keanekaragaman makrofauna pada ekosistem sungai …

6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 324 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI BRANTAS DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL BIOLOGI BERBASIS RISET UNTUK SISWA KELAS X SMA/MA Macro-animal diversity in Brantas River Ecosystem and Development as Biology Research-Based Module for 1 st Grade of SHS Student Santy Pristya Putri 1 , Moh. Amin 2 , Elly Purwanti 3 1 Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2 Dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No.5 Malang 3 Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Tlogomas No.246, Malang e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Pembelajaran biologi menuntut adanya interaksi antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari sehingga kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik dapat tercapai sesuai dengan Kurikulum 2013. Salah satu materi yang dekat dengan kehidupan siswa adalah keanekaragaman hayati. Sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dekat dengan lingkungan pendidikan namun belum diketahui tingkat keanekaragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan keanekaragaman makrofauna ekosistem Sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang, (2) menghasilkan modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA, (3) menjelaskan validitas dan keterbacaan modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA. Metode pengumpulan data pada penelitian tahap I dilakukan dengan pengambilan langsung makrofauna pada stasiun pengambilan sampel. Penelitian tahap II dilakukan dengan metode pengembangan ADDIE tanpa melalui tahap Implementation. Hasil penelitian tahap I menunjukkan makrofauna yang ditemukan adalah Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus gonionotus, Poecilia reticulate. Keanekaragaman jenis makrofauna adalah rendah. Indeks kemerataan dan dominansinya juga tergolong rendah. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah Tarebia granifera. Hasil penelitian tahap II dihasilkan modul Biologi tentang keanekaragaman makrofauna ekosistem sungai dengan presentase validitas ahli bahan ajar, ahli materi, praktisi pendidikan sebesar 95,63%, 92,64%, 97,50% (sangat valid) dan hasil uji keterbacaan siswa sebesar 90,33% (sangat valid). Kata Kunci: ekosistem sungai, keanekaragaman, makrofauna, modul berbasis riset. ABSTRACT Learning biology requires an interaction between subjects of study with the object being studied so that the competence of the affective, cognitive and psychomotor can be achieved in accordance with the Curriculum of 2013. The purpose of this study was to (1) explain the macro-animal diversity in Brantas river ecosystem of Muhammadiyah University of Malang, (2) produce biology research-based module for class X SHS, (3) explain the validity and legibility of biology research-based module for class X SHS. Method of data collection in the first phase of research is done by taking macrofauna at sampling stations. Method of data collection in the 2 nd phase of research is done by ADDIE methods without Implementation. The result of 1 st phase of research found some macro-animal, Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus gonionotus, Poecilia reticulata. Macrofauna diversity indeks is low. Evennes and domination indeks is low. Higher INP score is Tarebia granifera. The result of 2 nd is Biology Research-Based module about macro-animal diversity in river ecosystem with validity score for teaching material experts, matter experts, and teacher are 95,63%, 92,64%, 97,50% (very valid) and legibility score is 90,33% (very valid). Keywords: river ecosystem, diversity, macro-animal, research-based module. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Kurikulum 2013 adalah dilakukannya pembaharuan dan perbaikan guna meningkatkan mutu pendidikan (Yusliana, 2010). Perbaikan tersebut dapat dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran salah satunya bahan ajar (Wena, 2009). Proses pembelajaran pada semua level pendidikan seyogyanya menyajikan bahan ajar yang berkualitas, termasuk pada SMA (Sekolah Menengah Atas). Salah satu mata pelajaran di SMA yang wajib dipelajari adalah mata pelajaran pada bidang sains yaitu Biologi (life science), Fisika ( physical science), dan Kimia (chemical science). Pembelajaran sains menuntut adanya interaksi antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari. Melalui interaksi ini diharapkan akan tercipta proses belajar yang lebih baik karena subjek belajar diharapkan dapat mengungkapkan gejala benda dan peristiwa secara langsung. Sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 324

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI BRANTAS DAN

PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL BIOLOGI BERBASIS RISET UNTUK

SISWA KELAS X SMA/MA Macro-animal diversity in Brantas River Ecosystem and Development as Biology Research-Based Module

for 1st Grade of SHS Student

Santy Pristya Putri1, Moh. Amin

2, Elly Purwanti

3

1Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang

2Dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang No.5 Malang 3Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang,

Jl. Tlogomas No.246, Malang

e-mail korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Pembelajaran biologi menuntut adanya interaksi antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari sehingga

kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik dapat tercapai sesuai dengan Kurikulum 2013. Salah satu materi yang

dekat dengan kehidupan siswa adalah keanekaragaman hayati. Sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dekat dengan lingkungan

pendidikan namun belum diketahui tingkat keanekaragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan

keanekaragaman makrofauna ekosistem Sungai Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang, (2)

menghasilkan modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA, (3) menjelaskan validitas dan keterbacaan modul Biologi berbasis riset untuk siswa kelas X SMA/MA. Metode pengumpulan data pada penelitian tahap I

dilakukan dengan pengambilan langsung makrofauna pada stasiun pengambilan sampel. Penelitian tahap II dilakukan

dengan metode pengembangan ADDIE tanpa melalui tahap Implementation. Hasil penelitian tahap I menunjukkan

makrofauna yang ditemukan adalah Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus gonionotus, Poecilia reticulate. Keanekaragaman jenis makrofauna adalah rendah. Indeks kemerataan dan

dominansinya juga tergolong rendah. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah Tarebia granifera. Hasil penelitian

tahap II dihasilkan modul Biologi tentang keanekaragaman makrofauna ekosistem sungai dengan presentase validitas

ahli bahan ajar, ahli materi, praktisi pendidikan sebesar 95,63%, 92,64%, 97,50% (sangat valid) dan hasil uji

keterbacaan siswa sebesar 90,33% (sangat valid).

Kata Kunci: ekosistem sungai, keanekaragaman, makrofauna, modul berbasis riset.

ABSTRACT Learning biology requires an interaction between subjects of study with the object being studied so that the

competence of the affective, cognitive and psychomotor can be achieved in accordance with the Curriculum of 2013.

The purpose of this study was to (1) explain the macro-animal diversity in Brantas river ecosystem of

Muhammadiyah University of Malang, (2) produce biology research-based module for class X SHS, (3) explain the validity and legibility of biology research-based module for class X SHS. Method of data collection in the first phase

of research is done by taking macrofauna at sampling stations. Method of data collection in the 2nd phase of research

is done by ADDIE methods without Implementation. The result of 1st phase of research found some macro-animal,

Parathelphusa convexa, Sulcospira testudinaria, Tarebia granifera, Barbonymus gonionotus, Poecilia reticulata. Macrofauna diversity indeks is low. Evennes and domination indeks is low. Higher INP score is Tarebia granifera.

The result of 2nd is Biology Research-Based module about macro-animal diversity in river ecosystem with validity

score for teaching material experts, matter experts, and teacher are 95,63%, 92,64%, 97,50% (very valid) and

legibility score is 90,33% (very valid).

Keywords: river ecosystem, diversity, macro-animal, research-based module.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional serta Kurikulum 2013 adalah dilakukannya

pembaharuan dan perbaikan guna meningkatkan mutu

pendidikan (Yusliana, 2010). Perbaikan tersebut dapat

dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran salah

satunya bahan ajar (Wena, 2009). Proses pembelajaran

pada semua level pendidikan seyogyanya menyajikan

bahan ajar yang berkualitas, termasuk pada SMA

(Sekolah Menengah Atas). Salah satu mata pelajaran di

SMA yang wajib dipelajari adalah mata pelajaran pada

bidang sains yaitu Biologi (life science), Fisika (physical

science), dan Kimia (chemical science).

Pembelajaran sains menuntut adanya interaksi

antara subjek belajar dengan objek yang dipelajari.

Melalui interaksi ini diharapkan akan tercipta proses

belajar yang lebih baik karena subjek belajar diharapkan

dapat mengungkapkan gejala benda dan peristiwa secara

langsung. Sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa

Page 2: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 325

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

pengetahuan dibentuk sendiri oleh subjek didik secara

aktif, tidak secara pasif menerima pengetahuan dari

pendidik. Sehingga diperlukan pengembangan bahan ajar

yang mampu menuntun siswa untuk memperoleh

pengalaman belajar secara mandiri sesuai dengan tuntutan

perkembangan proses pembelajaran abad 21.

Pengembangan sumber belajar biologi merupakan suatu

keharusan dalam sistem pembelajaran yang semakin

berkembang pesat ini (Suhardi, 2012).

Salah satu materi dalam mata pelajaran Biologi

yang berkaitan erat dengan keadaan lingkungan sekitar

siswa adalah Keanekaragaman Hayati. Materi ini

merupakan materi yang menarik bagi siswa, melihat

Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman

hayati dunia (Indriyanto, 2008). Salah satu sumber

keanekaragaman hayati adalah ekosistem sungai. Sungai

merupakan badan air mengalir (perairan lotic) yang

membentuk aliran di daerah daratan dari hulu menuju ke

arah hilir dan akhirnya bermuara ke laut (Downes, et al.,

2002).

Ekosistem sungai Brantas area Kampus III

Universitas Muhammadiyah Malang merupakan salah

satu contoh sumber keanekaragaman hayati yang

representatif karena letaknya dekat dengan lingkungan

pendidikan namun belum diketahui tingkat

keanekaragamannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui keanekaragaman yang ada di

area tersebut sehingga dapat diketahui keadaan

ekosistemnya. Menurut Pratiwi (2015), ekosistem sungai

tersusun dari beberapa komponen biotik dan abiotik yang

saling berinteraksi. Salah satu komponen biotik yang

representatif adalah makrofauna. Hal ini dikarenakan

makrofauna adalah hewan yang berukuran lebih dari dari

10mm dan dapat terlihat langsung oleh mata tanpa harus

menggunakan alat pembesar (lup atau mikroskop)

sehingga mudah untuk diidentifikasi. Hal ini sangat

penting karena penelitian ini merupakan penelitian

dengan tujuan untuk pembelajaran siswa, sehingga

penelitian yang dilakukan harus representatif dan dapat

dilakukan oleh siswa sesuai dengan materi yang

dikembangkan yaitu kenakeragaman hayati.

Berdasarkan analisis kebutuhan yang sudah

dilakukan kepada siswa kelas X MIA 1 dan guru Biologi

SMA Panjura Malang disimpulkan bahwa dibutuhkan

bahan ajar yang dapat menuntun siswa untuk

melakasanakan pembelajaran secara mandiri dan

langsung. Menurut Dewi (2006), modul merupakan salah

satu bahan ajar yang menyediakan hampir semua yang

dibutuhkan oleh peserta didik diantaranya tujuan

pembelajaran, panduan penggunaan, uraian materi,

intisari, evaluasi, dan umpan balik serta tindak lanjut.

Kelengkapan modul dibutuhkan agar peserta didik dapat

memahami materi pembelajaran dengan lebih optimal.

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah

sebagai berikut: (1) menganalisis keanekaragaman

makrofauna pada ekosistem sungai Brantas area kampus

III Universitas Muhamamdiyah Malang (2) Menjelaskan

langkah pengembangan modul berbasis penelitian

keanekaragaman (3) dan menganalisis validitas dan

keterbacan modul berbasis penelitian keanekaragaman.

METODE

Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Penelitian tahap I

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan

sampel dengan menggunakan metode eksplorasi yaitu

mengambil sampel secara langsung pada lokasi

pengambilan sampel (hand collecting dengan bantuan

jaring surber) kemudian dianalisis. Lokasi pengambilan

sampel adalah perairan sungai Brantas area Kampus III

Universitas Muhammadiyah Malang yang dibagi menjadi

2 stasiun dengan menggunakan teknik purpossive random

sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh

makrofauna. Makrofauna yang telah diambil kemudian

diidentifikasi di Laboratorium Perikanan Universitas

Muhammadiyah Malang dan kualitas air dianalisis di

Laboratorium kualitas air Perum Jasa Tirta 1 Malang.

Penelitian tahap II dilakukan menggunakan metode

penelitian pengembangan ADDIE yang terdiri atas 5

tahap, yaitu Analyze, Design, Develope, Implementation,

dan Evaluation (Branch, 2009) namun tidak melakukan

tahap Implementation karena kurangnya waktu, tenaga,

dan biaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil dan pembahasan pada

penelitian yang diuraikian dalam dua tahap penelitian

sebagai berikut.

Penelitian Tahap I

Berdasarkan hasil identifikasi yang sudah

dilakukan, spesies makrofauna yang ditemukan pada

masing-masing stasiun bervariasi jenis dan jumlahnya.

Terdapat spesies yang hanya ditemukan pada salah satu

stasiun atau ditemukan pada kedua stasiun. Data spesies

makrofauna yang ditemukan beserta jumlahnya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesies Makrofauna pada Semua Stasiun

No. Nama Spesies Stasiun

I II

1. Parathelphusa convexa 4 17

2. Sulcospira testudinaria 14 28

3. Tarebia granifera 21 34 4. Barbonymus gonionotus 0 13

5. Poecilia reticulate 0 9

Jumlah 39 101

Tahap selanjutnya adalah uji kualitas air dan

perhitungan indeks keaekaragaman, indeks kemerataan,

indeks dominansi, dan indeks nilai penting. Data hasil uji

kualitas air berdasarkan beberapa parameter lingkungan

dan perhitungan indeks keanekaragaman, indeks

kemerataan, dan indeks dominansi dapat dilihat dari tabel

2.

Page 3: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 326

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 2. Parameter lingkungan, indeks keanekaragaman, indeks

kemerataan, dan indeks dominansi

No. Parameter

Pengukuran Stasiun I Stasiun II

1. Parameter

Fisika Air

Suhu

Air

22,3°C -27

°C

22°C-

25,8°C

Kecepat

an Arus

0,3 m/s-0,7

m/s

0,28 m/s -

0,5 m/s

pH 8,4 8,1

2. Paraemter

Kimia Air

DO 7,4 mgO2/L 7,3 mgO2/L

BOD5 5,15 mg/L 5,45 mg/L

COD 15,03 mg/L 25,12 mg/L

3. Indeks

Keanekaragaman

0,93 1,5

4. Indeks Kemerataan 0,26 0,33

5. Indeks Dominansi 0,429 0,243

Tabel 3. Indeks Nilai Penting Makrofauna

No. Nama Spesies Stasiun

I II

1. Parathelphusa convexa 35% 33%

2. Sulcospira testudinaria 73% 53% 3. Tarebia granifera 91% 51%

4. Barbonymus gonionotus - 30%

5. Poecilia reticulate - 26%

Parameter Lingkungan

Berdasarkan hasil uji kualitas air, faktor abiotik

yang dianalisis meliputi suhu air, kecepatan arus, Ph,

BOD5, DO, dan COD. Semua nilai parameter lingkungan

yang diukur masih berada dalam ambang batas kualitas

air sungai Brantas sebagai sungai dengan standar baku

mutu air kelas II sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001

tentang standar baku mutu air. Hal ini menunjukkan

kualitas air sungai masih dalam keadaan tidak tercemar

sehingga masih mendukung kehidupan fauna akuatik

yang ada.

Faktor biotik ekosistem merupakan salah satu

faktor lingkungan yang memengaruhi keadaan suatu

ekosistem. Selain menganalisis faktor biotik, peneliti juga

menganalisis keadaan ekosistem sekitar sungai yaitu zona

riparian. Menurut Seminu (2013), zona riparian adalah

zona yang menghubungkan antara ekosistem perairan

dengan ekosistem daratan yang dipengaruhi oleh

pergerakan material dan air. Zona ini umunya didominasi

oleh tumbuhan dan lahan basah. Berbagai penelitian

menjelaskan bahwa zona riparian dengan berbagai

tumbuhan mempunyai habitat yang lebih beranekaragam

daripada zona riparian yang kosong.

Jenis Makrofauna yang ditemukan

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui makrofauna

ekosistem perairan Sungai Brantas yang ditemukan pada

Stasiun I berjumlah 3 spesies dengan jumlah makrofauna

temuan adalah 39 makrofauna dan Stasiun II berjumlah 5

spesies dengan jumlah makrofauna temuan adalah 101

makrofauna. Jumlah total spesies makrofauna yang

ditemukan pada semua stasiun adalah 5 spesies. Spesies-

spesies tersebut digolongkan kedalam 5 famili yang

berbeda, yaitu yaitu famili Gecarcinucidae, Pachychilidae,

Thiaridae, Cyprinidae, dan Poeciliidae. Perbedaan ini

dikarenakan adanya pengaruh dari perbedaan faktor

abiotik yang ada. Menurut Husamah (2014) daerah aliran

sungai yang memiliki faktor abiotik yang berbeda akan

dihuni oleh spesies berbeda. Salah satu perbedaan yang

mencolok antara keadaan stasiun I dan stasiun II adalah

keadaan zona ripariannya. Seperti yang telah dijelaskan

pada uraian sebelumnnya bahwa keadaan ekosistem

stasiun II memiliki tepian atau zona riparian dengan

banyak tumbuhan menyebabkan adanya dua spesies ikan

Barbonymus gonionotus dan Poecilia reticulata yang

ditemukan pada stasiun II tetapi tidak ditemukan pada

stasiun I. Hal ini dipertegas oleh pendapat Chang (2006)

yang menyatakan bahwa vegetasi riparian sangat penting

bagi konservasi sumber daya air dan pelestarian habitat

ikan, pendukung rantai makanan, mempertahankan suhu,

stabilitasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, dan

mempertahankan morfologi sungai.

Indeks Keanekaragaman

Keanekaragaman jenis merupakan parameter yang

digunakan untuk mengukur struktur komunitas, parameter

ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam

suatu komunitas Bedasarkan hasil perhitungan indeks

keanekaragaman Shannon- Wienner didapatkan hasil

sesuai apda tabel 2 sehingga kriteria indeks

keanekaragaman pada stasiun 1 tergolong rendah dan

pada stasiun II tergolong sedang. Sesuai dengan pendapat

Suharjono dkk (2012) dalam Husamah (2014), faktor-

faktor lingkungan berpengaruh terhadap kehadiran dan

pemilihan tempat hidup suatu spesies. Setiap aliran sungai

memiliki kombinasi dan perangkat faktor lingkungan

yang berbeda-beda sehingga memengaruhi struktur

komunitas yang ada pada ekosistem tersebut.

Indeks Kemerataan

Nilai indeks kemerataan menunjukkan ada

tidaknya dominansi spesies pada daerah tersebut. Nilai

indeks kemerataan makrofauna sungai pada semua stasiun

pengambilan sampel adalah rendah. Nilai indeks

kemerataan pada stasiun I adalah 0,26 dan pada stasiun II

adalah 0,33. Basmi (2000) dalam Alfin (2014),

menyatakan indeks kemerataan yang rendah

menunjukkan komunitas yang tidak stabil, komunitas

dalam keadaan tertekan karena mengalami tekanan

lingkungan, atau kondisi lingkungan yang labil.

Indeks Dominansi

Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui

pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan (Odum,

1993). Nilai indeks dominansi makrofauna sungai pada

stasiun I adalah 0,429 dan nilai indeks dominansi

makrofauna sungai pada stasiun II adalah 0,243. Oleh

karena itu, pada stasiun I dan II tidak ada spesies atau

jenis makrofauna sungai tertentu yang mendominansi

karena nilai indeks dominansinya mendekati 0. Nilai

indeks dominansi tersebut menunjukkan pada habitat

sungai Brantas area Kampus III Universitas

Page 4: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 327

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Muhammadiyah Malang memiliki kekayaan taxa yang

tinggi dengan sebaran yang merata.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa

indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi

makrofauna ekosistem sungai Brantas tergolong rendah.

Sesuai dengan hasil analisis faktor abiotik diketahui

bahwa semua faktor abiotik yang ada di perairan Sungai

Brantas area Kampus III Universitas Muhammadiyah

Malang masih berada dalam ambang batas kualitas air

sungai Brantas sebagai sungai dengan standar baku mutu

air kelas II sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 tentang

standar baku mutu air. Hal ini berarti masih menjamin

kehidupan fauna akuatik yang ada didalamnya namun

keanekaragaman makrofauna tergolong rendah sehingga

ada pengaruh faktor lain yang menyebabkan

keanekaragaman makrofaunannya rendah. Salah satu

faktor tersebut adalah keadaan zona riparian. Zona

riparian yang ada pada lokasi pengambilan sampel

tergolong masih kurang baik karena hanya berisi beberapa

jenis tumbuhan bahkan pad stasiun 1 hanya ada 1 spesies

tumbuhan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Chang (2006)

yang menyatakan bahwa vegetasi riparian sangat penting

bagi konservasi sumber daya air dan pelestarian habitat

ikan, pendukung rantai makanan, mempertahankan suhu,

stabilitasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, dan

mempertahankan morfologi sungai.

Indeks Nilai Penting

Persentase atau besarnya pengaruh yang diberikan

suatu jenis hewan terhadap komunitasnya dapat

ditentukan dengan menghitung indeks nilai penting.

Spesies Tarebia granifera memiliki nilai kelimpahan

tertinggi pada stasiun I dan stasiun II. Penelitian yang

pernah dilakukan oleh Murtianingtyas (2006),

menunjukkan bahwa salah satu makroinvertebrata yang

memiliki kelimpahan tinggi pada perairan sungai adalah

Tarebia granifera. Hal ini disebabkan karena moluska ini

memiliki operculum yang dapat digunakan untuk

menutup cangkangnya pada saat kondisi perairan berada

di luar kisaran toleransinya.

Penelitian Tahap II

Penelitian tahap II ini merupakan penelitian

pengembangan modul berbasis penelitian

keanekaragaman dengan menggunakan model

pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development,

Implementation, dan Evaluate) tanpa tahap

Implementation. Hasil penelitian dan pembahasan di

uraikan dalam masing-masing tahap pengembangan.

Analyze

Tahap ini memuat dua kegiatan utama yang

dilakukan yaitu analisis kebutuhan guru dan siswa dan

analisis kurikulum. Hasil analisis kebutuhan yang

dilakukan kepada guru Biologi dan siswa kelas X MIA 1

SMA Panjura Malang menunjukkan bahwa dibutuhkan

pengembangan bahan ajar yang dapat memfasilitasi siswa

untuk melaksanakan proses pembelajaran secara mandiri

dan langsung sesuai dengan karakteristik pembelajaran

sains pada Kurikulum 2013. Hasil analisis kurikulum

yang telah dilakukan menunjukkan materi yang akan

dikembangkan dalam bahan ajar modul adalah materi

Keanekaragaman Hayati yang terletak pada KD. 3.2

“Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat

keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di

Indonesia”untuk SMA Kelas X semester ganjil.

Berdasarkan hasil tersebut maka dikembangkan

modul berbasis penelitian keanekaragaman hayati untuk

siswa kelas X SMA/MA.

Design

Kegiatan utama yang dilakukan pada tahap Design

adalah merancang modul biologi materi keanekaragaman

hayati berbasis penelitian. Modul terdiri dari bagian

pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian

pendahuluan terdiri dari (a) halaman sampul, (b) prakata,

(c) latar belakang, (d) Petunjuk penggunaan modul, (e)

uraian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator

Pencapaian Kompetensi, (f) daftar isi. Bagian isi terdiri

dari uraian materi, kegiatan belajar siswa, dan instrumen

penilaian siswa yang terbagi menjadi 2 unit. Bagian

penutup terdiri dari daftar pustaka dan glossarium. Modul

dilengkapi dengan beberapa fitur tambahan seperti Bio-

story, Bio-konsep, Bio-link.

Development

Tahap ini merupakan tahap pengembangan design

modul yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya

kemudian menguji validitas dan keterbacaan modul.

Design modul dikembangkan menjadi modul jadi. Berikut

adalah gambar cover modul yang sudah dikembangkan.

Tahap selanjutnya adalah modul di-review dan

editing oleh dosen pembimbing. Tahap selanjutnya adalah

validasi modul oleh validator ahli bahan ajar, ahli materi,

dan praktisi pendidikan. Validasi dilakukan dengan

memberikan modul kepada validator dan validator

memberikan penilaian sesuai dengan aspek penilaian

masing-masing. Berikut adalah hasil validasi modul yang

diuraikan pada Tabel 4.

Gambar 4.6 (a) Halaman sampul utama depan (b)

belakang, (c) halaman sampul kedua.

(a) (b) (c)

Page 5: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 328

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 4. Hasil Validasi Modul No. Valdiator Hasil Validasi Kriteria

1. Ahli bahan ajar 95,63% Sangat valid

2. Ahli materi 92,64% Sangat valid

3. Praktisi

pendidikan

97,50% Sangat valid

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa

validitas modul adalah sangat valid dengan beberapa

revisi kecil seperti kesalahan pengetikan dan pemilihan

warna desain modul. Tahap selanjutnya adalah melakukan

revisi sesuai dengan saran validator dan melakukan uji

keterbacaan modul oleh siswa. Uji keterbacaan adalah

tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan bahan bacaan

bagi pembaca. Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa

kelas X MIA SMA Panjura yang dipilih dengan metode

Cluster sampling untuk menggolongkan siswa

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Kemudian

dari masing-masing kelompok dipilih 3 anak dengan

teknik Simple random sampling sehingga jumlah sampel

adalah 9 siswa. Hasil uji keterbacaan siswa dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Keterbacaan Modul

No. Valdiator Hasil

Validasi Kriteria

1. Komponen Modul 89,93% Sangat valid

2. Kebahasaan 95,37% Sangat valid

3. Penyajian 85,55% Sangat valid 4. Tampilan 88,89% Sangat valid

5. Manfaat 91,67% Sangat valid

Rata-rata 90,33% Sangat Valid

Sesuai dengan kriteria angket bahwa hasil uji

keterbacaan siswa terhadap modul yang telah

dikembangkan adalah sangat valid. Hal ini berarti isi

modul dapat dipahami siswa dan disukai, sehingga dapat

menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.

Pengembangan modul ini difokuskan pada bagian isi

modul yaitu uraian materi dan gambar pendukung yang

merupakan hasil dari riset identifikasi yang telah

dilakukan sebelumnya. Tahap ini sangat penting karena

dengan pengembangan bahan ajar berupa panduan

praktikum berbasis penelitian kekinian dan berbasis

penelitian, akan memberikan penguatan pengembangan

pendidikan yang dilandasi oleh perkembangan keimuan

biologi kekinian (Amin, 2010; Amin, 2015 dan Amin,

2016).

Evaluate

Tahap evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini

adalah evaluasi pada semua tahap penelitian

pengembangan. Hasil validasi modul ajar berbasis

penelitian oleh ahli materi, ahli bahan ajar da praktisi

pendidikan secara berturut-turut menunjukkan presentase

92,64%, 95,63%, 97,50%. Berdasarkan kriteria kualifikasi

penilaian yang diadaptasi dari Akbar (2013), modul

biologi berbasis penelitian ini termasuk ke dalam kategori

sangat valid sehingga dapat digunakan dalam

pembelajaran Biologi namun dengan revisi kecil sesuai

saran validator.

Komentar dan saran dari vaidator ahli materi, ahli

bahan ajar, dan praktisi pendidikan serta siswa yang

menjadi subyek uji coba keterbacana modul pada

kelompok kecil digunakan sebagai pertimbangan dalam

proses revisi modul Biologi berbasis penelitian. Berikut

adalah beberapa contoh perbandingan modul awal dengan

modul hasil revisi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat 5 jenis makrofauna yang ditemukan pada

ekosistem perairan Sungai Brantas area Kampus III

Universitas Muhammadiyah Malang. Indeks

keanekaragaman spesiesnya rendah untuk stasiun I

dan sedang untuk stasiun II. Indeks dominansi dan

kemerataannya rendah. INP tertinggi adalah spesies

Tarebia granifera.

2. Pengembangan modul dilakukan dengan model

pengembangan ADDIE yang meliputi tahap Analyze,

Design, Development, Implementation, dan Evaluate

namun tidak melakukan tahap Impelementation karena

kurangnya waktu, tenaga, dan biaya.

3. Hasil validasi modul dari ahli bahan ajar, ahli materi,

dan praktisi pendidikan adalah sangat valid. Hasil uji

keterbacaan modul oleh siswa adalah sangat valid

sehingga modul bisa menjadi salah satu alternatif

bahan ajar berbasis penelitian pada materi

keanekaragaman hayati untuk siswa kelas X

SMA/MA.

Saran

Penelitian tahap I ini dilakukan pada musim

penghujan, untuk memperoleh data yang lebih lengkap

tentang keanekaragaman makrofauna maka disarankan

penelitian dilakukan pada musim kemarau juga serta

dalam waktu yang relatif lama, area pengambilan sampel

yang lebih luas, dan jenis sampel yang berbeda. Penelitian

tahap II tidak melakukan tahap Implementation, sehingga

Gambar 4.8 Perbandingan contoh

keanekaragaman tingkat spesies (a) sebelum

revisi, (b) sesudah revisi.

(a) (b

)

Page 6: KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA PADA EKOSISTEM SUNGAI …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., Keanekaragaman Makrofauna Sungai 329

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

disarankan untuk dilakukan tahap tersebut agar diketahui

keefektivan modul dalam meningkatkan hasil belajar

siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Alfin, Edward., 2014. Kelimpahan Makrozoobenthos di

Perairan Situ Pamulang. Jurnal Biologi. 7(2):69-

73.

Amin, M. 2010. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian

Bidang Biologi Dalam Pemebelajaran. Proseding

Seminar Biologi. Vol.1 No.7. diakses dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/arti

cle/view/1202

Amin, M. 2015. Biologi sebagai Sumber Belajar untuk

Generasi Masa Kini dan Mendatang yang

Berintegritas dan Berperadapan Tinggi. Pidato

Pengukuhan Guru Besar. Kemristekdikti.

Universitas Negeri Malang.

Amin, M. 2016. Pesatnya Perkembangan Biologi dan

Tantangan Pembelajarannya pada Abad 21.

Makalah utama pada Seminar Nasional Sain

Teknologi dan Pembelajarannya di Universitas

Muhammadiyah Surakarta. 21 Mei 2016.

Branch, R. M., 2009. Instructional Design: The ADDIE

approach. New York: Spinger Science+Bussines

Media, LLC.

Husamah, 2014. Ekologi Hewan (Pengayaan Ekologi

Collembola Tanah di DAS Brantas Hulu Kota

Batu. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program

Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas

Negeri Malang.

Indriyanto, 2008. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Murtianingtyas, Eki., 2006. Identifikasi Invertebrata

Makro sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai

Ranu Pakis di Kecamatan Klakah Kabupaten

Lumajang. Skripsi. FMIPA. Universitas Jember.

Prastowo, A., 2012. Pengembangan Sumber Belajar.

Yogyakarta: Pedagogia.

Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga.

Alih Bahasa: Samingan, T “Fundamental of

Ecology”. Yogyakarta: UGM Press.

Rahayu, Fitri Ayu S., 2013. Pengembangan Modul

Keanekaragaman Reptilia Berbasis Museum

Biologi UGM Sebagai Bahan Ajar Mandiri Siswa

SMA/MA Kelas X. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (cek

penulisan nama)

Suhardi, 2003. Pengembangan Sumber Belajar Biologi.

Yogyakarta: FMIPA UNY.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Wena, Made., 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif

Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. (cek

penulisan nama)

Yusliana, W. 2010. Implementasi Model Pembelajaran

LC “5E” dengan mengoptimalkan media

pembelajaran worksheet untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa pokok bahasan segiempat.

Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.