makalah imunisasi
DESCRIPTION
Imunisasi pada anakTRANSCRIPT
IMUNISASI
PENDAHULUAN
Anak yang berjumlah 30% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan aset negara
yang paling berharga dan oleh karena itulah fokus pada anak dalam segala aspek berarti
memperhitungkan aset tersebut dan perhatian khusus padanya dalam perhitungan
jangka panjang akan sangat berarti dalam pembangunan nasional jangka panjang bangsa dan
negara.1 Convention on the Right of the Child, suatu deklarasi PBB tahun 1990, diikuiti
dengan Millenium Development Goal’s (MDG’S) tahun 2000-2015, kemudian kesepakatan
sidang PBB khusus yaitu A World Fit for the Children tahun 2001 untuk menciptakan dunia
yang cocok untuk tumbuh kembang anak dan terakhir hasil olahan sebuah Komite Nasional
yang mengembangkan sebuah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015
merupakan dasar yang kuat untuk bergerak cepat memenuhi kebutuhan anak dalam tumbuh
kembangnya menuju kedewasaan prima.1
Dalam situasi tingkat ekonomi dan kesehatan negara kita maka pencegahan
primer merupakan cara yang terbaik sebagai prioritas dalam memperbaiki situasi dewasa ini
dan salah satunya berkat kemajuan yang luar biasa dalam ilmu dan teknologi kedokteran
adalah imunisasi yang merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien dilihat dari sudut
ekonomi untuk dilaksanakan secara nasional.1 Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang
preventif merupakan prioritas utama. Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan
dan ketrampilan tentang vaksin (vaksinologi,ilmu kekebalan (imunologi) dan cara atau
prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak,
tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut, tetapi juga berdampak kepada
anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi
penyebaran infeksi.2
DEFINISI
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan
yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Tujuan dari
1
pemberian imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) bahkan dunia.
Seperti terlihat pada keberhasilan vaksin variola3.
Imunisasi dibagi menjadi imunisasi pasif dan aktif. Imunisasi pasif adalah
pemindahan, factor kekebalan atau transfer antibodi pada seseorang yang membutuhkan.
Imunisasi aktif adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibodi) dari sistem imun dalam tubuh. Perbedaan antara imunisasi aktif dan pasif
dapat dilijhat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Perbedaan imunisasi aktif dan imunisasi pasif
Imunisasi aktif Imunisasi pasif
Diproduksi secara aktif oleh tubuh
Dipicu oleh adanya infeksi atau
imunogen
Durasi proteksi lebih efektif
Adanya memori imunologis
Kadang diperlukan booster
Kadang terdapat fase negative
Tidak dapatdi aplikasi kan pada
imunodefisiensi
Proteksi jangka lama
Murah
Aman
Menerima secara pasif
Antibody yang siap pakai setelah
dimasukkan
Efektifitas lebih sedikit
Tidak terbentuk memorii munologis
Tidak terdapat fase negative
Boleh diberikan pada imunodefisiensi
Proteksi jangka pendek
Mahal
Perhatikan keamanan
RESPON IMUN
Respon imun adalah respon system pertahanan tubuh berupa urutan kejadian yang
komplek terhadap stimulasi antigen (Ag) yang bertujuan untuk mengeliminasi antigen
tersebut.Pada dasarnya system pertahanan tubuh dibedakan dalam system imunnon spesifik
dan spesifik. Sistem imun non spesifik disebut juga imunitas non adaptif atau innate
immunity atau artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen tetapi untuk berbagai
macam antigen. System imun spesifik atau system imun adaptif ditujukan khusus untuk satu
macam antigen.3
2
Jalur aktivasi respon imun spesifik terdiri dari dua fase, yaitu fase afektor (afferent)
dan efektor (efferen) seperti tampak pada gambar 1
Gambar 1 Jalur aktivasi respon imun spesifik
JENIS JENIS VAKSIN
Jenis vaksin ada 2 macam yaitu live attenuated dan inactivated4
3
Live attenuated Inactivated
• Organisme hidup
• Seperti penyakit alami replikasi
• Dapat berubah jadi patogenetik
• Dapat menyebabkan penyakit
• Terpengaruh oleh antibodi yang
beredar
• Bersifat labil dan dapat rusak karena
panas atau sinar
• Contoh Virus hidup :
• Campak
• Gondongan
• Rubella
• Polio
• Rotavirus
• Demam kuning (yellow fever)
• Bakteri hidup
• Demam tifoid oral
• BGC
• Bakteri/virus dibuat tidak aktif
• Vaksin fraksi berbasis protein
atau polisakarida
• Tidak membuat sakit, tidak
mutasi
• Tidak dipengaruhi antibodi,
respons humoral perlu booster
• Seluruh irus inactivated :polio,
hepatitis A, influenza
• Seluruh bakteri : pertusis, tifoid,
kolera, lepra
• Vaksin fraksional : Hep B,
influenza, pertusis a-seluler, tifoid
vi, lime disease
• Toksoid : difteri, tetatus,
botolinum
• Polisakarisa murni :
pneumokokus, meningokokus,
Hib
• Polisakarida konjugasi : Hib,
meningokokus
PROGRAM IMUNISASI NASIONAL
4
Gambar 2 Sejarah imunisasi di Indonesia
JADWAL IMUNISASI
• JADWAL PROGRAM IMUNISASI NASIONAL
Disusun berdasarkan epidemiologi ( berubah dari tahun ke tahun), terdapat 7 antigen
(hepatitits B, OPV, BCG, difteria, tetanus, pertusis, dan campak)
5
PPI (1977)Expanded program on immunisation
UCI (universal child immunization)1982
UCI Nasional (1990)DTP3,Polio3,Campak80%DTP1,Polio1<BCG 90%
Tujuan akhir (ultimate goal)
ERAPO (eradikasi Polio)Eliminasi tetanus maternal dan neonatal (maternal and neonatal tetanus elimination –MNTE)Reduksi Campak (RECAM)Peningkatan mutu pelayanan imunisasiMenetapkan standart pemberian suntikan yg aman ( safe injection practice )Keamanan pengelolaan limbah (safe waste disposal management)
Jadwal dari program nasional tampak pada table dibawah ini:
JenisVaksinUmurSebelum 1 tahun SekolahDasar (BIAS)
Bulan Kelas
Lahi
r
2 3 4 9 1 2 3 6
Hepatitis B (Uniject) x
Polio (OPV) x
BCG x
DTP/Hepatitis B x x x
Campak x x
dT x x x x
JADWAL IMUNISASI IDAI
Jadwal imunisasi IDAI secara berkala dievaluasi untuk penyempurnaan berdasarkan
perubahan epidemiologi penyakit, kebijakan kementrian kesehatan/WHO, kebijakan
global dan pengadaan vaksin di Indonesia.
Terdapat beberapa perbedaan antara jadwal imunisasi tahun 2011 dengan jadwal –
jadwal tahun sebelumnya.
a. Pada jadwal tahun 2011 tidak dibedakan lagi antara vaksinasi Program
Pengembangan Imunisasi (PPI ,wajib) dan program Imunisasi Non PPI
(dianjurkan) mengingat semua vaksinasi untuk mencegah kematian dan kecacatan
harus diberikan pada bayi dan anak.
6
b. Vaksinasi varicela dapat diberikan sejak usia 12 bulan
c. Program BIAS mulaitahun 2011 memberikan vaksin Td untuk menggantikan
vaksin TD
d. Penambahan dalam footnote
e. Memasukkan vaksin rotavirus dalam jadwal imunisasi.
Selengkapnya dapat dilihat perbandingan jadwal tahun 2011 dengan jadwal tahun
sebelumnya di bawah ini.
JADWAL TAHUN 2008
7
JADWALTAHUN2012
BCG
• Optimal 2-3 bulan
• Dosis 0,05 ml untuk bayi kurangdari1 tahun dan 0,1 mluntuklebihdari 1 th,pelarut
NaCl 0.9 %
• Diberikan secara intrakutan pada lengan atas insersio M. deltoideus
• Pemberian imunisasi ulangan tidak dianjurkan
• Bila diberikan pada umurlebihdari3 bulan lakukan uji tuberkulin terlebih dahulu
• Tidak diberikan pada imunokompromais (leukemia, anakmendapatkanpengobatan
steroid jangkapanjang) karena merupakan vaksin hidup
• Tidak dapat mencegah TBC namun dapat mencegah komplikasinya
8
HEPATITIS B
• Vaksin harus segera diberikan setelah lahir
• Pemberian 3 kali.
• Pemberian berdasarkan status HBsAg saat melahirkan
• Bayi lahir dari ibu HbsAg negatif atau tidak diketahui atau negatif
HB-1 diberikan vaksin rekombinan HB 10 mgintramuskular, dalam waktu 12
jam setelah lahir
HB-2 diberikan umur 1bulan dan dosis ketiga umur 3-6 bulan
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu)
• Bayi lahir dari ibu HBsAg positif
Diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan 0,5 ml HBIg dan vaksin rekombinan HB secara bersamaan
intramuskular di sisi tubuh yang berlainan
HB-2 diberikan umur 1bulan dan dosis ketiga umur 3-6 bulan
• Ulangan Hepatitis B
Booster pada usia 5 tahun tidak diperlukan,hal ini didasarkan pada hasil
penelitian di Thailand bahwa pada anak yang telah memperoleh imunisasi
dasar hepatitis B sebanyak 3 kali, pada umur 5 tahun 90,7% masih memiliki
titer anti HBs protektif, mengingat epidemiologi di Indenesia mirip dengan di
9
Thailand maka dapat disimpulkan imunisasi ulang pada usia 5 tahun tidak
diperlukan.
Idealnya dilakukan pemerikasaan anti HBs pada usia 5 tahun
Jika sampai 5 tahun imunisasi (-) maka dilakukan catch-up vaccination, yaitu
pemberian imunisasi dengan jadwal 3 kali pemberian.
Ulangan vaksinasi hepatitis-B 4 dapat dipertimbangkan 10-12 tahun , jika
kadar anti HBs < 10µg/ml
• Jadwal imunisasi hepatitis B Departemen Kesehatan adalah usia saat lahir dengan
uniject, kemudian usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan dengan vaksinasi kombinasi
• Pemberian imunisasi dikombinasikan dengan DTwP dengan tujuan untuk
meningkatkan cakupan, terutama Hepatitis B
•
DTwP (whole-cell pertusis) danDTaP (acellulerpertusis)
Pemberian 3 kali sejak umur 2 bulan (minimal 6 minggu), interval 4-8 mgg (terbaik 8
minggu)
Ulangan / Booster
DTP-4 dapat diberikan 1 tahun setelah DTP-3 (18-24 bulan)
DTP-5 dapat diberikan saat masuk sekolah umur 5 tahun
Pada Program Imunisasi Nasional
Tidak ada ulangan pada usia 18-24 bulan
Apabila pada Umur 5 tahun belum DTP-5 maka diberikan imunisasi
Td (BIAS/kelas 1 umur 7 tahun)
10
Vaksinasi penguat Td diberikan pada saat BIAS/kelas 6 umur 12
tahun.
Dosis 0,5 ml diberikan i.m
Bentuk kombinasi DTwP/Hep B, DTaP/Hib, DTwP/Hib, DTaP/IPV,
DTaP/HiB/IPV
Dibawah ini beberapa contoh sediaan vaksin difteri.
TETANUS
Dosis DTP atau TT 0,5 ml inta muskular
11
Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapatkan vaksin
toxoid sebanyak lima kali untuk mendapatkan perhitungan seumur hidup.
1. Imunisasi DTP primer pada bayi 3 kali setara dengan dua dosis toxoid
dewasa, akan memberikan imunitas selama 1-3 tahun
2. Ulangan pada usia 18-24 bulan (DTP 4)memperpanjang imunitas 5 tahun
sampai usia 6-7 tahun, pada dewasa akan dihitung setara 3 dosis
3. Dosis toxoid tetanus kelima diberikan saat usia sekolah akan memperpanjang
imunitas 10 tahun sehingga memberikan perlindungan sampai usia 17-18
tahun, pada dewasa akan dihitung setara 4 dosis
4. Dosis toxoid berikutnya diberikan saat usia sekolah (DT6 /Td) akan
memeberikan tambahan perlindungan 20 tahun , pada dewasa akan dihitung
setara 5 dosis.
POLIO
Ada 2 bentuk vaksin polio yaitu Oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine
(IPV)
Ada keuntungan dan kerugian dari kedua vaksin tersebut seperti tampak pada tabel di
bawah ini
Oral polio vaccine (OPV)
Keuntungan Kerugian
Diperoleh imunitas humoral dan
lokal
Imunitas mukosa usus
Risiko VAPP, resipien dan kontak
Risiko cVDPV
Kontraindikasi pd
12
Disamping merupakan contoh sediaan dari vaksinasi TT
Pemberian mudah
Murah
Contact immunity
imunokompromais
Kegagalan vaksinasi (pada diare,
muntah)
Diperlukan cold chain
Menimbulkan pencemaran
Inactivated polio vaccine (IPV)
Keuntungan Kerugian
Tidak ada risiko terjadi
VAPPdan cVdPV
Imunitas konstan, tinggi,
menetap
Direkomendasi untuk pasien
imunokompromais
Ada kemasan kombinasi
Menimbulkan herd Immunity
Termostabil
Imunitas intestinal sedang
Tidak ada contact immunity
Mahal / single dois
Produksi baru
Bentuk sediaan yang ada
13
Jadwal pemberian vaksinasi polio adalah
1. Polio 0 diberikan saat bayi lahir atau saat kunjungan pertama
2. Imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada usia 2,4,6 bulan
3. Ulangan diberikan setahun setelah polio-4 dan saat masuk sekolah (5-6 tahun)
4. Dalam rangka ERAPO pada saat PIN diberikan OPV
Dosis
• OPV : 2 tetes peroral (0,1 ml)
• IPV : 0,5 ml i.m (tunggal atau kombinasi DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV
• Efek samping yang dapat terjadi saat pemberian vaksinasi OPV adalah Vaccine
Associated Paralytic Poliomyelitis(VAPP)dan Vaccine Derived Polio Viruses (VDPV)
VAPP VDPV
• Kejadian lumpuh setelah imunisasi
• Resikonya cukup kecil + 0,3 juta dosis pervaksin
• Terjadi pada orang yang diberikan imunisasi
• Di Indonesia terjadi di Madura, Probolinggo
• Terjadi di daerah cakupan imunisasi rendah
• Dapat terjadi pada orang lain yang tidak diberikan imunisasi
Contoh kejadian VAPP dilaporkan pada beberpa negara, di India dilaporkan terjadi 181
VAPP dari 125 juta anak kurang dari % tahun dalam 1 tahun atau kurang lebih 1,45 per
1000000 anak atau 7 per 1000000 kelahiran. Di amerika latin dilporkan sekitar 45 kasus.
14
Angka kejadian lebih kecil ada di eropa dan Amerika. Di Korea dilaporkan juga terjadi
VAPP pada tahun 2003sesuai laporan National Committee on Certification of Poliomyelitis.4
CAMPAK
Rutin diberikan saat usia 9 bulan dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dalam.
Pelarutnya adalah aquabidest.
Imunisasi ulangan diberikan saat usia sekolah, hal ini didasarkan pada
1. Survei 4 provinsi 18,6% -32,6% anak sekolah mempunyai kadar campak
dibawah batas perlindungan
2. Dijumpai kasus campak pada anak sekolah
3. Beberapa provinsi ada KLB campak
Apabila anak mendapatkan imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6
tahun maka ulangan campak (-)
Haemophillusinfluenzaetipe b (Hib)
Di Indonesia terdapat 2 jenis Hib konjugat
1. Hib berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyribosyl ribitol phospate – konjugasi
sengan protein tetanus)
2. PRP-OMP (PRP berkonjugasi dengan outer membrane protein complex)
Jadwal imunisasi
• Jadwal PRP-T pada usia 2,4,6 bulan
• PRP-OMP pada usia 2,4 bulan
15
Dosis 0,5 ml diberikan secara intra muskular, imunisasi ulangan diberikan saat usia 18
bulan, tetapi jika anak datang pada usia 1-5 tahun imunisasi ulangan tidak diberikan.
Contoh kemasan vaksin Hib
Pneumokokus
Vaksin ini mulai dianjurkan tahun 2007 sesuai dengan Rekomendasi satgas Imunisasi
IDAI 30 April 2006
Di Indonesia terdapat 2 vaksin
1. PPV23
2. PCV7 PCV10
Perbedaan PPV dan PCV tampak pada tabel dibawah ini
Vaksin polisakarida (PPV) Vaksin Polisakarida konjugasi (PCV)
• T cell independent
• <2th Tidak imunogenik
• Indikasi : > 2 th, risiko tinggi
• Imunitas jangka pendek
• Nama : Pneumo-23
• T cell dependent (memory cell)
• < 2 th imunogenik
• Indikasi : anak sehat & anak risiko
tinggi, usia 2 bl – 5 tahun
• Imunitas jangka panjang
• Nama : Prevenar (Pfizer)
Synflorix (GSK)
Jadwal dan Dosis vaksin PCV
16
Dosis pertama
(bulan)
Imunisasi Dasar Imunisasi Ulangan
• 2-6
• 7-11
• 12-23
• > 24
• 3 dosis, interval 6-8 minggu
• 2 dosis, interval 6-8 minggu
• 2 dosis, interval 6-8 minggu
• 1 dosis
• 1 dosis 12-15 bulan
• 1 dosis 12-15 bulan
Cara pemberian
Dosis pertama diberikan setelah usia lebih dari 6 minggu
BBLR (<1500gr) vaksin diberikan umur kronologik 6-8 minggu
Dapat diberikan bersama imunisasi lain
Terdapat kelompok resiko tingi pada usia 24-59 bulan, yaitu
penyakit kronis
infeksi HIV
Defisiensi imun kongeniital
Penyakit jantung bawaan
gagal jantung
penyakit paru kronis, misalnya dengan terpai steroid
cerebrospinal fluid leak
insufisiensi ginjal kronik
sind nefrotik
keganasan
translplantasi organ solid
DM
Jadwal pemberian imunisasi pada kelompok ini adalah
17
Dosis sebelumnya Dosis PCV7 dan PPV23
4 dosis PCV7 Umur 24 bulan 1 dosis PCV7, min 6-8mgg setelah PCV7
terakhir. Ulangan PPV23:1 dosis
3-5 th setelah PPV23 dosis pertama
1-3 dosis PCV7 1 dosis vaksin PCV7
1 dosis vaksin PPV23, 6-8 mgg setelah PCV7 dosis terakhir
Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis
pertama
1 dosis PCV7 2 dosis vaksin PCV7, interval 6-8 mgg, mulai min
6-8 mgg setelah PPV23 dosis terakhir
Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis
pertama
Belum pernah 2 dosis vaksin PCV7, interval 6-8 mgg,
1 dosis vaksin PPV23, 6-8 mgg setelah PCV7 dosis terakhir
Ulangan PPV23 : 1 dosis PPV23 3-5 th setelah PPV23 dosis
pertama
INFLUENZA
Mulai direkomendasi sejak 2006 sesuai jadwal satgas Imunisasi IDAI periode 2006
Merupakan vaksin trivalen yang terdiri dari 2 virus influenza subtipe A (H3N2 dan
H1N1)influenza subtipe B
Komposisi vaksin Indonesia : (Rekomendasi WHO 2010/2011)
Vaksin ini mulai diberikan usia 6-23 bulan dan tiap tahun
Indikasi pemberian Anak sehat, anak beresiko, ataupun anak tinggal dengan kelompok
resiko
Vaksin yang diberikan pada tahun ini tidak boleh untuk tahun depan
18
Dosis pemberiannya adalah sebagai berikut :
umur 6-35 bulan : 0,25 ml
Umur > 3 tahun : 0,5 ml
Umur < 8 tahun : pemberian pertama 2 dosis, selanjutnya 1 dosis (interval 4-8
mgg)
Cara pemberiannya secara intra muskular di paha anterolateral atau deltoid.
MMR
Vaksin ini mulai diberikan pada umur 15-18 bulan dengan interval 6 bulan dari
campak, dosis pemberinnya adalah 0,5 ml subkutandan diberikan dosis ulangan pada
usia 6 tahun.
Contoh vaksin MMR
TIFOID
Ada 2 jenis
1. Vaksin capsular Vi polysacharideyang diberikan pada umur lebih dar i2 th
dengan dosis 0,5 ml secara i.m dengan dosis ulangan tiap 3 tahun.
2. Vaksin Tifoid oral Ty21adiberikan pada umur lebih dari 6 thkapsul, diberikan
dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (1,3,5), vaksin ulangan pada umur 3-
5 th
19
HEPATITIS A
Vaksin ini diberikan didaerah yang under exposure
Terdapat dua bentuk vaksin yaitu Hepatitis A monovalent dan Kombinasi HepB/HepA yang
berisi HepB 10 µgr dan HepA 720 ELISA units dalam kemasan prefilled syringe 0,5ml.
Untuk Kemasan : liquid 1dosis/vial prefilled syringe 0,5ml
Dosis pediatric 720 ELISA unit diberikan 2 kali dengan interval 6-12bulan secara intra
muskular di daerah deltoid. sedangkan Untuk dewasa >19 th 1440 ELISA unit
Jadwal imunisasi diberilkan pada anak yang lebih dari 2 tahun
Kombinasi Hep B/HepA tidak diberikan kurang dari 12 bulan
Tujuannya untuk
• catch up imunisasasi yaitumengejar imunisasi Hep B yg tidak sempurna
• Belum pernah imunisasi hep B
VARICELA
20
diberikan mulai umur 1 tahun sesuai dengan Satgas Imunisasi IDAI Juni 2010. Alasan
pemberian sebagai berikut :
1. Jika cakupan imunisasi pada anak tidak baik maka epidemiologinya aka bergeser
menjadi banyak pada dewasa.
2. dampak varisela dewasa lebih berat pada anak, sehingga Jika terjadi waktu
kehamilandapat terjadi sindroma varicela kongenital dengan mortalitas yang tinggi
3. penularan terbanyak di Taman Kanak kanak.
Jadwal pemberiannya pada usia lebih dari 1 tahun dan untuk pencegahan dapat
dilakukan pada anak yang kontak dengan varicella diberikan < 72 jam. Dosis yang
diberikan: 0,5 ml subkutan dan pada anak>13 tahun diberikan: 2x dengan jarak 4-8
minggu.
ROTAVIRUS
Terdapat 2 Jenis vaksin yaitu monovalen dan pentavalen.
Dosis pemberiannya :
A. Monovalen secara oral 2kali pemberian dengan pemberian pertama umur 6-14 mgg
dan dosis kedua interval 4 minggu
B. Pentavalen dengan pemberian 3 kali. Pemberian pertama 6-12 minggu dilanjutkan
dengan interval ke-2 dan ke-3 selama 4-10 mgg.
HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV)
Terdapat Dua jenis vaksin yang beredar yaitu
1. bivalen yang berisi HPV serotipe 16-18
2. Quadrivalen yang berisi HPV serotipe 6,11,16,18
Dosis
Usia pemberian 9-25 tahun dan 26-45 tahun
Bivalen pemberiannya 0-1-6 bulan
21
Quadrivalen pemberiannya 0-2-6 bulan
Pemberian i.m3
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI
Cara pemberian vaksinasi
1. Oral.
2. Intra muskular
Untuk injeksi IM kebanyakan menggunakan jarum 25 harus dalam kebanyakan kasus,
anggota badan harus diposisikan sehingga untuk mengendurkan otot di mana vaksin
harus disuntikkan.Ujungjarum 25 harus menembus kulit pada sudut 90 ° pada kulit,
Penelitian telah menunjukkan bahwa, efek samping lokal dapat diminimalkan dan
efek imunogenisitas dapat ditingkatkan dengan memastikan vaksin disimpan kedalam
otot dan tidak ke lapisan subkutan. Namun,beberapa vaksin, misalnya dilemahkan
poliomyelitis, varicella dan meningokokus, vaksin polisakarida hanya
direkomendasikan secara SC. Setelah menyelesaikan injeksi, pemberi vaksinasi harus
melakukan perawatan pasca vaksinasi
3. Intrakutan
Untukinjeksi intradermal vaksin BCG dengan jarum 26 atau27 gauge, panjang jarum
dianjurkan 10 mm. Teknik injeksi intradermal memerlukan pelatihan khusus sehingga
hanya boleh dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih
4. Subkutan
Suntikan SC biasanya diberikan pada sudut 45 ° pada kulit.Standar jarum untuk
pemberian vaksin oleh SC injeksi adalah 25 atau 26panjang jarum, 16 mm.4
Beberapa tehnik Posisi untuk Vaksinasi
1. Cuddle position for infants (posisi berpelukan)
Posisi ini biasanya digunakan pada anak kurang dari 12 bulan
2. Positioning infant on an examination table
3. Cuddle position for older child
4. Prone position across the lap for ventrogluteal vaccination4
1. 2.
22
3 4
5.
Beberapa tempat penyuntikan vaksinasi
1. Musculus vastus lateral
23
2. Musculus deltoideus
PERSIAPAN PEMBERIAN VAKSINASI
Tiga aspek yang perlu diperhatikan pada persiapan pemberian vaksinasi
1) Vaksinator2
Mengetahui Tujuan :
Untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen,sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit.
Mengetahui manfaat :Meningkatkan kekebalan tubuh seseorang untuk mencegah
terjadinya penyakittertentu, menjadi tidak sakit berat, tidak cacat, dan tidak
24
meninggal.Menekan angka kesakitan atau morbiditasMenghilangkan penyakit tertentu
dari populasi (eradikasi)
Mengetahui Jenis :8
Bakteri Vaksin Viral Vaksin
Live attenuated
(bakteri atau virus yang
dilemahkan)
BCG MMR, Varisela,
Yellowfever, OPV
Inaktivated
(bakteri, virus
ataukomponennya yang
dibuat tidak aktif)
DPT, Hib, kolera,Meningo,
pneumococcus
Hep A, Hep B, IPV, rabies,
influenza
WHOLE CELL WHOLE VIRUS
BCG,Pertusis,Cholera,Live typhoid Measles,Mumps,Rubella,Varicella,Poliomyelitis IPV,OPVYellow fever ,Rabies,Hepatitis A.
TOXOIDTetanus, Diphteria, Pertusis, Toxin
SPLIT VIRUSInfluenza
SURFACE AgAcellular pertusis
RECOMBINANT SURFACE AgHepatitis B
POLYSACCHARIDEMeningo,Pneumo,TyphimVi
CONJUGATE POLYSACCHARIDEHib
Berlaku umum untuk semua vaksin DtaP/DTP, OPV, IPV, MMR, Varisela,
Hib,Hepatitis B
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaksis terhadap vaksin,
indikasi kontra pemberian vaksin
tersebut berikutnya
Reaksi anafilaksis terhadap konstituen
vaksin, indikasi kontra pemberian
semua vaksin yang mengandung
bahan konstituen tersebut
Sakit sedang atau berat, dengan atau
tanpa demam
Reaksi lokal ringan-sedang (sakit,
kemerahan, bangkak) sesudah suntikan
vaksin
Demam ringan atau sedang pasca
vaksinasi sebelumnya
Sakit akut ringan dengan atau tanpa
demam ringan
Sedang mendapat terapi antibiotik
Masa konvalesen suatu penyakit
25
Ensefalopati dalam 7 hari pascaDtaP/
DTP sebelumnya
Prematuritas
Terpajan terhadap suatu penyakit
menular
Riwayat alergi penisilin atau alergi
lainnon spesifik atau alergi dalam
keluarga
Kehamilan ibu
Penghuni rumah lainnya tidak divaksinasi
Demam < 40,50C pasca DtaP/ DTP
sebelumnya
Perhatian khusus
Demam >40,50C, kolaps dan
episode hipotonik-
hiporesponsif dalam 48 jam pasca
DtaP/ DTPsebelumnya yang
tidak berhubungan dengan
penyebab lain
Kejang dalam 3 hari pasca
DtaP/DTP sebelumnya
Menangis terus ≥3 jam dalam 48
jam pasca DtaP/ DTP sebelumnya
Sindrom Guillain-Barre dalam 6
minggu pasca vaksinasi
Riwayat kejang dalam keluarga
Riwayat SIDS dalam keluarga
Riwayat KIPI dalam keluarga pasca
DtaP/DTP
Vaksin Polio Oral (OPV)
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Infeksi HIV atau kontak
HIVserumah
Imunodefisiensi
(keganasanhematologi atau tumor
padat,imunodefisiensi kongenital,
terapiimunosupresan jangka
panjang)
Imunodefisiensi penghuni serumah
Menyusui
Sedang dalam terapi antibiotik
Diare ringan
Perhatian Khusus
26
Kehamilan
Vaksin Polio In-Activated (IPV)
Indikasi Kontra Reaksi
Reaksi anafilaktik terhadap neomisin, streptomisin atau polimiksin-B
Perhatian Khusus
Kehamilan
Measles, Mumps dan Rubella (MMR)
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaktik terhadapneomisin
atau gelatin kehamilan
Imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat,
imunodefisiensi kongenital, terapi
imunosupresan jangka panjang,
infeksi HIV dengan
imunosupresi berat)
Tuberkulosis atau uji tuberkulin
positif
Uji tuberkulin bersamaan dengan
vaksinasi
Menyusui
Kehamilan ibu atau penghuni
serumah
Perhatian Khusus
Mendapat transfusi darah
atau produk darah atau
imunoglobulin 3-11 bulan yang lalu
Trombositopenia
Riwayat purpura trombositopenia
Imunodefisiensi dalam keluarga
atau penghuni serumah
Infeksi HIV tanpa imunosupresi berat
Alergi telur
Reaksi non-anafilaksis terhadap
neomisin
Haemophillus influenzae tipe b (Hib)
Indikasi Kontra Perhatian Khusus
Tidak ada Tidak ada
Hepatitis B
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaksis terhadap ragi Kehamilan
Varisela
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaktik terhadap
neomisin atau gelatin
Imunodefisiensi penghuni serumah
Infeksi HIV penghuni serumah
27
Kehamilan
Infeksi HIV
Imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor
padat,imunodefisiensi kongenital,
terapiimunosupresan jangka
panjang)
Kehamilan ibu dan penghuni serumah
Perhatian Khusus
Mendapat imunoglobulin 5 bulan yang lalu
Riwayat imunodefisiensi dalam keluarga
Penyakit yang telah direkomendasikan oleh WHO untuk tetap diberikanvaksinasi7:
Alergi atau asma, kecuali jika diketahui ada alergi terhadap komponenkhusus dari
vaksin
Sakit ringan dengan infeksi pernafasan atau diare dengan suhudibawah 38,5 0C
Riwayat keluarga tentang peristiwa-peristiwa yang membahayakansetelah imunisasi
Pengobatan antibiotik
Dugaan infeksi HIV ataupositif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-
tanda AIDS
Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati
Kondisi saraf stabil seperti kelumpuhan otak atau sindrom down
Prematur atau berat lahir rendah
Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera
Kurang gizi
Riwayat sakit kuning pada kelahiran
Mengetahui tentang KIPI8
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI),KIPI adalah
semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulansetelah imunisasi. Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapaimasa 42 hari (arthritis kronik pasca
28
vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari(infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien
imunodefisiensi pascavaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-
strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca
vaksinasi polio).
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologimenurut klasifikasi
lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan ( programmic errors). Sebagian kasus KIPI
berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi
kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.
Kesalahan tersebut dapatterjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
Dosis antigen (terlalu banyak)
Lokasi dan cara menyuntik
Sterilisasi semprit dan jarum suntik
Jarum bekas pakai
Tindakan aseptik dan antiseptik
Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
Penyimpanan vaksin
Pemakaian sisa vaksin
Jenis dan jumlah pelarut vaksin
Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabilaterdapat
kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun
tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksisuntikan langsung misalnya rasa
sakit, bengkak dan kemerahan pada tempatsuntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.
3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapatdiprediksi terlebih
dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dansecara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejalaklinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik
dengan resiko kematian.Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra,
29
indikasikhusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk iniharus diperhatikan dan
ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
4. Faktor kebetulan (koinsiden)Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul
ini terjadi secarakebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai
dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi
setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
5. Penyebab tidak diketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkankedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan
kedalamkelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya
dengankelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Mengetahui teknik pemberian vaksinasi9
Kontrol infeksi
Cuci tangan
Sarung tangan
Menghindari perlukaan karena jarum suntik
Pembuangan limbah atau peralatan sisa
Pemilihan perlengkapan imunisasi
Pemilihan spuit
Pemilihan jarum suntik
Mengetahui teknik dan posisi penyuntikan
Bayi digendong pengasuh, anak dipeluk dipangkuan menghadap pengasuh
Otot yang akan disuntik dalam posisi lemas (relaks)
Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan regangkan kulit dansubkutis,
kemudian lepaskan
Jarum disuntikan dengan cepat
2) Vaksin
- Mengetahui persiapan pemberian vaksin6,9
Baca nama vaksin, tanggal kadaluarsa
30
Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna indikator VVM
Kocok : penggumpalan, perubahan warna
Alat suntik : sekali pakai
Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
Pasang dropper botol polio dengan benar
Gambar Shake test
Mengetahui penyimpanan dan distribusi10
Vaksin bakteri/ virus inaktif
Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar dibuat berupa bubuk ( freeze-dried
powders)
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pd +2°Csampai +8°C
Setelah dicampur segara disuntikkan; buang setelah 6 jam atau setelah selesai
Vaksin OPV simpan beku
Mengetahui masa simpan vaksin
Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin
BCG +2 s/d +8°C 1 tahun
31
-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C
-15° s/d -25°C
6 bulan
2 tahun
Campak +2° s/d +8°C
-15° s/d -25°C
2 tahun
2 tahun
Mengetahui penyediaan vaksin dan alat-alat 9,10
Vaksin & pelarut khusus
Termos,ice-packed,es batu
Peralatan vaksinasi (cuci tangan, pemotong ampul, alat suntik sekali pakai, kapas
alkohol, plester, kotak limbah)
Alat penanganan kedaruratan
- Adrenalin
- kortikosteroid
- oksigen
- Selang dan cairan infus
Pencatatan : buku KIA,KMS,blangko, dll
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pada +2°C
32
Mini Freezer Vaksin Carrier Thermos
Cold Box Cold Pack
Resipien
- Persiapan pemberian :
Anamnesis :
- Umur
- Jarak dengan vaksinasi sebelumnya
- Riwayat KIPI
- Indikasi kontra dan perhatian khusus
- Informed consent : manfaat dan risiko KIPI
Pemeriksaan fisik
- Informed consent11
Menjelaskan tentang manfaat dan risiko vaksinasi disampaikan dengan empatiBukan
dengan cara menghakimi (nonjudgmental approach) menggunakanistilah awam dan
sederhana
33
Imunisasasi Pada Bayi dengan Ibu Bermasalah
34
35
36
KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi )
DAFTAR PUSTAKA
1. Ranuh IGN. Immunization : The Future Health Investment. Dalam : Update
onImmunization. Lab/ SMF IKA Universitas Brawijaya. Malang: Penerbit Citra
Malang,2011. h. 1-62.
2. Ranuh IGN. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer. Dalam : Ranuh I,
Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.
PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia;2008. h. 1-93.
3. Corry S Matondang, Syawitri P Siregar, Arwin A P Akib, Aspek Imunologis
Imunisasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro,
Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko , penyunting, Pedoman Imunisasi di
Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2011
4. Hariyono suyitno, Jenis vaksinasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri
Rezeki S Hadinegoro, Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko , penyunting,
Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2011
5. Sri Rezeki S Hadinegoro, Jadwal Imunisasi, Dalam: IGN Gde Ranuh, Hariyono
Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B Karasamita, Ismoedijanto, Soedjatmiko ,
penyunting, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi ke-4, Satgas Imunisasi, Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011
6. Sun Jun Kim, Sung Han Kim*,Young Mee Jee*, Jung Soo KimVaccine-associated
Paralytic Poliomyelitis: A Case Report of Flaccid Monoparesis after Oral Polio
Vaccine dalam J Korean Med Sci 2007; 22: 362-4
7. The Australian Immunisation Handbook 8th edition, 2008
8. Suyitno H. Jenis Vaksin. Dalam : Ranuh I, Suyitno, Hadinegoro SRS,
KartasasmitaCB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors. Pedoman Imunisasi di
Indonesia. 3 ed.Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 19-
234.
9. Akib AP. Klasifikasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Dalam : Ranuh I,
Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.
37
PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia;2008. h. 215-89.
10. Musa DA. Penyimpanan dan Transportasi Vaksin. Dalam : Ranuh I,
Suyitno,Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, editors.
PedomanImunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia;2008. h. 234-812.
11. Soedjatmiko, Rahajoe N. Penjelasan Kepada Orangtua Mengenai Imunisasi.
Dalam :Ranuh I, Suyitno, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko,editors. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 3 ed. Jakarta : Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 39-42
38