makalah infeksi

15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit yang disebakan oleh mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien . Dalam semua lingkungan, kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan. Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, 1

Upload: risma-caryna

Post on 27-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah keperawatan infeksi dilengkapi dengan asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Infeksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau

teknisi yang memantau atau mencegah peniularan infeksi membantu melindungi klien dan

pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan

beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme

infeksius, meninkatnya pejanan terhadap jumlah dan jemis penyakit yang disebakan oleh

mikroorganisme dan prosedur invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory klien

dapat terpajan mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme

tersebut dapat juga resisten terhadap banyak antibiotic. Dengan cara mempraktikan teknik

pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran

mikroorganisme terhadap klien .

Dalam semua lingkungan, kiien dan keluarganya harus mampu mengenali sumber infeksi

dan mampu melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien nharus termasuk informasi

mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan. Petugas perawatan kesehatan dapat

melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada

penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dan perlindungan

barier yang tepat. Penyakit seperti hepatitis B, AIDS, dan tuberkolosis telah menyeababkan

perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolaan infeks.

Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat di Rumah Sakit.

Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya tahan tubuh yang

melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit menjadi turun,

adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya prosedur

invasive terhadap pasien di Rumah Sakit

1

Page 2: Makalah Infeksi

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah tentang

Apa-apa saja Konsep Penyakit Infeksi dan mahasiswa mampu memahami dan melakukan

asuhan keperawatan terhadap pasien infeksi atau yang berisiko infeksi.

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian infeksi

2. Mengetahui tanda dan gejala infeksi

3. Mengetahui pemeriksaan penunjang infeksi

4. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang berisiko infeksi

2

Page 3: Makalah Infeksi

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian

Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan

sakit (Potter&Perry,2005). Infeksi nosocomial adalah infeksi yang diakibatkan oleh pemberian

layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan.

Infeksi iatrogenic adalah infeksi nosocomial yang diakibatkan oleh prosedur diagnostic atau

tereapeutik. Infeksi nosocomial dapat terjadi secara eksogen atau endogen. Infeksi secara

eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu yang bukan merupakan flora

normal, contohnya organisme Salmonella. Infeksi endogen terjadi bila sebagian dari flora normal

dari pasien berubah dan terjadi pertumbuhan berlebihan.contohnya infeksi yang disebabkan

enterokokus, ragi dan streptokokus.

Flora normal adalah mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit,

saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal yang pada jumlah tertentu tidak akan

menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Sementara resiko

infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik (Herdman,T.

Heather, 2012)

Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry (2005)

adalah:

1)      Agen

Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena agennya

sendiri atau karena toksin yang dilepas.

2)      Host

Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai, tidak ada

infeksi..Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa

bertahan hidup atau berkembang biak.

3)      Environment (lingkungan)

3

Page 4: Makalah Infeksi

Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar

matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau

menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.

B.       Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi (Smeltzer, 2002) sebagai berikut :

1.      Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang mengalami

peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke

daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan kapiler

meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti,

menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.

2.      Kalor

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula

oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius

disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.

3.      Dolor

Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.

Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit

disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

4.      Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman

cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.

5.      Functio Laesa

Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam

mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

4

Page 5: Makalah Infeksi

C. Pohon Masalah

D.      Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan

darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH,

MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik:

LED, GDS, dan albumin.

E.       Penatalaksanaan Medis

a.       Aseptic

Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan

semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang

kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau

menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati

agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.

5

Page 6: Makalah Infeksi

b.      Antiseptic

Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

c.       Dekontaminasi

Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,

terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja

pemeriksaan, alat-alat kesehatan dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan

tubuh disaat tindakan dilakukan.

d.      Pencucian

Tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan

kotoran

e.       Sterilisasi

Tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasite dan virus) termasuk

bakteri endospore dari benda mati

f.       Desinfeksi

Tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari

benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan

kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri

endospore.

F.      Pengkajian Keperawatan

1.      Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

2.      Riwayat kesehatan

a.       Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan

b.      Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang

c.       Riwayat penyakit dahulu

Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah

d.      Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular

3.      Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

6

Page 7: Makalah Infeksi

Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi, gerak dan

aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan

komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah.

4.      Pemeriksaan fisik

a.       Keadaan Umum

Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit, turgor kulit,

dan kebersihan diri.

b.      Gejala Kardinal

Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.

c.       Keadaan Fisik

Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.

1)      Inspeksi     : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,  keadekuatan

sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.

2)      Palpasi       : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara,

sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.

3)      Perkusi      : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.

4)      Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau suara

napas tambahan.

5.      Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan

darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH,

MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik:

LED, GDS, dan albumin.

G.    Diagnosa Keperawatan

Resiko infeksi

Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

Faktor resiko:

           Penyakit kronis

-          Diabetes mellitus

-          Obesitas

           Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen

7

Page 8: Makalah Infeksi

           Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

-          Gangguan peristaltic

-          Kerusakan intregitas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)

-          Perubahan sekresi pH

-          Penurunan kerja siliaris

-          Pecah ketuban dini

-          Pecah ketuban lama

-          Merokok

-          Statis cairan tubuh

-          Trauma jaringan (mis., trauma, destruksi jaringan)

           Ketidakadekuatan pertahanan sekunder

-          Penurunan hemoglobin

-          Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk

imunosupresan, steroid, antibody monoclonal, imunomodulator)

-          Leukopenia

-          Suspensi respon inflamasi

           Vaksinasi tidak adekuat

           Pemajanan terhadap pathogen lingkungan yang meningkat

-          Wabah

           Prosedur invasif

           Malnutrisi

H.       Rencana Keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional

1.        Resiko infeksi

berhubungan

dengan…

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama …..x 24

jam.resiko infeksi

berkurang dengan

kriteria hasil

NOC:

NIC:

Infection Control

Infection Protection

1.      Instruksikan

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

memasuki dan keluar

dari ruangan pasien

1.    Meminta pengunjung

mencuci tangan agar tidak

ada mikroorganisme yang

tertinggal di tangan

8

Page 9: Makalah Infeksi

Infection severity

Risk control: Infection

Process

1.      Tidak ada purulent

sputum

2.      Pembuangan purulent

3.       Demam

4.      Ketidakstabilan suhu

5.      Infiltrasi x-ray dada

6.      Kolonisasi kultur

sputum

7.      Mencari informasi

terbaru mengenai

kontrol infeksi

8.      Identifikasi faktor

resiko infeksi

9.      Menyatakan resiko

infeksi personal

10.  Identifikasi resiko

infeksi dalam

kehidupan sehari-hari

11.  Identifikasi strategi

proteksi diri dari orang

yang terkena infeksi

2.      Gunakan sarung tangan

sesuai mandat

3.      Melakukan terapi

antibiotic

4.      Monitor kerentanan

terhadap infeksi

5.      Menyarankan napas

dalam dan batuk efektif

2.    Menggunakan sarung

tangan untuk melindungi

tangan dari cairan dan hal

lain yang dapat menjadi

media penularan penyakit

3.     Memberikan obat untuk

mencegah infeksi

4.    Mengawasi kerentanan

terhadap penyebaran

infeksi

5.    Memberi saran melakukan

napas dalam dan batuk

efektif agar secret mudah

keluar

9

Page 10: Makalah Infeksi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry

(2005) adalah agen sebagai penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa

karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas, Host adalah yang terinfeksi, jadi

biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai, tidak ada infeksi. Host biasanya

orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau

berkembang biak, dan environment (lingkungan) itu lingkungan di sekitar agen dan host,

seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang

hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.

B. SARAN

Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan

yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik

dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi

apa yang kurang dalam makalah kami ini.

10