imunisasi boo

91
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar di Desa Dangdang Tahun 2011 2012 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah telah menempatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas di setiap kecamatan dan didukung posyandu pada setiap puskesmas. 1 Angka kesakitan bayi di Indonesia relatif masih cukup tinggi, meskipun menunjukkan penurunan dalam satu dekade terakhir. Program imunisasi bisa didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang dibentuk masyarakat dengan dukungan oleh petugas kesehatan dan diberikan secara gratis kepada masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan. Program imunisasi di posyandu telah menargetkan sasaran yang ingin dicapai yakni pemberian imunisasi pada bayi secara lengkap. Imunisasi dikatakan lengkap apabila mendapat BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan Polio 4 kali. Bayi yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap dapat mengalami berbagai penyakit, misalnya difteri, tetanus, campak, polio, ______________________________________________________________ _____________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23 Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Puskesmas Suradita 1

Upload: abdurrahmanto-part-iii

Post on 28-Apr-2015

278 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mantap dilihat

TRANSCRIPT

Page 1: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap

penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah telah

menempatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas di setiap kecamatan dan

didukung posyandu pada setiap puskesmas.1

Angka kesakitan bayi di Indonesia relatif masih cukup tinggi, meskipun menunjukkan

penurunan dalam satu dekade terakhir. Program imunisasi bisa didapatkan tidak hanya di

puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang dibentuk

masyarakat dengan dukungan oleh petugas kesehatan dan diberikan secara gratis kepada

masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Program imunisasi di posyandu telah menargetkan sasaran yang ingin dicapai yakni

pemberian imunisasi pada bayi secara lengkap. Imunisasi dikatakan lengkap apabila

mendapat BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan Polio 4 kali. Bayi

yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap dapat mengalami berbagai penyakit,

misalnya difteri, tetanus, campak, polio, dan sebagainya. Oleh karena itu, imunisasi harus

diberikan dengan lengkap sesuai jadwal. Imunisasi secara lengkap dapat mencegah

terjadinya berbagai penyakit tersebut.2

Pemerintah telah memberikan berbagai upaya dan kebijakan dalam bidang kesehatan

untuk menekan angka kesakitan, namun masyarakat belum bisa memanfaatkannya secara

optimal karena ada sebagian ibu yang memiliki persepsi bahwa tanpa imunisasi anaknya

juga dapat tumbuh dengan sehat.3

Pada dasarnya pengetahuan dan pendidikan ibu merupakan dasar untuk mengambil

suatu keputusan dan mengenal kebutuhan, khususnya tentang masalah kesehatan.

Semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan ibu, maka semakin tinggi pula perhatiannya

terhadap kesehatan bayinya.4

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 1

Page 2: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Cakupan program imunisasi dasar di Desa Dangdang, cakupan Puskesmas Suradita

pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: BCG 81.8%, DPT-HB1 78.7%, DPT-HB4 76.3%,

Polio1 76.7%, Polio4 74.4%, Campak 78%. Cakupan program imunisasi dasar tersebut

belumlah mencapai target program imunisasi dasar. Hal ini menunjukkan bahwa masih

ada bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.

Kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, kesehatan bayi, dan pelayanan kesehatan.

Pengetahuan ibu yang kurang dapat berpengaruh terhadap keluarganya, terutama dalam

mengambil keputusan dalam masalah kesehatan. Faktor pekerjaan ibu dengan intensitas

pekerjaan yang tinggi atau sibuk mengakibatkan ibu lupa pada kesehatan bayinya.

Kesehatan bayi pada bayi yang sakit-sakitan berdampak pada keterlambatan imunisasi

atau tidak sesuai dengan jadwal. Faktor pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi antara lain lokasi atau tempat imunisasi yang sulit

dijangkau dan kurangnya keterlibatan petugas kesehatan dalam hal memotivasi ibu untuk

memberikan bayinya imunisasi dasar secara lengkap.5

Beberapa fakta ini menarik minat penulis untuk menganalisis hubungan antara tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi

dasar; dan juga mengevaluasi program imunisasi dasar di Desa Dangdang, wilayah kerja

Puskesmas Suradita pada tahun 2011.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

I.2.1. Pernyataan Masalah

- Cakupan program imunisasi dasar di desa Dangdang, wilayah kerja Puskesmas

Suradita yang belum mencapai target pada tahun 2011.

- Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan belum

tercapainya target cakupan program imunisasi dasar di Desa Dangdang,

wilayah kerja Puskesmas Suradita pada tahun 2011.

I.2.2. Pertanyaan Masalah

1. Berapa besar cakupan program imunisasi dasar di Desa Dangdang, wilayah

kerja Puskesmas Suradita pada tahun 2011?

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 2

Page 3: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan rendahnya cakupan

program imunisasi dasar di Desa Dangdang pada tahun 2011?

3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di desa Dangdang pada

tahun 2011?

4. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di desa Dangdang pada tahun 2011?

5. Upaya apa sajakah yang dapat dilakukan agar cakupan program imunisasi dasar

dapat mencapai target?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui cakupan program imunisasi dasar di Desa Dangdang tahun 2011.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan program

imunisasi dasar di Desa Dangdang tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Menganalisis sistem program imunisasi dasar di Puskesmas Suradita,

khususnya di Desa Dangdang dan mencari alternatif jalan keluar untuk

kesenjangan yang ditemukan.

Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di desa Dangdang

pada tahun 2011.

Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di desa Dangdang pada tahun 2011?

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bagi Evaluator

1. Menerapkan pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah diperoleh

saat kuliah.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 3

Page 4: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

2. Melatih dan mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program dan

melakukan penelitian, khususnya program yang berhubungan dengan

kesehatan.

3. Mampu menerapkan ilmu kedokteran yang telah diperoleh untuk memberikan

saran dalam upaya meningkatkan cakupan program imunisasi dasar di

Puskesmas Suradita, khususnya di Desa Dangdang. 

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan kepada

masyarakat luas.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya pada

bidang kesehatan masyarakat.

1.4.3. Bagi Puskesmas

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan

dengan program imunisasi dasar di wilayah Suradita, khususnya Desa

Dangdang.

2. Sebagai masukan mengenai upaya pencapaian target cakupan imunisasi dasar

di Puskesmas Suradita sehingga dapat mengoptimalkan hasil yang dicapai.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Menjadi bahan informasi bagi masyarakat bahwa program pelayanan imunisasi

mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas pada anak.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 4

Page 5: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PROGRAM IMUNISASI DASAR

II.1.1. Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten, jadi

pengertian imunisasi adalah tindakan untuk memberi kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Dengan demikian imunisasi

bermanfaat untuk menurunkan angka morbiditas, mortalitas, serta bila

mungkin didapatkan eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah. Sedangkan

pengertian imunisasi menurut Departemen Kesehatan RI adalah suatu cara

untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit

tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.

Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang

memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Upaya

pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan

dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan

tersebut dapat tercapai apabila ditunjang dengan sumber daya manusia yang

berkualitas dan ketersediaan standar, pedoman, sistem pencatat-pelaporan

serta logistik yang memadai dan bermutu.

Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali

diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi

secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian

vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari

sistem imun di dalam tubuh.

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator utama penentu

status kesehatan dan kesejahteraan suatu bangsa. Pada tahun 1990, angka

kematian bayi sebesar 54 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2007 angka

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 5

Page 6: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

kematian bayi turun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Untuk

meningkatkan tingkat kesejahteraan negara Indonesia, pemerintah menetapkan

suatu program Indonesia Sehat Tahun 2010. Dalam pelaksanaannya dilakukan

secara bertahap yaitu tahun 2001 diharapkan bisa dicapai satu desa sehat per

puskesmas, pada tahun 2003 diharapkan 50% desa sehat dapat tercapai, pada

tahun 2005 diharapkan 80 % desa sehat dapat tercapai dan Indonesia Sehat

dapat tercapai tahun 2010.

Indikator yang digunakan untuk memantau pencapaian cakupan

imunisasi rutin pada bayi yang lengkap dan merata adalah Universal Child

Immunization (UCI) desa/kelurahan. Target tercapainya UCI pada tahun 2010

adalah 100% desa/kelurahan sebagaimana tertuang dalam SK Mentri

Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/2003, tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

II.1.2. Tujuan Program Imunisasi Dasar

Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit tertentu

dan menghindari resiko kematian yang diakibatkannya. Tujuan program

imunisasi pada anak ada 2, yaitu :

1. Tujuan Umum

Turunnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

2. Tujuan Khusus

Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi 100% di

desa/kelurahan pada tahun 2010.

Tercapainya pemutusan rantai penularan Poliomyelitis pada tahun

2005 – 2006, serta sertifikasi bebas Polio pada tahun 2008.

Tercapainya Reduksi Campak ( Recam ) pada tahun 2005.

II.1.3. Vaksinasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 6

Page 7: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

II.1.3.1. Latar Belakang Vaksinasi

Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling

sempurna dan berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

Sehubungan dengan itu, maka kebutuhan akan vaksin semakin

meningkat seiring dengan keinginan dunia untuk mencegah berbagai

penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Peningkatan

kebutuhan vaksin telah ditunjang pula oleh upaya perbaikan produksi

vaksin dengan meningkatkan efektifitas dan keamanan vaksin.

Vaksinasi adalah tindakan dengan sengaja memberikan paparan

antigen dari suatu patogen yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga

tidak menimbulkan sakit, namun memproduksi limfosit yang peka

antibodi dan sel memori, sehingga terjadi kekebalan. Vaksin merupakan

produk yang rentan dan mudah rusak bila tidak diperlakukan dengan

benar.

II.1.3.2. Tujuan Vaksinasi

Memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya, namun cukup untuk

menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang

sesungguhnya dikemudian hari, anak tidak menjadi sakit karena

tubuhnya dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen dari

penyakit tersebut.

II.1.3.3. Keuntungan Vaksinasi

1. Pertahanan tubuh yang dibentuk akan bertahan seumur hidup.

2. Murah dan efektif.

3. Tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi dan jauh

lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang

penyakit tersebut secara alamiah.

II.1.3.4. Jenis Imunisasi Dasar

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 7

Page 8: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Di Indonesia, imunisasi dasar merupakan imunisasi yang dianjurkan bagi

bayi berusia 0 – 11 bulan. Imunisasi ini sendiri terbagi dalam 5 jenis, antara

lain :

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG mengandung kuman tuberkulosis yang masih hidup tetapi

sudah dilemahkan. Vaksin ini ditemukan oleh dokter Albert Calmette dan

seorang peneliti yang bernama Cameli Guerin pada 4 April 1927.

Penelitian untuk menemukan vaksin BCG dimulai sejak tahun 1906, ketika

Guerin menemukan bahwa ketahanan terhadap penyakit TB berkaitan

dengan Virus Tuberclebacilli yang hidup didalam darah. Pemberian

imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap

penyakit tuberkulosis (TB). Pemberian imunisasi BCG diberikan hanya

sekali sebelum bayi berumur 2 bulan.

Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT diberikan kepada bayi dengan tujuan untuk memberikan

kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri,

pertusis (batuk rejan), dan tetanus.

Di Indonesia, imunisasi terhadap 3 jenis penyakit tersebut dipasarkan

dalam 3 jenis kemasan, yaitu: dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi

tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (Difteri dan Tetanus), dan dalam

bentuk kombinasi DPT (dikenal sebagai vaksin tripel). Imunisasi DPT ini

biasanya diberikan sebanyak 3 kali yaitu: DPT1, DPT 2, dan DPT 3.

3. Imunisasi Polio

Imunisasi Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit poliomietitis. Vaksin polio merupakan virus hidup yang

dilemahkan yang dapat memberikan kekebalan hingga 90% terhadap

serangan penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi

polio diberikan dengan 2 cara, yaitu: melalui suntikan dan per oral.

4. Imunisasi Campak

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 8

Page 9: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Imunisasi Campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit campak (Measles) secara aktif. Vaksin Campak mengandung

virus hidup yang telah dilemahkan. IDAI merekomendasikan pemberian

imunisasi Campak pertama pada usia lebih dini 6-9 bulan. Penentuan usia

9 bulan untuk suntikan Campak pertama berdasarkan pertimbangan bahwa

pada usia tersebut antibodi bayi yang berasal dari ibunya sudah semakin

menurun sehingga bayi membutuhkan antibodi tambahan lewat imunisasi.

5. Imunisasi Hepatitis

Tahun 1991, EPI (Expanded Program on Imunization) menetapkan target

untuk memasukkan vaksin Hepatitis B kedalam program imunisasi

nasional. Pemberian imunisasi Hepatitis ini bertujuan untuk mendapatkan

kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B atau dikenal dalam istilah

sehari-hari yaitu penyakit liver.

Jenis imunisasi ini dapat dikembangkan setelah diteliti bahwa virus

Hepatitis B mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit liver. Vaksin

terbuat dari bagian virus Hepatits B yang dinamakan HbsAG, yang dapat

menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.

Imunisasi Hepatitis ini diberikan sebanyak 3 kali yaitu Hepatits B1,

Hepatits B2, dan Hepatits B3.

Bahan-bahan untuk membuat vaksin antara lain berasal dari bakteri/virus,

toksin, dan hasil bioteknologi (rekayasa genetika). Bakteri/virus dan toksin

yang digunakan tersebut dimatikan atau dilemahkan terlebih dahulu, sehingga

tidak berbahaya bagi manusia. Berikut beberapa contoh vaksin dan bahan

pembuatnya:

Bakteri yang sudah dimatikan

Contoh : Bakteri Bordetella pertusis dalam vaksin DPT

Virus/ bakteri yang sudah dilemahkan

Contoh :

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 9

Page 10: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Virus campak dalam vaksin campak

Virus polio dalam vaksin polio

Bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam vaksin BCG (Bacillus

Calmette Guerin)

Toksin yang diubah menjadi toksoid

Contoh :

Tetanus toksoid dalam vaksin DPT dan TT

Difteri toksoid dalam vaksin DPT

Hasil bioteknologi (rekayasa genetika)

Contoh : Vaksin Hepatitis B rekombinan

II.1.3.5. Kondisi Anak yang Baik untuk Mendapat Imunisasi

Tidak semua ibu yang memiliki balita mengetahui kondisi-kondisi pada

anaknya yang boleh mendapatkan imunisasi atau harus ditunda untuk

sementara waktu. Pada prinsipnya, imunisasi atau vaksinasi tidak seharusnya

diberikan saat kondisi imunologis atau kekebalan anak menurun. Penundaan

tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi yang merugikan bagi tubuh

anak dan agar imunisasi itu sendiri mampu memberi respon yang optimal.

Umur yang tepat untuk pemberian vaksin, yaitu sebelum bayi mendapat

infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pemberian

imunisasi diusahakan sedini mungkin dan diusahakan melengkapi imunisasi

sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk campak dimulai segera setelah

anak berumur 9 bulan. Pemberian imunisasi campak sebelum umur 9 bulan

dapat mengakibatkan pembentukkan zat kekebalan yang berasal dari ibu.

Imunisasi dapat diberikan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Gangguan saluran napas dan gangguan saluran cerna.

2. Riwayat kejang dalam keluarga.

3. Riwayat penyakit infeksi.

4. Kontak dengan seseorang yang menderita suatu penyakit tertentu.

5. Kelainan saraf seperti sindrom down.

6. Memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru, serta penyakit metabolik.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 10

Page 11: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

7. Sedang menjalani terapi antibiotik seperti terapi steroid topikal

(terapi kulit atau mata).

8. Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir.

9. Berat badan lahir rendah.

Imunisasi yang tidak boleh diberikan dalam kondisi :

1. Sakit berat dan mendadak demam tinggi.

2. Memiliki alergi yang berat (anafilatik).

3. Menderita gangguan sistem imun, misalnya sedang menjalani pengobatan

steroid jangka panjang seperti HIV. Keadaan yang seperti ini tidak boleh

diberikan vaksin hidup seperti polio oral, MMR, BCG, cacar air.

II.1.3.6. Efek Samping Imunisasi

Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini

menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek samping yang dapat

terjadi antara lain :

1. Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil

dan merah pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu,

pembengkakan akan menjadi abses kecil dan menjadi luka dengan

diamater 10 mm. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3

bulan dan meninggalkan luka parut. Apabila dosis yang diberikan terlalu

tinggi maka ulkus yang akan timbul akan lebih besar dan apabila

penyuntikkan terlalu dalam maka luka parut yang akan tertarik ke dalam

(retacred).

2. Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan

menangis terus menerus selama beberapa jam paska suntikan. Biasanya

bayi akan demam pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, demam

akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar anak akan

merasa nyeri, sakit, merah dan bengkak ditempat suntikkan. Keadaan ini

tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus karena

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 11

Page 12: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

akan sembuh dengan sendirinya. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak

perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak bekerja dengan baik.

3. Setelah mendapatkan imunisasi polio sebagian kecil penerima vaksin

OPV akan mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan dan sakit otot.

Pada umumnya efek samping paska imunisasi polio sangat jarang

ditemukan bahkan hampir tidak memberikan efek samping sama sekali.

4. Setelah mendapatkan imunisasi campak kemungkinan anak akan diare,

panas dan disertai kemerahan 4-10 hari sesudah suntikkan. Untuk

mengatasi efek yang timbul dianjurkan untuk memakai pakaian yang tipis

dan minum obat penurun panas.

5. Setelah mendapatkan imunisasi hepatitis mungkin hanya terjadi keluhan

nyeri pada bekas suntikkan, demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini

akan hilang dalam waktu 2 hari.

II.1.3.7. Tenaga Pelaksana Imunisasi

Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas imunisasi

dan pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan

yang telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi

dan penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal

SMA atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya

mengelola vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat

pemasukan dan pengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di kabupaten / kota

sesuai kebutuhan per bulan.

Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold

chain atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk mengelola program

imunisasi, yang bertugas membuat perencanaan vaksin dan logistik lain,

mengatur jadwal pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi,

membuat dan mengirim laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis

PWS bulanan, dan merencanakan tindak lanjut.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas imunisasi

perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.

Pelatihan teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 12

Page 13: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

dan tempat pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan

manajerial diberikan kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua

tingkat.

II.1.3.8. Penatalaksanaan Vaksinasi

Salah satu mata rantai yang paling lemah dalam rantai dingin/cold chain

adalah transportasi, karena sangat bergantung pada jenis alat angkut yang

digunakan, lama perjalanan, kendaraan yang digunakan maupun kondisi jalan.

Karena vaksin memiliki sifat sangat peka, maka vaksin memerlukan penanganan

khusus, mulai dari penerimaan, penyimpangan, pendistribusian serta penanganan

di lapangan. Vaksin yang sudah terpapar akan mengalami penurunan potensi,

sebagian atau seluruhnya walaupun sudah dilakukan perbaikan suhu.

Cold chain adalah suatu prosedur dan peralatan yang digunakan dalam

pengiriman/penyimpanan vaksin mulai dari pabrik pembuat sampai vaksin

diberikan kepada sasaran. Manfaat dan tujuan cold chain adalah untuk

memperkecil kesalahan selama penanganan terhadap vaksin dan dapat diyakini

bahwa vaksin yang digunakan berada pada suhu dingin yang ditetapkan dan

masih mempunyai potensi yang dapat menimbulkan kekebalan. (DepKes RI, 2000).

Ada 2 unsur cold chain: sarana penyimpan vaksin dan sarana pembawa

vaksin.

1. Sarana penyimpan vaksin

a. Kamar dingin

Ada 2 macam kamar dingin :

Suhu 2 ºC sampai 8 ºC (cold room)

Suhu – 20 ºC sampai – 25 ºC (freezer room)

b. Lemari es

Menurut cara kerjanya ada 2 macam :

Lemari es kompresi

Lemari es yang menggunakan kompresor untuk menekan refrigerant (gas

pendingin) untuk bersirkulasi di cooling unit, guna memperoleh suhu

dingin di ruang penyimpan.

Lemari es absorbsi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 13

Page 14: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Lemari es yang menggunakan pemanas (heater) unutk menyerap panas

diruang penyimpan, sehingga ruang tersebut menjadi dingin.

Menurut bentuk pintunya, dibedakan :

Lemari es buka atas (Top Opening)

Lemari es buka depan (Front opening)

Lemari es dengan pintu buka atas lebih baik daripada buka depan karena

suhunya lebih stabil. Udara dingin memiliki berat jenis lebih besar daripada

udara biasa sehingga cenderung berada dibagian bawah.

2. Sarana pembawa vaksin

Untuk mengangkut vaksin, sarana yang digunakan harus bersifat “air tight”

(kedap udara) sehingga dapat mempertahankan suhu yang diinginkan. Waktu

penyimpanan tergantung pada tebal insulasi, volume cold pack, konstruksi (air

tight). Sarana pengangkut cold chain yang dipergunakan progrm :

o Cold box

o Vaccine carrier

o Cold pack atau Cool pack

II.1.4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Imunisasi terbukti sebagai satu upaya pencegahan penyakit yang paling efektif

dan efisien. Dengan semakin banyaknya orang yang diimunisasi, maka

semakin rendah angka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I). Seperti halnya dengan semua tindakan medis, resiko terjadinya efek

samping selalu ada walaupun kemungkinannya sangat kecil. Efek samping

yang terjadi setelah pemberian imunisasi disebut dengan KIPI (Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi).

Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan

vaksin juga meningkat dan sebagai akibatnya kejadian yang berhubungan

dengan imunisasi juga meningkat. Dalam menghadapi hal tersebut penting

diketahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang telah

diberikan ataukah terjadi secara kebetulan.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 14

Page 15: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Reaksi simpang yang dikenal sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi

(KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah semua

kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi. Untuk mengetahui

hubungan antara imunisasi dengan KIPI diperlukan pencatatan dan pelaporan

semua reaksi simpang yang timbul setelah pemberian imunisasi.

Seperti halnya dengan semua tindakan medis, resiko terjadinya efek

samping selalu ada walaupun kemungkinannya sangat kecil. Efek samping

yang terjadi setelah pemberian imunisasi disebut dengan KIPI (Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi). KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan

dengan imunisasi, baik berupa reaksi vaksin ataupun efek samping, toksisitas,

reaksi sensitivitas, efek farmakologis; atau kesalahan program, koinsidensi,

reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian

besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu,

untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai: 1) besar frekuensi

kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu, 2) sifat kelainan tersebut lokal

atau sistemik, 3) derajat sakit resipien, apakah memerlukan perawatan,

menderita cacat atau menyebabkan kematian, 4) apakah penyebab dapat

dipastikan, diduga, atau tidak terbukti, dan 5) apakah dapat disimpulkan

bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan

prosedur.

Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat

dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan syaraf pusat, serta reaksi

lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin berat gejalanya.

Baku keamanan suatu vaksin dituntut lebih tinggi daripada obat. Hal

ini disebabkan oleh karena pada umumnya produk farmasi diperuntukkan

orang sakit sedangkan vaksin untuk orang sehat terutama bayi. Karena itu

toleransi terhadap efek samping vaksin harus lebih kecil daripada obat-obatan

untuk orang sakit. Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa

efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapat imunisasi perlu

diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI

(reaksi cepat). Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 15

Page 16: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi

selam 15 menit.

Tabel II.1.4.1 Gejala KIPI

Reaksi Gejala KIPI

Lokal Abses pada tempat suntikanLimfadenitisReaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis

SSPKelumpuhan akutEnsefalopatiEnsefalitisMeningitisKejang

Lain-lain

Reaksi alergi : urtikaria, dermatitis, edemaReaksi anafilaktoidSyok anafilatikArtralgiaDemam tinggi > 38,5ºCEpisode hipotensif-hiporesponsifOsteomielitisMenangis menjerit yang terus menerus (3 jam)Sindrom syok septik

II.1.5. Jadwal dan Cara Pemberian Imunisasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 16

Page 17: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Gambar II.1.5.1. Gambar Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun

Tabel II.1.5.1. Cara Pemberian Imunisasi

Vaksin Dosis Cara Pemberian

BCG 0,05 cc Suntikkan intrakutan, tempatnya insertio M. deltoideus dextra

DPT 0,5 ccSuntikkan intramuskuler atau subkutan dalam di anterolateral paha atas

Polio 2 tetes Meneteskan per oral

Hepatitis B 0,5 cc Suntikkan intramuskuler pada paha atas luar atau anterolateral

Campak 0,5 cc Suntikkan secara subkutan biasanya di lengan kiri bagian atas.

II.1.6. Pencatatan dan Pelaporan

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 17

Page 18: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Pencatatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan

program imunisasi. Tujuan dari pencatatan ini adalah untuk mengetahui

sasaran yang belum diimunisasi, belum lengkap diimunisasi atau bahkan yang

sudah diimunisasi lengkap, sasaran drop-out dan jumlah dosis yang diberikan

setiap bulan. Rekapitulasi dari hasil dokumentasi tersebut setiap bulan

dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program imunisasi di

tingkat puskesmas, merencanakan kebutuhan vaksin setiap bulan.

II.1.7. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

Pemantauan merupakan upaya rutin mulai dari pengumpulan, pengolahan dan

analisa data setempat yang hasilnya kemudian untuk perbaikan program

imunisasi di tingkat tersebut. Tujuan dari pemantauan ini adalah untuk

mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja sekarang, permasalahan yang

ada, dan hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki program.

Dalam program imunisasi telah dikembangan suatu alat pemantau

sederhana, yaitu PWS (Pemantau Wilayah Setempat). Tujuan PWS adalah

memanfaatkan data yang paling minimal dengan mengembangkan indikator

yang cukup sensitif bagi pemantauan penyelenggaraan program imunisasi

sehingga dapat dikatakan secara cepat wilayah mana yang maju dan mana

yang belum serta tindakan atau upaya yang diperlukan untuk memperbaikinya.

Prinsip PWS ialah dengan memanfaatkan data yang ada dari cakupan

atau laporan cakupan imunisasi; menggunakan indikator yang sederhana untuk

masing-masing antigen lain, antara lain: DPT/HB1 untuk mengukur jangkauan

program/ pemerataan pelayanan, campak untuk mengukur tingkat

perlindungan, polio 4 untuk mengukur tingkat perlindungan, dan drop out

(DO) DPT/HB1-Campak untuk mengukur efisiensi manajemen program.

Pemantauan ini dilakukan secara teratur dan setiap bulan untuk menghindari

hilangnya informasi penting agar tidak terlambat dalam mengambil keputusan.

Indikator PWS yang dipergunakan :

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 18

Page 19: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

1. Untuk mengukur jangkauan program (pemeriksaan pelayanan)

DPT−HB 1=¿ Jumlah imunisasi DPT 1Jumlah bayi lahir dalam1 tahun

×100 %

2. Untuk mengukur tingkat perlindungan (efektifitas program)

Campak=¿ Jumlah imunisasiCampakJumlah bayilahir dalam 1 tahun

× 100 %

Polio=¿ Jumlahimunisasi PolioJumlahbayi lahir dalam1 tahun

×100 %

3. Untuk mengukur manajemen program (efisiensi program)

DO = DPT/HB1 – Campak X 100 %

DPT/HB1

Target efisiensi program : < 8 %

Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi

sifatnya lebih memantau kuantitas program. Dipakai pertama kalinya di

Indonesia pada tahun 1985 dan dikenal dengan nama Local Area Monitoring

(LAM). LAM terbukti efektif kemudian diakui WHO untuk diperkenalkan di

negara lain. Grafik LAM disempurnakan menjadi yang dikenal sekarang

dengan PWS.

II.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN IMUNISASI

II.2.1. Pendidikan

Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian

bahan/materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran guna mencapai

perubahan tingkah laku.

Pendidikan sangat penting berpengaruh terhadap cara berpikir juga dengan

pendidikan akan dapat mempengaruhi perilaku seseorang khususnya perilaku

tentang kesehatan yaitu dalam perawatan dan meningkatkan status kesehatan

bayi. Orang dengan tingkat pendidikan yang rendah biasanya kurang bisa

mengambil keputusan dalam kesehatnnya dan keluarga, juga kurang dalam

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 19

Page 20: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam menjaga dan

meningkatkan status kesehatan keluarga tentang bayinya.

II.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia.

Pengetahuan bisa didapat dari mendengar, membaca, atau dapat juga dari

sumber – sumber media massa atau bisa juga dari pengalaman. Dengan

banyak mendengar, melihat sebuah fenomena yang ada khususnya tentang

kesehatan, maka nantinya seseorang tersebut akan dapat mengenal masalah

serta mengetahui kebutuhan kesehatan diri dan keluarganya yang pada

akhirnya untuk dapat hidup dan menjaga anggota keluarganya.

Dengan demikian pengetahuan yang tinggi, dapat dijadikan dasar untuk

bertindak dan mengetahui kebutuhan bayi dengan dimanifestasikan ibu mau

mengantar bayinya ke posyandu guna mendapatkan imunisasi secara rutin

setiap bulan hingga usia 11 bulan. Pengetahuan yang rendah akan

mempengaruhi seseorang, khususnya ibu dalam hal mengenal imunisasi.

II.2.3. Pekerjaan

Masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh

informasi sehingga pengetahuan yang mereka peroleh berkurang.

Kondisi ibu yang disibukkan oleh pekerjaan akan mempengaruhi

berkurangnya perhatian kepada anaknya terutama berkenaan dengan jadwal

pemberian imunisasi bayinya, karena kesibukan tertentu yang menyita banyak

waktu maka kesempatan waktu untuk mengantar anaknya ke poyandu tidak

ada dan akhirnya bayinya tidak bisa mendapatkan imunisasi dengan lengkap.

II.2.4. Pelayanan Kesehatan

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 20

Page 21: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Petugas kesehatan adalah faktor pendukung terselenggaranya kegiatan kedatangan

petugas kesehatan ke tempat posyandu adalah komponen utama, karena tidak akan

berjalan program imunisasi bila petugas kesehatannya kurang aktif datang ke

posyandu, petugas harus bekerja secara profesional dan ramah kepada masyarakat,

juga harus bisa menyampaikan informasi tentang kesehatan agar masyarakat mengerti

khususnya tentang imunisasi sehingga ibu yang mempunyai bayi mau memberikan

bayinya imunisasi dengan lengkap.

II.2.5. Kesehatan Bayi

Kondisi bayi yang sakit-sakitan menghambat dalam pemberian imunisasi, yaitu pada

kondisi yang dikontraindikasikan seperti panas lebih dari 380C dan mempunyai

riwayat kejang demam tidak boleh diberikan imunisasi DPT dan campak.

Keadaan bayi yang sakit akan membahayakan bila dilakukan imunisasi

mengingat adanya efek samping vaksin sendiri terutama vaksin DPT dan campak

yang dapat menimbulkan panas pada bayi setelah diimunisasi.

II.3. KERANGKA TEORI

BAB III

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 21

Bayi yang Mendapat Imunisasi Dasar

Tidak Lengkap Faktor yang

Lengkap Faktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi bayi:

1. Pengetahuan Ibu2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pelayanan Kesehatan 5. Kesehatan Bayi

Page 22: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

GAMBARAN UMUM WILAYAH KERJA

III.1. DATA GEOGRAFI

Puskesmas Suradita merupakan salah satu puskesmas dari 2 puskesmas yang ada di

Kecamatan Cisauk. Kecamatan Cisauk terdiri dari 1 kelurahan dan 5 desa, sedangkan

yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Suradita terdiri dari 3 desa. . Desa binaan ini

terdiri atas desa Dangdang, Mekar Wangi, dan Suradita.

Jarak dari kantor kecamatan kurang lebih 2,5 Km, dari kantor kabupaten

Tangerang kurang lebih 30 Km. Puskesmas Suradita mudah dijangkau dengan

berbagai alat transportasi karena terletak di pinggir jalan raya propinsi. Alat

transportasi yang umumnya digunakan adalah kendaraan roda empat, roda dua, atau

kendaraan umum lainnya.

Puskesmas Suradita berlokasi di Jalan Raya Lapan Cisauk Desa Suradita

Kecamatan Cisauk yang mempunyai wilayah kerja seluas 1.617.000 Ha. 65%

merupakan perumahan, 20% merupakan sawah, perkebunan, ladang, dan sisanya

untuk lain-lain. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Suradita pada tahun

2011 adalah 35.930 jiwa. Batas wilayah kerja Puskesmas Suradita adalah sebagai

berikut:

Utara : Wilayah kerja Puskesmas Pegedangan

Selatan : Kabupaten Bogor

Barat : Wilayah kerja Puskesmas Legok

Timur : Wilayah kerja Puskesmas Cisauk

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 22

Page 23: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Gambar 3.1 Peta Wilayah Puskesmas Suradita

III.2. DATA PEMERINTAHAN

Wilayah kerja Puskesmas Suradita meliputi 3 desa yang terdiri dari 16 RW dan 53

RT, dengan jumlah penduduk 35.930 jiwa.

Tabel 3.1 Perincian Jumlah RT dan RW di Wilayah Kerja Puskesmas Suradita

No. Nama Desa RW RT

1 Dangdang 5 14

2 Mekar Wangi 6 24

3 Suradita 5 15

Jumlah 16 53

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 23

Page 24: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

III.3. DATA DEMOGRAFI

Tabel 3.2 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan

Kepadatan Penduduk Menurut Desa / Kelurahan Puskesmas Suradita Tahun 2011

NO DESA Luas

Wilayah

( km 2)

Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

Tangga

Rata-Rata

Jiwa/Rumah

Tangga

Kepadatan

Penduduk

/km

1 Suradita 6,69 24.538 9550 2 2.322,57

2 Dangdang 5,13 5.182 4270 2 981,61

3 Mekarwangi 4,35 8.910 3760 2 901,88

Jumlah 16,17 26.237 14.780 6 4.206,06

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011

No.Kelompok

Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

1 <1 737

2 1 – 4 2.879

3 5 – 14 7.020

4 15 – 44 20.162

5 45 – 59 3.712

6 60 – 75+ 1.420

Jumlah 35.930

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 24

Page 25: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

III.4. ANGKA BEBAN KETERGANTUNGAN (ABK)

Angka beban ketergantungan adalah jumlah penduduk usia non-produktif (0-14 tahun

dan 65 tahun) dibagi jumlah penduduk usia produktif (15-65 tahun). Berdasarkan data

yang didapat dari Kecamatan Cisauk, data susunan penduduk wilayah kerja

puskesmas Suradita berupa:

a. Jumlah penduduk usia non-produktif sebanyak 8.951 jiwa

b. Jumlah penduduk usia produktif sebanyak 16.206 jiwa.

Maka besarnya Angka Beban Ketergantungan di wilayah kerja puskesmas

Suradita adalah:

ABK = 8.951 x 100% = 55,23%

16.206

III.5. DATA PENDIDIKAN

Tabel 3.4 Klasifikasi Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah

Kerja Puskesmas Suradita

Pendidikan Jumlah (Orang) %

Tidak tamat SD 2.583 29,3%

Tamat SD – SMP 4.231 47,8%

Tamat SMA keatas 2.010 22,9%

Jumlah 8.806 100%

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Suradita memiliki latar pendidikan yang rendah, dimana sebagian

besar penduduknya hanya tamat SD-SMP.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 25

Page 26: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

III.6. DATA SOSIAL BUDAYA

Menurut data dari Kecamatan Cisauk, persentase penduduk yang memeluk suatu

agama di wilayah kerja Puskesmas Suradita adalah sebagai berikut:

a. Islam : 93%

b. Kristen : 4%

c. Katolik : 2%

d. Budha : 1%

e. Hindu : 0%

III.7. DATA SOSIAL EKONOMI

Tabel 3.5 Data Ibu / Istri yang Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Suradita

Desa Ibu / Istri Jumlah

Bekerja Tidak Bekerja

Dangdang 512 1.678 2.190

Mekar Wangi 801 420 1.221

Suradita 913 361 1.274

Jumlah 2.226 2.459 4.685

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 52,5% ibu/istri di wilayah kerja

Puskesmas Suradita tidak bekerja dan dapat disimpulkan penghasilan keluarga hanya

diperoleh dari kepala keluarga saja. Di wilayah kerja Puskesmas Suradita, kebanyakan

kepala keluarga bekerja sebagai buruh penambang pasir dan petani.

III.8. DATA GAKIN

Pendataan gakin di wilayah kerja puskesmas Suradita dilakukan oleh BPS (Biro Pusat

Statistik) dan NonBPS (pendataan yang dilakukan oleh puskesmas dan kader). Data

gakin di Puskesmas Suradita dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 26

Page 27: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Tabel 3.6 Data Gakin di Wilayah Kerja Puskesmas Suradita Tahun 2011

Nama Desa Jumlah KK Jumlah Peserta

Dangdang 375 2.278

Mekar Wangi 588 2.346

Suradita 796 3.243

Jumlah 1.759 7.867

Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah peserta gakin di Puskesmas Suradita

pada tahun 2011 adalah sebesar 1.759 KK atau 7.867 jiwa. Bila dibandingkan dengan

jumlah penduduk maka dapat disimpulkan bahwa 21,9% penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Suradita masih hidup dibawah garis kemiskinan.

III.9. DATA TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN

Fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Suradita adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.7 Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan

No. Fasilitas Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Polindes 1

3 Praktek dokter swasta 3

4 Pustu 1

5 BP Swasta 1

6 Praktek Bidan Swasta 10

7 Posyandu 32

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 27

Page 28: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

8 Apotek 1

9 Posbindu 5

Sumber daya manusia yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Suradita pada

tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Intramural

- Dokter Umum : 1 orang

- Dokter Gigi : 1 orang

- Bidan Puskesmas : 8 orang

- Bidan Desa : 3 orang

- Tenaga Perawat : 1 orang

- Perawat Gigi : 1 orang

- Sanitarian : 1 orang

- Tenaga Administratif : 2 orang

- Pekarya : 6 orang

- Kesmas : 1 orang

- Pelaksana Gizi : 1 orang

Total : 26 orang

Bagan 3.1 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Suradita tahun 2011

STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS SURADITA

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 28

KEPALA UPT PUSKESMAS SURADITA

WIRAHAYU, SKM

KEPALA SUB.BAG TATA USAHA

Bd. Lin Yu, AM. Keb.

Bend.Jamkesmas : Bd. Lina Bend. Retri : Weni

Logistik : Bd. Lin Yu Adm Umum : Didin K

Pelaporan jamkesmas : Bd. Nurhayati Bend. Ops : Tati

Kepegawaian : Bd. Lin Yu

Pelaporan SIMPUS : Lia/Yati

Bend. BOK: drg.Elizabeth Pelaporan : Bd. Lin Yu

Page 29: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

III.10. SARANA PUSKESMAS

Banguanan Puskesmas Suradita berdiri diatas tanah seluas 250 m2, dengan luas

bangunan sebesar 216 m2. Terdiri dari 14 ruangan dengan kondisi baik. Alat

perlengkapan kantor terdiri dari meja tulis, kursi, lemari arsip, mesin ketik, komputer,

dan lain-lain dalam kondisi baik.

Puskesmas Suradita memiliki empat buah sepeda motor dan 1 buah mobil

ambulance sebagai alat transportasi untuk menjalankan kegiatan lapangan. Alat

komunikasi berupa telepon sudah tersedia. Listrik PLN yang tersedia sebesar 2200

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 29

KEPALA SUB.BAG TATA USAHA

Bd. Lin Yu, AM. Keb.

Bend.Jamkesmas : Bd. Lina Bend. Retri : Weni

Logistik : Bd. Lin Yu Adm Umum : Didin K

Pelaporan jamkesmas : Bd. Nurhayati Bend. Ops : Tati

Kepegawaian : Bd. Lin Yu

Pelaporan SIMPUS : Lia/Yati

Bend. BOK: drg.Elizabeth Pelaporan : Bd. Lin Yu

Upaya Pengobatan

dr.Febri

Gudang obat : Lia

Upaya Kes. Remaja dan

Lansia

Bd. Indah

Upaya Kes. Sekolah

Didin

Upaya Per. Kes. Masy.

B.Ihwanudin

Upaya Prom.

Kesehatan

Didin K

Upaya Kesehatan

Lingkungan

Didin K

Upaya KIA KB

Kes.Ibu : Bd Khusnul

Kes.Anak : Bd.Lina

KB : Bd. Lamiati

Upaya Kes.gigi dan

Mulut

drg.Elizabeth

Upaya Pengobatan tradisional

B.Ihwanudin

Upaya Kesehatan

kerja

dr.Febri

Upaya P2P dan Surveillance

B.Ihwanudin

ISPA dan diare : Yati

IMS : dr.Febri

Upaya Perbaikan

Gizi

Tati

Upaya Kes.Mata

B.Ihwanudin

Polindes

Bd. di ds.Mekarwangi

Bd. Mia

Bd. di ds.Suradita

Bd. Ely

Bd. di ds Dangdang

Bd.Almaini

PUSTU Dangdang

Bd.Suryaningsih

Upaya Kes.Jiwa

Napza

dr.Febri

Page 30: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

watt. Sumber air dari pompa sanyo, dimana kualitas dan kuantitas airnya secara fisik

cukup baik. Alat-alat rumah tangga terdiri dari lemari es, dispenser dan alat-alat

pembersih juga tersedia dalam kondisi cukup baik.

Gambar 3.2 Denah Puskesmas Suradita

III.11. PERLENGKAPAN MEDIS

Perlengkapan medis yang tersedia di ruang balai pengobatan umum, KIA dan gigi

terdiri dari 3 buah tensimeter air raksa, 2 buah tensi lapangan, 5 buah stetoskop, 1 set

IUD kit, 1 set UKS kit, 1 minor set, 1 buah stetoskop Laenec, 5 buah timbangan bayi,

3 buah timbangan dewasa, 2 buah senter, 1 buah alat pengukur tinggi badan, 2 buah

THT set, 3 buah tempat tidur, dan 3 buah sterilisator yang semua dalam kondisi cukup

baik. Di balai pengobatan gigi terdapat 2 unit kursi gigi dengan kondisi yang baik dan

kurang baik.

III.12. KEGIATAN___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 30

AULA

Gizi

TU

R. Kepala Puskesmas

WC

Gudang

Lab

Apotek BP

Anak

Paru

Imunisasi R. Komp

Pendaftaran BP Umum

KIA / KB

Gigi

Page 31: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Puskesmas Suradita melaksanakan 6 kegiatan pokok dan 3 kegiatan tanbahan, yaitu :

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

4. Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

7. Kesehatan Usia Lanjut

8. Unit Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Penanggulangan NAPZA

III.13. SISTEM RUJUKAN

Sistem rujukan dilakukan secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal misalnya dari

Puskesmas Suradita ke Rumah Sakit Umum Tangerang. Secara horizontal rujukan

dilakukan antar Puskesmas Kecamatan.

Gambar 3.11. Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Suradita

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 31

Balai Pengobatan

(Input data monitoring kunjungan)

Page 32: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

BAB IV

METODE PENELITIAN DAN EVALUASI

VI.1. METODE PENELITIAN

IV.1.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah pentahapan (langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah),

mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

penelitian akan dilaksanakan.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 32

Balai Pengobatan Umum

Balai Pengobatan Gigi

Balai Pengobatan KIA

Balai Pengobatan TB Paru

Klinik Gigi

Loket pendaftaran

(Input register pasien)

Loket pembayaran

Apotik

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar(Variabel Bebas)

Kelengkapan Imunisasi Dasar(Variabel Terikat)

Page 33: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Bagan 4.1 Kerangka Konsep Penelitian

IV.1.2. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara pendidikan dan pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa Dangdang.

IV.1.3. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

- Tingkat pendidikan ibu

- Pengetahuan ibu tentang imunisasi

b. Variabel Terikat

Kelengkapan imunisasi dasar

IV.1.4. Definisi Operasional

No. Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

1. Variabel Bebas:

- Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

- Pendidikan

Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

Pendidikan formal tertinggi yang dicapai responden.

Kuisioner

Kuisioner

1. Baik, jika:Skor ≥ 53,85%

2. Kurang, jika:Skor < 53,85%

1. SD2. SMP & SMA

Ordinal

Ordinal

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 33

Pendidikan Ibu(Variabel Bebas)

Page 34: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

2. Variabel Terikat:

Kelengkapan Imunisasi Dasar

Apabila bayi telah mendapat imunisasi dasar yang terdiri dari:

- Hb0 1 kali

- BCG 1 kali- DPT 3 kali- Polio 4 kali- HB 3 kali- Campak 1 kali

KMS

dan

Wawancara

1. Lengkap, apabila telah mendapat semua imunisasi dasar.

2. Tidak Lengkap,

apabila ada satu atau lebih imunisasi dasar yang tidak didapat.

Nominal

IV.1.5. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, yaitu peneliti mempelajari

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan

pengukuran sesaat, tidak semua objek penelitian harus diperiksa pada hari/ saat

yang sama, tetapi baik variabel terikat dinilai hanya satu kali saja.

IV.1.6. Waktu dan Tempat

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 15 Februari 2012 sampai dengan 24

Februari 2012 dan penelitian dilakukan di posyandu Desa Dangdang.

IV.1.7. Populasi dan Sampel Penelitian

IV.1.7.1. Populasi

Populasi adalah setiap subyek (dapat berupa manusia, binatang

percobaan, data laboratorium dan lainnya) yang memenuhi

karakteristik yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, yang

menjadi populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 12-24

bulan yang berada di Desa Dangdang.

IV.1.7.2. Sampel

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 34

Page 35: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Sampel ialah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian ini yang

menjadi sampel adalah delapan puluh tiga (83) ibu yang memiliki

bayi berusia 12-24 bulan yang berada di Desa Dangdang.

Cara pemilihan sampel dilakukan dengan cara non-probability

sample jenis consecutive sampling. Jumlah sampel dihitung

berdasarkan rumus uji hipotesis terhadap risiko relatif.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Zα : 1,96Zβ : 0,842P1 : 0,90P2 : 0,70P : ½ (P1+P2) = 0,80Q1 : 1-P1 = 0,10Q2 : 1-P2 = 0,30Q : 1-P = 0,20

( Zα √2PQ+Zβ√ P1Q 1+P 2Q 2¿2

(P1 – P2)2

1,96√2∗0,8∗0,2 + 0.84√¿¿)2

(0,9-0,7)2

(1,6718836) 2 0,0576 = 48

Dengan demikian, besar sampel minimal adalah 48 orang.

IV.1.8. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner dan

KMS.

IV.2. METODE EVALUASI

Menurut The American Public Health Association, evaluasi atau penilaian adalah suatu

proses untuk menentukan nilai atau jumlah suatu keberhasilan dari pelaksanaan

program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, The World Health

Organization (WHO) memberi batasan tentang evaluasi ialah suatu cara belajar yang

sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian,

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 35

Page 36: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama

berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya.

Pada prinsipnya evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program,

baik pada tahap awal, tahap pelaksanaan, maupun tahap akhir. Evaluasi pada tahap

awal program dilakukan pada saat merencanakan suatu program (formative

evaluation), dan bertujuan untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-

benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

program dilakukan pada saat program sedang dilaksanakan (promotive evaluation),

dan bertujuan untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan telah sesuai

dengan rencana atau tidak, atau apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang

dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Sedangkan evaluasi pada

tahap akhir dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan (summative

evaluation), dan bertujuan untuk mengukur keluaran (output) serta untuk mengukur

dampak (impact) yang dihasilkan. Penilaian keluaran lebih mudah daripada penilaian

dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan waktu yang lama.

Unsur-unsur sistem

Sistem terbentuk dari unsur atau elemen yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, yaitu :

1. Masukan (Input)

Adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang

diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Termasuk didalamnya

adalah yang dikenal dengan 6 M, yaitu manusia (man), uang (money),

sarana (material), metoda (method), pasar (market), serta mesin

(machinery).

2. Proses (Process)

Adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang

berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

termasuk perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan (actuating), managemen, pengawasan (controlling), dan

penilaian (evaluation).

3. Keluaran (Output)

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 36

Page 37: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya

proses dalam sistem.

4. Umpan balik (Feedback)

Adalah kumpulan elemen atau bagian yang merupakan keluaran dari sistem

dan sekaligus sebagai suatu masukan dari sistem tersebut.

5. Dampak (Impact)

Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

6. Lingkungan (Environment)

Adalah dunia luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai

pengaruh besar terhadap sistem.

Bagan 4.2 Skema Hubungan Unsur-Unsur Sistem

Evaluasi program kesehatan dilaksanakan berdasarkan suatu pendekatan

sistem, yang mencangkup unsur sistem yang membentuknya dan variabel di

dalamnya. Menurut Azwar, untuk kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi

tersebut dapat dibedakan atas empat kelompok, yakni evaluasi terhadap masukan

(input), proses (process), keluaran (output), dan dampak (impact). Menyadari bahwa

suatu pelayanan kesehatan haruslah merupakan pelayanan kesehatan yang baik,

menyeluruh dan terpadu, maka untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh dan terpadu maka dalam faktor – faktor yang berhubungan dengan

kunjungan antenatal K4 di puskesmas Suradita ini kami menggunakan metode

evaluasi pendekatan sistem dengan penekanan terhadap unsur masukan (input), proses

(process), keluaran (output), lingkungan, dan umpan balik.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 37

Page 38: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Dalam bidang kesehatan, langkah yang sering dipergunakan adalah dengan

mengikuti prinsip pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Secara umum,

langkah ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu menetapkan prioritas masalah (problem

priority) dan menetapkan prioritas jalan keluar. Untuk dapat menetapkan prioritas

masalah, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Melakukan pengumpulan data

2. Melakukan pengolahan data

3. Melakukan penyajian data

4. Memilih prioritas masalah

5. Penentuan alternatif jalan keluar

IV.2.1. Pengumpulan Data

Data – data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung peneliti

dengan menggunakan lembar angket (kuisioner) terhadap sampel penelitian,

yaitu ibu yang memiliki bayi usia 12-24 bulan yang berada di Desa Dangdang.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan cakupan imunisasi dasar

Puskesmas Suradita, berupa data mengenai jumlah bayi usia 12-24 bulan yang

berada di Desa Dangdang tahun 2011.

IV.2.2. Pengolahan data

Pengolahan data ialah menyusun data yang telah tersedia sedemikian rupa,

sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data. Data-data

primer maupun sekunder yang telah didapat kemudian diolah dengan

pendekatan sistem dan dibuat variabel yang dibandingkan dengan tolok ukur

dan hasil yang ada. Tolak ukur itu terdiri dari masukan (input), proses

(process), dan keluaran (output), lingkungan, umpan balik dan dampak yang

didapat.

Data yang didapat dari hasil penelitian akan diolah dengan:

1. Editing

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 38

Page 39: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Editing dilakukan guna meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang

telah diisi dari hasil wawancara dengan responden. Dalam hal ini

editing meliputi kelengkapan dan kesalahan dalam pengisian

pertanyaan yang telah diberikan pada responden.

2. Koding

Koding yang dilakukan dengan cara meneliti kembali setiap data yang

ada kemudian memberi kode pada jawaban yang telah tersedia di

lembar pertanyaan sesuai dengan jawaban responden.

3. Scoring

Dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah

ditentukan.

4. Tabulasi

Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses

pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi.

5. SPSS for Windows versi 15.00

Bila terdapat kesenjangan antara hasil pengumpulan data dengan

indikator di keluaran (output), maka hal ini menjadi masalah

sesungguhnya. Sedangkan bila terdapat kesenjangan di unsur-unsur

lain selain keluaran, maka hal ini menjadi masalah penyebab.

IV.2.3. Penyajian Data

Untuk memudahkan memahami hasil laporan ini, maka hasil laporan disajikan

dalam 2 macam bentuk penyajian data yang lazim dipergunakan, yaitu:

Tekstular: penyajian data dalam bentuk uraian kata-kata.

Tabular: penyajian data dalam bentuk tabel-tabel

IV.2.4. Analisis data

IV.2.4.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi

dari variabel terikat, yaitu kelengkapan imunisasi dasar dan variabel

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 39

Page 40: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

bebas, yaitu pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dan tingkat

pendidikan ibu.

IV.2.4.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang

imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar menggunakan skala

nominal dan ordinal. Untuk menguji hipotesis ini digunakan metode

chi-square (x2).

IV.2.5. Penentuan Prioritas Masalah

Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua

masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas

masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang

dilkukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk

menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang

penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni

spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan

kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis. 

Parameter yang digunakan adalah:

Prevalence: berapa banyak penduduk yang terkena masalah tersebut.

Community concern: sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut

penting.

Seriousness: sejauh mana dampak yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.

Manageability: sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk mengatasi

masalah.

Tabel 4.2 Contoh Penetapan Prioritas Masalah dengan Scoring Technique Bryant

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 40

Page 41: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

PARAMETERMASALAH

1 2 3 4 5

Prevalence (P)

Community concern (CC)

Seriousness (S)

Manageability (M)

Dalam memilih masalah yang akan dijadikan prioritas adalah masalah yang

mempunyai total skor (P + CC + S + M) tertinggi, kemudian nilai tersebut dijadikan

parameter. Setiap parameter diberi nilai 1 sampai 5. Nilai 5 diberikan bila masalah

besar (paling penting) dan nilai 1 diberikan bila masalah kecil (paling tidak penting),

dengan perincian sebagai berikut:

Nilai 1 : Masalah kecil

Nilai 2 : Masalah sedang

Nilai 3 : Masalah cukup

Nilai 4 : Masalah cukup besar

Nilai 5 : Masalah besar

BAB V

HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN

V.1. Hasil Penelitian

V.1.1 Analisis Univariat

Distribusi frekuensi setiap variabel yang termasuk dalam penelitian ini dapat

diketahui berdasarkan analisis univariat, diantaranya adalah usia ibu dan usia anak di Desa

Dangdang pada periode Januari – Desember 2011, kelengkapan imunisasi, pendidikan ibu,

dan pengetahuan ibu. Berikut ini adalah hasil analisis variabel-variabel tersebut.

Persentase Usia Ibu

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 41

Page 42: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

84%

12%

4%

Usia Ibu (tahun)

20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun

Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 83 partisipan dalam penelitian, didapatkan

70 ibu (84.3%) yang berusia 20 – 30 tahun, 10 ibu (12%) yang berusia 31 – 40 tahun,

sedangkan hanya 3 ibu (3,6%) yang berusia antara 41 – 50 tahun.

Persentase Usia Anak

11%1%

16%

13%

18%

9%

21%

4%5% 1% 2%

Usia Anak (bulan)

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 83 bayi yang termasuk dalam penelitian ini,

terdapat 9 bayi (10,9%) berusia 12 bulan, 1 bayi (1,2%) berusia 13 bulan, 13 bayi (15,7%)

berusia 14 bulan, 11 bayi (13,2%) berusia 15 bulan, 15 bayi (18%) berusia 16 bulan, 7 bayi

(8,5%) berusia 17 bulan, 17 bayi (20,5%) berusia 18 bulan, 3 bayi (3,6%) berusia 19 bulan, 4

bayi (4,8%) berusia 20 bulan, 1 bayi (1,2%) berusia 21 bulan, dan 2 bayi (2,4%) berusia 22

bulan.

Persentase Kelengkapan Imunisasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 42

Page 43: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

19%

81%

Kelengkapan Imunisasi

Tidak Lengkap Lengkap

Diagram di atas menggambarkan bahwa dari 83 bayi, 67 bayi (80,7%) mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap sedangkan 16 bayi (19,3%) tidak mendapatkan imunisasi

dasar secara lengkap.

Persentase Pendidikan Ibu

93%

7%

Pendidikan Ibu

SD SMP - SMA

Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 83 ibu, sebanyak 77 ibu (92,8%)

mendapatkan pendidikan hingga SD sedangkan 6 ibu (7,2%) telah mencapai SMP atau SMA.

Persentase Pengetahuan Ibu

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 43

Page 44: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

40%

60%

Pengetahuan Ibu

Kurang Baik

Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 83 ibu, sebanyak 50 ibu (60,2%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar, sedangkan 33 ibu (39,8%) lainnya memiliki

pengetahuan tentang imunisasi dasar yang kurang. Penilaian ini berdasarkan kemampuan ibu

dalam menjawab pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner dalam survey penelitian ini.

V.1.2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang terikat dan bebas,

maka digunakan analisis bivariat. Pada penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 12 – 24 bulan di desa

Dangdang tahun 2011, yaitu pengetahuan ibu dan pendidikan ibu. Berikut ini adalah hasil

analisis terhadap faktor-faktor tersebut.

Distribusi Kelengkapan Imunisasi Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Kelengkapan

Imunisasi

Pengetahuan Ibu (N=83 orang) P value

Kurang Baik Total

N % N % N %

Tidak Lengkap 11 13,25% 5 6,02% 16 19,27

%

6,955

(p>0.01)

Lengkap 22 26,51% 45 54,22

%

67 80,7%

Total 33 39,76% 50 60,24

%

83 100,0

%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 16 bayi yang mendapatkan

imunisasi dasar secara tidak lengkap, terdapat 11 ibu (13,25%) yang memiliki pengetahuan

tentang imunisasi dasar yang kurang, sedangkan 5 ibu lainnya (6,02%) memiliki pengetahuan

yang baik. Pada pihak lainnya, yaitu dari 67 bayi yang mendapatkan imunisasi secara

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 44

Page 45: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

lengkap, terdapat 22 ibu (26,51%) yang memiliki pengetahuan tentang imunisasi secara

kurang, sedangkan 45 ibu lainnya (54,22%) mempunyai pengetahuan tentang imunisasi yang

baik. Hasil analisis kami dengan uji chi square, dengan memilih tingkat kesalahan sebesar

1% (P value 0.01%) didapatkan angka sebesar 6,955 dimana angka tersebut terbukti lebih

besar dari nilai p=0.01 berdasarkan tabel nilai P. Sehingga dapat disimpulkan terdapat

hubungan yang bermakna antara kedua variabel, dan artinya adalah terdapat pengaruh antara

pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi bayi.

Distribusi Kelengkapan Imunisasi Berdasarkan Pendidikan Ibu

Kelengkapan

Imunisasi

Pendidikan Ibu (N=83 orang) P value

SD SMP atau

SMA

Total

N % N % N %

Tidak Lengkap 15 18,07% 1 1,20% 16 19,27

%

0.028

(p<0.01)

Lengkap 62 74,70% 5 6,03% 67 80,73

%

Total 77 92,77% 6 7,23% 83 100,0

%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 16 bayi yang mendapatkan imunisasi dasar

secara tidak lengkap, terdapat 15 ibu (18,07%) yang hanya mendapatkan pendidikan

setingkat SD, sedangkan hanya 1 ibu (1,20%) yang telah mencapai pendidikan setingkat SMP

atau SMA. Pada pihak lainnya, yaitu dari 67 bayi yang mendapatkan imunisasi secara

lengkap, terdapat 62 ibu (74,70%) yang hanya mendapatkan pendidikan setingkat SD,

sedangkan 5 ibu lainnya (6,03%) telah mencapai pendidikan setingkat SMP atau SMA. Hasil

analisis kami dengan uji chi square, dengan memilih tingkat kesalahan sebesar 1% (P value

0.01%) didapatkan angka sebesar 0.028 dimana angka tersebut terbukti kurang dari p=0.01

berdasarkan tabel nilai P. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara kedua variabel, dan artinya adalah tidak terdapat pengaruh antara

pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi bayi.

V. 2. Hasil Evaluasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 45

Page 46: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Tolak ukur dan hasil evaluasi faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar

pada bayi di desa Dangdang tahun 2011.

Tabel V.1. Perbandingan Tolok Ukur dan Hasil Program Imunisasi Dasar di Desa Dangdang Tahun 2011

No. Variabel Tolak Ukur Hasil Kesenjangan

1.

MASUKAN

a.Tenaga

- Bidan atau

perawat

- Pengelola

program

imunisasi

- Kader posyandu

Minimal 1 orang bidan

atau perawat di desa

Minimal 1 orang

penanggung jawab

program imunisasi

Minimal 5 orang kader

yang terampil dalam 7

posyandu

(7x5= 35 orang kader)

1 orang bidan

1 orang penanggung

jawab program

imunisasi

Jumlah kader aktif

posyandu 25 orang

Tidak ada

Tidak ada

Ada

b. Sarana

Sarana habis

pakai:

- Vaksin BCG,

DPT, Polio,

Campak, dan

Hepatitis B

- Alat suntik

- Obat antipiretik

Tersedia dalam jumlah

cukup dan

penyimpanannya baik

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tersedia dalam jumlah

cukup dan

penyimpanannya baik

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 46

Page 47: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

- KMS

- Buku pencatatan

dan pelaporan

hasil vaksinasi

Sarana tidak habis

Pakai:

- Vaccine carrier

- Cold pack

- Termos

- Jumlah posyandu

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tersedia buku dan diisi

dengan baik

Tersedia dan dapat

digunakan

Tersedia dan dapat

digunakan

Tersedia dan dapat

digunakan

1 posyandu: ± 50 - 100

balita. Jumlah balita

±500 orang). Jadi, desa

ini memerlukan 5

posyandu.

Tersedia dalam jumlah

cukup

Tersedia buku dan diisi

dengan baik

Tidak tersedia

Kurang tersedia

(membuat es sendiri)

Tersedia dan dapat

digunakan

Terdapat 7 posyandu

Tidak ada

Tidak ada

Ada.

Ada.

Tidak ada

Tidak ada

c. Biaya Tersedia biaya yang

cukup

Tersedia biaya yang

cukup, berasal dari

APBD

Tidak ada

d. Metode

program

imunisasi

Ada standar

operasional

prosedur perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan,

Ada standar operasional

prosedur perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan, pencatatan

dan pelaporan, serta

Tidak ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 47

Page 48: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

pencatatan dan

pelaporan, serta

pengawasan program

imunisasi dasar.

pengawasan program

imunisasi dasar.

2. PROSES

a. Perencanaan Adanya penentuan

jumlah sasaran yaitu

sebesar 105 bayi

Sasaran imunisasi dasar

lengkap yaitu sebesar

105 bayi.

Tidak ada

Adanya penentuan

target cakupan :

HBo : 75 %

BCG : 98 %

DPT HB 1 : 98 %

DPT HB 2 : 95 %

DPT HB 3 : 93 %

Polio 1 : 98 %

Polio 2 : 95 %

Polio 3 : 93 %

Polio 4 : 93 %

Campak : 93 %

Target cakupan

imunisasi bayi

Puskesmas Suradita

tahun 2011 :

HBo : 75 %

BCG : 98 %

DPT HB 1 : 98 %

DPT HB 2 : 95 %

DPT HB 3 : 93 %

Polio 1 : 98 %

Polio 2 : 95 %

Polio 3 : 93 %

Polio 4 : 93 %

Campak : 93 %

Tidak ada

Adanya analisa situasi

cakupan

Dilakukan monitoring

melalui PWS

Tidak ada

Adanya penyusunan

rencana kerja yang

baik.

Adanya penyusunan

rencana kerja tertulis.

Tidak ada

Adanya jadwal kerja. Ada jadwal kerja yang

tertulis.

Tidak ada

Adanya pembinaan dan

penyuluhan.

Kurang pembinaan dan

penyuluhan (belum

Ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 48

Page 49: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

tentu 1 bulan sekali).

b. Pengorganisasian Adanya struktur

organisasi yang

bertanggung jawab

dalam pelaksanaan

program

Struktur organisasi ada

dan jelas, sesuai dengan

tugas masing-masing.

Tidak ada

Adanya pembagian

tugas, pendelegasian

wewenang, dan

kerjasama dengan

lintas sektoral dan

swasta berjalan dengan

baik.

Adanya pendelegasian

ke bidan desa.

Tidak ada

Tidak ada kerjasama

dengan pihak swasta.

Ada

c. Pelaksanaan Sesuai dengan

perencanaan yang telah

disusun, 1 bulan sekali

petugas melakukan

pembinaan, penyuluhan

imunisasi,

penyimpanan vaksin

sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Kurang sesuai dengan

rencana kerja, belum

tentu 1 bulan sekali

petugas melakukan

pembinaan, penyuluhan

namun imunisasi,

penyimpanan vaksin

sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Ada

d. Pengawasan Adanya pengamatan

dan supervisi terhadap

pelaksanaan program

Adanya pengamatan

dan supervisi terhadap

pelaksanaan program

Tidak ada

e. Pencatatan dan

Pelaporan

Tersedia dan diisi

dengan baik serta

adanya pelaporan hasil

vaksinasi dari sarana

pelayanan kesehatan,

posyandu, dan swasta.

Buku pencatatan

tersedia dan diisi

dengan baik. Adanya

laporan hasil vaksinasi

dari bidan desa dan

posyandu.

Tidak ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 49

Page 50: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Petugas kesehatan

swasta tidak

melaporkan hasil

cakupan imunisasi ke

puskesmas.

Ada

3. KELUARAN

Cakupan

imunisasi bayi

Cakupan imunisasi

bayi untuk:

Hbo : 75 %

BCG : 98 %

DPT HB 1 : 98 %

DPT HB 2 : 95 %

DPT HB 3 : 93 %

Polio 1 : 98 %

Polio 2 : 95 %

Polio 3 : 93 %

Polio 4 : 93 %

Campak : 93 %

Cakupan imunisasi bayi

untuk:

Hbo : 84.4 %

BCG : 81.8 %

DPT HB 1 : 78.7 %

DPT HB 2 : 79.8 %

DPT HB 3 : 76.3 %

Polio 1 : 76.7 %

Polio 2 : 74.5 %

Polio 3 : 79.1 %

Polio 4 : 74.4 %

Campak : 78 %

Tidak Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

4. LINGKUNGAN

a. Non Fisik

- Pendidikan

- Ekonomi

-Kepercayaan/adat

- Pemuka agama/

Pendidikan yang

didapat cukup untuk

mengerti pentingnya

imunisasi dasar

Tingkat ekonomi cukup

baik

Tidak ada hambatan

Tidak ada hambatan

Mayoritas warga tidak

sekolah dan tidak tamat

SD-SMP

Tidak ada hambatan

karena imunisasi

diberikan gratis

Tidak ada hambatan

Tidak ada hambatan

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 50

Page 51: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

tokoh masyarakat

- Peran serta

masyarakat

- Sarana pelayanan

kesehatan

b. Fisik

- Wilayah atau

transportasi

Adanya dukungan dan

kerjasama dalam

program imunisasi

Adanya dukungan dan

kerjasama dalam

program imunisasi

(ex:RS,RB)

Posyandu mudah

dicapai dan sarana

transportasi tersedia

Kurangnya tingkat

kepedulian masyarakat

di beberapa RW dalam

pelaksaanan kegiatan di

posyandu

Kurangnya kerjasama

dengan sarana

pelayanan kesehatan

swasta

Sulit dicapai karena

sarana transportasi

kurang tersedia.

Ada

Ada

Ada

5. UMPAN BALIK

a.Pencatatan dan

pelaporan

b.Supervisi

Dimanfaatkan sebagai

masukan untuk

pelaksanaan program

selanjutnya

Dimanfaatkan hasil

supervisi dan saran-

saran yang diajukan

untuk peningkatan

kualitas dan kuantitas

Ada pencatatan dan

pelaporan tentang hasil

kegiatan imunisasi yang

dibuat rangkap dua dan

nanti akan diteruskan

sebagai bahan

konsultasi ke tingkat

kabupaten

Pemantauan dari

pengelola program

imunisasi yang

dilakukan melalui

Pemantauan Wilayah

Tidak ada

Tidak ada

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 51

Page 52: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

pelaksanaan Setempat rutin

dilakukan melalui

Lokakarya Bulanan

(Lokbul)

6. DAMPAK

a. Angka kesakitan

hepatitis

b.Angka kesakitan

pertusis

c.Angka kesakitan

difteri

d.Angka kesakitan

polio

e.Angka kesakitan

campak

f.Angka kesakitan

tetanus

g.Angka kesakitan

tuberculosis

0

0

0

0

0

0

0

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

Belum dapat

dinilai

V.2.1. Masalah Sesungguhnya

Dari hasil evaluasi program mengenai kelengkapan imunisasi dasar dan faktor yang

mempengaruhi program imunisasi dasar di desa Dangdang periode Januari – Desember 2011,

ditemukan masalah, yaitu :

Hasil cakupan imunisasi dasar yang belum mencapai target, kecuali pada imunisasi

HB 0 yang telah melebihi target.

V.2.2. Prioritas Masalah

Dari hasil evaluasi periode Januari – Desember 2011, diperoleh satu masalah dari

keluaran (output) yaitu cakupan imunisasi dasar di Desa Dangdang yang belum mencapai

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 52

Page 53: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

target. Karena hanya ditemukan satu masalah, maka tidak akan dilakukan pemilihan prioritas

masalah dengan menggunakan metode Scoring Technique menurut Bryant.

Masalah: Cakupan imunisasi dasar BCG, DPT / HB 1, DPT / HB 2, DPT / HB 3,

Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak belum mencapai target.

V.2.3. Penyebab dan Penyelesaian Masalah

Kurangnya jumlah kader posyandu yang bertugas di tiap posyandu

1. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

3. Kurangnya pembinaan dan penyuluhan pada petugas pelayanan kesehatan

4. Kurangnya kerja sama dengan sarana pelayanan kesehatan swasta (rumah

sakit swasta, rumah bersalin, praktik dokter/bidan swasta) dalam

pelaksanaan dan pelaporan hasil imunisasi

5. Posyandu yang sulit dicapai karena sarana transportasi yang kurang

tersedia.

- Masalah : Belum tercapainya cakupan imunisasi dasar

- Penyebab masalah :

o Masukan :

Tenaga

Kurangnya jumlah kader posyandu yang bertugas di tiap

posyandu

Kurangnya pembinaan dan penyuluhan pada petugas

pelayanan kesehatan termasuk kader.

o Proses :

Kurangnya kerja sama dengan pihak swasta

Pihak swasta tidak melaporkan hasil imunisasi

o Lingkungan :

Kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi dan

manfaatnya

Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

imunisasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 53

Page 54: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Kurangnya penyuluhan pada masyarakat tentang imunisasi

Posyandu yang sulit dicapai karena sarana transportasi

kurang tersedia.

Alternatif Jalan Keluar

Alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan :

o Masukan :

Mengusulkan penambahan kader di desa Dangdang dan

memberikan pembinaan untuk kader baru.

Mengusulkan untuk penyediaan posyandu bantuan pada daerah

yang lebih terpencil agar dapat mencapai masyarakat yang kurang

memiliki akses pada posyandu dan yang memiliki keterbatasan

sarana transportasi.

o Proses :

Mengusulkan adanya penyegaran pada kader secara intensif dan

lebih sering sehingga mereka memiliki pengetahuan dan kualitas

yang cukup untuk ikut mendukung program imunisasi dan

bertanggung jawab atas wilayah posyandunya.

Menambah frekuensi penyuluhan dan pemahaman kepada

masyarakat mengenai pentingnya imunisasi, tumbuh kembang anak

yang sehat, memberi gambaran kepada ibu mengenai kondisi anak

yang mendapat imunisasi dasar lengkap dan yang tidak mendapat

imunisasi dasar lengkap atau bahkan tidak diimunisasi, serta

meyakinkan warga agar tidak perlua khawatir atas efek samping

yang ditimbulkan.

o Lingkungan Non Fisik :

Melibatkan para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat

sebagai kader dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi

Melakukan kerjasama dengan sarana pelayanan kesehatan swasta

dalam hal pelaporan imunisasi dasar.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 54

Page 55: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Petugas puskesmas mengambil hasil cakupan imunisasi ke sarana

pelayanan kesehatan swasta apabila laporan tidak diberikan pada

batas tanggal tertentu

Sehubungan dengan hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa terdapat faktor penentu

lain yang berhubungan dengan kelengkapan hasil imunisasi selain pengetahuan ibu. Berikut

ini adalah beberapa alasan yang ditemukan pada pengambilan data primer di lapangan yang

merupakan faktor lainnya yang menyebabkan tidak lengkapnya imunisasi dasar pada bayi di

daerah Dangdang dalam periode Januari – Desember 2011 :

- Keadaan bayi yang sedang sakit saat jadwal posyandu tiba

- Ketidaktahuan ibu atas jadwal posyandu yang sedang berlangsung pada daerahnya

- Keterbatasan pada faktor transportasi untuk mencapai posyandu

- Keterbatasan waktu dan kesibukan ibu untuk mengantar anaknya ke posyandu

- Pengetahuan yang salah atas efek samping imunisasi yaitu menjadi sakit

setelahnya

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Untuk menjawab tujuan penelitian maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

adalah :

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 55

Page 56: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

6.1.1. Cakupan program imunisasi dasar di Desa Dangdang tahun 2011

Dari semua jenis imunisasi dasar pada bayi, hanya HB 0 yang ditemukan

telah melampaui target. Didapatkan data sebanyak 88 bayi (84.4%) yang telah

mendapatkan imunisasi HB 0, dimana target hanya sebanyak 78 bayi (75%). Jenis

imunisasi dasar lainnya seperti BCG, DPT / HB1, DPT / HB2, DPT / HB3, Polio 1,

Polio 2, Polio 3, Polio 4 dan campak tidak memenuhi target.

6.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan program

imunisasi dasar di Desa Dangdang tahun 2011.

Pengetahuan Ibu

Dimana secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan

ibu dan kelengkapan imunisasi bayi dengan nilai p = 0,01 dan X2 = 6.955

Pendidikan Ibu

Dimana secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi dengan nilai p = 0.01 dan X2 =

0,028

6.1.3. Upaya yang Dilakukan dalam Menghadapi Masalah Tidak Tercapainya

Target Imunisasi masyarakat Desa Dangdang di Puskesmas Suradita :

Membuat perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan imunisasi dasar.

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 56

Page 57: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

Memotivasi orang tua untuk kembali imunisasi sesuai jadwal

Mengumpulkan data mengenai cakupan imunisasi dasar dari sarana pelayanan

kesehatan swasta daerah setempat.

Memotivasi kader untuk tetap aktif memotivasi warga untuk berkunjung ke

posyandu

6.2. SARAN

Setelah melakukan serangkaian proses evaluasi maka langkah yang dapat ditempuh

adalah debagaiberikut :

6.2.1. Puskesmas Suradita

Mengusulkan diadakannya penyuluhan dan pelatihan untuk para kader sehingga

mereka memiliki pengetahuan dan kualitas yang cukup untuk ikut mendukung

program imunisasi dan bertanggung jawab atas wilayah posyandunya

Mengadakan pertemuan dengan para petugas kesehatan swasta dan melakukan

pendekatan dalam rangka saling bekerja sama dalam pelaporan hasil imunisasi

Melakukan pengambilan hasil laporan imunisasi ke pihak swasta apabila data

yang diperlukan tidak dilaporkan.

Promosi kesehatan secara aktif kepada masyarakat terutama ibu – ibu, mengenai

pentingnya imunisasi

Menambah frekuensi penyuluhan kepada masyarakat

Melakukan sweeping

Kerjasama lintas program yang terpadu dalam pelaksanaan pemberian imunisasi

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 57

Page 58: imunisasi boo

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar; dan Evaluasi Program Imunisasi Dasar

di Desa Dangdang Tahun 2011

2012

6.2.2. Dinas Kesehatan

Menyediakan media informasi yang dapat digunakan dalam kegiatan

penyuluhan sehingga penyampaiannya menjadi lebih mudah dan lebih jelas.

Memberikan pelatihan kepada petugas puskesmas secara periodik untuk terus

memperbaharui pengetahuan.

Dampak Positif

Dampak Positif yang mungkin dapat terjadi jika alternatif jalan keluar dapat

dilaksanakan adalah terjadinya peningkatan cakupan imunisasi dasar sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I).

___________________________________________________________________________Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 23

Januari – 17 Maret 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Puskesmas Suradita 58