makalah pbl 12 - penyakit tropik dan infeksi

34
Penyakit Tropik dan Infeksi Campak, Varisela dan Roseola Disusun Kelompok C8 oleh : Meyliana Endang Sari 102010254 Garry 102011006 Ikapuspita 102011036 Chintia Septiani Thintarso 102011083 Yoseph Renaldy Ndapa 102011121 Agnes Borneo 102011164 Olivia 102011232 Lisa Puspitasari 102011330 Krisantus Desiderius Jebada 102011338 Email: [email protected] Tutor: dr. Gracia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Upload: anggis

Post on 10-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bu

TRANSCRIPT

  • Penyakit Tropik dan Infeksi

    Campak, Varisela dan Roseola

    Disusun Kelompok C8 oleh :

    Meyliana Endang Sari 102010254

    Garry 102011006

    Ikapuspita 102011036

    Chintia Septiani Thintarso 102011083

    Yoseph Renaldy Ndapa 102011121

    Agnes Borneo 102011164

    Olivia 102011232

    Lisa Puspitasari 102011330

    Krisantus Desiderius Jebada 102011338

    Email: [email protected]

    Tutor:

    dr. Gracia

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 2

    Pendahuluan

    Sebagai negara tropis, insiden penyakit tropik infeksi di Indonesia sangat sering

    dijumpai dalam kehidupan sehari. Contohnya adalah campak (measles), cacar air

    (varicella) serta (roseola).

    Penyakit tropik infeksi ini susah dibasmi karena keadaan di Indonesia yang merupakan

    daerah tropis dan sangat mendukung penyebaran penyakit infeksi ini. Selain itu faktor

    sosial, lingkungan serta budaya sangat mempengaruhi penyebarannya juga.

    Penyakit tropik infeksi ini kebanyakan menyerang anak-anak. Diagnosis awal,

    penanganan serta pencegahan yang harus terus diusahakan diharapkan mampu

    menurunkan insiden dan korban dari penyakit menular ini.

    Skenario 6

    Seorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 2 tahun ke

    IGD Rumah Sakit karena demam sejak 3 hari yang lalu. Terdapat bintik-

    bintik kemerahan pada wajahnya.

    Anamnesa

    Berdasarkan Skenario, dengan alloanamnesa pada ibu sang anak dan diketahui bahwa

    anak tersebut menderita demam sejak 3 hari yang lalu.

    Pada setiap anamnesis selalu ditanyakan identitas pasien terlebih dahulu. Identitas

    pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan dan

    pekerjaan. Setelah itu dapat ditanyakan pada pasien apa keluhan utama dia datang.

    Kemungkinan arah working diagnosis pada measles, varicella, dan roseolla ditinjau bila

    pasien menyatakan ia demam yang disertai dengan salah satu gejala seperti munculnya

    ruam pada daerah wajah. Untuk menguatkan kemungkinan ke arah diagnosis terhadap

    penyakit measles, varicella, dan roseolla maka ada beberapa pertanyaan yang bisa

    diajukan pada pasien. Kemungkinan pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut :

    1. Jenis demam yang dialami. Apakah demamnya menetap atau naik-turun secara

    tiba-tiba.

    2. Apabila pasien datang dengan suhu tubuh yang menurun, tanyakan apakah saat

    panas ia mengalami ruam (kemerah-merahan) pada kulit dan apakah ruam itu

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 3

    hilang pada saat suhu tubuhnya turun apakah ada terbentuknya gelembung pada

    ruam tersebut.

    Riwayat keluarga dan kerabat yang berhubungan juga perlu ditanyakan untuk

    menguatkan dugaan. Misalnya apakah ada kerabat yang dalam kurun waktu belakangan

    ini mengalami penyakit cacar dan campak dan apakah ada kontak antara pasien dengan

    kerabatnya tersebut. Jika data-data dari pasien sudah lengkap untuk anamesis, maka

    dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk menunjang anamnesis tadi.

    Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-

    hal berikut:

    a. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien

    (kemungkinan diagnosis)

    b. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab

    munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)

    c. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit

    tersebut (faktor predisposisi dan faktor risiko).

    d. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)

    e. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan

    pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)

    f. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan

    untuk menentukan diagnosisnya.

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan Klinis

    Penegakan diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan gejala klinik yang

    sangat berkaitan yaitu bercak kopliks yang muncul pada stadium prodromal. Disusul

    konjungtivitis (mata meradang), disertai batuk pilek dan demam tinggi dalam beberapa

    hari. Demam dan pilek yang menonjol mendahului ruam selama 3-4 hari. Selanjutnya

    makulopapul yang memiliki cirri khas menyebar lambat yaitu diawali dari belakang

    telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan

    meningkatnya suhu tubuh, dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan

    mengelupas.2,3

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 4

    Pemeriksaan Laboratorium

    Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Di

    samping itu, pemeriksaan laboratorium dapat juga digunakan sebagai petunjuk dalam

    pengelolaan kesehatan masyarakat di lapangan. Prosedur diagnosis laboratorium terdiri

    dari :

    Mendeteksi Virus

    1. Ditemukannya virus pada sel mononuclear darah tepi, sekresi saluran pernapasan,

    swabs/usapan konjungtiva, dan dalam urine (cairan sekresi).

    2. Pemeriksaan sitologi secara langsung dari sel epitel yang merasal dari nasofaring,

    mukosa bukalis, konjungtiva, dan urine untuk melihat sel raksasa dan badan

    inklusi.

    3. Pemeriksaan jaringan langsung merupakan hal yang paling penting untuk

    mendiagnosis komplikasi SSPE, karena virus tidak dapat diisolasi dengan mudah

    dan juga untuk mendiagnosis penderita dengan imunocompromized, karena respon

    antibody tidak terbentuk.

    4. Polymerase Chain Reaction (PCR) digunakan mendeteksi RNA virus pada gen

    yang dilindungi gen N,M, atau F.

    Mendeteksi Antibodi

    1. Metode serologis sering ditegakkan untuk diagnosis penyakit campak.

    Sampel serologis sebaiknya diambil pada fase akut dan penyembuhan penyakit.

    Bila terjadi peningkatan titer empat kali antara sampel pertama dan kedua, maka

    penderita dinyatakan positif menderita campak.

    Selain itu IgM yang spesifik terhadap virus campak dapat dideteksi di dalam serum

    atau saliva dapat dideteksi pada sebagian besar penderita 3 hari sesudah munculnya

    ruam pada kulit, mekipun IgM muncul bersamaan dengan munculnya ruam pada

    kulit. Setelah itu IgM akan meningkat dengan cepat kemudian menurun sehingga

    tidak dapat dideteksi sesudah 4-12 minggu.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 5

    IgG spesifik virus campak tertinggi ditemukan hampir dua minggu berikutnya. IgG

    juga sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah ia

    sudah pernah terinfeksi sebelumnya atau sudah mendapat imunisasi.

    2. Teknik hemaglutinasi inhibisi dapat mendeteksi antibodi terhadap protein H yang

    mempunyai hubungan langsung dengan tes netralisasi.

    3. Teknik Dot immunobinding assay untuk mendeteksi IgG spesifik terhadap campak

    di dalam serum, atau IgM, IgA dalam darah segar, serum, dan saliva. Immunoassay

    enzim (EIA) digunakan untuk membedakan IgG dan IgM.

    Pengambilan sampel yang tepat untuk pemeriksaan laboratorium:4

    - Usapan tenggorokan dan air liur diambil dalam enam minggu sesudah

    munculnya gejala untuk pemeriksaan antibody IgM spesifik campak dan

    mendeteksi RNA virus.

    - Sampel darah diambil dalam enam minggu munculnya gejala untuk mendeteksi

    antibody IgM spesifik virus dan RNA virus.

    - Umumnya diambil darah pada saat fase akut dan pada fase konvelesen untuk

    mendeteksi antibody IgG, IgM spesifik campak.

    Differential Diagnosis1,2

    CAMPAK. Diagnosa untuk campak dapat ditegakkan dari gejala klinis dapat dilihat

    dengan adanya koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam

    beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas yaitu diawali dari

    belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan

    dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan

    mengelupas. Pada stadium pedromal dapat ditemukan di mukosa pipi yang merupakan

    tanda patognomosis campak (bercak Koplik). Demam tetap bertahan pada masa awal

    munculnya ruam-ruam. pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa pada lapisan

    mukosa hidung dan pipi dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik.

    Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosa bandingnya

    adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan

    infeksi stafilokokus. Pasien juga biasa disertai dengan malaise.1

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 6

    Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan penurunan jumlah sel darah putih dan

    peningkatan limfosit melebihi netrofil. Pada campak yang tanpa komplikasi infeksi,

    LED dan CRP dalam jumlah normal.2

    VARISELA. Diagnosis varisela dapat ditegakkan secara klinis degan gambaran dan

    perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila diketahui ada kontak 2-3 minggu

    sebelumnya.

    Gambaran khas termasuk :1

    Muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan.

    Lesi berkelompok terutama di bagian sentral.

    Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustula sampai krusta.

    Terdapat semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang

    sama.

    Terdapat lesi mukosa mulut.

    Umumnya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan lagi. Pada tiga hari pertama dapat

    terjadi leukopenia yang diikuti dengan leukositosis. Serum antibody IgA dan IgM dapat

    terdeteksi pada hari pertama dan kedua pasca ruam. Untuk mengkonfirmasi diagnosis

    varisela dapat dengan perwarnaan imunohistokimiawi dari lesi kulit. Prosedur ini

    umumnya dilakukan pada pasien resiko tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat.

    Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di antaranya isolasi virus (3-5 hari),

    PCR, ELISA, FAMA, yang merupakan baku emasnya.3

    Pemeriksaan Rontgen thoraks dilakukan untuk mengkonfirmasi ataupun untuk

    mengeksklusi pneumia. Gambaran nodul infiltrat difus bilateral umumnya terjadi pada

    pneumonia varisela primer sedangkan infiltrat fokal mengindikasikan pneumonia

    bakterial sekunder. Pungsi lumbal dapat dilakukan pada anak dengan kelainan

    neurologis.

    ROSEOLA. Pada masa pedromal, gejala penyakit roseola biasanya tidak memiliki

    gejala yang khas. Tidak ada gejala fisik yang patognomonik yang dapat ditemukan pada

    fase pedromal penyakit ini. Gejala klinis seperti demam (37.9 to 40C) mulai ada pada

    masa pedromal. Setelah demam selama 3-5 hari dan kemudian demam turun maka akan

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 7

    timbul ciri khas pada ruam-ruam. Biasanya ruam-ruam tampak 12-24 jam setelah

    demam turun. Terkadang kita dibingungkan dengan perbedaan ruam-ruam antara

    roseola dan measles. Ruam-ruam pada roseola biasanya tidak menyatu tetapi terpisah-

    pisah dengan ukuran 2-5 mm. Ruam-ruam pada batang tubuh biasanya akan berwarna

    sedikit pink. Ruam-ruam dari batang tubuh akan menyebar ke leher, wajah dan

    ekstremitas proksimal. Ruam-ruam tidak berbentuk vesikel dan tidak ada perkembangan

    menjadi papul.4

    Working Diagnosis

    Dari DD/ di atas kita dapat menegakan WD/ bahwa anak ini terkena Campak. Hal

    tersebut sesuai dengan demam pada anak yang berlangsung 3 hari lalu diikuti dengan

    munculnya bintik-bintik kemerahan pada daerah muka yang merupakan ciri khas ruam-

    ruam pada campak.

    Varicela tidak masuk dalam WD/ karena :

    Ruam-ruam pada varisela muncul setelah 24-48 setelah demam dan masa

    prodromal yang cepat.1,2,5

    Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustula sampai krusta.1,2

    Lesi terutama di bagian sentral.

    Roseola tidak masuk dalam WD/ karena :

    Ruam-ruam pada roseola dimulai dari badan bukan dari wajah.1,2,5

    Demam hilang baru ruam-ruam mulai tampak.

    Etiologi

    CAMPAK. Penyebabnya adalah virus campak; virus RNA berutai tunggal negatif yang

    berenvelope, merupakan anggota Morbillivirus dari famili Paramyxoviridae. Hanya ada

    satu serotipe. Virus ini mengkode enam protein struktural, termasuk dua glikoprotein

    transmembran, fusi (F) dan hemaglutinin (H) yang memfasilitasi perlekatan ke sel

    pejamu dan masuknya virus. Antobodi terhadap F dan H bersifat memberikan

    perlindungan. Variasi dari komposisi genetik virus ini sudah diidentifikasikan dan

    menunjukan tidak ada pengaruhnya pada sistem imun.1,2

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 8

    VARICELA. Varisela disebabkan oleh virus Herpes varicella atau juga varicella-zoster

    virus (VZV). Varisela yang terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah

    penyakit primer VZV, yang umumnya menyerang anak. Sedangkan herpes zoster atau

    shingles merupakan suatu reaktivitas infeksi endogen pada periode laten VZV,

    umumnya menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun.5

    Varisela sebagai penyakit virus pada anak sangat menular, lebih menular daripada

    parotitis, tetapi kurang menular dibandingkan dengan campak. Gejala klinis varisela

    bila mengenai anak sehat pada umumnya tidak berat dan sangat sedikit yang menderita

    penyulit. Anak dengan status imunitas akan mudah menderita penyulit dan kematian.

    ROSEOLA. Roseola disebabkan oleh Human herpesvirus 6 (HHV-6) yang menginfeksi

    orang normal atau orang dengan gangguan imunocompromised. Kadang juga bisa

    disebabkan HHV-7, tetapi prevalensinya cukup rendah. Kedua virus tersebut merupakan

    anggota famili dari herpesvirus di mana termasuk CMV. HHV-6 dan HHV-7 memiliki

    DNA dobel strain yang cukup besar dalam genomnya. Virus HHV-6 dibagi ke dalam 2

    tipe yaitu tipe A dan tipe B. Hampir 99% roseola disebabkan oleh Tipe B HHV-6.1

    Epidemiologi1,2,5

    CAMPAK. Vaksin measles mengubah epidemiologi dari penyakit measles secara

    dramatis di seluruh dunia. Tetapi untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia,

    penyakit ini masih menjadi salah satu momok yang menakutkan. Hal itu terbukti dari

    Survei Kesehatan Rumah Tangga; campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10

    macam penyakit utama pada bayi dan tempat ke-5 juga dalam urutan 10 macam

    penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun.1

    Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak

    teratur. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di

    daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang

    lemah.1

    Pada zaman dahulu, campak di anggap normal dan harus dialami oleh setiap anak-anak.

    Mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah

    keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam semakin bagus. Bahkan ada usaha

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 9

    dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Kepercayaan seperti ini

    memudahkan penyebaran penyakit campak di Indonesia.2

    Secara biologis, campak memiliki sifat ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan

    perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya siklus musiman

    dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki

    satu serotipe dan adanya vaksin campak yang efektif.6

    Sifat-sifat biologik ini seruap dengan cacar. Hal tersebut menimbulkan optimisme

    kemungkinan campak dapat dieradikasi dari muka bumi sebagaimana dapat dilakukan

    terhadap penyakit cacar. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan

    menghasilkan daerah bebas campak, seperti halnya di Amerika Serikat.2

    Di Indonesia penyakit campak mendapat perhatian khusus sejak tahun 1970, setelah

    terjadi wabah campak yang cukup serius di Pulau Lombok (dilaporkan 330 kematian di

    antara 12.107 kasus) dan di Pulau Bangka (65 kematian di antara 407 kasus) pada tahun

    yang sama. Sampai sekarang permasalahan campak masih menjadi sumber perhatian

    dan keprihatinan. Wabah dan kejadian luar biasa campak masih sering terjadi. Salah

    satu di antaranya adalah wabah di Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang pada tahun

    1981 dengan CFR mencapai 15%. Pada kejadian luar biasa campak di desa Bondokodi

    Kabupaten Sumba Barat pada bulan Agustus 1984 sampai Februari 1985, 50% anak

    balita terserang campak dengan CFR 5,3%.2

    Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit

    campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.1

    Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama daerah

    yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program imunisasi. Di

    daerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah

    perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini

    tidak berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan

    kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular seperti

    campak. Daerah semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar biasa penyakti

    campak.1

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 10

    VARICELA. Di Indonesia walaupun belum pernah dilakukan penelitian, agaknya

    penyakit virus varisela menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim

    hujan atau sebaliknya.5

    Varisela dapat menyerang semua golongan umur termasuk neonatus, 90% kasus

    berumur 10 tahun dan terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodromal

    sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah.

    Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai

    semua lesi menjadi krusta atau keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang

    hanya satu kali menderita varisela. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit

    pada herpes zoster.1,2,5

    ROSEOLA. Infeksi dari HHV-6 yang menyebabkan penyakit roseola, 90% nya terjadi

    pada anak-anak. Biasanya bayi yang baru berusia kurang dari 6 bulan prevalensinya

    cukup sedikit karena masih mendapatkan antibodi dari ibunya. Angka kemungkinan

    terkena penyakit roseola meningkat seiring bertambahnya umur sang anak. 40% infeksi

    terjadi pada umur 12 bulan dan pada umur 2 tahun terjadi peningkatan kemungkinan

    infeksi menjadi 80%. Gejala yang paling utama dari roseola awalnya adalah demam.2

    Transmisi6,7

    CAMPAK. Virus campak masuk ke dalam tubuh manusia melalui droplet dalam jumlah

    besar atau aerosol dalam jumlah kecil dengan jalur utamanya yaitu saluran pernapasan

    dan bisa juga melalui mata. Virus campak dalam tubuh seorang pasien dapat bersifat

    infeksius atau dapat menularkan ke orang lain dalam jangka waktu 3 hari sebelum ruam

    muncul sampai 4-6 hari setelahnya. Sebanyak 90% orang yang terpapar virus ini bisa

    terkena panyakit campak. Kontak langsung tidak diperlukan karena virus ini dapat

    bertahan di ruang tertutup dalam jangka waktu 1 jam. Virus ini tidak aktif dalam pH

    rendah.1,2

    Ketahanan virus ini dalam suhu rendah cukup tinggi. Pada suhu 370C waktu paruh

    usianya sekitar 1 jam, pada suhu -700C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5

    tahun sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60C, dapat hidup selama 5

    bulan. Tetapi bila tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selama 2

    minggu dan dapat dengan mudah hancur oleh sinar ultraviolet.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 11

    VARICELA. Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet

    atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui sekret saluran nafas dan jarang

    melalui kontak langsung.1,2,5

    ROSEOLA. Kebanyakan penyebaran penyakit roseola melalui droplet. Orang yang

    terkena penyakit ini akan menularkan virus HHV-6,7 melalui air ludah ke orang lain.

    Ada juga kasus di mana virus HHV-6,7 menular melalui plasenta dari ibu ke anak.

    Tetapi biasanya bayi tersebut tidak menunjukkan gejala yang khas pada saat

    kelahirannya. Hanya aktivasi kembali bisa terjadi setelah bayi tersebut lahir. Belum

    pernah ada bukti bahwa penyebaran roseola bisa melalui ASI, fecal-oral atau transfusi

    darah.2

    Patologi

    CAMPAK. Infeksi measles menyebabkan nekrosis jaringan epitel saluran pernapasan

    dan diikuti dengan pembekakkan kelenjar limfe. Measles memproduksi ruam-ruam

    kecil pada kulit dan membran mukosa mulut. Histologi dari bercak-bercak

    menunjukkan endema intraseluler serta diskeratosis. Penggabungan dari beberapa sel

    yang terinfeksi menghasilkan sebuah sel yang cukup besar dengan inti yang banyak. Sel

    tersebut di kenal dengan Warthin-Finkeldey giant cells, hal tersebut merupakan

    pathognomokik untuk penyakit measles.2,6

    GAMBAR 1 Warthin-Finkeldey giant cell.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 12

    Patogenesis

    CAMPAK. Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah

    dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas

    maupun berhubungan dengan sel mononuklear kemudian mencapai kelenjar getah

    bening regional. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel

    raksasa berinti banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supresor dan T-

    helper) yang rentan terhadap infeksi turut aktif membelah.2

    Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,

    tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk

    ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,

    saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.6,7

    Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,

    akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu

    virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan

    manifestasi klinik dari sistem saluran nafas diawali dengan batuk pilek disertai dengan

    selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi adalah proses

    peradangan epitel pada saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa

    demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi

    yang disebut bercak Koplik, yang merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

    Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat delayed hipersensitivity

    terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke 13-14 sesudah awal

    infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak

    tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.6

    Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara

    mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan

    imunofluoresens dan histologi menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi

    suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang neurotik di nasofaring dan saluran pernafasan

    memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupak bronkopneumonia, otitis

    media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu

    campak dapat menyebabkan gizi kurang.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 13

    Secara singkat, patogenesis dari measles dapat dibagi ke dalam 4 fase :1,6

    1. Stadium Inkubasi

    Masa inkubasi adalah 8-12 hari sejak pemajanan sampai timbulnya gejala. Di tempat

    awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang ditemukan virusnya. Virus

    masuk ke dalam limfatik local, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear,

    kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Disini virus mulai memperbanyak

    diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular

    seperti limpa. Focus infeksi mulai terbentuk yaitu ketika virus masuk ke dalam

    pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva mata,

    saluran nafas, kulit dan kandung kemih.

    Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak

    Warthin Finkeldey Giant Cell. Bersamaan dengan ini limfosit-T yang rentan infeksi

    juga turut aktif membelah, sehingga timbul leucopenia disertai dengan limfositosis.

    2. Stadium kataral (prodromal)

    Stadium ini berlangsung pada hari ke-2 setelah infeksi awal (inkubasi) atau 14 hari

    setelah pemajanan. Masa ini sangat infeksius. Manifestasi klinik yang pertama kali

    muncul adalah demam ringan sampai sedang, malaise (lemas), fotofobia, batuk pilek

    disertai selaput konjungtiva yan tampak merah. Selanjutnya respons imun yang terjadi

    adalah peradangan epitel saluran napas diikuti manifestasi klinik berupa demam tinggi.

    Secara klinis gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering diduga sebagai

    influenza.

    Kemudian disusul dengan timbulnya bercak koplik yang patognomonik bagi campak.

    Bercak kopliks berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.

    Lokalisasinya di mukosa bukalis dan faring berhadapan dengan molar bawah. Jarang

    ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum.

    Pada hari ke9-10, focus infeksi yang berada di epital saluran pernapasan dan

    konjungtiva akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 14

    saat ini virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah sehingga

    menimbulkan parasitemia.

    Kadang juga terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.

    3. Stadium erupsi (exanthematous/eritematous)

    Selanjutnya daya tahan tubuh menurun sebagai akibat respons delayed hypersensitivity

    terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal

    infeksi dan pada saat ini antibody himoral dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak

    tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.

    Pilek dan batuh makin bertambah. Mulai timbul exantema atau titik kemerahan di

    palatum durum dan palatum molle. Kemudian eritema membentuk macula papula

    disertai meningkatnya suhu badan. Eritema muncul berturut-turut, dimulai dari belakang

    telinga, bagian atas lateral tengkuk, sepanjang perbatasan rambut-kulit kepala (jidat),

    leher dan muka, tubuh, lengan serta kaki. Kadang terdapat pendarahan ringan pada

    kulit, rasa gatal dan muka menjadi bengkak. Ruam mencapai anggota bawah tubuh pada

    hari ke-3 setelah dimulainya demam. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di

    sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Juga disertai sedikit spleenomegali

    dengan diare dan muntah.

    4. Stadium konvalesensi (Recovery)

    Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi

    hiperpigmentasi (bekas yang berwarna lebih tua) yang lama-kelamaan akan hilang

    dengan sendirinya. Hiperpigmentasi ini juga merupakan gejala patognomonik untuk

    campak. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema, ruam kulit dapat

    menghilang tanpa hiperpigmentasi. Selain itu, pada anak di Indonesia sering ditemukan

    pula kulit yang bersisik. Suhu badan pun menurun sampai menjadi normal, kecuali bila

    ada komplikasi.

    VARICELA. Virus varicella-zoster merupakan salah satu dari 8 jenis herpesvirus dari

    family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan primata, merupakan virus

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 15

    DNA alfa herpesvirus, mempunyai 125.000 pasangan basa yang mengandung 70 gen.

    Virus ini mempunyai 3 tipe liar (Wilde type).5

    Virus VZV masuk tubuh melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas atau orofaring.

    Pada lokasi masuknya terjadi replikasi virus yang selanjutnya menyebar melalui

    pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang biark di sel

    retikuloendotel. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi pertahanan non-spesifik

    seperti interferon dan respons imun. Satu Minggu kemudian, virus kembali menebar

    melalui pembuluh darah (viremia kedua) dan pada saat ini timbul demam dan malaise.

    Penyebaran ke seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak

    bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal, siklus ini berakhir

    setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral dan seluler spesifik. Timbulnya

    pneumonia varisela dan penyulit lainnya disebabkan kegagalan respons imun mengatasi

    replika dan penyebaran virus.5

    ROSEOLA. Virus menyebar melalui droplet air ludah dari penderita ke orang normal.

    Reseptor seluler untuk HHV-6 adalah CD46 yang banyak dalam sel jaringan dan untuk

    HHV-7 reseptornya adalah CD4 yang mana ini juga merupakan reseptor HIV-1. Tempat

    terjadinya replikasi virus belum diketahui tetapi penyebaran virus paling banyak yaitu di

    sel mononuklear darah. Setelah infeksi akut, virus roseola dapat ditemukan di kelenjar

    ludah, ginjal, paru dan sistem saraf pusat. Dasar dari ciri khas penyebaran ruam pada

    anak-anak setelah demam turun belum diketahui. HHV-6 juga memiliki efek yang

    cukup signifikan pada sistem imun. Seperti penurunan regulasi respons MHC-1 dan

    menginduksi inflamasi oleh karena sitokin.2

    Manifestasi Klinik

    CAMPAK. Gejala klinis yang sangat berkaitan dengan campak yaitu koriza dan mata

    meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam

    yang memiliki ciri khas yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke

    muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan

    selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium pedromal dapat

    ditemukan di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomosis campak (bercak

    Koplik).1,2

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 16

    Pada pasien yang gizi kurang ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau

    bahkan pasien sudah meniggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat

    terjadi diare yang berkelanjutan.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis,

    sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan

    sitologi ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi dan pada

    pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas

    disebut campak atipikal; diagnosa bandingnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam

    akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi stafilokokus. 1,2

    Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan penurunan jumlah sel darah putih dan

    peningkatan limfosit melebihi netrofil. Pada campak yang tanpa komplikasi infeksi,

    LED dan CRP dalam jumlah normal.

    GAMBAR 2 Koplik spot.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 17

    GAMBAR 3 Anak dengan measles di seluruh badan.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    GAMBAR 4 Ruam pada wajah.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    Pemeriksaan Laboratorium Campak6,7

    a) Mendeteksi Virus

    Virus dapat ditemukan pada sel mononuklear darah tepi, sekresi saluran napas,

    sabs/usapan konjugtiva, dan dalam urine. Tetapi virus sanagt sulit ditemukan,

    sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus juga jarang dilakukan sebagai satu-

    satunya pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyakit akut.

    Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva atau urine,

    dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat sel

    raksasa dan badan inklusi, dan juga untuk mendeteksi antigen menggunakan

    pewarnaan antibodi terhadap virus campak. Pemeriksaan jaringan langsung

    merupakan hal yang paling penting untuuk mendiagnosis penyakit susuan saraf

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 18

    pusat, karena virus tidak dapat diisolasi dengan mudah, dan juga untuk

    mendiagnosis penderita dengan immunocompromised, karena respon antibodi tidak

    terbentuk.7

    b) Mendeteksi Antibodi

    Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan serologi.

    Sampel serologis sebaiknya diambil pada fase akut dan fase penyembuhan penyakit.

    Bila terjadi peningkatan titer antibodi empat kali antara sampel pertama dan antibodi

    kedua, maka pederita dinyatakan positif menderita campak. Tetapi bila IgM spesifik

    terhadap virus campak dapat dideteksi di dalam serum atau saliva, ini merupakan

    petunjuk diagnostik yan baik. Sehingga jumlah spesimen yang dibutuhkan cukup

    satu sampel. Antibodi IgM muncul bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit,

    dan pada sebagian besar penderita dapat dideteksi 3 hari sesudah munculnya ruam

    pada kulit. Antibodi IgM cepat meningkat dan kemudian menurun, sehingga tidak

    dapat dideteksi sesudah 4-12 minggu. Bila sampel diambil 3 hari pertama

    munculnya ruam pada kulit, maka IgM positif sebanyak 70% kasus, dan bila sampel

    diambil pada hati ketujuh maka senua kasus menunjukkan IgM positif kadar IgG

    spesifik virus campak tertinggi ditemukan hampir dua minggu berikutnya. IgG juga

    sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah ia sudah

    pernah diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah ia sudah pernah

    terinfeski sebelumnya atau sudah mendapat imunisasi. Enzyme immunoassay (EIA)

    digunakan untuk membedakan IgM dan IgG. Teknik pemeriksaan ini sudah

    digunakan secara meluas karena sangat mudah dilakukan dengan virus atau dengan

    protein virus campak rekombinanan. Untuk mendeteksi IgM digunakan metode

    antibody capture atau dengan menghilangkan IgG dari serum terlebih dulu untuk

    meperoleh hasil yang lebih baik.

    VARICELA. Gejala klinis pada varisela dapat dibagi ke dalam dua stadium :1

    Stadium Prodromal

    Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi dengan timbulnya

    ram kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak yang

    lebih besar dan pada dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari

    sebelumnya menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung dan

    pada beberapa kasus nyeri tengkorak dan batuk.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 19

    Stadium Erupsi

    Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepal dengan cepat menyebar ke badan

    dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang

    ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Penyebaran lesi varisela bersifat

    sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan cepat dari makula

    kemerahan ke papula, vesikula, pustula dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan

    ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisialis,

    dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Penampang 2-3 mm berbentuk elips

    dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Cairan vesikel pada permulaan jernih

    dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang dan menjadi pastula.

    Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya

    terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu -3 minggu bergantung kepada

    dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal

    berwarna merah muda dan kemudian berangsur-angsur hilang. Apabila terdapat

    penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi jaringan parut.

    Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut terutama pada palatum. Vesikel ini

    dengan cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, bekasnya masih dapat terlihat

    berupa ulkus dangkal dengan diameter 2-3 mm. Lasi kulit terbatas terjadi pada lapisan

    epidermis sehingga tidak menembus membran basal kulit, jadi tidak menimbulkan

    bekas. Jaringan parut yang menetap terjadi sebagai akibat infeksi sekunder (lesi

    menembus membran basalis kulit). Vesikel juga dapat timbul pada mukosa hidung,

    faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva. Gambaran

    lain dari lesi varicela adalah terdapatnya semua tingkatan lesi kulit dalam waktu

    bersamaan pada satu area. Pada kasus yang khas dan berat, suhu badan dapat mencapai

    39-40,50C. Apabila demam berlanjut mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau

    penyulit lain. Keluhan yang paling menonjol adalah perasaan gatal selama fase erupsi

    sehingga dapat dijumpai bekas garukan.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 20

    GAMBAR 5 Cacar pada badan.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    ROSEOLA. Pada masa pedromal, gejala penyakit roseola biasanya tidak memiliki

    gejala yang khas. Tidak ada gejala fisik yang patognomonik yang dapat ditemukan pada

    fase pedromal penyakit ini. Gejala klinis seperti demam (37.9 to 40C) mulai ada pada

    masa pedromal. Setelah demam selama 3-5 hari dan kemudian demam turun maka akan

    timbul ruam-ruam. Biasanya ruam-ruam tampak 12-24 jam setelah demam turun.

    Terkadang kita dibingungkan dengan perbedaan ruam-ruam antara roseola dan measles.

    Ruam-ruam pada roseola biasanya tidak menyatu tetapi terpisah-pisah dengan ukuran

    2-5 mm. Ruam-ruam pada batang tubuh biasanya akan berwarna sedikit pink. Ruam-

    ruam dari batang tubuh akan menyebar ke leher, wajah dan ekstremitas proksimal.

    Ruam-ruam tidak berbentuk vesikel dan tidak ada perkembangan menjadi papul.2

    GAMBAR 6 Ruam-ruam roseola pada trunk.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 21

    Komplikasi

    CAMPAK. Penyulit pada penderita measles yang menyebabkan komplikasi adalah

    sebagai berikut :1,2

    Bronkopneumonia

    Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai

    dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus. Pada

    saat suhu turun, apabila disebabkan virus, gejala pneumonia akan menghilang

    kecuali batuk yang masih dapat terus berlanjut sampai beberapa hari lagi.

    Apabila suhu tidak turun juga pada saat yang diharapkan dan gejala saluran

    nafas masih terus berlangsung, dapat diduga karena adanya bakteri yang telah

    menginvasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat

    pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Dinegara

    berkembang di mana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia

    bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.

    Otitis media

    Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang

    telinga biasanya hiperemia pada fase predromal dan stadium erupsi. Jika terjadi

    infeksi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan

    terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.

    SSPE

    Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan regeneratif susunan

    saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang presisten.

    Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang pernah menderita campak

    adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Resiko terjadi SSPE lebih besar pada

    usia yang lebih muda dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun gejala. Gejala

    SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif,

    diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya mioklonik. Laboratorium

    menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antobodi

    terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 22

    terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal

    antara 6-9 bulan.

    Laringitis akut

    Laringitis timbul karena adanya endema hebat pada mukosa saluran nafas yang

    bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan

    distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan

    akan membaik dan gejala akan menghilang.

    Kejang demam

    Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat

    ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

    Ensefalitis

    Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada

    hari ke 4-7 setelah timbul ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus

    campak dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui

    mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus campak ke dalam otak.

    Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri

    kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan.

    Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositisis ringan, dengan

    predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar

    glukosa dalam batas normal.

    Enteritis

    Konjuntivitis

    Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan

    adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia.

    Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigen

    dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit.

    Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis

    hingga menyebabkan kebutaan. Dapat timbul pula pada ulkus kornea.

    Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada

    fase predromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat

    pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing

    enteropathy)

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 23

    Sistem kardiovaskular

    Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan gelombang T, kontraksi

    prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat

    sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.

    Adenitis servikal

    Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik

    Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan kongenital

    bayi.

    Aktivasi tuberkulosis

    Pneumomediastinal

    Emfisema subkutan

    Apendisitis

    Gangguan gizi sampai kwasiorkhor

    Infeksi piogenik pada kulit

    Kankrum oris (noma)

    VARICELA. Pada anak sehat, varisela merupakan penyakit ringan dan jarang

    menimbulkan penyulit yang serius. Penyulit tersering adalah infeksi sekunder bakteri

    pada lesi kulit disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus

    grup A yang menimbulkan impetigo, furunkel, selulitis, erisipelas dan jarang ganggren.

    Pneumonia primer akibat varicela 90% terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi

    pada anak normal. Gejala muncul 1-6 hari setelah lesi kulit, beratnya kelainan paru

    mempunya korelasi dengan beratnya erupsi kulit. Infeksi dapat pula bersifat invasi

    seperti pneumonia, arthritis, sarat pusat, berpata ataksia serebelar (1/4000 kasus) sampai

    dengan menginoensefalitis, meningitis dan vaskulitis.2

    Remaja dan dewasa mempunyai resiko lebih tinggi 25 kali untuk terjadinya komplikasi.

    Penyebab komplikasi terbanyak pada dewasa adalah pneumonia. Kadang dapat pula

    gejala dan tanda respiratorik yang muncul sebelum timbulnya ruam. Mekanisme dasar

    terjadinya pneumonia masih belum jelas. Faktor yang menyebabkan meningkatnya

    resiko terjadinya pneumonia adalah jumlah lesi > 100, perokok, riwayat kontak dan

    kehamilan trimester ketiga.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 24

    Varisela pada kehamilan merupakan ancaman bagi ibu maupun janin. Pada janin dapat

    terjadi infeksi VZV intrauterin, sehingga terjadi infeksi kongenital. Apabila pada

    permulaan kehamilan (20 minggu pertama kehamilan) dapat menimbulkan kira-kira 5%

    malformasi kongenital seperti hipoplasia salah satu ekstremitas, parut pada kulit,

    katarak, korioretinitis, mikrosefalia, atrofi korteks serebri dan berat badan bayi rendah.

    Jika ibu menderita varisela berat pada periode perinatal (terutama 0-4 hari pra-

    persalinan), infeksi dapat mengenai bayi baru lahir dan menimbulkan gejala klinis yang

    berat bahkan bisa terjadi kematian bayi 26-30%.

    GAMBAR 7 Anak yang ketularan varicela dalam kandungan.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    Kesakitan dan kematian jelas meningkat pada kasus imunokompromais termasuk

    leukemia, penyakit keganasan yang mendapat pengobatan kortikosteroid, kemoterapi

    dan terapi sinar. Begitu juga pada penderita demam reumatik dan sindrom nefrotik yang

    mendapat kortikosteroid atau kasus imun kongenital. Viremia yang hebat dapat

    menyerang berbagai organ seperti hati, saraf pusat dan paru.

    Kasus dengan gangguan imun atau yang mendapat kortikosteroid dapat menimbulkan

    gejala perdarahan ringan sampai berat dan fatal (purpura maligna). Penyebab

    perdarahan mungkin tidak sama pada setiap kasus. Trombositopenia dapat disebabkan

    sebagai akibat penyakit dasar, akibat pengobatan, efek langsung VZV pada sumsum

    tulang atau dekstrusi trombosit akibat proses imunologik. Pada kasus varisela fulminan

    dan purpura maligna kemungkinan infeksi sel endotel kapiler menjadi faktor utama.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 25

    kerusakan sel endotel ini menyebabkan koagulasai intravaskular diseminata

    (disseminated intravascular coagulation = DIC) dan purpura trombotik.1,5

    Penyulit dari infeksi varisela primer yang baru muncul kemudian adalah herpes zoster.

    Setelah infeksi primer varisela, VZV dapat menjadi laten dan berdiam dalam ganglia

    saraf sensorik tanpa menimbulkan manifestasi klinik, hingga bila teraktivasi akan

    menyebabkan herpes zoster. Walaupun kejadian herpes zoster terbanyak terjadi pada

    orang dewasa, dapat kemungkinan seorang anak akan menderita herpes zoster di

    kemudian hari. Kemungkinan peningkatan resiko terjadinya herpes zoster pada

    kelompok tersebut disebabkan karena ketidakmampuan sistem imun mempertahankan

    periode laten dari virus varicela.

    GAMBAR 8 Herpes zoster.

    Sumber : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    ROSEOLA. Komplikasi pada roseola biasanya terjadi ketika virus HHV-6 dan HHV-7

    menyerang organ-organ tertentu seperti sistem saraf atau hati dengan cukup parah. Dan

    hal ini terjadi biasanya pada anak-anak yang memiliki sistem imun yang cukup rendah.

    Penatalaksanaan

    CAMPAK. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan

    cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian

    antipiretik, antitusit, ekspektoran dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada

    campak degan penyakit penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien

    campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 26

    umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A

    100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU

    tiap hari.1,2

    Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengawasi penyulit yang

    timbul, yaitu :1

    Bronkopneumonia

    Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

    dikombinasi dengan kloromfenikol 75 mg/kkBB/hari intravena dalam 4 dosis,

    sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik

    diberikan sampai tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka

    uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh

    karena uji tuberkulin biasanya negatif (alergi) pada saat anak menderita campak.

    Gangguan reaksi delayed hipersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T

    terganggu fungsinya.

    Enteritis

    Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan

    intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi.

    Otitis media

    Sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan

    antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

    dosis)

    Ensefalopi

    Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi

    edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi

    elektrolit dan gangguan gas darah.

    Pemberian Vitamin A

    Banyak studi membuktikan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada penderita

    infeksi campak akut dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas, walaupun tidak

    ditemukan adanya gejala klinik kekurangan vitamin A. Di daerah di mana banyak

    ditemukan kekutangan vitamin A dan xeriohthalmia, pemberian vitamin A dapat

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 27

    mencegah terjadinya kebutaan yang disebabkan oleh kerusakan kornea sebagai akibat

    menderita penyakit campak. WHO telah memberi rekomendasi agar setiap anak yang

    menderita penyakit campak diberi vitamin A tambahan terutama di negara-negara

    dengan kematian 1% atau lebih. Disarankan untuk memberikan sebanyak 400.000 IU

    pada semua umur.6

    VARICELA. Pada anak sehat, varisela umumnya ringan dan sembuh dengan sendiri,

    cukup diberikan pengobatan simtomatik. Pada lesi kulit lokal dapat diberikan lotio

    calamin. Untuk mengurangi rasa gatal dapat dengan kompres air dingin, mandi secara

    teratur ataupun pemberian antihistamin. Antiperik jarang diperlukan. Salisilat tidak

    dianjurkan karena berhubungan dengan timbulnya sindrom Reya, sedangkan

    asetaminofen cenderung memberikan efek yang berlawanan. Tidak meringankan gejala

    malahan mungkin memperpanjang rasa sakit. Kutuk di potong pendek dan bersih agar

    tidak terjadi infeksi sekunder dan parut bekas garukan. Apabila terjadi infeksi sekunder

    diberikan antibiotik. Antibiotik untuk pneumonia varisela tidak bermanfaat kecuali

    terdapat superinfeksi bakteri. Kortikosteroid tidak dianjurkan.1,2

    Sindrom Reye dicurigai apabila muncul gejala letargi, muntah yang menetap dan anak

    tampak bingung. Diagnosis dini serta penanganan yang baik terhadap peninggian

    tekanan intrakranial dan hipoglikemia dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

    Pasien dengan penyulit neurologik seperti ataksia serebelarm ensefalitis,

    meningoensefalitis dan mieliti diberikan obat anti virus.

    Penyulit pendarahan hendaknya diatasi dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan

    dan pemeriksaan sumsum tulang belakang, akan tetapi karena VZV dapat menyebabkan

    kerusakan langsung pada endotel pembuluh darah maka pada varicela fulminan

    terutama apabila vesikel baru timbul maka dapat diberikan obat antivirus. Pasien

    dengan resiko tinggi mendapat penyulit seperti leukemia, kelainan limfoproliferatif,

    keganasan, defisiensi imun, bayi baru lahir, pengobatan dengan sitostatik dan

    kortikosteroid, radioterapi, sindrom nefrotik, penyakit kolagen harus diberikan antivirus

    secepatnya. Antivirus yang diberikan adalah asiklovir dan vidarabin. Asiklovir terbukti

    efektif menurunkan morbiditas dan mortalitas varisela pada pasien imunokompromais

    apabila diberikan dalam 24 jam sejak onset ruam. Pada pasien yang sehat, asiklovir

    terbukti mengurangi lama demam dan mengurangi jumlah maksimum lesi ataupun

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 28

    mengurangi rasa gatal yang timbul. Dosis asiklovir 20 mg/kgBB/hari per oral maksimal

    800 mg perhari, terbagi dalam 5 dosis selama 5 hari atau 500 mg/m2, intravena setiap 8

    jam selama 7 hari dan virabidin 10 mg/kgBB selama 5 hari. Anak yang mendapat terapi

    asiklovir disarankan harus mendapat cukup hidrasi karena asiklovir dapat mengkristal

    pada tubulus renal bila diberikan pada individu yang dehidrasi.1,2,5

    ROSEOLA. HHV-6 dapat diinhibisi oleh ganciclovir, cidofovir, and foscarnet

    sedangkan HHV-7 oleh cidofovir and foscarnet. Tetapi antiviral tersebut biasanya

    digunakan hanya untuk orang-orang yang mengalami penurunan sistem kekebalan

    tubuh. pada orang normal, pemberiannya tidak cukup berarti untuk penyembuhan

    roseola. Pengobatannya hanya bersifat suportif. Keseimbangan cairan tubuh pasien juga

    harus cukup diperhatikan.

    Prognosis

    CAMPAK. Pada awal abad ke 20, rata-rata terdapat 10 kematian per 1000 kasus dari

    campak. Dengan perkembangan pengobatan yang cukup maju, kematian dapat ditekan

    menjadi 1 kematian per 1000 kasus campak. Kematian paling banyak disebabkan

    karena penyakit penyulit pneumonia. Sepanjang pengobatan simtomatik dan kebutuhan

    gizi terpenuhi serta tidak ada penyulit yang cukup berarti maka penderita campak bisa

    sehat kembali.1,2

    VARICELA. Sama seperti prognosis campak, sepanjang pengobatan simtomatik dan

    kebutuhan gizi terpenuhi serta tidak ada penyulit yang cukup berarti maka penderita

    campak bisa sehat kembali. Walaupun pada beberapa penderita kemungkinan akan

    terkena herpes zoster dikemudian hari.1,2

    ROSEOLA. Pada umumnya perkembangan penyakit roseola pada anak-anak yang

    terinfeksi penyakit ini cukup baik. Tetapi kematian bisa terjadi pada anak dengan sistem

    kekebalan yang sangat buruk.1,2

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 29

    Prevention2

    CAMPAK. Sekarang telah tersedia vaksin measles secara monovalen atau gabungan

    dengan rubela (MR) atau gabungan measles-mumps-rubela (MMR). Direkomendasikan

    vaksin pertama diberikan pada anak berusian 12-15 bulan lalu diikut booster kedua pada

    usia 46 tahun. Tetapi pemberian vaksin pertama pada usia 15 bulan lebih dianjurkan

    karena antibodi bayi dapat terbentuk dengan efektif. Sedangkan bayi yang mendapat

    vaksin MMR sebelum usia 12 bulan harus mendapat 2 kali booster yaitu pada usia 12-

    15 bulan dan 4-6 tahun. Dalam beberapa kasus, pemberian booster kedua dapat

    dilakukan 4 minggu setelah vaksin pertama.

    Pencegahan dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

    a) Jangka Pendek

    Orang yang rentan terhadap penyakit campak yang mengadakan kontak dengan

    penderita campak dapat dilindungi dengan memberikan normal human

    immunoglobulin (NHIG) jika telah mengadakan kontak kurang dari 5 hari.

    Pemberian antibodi imunoglobulin ini terutama diberikan kebada penderita

    immunocompromized berat, wanita hamil dengan IgG negatif, anak usia 6-9 bulan,

    anak kurang dari 6 bulan bila ibunya menderita campak, anak yang memiliki

    indikasi kontra vaksin hidup. Pemberian imunoglobulin ini diberikan dengan dosis

    0,05 sampai 0,5 ml/kg berat badan dalam 6 hari setelah diketahui teroaoar penderita

    campak. Hal ini cukup efektif untuk meringankan atau mencegah timbulnya

    penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, 80% dapat mencegah penyakit campak,

    hanya kurang drai 5% yang mempunyai gejala mirip dengan campak. Sekarang ini

    disarankan untuk memberi imunoglobulin secara intramuskuler dengan dosis 0,25

    ml/kg berat badan dalam 6 hari setelah mendapat paparan. Vaksin campak tidak

    boleh diberikan dalam 5-6 bulan setelah pemberian imunoglobulin, karena akan

    mengganggu vaksin hidup.

    Karena penyakit campak sangat infeksius, penderita campak umumnya tidak boleh

    melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita dewasa sebaiknya mengisolasi diri di

    rumah sampai 4 hari sesudah munculnya ruam pada kulit. Anak yang menderita

    campak dilarang masuk sekolah, dan penderita yang di rumah skait sebaiknya

    dirawat di ruang isolasi.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 30

    b) Jangka Panjang

    Sampai saat ini cara yang terbaik untuk mengatasi penyakit campak adalah dengan

    mencegah infeksi menggunakan vaksin, sehingga penyakit tidak berkembang lebih

    berat. Vaksin yang digunakan di banyak negara adalah vaksin campak dari virus

    hidup yang dilemahkan. Kemudian dikembangkan vaksin hidup terhadap penyakit

    gondongan (mumps) dan rubella yang sudah dilemahkan, sehingga dibuat vaksin

    trivalen. Umur anak saat mendapat imunisasi sangat bervariasi dari 6 sampai 15

    bulan. Di daerah dengan prevalensi tinggi imunisasi dilakukan pada umur 9 bulan,

    sedangkan untuk daerah dengan penyakit campak yang jarang dilakukan antara 12-

    15 bulan. Di indonesia vaksin campak tunggal oleh WHO disarankan pada saat 9

    bulan dan kedua diberikan saat anak berusia 6 tahun. Sedankan Ikatan Dokter Anak

    Indonesia menganjurkan untuk memberikan MMR pada usia 15 bulan. Kemudian

    kedua diberikan pada umur 10-12 tahun.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 31

    Tabel 1. Rekomendasi Pemberian Imunisasi MMR

    Sumber tabel : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18.

    VARICELA. Vaksin varicela telah tersedia. Virus varicela yang telah dilemahkan

    tersedia dalam monovalen vaksin atau merupakan gabungan dengan measles, mumps

    dan rubeola (MMRV) vaksin. Pemberian vaksin vericela sama seperti pada measles

    karena sering merupakan vaksi gabungan.1

    Profiliaksis pasca pajanan dapat diberikan varicella zoster immunoglobulin (VZIG)

    diindikasi untuk :1

    Mereka yang dikontraindikasikan mendapat vaksin varicela.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 32

    Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum hingga

    dua hari sesudah pajanan.

    Pajanan pasca natal pada bayi prematur (usia gestasi

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 33

    Ringkasan

    Campak, cacar air dan roseola merupakan penyakit yang sangat infeksius terutama

    menyerang anak-anak. Pada tahap pedromal, ketiga gejala penyakit ini hampir mirip.

    Tetapi perbedaan bisa dilihat pada tahap erupsi di mana ruam-ruam mulai muncul.

    Pada dasarnya pengobatan untuk ketiganya hanya bersifat suportif. Tetapi penyulit

    seperti lemahnya sistem imun sangat mempengaruhi prognosis penyakit. Dan

    komplikasi serta kematian dapat menjadi ancaman yang serius jika tidak ditangani

    dengan baik.

    Saat ini telah ada vaksin untuk penyakit tersebut dan setiap anak diharapkan untuk

    mendapat imunisasi tepat pada waktunya untuk menghindari ketularan virus penyebab

    penyakit itu.

  • Makalah PBL Blok 12 : Infeksi dan Imunitas

    Campak, Varisela dan Roseola 34

    Daftar Pustaka

    1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Infeksi dan pediatri tropis.

    Ed. 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012: 109-42.

    2. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics.

    Ed. 18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007: 1072-124.

    3. Fakultas Kedokteran UI. Kapita selekta kedokteran. Ed. 2. Jakarta: Media

    Aesculapius FKUI, 2007: 417-8.

    4. Meadow SR, Newell SJ. Lectures notes: pediatrika. Ed. 7. Jakarta: Penerbti

    Erlangga, 2005: 237-47.

    5. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin. Nelson : ilmu kesehatan anak. Ed. 15. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000: 1072-100.

    6. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiaji A, dkk. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Edisi ke-

    2. Jakarta: Percetakan Infomedika, 2007: 624-8.

    7. Mandal, Wilkins, Dunbar, White M. Lecture notes: penyakit infeksi. Edisi ke-6.

    Jakarta: Erlangga, 2008: 105-17.