makalah inisiatif dan partisipasi dalam pengembangan profesi konselor.docx

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inisiatif merupakan suatu bentuk kesadaran yang muncul dari setiap pribadi untuk mengerjakan suatu hal. Inisiatif yang berhubungan dengan profesi konselor adalah inisiatif untuk mengembangkan profesi konselor. Inisiatif atau kesadaran yang dimiliki oleh konselor di Indonesia masih sangat kurang, terlebih lagi konselor sekolah untuk mengembangkan profesi menjadi lebih dipandang oleh profesi lain. Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi yang profesional dan memenuhi persyratan untuk dikatakan profesi yang profesional. Namun berhubung dengan perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang diharapkan itu. Misalnya saja masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang guru bimbingan dan konseling (konselor)nya digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang bervariasi. Sebagian besar di antara mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Permasalahan-permasalahan tersebut sepertinya memperlihatkan bahwa profesi bimbingan dan konseling tidak berjalan secara profesional, karena profesi 1

Upload: nino-prasetyono

Post on 22-Jun-2015

524 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Inisiatif merupakan suatu bentuk kesadaran yang muncul dari

setiap pribadi untuk mengerjakan suatu hal. Inisiatif yang berhubungan

dengan profesi konselor adalah inisiatif untuk mengembangkan profesi

konselor. Inisiatif atau kesadaran yang dimiliki oleh konselor di

Indonesia masih sangat kurang, terlebih lagi konselor sekolah untuk

mengembangkan profesi menjadi lebih dipandang oleh profesi lain.

Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu

profesi yang profesional dan memenuhi persyratan untuk dikatakan

profesi yang profesional. Namun berhubung dengan perkembangannya

yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini

pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai

persyaratan yang diharapkan itu. Misalnya saja masih banyak sekolah-

sekolah di Indonesia yang guru bimbingan dan konseling (konselor)nya

digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang bervariasi.

Sebagian besar di antara mereka tidak memiliki latar belakang

pendidikan bimbingan dan konseling.

Permasalahan-permasalahan tersebut sepertinya memperlihatkan

bahwa profesi bimbingan dan konseling tidak berjalan secara

profesional, karena profesi konselor bisa di masuki/digeluti oleh orang

yang memiliki latar belakang pendidikan yang bukan dari pendidikan

bimbingan dan konseling.

Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu

diperkembangkan dan di perjuangkan. Sudah seharusnya konselor

sekolah di Indonesia memiliki kesadaran untuk berinisiatif dan

berpartisipasi untuk mengembangkan profesi yang mereka geluti.

B. TUJUAN

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui berbagai cara

dalam inisiatif dan partisipasi pengembangan profesi konselor

1

Page 2: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

Inisiatif adalah : Usaha (tindakan dsb) yang mula-mula; prakrsa

Partisipasi adalah : Hal turut berperan serta di suatu kegiatan;

keikutsertaan; peran serta.

Profesi adalah : Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan

keahlian (ketrampilan, kejujuran, dsb) tertentu.

Menurut Prof. Prayitno dan Erman Anti (1999):

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut

profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan

tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan

pekerjaan itu.

B. INISIATIF DALAM PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN DAN

KONSELING (KONSELOR)

Inisiatif dalam Pengembangan profesi bimbingan dan konseling

antara lain melalui, (a) standarisasi unjuk kerja profesional konselor, (b)

standarisasi penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d) sertifikasi dan lisensi

dan (e) pengembangan organisasi profesi.

1. Standarisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak semata-mata

diarahkan kepada pemecahan masalah saja tetapi mencakup

berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu kepada

terwujudnya fungsi-fungsi yang luas. Berbagai jenis bnatuan

dan kegiatan itu menuntut adanya unjuk kerja profesional

tertentu. Di Indonesia memang belum ada rumusan tentang

unjuk kerja profesional konselor yang standar. Usaha untuk

2

Page 3: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

merintis terwujudnya rumusan tentang unjuk kerja itu telah

dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) pada

Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya ini

lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di Padang

(1991).

Rumusan tentang unjuk kerja itu mengacu kepada wawasan

dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para

lulusan program studi Bimbingan dan Konseling. Keseluruhan

rumusan unjuk kerja ini meliputi 28 gugus. Ke -28 gugus

tersebut adalah:

a. Mengajar dalam bidang psikologi dan Bimbingan

Konseling (BK)

b. Mengorganisasikan program Bimbingan dan Konseling

c. Menyusun program Bimbingan dan Konseling

d. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling

e. Mengungkapkan Masalah Klien

f. Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat,

bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian

g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data

h. Menyelenggarakan konseling individual

i. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok

j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa

k. Menyelenggarakan kegiatan ko/ekstrakulikuler

l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis

kesulitan belajar siswa

m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan

pengajaran, perbaikan dan program pengayaan

n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar

o. Menyelenggarakan penempatan siswa

p. Menyelenggarakan bimbingan karir dan pemberian

informasi pendidikan/jabatan

q. Menyelenggarakan konferensi kasus

3

Page 4: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

r. Menyelenggarakan terapi kepustakaan

s. Melakukan kunjungan rumah

t. Menyelenggarakan lingkungan klien

u. Merangsang perubahan lingkungan klien

v. Menyelenggarakan konsultasi khusus

w. Mengantar dan menerima alih tangan

x. Menyelenggarakan diskusi professional

y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang

BK

z. Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian

dalam bidang BK

aa.Menyelenggarakan kegiatan BK pada

lembaga/lingkungan yang berbeda

bb.Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK

Walaupun rumusan butir-butir tersebut itu tampak sudah

terinci namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu

dilakuakan untuk menguji apakah butir-butir tersebut memang

sudah tepat sesuai deengan yang di butuhkan di lapangan,

serta cukup praktis dan memberikan arah kepada konselor bagi

pelaksanaan layanan terhadap klien.

Sebagai bahan pembanding berikut ini disajikan unjuk kerja

konselor yang telah ditetapkan American School Counselor

Association (ASCA) dicatatkan hanya gugus-gugus saja:

a. Menyusun program bimbingan dan konseling

b. Menyelenggarakan konseling individual

c. Memahami diri siswa

d. Merencanakan pendidikan dan pengembangan

pekerjaan

e. Mengalihtangankan siswa

f. Menyelenggarakan penempatan siswa

g. Memberikan bantuan kepada orangtua

h. Mengadakan konsultasi dengan staf

4

Page 5: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

i. Mengadakan hubungan dengan masyarakat

2. Standarisasi Penyiapan Konselor

Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor

memiliki wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan

dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang

terkandung dalam butir-butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan

konselor itu dilakuakan melalui program pendidikan prajabatan,

program penyetaraan, ataupun pendidikan dalam jabatan

(seperti penataran). Khusus tentang penyiapan konselor

melalui program pendidikan dalam jabatan, waktunya cukup

lama, dimulai dari seleksi dan penerimaan calon mahasiswa

yang akan mengikuti program sampai para lulusannya

diwisuda.

a. Seleksi/ Penerimaan Mahasiswa

Seleksi atau pemilihan mahasiswa calon mahasiswa

merupakan tahap awal dalam penyiapan konselor.

Kegiatan ini memegang peranan amat penting dan

menentukan dalam upaya pemerolehan calon konselor

yang diharapkan. Komisi tugas, standar, dan kualifikasi

konselor Amerika Serikat (dalam Mortensen & Schmuller)

Mengemukakan syarat-syarat pribadi yang harus dimilki

oleh konselor sebagai berikut :

1. Memiliki bakat skolastik yang memadai untuk

mengikuti pendidikan sarjana atau yang lebih tinggi.

2. Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk

bekerja sama dengan orang lain.

3. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang-

orang dari berbagai latar belakang.

4. Memiliki kematangan pribadi dan sosial, meliputi

kepekaan terhadap orang lain, kebijaksanaan,

keajegan, rasa humor, bebas dari kecenderungan-

5

Page 6: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

kecenderungan suka menyendiri, mampu mengambil

pelajaran dari kesalahan-kesalahan, dan mampu

menerima kritik, berpenampilan menyenangkan,

sehat, suara menyenangkan, memiliki daya tarik, dan

bebas dari perilaku yang tidak menyenangkan.

Senada dengan sifat-sifat pribadi konselor tersebut,

Prayitno (1990) menyatakan bahwa untuk dapat

mengikuti program pendidikan konselor berlaku

persyaratan untuk menjadi calon guru yang baik, pada

umumnya yaitu menyukai anak-anak dan menyukai

orang lain, dapat berkomunikasi verbal secara baik, serta

cerdas.

Kemampuan dasar dan kekayaan pribadi seporti

dikemukakan di atas perlu ditampilkan oleh mahasiswa

calon konselor melalui prosedur seleksi yang dilakukan

secara mandiri oleh lembaga pendidikan konselor.

Instrumen-instrumen prosedur seleksi yang dipakai dapat

berupa tes kecerdasan, tes kepribadian, wawancara, dan

pengamatan.

b. Pendidikan Konselor

Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang

bimbingan dan konseling yaitu unjuk kerja konselor

secara baik para (calon) konselor dituntut memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai.

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh

melalui pendidikan khusus.

Kurikulum program konselor mengacu kepada

standar kemampuan konselor yang mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik di lapangan. Materi

kurikulum program studi meliputi:

1. Materi inti, yaitu materi tentang pertumbuhan dan

perkembangan individu. Teori-teori tentang

6

Page 7: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

pemberian bantuan, dinamika kelompok,

pemahaman individu dll.]

2. Studi lingkungan dan studi khusus, yaitu materi

tentang studi lingkungan dan materi khusus sesuai

dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja

dalam lingkungan tertentu.

3. Pengalaman tersupervisi, yaitu kegiatan praktek

langsung pelayanan bimbingan dan konseling baik

melalui kegiatan praktikum di laboratorium,

praktikum dan intership, maupun praktek

pengalaman lapangan yang sesuai dengan cita-

cita mahasiswa.

Untuk memenuhi tuntutan di lapangan yang

menyangkut berbagai variasi yang ada di masyarakat,

pendidikan konselor juga perlu mengisi program-

programnya dengan pengalaman-pengalaman yang

bervariasi misalnya yang menyangkut anak cacat,

kelompok minoritas, dan seni dalam konseling dll.

Di samping penguasaan wawasan dan materi

keilmuan serta keterampilan, calon konselor juga perlu

membina diri dalam sikap dan keteguhan dalam

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

salah satu contoh misalnya adalah pengembangan sikap

berkenaan dengan asas kerahasiaan sebagai “asas

kunci” dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan

konseling. Dalam diri konsleor harus benar-benar

tertanam pemahaman dan tekad untuk melaksanakan

aset tersebut.

Dalam standar yang dikemukakan tersebut

pendidikan konselor diselenggarakn minimal 2 tahun

sesudah jenjang setingkat sarjana muda. Sedangkan

7

Page 8: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

program doktornya meliputi 4 tahun akademik, termasuk

di dalamnya program intership selama 1 tahun.

3. Akreditasi

Lembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk

menjamin mutu para lulusannya. Akreditasi itu meliputi

penilaian terhadap misi, tujuan, struktur dan isi program, jumlah

dan mutu pengajar , prosedur, seleksi, mutu penyelenggaraan

program, penilaian keberhasilan mahasiswa dan keberhasilan

program, potensi pengembangan lembaga, unsur-unsu

penunjang,dan hubungan masyarakat. Untuk dapat

diselenggarakannya akreditasi secara baik perlu terlebih dahulu

ditetapkan standar pendidikan konselor yang berlaku secara

nasional. Penyusunan standar ini menjadi tugas bersama

organisai profesi bimbingan dan konseling denan pemerintah.

Tujuan pokok akreditasi adalah untuk memantapkan

kredibilitas profesi, tujuan ini lebih lanjut dirumuskan sebagai

berikut:

a. Untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi

standar yang ditetapkan oleh profesi

b. Untuk menegaskanmissi dan tujuan program

c. Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang

bermutu tinggi.

d. Untuk membantu para lulusan memenuhi tuntutan

kredensial, seperti lisensi

e. Untuk meningkatkan kemampuan program dan

pengakuan terhadap program tersebut.

f. Untuk meningkatkan program dari penampilan dan

penutupan.

8

Page 9: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

4. Sertifikasi dan Lisensi

Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih

memantapkan dan menjamin profesionalisasi bimbingan dan

konseling. Para lulusan pendidikan konselor yang akan bekerja

di lembaga-lembaga pemerintah misalnya di sekolah-sekolah,

diharuskan menempuh program sertifikasi yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan mereka yang

hendak bekerja di luar lembaga atau badan pemerintah

diwajibkan memperoleh lisensi atau sertifikat kredensial dari

organisasi profesi bimbingan dan konseling. Hal ini semua

dimaksudkan untuk menjaga profesionalitas para petugas yang

akan menangani pelayanan bimbingan dan konseling

Untuk dapat diselenggarakannya program akreditasi,

sertifikasi, dan lisensi itu harus terlebih dahulu disusun dan

diberlakukan undang-undang atau peraturan pemerintah. Materi

peraturan perundangan ini disusun bersama antara para

pejabat pembuat undang-undang/peraturan dengan organisasi

profesi. Dengan prosedur seperti itu, kerjasama antara

pemerintah dengan organisasi profesi dapat terjalin secara baik

dan nyata.

5. Pengembangan Organisasi Profesi

Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang

mempunyai profesi yang sama. Sesuai dengan dasar

pembentukan dan sifat organisasi itu sendiri, yaitu profesi dan

professional maka tujuan organisasi profesi menyangkut hal-hal

yang berbau keilmuannya. Tujuan organisasi profesi dapat

dirumuskan ke dalam “tri darma organisasi profesi konselor”

yaitu:

1. Pengembangan ilmu

2. Pengembangan pelayanan

3. Pengembangan kode etik professional

9

Page 10: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

Organisasi profesi bimbingan dan konseling dikehendaki

dapat menjalankan ketiga darmanya itu sebagaiman di

harapkan. Keikutsertaan dalam program akreditasi lembaga

pendidikan konselor , sertifikasi dan pemberian lisensi tidak lain

adalah wujud pelaksanaan ketiga darma itu. Demikian juga

perumusan unjuk kerja dan pembinaan serta pengembangan

profesi yang menjadi sisi organisasi profesi bimbingan dan

konseling.

ABKIN sebagai organisasi profesi di bidang bimbingan dan

konseling sejak awal telah berusaha melaksanakan ketiga

darma organisasi itu. Selain unjuk kerja konselor. ABKIN telah

pula menyusun kode etik anggota ABKIN. Di samping itu

ABKIN berusaha bekerja sama dengan lembaga pendidikan

konselor dalam rangka penyusunan kurikulum pendidikan

konselor, berpartisipasi dalam penataran para petugas

bimbingan di sekolah dan melaksanakan upaya-upaya lainnya

demi pengembangan pelayanan bimbingan dan konseling

secara luas.

C. PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN

DAN KONSELING (KONSELOR)

Partisipasi dalam Pengembangan profesi bimbingan dan

konseling antara lain melalui, (a). Keorganisasian, (b). Eksistensi

dan Posisi Pofesi, (c). Sumber Daya Manusia.

A. KEORGANISASIAN

Salah satu keputusan kongres IPBI ke –IX yang berlangsung

di Lampung pada tanggal 15 – 17 Maret 2001 ialah mengubah

nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang

di dirikan pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang menjadi

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Implikasi

dari pergantian nama ini dilandasi terutama oleh pikiran bahwa

10

Page 11: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

Bimbingan dan Konseling harus tampil sebagai suatu profesi yang

mendapat pengakuan dan kepercayaan publik. Implikasi dari

perubahan nama ini tidak semata-mata pada aspek hokum dan

legalitas melainkan terutama pada aspek pengembangan keilmuan,

seni, dan layanan profesional dari Bimbingan dan Konseling.

Perubahan nama dari IPBI yang tampak lebih kental dengan

asosiasi personnya, menjadi ABKIN yang lebih kental dengan

asosiasi profesinya dipandang sebagai suatu keharusan dan

langkah tepat untuk menghindarkan munculnya pikiran dan

perasaan adanya person-person yang seolah-olah tidak

terakomodasi dalam organisasi, sehingga memandang perlu

adanya asosiasi-asosiasi lain di dalam organisasi yang berorientasi

person. Keutuhan organisasi harus dipertahankan dengan

menggunakan perekat profesi dan bukan perekat person. Secara

keilmuan, seni, dan profesi, perubahan nama membawa implikasi

bagi upaya-upaya pengokohan identitas profesi, penegasan lingkup

layanan, keterkaitan dengan profesi lain yang sejenis, dan seting

layanan.

B. EKSISTENSI DAN POSISI PROFESI

Hal yang amat menakjubkan dalam masyarakat abad 21

yang dikenal sebagai masyarakat global adalah jaringan informasi

yang amat luas, cepat, mudah diakses oleh siapapun, kapanpun,

dimanapun. Pergeseran informasi dari untuk didengar kepada

untuk dilihat menyebabkan jutaan byte informasi datang setiap

detik, sehinnga manusia dapat mengalami oversupply informasi

yang penuh dengan ketidakpastian dan kesemrawutan. Kondisi ini

menuntut manusia untuk mampu memilih, menimbang, mengarifi,

merekonstruksi, dan memaknai informasi untuk kepentingan

pemilihan alternative dan pengambilan keputusan. Kompleksitas,

ketakpastian, paradoks, yang bisa menimbulkan kebingungan,

kecemasan dan frustrasi manusia pada hakekatnya adalah wahana

11

Page 12: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

belajar sepanjang hayat (lifelong learning) bagi manusia untuk

menampilkan eksistensi dirinya di dalam dunia global ini.

Struktur kehidupan masyarakat global seperti di atas akan

menempatkan profesi bimbingan dan konseling ke dalam posisi

layanan yang terbuka, interdipenden, interconnected. Tantangan

yang muncul dari posisi semacam ini ialah diperhadapkannya

profesi bimbingan dan konseling ke dalam: diversifikasi kebutuhan

bimbingan dan konseling yang semakin lebar, target populasi

layanan semkain luas dan bervariasi, tujuan konseling semakin

berorientasi pada perkembangan dalam konteks atau sistem untuk

jangka panjang, strategi intervensi akan banyak bernuansa

teknologi, dan lingkup layanan menjadi semakin luas dan beragam.

Kecenderungan ini menuntut bimbingan dan konseling

mengembangkan diversifikasi respons, program dan strategi

intervensi ragam layanan profesional, dan spectrum sumber daya

manusia (konselor) yang harus disiapkan.

C. SUMBER DAYA MANUSIA (KONSELOR)

Masalah dan tantangan yang terkait dengan eksistensi dan

posisi profesi membawa implikasi kepada kualifikasi dan spektrum

sumber daya manusia bimbingan dan konseling. Layanan

bimbingan dan konseling tidak lagi sebatas layanan dalam setting

sekolah tetapi juga dalam setting luar sekolah. Mutu dan

kualifikasisumber daya manusia bimbingan dan konseling

(konselor) menjadi salah satu masalah dan kebutuhan mendasar

yang harus ditata, disiapkan, dan dibina secara sistemik dan

sistematik.

D. ORIENTASI, VISI DAN POSISI

Pergeseran orientasi bimbingan dan konseling dari berfokus

kepada individu sebagai klien ke arah individu di dalam sistem dan

menjadikan sistem dan subsistem sebagai klien membawa

12

Page 13: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

implikasi besar kepada peran dan fungsi bimbingan dan konseling .

Fokus utama dari bimbingan dan konseling lebih kepada upaya

untuk memfasilitasi-bahkan mengakselerasi dan mengeskalasi –

pengembangan individu melalui pengembangan lingkungan

perkembangan sebagai lingkungan belajar.

Lifelong learning process menjadi wahana utama

perkembangan individu dalam berbagai setting kehidupannya yang

meliputi dunia kerja, sekolah, keluarga, organisasi, dan setting

kehidupan lainnya. Belajar, bekerja, dan sekolah menjadi sesuatu

yang terpadu (integrated); layanan bimbingan dan konseling

sebagai layanan independen berada dalam posisi

interdipendensidengan layanan ini.

a. Arah Pengembangan dan Pokok-pokok Kebijakan

Berlandaskan kepada masalah dan tantangan serta

orientasi, visi dan posisi bimbingan dan konseling sebagai suatu

profesi, pengembangan ABKIN 2001 – 2005 sebagai organisasi

profesi bimbingan dan konseling diarahkan kepada:

Profesionalisasi, diarahkan kepada upaya pemantapan

keilmuan dan wilayah garapan profesi serta

memeprkokoh indipendensi dan identitas profesi dalam

konteks kesejawatan dan kolaborasi profesional,yang

didukung oleh kepercayaan public yang luas.

Penataan dan pemantapan organisasi, diarahkan

kepada upaya memperkokoh keutuhan organisasi yang

berlandaskan profesi dengan didukung oleh struktur dan

dinamika organisasi.

Pemantapan manajemen; diarahkan kepada upaya

untuk menggerakan seluruh potensi dan sumber daya

sehingga terjadi partisipasi menyeluruh yang mampu

mendukung implementasi kebijakan pengembangan

secara efektif dan produktif.

13

Page 14: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

Peningkatan mutu sumber daya manusia;, diarahkan

kepada upaya untuk meningkatkan kemampuan

profesional dan menyiapkan sumber daya manusia

bimbingan dan konseling dalam spectrum dan standar

mutu profesional yang memadai dan berwawasan

teknologi informasi.

b. Pokok–pokok kebijakan

Sejalan dengan yang digariskan di atas Pokok-pokok

Kebijakan Pengembangan ABKIN dituangkan ke dalam

Garis-garis Besar Program Pengembangan ABKIN 2001 –

2005 (GBPP ABKIN 2001 – 2005) seperti berikut ini:

Keilmuan

1. Melakukan riset dan pengembangan, baik murni

maupun terapan

2. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain untuk

memperkokoh profesi keilmuan

3. Menyelenggarakan dan/atau berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan dan forum ilmiah baik nasional

maupun internasional

4. Mengembangkan publikasi ilmiah

5. Mengembangkan model-model konseling berbasis

riset dan teknologi informasi

6. Membina dan mengembangkan praktek bimbingan dan

konselingdalam berbagai setting dan jenjang

pendidikan

Keorganisasian

1. Menata dan mengembangkan struktur dan unsur-unsur

organisasi

2. Memberdayakan unsur-unsur organisasi

3. Memberdayakan Pengurus Daerah dan cabang dalam

pengembangan dan implementasi program

4. Memproses aspek hokum dan legalitasorganisasi

14

Page 15: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

Manajemen Umum

1. Merintis dan mengembangkan sistem teknologi

informasi

2. Mengembangkan revenue generating program

3. Menata manajemen keanggotaan

Partisipasi Menyeluruh

Partisipasi menyeluruh dari setiap daerah dan cabang

diupayakan melalui pemberian wewenang dan tanggung

jawab daerah dan cabang dalam mengembangkan dan

melaksanakan program dengan tetap menjadkan

kebijakan umum sebagai dasar atau rujukan

Kolaborasi strategik

Mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak baik di

dalam maupun luar negeri, yang menyangkut berbagai

program.

Peningkatan Sumber Daya Manusia

1. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik untuk

kepentingan intern maupun ekstern organisasi

2. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga

terkait laiinnya dalam pengembangan program dan

penyelenggaraan pendidikan dan latihan baik untuk

calon konselor, konselor, maupun pihak lain yang

memerlukan.

3. Mengembangkan sumber daya manusia yang

berwawasan teknologi informasi

Profesionalisasi

1. Mengambil inisiatif dan menindak lanjuti upaya-upaya

menjadikan konselor sebagai salah satu jabatan

profesional dari spectrum tenaga kependidikan

2. Mengembangkan sistem sertifikasi dan kredensisasi

profesi konselor

15

Page 16: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

3. Menyelenggarakan layanan kemasyarakatan sesuai

dengan kewenangan profesional.

4. Memantapkan kode etik profesi

16

Page 17: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

BAB III PENUTUP

17

Page 18: MAKALAH INISIATIF DAN PARTISIPASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI KONSELOR.docx

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, dan Erman Amti. 2004. Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rinneka Cipta

Jurnal Asosiasi Bimbingan dan Konseling. 2005. Kebijakan

Pengembangan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

Perode 2001-2005. Jakarta: ABKIN

Prayitno. (2008). Mengatasi krisis identitas konselor. Padang: ebook.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992)

18