makalah kasus 2 ogr

28
BAB I PENDAHULUAN Infeksi hepatis B pada ibu hamil merupakan masalah yang serius. Penularannya melalui cara horizontal yaitu melalui parenteral. Antara lain saat terpapar darah, semen, sekresi vagina, dan air ludah atau saliva. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, dan transmisi melalui laktasi. Kasus infeksi virus hepatitis B merupakan penyebab 50% ikterus atau bayi kuning pada kelahiran. Di sejumlah negara berkembang, angka kematian akibat infeksi itu mencapai 10% hingga 45%. Gambaran klinis virus hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan gambaran klinis virus hepatitis pada umumnya. Semula diduga bahwa infeksi hepatitis selama kehamilan lebih berat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Gejala penyakit biasanya seperti mual, muntah, nafsu makan menurun dan gejala flu. ''Sebanyak 50% hepatitis B 1

Upload: anggiadian

Post on 05-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kasus 2 OGR

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi hepatis B pada ibu hamil merupakan masalah yang serius. Penularannya

melalui cara horizontal yaitu melalui parenteral. Antara lain saat terpapar darah, semen,

sekresi vagina, dan air ludah atau saliva. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa

cara, yaitu melalui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, dan transmisi melalui

laktasi.

Kasus infeksi virus hepatitis B merupakan penyebab 50% ikterus atau bayi kuning

pada kelahiran. Di sejumlah negara berkembang, angka kematian akibat infeksi itu mencapai

10% hingga 45%. Gambaran klinis virus hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan

gambaran klinis virus hepatitis pada umumnya. Semula diduga bahwa infeksi hepatitis

selama kehamilan lebih berat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

Gejala penyakit biasanya seperti mual, muntah, nafsu makan menurun dan gejala flu.

''Sebanyak 50% hepatitis B terjadi pada wanita hamil. Kalau si ibu sudah terjangkit hepatitis,

ketika melahirkan bayinya akan langsung diberi vaksin itu untuk memberikan kekebalan pada

si bayi,'' kata Internal Department School of Medicine Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Siti Nurdjanah. Dia memaparkan, penularan terhadap bayi tergantung usia kehamilannya.

Infeksi yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua, angka penularannya kurang

dari 10%. Adapun pada trimester ketiga, angka penularannya mencapai 70%. (1)

1

Page 2: Makalah Kasus 2 OGR

BAB II

LAPORAN KASUS

SESI 1

Lembar 1

Ny.Y, 24 tahun datang ke dokter untuk pemeriksaan ante natal. Sebelumnya pasien kontrol

hamil teratur di bidan. Ini merupakan kehamilan pertama. Menstruasi terakhir tanggal 9 Juli

2010 dengan siklus haid 28 hari dan teratur.

Lembar 2

Pendidikan pasien dan suami tamat SMA. Riwayat drug user jenis suntik, 5 tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik:

Keadaan umum : Baik

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 86x/menit

Suhu : 36,8oC

Pernafasan : 20x/menit

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop(-)

Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Membuncit sesuai kehamilan

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-

Pada pemeriksaan obstetrik:

TFU : 21 cm2

Page 3: Makalah Kasus 2 OGR

Presentasi kepala : Kepala belum masuk pintu atas panggul

DJJ : 150x/menit reguler

Lembar 3

Dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Darah perifer lengkap:

Hb : 12,6 g/dl

leukosit : 9000 g/dl

trombosit : 280.000 g/dl

Gula darah sewaktu : 92 mg/dl

Urinalisa dalam batas normal

HbsAg (+), dengan titer 1.307,61 s/co

SESI 2

Pada pemeriksaan selanjutnya HBeAg (-), SGOT 48, SGPT 60, HIV (-)

3

Page 4: Makalah Kasus 2 OGR

BAB III

PEMBAHASAN

ANAMNESIS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Y

Umur : 24 tahun

Alamat : -

Pendidikan : SMA

Status pernikahan : Menikah

2. Anamnesis Tambahan :

Riwayat haid: -

Riwayat Kehamilan saat ini: -

Riwayat Penyakit dalam keluarga:

a. Adakah anggota keluarga yang menderita DM atau hipertensi?

Riwayat Penyakit Ibu:

a. Apakah ibu menderita penyakit DM?

b. Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus sebelumnya?

Riwayat Imunisasi:

a. Imunisasi apa sajakah yang sudah pernah didapat?

Riwayat Kebiasaan:

a. Bagaimana pola makan selama kehamilan?

b. Apakah merokok dan mengkonsumsi alkohol?

c. Apakah asupan gizi cukup selama kehamilan?

4

Page 5: Makalah Kasus 2 OGR

PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum : Baik

Tanda vital

o Tekanan Darah : 110/70 mmHg N

o Nadi : 86x/menit N

o Suhu : 36,8oC N

o Pernafasan : 20x/menit N

Antropometri

o TB : -

o BB : -

2. Status Generalisata

a) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

b) Gigi-Geligi : -

c) Thorax

1) Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

2) Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop(-)

3) Payudara : -

d) Abdomen :

Membuncit sesuai kehamilan

5

Page 6: Makalah Kasus 2 OGR

e) Ekstremitas :

Akral hangat, edema -/-

f) Anogenital :

-

3. Status Obstetrik

TFU : 21 cm N: 26.7 cm diatas symphisis pada

usia 28minggu

Tafsiran berat janin:

Dengan rumus Johnson-Tausak = (tinggi fundus uteri-n)x155

Keterangan: n = 13 belum melewati PAP

n = 12 diatas spina isciadika

n = 11 dibawah spina isciadika

Hasil : (21-13) x155 =1240 N

Presentasi kepala : Kepala belum masuk pintu atas panggul N

DJJ : 150x/menit reguler N: 140-160x/menit

B. Pemeriksaan Laboratorium

Darah perifer lengkap:

Hb : 12,6 g/dl N

Leukosit : 9000 g/dl N

Trombosit : 280.000 g/dl N

Gula darah sewaktu : 92 mg/dl N pada wanita hamil

Urinalisa dalam batas normal

6

Page 7: Makalah Kasus 2 OGR

HbsAg (+), dengan titer 1.307,61 s/co

HbeAg (-)

SGOT : 48 N: 5-40 (sedikit meningkat)

SGPT : 60 N: 5-41 (sedikit meningkat)

HIV (-)

Interpretasi hasil pemeriksaan

Dari data pemeriksaan yang didapat, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada

pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi fundus uteri dibawah normal. Pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan sedikit kenaikan pada SGOT SGPT, HbsAg positif menandakan

adanya infeksi virus hepatitis B, HbeAg negatif menandakan virus sedang mengalami

infektivitas yang rendah atau sedang bermutasi.

PATOFISIOLOGI

Penularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenteral dimana terjadi

penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar

virus Hepatitis B, pada pasien ini melalui darah akibat dari riwayat drug user jenis suntik.

Hepar merupakan target organ dari virus hepatitis. Virus Hepatitis B mula – mula melekat

pada reseptor spesifik di membran sel hepar (Attachment) kemudian mengalami penetrasi ke

dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma virus Hepatitis B melepaskan mantelnya,

sehingga melepaskan nukleokapsid (Uncoating). Selanjuntnya nukleokapsid akan

menembus dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus Hepatitis B akan keluar dari

nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut.

Selanjutnya DNA virus hepatitis B memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi

7

Page 8: Makalah Kasus 2 OGR

virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, kemudian akan terdeteksi oleh sistem

imun alamiah dan adaptif . yang dimana pada pemeriksaan penunjang didapatkan HbsAg

positif.

Mekanisme kerusakan hepar terjadi karena proses inflamasi dari sel hepatosit yang

menyebabkan sel hepatosit hancur sehingga enzim-enzim hati, SGOT dan SGPT meningkat

didarah.

Penularan virus hepatitis B (HBV) dari ibu ke anak-anaknya, yang disebut transmisi

vertikal dapat terjadi baik di dalam rahim (intrauterin), pada saat persalinan (intrapartum)

atau pasca persalinan ( post partum). Terjadinya infeksi HBV intrauterin akibat adanya

kerusakan plasenta ibu sehingga darah ibu dapat mencemari bagian tubuh fetus.Infeksi intra

partum terjadi akibat tali pusat yang terpotong tercemari HBV, baik yang berasal dari darah

persalinan atau dari gunting yang tidak cukup steril. Sedangkan infeksi HBV yang terjadi

postpartum karena adanya bagian cairan tubuh ibu yang masuk ke dalam tubuh bayi.ASI

meskipun 71% mengandung HbsAg, namun tidak merupakan sumber transmisi vertikal,

kecuali bila pada saat menyusui, puting susu ibu luka dan mukosa mulut bayi juga

luka.Kebiasaan jelek yang sering kita lihat pada ibu-ibu di desa yang menyuapkan makanan

yang telah dilumatkan oleh mulut ibunya. Manakala mukosa mulut bayi ataupun ibunya

terdapat luka maka kemungkinan besar transmisi HBV vertikal terjadi pula

PEMERIKSAAN TAMBAHAN YANG DIANJURKAN

Pemeriksaan antiHbc IgM dan IgG

HbV DNA jika kurang dari 105 : carrier atau inaktif

Jika lebih dari 105 : hepatitis B kronis

DIAGNOSIS

Ibu G1P0A0 Kehamilan 28 minggu dengan Hepatitis B kronik

8

Page 9: Makalah Kasus 2 OGR

Janin presentasi kepala, tunggal, hidup

PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

Istirahat yang cukup

Edukasi

Perhatikan asupan nutrisi

Diet rendah lemak

Lakukan pemeriksaan yang teratur

Medikamentosa

Pada bayi

o Diberikan HBIG 0,05ml dan vaksin HBV 5 mg setelah lahir dalam 12 jam

pertama.

Pada ibu

o Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk diberikan pengobatan hepatitis atau

tidak.

o Memperbaiki daya tahan tubuh ibu agar virus tidak berreplikasi.

PROGNOSIS

Pada ibu

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad sanasionam : Dubia ad malam

Ad fungsional : Dubia ad malam

Pada janin

9

Page 10: Makalah Kasus 2 OGR

Ad bonam

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Hepatitis B Pada Kehamilan

Pendahuluan (2)

Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab

Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat

kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain

yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-

zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan

suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia

beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi

menetralkan racun-racun lain.

Etiologi (2)

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B",

suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau

menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis

akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul

gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan.

Di Amerika Serikat sebagian besar infeksi terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit

ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. Hepatiti B akut mempuyai gejala

klinis yang hampir sama dengan hepatitis A akut. HBV ditemukan pada darah, cairan semen,

10

Page 11: Makalah Kasus 2 OGR

air liur, air susu ibu, dan cairan amnion. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual,

penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan transfusi darah.

Sekitar setengah infeksi HBV akut adalah simptomatik pada orang dewasa dimana 1% kasus

menjadi gagal hati akut dan mati. Seseorang dengan infeksi akut memperlihatkan gambaran

kehilangan nafsu makan, mual, muntah, panas, sakit perut dan ikterus.

Patofisiologi (2)

Pada hati manusia merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB)

mula – mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami

penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma virus Hepatitis B (VHB)

melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjuntnya nukleokapsid akan

menembus dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus Hepatitis B (VHB) akan keluar dari

nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut.

Selanjutnya DNA virus hepatitis B (VHB) memerintahkan sel hati untuk membentuk protein

bagi virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan

hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Gambaran

patologis hepatitis akut tipe A, B, Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan

akut di seluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel – sel hati dengan

histosit (Aguslina, 1997).

Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B dan non A dan B adalah

identik pada proses pembuatan billiburin dan urobulin. Penghancuran eritrosit

dihancurkan dan melepaskan Fe + Globulin + billiburin. Pengahancuran eritrosit

terjadi di limpa, hati, sum – sum tulang belakang dan jaringan limpoid.

a. Billiburin I

11

Page 12: Makalah Kasus 2 OGR

Hasil penelitian eritrosit di lien adalah billiburin I atau billiburin indirect.

Billiburin I masih terkait dengan protein. Di hati billiburin I dipisahkan protein

dan atas pengaruh enzim hati, billiburin I menjadi billiburin II atau

hepatobilliburin.

b. Billiburin II

Billiburin dikumpulkan didalam vesica falea (kandung empedu) dan dialirkan

ke usus melalui ductus choleducutus. Billiburin yang keluar dari vesica falea

masuk ke usus diubah menjadi stercobilin, kemudian keluar bersama feces lalu

sebagian masuk ke ginjal, sehingga disebut urobillinogen. Bila billiburin terlalu

banyak dalam darah akan terjadi perubahan pada kulit dan selaput lendir

kemudian kelihatan menguning sehingga disebut ikterus (Tjokronegoro, 1999).

Diagnosis (2)

Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda

virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk

diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan

HBV DNA.

Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum

sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi

yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT

menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini

dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang

menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal.

Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi

antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak

12

Page 13: Makalah Kasus 2 OGR

diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.

Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,

menyisihkan diagnosis penyakit hati lain.

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa

selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-

kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan

timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh

tampak kuning. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh

terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan

kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika

tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga,

jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus

berkembang menjadi hepatitis B kronis.

Penularan(2)

Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan

jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua

golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular.

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B

kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara

horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk

jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta

hubungan seksual dengan penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor

akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-

13

Page 14: Makalah Kasus 2 OGR

lebih HIV/AIDS. Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari

hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang

sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah,

tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk mencegah terjadinya penularan

penyakit ini.

Infeksi Hepatitis B Pada Ibu Hamil (2)

Merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis B ditularkan melalui cara

horizontal yaitu melalui parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan

vertikal ibu ke janin. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui

plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, transmisi fekal-oral pada masa puerperium

atau permulaan partus, transmisi melalui laktasi.

Pengaruh Hepatitis Terhadap Janin/Neonatus(2)

3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada

trimester ketiga atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi

pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat

persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.

Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka

cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis

dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi,

60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi

kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%.

Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir

rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama

14

Page 15: Makalah Kasus 2 OGR

hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi

insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi,

hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.

Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan.

Hanya 30% penderita yang mengalami kuning, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas.

Oleh karena itu, diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah yang

spesifik untuk hepatitis B (HbsAg, anti-HBs) dan fungsi hati yaitu enzim SGOT dan SGPT.

Infeksi hepatitis B tidak menyebabkan kematian atau kecacatan pada janin. Namun infeksi

saat kehamilan kerap berkaitan dengan berat lahir rendah dan lahir prematur. Penularan ke

bayi lebih besar terjadi jika ibu terinfeksi pada trimester ke tiga, yaitu 10% pada trimester

pertama dan 60-90% pada trimester ketiga.

Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di

terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan

vaksin hepatitis B.

Penanganan Kehamilan dan Persalinan Pada Ibu Pengidap VHB (3)

1. Pada infeksi akut VHB dan adanya hepatitis fulminan persalinan pervaginam

usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan spesialis

penyakit dalam (spesialis hepatologi).

2. Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG

atau lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan. Mengenai hal ini masih ada

beberapa pendapat yang menyatakan lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi, tetapi

ada yang masih mengkhawatirkan pengaruh teratogenik obat tersebut.

3. Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama, khususnya pada ibu dengan

HBsAg positif. Wong menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 9 jam, sedangkan

Surya menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 16 jam, sudah meningkatkan

15

Page 16: Makalah Kasus 2 OGR

kemungkinan penularan VHB intrauterine. Persalinan pada ibu hamil dengan titer

VHB tinggi (3,5 pg/ml) atau HBsAg positif, lebih baik seksio sesarea. Demikian juga

jika persalinan yang lebih dari 16 jam pada pasien pengidap HBsAg positif.

4. Menyusui bayi tidak merupakan masalah. Pada penelitian telah dibuktikan bahwa

penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari

pada penularan parenteral.

Pencegahan (3)

1. Kewaspadaan universal (universal precaution)

Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari pengidap. Vaksinasi

Hepatitis B bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang sering

terpapar dengan darah

2. Skrining HBsAg pada ibu hamil

Skrining HBsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat prevalensi

tinggi.

3. Imunisasi

Penularan dari ibu ke bayi sebagian besar dapat dicegah dengan imunisasi.

Pemerintah telah menaruh perhatian besar terhadap penularan vertical VHB dengan

membuat program pemberian vaksinasi hepatitis b bagi semua bayi yang lahir di

fasilitas pemerintah dengan dosis 5 mikrogram pada hari ke 0, umur 1, dan 6 bulan,

tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HBsAg positif atau tidak. Di

samping global imunisasi seperti disampaikan sebelumnya, selektif imunisasi

dilakukan pada bayi baru lahir dari ibu dengan HBsAg positif, yaitu dengan

pemberian hepatitis B Immunoglobulin (HBIG) + vaksin HB, vaksin mengandung pre

S2 atau pemakaian vaksin dengan dosis dewasa pada hari ke 0, 1 bulan, dan 2 bulan.

16

Page 17: Makalah Kasus 2 OGR

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan

penunjang, pasien ini didiagnosa kehamilan dengan hepatitis B.Tatalaksana pada pasien ini

meliputi nonmedikamentosa untuk mencegah replikasi virus dengan cara menjaga daya tahan

tubuh ibu agar memperkecil kemungkinan penularan ke janinnya dan pengobatan

medikamenrosa dengan memberikan vaksin HB dan HBIG pada janin, sedangkan pada

ibunya harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut untuk memutuskan dilakukan pengobatan

hepatitis B atau tidak.

17

Page 18: Makalah Kasus 2 OGR

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Infeksi Hepatitis Intai Wanita Hamil. Available at

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/hepatitis260608.htm. Accessed on

January 24th 2011.

2. Hepatitis B Untuk Wanita Hamil. http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-

prevention/infectious-diseases/virus/hepatitis/hepatitis-b/Hepatitis-B-To-Pregnant-

Women.htm. Accessed on January 24th 2011.

3. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Edisi IV. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta. 2008.p. 906-907.

DAFTAR PUSTAKAJames R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA

Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas

Padjajaran Bandung, 1993.Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga

berencana. Jakarta: EGC, 1998.Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.

Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad

martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.

18