inisiatif, edisi 1, tahun 2012

24
Pendekatan ABA-AI, Harapan Bagi Perubahan Sosial EDISI 1 TAHUN 2012 ------------------------------------- Kamilus Tupen dan Ide Besar dari Pelosok Adonara ------------------------------------- Melipatgandakan Daya Program Resilience Melalui Pendekatan Berbasis Aset ------------------------------------- Oleh Pembelajaran Atas Praktik, Kami Terus Lahirkan Hal Baru -------------------------------------

Upload: vannguyet

Post on 12-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

Pendekatan ABA-AI,Harapan Bagi Perubahan Sosial

Edisi 1 Tahun 2012

-------------------------------------Kamilus Tupen dan Ide Besar dari Pelosok Adonara-------------------------------------Melipatgandakan Daya Program Resilience Melalui Pendekatan Berbasis Aset-------------------------------------Oleh Pembelajaran Atas Praktik, Kami Terus Lahirkan Hal Baru-------------------------------------

Page 2: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

www.perkumpulanpikul.org

Page 3: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 �

Kamilus Tupen dan Ide Besar dari Pelosok AdonaraDi tengah-tengah rakyat, ada begitu banyak ide luar biasa yang hidup dan sukses dipraktikan. Tinggal di kampung, Kamilus menemukan ide membangun sebuah badan usaha milik rakyat.

Melipatgandakan Daya Program Resilience Melalui Pendekatan Berbasis AsetProgram Partners for Resilience (PFR) yang ditangani PIKUL, memusat perhatian pada pengalaman sukses komunitas dalam rangka membangun ketahanan terhadap bencana.

Oleh Pembelajaran Atas Praktik, Kami Terus Lahirkan Hal Baru (Bagian 1 dari 2 Tulisan)Sejak 2009, PIKUL menetapkan visinya: Kampung Berdaulat: pemenuhan hak dasar atas air, pangan, energi, kesehatan, dan pendidikan berbasis solidaritas.

Hal Baik di Tengah “Separuh Kenyataan Separuh Persepsi” Rawan PanganBantuan pangan selalu berupa beras. tak tampak wacana alternatif dari pemerintah. sebagian warga di ntt lantas berinisiatif.

EdIsI 1 tahun 2012

Page 4: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

B erteori, berpraktek, mengembangkannya, berprak-tek kembali dan menarik pembelajaran adalah suatu proses panjang bagi penggunaan Asset Based Ap-proach-Appreciative Inquiry (ABA-AI) di Pikul. Ba-

nyak orang yang tergabung dalam Lingkar Belajar Komunitas Bervisi memiliki mimpi yang semakin jelas dan memantap-kan langkah-langkah yang harus dibuat untuk mewujudkan mimpinya. Bagi perubahan di lingkungan tempat tinggal-nya, desa ataupun Pulau. Bagi perubahan sosial. Oleh sebab itu pada edisi kali ini kami memberi tema besar “Pendekatan ABA-AI, Sebuah Harapan bagi Perubahan Sosial.

Bagian pertama mengemukakan bagaimana isu pangan yang merupakan isu utama bagi penduduk dunia dibelahan bumi manapun. Namun para aktor yang tergabung dalam Lingkar Belajar Komunitas Bervisi dengan berbagai inova-si berusaha mengatasi keterbatasan pangan yang melingkupi mereka. Bagian kedua, mengenai Bapak Kamilus Tupen yang bersama-sama masyarakat di lingkungannya membangun koperasi yang tidak hanya berbasis uang. Ketiga, mengenai penerapan ABA-AI pada pengurangan risiko bencana. Keem-pat, merupakan bagian pertama dari 2 tulisan mengenai ca-tatan terhadap praktik penggunaan dan modifikasi ABA-AI selama 3 tahun terakhir.

Selamat membaca!

eDITORIAL“Reclaim Your future”

Redaksisilvia fanggidae, torry Kuswardono, Wahyu adiningtyas, andry P. Ratumakin, danny Wetangterah, George hormat

EditorWahyu adiningtyas

PenulisGeorge hormat

KeuanganEmil fanggidaedaniel temuluru

distribusitrini Welita, ande ngongolende

LayoutKampungkreasi

Perkumpulan PiKuLJl. Wolter Monginsidi II, no.2, Kel. Pasir Panjang, Kupangnusa tenggara timur

Telp: 0380-830218Faks: 0380-822434

[email protected]://www.perkumpulanpikul.orgKanal Youtubehttp://www.youtube.com/users/pikulers

FB: perkumpulan pikulFB (Fan Page): perkumpulan pikulTwitter: perkumpulan pikul

InIsIatIf adalah sebuah majalah yang diterbitkan oleh Perkumpulan PIKuL. sebagai media berbagi pembelajaran, pengalaman dan informasi bagi siapa pun yang berminat untuk mempelajari asset Based approach- appreciative Inquiry bagi perubahan sosial. InIsIatIf juga diterbitkan sebagai bentuk pertanggungjawaban PIKuL kepada publik.

diterbitkan dengan dukungan dariOxfam australia

Page 5: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 �

P IKUL mengadopsi, memodifikasi dan terus mengembangkan ABA-AI. Tidak hanya berkutat di tataran wa-cana, kami mempraktikan dan bel-

ajar dari praktik itu. PIKUL mempercayai bahwa pendekatan ini memberikan harapan baru untuk perubahan sosial. Sebuah cita-cita PIKUL di masa depan. Meski sektor ker-ja Pikul adalah “sektor lama”, tetapi pen-dekatan ini memberikan banyak kenyataan baru bagi kami.

Selain pada Proyek Penguatan Solidari-tas untuk Pemenuhan Hak Dasar bersama Oxfam Australia, sebagai back bone prog-ram, pendekatan ini juga kami gunakan un-tuk pengembangan kapasitas bagi fasilitator di Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dan Proyek Partnership for Resilience bersama Care Indonesia.

Pada program pengembangan kapasitas bagi fasilitator Program Desa/kelurahan Man-diri Anggur Merah, fasilitator adalah ujung tombak keberhasilan program ini. Sebab itu, mereka harus memiliki kapasitas yang luar biasa. Fasilitator harus diubah cara berpikir-nya. Change the way they see everything. Maka dalam proyek ini, penguatan kapasitas pertama yang diberikan pada para fasilita-tor bukan vacational skills, tetapi visioning. Tentu saja dengan metode ABA-AI.

Pada proyek Partnership for Resilience, Pikul bekerja saa bersama komunitas un-tuk mengurangi risiko bencana. Disini, ka-mi memodifikasi instrumen-instrumen peni-laian risiko bencana dengan menggunakan ABA-AI. Komunitas diajak membangun vi-si wilayah aman bencana terlebih dahulu. Komunitas juga diajak menggali kekuatan, sebelum meratapi kerentanan. Pun, ketika memenuhi gap antara sumberdaya yang di-miliki dengan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai resiliensi yang diinginkan. Komunitas menjadi kreatif menggali sum-

ber-sumber yang selama ini tak terpikirkan. Juga aksi yang dipilih, lebih mandiri dan ino-vatif.

Tak beda jauh ketika Pikul bekerja untuk membangun solidaritas untuk pemenuhan hak dasar. Dengan percaya penuh bahwa tak mungkin komunitas tinggal diam mengha-dapi kehancuran yang dibawa dari luar, ka-mi mencari mereka yang telah berinovasi. Ternyata mudah ditemukan, karena mereka memang jarang dicari. Kami membantu me-mantapkan visi mereka, menghubungkan mereka, memperluas jejaring mereka, dan mempromosikan mereka. Banyak hal yang tak terpikir, bahkan oleh para ahli pengem-bangan masyarakat, sudah dijalani oleh komunitas sendiri.

Jadi bagi kami, menggunakan ABA – AI bukan sekedar bersenang – senang. Bu-kan sekedar membangun mimpi. Bukan ju-ga upaya lari dari kenyataan dan masalah. Ini tentang perubahan cara pandang ten-tang diri dan kondisi sosial. Supaya kita dan komunitas percaya pada perubahan, bukan malah takut pada kompleksitas masalah. Ini tentang kemampuan menemukan dan meng-akses sumberdaya dan membuat aksi kon-krit menuju perubahan. Bukan malah ter-gantung pada kaum cendekia dan program – program bantuan dari luar. Dan ini ten-tang menyingkap perubahan yang telah ada, lengkap dengan wajah – wajahnya.

Dengan pembelajaran yang kami dapat, membuat kami makin percaya bahwa anoth-er world is possible. Tentu saja, dengan ha-rapan dan terus berusaha agar pendekatan ABA-AI bisa semakin meluas.

Salam

Silvia Fanggidae

cATATAn DIReKTuR eKSeKuTIf

PIKuL

dengan pembelajaran yang kami dapat, membu-at kami makin percaya bahwa another world is possible. tentu saja, dengan harap-an dan terus berusaha agar pendekatan aBa-aI bisa semakin meluas.

Page 6: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

ead serupa itu bertebaran di berbagai media masa. Tahun demi tahun. Ia mewakili kenyataan kondisi pemenuh-an pangan di Nusa Tenggara Timur.

Tingginya angka gizi buruk dan angka kema-tian ibu dan anak, prestasi negatif lainnya, mengonfirmasi kenyataan ini.

"Kekeringan adalah penyebab utama kondisi ini," kata para pejabat pemerintah dari tahun ke tahun. “Anomali iklim,” be-gitu bunyi penjelasan yang semakin sering disampaikan dalam beberapa tahun terakhir. Kekeringan, musim penghujan yang terlam-pau singkat, membuat petani gagal tanam dan gagal panen. Anomali iklim, pergeseran musim hujan dan kemarau yang tak lagi ten-tu, telah mengacaukan kalender tanam peta-ni. Membuat mereka terlalu dini atau terla-lu terlambat mulai menanam. Ini lah kondisi khas daerah yang produksi pangannya ber-sandar pada datangnya hujan.

Penyebab lain, berada di urutan berikut-nya adalah serangan hama, terutama bela-lang, tikus, keong mas, dan ulat pengerat batang. Pada akhir 2011 hingga Februari 2012, hama adalah persoalan sangat serius.

Tentu saja, ketiadaan kebijakan dan komitmen pemerintah dalam membangun sektor pertanian, terutama pertanian tanam-

“Separuh Kenyataan Separuh Persepsi” Rawan Pangan

“Puluhan ribu warga Provinsi ntt mengalami rawan pangan berkategori "merah" atau krisis pangan serius yang tersebar di 213 desa dan 159 kecamatan di 11 kabupaten/kota.” demikian lead berita antara 13 september 2011.

an pangan, juga menjadi kontributor terus berlanjutnya kondisi rawan pangan di Nusa Tenggara Timur.

Diperburuk PersepsiRawan pangan memang momok masya-

rakat Nusa Tenggara Timur. Jika mengikuti berita media, seolah-olah tak ada bulan yang lolos dari pemberitaan kesulitan pangan ma-syarakat. Tetapi kondisi yang begitu me-nyeramkan ini sebagian merupakan kreasi persepsi pemerintah, masyarakat, media massa, bahkan organisasi masyarakat sipil. Banyak pemberitaan tentang rawan pangan, baik yang bersumber pengamatan para war-tawan, atau kutipan press release pemer-intah dan NGO, pun pengaduan masyara-kat dipengaruhi persepsi terhadap pangan pokok.

Berasnisasi, julukan bagi kebijakan per-berasan rejim orde baru yang merupakan bagian dari semangat revolusi hijau, tidak dapat dipungkiri telah berhasil mengubah pandangan masyarakat terhadap pangan pokok. Beras dipandang nyaris sebagai satu-satunya pangan pokok bagi masyarakat In-donesia. Ditambah dengan kebijakan distri-busi beras murah untuk masyarakat miskin (raskin) di masa pemerintahan Yudhoyono,

HAL BAIK DI TengAH

Page 7: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 �

Page 8: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

beras bahkan menjadi pangan utama di ka-wasan timur Indonesia yang sejarahnya bu-kan bangsa pemakan nasi. Tidak terkecuali Nusa Tengara Timur.

Maka sebagian di antara berita rutin rawan pangan di NTT sebenarnya merupa-kan teriakan tentang kelangkaan beras.

Beras memang barang langka di Nusa Tenggara Timur. Produksinya sangat ber-gantung pada ketersediaan air. Dengan sum-ber air terbatas, mayoritas lahan padi di NTT adalah lahan tadah hujan. Ketika perubahan iklim global turut mengacaukan ritme da-tangnya hujan dan membuat bulan-bulan ba-sah menjadi lebih singkat, gagal tanam kian sering dan meluas, kondisi rawan beras di Nusa Tenggara Timur kian parah.

Karena berpersepsi beras adalah pangan pokok utama, sebagian besar masyarakat NTT mengantungkan konsumsinya pada ketersediaan beras di pasar. Ketika ganggu-an harga beras nasional bertemu jatuhnya harga komoditas perkebunan, menjerit lah masyarakat, berteriak lah pemerintah se-tempat memohon bantuan tanggap darurat pemerintah pusat.

Seringkali, pemberitaan media massa ten-tang rawan pangan terjadi ketika ketersedi-aan pangan nonberas, seperti umbi-umbi-an dan jagung jauh di atas tingkat konsum-si masyarakat.

Kebijakan: Retorika vs PraktikSekian lama berhadapan dengan krisis be-

ras, para perumus kebijakan di NTT tam-paknya mulai menyadari pentingnya me-

lepaskan ketergantungan dari beras sebagai pangan pokok. Dengan niat mewujudkan ke-tahanan pangan berbasis pangan lokal, Gu-bernur NTT Frans Leburaya mencanang-kan slogan NTT Provinsi Jagung. Slogan itu diikuti dengan aktivitas kampanye inten-sif tentang pentingnya masyarakat kembali beralih pada konsumsi pangan lokal, teruta-ma jagung. Pada tingkatan yang lebih stra-tegis, pemerintah provinsi berupaya meng-galakkan penanaman jagung melalui bantu-an bibit jagung dalam skala cukup besar ke-pada petani.

Kesadaran serupa juga muncul di tingkat-an bupati di sejumlah kabupaten. Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat ter-hadap beras, sejumlah bupati mengkampa-nyekan gerakan sehari tanpa beras. Bupa-ti Sumba Barat Daya Kornelius Kodi Mete, misalnya, dalam peringatan Hari Pangan Se-dunia, Oktober 2011 telah menetapkan hari Kamis sebagai “Hari Tanpa Beras” di ka-bupaten yang dipimpinnya.

Berbagai gebrakan kepala daerah yang di-paparkan di atas tentu baik dan berguna. Hanya saja, kebijakan pada aras yang lebih strategis tidak seramai beragam bentuk aksi kampanye dan seruan moral.

Program Pemerintah provinsi untuk me-ningkatkan produksi jagung lewat distribusi benih jagung hibrida menuai banyak kritik.

Banyak hal menjadi persoalan, dari yang teknis berupa mubasirnya benih akibat ke-terlambatan distribusi; hingga yang strate-gis seperti potensi hilangnya benih lokal aki-bat penggunaan benih hibrida. Banyak yang kuatir, pogram ini menjerumuskan petani dan masyarakat Nusa Tenggara Timur pada ketergantungan baru: industri benih swasta. Selain itu, dibanding benih jagung kompo-sit, benih hibrida yang didatangkan dari luar belum tentu sesuai kondisi alam Nusa Teng-gara Timur.

Program ini bahkan dinilai cenderung mereproduksi kesalahan Orde Baru, yaitu penyeragaman, dari berasnisasi ke jagung-nisasi. Itu berarti tidak klop dengan diversi-fikasi pangan sebagai strategi menciptakan ketahanan pangan. Penggunaan benih hib-rida juga mengaburkan arah kebijakan NTT Provinsi Jagung, apakah untuk mewujud-kan kedaulatan pangan, atau meningkatkan perekonomian daerah sebagai pemasok ba-han baku industri pakan ternak.

Sikap reaksioner pemerintah kabupaten dalam menghadapi rawan pangan, yang bu-

Page 9: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 �

ru-buru berteriak minta bantuan pemerin-tah pusat ketika muncul indikasi rawan pa-ngan, membuat keselarasan antara kampa-nye dan kebijakan konkrit pemerintah diper-tanyakan. Sebagaimana mindset pemerin-tah pusat yang tak berubah hingga masa SBY, bantuan pangan selalu berupa beras. Ti-dak tampak wacana alternatif agar bantuan rawan pangan berupa jagung, umbi-umbian atau serealia nonberas. Di tingkat pemerin-tah provinsi, sikap kritis Gubernur Leburaya terhadap bantuan beras ini baru sebatas me-nambahkan syarat “beras sebagai upah atau insentif kerja.”

Begitu pula ketika harga beras melam-bung tinggi, reaksi pemda mengamini blue-print bulog, mengelontorkan stok berasnya melalui operasi pasar murni dan operasi pasar khusus (raskin). Padahal, kondisi keti-dakstabilan harga beras di pasar seharusnya menjadi silent grace, dimanfaatkan untuk mengkonversi konsumsi masyarakat pada sumber pangan lain. Jalannya adalah dengan meningkatkan pasokan jagung dan ubi kayu di pasar pada bulan-bulan harga beras naik tinggi (George Hormat, “Mencemasi Operasi Pasar Murni”, Flores Pos, 2011)

Pusparagam Inisatif RakyatDi tengah tuduhan “bermental pengemis

yang berharap program beras miskin,” se-bagian rakyat Nusa Tenggara Timur justru berinisiatif mengembangkan sejumlah upa-ya mengatasi krisis pangan. Berbagai upaya rakyat itu mencakup spektrum luas inovasi sosial dan teknis, baik yang berdampak lang-

sung pada ketersediaan pangan, maupun berupa upaya peningkatan kesejahteraan yang bermuara pada meningkatnya daya beli pangan. Semua spektrum dipersatukan oleh benang merah solidaritas sosial.

Secara garis besar, berdasarkan temuan kegiatan profiling lebih dari 200 aktor per-ubahan di bidang pemenuhan hak dasar yang dilaksanakan PIKUL di Pulau Rote, Sa-bu, Alor, Solor, Lembata, Adonara, serta Ka-bupaten Kupang dan TTS di Pulau Timor, bentuk inisiatif rakyat itu dapat dikategori-kan dalam lima kelompok.

Pertama, perbaikan daya dukung ling-kungan. Pemulihan daya dukung alam ber-dampak pada peningkatan produksi pangan. Ternasuk di dalam kategori ini adalah orang-orang yang membangun gerakan menghi-jaukan lahan kritis (contoh, para aktor pe-rubahan di Solor, Lambert Lango di Lemba-ta, Antipas La’ana di Alor; Paulus Numleni di Kabupaten Kupang); rehabilitasi pantai (contoh, Hadung Boleng di Lembata); me-ningkatkan kemampuan tanah menangkap air hujan (contoh, Sefnat Sailana di Apui Alor).

Kedua, pengembangan produksi pangan pokok nonberas. Beberapa aktor yang di-jumpai PIKUL, seperti Loreta di Solor Barat, menjawab tantangan krisis pangan dengan mengembangkan benih dan menyebarlu-askan (kembali) penanaman serealia non-padi seperti sorgum, jelai, dan gandum. Ini sebuah inovasi dalam memperjuangkan di-versifikasi pangan, mengingat kandungan gizi serealia yang lebih baik dibandingkan

Bantuan pangan selalu berupa beras. tidak tampak

wacana alternatif

agar bantuan rawan pangan berupa jagung, umbi-umbian atau serealia

nonberas.

Page 10: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

10 InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

jagung dan umbi-umbian. Selain Loreta, sorgum juga kembali dibudidayakan Aliansi Petani Lembor di Manggarai Barat.

Termasuk di dalam kategori ini juga Aleta Baun di TTS yang mengorganisasikan soli-daritas pinjaman benih jagung antar kam-pung.

Ketiga, pengolahan dan peningkatan ni-lai tambah pangan pokok nonberas. Tujuan petani memproduksi pangan bukan sema-ta-mata demi kebutuhan subsistennya akan pangan, tetapi juga sebagai komoditi. Kare-na itu gairah menanam pangan meningkat jika usaha pertanian mampu memberikan ke-sejahteraan.

Upaya para aktor mengembangkan indus-tri pengolahan pangan nonberas pada ska-la rumah tangga dan komunitas pedesaan, selain memperluas jangkauan pasar produk juga meningkatkan nilai tambah. Hal ini meningkatkan kesejahteraan petani, yang menjadi faktor pendorong kegairahan budi-daya tanaman pangan nonberas.

Hal inilah yang dilakukan beberapa aktor, seperti Yeremias Kopong (Adonara, kelom-pok pengolahan emping jagung), Agustina Duka (Alor, kelompok pengrajin makanan olahan rumput laut), Taruci Manoe (Bau-mate Kupang, kelompok perempuan pengra-jin kerupuk singkong).

Keempat, solidaritas finansial. Solidari-tas finansial antar warga, berupa arisan, usa-

ha bersama simpan pinjam, atau kopera-si kredit berdampak langsung dan tak lang-sung pada pemenuhan pangan masyarakat. Ia berdampak tak langsung ketika mam-pu menjawab kebutuhan masyarakat sum-ber pendanaan, seperti biaya sekolah anak, biaya pengobatan, ataukah upacara kema-tian, sehingga masyarakat tidak perlu me-ngorbankan pemenuhan pangannya. Soli-daritas finansial juga berdampak langsung ketika masyarakat membutuhkan uang un-tuk memenuhi kebutuhan pangan.

Di Adonara, UBSP yang diorganisir Marko Makasa di Desa Kewela kec. Wotan Uluma-do, menggunakan dana organisasi untuk membeli beras dalam jumlah besar (dari gro-siran di kapal) dan menjualnya di bawah har-ga pasar kepada anggota kelompok.

Kelompok Tani Lewowerang, sebuah ko-perasi kreatif yang diorganisasikan Ka-milus Tupen di Witihama, Adonara, mem-berikan pembelian bahan pangan dengan cara berutang (kredit) dan akan dibayar ang-gota melalui pemotongan upah kerja pada proyek-proyek pekerjaan yang diterima ko-perasi.

Koperasi Pekerja Bongkar Muat Pelabu-han Lewoleba yang dipimpin Jacky Wuran. Mereka memanfaatkan akses mereka pada beras murah dari kapal-kapal dagang untuk dijual dengan harga murah kepada para pe-dagang pasar dan anggota koperasi.

tujuan petani memproduksi pangan bukan semata-mata

demi kebutuhan subsistennya akan pangan,

tetapi juga sebagai

komoditi.

Page 11: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 11

Kelima, usaha bersama meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahtera-an, berarti meningkat pula daya beli masya-rakat atas pangan yang tersedia di pasar. Ma-ka berbagai usaha bersama yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dapat digo-longkan sebagai inovasi sosial mewujudkan kecukupan pangan di tingkat rumah tangga dan komunitas.

Kelompok usaha seperti ini tersebar lu-as di Nusa Tenggara Timur, meliputi bidang usaha yang beragam. Kelompok masyarakat yang menjadi anggotanya pun beragam. Ada kelompok yang dibentuk untuk jemaat atau umat dalam wilayah pelayanan gereja; seper-ti dilakukan Pdt Sefri De Haan, Rote (Gere-ja memfasilitasi bantuan bergulir bibit ba-bi di antara jemaat); Pater Alo Wuring, Lem-bata (mengajarkan teknik fermentasi pakan babi); dan Pdt Mesri Modok, Rote (pelatihan pembuatan VCO pada jemaat).

Ada kelompok bagi kaum muda, seper-ti Gasper Messakh (usaha pertanian kolek-tif para pemuda di Kupang) dan Nikanor Matasar (kelompok pemuda petani sayur ka-bupaten Kupang). Ada yang menyasar ka-langan perempuan, seperti Ibu Asmiati (pe-rempuan penghasil minyak kelapa, VCO, dan briket arang tempurung di Adonara). Ada pula yang mengorganisir kerja kolektif masyarakat suatu desa, seperti Ibu Rusmiati (kelompok pengrajin bambu di Adonara).

Membangun Solidaritas Lintas-aktorVisioning dan perencanaan yang diada-

kan PIKUL bagi para aktor perubahan, dan pewadahan mereka dalam Lingkar Belajar Komunitas Bervisi, selain menghasilkan im-pian besar satu pulau, juga mendorong prak-tik saling belajar dan solidaritas antara ak-tor-aktor dalam satu bahkan lintas pulau.

Menarik menyaksikan bagaimana para ak-tor perubahan di Adonara berdiskusi. Mere-ka saling menguatkan dan berbagi ilmu. Sa-lah satu contoh adalah minat para aktor pe-rubahan untuk mendaftarkan kelompok dan anggotanya pada Kelompok Tani Lewowe-rang (KTL) yang didirikan Kamilus Tupen.

Dalam Visioning Para Perawat Pulau, so-lidaritas bahkan terjadi antar pulau, seper-ti ketika Markus Daton (Lembata) yang pan-dai instalasi perpipaan air bersih, berse-dia berangkat ke Rote untuk membantu me-mecahkan masalah air bersih yang dihadapi jemaat Pendeta Mesri di Rote. Atau bagaima-na para peminat tanaman di Sabu belajar cara membuat aneka anakan tanaman dari Linus Learian yang asal Lembata.

Mewadahi para aktor perubahan dalam Lingkar Belajar Komunitas Bervisi mendo-rong lebih jauh berbagai inovasi mening-katkan pemenuhan hak dasar masyarakat, terutama pangan. Itu karena dalam wadah ini ada pertukaran pengalaman, ilmu, dan keahlian, dalam bingkai solidaritas.

Page 12: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

12 InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

obalah bertandang ke Desa Tuwa Geotobi, Kecamatan Witihama di Pu-lau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Di sana Anda akan jumpai sebuah ko-

perasi unik, Kelompok Tani Lewowerang (KTL). KTL unik, pertama karena para pen-diri dan anggotanya menolak ia disebut ko-perasi, meskipun sejatinya ia sebuah kope-rasi. Kedua, KTL unik karena yang ditabung dan dipinjam bukan hanya uang, tetapi ter-utama sumber daya manusia.

Sang PenggagasJika ingin tahu lebih jauh tentang KTL,

Anda harus berbincang-bincang dengan Ka-milus Tupen, si penggagas dan pendiri.

Kamilus lahir di Witihama, Adonara pa-da 5 Oktober 1964. Di sana juga ia tamatkan

di tengah-tengah rakyat, ada begitu banyak ide luar biasa yang hidup dan sukses dipraktikan.

Ide Besar dari Pelosok

Adonara

KAMILuS TuPen

pendidikan SD hingga SMU, meski sempat setahun di SMU Sapensia Kupang. Pada 1985, Kamilus membatalkan niatnya masuk perguruan tinggi. Ia memilih pulang kam-pung, menjadi guru honorer fisika pada SMP dan SMU di Witihama.

Semasa menjadi guru inilah, Kamilus jatuh cinta pada Vincentia Surat Suban dan akhirnya menikahinya pada 1988. Tak lama kemudian, pernikahan itu menghadiahi Ka-milus seorang putri.

Berkeluarga berarti menambah daftar be-lanja rutin. Kamilus merasa pekerjaan se-bagai guru honorer tidak janjikan kese-jahteraan. Atas restu istri dan putri tercinta, Kamilus putuskan merantau.

Awalnya Kalimantan yang ia tuju. Tetapi kawan-kawan sekapal membujuknya pin-dah tujuan, Malaysia. Kebetulan, salah se-orang kakak Kamilus sudah lama merantu di negeri itu.

Kamilus beruntung. Tidak lama setiba di Malaysia, tepatnya pada 1990, ia diterima kerja di kantor cabang Ally Azran Holding di sebuah kota pelabuhan. Ally Azran Hold-ing bergerak di bidang ekspor-impor dan ex-

Page 13: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 1�

pedisi. Awalnya, ia bertugas membersihkan kantor serta membantu mengetik surat dan dokumen.

Pada 1991, manajer cabang terlibat ma-salah keuangan. Direktur dari kantor pusat di Kuala lumpur menunjuk Kamilus men-jalankan tugas manajer. Karena kecakapan dan kejujurannya, pada 1996 Kamilus diper-caya membuka cabang di Kota Kinabalu, ne-gara bagian Sabah, dan menjadi manajer di sana hingga ia memutuskan kembali ke Adonara pada tahun 2000.

Sepuluh tahun Kamilus menjadi manajer, dengan pendapatan per bulan 3.000 ringgit (pada kurs ketika itu sekitar Rp 6-7 juta) se-harusnya ia telah cukup kaya. Tetapi ternya-ta tidak demikian.

Sambil tersenyum, Pak Kamilus men-jelaskan situasinya kala itu, "Saya tidak pu-nya cukup banyak tabungan. Karena saya harus sering bolak-balik Kinabalu-Adonara untuk menjenguk istri dan anak.... Anak saya tidak ingin bersekolah di Malaysia. Saya juga menampung sekitar 10 orang TKI asal Adonara di rumah yang dikontrakkan perusahaan untuk saya".

Meskipun biaya hidup ditanggung bersa-ma, sebagai orang yang lebih mampu sering-kali Kamilus lah yang harus kebagian beban lebih besar.

"Mas que en" KoperasiTahun 2000 Kamilus memutuskan pulang

kampung. Pertama tiba di Flores Timur, Bupati Feliks Fernandes menawarinya po-sisi manajer Flotim TV. Awalnya Kamilus menyambut baik, dan membentuk CV. Elco sebagai badan hukum yang mengelola Flo-tim TV (2000-2003). Ini adalah posisi dile-matis, karena pada saat yang sama Kamilus membantu gerakan mengkritisi Fernandes. Kamilus akhirnya mengundurkan diri. Ia memilih menjadi petani di kampungnya, De-sa Tuwa Goetobi.

Tinggal di kampung, Kamilus menemu-kan ide membangun sebuah badan usaha mi-lik rakyat yang mencakup usaha simpan pin-jam, koperasi produksi, koperasi konsum-si, hingga manajemen sumber daya manusia (crowdsourcing). Ia memimpikan suatu saat nanti, kartu anggota organisasi ini berfungsi layaknya uang. Cukup dengan menunjukan

tinggal di kampung, Kamilus

menemukan ide membangun

sebuah badan usaha milik

rakyat.

Page 14: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

1� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

kartu itu, anggota bisa membeli barang atau jasa dari anggota lainnya, mirip kartu kredit.

Ide Kamilus berasal dari pengalaman-nya di Malaysia. Ia melihat ada yang tidak beres dengan sistem ekonomi yang ada. Se-seorang toke (majikan) bisa kaya raya hanya dengan menggaji seorang manajer dan ba-nyak buruh untuk menjalankan usaha. Ia ti-dak perlu bekerja keras, karena itu urusan buruh. Ia juga tidak perlu memiliki kecakap-an manajemen, karena ada manajer. Kami-lus berpikir, jika rakyat bisa menghimpun modal, rakyat bisa menjadi majikan perusa-haan, dan kekayaan yang selama ini meng-alir ke segelintir pemilik modal bisa terbagi merata kepada rakyat.

Sejak 2004 ia memasarkan gagasannya; mengajak diskusi banyak orang; melaku-kan uji coba dengan beberapa kelompok ta-ni di Adonara. Banyak orang menganggap

mimpinya terlalu mengada-ada. Ada pu-la kelompok tani yang mencobanya tetapi gagal.

"Saya nyaris putus asa saat itu". Ucap Pak Kamilus saat ditemui di Adonara. "Tapi, menjelang Paskah 2010, sekelompok anak muda dari Karang taruna Desa Tuwa Goeto-bi meminta saya menghidupkan kembali ga-gasan itu", lanjutnya lagi.

Karena keyakinannya yang mulai pudar akan keberhasilan penerapan gagasan itu, ia memberi syarat dalam waktu satu hari para pemuda harus bisa mengumpulkan 30 orang untuk pertemuan awal.

Satu malam kemudian, 32 orang pemu-da hadir dalam rapat, mendengar presenta-si gagasan Kamilus. Mereka sepakat mena-makan organisasi mereka Kelompok Tani Lewowerang (KTL). Pada pagi berikutnya, 30-an orang menyetor simpanan pokok Rp 100.000,-.

Kini anggota Kelompok Tani Lewowerang sekitar 400-an orang, tersebar di Adona-ra, Larantuka, Lewolewa, bahkan Malay-sia dan Papua. Selain kantor pusat di Desa Tuwa Goetobi, KTL telah membuka 3 kantor cabang: 2 di Desa Pledo, 1 di Desa Lamabu-nga. Dalam waktu setahun, modal koperasi telah mencapai Rp 100 juta.

Sepintas KTL seperti koperasi pada umumnya. Setiap anggota wajib menyetor Rp 100.000 simpanan pokok, Rp 10.000 per bulan simpanan wajib, dan simpanan su-karela.

Tetapi tidak seperti umumnya kopera-si, KTL menolak disebut koperasi. Ia menga-takan "praktik koperasi, terutama koperasi simpan pinjam di Indonesia menyesatkan. Untuk meningkatkan hasil usaha, anggota didorong terus meminjam, meski pinjaman itu untuk kebutuhan konsumtif. Jangankan mensejahterakan rakyat, koperasi justru menyebabkan anggotanya terlilit utang se-hingga menjual aset".

Kamilus bangga dengan apa yang telah ia lakukan. Salah satu dampak sederhana tetapi sangat membahagiakan dirinya adalah ketika kehadiran KTL membantu mense-jahterakan seorang janda di kampungnya. Si ibu yang ditinggal mati sang suami menda-pat warisan tanah luas namun tidak tergarap karena ketiadaan modal membiayai tenaga kerja. Layanan “simpan-pinjam tenaga ker-ja” yang disediakan KTL memastikan lahan-lahan tak tergarap itu berubah menjadi sum-ber kesejahteraan.

Kini anggota Kelompok tani Lewowerang sekitar 400-an orang, tersebar di adonara, Larantuka, Lewolewa, bahkan Malaysia dan Papua. dalam waktu setahun, modal koperasi telah mencapai Rp 100 juta.

Page 15: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 1�

1. Penyertaan Modal usahaKtL tidak melayani pinjaman konsumsi, tidak juga pinjam-an investasi. Jika ada anggota yang hendak membuka usa-ha, dan membutuhkan uang untuk tambahan modal, KtL akan memberinya sebagai penyertaan modal. atas penyer-taan modalnya itu, KtL memberikan asistensi soal mana-jemen usaha. Menurut Kamilus, dengan sistem penyer-taan modal dan asistensi manajemen, usaha rakyat lebih mungkin sukses. sering kali rakyat gagal menjalankan usa-ha karena tidak memiliki cukup pengetahuan manajemen. selain itu, sistem penyertaan modal menghindari kecem-buruan sosial dan persaingan tak perlu, karena dengan sis-tem ini, usaha seorang anggota sebenarnya merupakan usaha kolektif. Laba usaha yang menjadi bagian koperasi akan dibagi sebagai shu kepada anggota KtL.

2. Simpan Pinjam Tenaga Kerjaanggota yang membutuhkan uang untuk mengupah peker-ja saat membuka kebun atau membangun rumah dapat membuka pinjaman di KtL. tetapi bukan uang tunai yang anggota bawa pulang. KtL akan mengirimkan tenaga ker-ja (serta bahan bangunan dari kios KtL). Jika anggota yang sedang membangun rumah ini kemudian terlibat sebagai tenaga kerja di pekerjaan anggota lainnya, ia bisa saja tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk melunasi pinjam-

annya, karena pinjaman itu dicicil dari upah kerjanya.saat itu sudah ada sekitar 4 rumah anggota yang pemba-ngunannya ditangani koperasi. Beberapa anggota yang ru-mahnya dibangun itu adalah tKI yang berada di Malaysia dan perantauan di Papua.

3. Pembelian Komoditi Anggotaselama ini KtL membeli mete dari anggota dengan harga lebih tinggi dari harga yang ditawarkan pada tengkulak atau operator pedangang besar dari Larantuka dan Maumere. tahun kemarin, ketika rata-rata harga beli mente di tingkat petani Rp 10.000, KtL justru bersedia membeli pada har-ga Rp 11.000. Oleh koperasi, mente dicarikan pembelinya, dijual dengan harga Rp 12.000. Keuntungan Rp 1.000, dibagi dua, Rp 750 menjadi hak anggota (pemilik mente), dan Rp 250 merupakan upah manajemen. tahun 2011 ini, dampak dari kehadiran KtL adalah mempertahankan har-ga beli mente di adonara Rp 12.000 selama 3 bulan, ketika di tempat lain harga telah jatuh Rp 10.000 per kg.

4. Kios KoperasiKtL memiliki kios di kantornya. dahulu kios ini hanya men-jadi gudang atau tempat distribusi. ujung tombak pema-saran adalah kios-kios milik angggota. tetapi karena per-soalan pembukuan (pencatatan keuangan) yang kurang tertib, barang-barang koperasi tidak lagi dititipkan di kios anggota. anggota yang kesulitan uang membeli pangan da-pat membuka pinjaman di koperasi dan mengambil beras di kios KtL.

5. Tabungan Pendidikantabungan untuk kebutuhan membiayai sekolah anak.

6. grup Pemadam Kebakaranuntuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan di adonara, KtL memfasilitasi group pemadam kebakaran yang anggo-tanya berasal dari anggota KtL.

APA YAng DILAKuKAn KTL?

Kelompok tani Lewolerang (KtL) menyediakan se-jumlah layanan untuk menghimpun modal tanpa menyebabkan anggota terlilit hutang, antara lain:

Page 16: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

1� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

FR adalah program yang diusung ko-alisi Ornop Belanda, yaitu Cordaid, CARE-Netherland, Netherland Red Cross, Wetlands International dan

Red Cross Climate Change Center. Ia dise-lenggarakan di sembilan negara, termasuk Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur, PIKUL digandeng CARE-Indonesia untuk men-dampingi masyarakat di Kabupaten Kupang (Kecamatan Sulamu dan Fatuleu Tengah) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (Keca-matan Amanuban Selatan).

Sejatinya, program ini diluncurkan un-tuk mewujudkan ketahanan komunitas ter-hadap bencana, dampak perubahan iklim, dan kemampuan membalik degradasi ling-kungan; kedua, meningkatkan kapasitas organisasi masyarakat sipil di NTT untuk mengembangkan mekanisme membangun ketahanan dan kemampuan melobi pemerin-tah dalam rangka mencapai komunitas yang resilience; serta membangun pranata yang mampu menciptakan lingkungan yang la-yak bagi peningkatan ketahanan komunitas, dalam hal ini mencakup kebijakan, rencana, dan program pembangunan. Untuk menca-pai itu, pendekatan yang digunakan adalah Pengurangan Risiko Bencana, Adaptasi Per-

Melipatgandakan Daya Program Resilience Melalui Pendekatan Berbasis Aset

Lazimnya program di bidang resilience terhadap bencana dan perubahan iklim akan mencurahkan perhatian pada pembicaraan seputar ancaman bencana dan kerentanan masyarakat. tetapi pada program Partners for Resilience (PfR) yang ditangani PIKuL, pusat perhatian dialihkan pada pengalaman sukses komunitas dalam rangka membangun ketahanan terhadap bencana.

ubahan Iklim, dan Pengelolaan serta Reha-bilitasi Ekosistem.

Oleh PIKUL, PFR dikembangkan menja-di program yang diharapkan mampu mem-bangkitkan ketahanan masyarakat terha-dap bencana dan perubahan iklim berba-sis solidaritas dan aset (kekuatan) di dalam masyarakat atau komunitas itu sendiri; dan mengoptimalkan aset komunitas untuk mewujudkan impian masa depan mereka. PIKUL yakin, jika komunitas menyadari aset yang mereka miliki, mereka tidak saja mam-pu membangun ketahanan atas perubahan lingkungan dengan bersandar pada solidar-itas dan kekuatan di dalam diri mereka sen-diri, tetapi juga –melampaui itu—mampu mewujudkan masa depan yang menjadi im-pian komunitas itu.

Menurut salah seorang Direktur PIKUL, Torry Kuswardono, PIKUL menerapkan me-tode Appreciative Inquiry dalam memban-tu masyarakat menemukan visi komunitas-nya. Menggali kisah-kisah sukses yang per-nah komunitas itu alami.

Menurut Kuswardono, di balik kisah-kisah sukses itu, ada kekuatan-kekuatan yang berkontribusi positif. Kekuatan-kekuat-an itu bisa bersumber pada relasi sosial, bu-

Page 17: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 1�

daya masyarakat, dan lingkungan fisik. Pe-nemuan dan pengakuan atas kekuatan ini merupakan dasar bagi suatu komunitas un-tuk dapat mengoptimalkannya dalam meng-hadapi tantangan alam.

Selain itu, lanjutnya, dengan memban-tu komunitas menemukan visi kolektif-nya, yaitu masa depan luar biasa yang dike-hendaki komunitas, PIKUL melipatgandakan daya dari PFR, yaitu dari sekedar memba-ngun ketahanan terhadap serangan perubah-an lingkungan, menjadi aktif memanfaatkan potensi yang ada bagi terwujudnya masa de-pan yang mereka kehendaki.

Untuk itu, PIKUL melakukan proses “AI penuh” dimana proses dialog apresiatif, vi-sioning, dan perjalanan menuju visi adalah proses utuh dalam satu siklus program.

Pikul yakin sedang berada di jalur yang tepat. Pikul yakin, dengan memanfaatkan pendekatan berbasis aset—appreciative in-quiry—batasan-batasan program pening-katan ketahanan atas bencana bisa dilam-paui, sehingga program itu tidak semata-ma-ta inovasi untuk bertahan terhadap perubah-an iklim (problem), tetapi membangkitkan langkah-langkah kreatif mewujudkan visi paripurna masyarakat.

Page 18: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

1� InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

Page 19: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 1�

Kami Terus Lahirkan Hal Baru(Bagian 1 dari 2 Tulisan)

sejak 2009, PIKuL menetapkan visinya: Kampung Berdaulat: pemenuhan hak dasar atas air, pangan, energi,

kesehatan, dan pendidikan berbasis solidaritas.

Solidaritas menjadi kata kunci untuk mewujudkan masyarakat berdaulat atas air, pangan, energi, kesehatan, dan pendidikan. Solidaritas disini

mengacu pada rasa simpati dan sepenang-gungan sebagai sesama warga komunitas yang berujung pada tindakan sukarela se-tiap individu, yang berkontribusi positif ba-gi kepentingan komunitas. Karena itu, soli-daritas mengandung makna kemandirian komunitas dalam memenuhi hak dasar mela-lui upaya bersama anggota komunitas.

Untuk itu, PIKUL memfokuskan kerjanya pada penemuan para aktor perubahan, yaitu orang-orang yang melakukan inovasi sosial; inovasi teknis berkarakter sosial; atau orga-nizer yang menggerakan upaya bersama ma-syarakat dalam rangka meningkatkan kondi-si pemenuhan 5 hal di atas (lihat artikel: Me-nengok Hal Baik di Tengah “Separuh Kenya-taan Separuh Persepsi” Rawan Pangan)1. Ti-dak berhenti di situ, PIKUL mengumpulkan orang-orang hebat itu untuk berbagi mim-pi masa depan dan merumuskan visi kolek-tif mereka berdasarkan pulau. Kegiatannya berupa visioning dan perencanaan dengan metode Appreciative Inquiry. Para alumni vi-sioning tersebut kemudian diwadahi dalam Lingkar Belajar Komunitas Bervisi.

Pendekatan AI dipilih karena pendekatan berbasis aset, sejalan dengan misi pemenuh-an hak dasar berbasis solidaritas.

Sejak mempelajari AI dan menerapkannya dalam puluhan visioning dan perencaaan, PIKUL mengumpulkan banyak pembelajaran yang bermanfaat dalam mengembangkan metode itu agar lebih berdaya guna dan kon-tekstual penerapannya bagi aktor perubahan dan komunitas-komunitas masyarakat di Nu-sa Tenggara Timur.

Artikel ini dibuat untuk menjelaskan pen-erapan dari pembelajaran atas proses pan-jang yang telah dilalui. Bahan belajar yang terutama adalah Visioning Para Perawat Pu-lau, yang melibatkan para aktor perubahan dari Pulau Sabu, Lembata, dan Rote. Sebagai visioning terkini, visioning Para Perawat Pu-lau merupakan penerapan atas pembelajaran visioning-visioning sebelumnya.

Visioning Para Perawat Pulau dilangsung-kan di Kupang, Maret 2012. Sebagaimana vi-sioning dan perencanaan lain yang difasili-tasi PIKUL, visioning AI dilaksanakan dalam bentuk Pertemuan Puncak2. Ada beberapa modifikasi dari pelaksanaan pertemuan pun-cak AI yang lazim. Modifikasi itu mulai dari penambahan fase, pertukaran urutan sesi, ouput dari sesi dan fase, hingga penekanan materi dan latihan. Karena itu, jika asalnya AI terdiri dari dari 4 fase, yaitu Discovery, Dream, Design, dan Destiny; di NTT kami telah menambahkan fase Define, Celebra-tion, dan Destination. Berikut pemaparan fase demi fase.

OLeH PeMBeLAjARAn ATAS PRAKTIK

tulisan ini didasarkan atas pengamatan dan

pengalaman George hormat, sebagai seorang asosiat PIKuL, yang aktif

memfasilitasi visioning-visioning PIKuL.

Page 20: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

20 InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

Define Pertemuan Puncak,Membentuk Kuda-Kuda Kokoh

Sejatinya tahap Define adalah keseluruh-an proses yang mendahului Pertemuan Pun-cak AI, meliputi penentuan agenda perubah-an, topik, dan pembuatan alur serta pem-bentukan tim kerja. Tetapi Define di sini di-gunakan untuk menamakan rangkaian sesi pada pelaksanaan Pertemuan Puncak sebe-lum fase Discovery. Fase Define pertemuan puncak terdiri dari tiga sesi: Pembukaan Me-mukau, Perkenalan Apresiatif, dan Penge-nalan Proses.

Penamaan fase Define pada ketiga sesi awal pertemuan puncak ini sejalan dengan tag yang diberikan kepadanya, "Construct a strong opening Stance." Ini adalah warisan visioning para pemuda di camp pengungsian Naibonat3, yang menurut temuan wawan-cara awal, mayoritas merupakan anggota be-berapa perguruan bela diri. Pemilihan tag ini disesuaikan pada minat para peserta. Ka-mi kemudian melihat tag "membangun ku-da-kuda yang kokoh" tepat untuk menggam-barkan maksud dan fungsi dari fase ini. Se-bagaimana dalam adu ketangkasan seni bela diri, kuda-kuda menentukan efektivitas dan daya gerak serang dan bertahan. Fase Define dalam pertemuan puncak adalah kuda-ku-da yang menentukan gerak sesi-sesi selanjut-nya. Ia harus kokoh agar fase-fase setelah-nya dapat dimainkan dengan baik.

Fase Define dimulai dengan sesi Pembuka-an Memukau, yang sekaligus awal dari selu-ruh proses Pertemuan Puncak AI. Ia dilaksa-nakan tepat setelah peserta berada di dalam ruangan, bahkan sebaiknya setiba peserta di tempat pelaksanaan Pertemuan Puncak.

Pembukaan harus memukau, membang-kitkan reaksi "wow," menimbulkan kesan tak biasa dan tak disangka-sangka pada pe-serta. Ia harus memiliki daya kejut yang me-mutus ingatan peserta pada urusan-urusan di luar pertemuan, dan dengan itu pikiran mereka segera terkondisikan untuk meneri-ma sesi-sesi selanjutnya. Ia harus punya da-ya pikat yang membawa tubuh, pikiran, dan hati peserta masuk ke proses visioning.

Tapi tak sekedar "memukau", Sesi Pem-bukaan juga bertugas "curi star," memperke-nalkan peserta pada tema atau tujuan vision-ing. Tugas sesi pembukaan yang seperti ini sebenarnya telah mulai dicoba sejak Vision-ing Pemuda Aktor Perubahan di camp pe-ngungsian Naibonat, tapi baru benar-benar digarap pada visioning Para Perawat Pulau.

Sesi perkenalan apresiatif bertujuan men-cairkan suasana; menanamkan sikap saling respect antar peserta; membangun emosi positif dan kepercayaan diri; serta memper-kuat pesan tema visioning. Semua hal ini adalah syarat bagi tingkat partisipasi yang kami sebut no limit participation, dimana berlandaskan perasaan setara, peserta tidak sekedar aktif mengemukakan pendapat, te-tapi dengan minat tulus mendengarkan pen-dapat peserta lain; dan penuh antusias men-jalani seluruh rangkaian proses visioning dan perencanaan; bahkan mengambil peran fasilitator, memperlancar proses.

Penambahan kata apresiatif merupakan penekanan yang membedakan sesi perkenal-an dalam proses visioning AI dengan pen-dekatan lainnya. Ini adalah hasil pembelajar-an dari visioning pengajar dan orang tua pa-da Sanggar Anak Rakyat (SAR) di Kelapa Lima Kupang. Saat itu fasilitator meminta peserta menggambar benda yang menyim-bolkan dirinya. Kalangan ibu-ibu orang tua murid mengambarkan peralatan dapur dan bunga sebagai simbol dirinya yang meng-identifkasi diri mereka dengan aktivitas se-hari-hari. Sementara perempuan sukarle-wanan pengajar yang berlatar belakang ma-hasiswa, mengambar berbagai benda yang menyimbolkan karakter diri atau hobi dan kemampuan kebanggaan mereka.

Kami melihat apa yang digambarkan para ibu orang tua murid mencerminkan kondisi

Pembukaan harus

memukau, membangkitkan

reaksi "wow", menimbulkan

kesan tak biasa dan tak

disangka-sangka pada peserta.

Page 21: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012 21

"terpenjara" dalam rutinitas. Begitu seorang perempuan menjadi istri atau ibu seseorang, ia tidak lagi dikenal sebagai dirinya sendiri.

Berdasarkan ini, agar perkenalan itu membangkitkan emosi positif, pada vision-ing perempuan pengrajin dan pedagang kecil di Bakunase, arahan pada sesi perkenal-an diubah menjadi, "gambarlah benda yang menyimbolkan bakat, karakter, atau keahli-an yang paling Anda banggakan." Hasilnya, para ibu di Bakunase memilih simbol batu (teguh pendirian), payung (pelindung kelu-arga), matahari (menyinari keluarga), dan aneka simbol lain yang mencerimkan apre-siasi diri. Dengan begitu, sikap positif ber-hasil dibangun di awal proses.

Sejak visioning LBKB Adonara Kedua, se-si perkenalan dihubungkan dengan tema visioning. Di dalam kelompok, peserta di-minta memilih simbol bagi anggota kelom-pok sesuai pengalaman paling membang-gakan yang diceritakan setiap anggota. Peng-alaman yang diminta terkait perjuangan pemenuhan hak dasar bagi komunitas atau desanya.

Pada visioning Perawat Pulau, perkenalan apresiatif dimasukan dalam satu tarikan na-pas dengan sesi pembukaan.

“Semua peserta telah duduk. Lilin-lilin dinyalakan, lampu padam, dan pada layar sebuah film pendek ditayangkan. Diawali kisah singkat Atlas, raksasa pemikul langit dalam mitologi Yunani, film itu mengalirkan

narasi tentang para aktor perubahan yang telah ditemukan PIKUL, para penjaga pu-lau, orang-orang yang membuat pulau (bu-mi) tetap memberi harapan bagi para peng-huninya; tentang apa dan mengapa yang te-lah dilakukan PIKUL. Selanjutnya satu demi satu narasi singkat tentang para peserta, ak-tor-aktor perubahan dari Pulau Sabu, Rote, dan Lembata, lengkap dengan cerita singkat karya perubahan mereka, disampaikan. Satu per satu aktor perubahan didaulat maju ke panggung, melambaikan salam, dan diper-silahkan duduk pada deretan kursi yang di-atur melingkar. Setelah semua tergilir, salah seorang direktur PIKUL Silvie Fanggidae me-nyampaikan sambutan singkat dan memim-pin toast sebagai simbol membuka acara vi-sioning Aktor Perawat Pulau.”

Begitulah rangkaian sesi satu tarikan na-pas, sejak pembukaan hingga perkenalan apresiatif itu membentuk satu pesan yang kuat: "ini adalah visioning bagi para perawat pulau, orang-orang yang karya perubahan mereka telah mempertahankan harapan bagi para penghuni pulau Sabu, Rote, dan Lem-bata. Mereka lah para Atlas yang nyata."

Fase Define dalam Pertemuan Puncak AI ditutup dengan sesi Pengenalan Proses, ber-isi penjelasan ringkas tentang apa dan me-ngapa Appreciative Inquiry; ringkasan alur proses; dan accelerated learning. Penekanan pada sesi ini adalah pada argumentasi me-ngapa pendekatan Appreciative Inquiry yang

Page 22: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

22 InIsIatIf EdIsI 1 tahun 2012

digunakan dan mengapa proses akan pe-nuh dengan menyanyi, menggambar, me-nari, memerankan drama, dan permainan-permainan. Dengan ini, resistensi di tengah proses dari peserta yang terbiasa dengan pendekatan defisit seperti Problem Solving atau SWOT, dan yang biasa mengikuti kegi-atan perencanaan dalam suasana kaku men-jemukan, bisa dihindari.

“Ah, saya tidak sangka acaranya akan seperti ini,” kata Linus Learian, seorang pe-serta dengan wajah bangga selepas sesi Pem-bukaan dan Perkenalan Apresiatif di malam pertama mereka.

fase Discovery, Mengakui KenyataanBrutal, Kisah Sukses dan Inti Positif

Pengembangan dari fase Discovery telah dilakukan dalam tiga visioning terakhir (Nai-bonat, Adonara II, Solor) sebelum Visioning Para Perawat Pulau. Pengembangan yang pertama adalah dimasukannya sesi Kenya-taan Brutal ke dalam fase ini. Sebelumnya kenyataan Brutal adalah sebuah sesi lepas, tidak termasuk ke dalam salah satu dari fa-se-fase standar proses Pertemuan Puncak vi-sioning AI.

Kenyataan Brutal adalah adaptasi dari "U Proccess" a la Barefood Guide. Kami biasa menyebut sesi ini sebagai sesi negatif, kare-na membahas kondisi krisis yang terjadi. Itu berarti membahas problem. Tetapi berbeda dengan pendekatan problem solving, pem-bahasan kondisi krisis atau problem disini tidak dimaksudkan untuk dicari jalan kelu-arnya. Fokus perhatian tetaplah pada impi-an, karena ketika sejumlah langkah diren-

canakan dan dijalankan untuk mewujudkan impian, dengan sendirinya problem atau kri-sis terlampaui. Di sini kondisi krisis didis-kusikan untuk mengetahui posisi dimana para aktor kini berpijak, sebuah titik pang-kal dimana kondisi pemenuhan impian be-rada di ujung lainnya. Akhir dari pembahas-an Kondisi Brutal adalah kesadaran akan kontribusi pribadi bagi tercipta, bertahan, dan memburuknya krisis. Dengan menya-dari itu, diharapkan para aktor dapat mengu-rangi kontribusi masing-masing, suatu hal yang berada dalam kendali tiap pribadi.

Pengembangan lain dilakukan pada Sesi Kisah Sukses dan Inti Positif. Yang pertama berupa materi presentasi yang memberi con-toh sumber-sumber inti positif dan bentuk-nya. Yang kedua, berupa latihan memetakan inti positif dari sebuah kisah sukses dalam tayangan berita televisi atau media cetak.

Kesatuan sesi kenyataan brutal dan se-si kisah sukses dan Inti Positif memben-tuk bangunan logika: “Benar bahwa masya-rakat menghadapi krisis; tetapi banyak con-toh masyarakat berhasil melewati krisis itu, dan keberhasilan itu disebabkan oleh sejum-lah faktor yang berasal dari lingkungan so-sial dan lingkungan fisik di dalam masyara-kat itu sendiri. Faktor-faktor itu, yang per-manen sifatnya, adalah inti positif yang di-miliki masyarakat. Penggalian kisah sukses (peningkatan pemenuhan hak dasar di te-ngah kondisi krisis) akan membawa peser-ta pada penemuan inti positif yang dimiliki. Menyadari inti positif dan melipatgandakan-nya merupakan kunci mewujudkan impi-an.” (Bersambung pada edisi 2/2012)

1 Yang dimaksud inovasi sosial adalah penemuan bentuk-bentuk baru soli-daritas masyarakat dalam memper-juangkan mimpi kolektif. Kamilus tu-pen, aktor perubahan di Pulau adona-ra yang membangun sebuah kopera-si dengan layanan di luar mainstream, adalah inovator sosial. Begitu pula ale-ta Baun, yang menggalang kerjasa-ma tukar benih antara petani di tts. sementara istilah inovasi teknis ber-karakter sosial digunakan untuk pe-ngembangan teknis dan teknolo-gi yang memberikan manfaat bagi ba-nyak orang secara gratis atau yang pe-

ngetahuannya disebarluaskan gratis. Pengembangan teknologi murah mem-buat biogas dari faeces ternak oleh Geng Motor Imut adalah inovasi tek-nis berkarakter sosial, karena kelom-pok itu sukarela membagi pengeta-huannya pada masyarakat. Begitu pu-la Ibu asmiati di adonara yang meng-organisasikan masyarakat mengolah berbagai produk kelapa (VCO, minyak goreng, briket arang, asap cair, dll).

2 Pertemuan Puncak adalah salah satu bentuk pelaksanaan proses aI di-mana sekelompok orang selama 3-4

hari menjalani proses 4d (discovery, dream, design, destini). Bentuk per-temuan ini dinilai pas bagi visioning dan perencanaan. Lihat hormat, G. Mencipta Kenyataan Baru. Panduan Visioning dan Perencanaan Pemenuh­an Hak Dasar: Pendekatan Apprecia­tive Inquiry. Perkumpulan PIKuL 2010.

3 Visioning Pemuda aktor Perubahan naibonat, november 2011 difasilitasi George hormat, donald Mangngi, dan danny Wetangterah. Visioning ini meli-batkan para pemuda eks-penggungsi dari timor Leste.

Page 23: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

Juni 201115-18 : LBKB II Pulau adonara di Kiwangona15-17 : training fasilitator untuk calon asosiat dari sabu, Rote dan Lembata PIKuL di Kupang20-23 : LBKB II Pulau solor di Ritaebang20-23 : Visioning LPM Kota Kupang, di Kupang27-28 : Pertemuan Puncak anggota LBKB adonara, alor, Kupang, tts di Kupang29 : Peluncuran PIKuL, di taman Budaya, Kupang

OKTOBER 2011 24 : Workshop Penyusunan Panduan bagi fasilitator Program anggur Merah (s.d 3 november)

Sekilas Aktivitas Pikul

nOVEMBER 20118-10 : Visitasi ke anggota LBKB di Pulau solor11-13 : Visitasi ke anggota LBKB di Pulau adonara14-20 : training of trainer bagi Pendamping Wilayah Program anggur Merah21-24 : training Menulis bagi anggota LBKB di Kupang29 : Visioning dan Pelatihan Konsep anggur Merah bagi PKM 230 : Visioning bagi Komunitas naibonat, di naibonat Kabupaten Kupang

DESEMBER 20111-3 :Visitasidanre-profilingaktordiPulauSabu3 : Visioning bagi Komunitas naibonat, di naibonat Kabupaten Kupang2-3 : Visioning serikat Persaudaraan Guru se-Kota Kupang, di Kupang9–12 :Visitasidanre-profilingaktordiPulauRote12-14 : Visioning Pra Pekan Petani adonara, di Pulau adonara15-20 : Pelatihan Pengorganisasian dan teknik fasilitasi serta Metodologi anggur Merah bagi PKM 219-21 : Visioning Perencanaan RPJMdEs solor, di Pulau solor

Page 24: Inisiatif, Edisi 1, Tahun 2012

Menuju kampung-kampung berdaulatmendorong gairah berkarya, bersolidaritas, berjejaring, untuk keselamatan bersama.

Kami menemukan mereka yang berkomitmen, memfasilitasi proses menjadi lebih, mendorong transformasi menuju dunia yang lebih adil.

PIKuL “Lingkar Belajar Komunitas Bervisi”

Jl. R.W. Monginsidi II no. 2 Kel. Pasir Panjang Kupang

nusa tenggara timur 85228telp. 0380-830218