tugas makalah nbbl-imunisasi

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhapad berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti komplemen dan makrofag. Komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh (sebelum itu ada mekanisme pertahanan fisik berupa kulit, selaput lender, dan lain-lain). Setelah itu kuman harus menghadapi pertahanan tubuh humoral dan seluler. Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila mikroorganisme sampai di cairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin ( IgA, IgM, IgG, IgE, IgD). Sistem pertahanan tubuh dilakukan oleh 1

Upload: fanny

Post on 15-Apr-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

midwifery

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan

pada bayi dan anak terhapad berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi

diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara

alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang

masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan

pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah

pertahanan nonspesifik, seperti komplemen dan makrofag. Komplemen dan

makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman

yang masuk ke dalam tubuh (sebelum itu ada mekanisme pertahanan fisik

berupa kulit, selaput lender, dan lain-lain). Setelah itu kuman harus

menghadapi pertahanan tubuh humoral dan seluler. Pertahanan tubuh

humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila

mikroorganisme sampai di cairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan

menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin ( IgA, IgM, IgG, IgE, IgD).

Sistem pertahanan tubuh dilakukan oleh limposit T dan bereaksi apabila

virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang spesifik terutama

sel B, selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut cell memory. Sel

ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah

masuk ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip

imunisasi.

Ada beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya. Salah

satunya adalah hepatitis dan polio. Untuk menghindarinya, maka jalan satu-

satunya adalah dengan vaksinasi atau imunisasi. Untuk itulah, maka

imunisasi bermanfaat untuk membentengi balita dari penyakit berbahaya.

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu

1

Page 2: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan

antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak

hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi

penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Beberapa vaksin pemberiannya berulang. Misalnya, DPT Polio

diberikan pada usia 2 bulan, kemudian diulang pada usia 3, 4 dan

seterusnya. Namun ada juga vaksin yang cukup diberikan satu kali misalnya

vaksin BCG. Pemberian vaksin tersebut bertujuan untuk memberikan

kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi berbagai penyakit.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pemberian dan

waktu pemberian imunisasi ulang

1.2.2 Tujuan khusus

a. Menjelaskan tentang pengertian imunisasi

b. Menjelaskan tujuan dan jenis imunisasi

c. Dapat melakukan cara pemberian, waktu pemberian, dan

mempraktekan cara imunisasi ulang

1.3 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mencari bahan-bahan dari

buku-buku dan situs-situs internet sehingga makalah ini dapat disusun

dengan baik.

1.4 Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

2

Page 3: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

1.3 Metode Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunisasi

2.2 Tujuan Imunisasi

2.3 Jenis-jenis Imunisasi

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan

anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud

dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan

zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya BCG,

DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).

2.2 Tujuan imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal

terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi.

2.3 Jenis imunisasi terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Imunisasi yang diwajibkan

a. BCG

b. Hepatitis B

c. DPT

d. Polio

e. Campak

2. Imunisasi yang dianjurkan

a. MMR

b. Hib

c. Varicella (Cacar Air)

d. Hepatitis A

e. Pneumokokus

f. Influenza

4

Page 5: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

g. Tifoid

2.3.1 Imunisasi yang diwajib

Imunisasi Wajib inilah ada 5 jenis imunisasi yang wajib

diperoleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak

dicekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi,

selain bisa menimbulkan kecacatan.

1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi

yang digunakkan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Vaksin

BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah

dilemahkan.

TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan

mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang

terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.

Gejalanya antara lain : berat badan anak sudah bertambah, sulit

makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di

malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata

berlangsung antara 8-12 minggu.

Usia Pemberian

Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,

disarankan tes Montoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui

apakah pada bayi telah terdapat kuman Mycrobacterium tuberculosis

atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada

penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah,

segera setelah lahir bayi harus di imunisasi BCG.

Jumlah Pemberian

Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster). Sebab,

vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang

5

Page 6: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman

mati, hingga memerlukan pengulangan.

Kontra indikasi :

Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau

menunjukan mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat dan

menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya

Efek Samping :

Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat

umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan

kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula,

kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan , akan

sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-

kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher,

terasa padat tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini

normal tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan

sendirinya.

Cara pemberian :

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih

dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS

5 ml) dengan 4 ml pelarut.

2. Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis

sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan jarum

kecil yang khusus.

3. Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke

dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan).

Untuk memberikan suntikkan intrakutan secara tepat, harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran

26)

6

Page 7: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

Alat dan bahan:

1. Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm

2. Vaksin BCG dan gergaji ampul

3. Ampul berisi NaCl 0,9 %

4. Kapas lembab (dibasahi air matang)

5. Sarung tangan bersih

Prosedur

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan bersih

3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Buka vaksin BCG

5. Larutkan vaksin dengan NaCl 0,9 % sebanyak kurang lebih 4 cc

6. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan

7. Atur posisi dan bersihkan lengan ( daerah yang akan diinjeksi,

yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas DTT

8. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi

9. Tusukkan jarum dengan sudut 10-15 derajat kemudian masukkan

vaksin.

10. tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan dimasase

11. Usap area bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang

keluar

12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

catat respon yang terjadi, vaksin berhasil jika timbul benjolan di

kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak jelas.

2. Imunisasi Hepatitis B

Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam

program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk Negara

endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit

yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir

7

Page 8: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan

kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat

mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati

yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker

hati.

Usia Pemberian :

Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,

kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.

Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus

bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang

dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi

tambahan dengan imunoglobin antihepatitis B dalam waktu sebelum

berusia 24 jam.

Jumlah Pemberian

Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan

pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan

ketiga.

Kekebalan :

Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar

antara 94-96 %

Kontra Indikasi :

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Dan tidak dapat

diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

Efek Samping :

Umumnya tidak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat

jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul

8

Page 9: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan

menghilang dalam waktu dua hari.

Cara Pemberian :

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan

pada bayi dipaha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian

depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak

dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

Alat dan bahan :

1. Spuit diposibel 2,5 cc dan jarumnya

2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es.

3. Kapas alcohol dalam tempatnya.

4. Sarung tangan bersih.

Prosedur :

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai program/anjuran,

yakni 0,5.

5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu

merangkul bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi

luar tangan kiri bayi, tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu

dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).

6. Lakukan desinfeksi didaerah 1/3 tengah paha bagian luar yang

akan diinjeksi dengan kapas alcohol.

7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.

8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular

didaerah fermur

9. Cuci tangan

10. Catat reaksi yang terjadi.

9

Page 10: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

3. Imunisasi Polio

Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio.

Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan

virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat

makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat

percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk kemulut orang

sehat.

Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5

hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada

salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena

virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan

virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak.

Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan

virus polio.

Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui

mulut dengan dosis 2 tetes. Imunisasi dasar diberikan sejak anak

baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6

minggu. Vaksin polio dilakukan sampai 4 kali. Pemberian vaksin

polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis

B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang meneteki maka ASI

diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap

vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan

imunisasi ulang DPT dengan interval 2 jam.

Imunisasi ulang masih diperlukan walaupun seorang anak

pernah terjangit polio. Alasannya adalah mungkin anak yang

menderita polio itu hanya terjangkit oleh virus polio tipe 1.

Artinya bila penyakitnya telah menyembuh, ia hanya mempunyai

kekebalan terhadap virus polio tipe 1, tetapi tidak mempunyai

kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan III.

10

Page 11: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

Usia Pemberian :

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan.

Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir,

pemberian vaksin DPT.

Tingkat Kekebalan :

Daya proteksi polio sangat baik, yaitu sebesar 95-100 %

Kontra Indikasi :

Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit

akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat Celsius), muntah atau

diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani

pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan

mekanisme kekebalan terganggu.

Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,

imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada anak

yang menderita penyakit gangguan kekebalan (difisiensi imun).

Alasan untuk tidak memberikan vaksin polio pada keadaan diare

berat adalah kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah. Pada

anak dengan penyakit batuk, pilek, demam, atau diare ringan

imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.

Efek Samping :

Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang

mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat

jarang.

Cara Pemberian :

Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV),

atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air,

yang digunakan adalah OPV.

11

Page 12: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan interval

setiap dosis minimal 4 minggu

Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes

(dropper) yang baru.

Alat dan bahan :

1. Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin polio

2. Pipet plastic

Prosedur:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Ambil vaksin polio dalam termos es

4. Atur posisi bayi, mintalah orang tua untuk memegang bayi

dengan kepala disangga dan dimiringkan kebelakang

5. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan

biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut bayi secara hati-

hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau

dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.

6. Cuci tangan

7. Catat reaksi yang terjadi

4. Imunisasi DPT

Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk

menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan

terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus.

Vaksinasi dan jenis vaksin

Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah

dilemahkan (toksoid). Biasanya diolah dan dikemas bersama

12

Page 13: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan

vaksin tetanus dan pertusis (DPT).

Vaksin terhadap pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis

yang telah dimatikan. Selanjutnya dikemas bersama dengan

vaksin difteria dan tetanus (DPT, vaksin tripe)

Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah

toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah

dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Ada 3 macam kemasan vaksin tetanus, yaitu:

1. Bentuk kemasan tunggal (TT)

2. Kombinasi dengan vaksin difteria (DT)

3. Kombinasi dengan Vaksin difteria dan pertusis (DPT)

Tingkat Kekebalan

Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi DPT adalah :

1) Vaksinasi difteri 80-90 %

2) Vaksinasi pertusis 50-60 %

3) Vaksinasi tetanus 90-95 %

Usia dan Jumlah Pemberian :

1. 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), Diberikan 3 kali karena

suntikan pertama tidak memberikan apa-apa dan baru akan

memberikan perlindungan terhadap serangan penyakit apabila

telah mendapat suntikan vaksin DPT sebanyak 3 kali.

2. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun atau

pada usia 18 bulan setelah imunisasi dasar ke-3.

3. Diulang lagi dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1)

vaksin pertusis tidak dianjurkan untuk anak berusia lebih dari 5

tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat selain itu

perjalanan penyakit pada usia > 5 tahun tidak parah.

13

Page 14: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

4. Diulang lagi pada usia 12 tahun (menjelang tamat SD). Anak

yang mendapat DPT pada waktu bayi diberikan DT 1 kali saja

dengan dosis 0,5 cc dengan cara IM, dan yang tidak

mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT sebanyak 2

kali dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc secara IM,

apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada

waktu bayi maka tetap diberikan 2 kali suntikan. Bila bayi

mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT diganti dengan DT

dengan cara yang sama dengan DPT.

Pengulangan imunisasi DPT diperlukan untuk

memperbaiki daya tahan tubuh yang mungkin menurun setelah

sekian lama. Karena itu mestii diperkuat lagi dengan

pengulangan pemberian vaksin (booster). Kalau sudah dilakukan

5 kali suntikan DPT, maka biasanya dianggap sudah cukup.

Namun di usia 12 tahun, seorang anak biasanya mendapat lagi

suntikan DT atau TT (tanpa P/Pertusis) di sekolahnya. Di atas

usia 5 tahun, penyakit pertusis jarang sekali terjadi dan dianggap

bukan masalah.

Kontra Indikasi :

Tidak dapat diberikan kepada meraka yang kejangnya di

sebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan

saraf yang betul-betul berat atau habis di rawat karena infeksi

otak, dan yang alergi terhadap DPT. Mereka hanya boleh

menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang

menyebabkan panas.

Efek Samping :

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas,

demam, pembengkakan, dan atau kemerahan pada bekas

penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam

14

Page 15: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam

setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari.

Cara pemberian :

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebihdahulu agar

suspensi menjadi homogen.

Disuntikan secara Intramuskular pada paha tengah luar

dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

Alat dan Bahan :

1. Spuit disposable 2,5 cc dan jarumnya.

2. Vaksin DPT dan pelarutnya.

3. Kapas alcohol dalam tempatnya

4. Sarung tangan

Prosedur :

1. Cuci tangan.

2. Gunakan sarung tangan

3. Jelaskan prosedur yangn akan dilaksanakan

4. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai program/anjuran,

yakni 0,5 ml

5. Atur posisi bayi ( bayi dipangkuan ibunya, tangan kiri ibu

merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi

luar tangn bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu

dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.

6. Lakukan desinfeksi di 1/3 tengah paha bagian luar yang akan

diinjeksi dengan kapas alcohol

7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi

8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular

di daerah femur

15

Page 16: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

9. Lepas sarung tangan

10. Cuci tangan

11. Catat reksi yang terjadi

5. Campak

Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari

ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya

semakin menurun sehingga butuh antibody tambahan lewat

pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah

menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang

sekali terserang penyakit yang disebabkan virus mobili ini.

Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi,

sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus

air ludah (droplet) penderita yang tertiup melalui hidung atau

mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,

gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu

(batuk, pilek, demam), mata kemerahan-merahan, berair dan

merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam

mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.

Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian

timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40 derajat

celcius. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah

yang merupakan cirri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu

kecil.

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang

dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari

1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100

mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.

(vademecum Bio Farma Jan 2002).

16

Page 17: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

Usia dan Jumlah Pemberian :

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9-11 bulan, dan ulangan

(booster) 1 kali di usia 6-7 tahun. Dianjurkan, pemberian campak

ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah

menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang

anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan

imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi

MMR (Measles Mumps Rubella).

Efek Samping :

Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bias

menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil.

Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat

efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

Kontra Indikasi :

Anak yang mengidap penyakit immune deficiency atau

yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,

limfoma.

Cara pemberian :

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu

harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang

berisi 5 ml cairan pelarut.

Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan

dengan dosis 0,5 cc.

Alat dan Bahan :

1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya.

2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es.

3. Kapas alcohol dalam tempat.

17

Page 18: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

4. Sarung tangan.

Prosedur :

1. Cuci tangan.

2. Gunakan sarung tangan

3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan

program/anjuran

5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi

dilepat diketiak ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan

kiri ibu memegang tangan kiri bayi)

6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas

7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.

8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum dengan sudut 45

derajat.

9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi

penyuntikan dengan kapas.

10. Lepaskan sarung tangan.

11. Cuci tangan

12. Catat reaksi yang terjadi

2.3.2. Imunisasi yang dianjurkan

1. MMR

Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan

imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan

tergadap penyakit campak (measles); gondong, parotis epidemika

(mumps); dan campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR,

antigen yang dipakai adalah virus campak starin Edmonson yang

dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong.

Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8oC atau lebih dan terlindung

dari sinar matahari. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam

18

Page 19: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

setelah di larutkan dan diletakan pada tempat sejuk, terlindung

dari cahaya menjaga vaksin tetap stabil dan tidak kehilangan

potensinya. Vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25 oC.

Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml secara

intramuscular atau subkutan dalam. Vaksin diberikan pada anak

umur 15-18 bulan untuk menghasilkan serokonversi terhadap

ketiga virus tersebut. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum

atau setelah imunisasi yang lain. Apabila anak telah mendapatkan

imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan, maka imunisasi campak-

2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Vaksin ulang

diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun sebelum

pubertas.

Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan

imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan

atau 9-11 bualn dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR

pada usia 15-18 bulan.

Vaksin harus diberikan, meskipun ada riwayat infeksi

campak, gondongan, rubella atau imunisasi campak. Imunisasi

MMR dapat diberikan pada usia 9 bulan, serta beberapa indikasi

berikut ini: anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis,

kelainan jantung/ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom down.

Infeksi HIV, anak diatas 1 tahun di tempat penitipan anak

(TPA)/kelompok bermain dan anak dilembaga cacat mental.

Anak dengan riwayat kejang atau riwayat keluarga pernah kejang

harus diberikan imunisasi ini.

Kontra indikasi imunisasi ini antara lain keganasan yang

tidak diobati. Gangguan imunitas, alergi berat, demam akut,

sedang mendapat vaksin hidup lain seperti BCG, kehamilan,

dalam tiga bulan setelah tranfusi darah atau pemberian

imunoglobin, defisiensi imun termasuk HIV dan setelah suntikan

imunoglobin.

19

Page 20: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

Reaksi KIPI dari vaksin MMR, antara alin reaksi sistemik

seperti malaise, ruam, demam, kejang demam dalam 6-11 hari,

ensefalitis, pembengkekan kelenjar parotitis, meningoensefalitis

dan trombositopeni

2. HiB

Imunisasi HiB ( haemophilus influenza tipe b) merupakan

imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit

influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni

(PRP : purified capsular polysaccharide) kuman H.influenzae

tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan

protein-protein lain, seperti tosoid tetanus (PRP-T), toksoid

difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman

menongokokus (PRP-OMPC).

Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan

3 suntikan dengan interval 2 bulan (usia 2, 4, 6 bulan), sedangkan

vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan

(usia 2 dan 4 bulan). Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml,

diberikan melalui injeksi intramuskuler. Vaksin PRP-T atau

PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan. Apabila anak

datang usia 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali saja.

3. Varicella (Cacar Air)

Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicella). Vaksin

varicella merupakan virus varicella zoozter strain OKA yang

dilemahkan dalam bentuk bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil

dibanding vaksin virus hidup lain. Vaksin harus disimpan pada

suhu 2-80C. Efektivitas vaksin ini tidak diragukan lagi, tetapi

harga untuk saat ini masih sangat mahal.

20

Page 21: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

Pemberian pada anak hanya diperlukan satu dosis vaksin.

Bagi individu imunokompromise, remaja dan dewasa

memerlukan dua dosis, selang 1-2 bulan. Vaksin dapat diberikan

bersamaan dengan vaksin MMR. Pemberian vaksin varicella

dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah

tropis dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dan apabila di atas 13

tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8

minggu. Untuk anak yang kontak dengan penderita varisela,

vaksin dapat mencegah penularan bila diberikan dalam waktu 72

jam setelah kontak.

Reaksi KIPI pada vaksin ini, antara lain reaksi local

berupa ruam papul-vesikel ringan. Kontra indikasi vaksin ini,

antara lain demam tinggi, hitung limfosit kurang dari 1200 µI,

defisiensi imun seluler, seperti pengobatan keganasan,

pengobatan kortikosteroid dosis tinggi (2mg/kgBB/hari atau

lebih) serta alergi neomisin.

4. hepatitis A

Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi dapat

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.

pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia diatas 2

tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus

hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan

dan interval 4 minggu, booster pada 6 bulan setelah nya. Jika

menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada

usia 6 dan 12 bulan.

Pemberian bersamaan dengan vaksin lain (hepatitis b atau

tifoid) tidak mengganggu respon imun masing-masing vaksin dan

tidak meningkatkan frekuensi efek samping. Kombinasi hepatitis

B/Hepatitis A dalam kemasan Prefilled syringe 0,5 ml

intramuskuler. Vaksin kombinasi ini tidak diberikan pada bayi

21

Page 22: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

kurang dari 12 bulan, tetapi diberikan pada anak lebih dari 12

bulan untuk mengejar imunisasi hepatitis B yang belum

lengkap/belum pernah. Efek samping dari vaksin ini sangat

jarang. Reaksi local ringan merupakan efek tersering dan demam

pada 4% resipien

5. Pneumokokus

Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi

mortalitas akibat pneumokokus invasif, adalah pneumonia,

bakteriemia dan meningitis. Vaksin ini dianjurkan diberikan

diberikan pada orang lanjut usia diatas 65 tahun, seseorang

dengan asplenia termasuk anak dengan penyakit sickle cell usia

lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien

imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal.

Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara

intramuskuler atau subkutan dalam di daerah deltoid atau paha

anterolateral. Vaksin ulang hanya diberikan bila seorang anak

mempunyai resiko tertular pneumokokus setelah 3-5 tahun atau

lebih. Reaksi KIPI imunisasi ini adalah eritem atau nyeri ringan

pada tempat suntikan kurang dari 48 jam, demam ringan mialgia

pada dosis ke dua. Reaksi anafilaksis jarang ditemukan.

Kontra indikasi absolute apabila timbul reaksi anafilaksis

setelah pemberian vaksin. Kontra indikasi relative vaksinasi

pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam

pengobatan imunosupresan/radiasi kelenjar limfe, kehamilan,

telah mendapatkan vaksin pneumokokus dalam 3 tahun.

6. Influenza

Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif

(inactivated influenza virus) terdapat 2 macam vaksin, yaitu

whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak dianjurkan

22

Page 23: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

jenis split virus vaccine karena tidak menyebabkan demam

tinggi. Vaksin ini dianjurkan diberikan secara teratur pada

kelompok resiko tinggi, antara lain pasien asma dan kistik

fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dan pengobatan

imunosupresan, terinfeksi HIV, sickle cell anemia, penyakit

ginjal kronis, penyakit metabolik kronis (diabetes), penyakit yang

membutuhkan obat aspirin jangka panjang.

Vaksin biasanya diberikan sebelum musim penyakit

influenza datang. Pada individu yang pernah terpajan diberikan 1

kali dengan dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan

gangguan fungsi imun, diberikan 2 dosis dengan jangka interval

4 munggu. Vaksin diberikan dengan suntikan subkutan atau

intramuscular. 1 dosis secara teratur setiap tahun dapat diberikan

pada anak usia 9 tahun keatas. Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun

bila mendapatkan vaksin pertama kali harus diberikan disis 2 kali

berturut-turut dalam jarak 1 bulan.

Kontra indikasi vaksin influenza, antara lain hipersensitif

anafilaksis terhadap vaksin influenza sebelumnya, hipersensitif

telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil dan ibu

menyusui. Reaksi KIPI dari vaksin ini, antara lain nyeri local,

eritema dan indurasi di tempat penyuntikan, demam, lemas,

mialgia (flu-like symptoms) setelah 6 sampai 12 jam pasca

imunisasi selama 1-2 hari.

7. Tifoid

Terdapat dua jenis vaksin demamtifoid, yaitu vaksin

suntikan(polisakarida atau capsular Vi Polisaccharide/ViPS) dan

vaksin tipoid oral Ty21a. Vaksin suntikan diberikan setiap pada

umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan berikan setiap 3 tahun.

Vaksin oral dikemas dalam bentuk kapsul, disimpan pada

suhu 2-8 oC. Vaksin diberikan pada umur lebih dari 6 tahun,

dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,5). Vaksin

23

Page 24: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

ulangan diberikan setiap 3-5 tahun. Vaksin ke-4 ini umumnya

diberikan pada turis yang akan berkunjung ke daerah endemis

tifoid.

Vaksin diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman

yang tidak lebih dari 37 oC. Kapul harus ditelan utuh dan tidak

boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh asam lambung. Vaksin

tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic, sulfonamide

atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella. Vaksin memberi

respon kuat terhadap interferon mukosa, sehingga pemberian

vaksin polio oral ditunda dua minggu setelah pemberian kapsul

tifoid ini.

Dianjurkan imunisasi tifoid sebelum berpergian ke daerah

resiko tinggi demam tifoid. Reaksi KIPI vaksin ini, antara lain

reaksi local (bengkak, nyeri, kemerahan di tempat penyuntikan).

Reaksi sistemik seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi,

nyeri otot, nausea dan nyeri perut jarang dijumpai. Kontra

indikasi vaksin ini anatara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan

demam. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8 oC, tidak boleh

dibekukan dan akan kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun

24

Page 25: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh

beberapa factor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat

dilakukan imunisasi, potensi antigen antigen yang disuntikkan, waktu antara

pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena

protein diperlukan untuk mensintesis antibody. Mengingat efektif dan

tidaknya imunisasi tersebut dapat bergantung pada bebagai factor yang

memengaruhinya, sehingga kekebalan tubuh tersebut dapat diharapkan dari

diri anak.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Institusi

Agar menyediakan fasilitas yang lebih mendukung mahasiswa

dalam proses pembelajaran.

Agar mendukung mahasiswanya untuk berkreasi dalam

pembelajaran.

3.2.2 Bagi Mahasiswa

Agar mahasiswa dapat mengerti dan mengaplikasikasikannya

dalam kehidupan sehari- hari

25

Page 26: TUGAS MAKALAH Nbbl-imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Departemen Kesehatan RI. 2008. Depkes RI : Bandung.

Indonesia, Dirjen PP&PL, Pusdiklat SDM Kesehatan, Depkes RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Dirjen PP&PL, Pusdiklat SDM Kesehatan, Depkes RI : Jakarta.

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. EGC. Jakarta.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Fitramaya : Yogyakarta.

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/imunisasi.html

http://www.dokter-kita.com/harian/imunisasi/

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=3

http://fikripandunusa.blogspot.com/2008/09/imunisasi-yuuuuk.html

http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/jadwalimunisasi.htm

26