

Biologia Marina y Oceanografia. 40(1):

87-95

McLaughlin. P. & Paul F. Clark. 1997. A

Review of Diogenes (Crustacea,

Paguridea) Hermit Crabs Collected by

Bedford and Lanchester from Singapore,

and From the ‘skeat’ Expedition to the

Malay Peninsula With a Description of a

New Species an Notes on Diogenes

intermedius De Man, 1892. Bulletin of the

Natural History Museum, Zoology Series.

63(1): 33-49

McLauhing, P., Rahayu, D.L., Komai, T., Chan,

T.Y., 2007. A Catalog of The Hermit

Crabs (Paguroidea) of Taiwan. Taiwan:

National Taiwan Ocean University

Moramand & Adireza. 2007. Littorial Hermit

Crab (Decapoda: Anomura: Paguroidea)

from The Gulf of Oman, Iran. Iranian

Journal of Animal Biosystematics., 3 (1):

25-36.

Nakasone, Y. 1988. Land Hermit Crabs From

Ryukyus, Japan, With a Description of a

New Spesies from the Philippines

Crustacea, Decapoda, Coenobitidae).

Zoological Science. 5(1): 165-178

Odum, E.P. 19934. Dasar-Dasar

Ekologi.Yogyakarta: University Gajah

Mada Press

Pratiwi, R., 2010. Asosiasi Krustasea di

Ekosistem Padang Lamun Perairan Teluk

Lampung, Ilmu Kelautan., 15(2): 66-76

Ramesh, S., Sankar, S., & Elangomathavan.

2009. Habitat Diversity of Hermit Crab

Clibanarius Longitarsus in Vellar Estuary,

Southeast Coast of India.Recent Research

in Science and Technology. 1(4):161-168

Teoh, H., Muhammad,A., Ving, C., 2014.

Influence of Habitat Heterogeneity on the

Assemblages And Shell Use of Hermit

Crabs (Anomura: Diogenidae) . Zooogical

Studies. 1: 53-67

Wahyuni, S., Arief, A., Nurul,A. 2010. Jenis-

Jenis Moluska (Gastropoda Dan Bivalvia)

Pada Ekosistem Mangrove di Desa Dedap

Kecamatan Tasik Putri Puyu Kabupaten

Kepulauan Meranti, Riau. Riau:

Universitas Pasir Pengaraian