tugas makalah nbbl-imunisasi
DESCRIPTION
midwiferyTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak terhapad berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi
diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara
alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang
masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah
pertahanan nonspesifik, seperti komplemen dan makrofag. Komplemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh (sebelum itu ada mekanisme pertahanan fisik
berupa kulit, selaput lender, dan lain-lain). Setelah itu kuman harus
menghadapi pertahanan tubuh humoral dan seluler. Pertahanan tubuh
humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila
mikroorganisme sampai di cairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan
menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin ( IgA, IgM, IgG, IgE, IgD).
Sistem pertahanan tubuh dilakukan oleh limposit T dan bereaksi apabila
virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang spesifik terutama
sel B, selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut cell memory. Sel
ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah
masuk ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip
imunisasi.
Ada beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya. Salah
satunya adalah hepatitis dan polio. Untuk menghindarinya, maka jalan satu-
satunya adalah dengan vaksinasi atau imunisasi. Untuk itulah, maka
imunisasi bermanfaat untuk membentengi balita dari penyakit berbahaya.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu
1
mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak
hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Beberapa vaksin pemberiannya berulang. Misalnya, DPT Polio
diberikan pada usia 2 bulan, kemudian diulang pada usia 3, 4 dan
seterusnya. Namun ada juga vaksin yang cukup diberikan satu kali misalnya
vaksin BCG. Pemberian vaksin tersebut bertujuan untuk memberikan
kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi berbagai penyakit.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pemberian dan
waktu pemberian imunisasi ulang
1.2.2 Tujuan khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian imunisasi
b. Menjelaskan tujuan dan jenis imunisasi
c. Dapat melakukan cara pemberian, waktu pemberian, dan
mempraktekan cara imunisasi ulang
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mencari bahan-bahan dari
buku-buku dan situs-situs internet sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik.
1.4 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunisasi
2.2 Tujuan Imunisasi
2.3 Jenis-jenis Imunisasi
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya BCG,
DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
2.2 Tujuan imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
2.3 Jenis imunisasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Imunisasi yang diwajibkan
a. BCG
b. Hepatitis B
c. DPT
d. Polio
e. Campak
2. Imunisasi yang dianjurkan
a. MMR
b. Hib
c. Varicella (Cacar Air)
d. Hepatitis A
e. Pneumokokus
f. Influenza
4
g. Tifoid
2.3.1 Imunisasi yang diwajib
Imunisasi Wajib inilah ada 5 jenis imunisasi yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak
dicekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi,
selain bisa menimbulkan kecacatan.
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi
yang digunakkan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Vaksin
BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan.
TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan
mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
Gejalanya antara lain : berat badan anak sudah bertambah, sulit
makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata
berlangsung antara 8-12 minggu.
Usia Pemberian
Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,
disarankan tes Montoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui
apakah pada bayi telah terdapat kuman Mycrobacterium tuberculosis
atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada
penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah,
segera setelah lahir bayi harus di imunisasi BCG.
Jumlah Pemberian
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster). Sebab,
vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang
5
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman
mati, hingga memerlukan pengulangan.
Kontra indikasi :
Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukan mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat dan
menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya
Efek Samping :
Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan
kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan , akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher,
terasa padat tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini
normal tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya.
Cara pemberian :
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS
5 ml) dengan 4 ml pelarut.
2. Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis
sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan jarum
kecil yang khusus.
3. Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan).
Untuk memberikan suntikkan intrakutan secara tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran
26)
6
Alat dan bahan:
1. Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2. Vaksin BCG dan gergaji ampul
3. Ampul berisi NaCl 0,9 %
4. Kapas lembab (dibasahi air matang)
5. Sarung tangan bersih
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Buka vaksin BCG
5. Larutkan vaksin dengan NaCl 0,9 % sebanyak kurang lebih 4 cc
6. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan lengan ( daerah yang akan diinjeksi,
yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas DTT
8. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
9. Tusukkan jarum dengan sudut 10-15 derajat kemudian masukkan
vaksin.
10. tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan dimasase
11. Usap area bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang
keluar
12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
catat respon yang terjadi, vaksin berhasil jika timbul benjolan di
kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak jelas.
2. Imunisasi Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam
program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk Negara
endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit
yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir
7
telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan
kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat
mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati
yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker
hati.
Usia Pemberian :
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,
kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus
bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang
dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi
tambahan dengan imunoglobin antihepatitis B dalam waktu sebelum
berusia 24 jam.
Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan
pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan
ketiga.
Kekebalan :
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar
antara 94-96 %
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Dan tidak dapat
diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
Efek Samping :
Umumnya tidak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat
jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul
8
demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.
Cara Pemberian :
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan
pada bayi dipaha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian
depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak
dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Alat dan bahan :
1. Spuit diposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es.
3. Kapas alcohol dalam tempatnya.
4. Sarung tangan bersih.
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai program/anjuran,
yakni 0,5.
5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu
merangkul bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi
luar tangan kiri bayi, tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu
dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6. Lakukan desinfeksi didaerah 1/3 tengah paha bagian luar yang
akan diinjeksi dengan kapas alcohol.
7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular
didaerah fermur
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi yang terjadi.
9
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio.
Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan
virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat
makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat
percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk kemulut orang
sehat.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5
hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada
salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena
virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan
virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak.
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan
virus polio.
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui
mulut dengan dosis 2 tetes. Imunisasi dasar diberikan sejak anak
baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6
minggu. Vaksin polio dilakukan sampai 4 kali. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis
B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang meneteki maka ASI
diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap
vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan
imunisasi ulang DPT dengan interval 2 jam.
Imunisasi ulang masih diperlukan walaupun seorang anak
pernah terjangit polio. Alasannya adalah mungkin anak yang
menderita polio itu hanya terjangkit oleh virus polio tipe 1.
Artinya bila penyakitnya telah menyembuh, ia hanya mempunyai
kekebalan terhadap virus polio tipe 1, tetapi tidak mempunyai
kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan III.
10
Usia Pemberian :
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan.
Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir,
pemberian vaksin DPT.
Tingkat Kekebalan :
Daya proteksi polio sangat baik, yaitu sebesar 95-100 %
Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit
akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat Celsius), muntah atau
diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani
pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan
mekanisme kekebalan terganggu.
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,
imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada anak
yang menderita penyakit gangguan kekebalan (difisiensi imun).
Alasan untuk tidak memberikan vaksin polio pada keadaan diare
berat adalah kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah. Pada
anak dengan penyakit batuk, pilek, demam, atau diare ringan
imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.
Efek Samping :
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat
jarang.
Cara Pemberian :
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV),
atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air,
yang digunakan adalah OPV.
11
1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru.
Alat dan bahan :
1. Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin polio
2. Pipet plastic
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Ambil vaksin polio dalam termos es
4. Atur posisi bayi, mintalah orang tua untuk memegang bayi
dengan kepala disangga dan dimiringkan kebelakang
5. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan
biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut bayi secara hati-
hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau
dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi
4. Imunisasi DPT
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk
menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
Vaksinasi dan jenis vaksin
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah
dilemahkan (toksoid). Biasanya diolah dan dikemas bersama
12
dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan
vaksin tetanus dan pertusis (DPT).
Vaksin terhadap pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis
yang telah dimatikan. Selanjutnya dikemas bersama dengan
vaksin difteria dan tetanus (DPT, vaksin tripe)
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Ada 3 macam kemasan vaksin tetanus, yaitu:
1. Bentuk kemasan tunggal (TT)
2. Kombinasi dengan vaksin difteria (DT)
3. Kombinasi dengan Vaksin difteria dan pertusis (DPT)
Tingkat Kekebalan
Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi DPT adalah :
1) Vaksinasi difteri 80-90 %
2) Vaksinasi pertusis 50-60 %
3) Vaksinasi tetanus 90-95 %
Usia dan Jumlah Pemberian :
1. 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), Diberikan 3 kali karena
suntikan pertama tidak memberikan apa-apa dan baru akan
memberikan perlindungan terhadap serangan penyakit apabila
telah mendapat suntikan vaksin DPT sebanyak 3 kali.
2. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun atau
pada usia 18 bulan setelah imunisasi dasar ke-3.
3. Diulang lagi dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1)
vaksin pertusis tidak dianjurkan untuk anak berusia lebih dari 5
tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat selain itu
perjalanan penyakit pada usia > 5 tahun tidak parah.
13
4. Diulang lagi pada usia 12 tahun (menjelang tamat SD). Anak
yang mendapat DPT pada waktu bayi diberikan DT 1 kali saja
dengan dosis 0,5 cc dengan cara IM, dan yang tidak
mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT sebanyak 2
kali dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc secara IM,
apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada
waktu bayi maka tetap diberikan 2 kali suntikan. Bila bayi
mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT diganti dengan DT
dengan cara yang sama dengan DPT.
Pengulangan imunisasi DPT diperlukan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh yang mungkin menurun setelah
sekian lama. Karena itu mestii diperkuat lagi dengan
pengulangan pemberian vaksin (booster). Kalau sudah dilakukan
5 kali suntikan DPT, maka biasanya dianggap sudah cukup.
Namun di usia 12 tahun, seorang anak biasanya mendapat lagi
suntikan DT atau TT (tanpa P/Pertusis) di sekolahnya. Di atas
usia 5 tahun, penyakit pertusis jarang sekali terjadi dan dianggap
bukan masalah.
Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan kepada meraka yang kejangnya di
sebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan
saraf yang betul-betul berat atau habis di rawat karena infeksi
otak, dan yang alergi terhadap DPT. Mereka hanya boleh
menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang
menyebabkan panas.
Efek Samping :
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas,
demam, pembengkakan, dan atau kemerahan pada bekas
penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam
14
tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
Cara pemberian :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebihdahulu agar
suspensi menjadi homogen.
Disuntikan secara Intramuskular pada paha tengah luar
dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Alat dan Bahan :
1. Spuit disposable 2,5 cc dan jarumnya.
2. Vaksin DPT dan pelarutnya.
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan
Prosedur :
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yangn akan dilaksanakan
4. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai program/anjuran,
yakni 0,5 ml
5. Atur posisi bayi ( bayi dipangkuan ibunya, tangan kiri ibu
merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi
luar tangn bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu
dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
6. Lakukan desinfeksi di 1/3 tengah paha bagian luar yang akan
diinjeksi dengan kapas alcohol
7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular
di daerah femur
15
9. Lepas sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reksi yang terjadi
5. Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari
ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya
semakin menurun sehingga butuh antibody tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang
sekali terserang penyakit yang disebabkan virus mobili ini.
Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi,
sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus
air ludah (droplet) penderita yang tertiup melalui hidung atau
mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,
gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu
(batuk, pilek, demam), mata kemerahan-merahan, berair dan
merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian
timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40 derajat
celcius. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah
yang merupakan cirri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu
kecil.
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari
1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
(vademecum Bio Farma Jan 2002).
16
Usia dan Jumlah Pemberian :
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9-11 bulan, dan ulangan
(booster) 1 kali di usia 6-7 tahun. Dianjurkan, pemberian campak
ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang
anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi
MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping :
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bias
menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil.
Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat
efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Kontra Indikasi :
Anak yang mengidap penyakit immune deficiency atau
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,
limfoma.
Cara pemberian :
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang
berisi 5 ml cairan pelarut.
Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan
dengan dosis 0,5 cc.
Alat dan Bahan :
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya.
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es.
3. Kapas alcohol dalam tempat.
17
4. Sarung tangan.
Prosedur :
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan
program/anjuran
5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi
dilepat diketiak ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan
kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum dengan sudut 45
derajat.
9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi
penyuntikan dengan kapas.
10. Lepaskan sarung tangan.
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi
2.3.2. Imunisasi yang dianjurkan
1. MMR
Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan
imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan
tergadap penyakit campak (measles); gondong, parotis epidemika
(mumps); dan campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR,
antigen yang dipakai adalah virus campak starin Edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong.
Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8oC atau lebih dan terlindung
dari sinar matahari. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam
18
setelah di larutkan dan diletakan pada tempat sejuk, terlindung
dari cahaya menjaga vaksin tetap stabil dan tidak kehilangan
potensinya. Vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25 oC.
Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml secara
intramuscular atau subkutan dalam. Vaksin diberikan pada anak
umur 15-18 bulan untuk menghasilkan serokonversi terhadap
ketiga virus tersebut. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum
atau setelah imunisasi yang lain. Apabila anak telah mendapatkan
imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan, maka imunisasi campak-
2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Vaksin ulang
diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun sebelum
pubertas.
Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan
imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan
atau 9-11 bualn dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR
pada usia 15-18 bulan.
Vaksin harus diberikan, meskipun ada riwayat infeksi
campak, gondongan, rubella atau imunisasi campak. Imunisasi
MMR dapat diberikan pada usia 9 bulan, serta beberapa indikasi
berikut ini: anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis,
kelainan jantung/ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom down.
Infeksi HIV, anak diatas 1 tahun di tempat penitipan anak
(TPA)/kelompok bermain dan anak dilembaga cacat mental.
Anak dengan riwayat kejang atau riwayat keluarga pernah kejang
harus diberikan imunisasi ini.
Kontra indikasi imunisasi ini antara lain keganasan yang
tidak diobati. Gangguan imunitas, alergi berat, demam akut,
sedang mendapat vaksin hidup lain seperti BCG, kehamilan,
dalam tiga bulan setelah tranfusi darah atau pemberian
imunoglobin, defisiensi imun termasuk HIV dan setelah suntikan
imunoglobin.
19
Reaksi KIPI dari vaksin MMR, antara alin reaksi sistemik
seperti malaise, ruam, demam, kejang demam dalam 6-11 hari,
ensefalitis, pembengkekan kelenjar parotitis, meningoensefalitis
dan trombositopeni
2. HiB
Imunisasi HiB ( haemophilus influenza tipe b) merupakan
imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit
influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni
(PRP : purified capsular polysaccharide) kuman H.influenzae
tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan
protein-protein lain, seperti tosoid tetanus (PRP-T), toksoid
difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman
menongokokus (PRP-OMPC).
Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan
3 suntikan dengan interval 2 bulan (usia 2, 4, 6 bulan), sedangkan
vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan
(usia 2 dan 4 bulan). Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml,
diberikan melalui injeksi intramuskuler. Vaksin PRP-T atau
PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan. Apabila anak
datang usia 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali saja.
3. Varicella (Cacar Air)
Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin
varicella merupakan virus varicella zoozter strain OKA yang
dilemahkan dalam bentuk bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil
dibanding vaksin virus hidup lain. Vaksin harus disimpan pada
suhu 2-80C. Efektivitas vaksin ini tidak diragukan lagi, tetapi
harga untuk saat ini masih sangat mahal.
20
Pemberian pada anak hanya diperlukan satu dosis vaksin.
Bagi individu imunokompromise, remaja dan dewasa
memerlukan dua dosis, selang 1-2 bulan. Vaksin dapat diberikan
bersamaan dengan vaksin MMR. Pemberian vaksin varicella
dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah
tropis dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dan apabila di atas 13
tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8
minggu. Untuk anak yang kontak dengan penderita varisela,
vaksin dapat mencegah penularan bila diberikan dalam waktu 72
jam setelah kontak.
Reaksi KIPI pada vaksin ini, antara lain reaksi local
berupa ruam papul-vesikel ringan. Kontra indikasi vaksin ini,
antara lain demam tinggi, hitung limfosit kurang dari 1200 µI,
defisiensi imun seluler, seperti pengobatan keganasan,
pengobatan kortikosteroid dosis tinggi (2mg/kgBB/hari atau
lebih) serta alergi neomisin.
4. hepatitis A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.
pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia diatas 2
tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus
hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan
dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelah nya. Jika
menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada
usia 6 dan 12 bulan.
Pemberian bersamaan dengan vaksin lain (hepatitis b atau
tifoid) tidak mengganggu respon imun masing-masing vaksin dan
tidak meningkatkan frekuensi efek samping. Kombinasi hepatitis
B/Hepatitis A dalam kemasan Prefilled syringe 0,5 ml
intramuskuler. Vaksin kombinasi ini tidak diberikan pada bayi
21
kurang dari 12 bulan, tetapi diberikan pada anak lebih dari 12
bulan untuk mengejar imunisasi hepatitis B yang belum
lengkap/belum pernah. Efek samping dari vaksin ini sangat
jarang. Reaksi local ringan merupakan efek tersering dan demam
pada 4% resipien
5. Pneumokokus
Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi
mortalitas akibat pneumokokus invasif, adalah pneumonia,
bakteriemia dan meningitis. Vaksin ini dianjurkan diberikan
diberikan pada orang lanjut usia diatas 65 tahun, seseorang
dengan asplenia termasuk anak dengan penyakit sickle cell usia
lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien
imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal.
Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara
intramuskuler atau subkutan dalam di daerah deltoid atau paha
anterolateral. Vaksin ulang hanya diberikan bila seorang anak
mempunyai resiko tertular pneumokokus setelah 3-5 tahun atau
lebih. Reaksi KIPI imunisasi ini adalah eritem atau nyeri ringan
pada tempat suntikan kurang dari 48 jam, demam ringan mialgia
pada dosis ke dua. Reaksi anafilaksis jarang ditemukan.
Kontra indikasi absolute apabila timbul reaksi anafilaksis
setelah pemberian vaksin. Kontra indikasi relative vaksinasi
pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam
pengobatan imunosupresan/radiasi kelenjar limfe, kehamilan,
telah mendapatkan vaksin pneumokokus dalam 3 tahun.
6. Influenza
Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif
(inactivated influenza virus) terdapat 2 macam vaksin, yaitu
whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak dianjurkan
22
jenis split virus vaccine karena tidak menyebabkan demam
tinggi. Vaksin ini dianjurkan diberikan secara teratur pada
kelompok resiko tinggi, antara lain pasien asma dan kistik
fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dan pengobatan
imunosupresan, terinfeksi HIV, sickle cell anemia, penyakit
ginjal kronis, penyakit metabolik kronis (diabetes), penyakit yang
membutuhkan obat aspirin jangka panjang.
Vaksin biasanya diberikan sebelum musim penyakit
influenza datang. Pada individu yang pernah terpajan diberikan 1
kali dengan dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan
gangguan fungsi imun, diberikan 2 dosis dengan jangka interval
4 munggu. Vaksin diberikan dengan suntikan subkutan atau
intramuscular. 1 dosis secara teratur setiap tahun dapat diberikan
pada anak usia 9 tahun keatas. Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun
bila mendapatkan vaksin pertama kali harus diberikan disis 2 kali
berturut-turut dalam jarak 1 bulan.
Kontra indikasi vaksin influenza, antara lain hipersensitif
anafilaksis terhadap vaksin influenza sebelumnya, hipersensitif
telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil dan ibu
menyusui. Reaksi KIPI dari vaksin ini, antara lain nyeri local,
eritema dan indurasi di tempat penyuntikan, demam, lemas,
mialgia (flu-like symptoms) setelah 6 sampai 12 jam pasca
imunisasi selama 1-2 hari.
7. Tifoid
Terdapat dua jenis vaksin demamtifoid, yaitu vaksin
suntikan(polisakarida atau capsular Vi Polisaccharide/ViPS) dan
vaksin tipoid oral Ty21a. Vaksin suntikan diberikan setiap pada
umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan berikan setiap 3 tahun.
Vaksin oral dikemas dalam bentuk kapsul, disimpan pada
suhu 2-8 oC. Vaksin diberikan pada umur lebih dari 6 tahun,
dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,5). Vaksin
23
ulangan diberikan setiap 3-5 tahun. Vaksin ke-4 ini umumnya
diberikan pada turis yang akan berkunjung ke daerah endemis
tifoid.
Vaksin diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman
yang tidak lebih dari 37 oC. Kapul harus ditelan utuh dan tidak
boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh asam lambung. Vaksin
tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic, sulfonamide
atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella. Vaksin memberi
respon kuat terhadap interferon mukosa, sehingga pemberian
vaksin polio oral ditunda dua minggu setelah pemberian kapsul
tifoid ini.
Dianjurkan imunisasi tifoid sebelum berpergian ke daerah
resiko tinggi demam tifoid. Reaksi KIPI vaksin ini, antara lain
reaksi local (bengkak, nyeri, kemerahan di tempat penyuntikan).
Reaksi sistemik seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi,
nyeri otot, nausea dan nyeri perut jarang dijumpai. Kontra
indikasi vaksin ini anatara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan
demam. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 oC, tidak boleh
dibekukan dan akan kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh
beberapa factor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena
protein diperlukan untuk mensintesis antibody. Mengingat efektif dan
tidaknya imunisasi tersebut dapat bergantung pada bebagai factor yang
memengaruhinya, sehingga kekebalan tubuh tersebut dapat diharapkan dari
diri anak.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Institusi
Agar menyediakan fasilitas yang lebih mendukung mahasiswa
dalam proses pembelajaran.
Agar mendukung mahasiswanya untuk berkreasi dalam
pembelajaran.
3.2.2 Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat mengerti dan mengaplikasikasikannya
dalam kehidupan sehari- hari
25
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Departemen Kesehatan RI. 2008. Depkes RI : Bandung.
Indonesia, Dirjen PP&PL, Pusdiklat SDM Kesehatan, Depkes RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Dirjen PP&PL, Pusdiklat SDM Kesehatan, Depkes RI : Jakarta.
Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.
Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. EGC. Jakarta.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Fitramaya : Yogyakarta.
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/imunisasi.html
http://www.dokter-kita.com/harian/imunisasi/
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=3
http://fikripandunusa.blogspot.com/2008/09/imunisasi-yuuuuk.html
http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/jadwalimunisasi.htm
26