makalah imunisasi

49
IMUNISASI PENDAHULUAN Anak yang berjumlah 30% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan aset negara yang paling berharga dan oleh karena itulah fokus pada anak dalam segala aspek berarti memperhitungkan aset tersebut dan perhatian khusus padanya dalam perhitungan jangka panjang akan sangat berarti dalam pembangunan nasional jangka panjang bangsa dan negara. 1 Convention on the Right of the Child, suatu deklarasi PBB tahun 1990, diikuiti dengan Millenium Development Goal’s (MDG’S) tahun 2000-2015, kemudian kesepakatan sidang PBB khusus yaitu A World Fit for the Children tahun 2001 untuk menciptakan dunia yang cocok untuk tumbuh kembang anak dan terakhir hasil olahan sebuah Komite Nasional yang mengembangkan sebuah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015 merupakan dasar yang kuat untuk bergerak cepat memenuhi kebutuhan anak dalam tumbuh kembangnya menuju kedewasaan prima. 1 Dalam situasi tingkat ekonomi dan kesehatan negara kita maka pencegahan primer merupakan cara yang terbaik sebagai prioritas dalam memperbaiki situasi dewasa ini dan salah satunya berkat kemajuan yang luar biasa dalam ilmu dan teknologi kedokteran adalah imunisasi yang merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien dilihat dari sudut ekonomi untuk dilaksanakan secara nasional. 1 Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas 1

Upload: unyar-leresati

Post on 08-Apr-2016

177 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Imunisasi pada anak

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah imunisasi

IMUNISASI

PENDAHULUAN

Anak yang berjumlah 30% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan aset negara

yang paling berharga dan oleh karena itulah fokus pada anak dalam segala aspek berarti

memperhitungkan aset tersebut dan perhatian khusus padanya dalam perhitungan

jangka panjang akan sangat berarti dalam pembangunan nasional jangka panjang bangsa dan

negara.1 Convention on the Right of the Child, suatu deklarasi PBB tahun 1990, diikuiti

dengan Millenium Development Goal’s (MDG’S) tahun 2000-2015, kemudian kesepakatan

sidang PBB khusus yaitu A World Fit for the Children tahun 2001 untuk menciptakan dunia

yang cocok untuk tumbuh kembang anak dan terakhir hasil olahan sebuah Komite Nasional

yang mengembangkan sebuah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015

merupakan dasar yang kuat untuk bergerak cepat memenuhi kebutuhan anak dalam tumbuh

kembangnya menuju kedewasaan prima.1

 Dalam situasi tingkat ekonomi dan kesehatan negara kita maka pencegahan

primer merupakan cara yang terbaik sebagai prioritas dalam memperbaiki situasi dewasa ini

dan salah satunya berkat kemajuan yang luar biasa dalam ilmu dan teknologi kedokteran

adalah imunisasi yang merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien dilihat dari sudut

ekonomi untuk dilaksanakan secara nasional.1 Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang

preventif merupakan prioritas utama. Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi

kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan

dan ketrampilan tentang vaksin (vaksinologi,ilmu kekebalan (imunologi) dan cara atau

prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak,

tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut, tetapi juga berdampak kepada

anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi

penyebaran infeksi.2

DEFINISI

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu

penyakit sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan

yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Tujuan dari

1

Page 2: Makalah imunisasi

pemberian imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) bahkan dunia.

Seperti terlihat pada keberhasilan vaksin variola3.

Imunisasi dibagi menjadi imunisasi pasif dan aktif. Imunisasi pasif adalah

pemindahan, factor kekebalan atau transfer antibodi pada seseorang yang membutuhkan.

Imunisasi aktif adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan

imunitas (antibodi) dari sistem imun dalam tubuh. Perbedaan antara imunisasi aktif dan pasif

dapat dilijhat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Perbedaan imunisasi aktif dan imunisasi pasif

Imunisasi aktif Imunisasi pasif

Diproduksi secara aktif oleh tubuh

Dipicu oleh adanya infeksi atau

imunogen

Durasi proteksi lebih efektif

Adanya memori imunologis

Kadang diperlukan booster

Kadang terdapat fase negative

Tidak dapatdi aplikasi kan pada

imunodefisiensi

Proteksi jangka lama

Murah

Aman

Menerima secara pasif

Antibody yang siap pakai setelah

dimasukkan

Efektifitas lebih sedikit

Tidak terbentuk memorii munologis

Tidak terdapat fase negative

Boleh diberikan pada imunodefisiensi

Proteksi jangka pendek

Mahal

Perhatikan keamanan

RESPON IMUN

Respon imun adalah respon system pertahanan tubuh berupa urutan kejadian yang

komplek terhadap stimulasi antigen (Ag) yang bertujuan untuk mengeliminasi antigen

tersebut.Pada dasarnya system pertahanan tubuh dibedakan dalam system imunnon spesifik

dan spesifik. Sistem imun non spesifik disebut juga imunitas non adaptif atau innate

immunity atau artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen tetapi untuk berbagai

macam antigen. System imun spesifik atau system imun adaptif ditujukan khusus untuk satu

macam antigen.3

2

Page 3: Makalah imunisasi

Jalur aktivasi respon imun spesifik terdiri dari dua fase, yaitu fase afektor (afferent)

dan efektor (efferen) seperti tampak pada gambar 1

Gambar 1 Jalur aktivasi respon imun spesifik

JENIS JENIS VAKSIN

Jenis vaksin ada 2 macam yaitu live attenuated dan inactivated4

3

Page 4: Makalah imunisasi

Live attenuated Inactivated

• Organisme hidup

• Seperti penyakit alami replikasi

• Dapat berubah jadi patogenetik

• Dapat menyebabkan penyakit

• Terpengaruh oleh antibodi yang

beredar

• Bersifat labil dan dapat rusak karena

panas atau sinar

• Contoh Virus hidup :

• Campak

• Gondongan

• Rubella

• Polio

• Rotavirus

• Demam kuning (yellow fever)

• Bakteri hidup

• Demam tifoid oral

• BGC

• Bakteri/virus dibuat tidak aktif

• Vaksin fraksi berbasis protein

atau polisakarida

• Tidak membuat sakit, tidak

mutasi

• Tidak dipengaruhi antibodi,

respons humoral perlu booster

• Seluruh irus inactivated :polio,

hepatitis A, influenza

• Seluruh bakteri : pertusis, tifoid,

kolera, lepra

• Vaksin fraksional : Hep B,

influenza, pertusis a-seluler, tifoid

vi, lime disease

• Toksoid : difteri, tetatus,

botolinum

• Polisakarisa murni :

pneumokokus, meningokokus,

Hib

• Polisakarida konjugasi : Hib,

meningokokus

PROGRAM IMUNISASI NASIONAL

4

Page 5: Makalah imunisasi

Gambar 2 Sejarah imunisasi di Indonesia

JADWAL IMUNISASI

• JADWAL PROGRAM IMUNISASI NASIONAL

Disusun berdasarkan epidemiologi ( berubah dari tahun ke tahun), terdapat 7 antigen

(hepatitits B, OPV, BCG, difteria, tetanus, pertusis, dan campak)

5

PPI (1977)Expanded program on immunisation

UCI (universal child immunization)1982

UCI Nasional (1990)DTP3,Polio3,Campak80%DTP1,Polio1<BCG 90%

Tujuan akhir (ultimate goal)

ERAPO (eradikasi Polio)Eliminasi tetanus maternal dan neonatal (maternal and neonatal tetanus elimination –MNTE)Reduksi Campak (RECAM)Peningkatan mutu pelayanan imunisasiMenetapkan standart pemberian suntikan yg aman ( safe injection practice )Keamanan pengelolaan limbah (safe waste disposal management)

Page 6: Makalah imunisasi

Jadwal dari program nasional tampak pada table dibawah ini:

JenisVaksinUmurSebelum 1 tahun SekolahDasar (BIAS)

Bulan Kelas

Lahi

r

2 3 4 9 1 2 3 6

Hepatitis B (Uniject) x

Polio (OPV) x

BCG x

DTP/Hepatitis B x x x

Campak x x

dT x x x x

JADWAL IMUNISASI IDAI

Jadwal imunisasi IDAI secara berkala dievaluasi untuk penyempurnaan berdasarkan

perubahan epidemiologi penyakit, kebijakan kementrian kesehatan/WHO, kebijakan

global dan pengadaan vaksin di Indonesia.

Terdapat beberapa perbedaan antara jadwal imunisasi tahun 2011 dengan jadwal –

jadwal tahun sebelumnya.

a. Pada jadwal tahun 2011 tidak dibedakan lagi antara vaksinasi Program

Pengembangan Imunisasi (PPI ,wajib) dan program Imunisasi Non PPI

(dianjurkan) mengingat semua vaksinasi untuk mencegah kematian dan kecacatan

harus diberikan pada bayi dan anak.

6

Page 7: Makalah imunisasi

b. Vaksinasi varicela dapat diberikan sejak usia 12 bulan

c. Program BIAS mulaitahun 2011 memberikan vaksin Td untuk menggantikan

vaksin TD

d. Penambahan dalam footnote

e. Memasukkan vaksin rotavirus dalam jadwal imunisasi.

Selengkapnya dapat dilihat perbandingan jadwal tahun 2011 dengan jadwal tahun

sebelumnya di bawah ini.

JADWAL TAHUN 2008

7

Page 8: Makalah imunisasi

JADWALTAHUN2012

BCG

• Optimal 2-3 bulan

• Dosis 0,05 ml untuk bayi kurangdari1 tahun dan 0,1 mluntuklebihdari 1 th,pelarut

NaCl 0.9 %

• Diberikan secara intrakutan pada lengan atas insersio M. deltoideus

• Pemberian imunisasi ulangan tidak dianjurkan

• Bila diberikan pada umurlebihdari3 bulan lakukan uji tuberkulin terlebih dahulu

• Tidak diberikan pada imunokompromais (leukemia, anakmendapatkanpengobatan

steroid jangkapanjang) karena merupakan vaksin hidup

• Tidak dapat mencegah TBC namun dapat mencegah komplikasinya

8

Page 9: Makalah imunisasi

HEPATITIS B

• Vaksin harus segera diberikan setelah lahir

• Pemberian 3 kali.

• Pemberian berdasarkan status HBsAg saat melahirkan

• Bayi lahir dari ibu HbsAg negatif atau tidak diketahui atau negatif

HB-1 diberikan vaksin rekombinan HB 10 mgintramuskular, dalam waktu 12

jam setelah lahir

HB-2 diberikan umur 1bulan dan dosis ketiga umur 3-6 bulan

Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif,

segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu)

• Bayi lahir dari ibu HBsAg positif

Diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir

diberikan 0,5 ml HBIg dan vaksin rekombinan HB secara bersamaan

intramuskular di sisi tubuh yang berlainan

HB-2 diberikan umur 1bulan dan dosis ketiga umur 3-6 bulan

• Ulangan Hepatitis B

Booster pada usia 5 tahun tidak diperlukan,hal ini didasarkan pada hasil

penelitian di Thailand bahwa pada anak yang telah memperoleh imunisasi

dasar hepatitis B sebanyak 3 kali, pada umur 5 tahun 90,7% masih memiliki

titer anti HBs protektif, mengingat epidemiologi di Indenesia mirip dengan di

9

Page 10: Makalah imunisasi

Thailand maka dapat disimpulkan imunisasi ulang pada usia 5 tahun tidak

diperlukan.

Idealnya dilakukan pemerikasaan anti HBs pada usia 5 tahun

Jika sampai 5 tahun imunisasi (-) maka dilakukan catch-up vaccination, yaitu

pemberian imunisasi dengan jadwal 3 kali pemberian.

Ulangan vaksinasi hepatitis-B 4 dapat dipertimbangkan 10-12 tahun , jika

kadar anti HBs < 10µg/ml

• Jadwal imunisasi hepatitis B Departemen Kesehatan adalah usia saat lahir dengan

uniject, kemudian usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan dengan vaksinasi kombinasi

• Pemberian imunisasi dikombinasikan dengan DTwP dengan tujuan untuk

meningkatkan cakupan, terutama Hepatitis B

DTwP (whole-cell pertusis) danDTaP (acellulerpertusis)

Pemberian 3 kali sejak umur 2 bulan (minimal 6 minggu), interval 4-8 mgg (terbaik 8

minggu)

Ulangan / Booster

DTP-4 dapat diberikan 1 tahun setelah DTP-3 (18-24 bulan)

DTP-5 dapat diberikan saat masuk sekolah umur 5 tahun

Pada Program Imunisasi Nasional

Tidak ada ulangan pada usia 18-24 bulan

Apabila pada Umur 5 tahun belum DTP-5 maka diberikan imunisasi

Td (BIAS/kelas 1 umur 7 tahun)

10

Page 11: Makalah imunisasi

Vaksinasi penguat Td diberikan pada saat BIAS/kelas 6 umur 12

tahun.

Dosis 0,5 ml diberikan i.m

Bentuk kombinasi DTwP/Hep B, DTaP/Hib, DTwP/Hib, DTaP/IPV,

DTaP/HiB/IPV

Dibawah ini beberapa contoh sediaan vaksin difteri.

TETANUS

Dosis DTP atau TT 0,5 ml inta muskular

11

Page 12: Makalah imunisasi

Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapatkan vaksin

toxoid sebanyak lima kali untuk mendapatkan perhitungan seumur hidup.

1. Imunisasi DTP primer pada bayi 3 kali setara dengan dua dosis toxoid

dewasa, akan memberikan imunitas selama 1-3 tahun

2. Ulangan pada usia 18-24 bulan (DTP 4)memperpanjang imunitas 5 tahun

sampai usia 6-7 tahun, pada dewasa akan dihitung setara 3 dosis

3. Dosis toxoid tetanus kelima diberikan saat usia sekolah akan memperpanjang

imunitas 10 tahun sehingga memberikan perlindungan sampai usia 17-18

tahun, pada dewasa akan dihitung setara 4 dosis

4. Dosis toxoid berikutnya diberikan saat usia sekolah (DT6 /Td) akan

memeberikan tambahan perlindungan 20 tahun , pada dewasa akan dihitung

setara 5 dosis.

POLIO

Ada 2 bentuk vaksin polio yaitu Oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine

(IPV)

Ada keuntungan dan kerugian dari kedua vaksin tersebut seperti tampak pada tabel di

bawah ini

Oral polio vaccine (OPV)

Keuntungan Kerugian

Diperoleh imunitas humoral dan

lokal

Imunitas mukosa usus

Risiko VAPP, resipien dan kontak

Risiko cVDPV

Kontraindikasi pd

12

Disamping merupakan contoh sediaan dari vaksinasi TT

Page 13: Makalah imunisasi

Pemberian mudah

Murah

Contact immunity

imunokompromais

Kegagalan vaksinasi (pada diare,

muntah)

Diperlukan cold chain

Menimbulkan pencemaran

Inactivated polio vaccine (IPV)

Keuntungan Kerugian

Tidak ada risiko terjadi

VAPPdan cVdPV

Imunitas konstan, tinggi,

menetap

Direkomendasi untuk pasien

imunokompromais

Ada kemasan kombinasi

Menimbulkan herd Immunity

Termostabil

Imunitas intestinal sedang

Tidak ada contact immunity

Mahal / single dois

Produksi baru

Bentuk sediaan yang ada

13

Page 14: Makalah imunisasi

Jadwal pemberian vaksinasi polio adalah

1. Polio 0 diberikan saat bayi lahir atau saat kunjungan pertama

2. Imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada usia 2,4,6 bulan

3. Ulangan diberikan setahun setelah polio-4 dan saat masuk sekolah (5-6 tahun)

4. Dalam rangka ERAPO pada saat PIN diberikan OPV

Dosis

• OPV : 2 tetes peroral (0,1 ml)

• IPV : 0,5 ml i.m (tunggal atau kombinasi DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV

• Efek samping yang dapat terjadi saat pemberian vaksinasi OPV adalah Vaccine

Associated Paralytic Poliomyelitis(VAPP)dan Vaccine Derived Polio Viruses (VDPV)

VAPP VDPV

• Kejadian lumpuh setelah imunisasi

• Resikonya cukup kecil + 0,3 juta dosis pervaksin

• Terjadi pada orang yang diberikan imunisasi

• Di Indonesia terjadi di Madura, Probolinggo

• Terjadi di daerah cakupan imunisasi rendah

• Dapat terjadi pada orang lain yang tidak diberikan imunisasi

Contoh kejadian VAPP dilaporkan pada beberpa negara, di India dilaporkan terjadi 181

VAPP dari 125 juta anak kurang dari % tahun dalam 1 tahun atau kurang lebih 1,45 per

1000000 anak atau 7 per 1000000 kelahiran. Di amerika latin dilporkan sekitar 45 kasus.

14

Page 15: Makalah imunisasi

Angka kejadian lebih kecil ada di eropa dan Amerika. Di Korea dilaporkan juga terjadi

VAPP pada tahun 2003sesuai laporan National Committee on Certification of Poliomyelitis.4

CAMPAK

Rutin diberikan saat usia 9 bulan dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dalam.

Pelarutnya adalah aquabidest.

Imunisasi ulangan diberikan saat usia sekolah, hal ini didasarkan pada

1. Survei 4 provinsi 18,6% -32,6% anak sekolah mempunyai kadar campak

dibawah batas perlindungan

2. Dijumpai kasus campak pada anak sekolah

3. Beberapa provinsi ada KLB campak

Apabila anak mendapatkan imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6

tahun maka ulangan campak (-)

Haemophillusinfluenzaetipe b (Hib)

Di Indonesia terdapat 2 jenis Hib konjugat

1. Hib berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyribosyl ribitol phospate – konjugasi

sengan protein tetanus)

2. PRP-OMP (PRP berkonjugasi dengan outer membrane protein complex)

Jadwal imunisasi

• Jadwal PRP-T pada usia 2,4,6 bulan

• PRP-OMP pada usia 2,4 bulan

15

Page 16: Makalah imunisasi

Dosis 0,5 ml diberikan secara intra muskular, imunisasi ulangan diberikan saat usia 18

bulan, tetapi jika anak datang pada usia 1-5 tahun imunisasi ulangan tidak diberikan.

Contoh kemasan vaksin Hib

Pneumokokus

Vaksin ini mulai dianjurkan tahun 2007 sesuai dengan Rekomendasi satgas Imunisasi

IDAI 30 April 2006

Di Indonesia terdapat 2 vaksin

1. PPV23

2. PCV7 PCV10

Perbedaan PPV dan PCV tampak pada tabel dibawah ini

Vaksin polisakarida (PPV) Vaksin Polisakarida konjugasi (PCV)

• T cell independent

• <2th Tidak imunogenik

• Indikasi : > 2 th, risiko tinggi

• Imunitas jangka pendek

• Nama : Pneumo-23

• T cell dependent (memory cell)

• < 2 th imunogenik

• Indikasi : anak sehat & anak risiko

tinggi, usia 2 bl – 5 tahun

• Imunitas jangka panjang

• Nama : Prevenar (Pfizer)

Synflorix (GSK)

Jadwal dan Dosis vaksin PCV

16

Page 17: Makalah imunisasi

Dosis pertama

(bulan)

Imunisasi Dasar Imunisasi Ulangan

• 2-6

• 7-11

• 12-23

• > 24

• 3 dosis, interval 6-8 minggu

• 2 dosis, interval 6-8 minggu

• 2 dosis, interval 6-8 minggu

• 1 dosis

• 1 dosis 12-15 bulan

• 1 dosis 12-15 bulan

Cara pemberian

Dosis pertama diberikan setelah usia lebih dari 6 minggu

BBLR (<1500gr) vaksin diberikan umur kronologik 6-8 minggu

Dapat diberikan bersama imunisasi lain

Terdapat kelompok resiko tingi pada usia 24-59 bulan, yaitu

penyakit kronis

infeksi HIV

Defisiensi imun kongeniital

Penyakit jantung bawaan

gagal jantung

penyakit paru kronis, misalnya dengan terpai steroid

cerebrospinal fluid leak

insufisiensi ginjal kronik

sind nefrotik

keganasan

translplantasi organ solid

DM

Jadwal pemberian imunisasi pada kelompok ini adalah

17

Page 18: Makalah imunisasi

Dosis sebelumnya Dosis PCV7 dan PPV23

4 dosis PCV7 Umur 24 bulan 1 dosis PCV7, min 6-8mgg setelah PCV7

terakhir. Ulangan PPV23:1 dosis

3-5 th setelah PPV23 dosis pertama

1-3 dosis PCV7 1 dosis vaksin PCV7

1 dosis vaksin PPV23, 6-8 mgg setelah PCV7 dosis terakhir

Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis

pertama

1 dosis PCV7 2 dosis vaksin PCV7, interval 6-8 mgg, mulai min

6-8 mgg setelah PPV23 dosis terakhir

Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis

pertama

Belum pernah 2 dosis vaksin PCV7, interval 6-8 mgg,

1 dosis vaksin PPV23, 6-8 mgg setelah PCV7 dosis terakhir

Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis

pertama

INFLUENZA

Mulai direkomendasi sejak 2006 sesuai jadwal satgas Imunisasi IDAI periode 2006

Merupakan vaksin trivalen yang terdiri dari 2 virus influenza subtipe A (H3N2 dan

H1N1)influenza subtipe B

Komposisi vaksin Indonesia : (Rekomendasi WHO 2010/2011)

Vaksin ini mulai diberikan usia 6-23 bulan dan tiap tahun

Indikasi pemberian Anak sehat, anak beresiko, ataupun anak tinggal dengan kelompok

resiko

Vaksin yang diberikan pada tahun ini tidak boleh untuk tahun depan

18

Page 19: Makalah imunisasi

Dosis pemberiannya adalah sebagai berikut :

umur 6-35 bulan : 0,25 ml

Umur > 3 tahun : 0,5 ml

Umur < 8 tahun : pemberian pertama 2 dosis, selanjutnya 1 dosis (interval 4-8

mgg)

Cara pemberiannya secara intra muskular di paha anterolateral atau deltoid.

MMR

Vaksin ini mulai diberikan pada umur 15-18 bulan dengan interval 6 bulan dari

campak, dosis pemberinnya adalah 0,5 ml subkutandan diberikan dosis ulangan pada

usia 6 tahun.

Contoh vaksin MMR

TIFOID

Ada 2 jenis

1. Vaksin capsular Vi polysacharideyang diberikan pada umur lebih dar i2 th

dengan dosis 0,5 ml secara i.m dengan dosis ulangan tiap 3 tahun.

2. Vaksin Tifoid oral Ty21adiberikan pada umur lebih dari 6 thkapsul, diberikan

dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (1,3,5), vaksin ulangan pada umur 3-

5 th

19

Page 20: Makalah imunisasi

HEPATITIS A

Vaksin ini diberikan didaerah yang under exposure

Terdapat dua bentuk vaksin yaitu Hepatitis A monovalent dan Kombinasi HepB/HepA yang

berisi HepB 10 µgr dan HepA 720 ELISA units dalam kemasan prefilled syringe 0,5ml.

Untuk Kemasan : liquid 1dosis/vial prefilled syringe 0,5ml

Dosis pediatric 720 ELISA unit diberikan 2 kali dengan interval 6-12bulan secara intra

muskular di daerah deltoid. sedangkan Untuk dewasa >19 th 1440 ELISA unit

Jadwal imunisasi diberilkan pada anak yang lebih dari 2 tahun

Kombinasi Hep B/HepA tidak diberikan kurang dari 12 bulan

Tujuannya untuk

• catch up imunisasasi yaitumengejar imunisasi Hep B yg tidak sempurna

• Belum pernah imunisasi hep B

VARICELA

20

Page 21: Makalah imunisasi

diberikan mulai umur 1 tahun sesuai dengan Satgas Imunisasi IDAI Juni 2010. Alasan

pemberian sebagai berikut :

1. Jika cakupan imunisasi pada anak tidak baik maka epidemiologinya aka bergeser

menjadi banyak pada dewasa.

2. dampak varisela dewasa lebih berat pada anak, sehingga Jika terjadi waktu

kehamilandapat terjadi sindroma varicela kongenital dengan mortalitas yang tinggi

3. penularan terbanyak di Taman Kanak kanak.

Jadwal pemberiannya pada usia lebih dari 1 tahun dan untuk pencegahan dapat

dilakukan pada anak yang kontak dengan varicella diberikan < 72 jam. Dosis yang

diberikan: 0,5 ml subkutan dan pada anak>13 tahun diberikan: 2x dengan jarak 4-8

minggu.

ROTAVIRUS

Terdapat 2 Jenis vaksin yaitu monovalen dan pentavalen.

Dosis pemberiannya :

A. Monovalen secara oral 2kali pemberian dengan pemberian pertama umur 6-14 mgg

dan dosis kedua interval 4 minggu

B. Pentavalen dengan pemberian 3 kali. Pemberian pertama 6-12 minggu dilanjutkan

dengan interval ke-2 dan ke-3 selama 4-10 mgg.

HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV)

Terdapat Dua jenis vaksin yang beredar yaitu

1. bivalen yang berisi HPV serotipe 16-18

2. Quadrivalen yang berisi HPV serotipe 6,11,16,18

Dosis

Usia pemberian 9-25 tahun dan 26-45 tahun

Bivalen pemberiannya 0-1-6 bulan

21

Page 22: Makalah imunisasi

Quadrivalen pemberiannya 0-2-6 bulan

Pemberian i.m3

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

Cara pemberian vaksinasi

1. Oral.

2. Intra muskular

Untuk injeksi IM kebanyakan menggunakan jarum 25 harus dalam kebanyakan kasus,

anggota badan harus diposisikan sehingga untuk mengendurkan otot di mana vaksin

harus disuntikkan.Ujungjarum 25 harus menembus kulit pada sudut 90 ° pada kulit,

Penelitian telah menunjukkan bahwa, efek samping lokal dapat diminimalkan dan

efek imunogenisitas dapat ditingkatkan dengan memastikan vaksin disimpan kedalam

otot dan tidak ke lapisan subkutan. Namun,beberapa vaksin, misalnya dilemahkan

poliomyelitis, varicella dan meningokokus, vaksin polisakarida hanya

direkomendasikan secara SC. Setelah menyelesaikan injeksi, pemberi vaksinasi harus

melakukan perawatan pasca vaksinasi

3. Intrakutan

Untukinjeksi intradermal vaksin BCG dengan jarum 26 atau27 gauge, panjang jarum

dianjurkan 10 mm. Teknik injeksi intradermal memerlukan pelatihan khusus sehingga

hanya boleh dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih

4. Subkutan

Suntikan SC biasanya diberikan pada sudut 45 ° pada kulit.Standar jarum untuk

pemberian vaksin oleh SC injeksi adalah 25 atau 26panjang jarum, 16 mm.4

Beberapa tehnik Posisi untuk Vaksinasi

1. Cuddle position for infants (posisi berpelukan)

Posisi ini biasanya digunakan pada anak kurang dari 12 bulan

2. Positioning infant on an examination table

3. Cuddle position for older child

4. Prone position across the lap for ventrogluteal vaccination4

1. 2.

22

Page 23: Makalah imunisasi

3 4

5.

Beberapa tempat penyuntikan vaksinasi

1. Musculus vastus lateral

23

Page 24: Makalah imunisasi

2. Musculus deltoideus

PERSIAPAN PEMBERIAN VAKSINASI

Tiga aspek yang perlu diperhatikan pada persiapan pemberian vaksinasi

1) Vaksinator2

 Mengetahui Tujuan : 

Untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

antigen,sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi

penyakit. 

Mengetahui manfaat :Meningkatkan kekebalan tubuh seseorang untuk mencegah

terjadinya penyakittertentu, menjadi tidak sakit berat, tidak cacat, dan tidak

24

Page 25: Makalah imunisasi

meninggal.Menekan angka kesakitan atau morbiditasMenghilangkan penyakit tertentu

dari populasi (eradikasi) 

Mengetahui Jenis :8

 

Bakteri Vaksin Viral Vaksin

Live attenuated 

(bakteri atau virus yang

dilemahkan)

BCG MMR, Varisela,

Yellowfever, OPV

 Inaktivated 

(bakteri, virus

ataukomponennya yang

dibuat tidak aktif)

DPT, Hib, kolera,Meningo,

pneumococcus

Hep A, Hep B, IPV, rabies,

influenza

 

WHOLE CELL WHOLE VIRUS

BCG,Pertusis,Cholera,Live typhoid Measles,Mumps,Rubella,Varicella,Poliomyelitis IPV,OPVYellow fever ,Rabies,Hepatitis A.

TOXOIDTetanus, Diphteria, Pertusis, Toxin

SPLIT VIRUSInfluenza

SURFACE AgAcellular pertusis

RECOMBINANT SURFACE AgHepatitis B

POLYSACCHARIDEMeningo,Pneumo,TyphimVi

CONJUGATE POLYSACCHARIDEHib

Berlaku umum untuk semua vaksin DtaP/DTP, OPV, IPV, MMR, Varisela,

Hib,Hepatitis B

Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra

Reaksi anafilaksis terhadap vaksin,

indikasi kontra pemberian vaksin

tersebut berikutnya

Reaksi anafilaksis terhadap konstituen

vaksin, indikasi kontra pemberian

semua vaksin yang mengandung

bahan konstituen tersebut

Sakit sedang atau berat, dengan atau

tanpa demam

Reaksi lokal ringan-sedang (sakit,

kemerahan, bangkak) sesudah suntikan

vaksin

Demam ringan atau sedang pasca

vaksinasi sebelumnya

Sakit akut ringan dengan atau tanpa

demam ringan

Sedang mendapat terapi antibiotik

Masa konvalesen suatu penyakit

25

Page 26: Makalah imunisasi

Ensefalopati dalam 7 hari pascaDtaP/

DTP sebelumnya

Prematuritas

Terpajan terhadap suatu penyakit

menular 

Riwayat alergi penisilin atau alergi

lainnon spesifik atau alergi dalam

keluarga

Kehamilan ibu

Penghuni rumah lainnya tidak divaksinasi

Demam < 40,50C pasca DtaP/ DTP

sebelumnya

Perhatian khusus

Demam >40,50C, kolaps dan

episode hipotonik-

hiporesponsif dalam 48 jam pasca

DtaP/ DTPsebelumnya yang

tidak  berhubungan dengan

penyebab lain

Kejang dalam 3 hari pasca

DtaP/DTP sebelumnya

Menangis terus ≥3 jam dalam 48

 jam pasca DtaP/ DTP sebelumnya

Sindrom Guillain-Barre dalam 6

minggu pasca vaksinasi

Riwayat kejang dalam keluarga

Riwayat SIDS dalam keluarga

Riwayat KIPI dalam keluarga pasca

DtaP/DTP

Vaksin Polio Oral (OPV)

Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra

Infeksi HIV atau kontak

HIVserumah

Imunodefisiensi

(keganasanhematologi atau tumor

padat,imunodefisiensi kongenital,

terapiimunosupresan jangka

panjang)

Imunodefisiensi penghuni serumah

Menyusui

Sedang dalam terapi antibiotik 

Diare ringan

Perhatian Khusus

26

Page 27: Makalah imunisasi

Kehamilan

Vaksin Polio In-Activated (IPV)

Indikasi Kontra Reaksi

Reaksi anafilaktik terhadap neomisin, streptomisin atau polimiksin-B

Perhatian Khusus

Kehamilan

Measles, Mumps dan Rubella (MMR)

Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra

Reaksi anafilaktik terhadapneomisin

atau gelatin kehamilan

Imunodefisiensi (keganasan

hematologi atau tumor padat,

imunodefisiensi kongenital, terapi

imunosupresan jangka panjang,

infeksi HIV dengan

imunosupresi berat)

Tuberkulosis atau uji tuberkulin

positif 

Uji tuberkulin bersamaan dengan

vaksinasi

Menyusui

Kehamilan ibu atau penghuni

serumah

Perhatian Khusus

 Mendapat transfusi darah

atau produk darah atau

imunoglobulin 3-11 bulan yang lalu

Trombositopenia

Riwayat purpura trombositopenia

Imunodefisiensi dalam keluarga

atau penghuni serumah

Infeksi HIV tanpa imunosupresi berat

Alergi telur 

Reaksi non-anafilaksis terhadap

neomisin

Haemophillus influenzae tipe b (Hib)

Indikasi Kontra Perhatian Khusus

Tidak ada Tidak ada

Hepatitis B

Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra

Reaksi anafilaksis terhadap ragi Kehamilan

Varisela

Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra

Reaksi anafilaktik terhadap

neomisin atau gelatin

Imunodefisiensi penghuni serumah

Infeksi HIV penghuni serumah

27

Page 28: Makalah imunisasi

Kehamilan

Infeksi HIV

Imunodefisiensi (keganasan

hematologi atau tumor

padat,imunodefisiensi kongenital,

terapiimunosupresan jangka

panjang)

Kehamilan ibu dan penghuni serumah

Perhatian Khusus

Mendapat imunoglobulin 5 bulan yang lalu

Riwayat imunodefisiensi dalam keluarga

Penyakit yang telah direkomendasikan oleh WHO untuk tetap diberikanvaksinasi7:

Alergi atau asma, kecuali jika diketahui ada alergi terhadap komponenkhusus dari

vaksin

Sakit ringan dengan infeksi pernafasan atau diare dengan suhudibawah 38,5 0C

Riwayat keluarga tentang peristiwa-peristiwa yang membahayakansetelah imunisasi

Pengobatan antibiotik 

Dugaan infeksi HIV ataupositif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-

tanda AIDS

Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati

Kondisi saraf stabil seperti kelumpuhan otak atau sindrom down

Prematur atau berat lahir rendah

Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera

Kurang gizi

Riwayat sakit kuning pada kelahiran

Mengetahui tentang KIPI8

 Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI),KIPI adalah

semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulansetelah imunisasi. Pada

keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapaimasa 42 hari (arthritis kronik pasca

28

Page 29: Makalah imunisasi

vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari(infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien

imunodefisiensi pascavaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-

strain  pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca

vaksinasi polio).

KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologimenurut klasifikasi

lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan ( programmic errors). Sebagian kasus KIPI

berhubungan dengan masalah program dan teknik  pelaksanaan imunisasi yang meliputi

kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.

Kesalahan tersebut dapatterjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya: 

Dosis antigen (terlalu banyak)

Lokasi dan cara menyuntik 

Sterilisasi semprit dan jarum suntik 

Jarum bekas pakai

Tindakan aseptik dan antiseptik 

Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik 

Penyimpanan vaksin

Pemakaian sisa vaksin

Jenis dan jumlah pelarut vaksin

Tidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabilaterdapat

kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

2. Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun

tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksisuntikan langsung misalnya rasa

sakit, bengkak dan kemerahan pada tempatsuntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak

langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapatdiprediksi terlebih

dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dansecara klinis biasanya ringan.

Walaupun demikian dapat saja terjadi gejalaklinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik

dengan resiko kematian.Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan

tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra,

29

Page 30: Makalah imunisasi

indikasikhusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya

termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk iniharus diperhatikan dan

ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

4. Faktor kebetulan (koinsiden)Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul

ini terjadi secarakebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai

dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok  populasi

setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

5. Penyebab tidak diketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat

dikelompokkankedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan

kedalamkelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya

dengankelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

Mengetahui teknik pemberian vaksinasi9

Kontrol infeksi

Cuci tangan

Sarung tangan

Menghindari perlukaan karena jarum suntik 

Pembuangan limbah atau peralatan sisa

Pemilihan perlengkapan imunisasi

Pemilihan spuit

Pemilihan jarum suntik 

Mengetahui teknik dan posisi penyuntikan

Bayi digendong pengasuh, anak dipeluk dipangkuan menghadap pengasuh

Otot yang akan disuntik dalam posisi lemas (relaks)

Tungkai : sedikit rotasi ke dalam

Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku

Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan

Metode  Z tract : sebelum jarum disuntikkan regangkan kulit dansubkutis,

kemudian lepaskan

Jarum disuntikan dengan cepat

2) Vaksin

- Mengetahui persiapan pemberian vaksin6,9

Baca nama vaksin, tanggal kadaluarsa

30

Page 31: Makalah imunisasi

Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna indikator VVM

Kocok : penggumpalan, perubahan warna

Alat suntik : sekali pakai 

Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis 

Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak  

Pasang dropper botol polio dengan benar 

Gambar Shake test

Mengetahui penyimpanan dan distribusi10

 Vaksin bakteri/ virus inaktif 

Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar dibuat berupa bubuk ( freeze-dried

powders)

Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pd +2°Csampai +8°C

Setelah dicampur segara disuntikkan; buang setelah 6 jam atau setelah selesai

Vaksin OPV simpan beku

Mengetahui masa simpan vaksin

Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin

BCG +2 s/d +8°C 1 tahun

31

Page 32: Makalah imunisasi

-15°s/d -25°C 1 tahun

DPT +2° s/d +8°C 2 tahun

Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan

TT +2° s/d +8°C 2 tahun

DT +2° s/d +8°C 2 tahun

OPV +2° s/d +8°C

-15° s/d -25°C

6 bulan

2 tahun

Campak +2° s/d +8°C

-15° s/d -25°C

2 tahun

2 tahun

Mengetahui penyediaan vaksin dan alat-alat 9,10

Vaksin & pelarut khusus

Termos,ice-packed,es batu

Peralatan vaksinasi (cuci tangan, pemotong ampul, alat suntik sekali pakai, kapas

alkohol, plester, kotak limbah)

Alat penanganan kedaruratan

- Adrenalin 

- kortikosteroid

- oksigen

- Selang dan cairan infus

Pencatatan : buku KIA,KMS,blangko, dll

Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pada +2°C

32

Page 33: Makalah imunisasi

Mini Freezer Vaksin Carrier Thermos

 

Cold Box Cold Pack

Resipien

- Persiapan pemberian :

Anamnesis :

- Umur

- Jarak dengan vaksinasi sebelumnya

- Riwayat KIPI

- Indikasi kontra dan perhatian khusus

- Informed consent : manfaat dan risiko KIPI

Pemeriksaan fisik 

 

- Informed consent11

Menjelaskan tentang manfaat dan risiko vaksinasi disampaikan dengan empatiBukan

dengan cara menghakimi (nonjudgmental approach) menggunakanistilah awam dan

sederhana

33

Page 34: Makalah imunisasi

Imunisasasi Pada Bayi dengan Ibu Bermasalah

34

Page 35: Makalah imunisasi

35

Page 36: Makalah imunisasi

36

KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi )

Page 37: Makalah imunisasi

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Ranuh IGN. Immunization : The Future Health Investment. Dalam : Update

onImmunization. Lab/ SMF IKA Universitas Brawijaya. Malang: Penerbit Citra

Malang,2011. h. 1-62.

2. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam : Ranuh I,

Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.

PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia;2008. h. 1-93.

3. Corry S Matondang, Syawitri P Siregar, Arwin A P Akib, Aspek Imunologis

Imunisasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro,

Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko , penyunting, Pedoman Imunisasi di

Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2011

4. Hariyono suyitno, Jenis vaksinasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri

Rezeki S Hadinegoro, Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko , penyunting,

Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan Penerbit Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2011

5. Sri Rezeki S Hadinegoro, Jadwal Imunisasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono

Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko ,

penyunting, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan

Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011

6. Sun Jun Kim, Sung Han Kim*,Young Mee Jee*, Jung Soo KimVaccine-associated

Paralytic Poliomyelitis: A Case Report of Flaccid Monoparesis after Oral Polio

Vaccine dalam J Korean Med Sci 2007; 22: 362-4

7. The Australian Immunisation Handbook 8th edition, 2008

8. Suyitno H. Jenis Vaksin. Dalam : Ranuh I, Suyitno, Hadinegoro SRS,

KartasasmitaCB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors. Pedoman Imunisasi di

Indonesia. 3 ed.Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 19-

234.

9.  Akib AP. Klasifikasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Dalam : Ranuh I,

Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.

37

Page 38: Makalah imunisasi

PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia;2008. h. 215-89.

10.  Musa DA. Penyimpanan dan Transportasi Vaksin. Dalam : Ranuh I,

Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.

PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia;2008. h. 234-812.

11.  Soedjatmiko, Rahajoe N. Penjelasan Kepada Orangtua Mengenai Imunisasi.

Dalam :Ranuh I, Suyitno, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,

Soedjatmiko,editors. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit

Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 39-42

38