makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Walaupun telah lebih dari seabad sejak pengamatan oleh Semmelweis, Lister, dan lain-lain mencerahkan komunitas kedokteran mengenai mekanisme penularan penyakit dan efektivitas asepsis bedah, namun pasien terus menderita berbagai akibat dari infeksi nosokomial. Penyebab infeksi ini sering bersifat multifactor dan tidak mudah diperbaiki. Sepanjang sejarah, teknologi dan terapi baru telah memperbaiki kualitas pasien, tetapi hal-hal tersebut sering menimbulkan risiko baru timbulnya penyulit infeksi. 5-10% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. 3% pasien meninggal akibat infeksi nosokomial meskipun angka kematian bervariasi untuk sumber sepsisnya. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahvva akibat infeksi nosokomial, lama perawatan bertambah rata-rata empat hari dan biaya perawatan meningkat. ICU yang mempunyai 2-7% dari tempat tidur rumah sakit, tetapi angka kejadian infeksi nosokomialnya 30 - 40%. Organisme penyebab infeksi bersumber dari exogen seperti kontaminasi imus, alat-alat bantu pemafasan, ataupun bersumber dari flora endogen pasien sendiri dari oropharing, saluran cerna, saluran kencing, dan 1

Upload: ardi-artana

Post on 29-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang sebagai akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi sering berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten terhadap antibiotik

TRANSCRIPT

Page 1: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Walaupun telah lebih dari seabad sejak pengamatan oleh Semmelweis, Lister,

dan lain-lain mencerahkan komunitas kedokteran mengenai mekanisme penularan

penyakit dan efektivitas asepsis bedah, namun pasien terus menderita berbagai

akibat dari infeksi nosokomial. Penyebab infeksi ini sering bersifat multifactor

dan tidak mudah diperbaiki. Sepanjang sejarah, teknologi dan terapi baru telah

memperbaiki kualitas pasien, tetapi hal-hal tersebut sering menimbulkan risiko

baru timbulnya penyulit infeksi.

5-10% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. 3% pasien meninggal

akibat infeksi nosokomial meskipun angka kematian bervariasi untuk sumber

sepsisnya. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahvva akibat infeksi

nosokomial, lama perawatan bertambah rata-rata empat hari dan biaya perawatan

meningkat. ICU yang mempunyai 2-7% dari tempat tidur rumah sakit, tetapi

angka kejadian infeksi nosokomialnya 30 - 40%.

Organisme penyebab infeksi bersumber dari exogen seperti kontaminasi imus,

alat-alat bantu pemafasan, ataupun bersumber dari flora endogen pasien sendiri

dari oropharing, saluran cerna, saluran kencing, dan permukaan kulit. Organisme

penyebab infeksi nosokomial terbanyak telah berubah-ubah dalam 30 tahun

terakhir. Tahun 1950 staphylococcus aureuy merupakan bakleri yang dominan.

Gram negatif dominan tahun 1970, tetapi baksil gram positif yang menunjukkan

resistensi pada beberapa antibiotik dominan pada tahun 1980. Bakteri lain yang

biasanya dengan tingkat keganasan rendah seperti virus, jamur, dan parasit

mempengaruhi daya tahan tubuh pasien. Masalah ini bertambah dengan epidemi

dari AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV dimana pengobatan masih terbatas,

dari ini juga merupakan ancaman bagi petugas kesehatan sebagaimana ancaman

pada pasien.

1

Page 2: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu

mengetahui tentang pencegahan infeksi nosokomial di ruang icu.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Memahami dan melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi

nosokomial di ruang icu

2

Page 3: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengendalian Infeksi Nososkomial Di Ruang ICU

Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang sebagai

akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan dengan

mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi sering

berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten terhadap

antibiotik. Adapun prinsip diagnose infeksi nosokomial menurut Centre for

Disease Control adalah:

1. Ditemukan adanya infeksi lokal yang dilihat dari pemeriksaan klinik dan hasil

laboratorium dan tes diagnosa yang lain.

2. Dokter mendiagnose infeksi dengan melihat langsung pada luka operasi,

endoscopi dan prosedur diagnostik lain.

3. Didapatkan infeksi di rumah sakit dalam masa inkubasi, tetapi kejadian

infeksi setelah pulang dari rumah sakit.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Nosokomial

Banyak penelitian klinis menunjukkan bahwa ada 4 konsep dasar yang

berpengaruh terhadap kejadian infeksi.

1. Flora Endogen

Organisme yang merupakan flora normal pada beberapa organ dapat

menjadi penyebab infeksi ketika ada perantara seperti pasien dengan

endotrakheal tube, tusukan intravena atau kateter urine.

2. Faktor Rumah Sakit

Rumah sakit menjadi reservoir bagi organisme patogen yang meliputi

adanya pasien yang parah, staf rumah sakit yang menularkan organisme

antar pasien, penggunaan antibiotik spektrum luas dan penggunaan alat-alat

untuk monitor atau pengobatan pada pasien.

Semua faktor ini meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran organisme di

rumah sakit dan diantara pasien dengan pasien.

3

Page 4: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

3. Faktor Pasien

Beberapa faktor intrinsik dapat mendukung terjadinya infeksi, seperti usia

tua, pasien dengan gangguan yang kronis, luka terkontaminasi, pengobatan

steroid atau obat-obat immunosupresif dan perawatan di rumah sakit yang

lama.

4. Resistensi Antibiulik

Resisten terhadap satu atau lebih antibiotik senng menyebabkan

organisme tersebut memmbulkan infeksi. Penggunaan antibiotik berspektrum

luas akan menambah masalah. Obat ini membabat flora normal dalam saluran

gastro intestinal, pharing, dan saluran kencing dan kemudian diikuti

pertumbuhan vang berlebihan dengan ikatan yang lebih resisten.

2.3. Sumber Infeksi Nosokomial

Beberapa hal yang dapat menjadi sumber kejadian infeksi nosokomial meliputi:

1. Tindakan Invansif

Tindakan invansif adalah suatu tindakan menusukkan alat-alat kesehatan

ke dalam tubuh pasien, sehingga memungkinkan mikro organisme masuk ke

dalam tubuh. Tindakan invansif sangat banyak jemsnya, khususnya di ICU,

dimana pasien sering menggunakan bermacam-macam selang sekaligus, atau

mengalami beberapa tindakan seperti:

a. Suntikan fungsi (vena, lumbat, perikardial, pleura, suprapubik, arteri, dll)

b. Pemasangan alat (kontrasepsi, katheter urine, katheter jantung, intravena,

arteri pipa endotrakheal, nasogaster, drain, dll).

c. Tindakan bronkoskopi, angiografi, dll.

2. Tindakan Invasif Operasi

Tindakan operasi ini membutuhkan sayatan pada tubuh pasien, sehingga

micro organisme. dapat masuk ke dalam tubuh. Infeksi luka operasi

menunjukkan 20 - 25 % dari semua infeksi nosokomial. Mikro organisme

biasanya berasal dan flora pasien itu sendiri, tetapi dapat juga dari

kontammasi alat cairan yang digunakan atau juga dari para petugas yang ada

4

Page 5: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

3. Tindakan Non Invasif

Tindakan ini menggunakan alat-alat kesehatan tanpa memasukkan ke

dalam tubuh pasien, telapi dapal menyebabkan micro organisme masi:k atau

menular kepada orang lain.

Dan semua komponen yang terlibat dan berada disekitar pasien dirawat dapat

merupakan sumber infeksi. Hal ini meliputi:

a. Prosedur tindakan dari petugas yang tidak baik/aseptic.

b. Alat, bahan atau cairan yang terkontaminasi.

c. Ruangan yang tidak memenuhi syarat, terutama dilihat dari sudut

mikrobiologis.

d. Ketidaktahuan/ketidakmautahuan petugas terhadap tindakan aseptik.

e. Jumlah dan perilaku pengunjung.

2.4. Strategi Pencegahan Dan Penanganan Infeksi Nosokomial

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian infeksi

nosokomial adalah sebagai berikut:

1. Hyegiene Perseorangan dan Cuci Tangan

Hyegiene perseorangan membantu seseorang menjadi bersih dan nyaman.

Bertujuan untuk mencegah infeksi, mempertahankan integritas jaringan dan

mempertahankan relaksasi. Hyegiene perseorangan ini meliputi : kebersihan

kulit, kuku, mata, mulut, hidung, teiinga, rambut dan daerah perineal.

Cuci tangan secara khusus telah dipromosikan untuk mengurangi

penularan infeksi sejak ± 15 tahun VII. Cuci tangan yang benar dari petugas

dapat menurunkan 25 -30% kejadian infeksi nosokomial. Untuk cuci tangan

ini dipergunakan :

1) Air mengalir

2) Sabun atau desinfeksi (savlon, aquaous chlorhexidine)

3) Handuk atau tisue disposable

4) Tindakan rutin atau tindakan khusus seperti persiapan operasi

5

Page 6: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Adapun prosedumya adalah :

a. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kin.

b. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tclapak tangan kiri dun

sebaliknya.

c. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kin dengan jari-jari

disilang.

d. Punggung jari berhadapan dengan telapak tangan Jari saling terkunci.

e. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.

f. Putar dan gosok ujung jari-jari dan lempol tangan kanan, kedepan dan

kebelakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya. Untuk

tindakan operasi lakukan tindakan tersebut dalam 2 menit, keringkan.

2. Tim Pengendalian Infeksi

Tim pengendalian infeksi rumah sakit bertujuan untuk meminimalkan resiko

infeksi pada pasien dan petugas. Tim ini bertugas untuk :

1) Mengumpulkan data tentang angka infeksi.

2) Memonitor penggunaan antibiotik dan pola sensivitasnya.

3) Menyediakan feedback pada pemakai, seperti petugas yang ada di rumah

sakit.

4) Memonitor pelaksanaan berbagai tmdakan/prosedur di rumah sakit.

5) Mengembangkan kebijakan dan protokol yang dapat menurunkan angka

infeksi.

6) Menetapkan prosedur desmfeksi dan sterilisasi.

7) Memonitor pengelolaan sampan dan limb ah rumah sakit.

8) Mengembangkan prosedur pengelolaan sampah medis.

Mencegah infeksi melalui:

a. Mempromosikan cuci tangan yang efektif.

b. Menetapkan petunjuk untuk mencegah infeksi-infeksi tertentu.

c. Menetapkan prosedur isolasi atau penampungan infeksi.

d. Mensupervisi petugas kesehatan tennasuk tentang vaksinasinya.

6

Page 7: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

3. Dekontaminasi Selektif Saluran Gastro Intestinal

Pertumbuhan bakteri yang cepat pada saluran pencernaan sebagai hasil

pemberian obat-obatan penghambat asam lambung dapat membawa pada

infeksi pneumonia dan multi organ distress syndrom. Bakteri tersebut dapat

membenmk kolonisasi di oroparing. Sejumlah penehtian membuktikan bahwa

dekontaminasi selektif saluran pencernaan dapat memutuskan lingkaran

kolonisasi infeksi.

Pada pasien diberikan antibiotik oral, seperti : polimixin, tobramycin,

Gentamycin, Neomycin, Nistatin atau amphotericin. Preparat ini aktif

melawan bacteri gram negatif atau jamur disaluran Gastro intestinal.

4. Isolasi

Isolasi adalah usaha pencegahan atau penyebaran kuman patogen dari

sumber infeksi (pasien, petugas, pengunjung, karier) kepada orang lain. Jenis

isolasi yang dilakukan sesuai patogenitas kuman dan cara penularan atau

penyebarannya.

5. Pengelolaan Ruangan dan Lingkungan

Ruangan dan lingkungan harus dijaga kebersihan, kelembaban, penyinaran

dan ventilasinya. Juga periu dilakukan monitoring angka kuman ruangan dan

jenis mikrobia secara periodik, terutama ruang operasi, ICU, ruang bayi

beresiko.

6. Pengelolaan Sampah

Diruangan harus tersedia tempat sampah yang dibedakan antara sampah

biasa (tidak terkontaminasi) dengan sampah yang terkontaminasi, juga

sampah medis seperti ; spuit, Jarum, dan benda tajam lamnya harus

disediakan. Dan pengelolaannya pun harus dibedakan antara masing-masing

Jenis sampah tersebut.

7

Page 8: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

7. Memakai Alat-Alat Perlindungan

Petugas dapat menggunakan alat-alat proteksi diri seperti : pakaian

khusus, sarung tangan, masker, dll, terutama bila berhubungan dengan kasus-

Kasus infeksi yang menular.

8. Pencegahan Infeksi yang Berkaitan Dengan Tindakan Invasif

Beberapa tindakan invasif- terutama di ICU, dapat menjadi sumber

terjadinya infeksi. Infeksi yang dilaporkan paling banyak, mengenai saluran

kencing, saluran pemafasan bawah dan luka operasi.

1) Infeksi Saluran Kencing

Infeksi saluran kencing merupakan 40% kejadian dari seluruh infeksi

nosokomial. Infeksi ini terjadi paling senng karena pemakaian kateter

urine. Organisme bisa masuk ke kandung kencing melalui lumen kateter

(intra luminal) maupun sisi luar keteter (ekstra luminal). Pyuria dan

bakteri uria dapat terjadi pada wanita, orang tua, dan pasien dengan sakit

parah.

Untuk pencegahan dan penanganannya adalah :

a. Pemasangan kateter urine harus dengan indikasi pasti seperti

inkonentia urine dan segera dilepas setelah memungkinkan.

b. Insersi kateter harus dengan tehnik aseptic

c. Sambungan ke urine bag harus rapat dan kuat.

d. Sampel untuk pemeriksaan laboratorium harus dengan cara dan

alat steril.

e. Perawatan harus baik, dengan menggunakan antiseptik dan tidak boleh

sampai terjadi obstruksi.

2) Infeksi Saluran Pemafasan Bawah

Pneumonia adalah penyebab umum kematian di rumah sakit dan

merupakan 15% dan semua infeksi nosokomial.

Faktor yang mempermudah kejadian pneumonia antara lain :

Intubasi dan trakheostomi

Perawatan di ICU

8

Page 9: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Untuk pencegahan dan penanganannya.:

a. Keadaan dan prosedur yang dapat meningkatkan resiko aspirasi harus

diperhatikan, misalriya pasien tidak sadar.

b. Pemasangan pipa endotrakheal secara aseptik.

c. Sirkuit ventilator diganti setiap 24 - 48 jam.

d. Penghisapan lendir dari endotrakheal atau trakheostomi harus

dengan prinsip aseptik.

e. Pemberian antibiotik sesuai hasil kultur.

f. Tinggikan bagian kepala dari tempat tidur 30°

3) Infeksi Luka Operasi

Untuk pencegahan infeksi luka operasi adalah dengan :

a. Tindakan Umum

Petugas harus memperhatikan kesehatan dan personal hygiene

dirinya.

Menerapkan tehnik operasi yang benar.

Bekerja sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik, Mengikuti

peraturan dan tata tertib yang berlaku.

Mempertahankan kesterilan alat, lingkungan, dll.

Menjaga petugas dengan infeksi yang aktif untuk diluar ruang

operasi.

b. Penggunaan antibiotik profilaksis antibiotik profilaktik diberikan

dengan indikasi yang tepat, baik single dose maupun yang kontinyu.

4) Infeksi karena alat-alat introvaskuler

Alat intravaskuler sudah umum di rumah sakil, khususnya di ICU,

dimana pasien sering menggunakan beberapa alat sekaligus. Alat-alat ini

memungkinkan masuknya mikro organisme ke dalam sirkulasi dan

meningkatkan kemungkinan terjadi baktcriemia dan septicemia.

Kompliksi yang lain adalah plebitis dan infeksi uiidokaidilis.

9

Page 10: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Faktor resiko terjadinya bacteriemia karena alat-alat intravaskuler adalah:

Kulit yang mengelupas

Neutropenia

Usia kurang dari satu tahun atau lebih dari 60 tahun.

Penyakit dasar yang parah.

Terapi steroid atau immunosupresi

Adanya infeksi

Usaha-usaha penccgahan infeksi:

a. Tindakan Umum :

Cuci tangan secara adekuat.

Disinteksi kulit dengan benar.

Insersi dilakukan dengan prinsip aseptik.

Insersi dan pengelolaannya dilakukan oleh tim intravena.

Fiksasi yang kuat untuk mencegah perubahan posisi.

Selang-selang harus tertutup rapat.

Dilakukan dressing secara steril ditempat tusukan.

Monitor tempat tusukan setiap hari.

b. Tindakan Khusus:

Kateter vena perifer : kateter diputar-putar setiap 48 - 72 jam.

Kateter vena sentral dan kateter arteri pulmonal

- Preparasi tempat tusukan secara adekuat.

- Insersi dengan prinsip aseptik.

- Monitor tempat tusukan.

Kateter arteri:

- Ganti selang setelah 96 jam.

- Gunakan tehnik aseptik untuk memasang dome dan selang-

selang.

- Hindari stopcock yang tidak perlu.

c. Tehnik-tehnik yang tidak memberikan keuntungan :

10

Page 11: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Antispetik krim untuk tempat tusukan.

Sering mengganti dressing.

Rutin memflush kateter vena sentral.

2.5. Transportasi Pada Pasien Kritis

Transportasi pasien atau memindahkan pasien dari salu tempat ke tempat lain

seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis

tidak mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga

pemindahan pasien kritis dapat menimbulkan problem yang besar. Alasan itulah

maka pemindahan pasien kritis memerlukan perencanaan yang cermat serta

pengawasan yang ketat.

Pedoman Transportasi Pasien Kritis

1. Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman, yaitu :

a. Perencanaan

Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas

mungkin. Perawatan selama pemindahan harus sebanding dengan

perawalan selama di ruangan. Waktu pemindahan harus ditetapkan. Termasuk

rule perjalanan yang akan dilcwati. Komunikasi antar petugas untuk

koordinasi mempunyai peranan penting. Perencanaan yang salalu akan

menyebabkan memperpanjang perjalanan pemindahan.

b. Sumber daya manusia

Jumlah tenaga, keterampilan skill petugas liarus dipertimbangkan sesuai

dengan kondisi pasien yang dipindahkan. Tim transportasi merupakan

kombinasi dari dokter, perawat dan profesi lain yang terkait. Setiap anggota

tim harus familiar terhadap peralatan yang digunakan, mempunyai

kemampuan serta berpengalaman mengenai dan mengatasi masalah, seperti

kemampuan untuk pembebasan jalan nafas, ventilasi, resusitasi ataupun

undakan kedaruratan lain. Di dalam tim harus ada pembagian tugas yang jelas,

sehingga memudahkan prosedur.

c. Peralatan

11

Page 12: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan.

Peralatan liarus mudah penggnnaannya, dan tidak dibenarkan peralatan

diletakkan pada pasien atau dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Monitor EKG, denyut nadi

dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada pemindahan pasien

dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa).

Monitor respirasi, oksi metri, alat defebrilasi dan suction liarus disediakan

pada pasien yang tergantung pada ventilator atau pasien yang tidak stabil.

Ventilator portable akan memberikan ventilasi yang lebih konsisten

dibandingkan dengan kantong Resusilator manual.

Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa infus sangat

dibutulikan. Kotak emergency kit jangan berisi obal-obat emergency

analgetik, sedatif, pelumpuh otot dan intubasi set sangat membantu untuk

mengatasi masalah-masalah darurat yang mungkin terjadi selama tindakan

transportasi pasien. Peralatan yang menggunakan arus listrik harus tetap

berfungsi. Selama perjalanan, bila perlu membawa baterai cadangan.

Peralatan yang terpasang pada pasien seperti drainage, USD, iiifus line

alau cup line, catheter harus dipaslikan dalam keadaan ainan selama

perjalanan. Semua peralatan tersebut liarus siap pakai dan diperiksa secara

teratur

Peralatan secara umum yang diperlukan antara lain tempat tidur atau

brancard yang aman selama perjalanan, kotak medis dengan berat di bawah 40

kg. Peralatan undik proteksi petugas seperti sarung tangan, masker, dan

sebagainya.

Apabila menggunakan peralatan elektronikaa harus dilengkapi dengan

baterai cadangan untuk 2 kali perhitungan. Alat komunikasi jarak jauh.

Peralatan selngkapnya dapat dilihat pada lampiran.

d. Prosedur

12

Page 13: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Tim transport harus terbebas dari tugas lain. Petugas penerima selalu siap

sebelum pemindahan dimulai. Waktu kedatangan diketahui dengan jelas.

Sebelum berangkat alal-alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan misalnya,

pemberian sedatif, mengganti cairan infus, transfusi yang habis, memasukan

obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus, dan sebagainya. Pemberian

transport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan perawatan dasar pasien.

e. Lintasan

Tempat tidur atau brancard, peralatan dan petugas dapat melewati seluruh

rute perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rute misalnya pintu

atau lift gunakan brancard. (Kelemahan brancard tidak cukup membawa alat

yang dibutuhkan). Hindari trauma pada pasien atau petugas selama

memindahkan pasien

Lift harus digunakan selain pengunjung atau wartawan sebelum

memindahkan pasien sehingga tidak menghambat perjalanan. Gerakan dan

gelaran yang kasar harus diminimalkan. Status pasien diperiksa setiap interval

tertentu. Segala pembalian keadaan pasien atau kondisi kritis yang mungkin

terjadi dicatat.

Pemindahan pasien dapat menggunakan tempat tidur dengan catatan

tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat

melewati seluruh rute.

2. Kategori Transportasi Pasien

a. Transportasi intra mural (pemindahan dalam satu lingkup RS).

1) Perencana

Koordinasi dan komunikasi yang baik antar tim evaluasi, dm ambulans

dan petugas pada kedua tujuan akhir adalah sangat penting. Komunikasi yang

kurang akan membatasi penyebaran informasi yang jelas dan memungkinkan

petugas spesialis kurang dapat mempertimbangkan dengan tepat akan adanya

situasi yang kritis. Saluran telepon dan faksimile mengenai resusitasi alau

pelaksanaan pasien krids sebelum dm evaluasi tiba.

2) Sumber Daya Manusia

13

Page 14: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Semua anggota dm harus mempunyai kemainpuan dan pengalaman dalam

diagnostik dan resusitasi. Petugas yang biasa terkena mabuk perjalanan

sebaiknya menghindari misi itu. Mabuk perjalanan bagi pasien juga perlu

diperhitungkan, karena dapat menyebabkan aspirasi. Medikasi yang paling

efektif untuk mabuk perjalanan adalah Hydrobromide Hyosine

(Skopolainine) berefek selama 4 jam pertaina perjalanan. Suntikan

transdennal dapat berefek selama 8 jam. Efek sampingnya adalah sedasi,

mulut kering dan distromia.

3) Prosedur

Penilaian pasien di tempat kejadian meliputi A, B, C dari resusitasi

ditambah koreksi suku dan biokimia. Lakukan intubasi jika perlu di luar

kendaraan. Tanda-tanda vital/data-data pendng seperti AGD, X Ray dilakukan

sebelum berangkat dan dilakukan cross cek golongan darah. Pasien yang

gelisah mungkin perlu diberikan sedasi.

Perhatikan selang drainase ketika mengangkat pasien. Tercabutnya

selang drainase dapat menambah resiko pneumodioraks. Kateter IV

lebih baik dipasang jauh dari persendian dan terjamin keamanannya.

Jalur vena sentral mungkin dibululikan. Penggunaan infus pump dapat

mengurangi terputusnya ahran infus. Infus dengan tekanan dapat

diindikasikan untuk penggandan volume cairan yang darurat. Obat-obat IV

dipersiapkan dan diberi label dengan baik sebelum digunakan. Jika nudi

dihendkan liarus diperhitungkan kejadian hipoglikemia harus dicegah dengan

memberikan infus deksdose 10 % dan monitor gula darah. Syringe pump

dapat mengontrol pengaturan obat dan cairan dengan baik selama perjalanan.

4) Passage

Transportasi udara digunakan untuk lintas kota atau medan yang berat,

darat biasa digunakan untuk daerah perkotaan, atau daerah yang

memungkinkan. Pesawat udara menjadi pilihan untuk sebagian besar sistim

medik darural, baik helikopter ataupun pesawat. Masalah utama penggunaan

transport udara adalah ketinggian yang menyebabkan berkurangnya

14

Page 15: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

tekanan parsial oksigen, meningkatnya tekanan gas di ruang tertutup, dan

menurunnya suhu udara.

Pasien yang mungkin terganggu dengan ketinggian (hipoksemia berat)

dapat dibenkan oksigen 100 % dan diterbangkan dengan ketinggian serendah

yang diijinkan. Posisi melintang akan memberikan perubahan terkecil pada

cairan tubuh, tetapi hanya sedikit alat transportasi yang mempunyai ruang

untnk iiu. Ada beberapa problem penting yang dapat lerjadi dalain perjalanan

antara lain :

Brankard pasicn tidak sesuai dengan kcndaraan yang digunakan.

Lingkungan atau cuaca yang tidak baik.

Ketidaknyanianan perjalanan, terik matahari, malam hari.

Getaran dan suara bising.

b. Transportasi ekstra mural (pemindahan di luar RS)

3. Ada 3 jenis pemindahan:

a. Pre RS (primer) : Dari tempat kejadian ke RS

b. Inter RS (sekunder) : Pemindahan dari RS ke RS lain

c. International : Jarak lebih dari 5.000 km.

4. Kategori Transportasi lainnya.

a. Transportasi Neonatus atau anak.

Inkubator biasanya besar dengan berat ± 80 kg, dan menggunakan

tenaga 200 W (menggunakan AC atau DC) untuk hemostatis suhu dan

sekitar 20 W untuk monitoring. Kegunaan dari gas medis serta energi

listrik disediakan di kendaraan adalali untuk mengurangi silinder gas

dan tenaga baterai konservatif yang harus dibawa. Aeronudical transport

adalali penting untuk mengatur Fi O2, meminimalkan resiko terjadinya

fibroplasia retrolental.

b. Transportasi pada pasien yang mengalami kecelakaan sewaktu

menyelam.

15

Page 16: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

Pasien dengan nyeri dikompresi atau emboh gas arterial tidak dapat

ditolelir walau kedalamannya rendah (100-200 m), karena gelembung

yang meluas akan mengakibatkan eksaserbasi gejala klinis. Untuk

perjalanan udara, sebagian besar pasien dengan kecelakaan di saat

menyelam diberi oksigen 100% dengan masker wajah, dan dievaluasi

dengan kecepatan penuh pada tekanan permukaan air laut ke unit

hiperbarik yang dapat dipindahkan, dapat dibawa ke tempat kejadian,

tetapi beberapa modelnya dapat menimbulkan beberapa masalah

pembawaan, , dan kurangnya ruangan untuk membawa.

c. Transportasi pasien ICU pada saat kebakaran.

Penyebab kematian terbesar adalah inhalasi asap ddan keracunan CO

serta Sianida. Konsekuensinya, ketika thnbul kebakaran di dalam atau di

dekat Ruang ICU, pertama-tama petugas harus memindahkan pasien yang

bemafas spontan. Pasien dengan ventilasi mempunyai suplai udara sendiri

dan dapat dipindahkan belakangan dimana asap telah termasuk. Lift tidak

boleh digunakan.

Beberapa hal prinsip dalam pemindahan pasien perlu mendapat perhadan,

antara lain :

1. Jelaskan pada pasien jika memungkinkan.

2. Stabilisasi pasien seoptimal mungkin sebelum berangkat.

3. Harus terencana, jangan tergesa-gesa.

4. Pertaliankan stabilitas selama perjalanan.

d. Transportasi Intra Mural

Pemindahan pasien dalam lingkungan RS seringkali diperlukan,

sebagai contoh dari UGD, kamar operasi atau dari ruangan atau jalan yang

akan masuk ke ICU, ataupun untuk keperluan diagnostik. Pemindahan

pasien dalam lingkungan RS relatif sederhana, meskipun pada keadaan

darurat tetap harus diperhatikan atau diantisipasi. Keuntungan dari

intervensi pemindahan pasien harus mempertimbangkan resiko dari

pemindahan tersebut, lebih-lebih pada pasien kritis. Langkah-langkah

16

Page 17: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

pemindahan pasien harus ditata dengan baik, sehingga dapat terhindar dari

bahaya baru atau resiko lain.

BAB 3

PENUTUP

17

Page 18: makalah penhendalian infeksi nosokomial di ruang icu

3.1. Kesimpulan

Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang

sebagai akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan

dengan mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi

sering berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten

terhadap antibiotik. Sedangkan untuk mencegah infeksi, juga perlu melaksanakan

pemeliharaan peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan,

mendesinfeksi atau mensterilkan serta menyimpannya.

3.2. Saran

Di ruang icu, pasien atau petugas kesehatan sangat rentan terkena infeksi. Untuk itu,

selain keterampilan yang dimiliki perawat, juga diperlukan alat-alat pelindung diri dan

kesterilan alat-alat bedah untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien sendiri.

18