makalah imun denny.docx

54
SITOKIN DAN KEMOKIN SERTA REAKSI HIPERSENSITIVITAS DISUSUN OLEH DENNY 11.01.034 Diajukan Sebagai Tugas Porto Folio Dalam Rangkaian Mata Kuliah IMUNOLOGI Semester Akhir 2012/2013 PROGRAM STUDI S1 FARMASI 1

Upload: denny-deny

Post on 22-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Imun Denny.docx

SITOKIN DAN KEMOKIN

SERTA REAKSI HIPERSENSITIVITAS

DISUSUN OLEH

DENNY

11.01.034

Diajukan Sebagai Tugas Porto Folio

Dalam Rangkaian Mata Kuliah

IMUNOLOGI

Semester Akhir 2012/2013

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2013

1

Page 2: Makalah Imun Denny.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga saya dapat menyelasaikan makalah

tentang Imunologi ini. Adapun makalah ini membahas tentang “ SITOKIN DAN

KEMOKIN SERTA REAKSI HIPERSENSITIVITAS”.

Makalah ini dibuat untuk dengan tujuan mengembangkan pengetahuan dan

wawasan kita serta untuk mengetahui tentang pengertian, jenis, dan fungsi sitokin

dan kemokin serta reaksi hipersensitivitas serta mengetahui bagaimana dan seperti

apa mekanisme dari sitokin, kemokin dan reaksi hipersensitivitas ini, selain itu

banyak hal yang kita ketahui dari Materi ini.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen dan teman-teman

yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini maupun penyusunan

makalah ini hingga selesai. Sangat disadari bahwa makalah ini tak luput dari

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat diharapkan dari para pembaca demi perbaikan makalah ini

untuk selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin….

Makassar, 2013

Penyusun

2

Page 3: Makalah Imun Denny.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

A. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

B. SITOKIN DAN KEMOKIN

1. PENGERTIAN ................................................................................................... 7

2. JENIS DAN FUNGSI ........................................................................................ 10

C. REAKSI HIPERSENSITIVITAS

1. PENGERTIAN ................................................................................................... 29

2. JENIS-JENIS REAKSI HIPERSENSITIVITAS ......................................... 30

D. KESIMPULAN ............................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Makalah Imun Denny.docx

A. PENDAHULUAN

Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem

imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan

pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin

seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,

hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi,

dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai

suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis ,

membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama

yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologik yang bersifat

hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan

membunuh patogen serta sel tumor. imunitas dapat bersifat alami atau nonspesifik

(natural/innate) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). imunitas dapat

bersifat alami atau nonspesifik (natural/innate) dan didapat atau spesifik

(adaptive/acquired) Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk

melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang

menyebabkan penyakit. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik,

seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau

infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh

retrovirus HIV.

Respon imun adalah munculnya resistensi (imunitas) terhadap zat asing

(misalnya penyebab infeksi). Ini di dapat berperanatara antibodi (humoral),

berperanatara sel (seluler) atau keduanya. Respon Imun dapat ditingkatkan dengan

4

Page 5: Makalah Imun Denny.docx

konsumsi zat gizi, seperti vitamin dan mineral secara berimbang. Tidak kurang dan

tidak lebih. Vitamin dan mineral dapat meningkatkan respon imun yang mampu

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Iris menambahkan, vitamin

yang sudah diteliti mampu meningkatkan respon imun yaitu vitamin A, B6, B12, C,

D, E, dan asam folat. Sedangkan mineral untuk meningkatkan daya tahan tubuh

adalah seng, selenium, temaga, dan besi.

Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang

dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.Sistem imun tubuh

manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas

adaptif atau system imun spesifik.

Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik.Sistem imun

non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem

imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level

larut seperti pada asam lambung atau enzim.

Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T

yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed

hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam

kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem

imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan

sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.

Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang

memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan

dalam menentukan respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol

perkembangan, differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam

5

Page 6: Makalah Imun Denny.docx

organ limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok “messenger intrasel” yang

berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga

berperan penting dalam atraksi leukosit dengan menginduksi produksi kemokin,

yang kita kenal sebagai mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin

menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon

inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri

yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a). Keduanya

merupakan polipeptida berbobot molekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam

berbagai reaksi dalam tubuh, termasuk respon imunologi, inflamasi, dan

hematopoiesis.

Sedangkan Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi

berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu sensiitifnya respon imun (merusak,

menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan

oleh sistem kekebalan normal. Hipersensitivitas merupakan reaksi imun tipe I,

namun berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi,

hipersensitivitas terbagi menjadi empat tipe lagi: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV.

Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi

hipersensitivitas.

6

Page 7: Makalah Imun Denny.docx

B. SITOKIN DAN KEMOKIN

1. PENGERTIAN

Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang

memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan

dalam menentukan respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol

perkembangan, differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam

organ limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok “messenger intrasel” yang

berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga

berperan penting dalam atraksi leukosit dengan menginduksi produksi kemokin,

yang kita kenal sebagai mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin

menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon

inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri

yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a). Keduanya

merupakan polipeptida berbobot molekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam

berbagai reaksi dalam tubuh, termasuk respon imunologi, inflamasi, dan

hematopoiesis.

Sitokin (Yunani cyto-: sel, dan -kinos: gerakan) adalah salah satu dari sejumlah

zat yang disekresikan oleh sel-sel spesifik sistem imun yang membawa sinyal lokal

antara sel, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain. sitokin merupakan

kategori isyarat molekul yang digunakan secara ekstensif dalam komunikasi selular.

sitokin berupa protein, peptida, atau glikoprotein. Istilah sitokin meliputi keluarga

besar dan beragam regulator polipeptida yang diproduksi secara luas di seluruh

tubuh oleh beragam sel asal embriologis.

Pada dasarnya, istilah sitokin telah digunakan untuk merujuk kepada agen

imunomodulasi (interleukin, interferon, dll). Konflik data yang ada tentang apa yang

7

Page 8: Makalah Imun Denny.docx

disebut sitokin dan apa yang disebut hormon. Anatomis dan perbedaan struktural

antara sitokin dan hormon klasik memudar seperti yang kita belajar lebih banyak

tentang masing-masing. hormon protein Classic beredar di nanomolar (10)

konsentrasi yang biasanya bervariasi oleh kurang dari satu urutan besarnya.

Sebaliknya, beberapa sitokin (seperti IL-6) beredar di picomolar (10) konsentrasi

yang dapat meningkat hingga 1.000 kali lipat selama trauma atau infeksi. 

Distribusi luas sumber selular untuk sitokin mungkin fitur yang membedakan

mereka dari hormon. Hampir semua sel berinti, tapi terutama endo/sel epitel dan

makrofag (banyak dekat permukaan dengan lingkungan eksternal) adalah produsen

IL-1, IL-6, dan TNF- . Sebaliknya, hormon seperti insulin, yang disekresikan dariα

kelenjar diskrit (misalnya, pankreas). Pada tahun 2008, istilah saat ini mengacu

pada sitokin sebagai imunomodulasi agen. Namun, penelitian lebih banyak

diperlukan di daerah ini mendefinisikan sitokin dan hormon.

8

Page 9: Makalah Imun Denny.docx

Gambar 1. cytokine signaling pada respons imun (Oberholzer et al., 2000)

Kemokin adalah keluarga sitokin kecil, atau protein disekresikan oleh sel.

Nama mereka berasal dari kemampuan mereka untuk menginduksi kemotaksis

diarahkan dalam sel responsif di dekatnya, mereka adalah sitokin chemotactic.

Protein diklasifikasikan sebagai kemokin sesuai dengan karakteristik

struktural bersama seperti ukuran kecil (mereka semua sekitar 8-10 kiloDaltons

dalam ukuran), dan adanya residu sistein empat di lokasi konservasi yang

merupakan kunci untuk membentuk 3-dimensi bentuknya. Namun, protein ini

secara historis telah dikenal dengan beberapa nama lain termasuk keluarga

SIS''sitokin'',''SIG keluarga sitokin'',''SCY keluarga sitokin'',''faktor-4 trombosit

superfamili'' atau''intercrines''.

Beberapa kemokin dianggap pro-inflamasi dan dapat diinduksi selama respon

imun untuk merekrut sel-sel sistem kekebalan tubuh ke situs infeksi, sementara

yang lain dianggap homeostatik dan terlibat dalam mengendalikan migrasi sel

selama proses normal pemeliharaan jaringan atau pengembangan .

Kemokin ditemukan di semua vertebrata, beberapa virus dan beberapa

bakteri, tetapi tidak telah dijelaskan untuk invertebrata lain.

9

Page 10: Makalah Imun Denny.docx

Protein ini menimbulkan dampak biologis mereka dengan berinteraksi

dengan G protein reseptor terkait transmembran disebut reseptor kemokin, yang

selektif ditemukan pada permukaan sel target mereka.

2. JENIS DAN FUNGSI

Sitokin dibagi dalam sitokin imunologi yaitu tipe 1 (IFN- , TGF- ), dan tipe 2γ β

(IL-4, IL-10, IL- 13), yang mendukung respon antibodi. Fokus utama yang menarik

adalah bahwa sitokin dalam salah satu dari dua-set sub cenderung untuk

menghambat dampak yang timbul dari pada yang lain. Disregulasi kecenderungan

ini masih dalam studi intensif atas peran yang mungkin dalam patogenesis gangguan

autoimun. Beberapa sitokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. Fakta bahwa

sitokin, sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan menyebabkan stres oksidan

juga meningkat, membuat mereka penting dalam inflamasi kronis. Disregulasi

sitokin-sitokin baru-baru ini telah dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada bersifat

memacu dan menghambat. Bersifat memacu yaitu sesuai dengan populasi sel yang

fungsi mereka mempromosikan: sel T helper 1 atau 2. Kategori kedua sitokin

memiliki peran dalam pencegahan berlebihan tanggapan kekebalan pro-inflamasi,

termasuk IL-4, IL-10 dan TGF- (untuk beberapa nama). Sitokin merupakan sinyalβ

penting yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh untuk dapat mengaktifkan kerja sel yang

lain, sehingga jenis dari sitokin yang disekresikan oleh sel akan memberikan efek

pada sel targetnya. Beberapa penyakit autoimun ditandai dengan perubahan

komposisi Th1 vs Th2 dan keseimbangan IL-12/TNF- vs IL-10. Pada beberapaα

penyakit seperti RA, MS, DM tipe 1, penyakit tiroid autoimun, dan Crohn’s,

keseimbangan bergeser menuju Th1 (IL-12 & TNF- ), sedangkan aktifitas Th2 (IL-α

10) berkurang. Pada SLE berkaitan dengan pergeseran ke Th2 (IL-10), sedangkan

produksi IL-12 dan TNF- oleh Th1 sangat kurang. pada gambar berikut iniα

10

Page 11: Makalah Imun Denny.docx

menjelaskan pada penyakit DM tipe 1 yang diperantarai oleh sitokin yang dihasilkan

sampai terjadinya kerusakan sel-sel beta pakreas.

Klasifikasi Sel Sitokin

Sitokin adalah nama umum, nama yang lain diantaranya limfokin (sitokin yang

dihasilkan limfosit), monokin (sitokin yang dihasilkan monosit), kemokin (sitokin

dengan aktivitas kemotaktik), dan interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu

leukosit dan beraksi pada leukosit lainnya). Sitokin berdasarkan jenis sel penghasil

utamanya, terbagi atas monokin dan limfokin.

Makrofag sebagai sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC),

mengekspresikan peptida protein Mayor Histocompatibility Complex (MHC) klas II

pada permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel T (Tcr), sel T helper.

Makrofag mensekresi Interleukin (IL)-1 , IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF- .β α

Pada sel T terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel Th1 memproduksi

Interleukin-2 (IL-2), Interferon- (IFN- ) dan Limfotoksin (LT). Kelompok sel Th2γ γ

memproduksi beberapa interleukin yaitu IL-4, IL-5, IL-6, IL-10.

Klasifikasi Struktural

Homologi struktural telah mampu membedakan antara sebagian sitokin yang

tidak menunjukkan tingkat redundansi sehingga mereka dapat diklasifikasikan

menjadi empat jenis:

Keempat famili -helix bundelα   sitokin Anggota memiliki struktur tiga dimensi

dengan empat bundel -heliks.α  Famili ini dibagi menjadi tiga sub-keluarga

subfamily IL-2

1. subfamili  interferon (IFN)

2. subfamili IL-10

11

Page 12: Makalah Imun Denny.docx

Yang pertama dari ketiga subfamili adalah yang terbesar. Hal itu berisi

beberapa non-imunologi sitokin termasuk eritropoietin (EPO) dan thrombopoietin

(TPO). Juga, empat bundel -helix sitokin dapat dikelompokkan menjadi sitokinα

rantai panjang dan rantai pendek.

Famili IL-1  yang primer termasuk  IL-1 and IL-18

Famili IL-17 , yang belum sepenuhnya ditandai, meskipun sitokin anggota

memiliki efek khusus dalam mempromosikan proliferasi T-sel yang menyebabkan

efek sitotoksik

Klasifikasi Fungsional

Sebuah klasifikasi yang terbukti lebih berguna dalam praktek klinis dan

eksperimental adalah pembagian sitokin imunologi ke orang-orang yang

meningkatkan respon imun seluler yaitu tipe 1 (IFN- , TGF- , dll), dan tipe 2 (IL-4,γ β

IL-10, IL -13, dll) adalah yang mendukung respon antibodi.

Fokus utama yang menarik adalah bahwa sitokin dalam salah satu dari dua

sub-set cenderung untuk menghambat dampak yang timbul dari lainnya. Disregulasi

dari kecenderungan ini berperan dalam patogenesis gangguan autoimun.

Beberapa Sitokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. Fakta bahwa sitokin

sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan juga menyebabkan stres oksidan

meningkat membuat sitokin berperan penting dalam peradangan proses kronis.

Reseptor Sitokin

Reseptor sitokin telah banyak menyita perhatian para ahli dibandingkan

dengan sitokin itu sendiri, sebagian karena karakteristiknya yang luar biasa, dan

sebagian karena defisiensi reseptor sitokin secara langsung berkaitan dengan

melemahnya immunodefisiensi.

12

Page 13: Makalah Imun Denny.docx

Dalam hal ini, dan juga karena redundansi dan pleiomorpishm sitokin, pada

kenyataannya merupakan konsekuensi dari reseptor homolog sitokin, banyak para

ahli berfikir bahwa klasifikasi reseptor akan lebih berguna secara klinis dan

eksperimental. Sitokin bekerja pada sel-sel targetnya dengan mengikat reseptor-

reseptor membran spesifik. Reseptor dan sitokin yang cocok dengan reseptor

tersebut dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan struktur dan

aktivitasnya.

Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang

dimiliki.

Reseptor sitokin tipe 1 ( Haemopoitin Growth Factor family ) 

Anggota-anggotanya memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam-amino

domain. Contoh, IL-2 reseptor memiliki rantai – (umumnya untuk beberapaγ

sitokin lain) yang kurang sehingga secara langsung bertanggung jawab atas x-

linked Severe Combined Immunodeficiency (X-SCID). X-SCID menyebabkan

hilangnya aktivitas kelompok sitokin ini.

Reseptor sitokin tipe 2 ( Interferon )

Anggota-anggotanya adalah reseptor-reseptor terutama untuk interferon.

Reseptor-reseptor kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak

rangkain Trp-Ser-X-Trp-Ser) dan mencakup reseptor-reseptor untuk IFN ,α

IFN , IFN .β γ

Reseptor sitokin tipe 3 ( Tumor Necrosis Factor family )

Anggota-anggotanya berbagi sistein-ekstraseluler yang umumnya banyak

mengikat domain, dan termasuk beberapa non-sitokin lain seperti CD40,

CD27, dan CD30, selain yang diberi nama (TNF).

13

Page 14: Makalah Imun Denny.docx

Reseptor kemokin 

Reseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan berinteraksi

dengan G protein. Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-8, MIP-1, dan

RANTES. 1 Reseptor kemokin, dua diantaranya beraksi mengikat protein

untuk HIV (CXCR4 dan CCR5), yang juga tergolong ke dalam kelompok ini.

Immunoglobulin (Ig) superfamili 

Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan

jaringan dalam tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan

immunoglobulin (antibodi), sel molekul adhesi, dan bahkan beberapa sitokin.

Contoh, IL-1 reseptor.2

Reseptor TGF beta 7

Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta superfamili, yang

tergolong kelompok ini, meliputi TGF- 1, TGF- 2, TGF- 3.2β β β

Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan larut.

Reseptor sitokin yang larut umumnya secara ekstrim sebagai pengatur fungsi

sitokin.2 Aktivitas sitokin bisa dihambat oleh antagonisnya, yaitu molekul

yang mengikat sitokin atau reseptornya. Selama berlangsungnya respon imun,

fragmen-fragmen membran reseptor terbuka dan bersaing untuk mengikat

sitokin.

Tabel 1. Tipe-tipe reseptor Sitokin

Tipe Reseptor   sitokin

Contoh Struktur Mekanisme

Reseptor tipe 1   Reseptor tipe 1 interleukin

  Reseptor eritropoietin   Reseptor GM-CSF   d. Reseptor faktor

interleukin   Reseptor G-CSF   Reseptor prolakin

Tergantung pada motif   ekstraseluler-asam amino domain mereka. Yang dihubungkan sampai Janus   Kinase (JAK) family dari tirosin kinase

JAK phosphory late   dan mengaktifkan protein-protein pada lintasan transduksi sinyalnya.

14

Page 15: Makalah Imun Denny.docx

  Reseptor faktor penghambat leukemia

Reseptor tipe 2   Reseptor tipe 2 interleukin   Reseptor interferon / α β   Reseptor gamma interferon

Imunoglobin   superfamili

  Reseptor interleukin-1   CSF 1   C Reseptor  ReseptorInterleukin 18

Berbagi homologi   struktural dengan imunoglobin-imunoglobin (antibodi), sel molekul-molekul   adhesi dan bahkan berapa sitokin.

Reseptor tumor   nekrosis faktor family

  CD27   CD30   CD40   CD120   Reseptor Lymphotoxin

beta

Sistein-kaya akan   ekstraseluler mengikat domain

Reseptor kemokin   Reseptor interleukin 8   CCR1   CXCR4   Reseptor MCAF   Reseptor NAP-2

Tujuh transmembran   heliks

G   protein-berpasangan

Reseptor TGF beta   Reseptor TGF beta 1   Reseptor TGF beta 2

Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina IL-1 , IL-1ßα

dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan

dan respon peradangan. IL-1 dan IL-1ß masing-masing memiliki berkasα

genetik IL1A, dan IL1B,pada kromosom 2 deret yang sama yaitu 2q14, dan

merupakan sitokina pleiotropik hasil sekresi monosit dan makrofaga berupa

prohormon, sebagai respon saat sel mengalami cedera, oleh karena itu

menginduksi apoptosis. Interleukin-1 (IL-1) merupakan keluarga dari

polipeptida dengan berbagai kegiatan biologis. Setidaknya dua produk gen

yang berbeda telah dikloning, ada mungkin lebih. Keluarga IL-1 manusia

memainkan peran penting dalam patogenesis banyak penyakit dan fungsi

sebagai mediator kunci dari respon host terhadap tantangan infeksi, inflamasi,

dan imunologi yang berbeda. IL-1 Recombinant mouse (pI 5) dan 

15

Page 16: Makalah Imun Denny.docx

recombinant human (pI 7) yang digunakan untuk mengkonfirmasi beberapa

sifat biologis IL-1” s tetapi penyelidikan yang cukup besar diperlukan sebelum

kegiatan tertentu (unit biologis per miligram protein) ditetapkan untuk setiap

bentuk IL-1 human. Beberapa kegiatan IL-1 biologis seperti induksi hati fase

akut sintesis protein telah dibuktikan dalam invertebrata dalam evolusi

limfosit. IL-1 adalah sangat inflamasi dan meningkatkan konsentrasi metabolit

asam arakidonat, terutama prostaglandin E2, di otak, otot, kondrosit, dan

fibroblas sinovial. Sintesis leukotrien juga terlibat dalam mekanisme kerja

pada jaringan tertentu. Kloning dan ekspresi gen IL-1 human akan

memperluas pemahaman kita tentang IL-1 dalam berbagai penyakit melalui

sistem deteksi peningkatan dan penggunaan probe cDNA, pengembangan

antagonis IL-1, serta penggunaan IL-1 sebagai immunomodulator, saat ini

sedang dipertimbangkan. Beberapa pakar menganggap bahwa defisiensi

genetik IL1A berperan dalam reumatoid artritis dan Alzheimer. IL-1ß

merupakan sitokina yang diiris oleh ICE, dan berperan di dalam aktivitas

selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada

sitokina ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab

hipersensitivitas yang memberikan rasa sakit. Dari percobaan yang dilakukan

terhadap manusia dan hewan, ada peranan yang kuat dari IL-1 sebagai

mediator stimulasi hilangnya tulang pada penyakit periodontal. IL-1 adalah

mediator utama terhadap respon inflamasi yang dihasilkan oleh banyak sel

yang berbeda, termasuk makrofag, sel-sel endotel, sel-sel B, fibroblas, sel-sel

epitel, astrocytes, dan osteoblas. IL-1 dihasilkan sebagai respon terhadap

mikroorganisme, bakteri toksin, komponen komplemen atau injuri jaringan.

Salah satu aksi terpenting dari IL-1 adalah kemampuannya untuk

16

Page 17: Makalah Imun Denny.docx

menginduksi sitokin lain, dan IL-1 muncul sebagai bagian jaringan sitokin

dengan sifat self-regulating dan self-suppressing Pada awalnya IL-1

ditemukan sebagai faktor yang bisa menginduksi terjadinya demam, sebagai

pengontrol limfosit, meningkatkan jumlah sel-sel sumsum tulang dan

menyebabkan degenerasi komposisi tulang. Sekitar tahun 1984-1985, IL-1

ditemukan oleh para ahli bahwa sebenarnya terdiri dari dua protein yang

terpisah, sekarang disebut dengan IL-1 dan IL-1 . IL-1 dan IL-1α β α β

merupakan pro-inflamatori sitokin yang terlibat dalam pertahanan imun

melawan infeksi. IL-1 dan IL-1 keduanya dihasilkan oleh makrofag,α β

monosit, dan sel-sel dendrit. Mereka dibentuk sebagai bagian penting

terhadap respon inflamasi tubuh melawan infeksi. Sitokin-sitokin ini

meningkatkan ekspresi faktor-faktor adhesi pada sel-sel endotel untuk

memungkinkan transmigrasinya leukosit-leukosit, sel-sel yang melawan

patogen, ke tempat infeksi dan berkumpul di pusat pengatur suhu

hipotalamus, dan menyebabkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Dengan

demikian IL-1 disebut endogenous pyrogen. IL-1 juga penting dalam

pengaturan hematopoesis IL-1 diketahui menstimulasi fibroblas untuk

menghasilkan kolagenase. IL-1 dikenal paling berpotensi menginduksi proses

demineralisasi tulang dan sinergis dengan tumor necrosis factor dalamα

menstimulasi resorpsi tulang terutama dalam mengubah matriks jaringan

ikat. Kadar IL-1 diketahui meningkat pada gingiva periodontitis dewasa

dibandingkan dengan individu yang secara klinis sehat atau mengalami

gingivitis ringan. IL-1 juga meningkat pada periodontitis aktif dibandingkan

dengan inflamasi yang stabil.

17

Page 18: Makalah Imun Denny.docx

Interleukin-2, IL-2 (T Cell Growth Factor, TCGF, lymphokine) adalah sejenis

sitokina yang disebut hormon leukositotropik,yang berperan sebagai stimulan

dalam proliferasi sel B dan sel T.IL-2 ditelisik mempunyai fungsi yang serupa

dengan IL-15.IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh

antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas, sedangkan IL-15

berperan dalam pemeliharaan sel T memori.

Interleukin-3, IL-3 (multi colony stimulating factor, MULTI-CSF, MCGF,

MGC79398, MGC79399 adalah sebuah hormon berjenis sitokina dari kelompok

interleukin yang mempunyai potensi untuk memicu proliferasi beragam sel

hematopoietik menjadi sel progenitor mieloid, termasuk memicu proliferasi

beragam sel mieloid seperti eritrosit, megakariosit, granulosit, monosit dan sel

dendritik. IL-3 berperan dalam pelbagai aktivitas selular, seperti

perkembangan sel, diferensiasi sel dan apoptosis, serta memiliki potensi

neurotropik. Umumnya IL-3 disekresi oleh sel T yang teraktivasi sebagai

respon imunitas untuk menstimulasi lebih banyak sel T dari sumsum tulang.

Interleukin-4, IL-4 (BSF1, BCGF1, BCGF-1, MGC79402) adalah sitokina

pleiotropik yang disekresi oleh sel T yang telah teraktivasi menjadi sel TH2,

bersama-sama dengan IL-5 dan IL-13.IL-4 berperan dominan dalam sistem

kekebalan dan merupakan faktor yang penting dalam perkembangan

hipersensitivitas,dengan fungsi selular yang banyak tumpang-tindih dengan

IL-13.

Interleukin-5, IL-5 (eosinophil colony-stimulating factor, EDF, TRF) adalah

sitokina sekresi sel TH yang berperan dalam perkembangan dan diferensiasi

sel B dan eosinofil. Peningkatan rasio IL-5 dilaporkan terkait dengan asma dan

18

Page 19: Makalah Imun Denny.docx

sindrom hipereosinofilik,  seperti eosinofilia. Tingginya rasio IL-5 juga

ditemukan pada penderita penyakit Graves dan tiroiditis Hashimoto.

Interleukin-6 (Interleukin 6, Interferon beta-2, IFNB2, B cell differentiation

factor, B cell stimulatory factor 2, BSF2, Hepatocyte stimulatory factor, HSF,

Hybridoma growth factor, HGF, IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari

jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fase infeksi akut atau

kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-

6 RA, menginduksi maturasi sel B.dan pencerap gp130  IL-6 merupakan

sitokin pleiotropik yang diproduksi oleh banyak tipe sel seperti monosit,

fibroblas, sel-sel endotel, dan limfosit T dan B. IL-6 tidak diekspresikan secara

terus-menerus, melainkan banyak diinduksi dan diproduksi sebagai respon

terhadap sejumlah rangsangan inflamatori seperti IL-1, TNF- , produk-α

produk bakteri, dan infeksi virus. Sitokin ini mempunyai fungsi yang berbeda,

meliputi differensiasi dan/atau aktivasi makrofag dan sel-sel T, sel-sel

pertumbuhan dan differensiasi sel-sel B, stimulasi hematopoesis dan

differensiasi neural.

Interleukin-8, IL 8  adalah hormon golongan kemokina berupa polipeptida

dengan massa sekitar 8-10 kDa yang digunakan untuk proses dasar,

pengikatan heparin, peradangan dan perbaikan jaringan. Ciri khas IL-8

terdapat pada dua residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah

asam amino. Tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan merupakan

glikoprotein. IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel, termasuk monosit,

neutrofil, sel T, fibroblas, sel endotelial dan sel epitelial, setelah terpapar

antigen atau stimulan radang (ischemia dan trauma). Dua bentuk IL-8 (77 CXC

dan 72 CXC) merupakan sekresi neutrofil pada saat teraktivasi. Produksi IL-8

19

Page 20: Makalah Imun Denny.docx

yang berlebihan selalu dikaitkan dengan penyakit peradangan, seperti asma,

leprosy, psoriasis dll. IL-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor

sebagai salah satu efek angiogenik yang ditimbulkan, selain vaskularisasi. Dari

beberapa kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, IL-8 merupakan

chemoattractant yang terkuat. Sesaat setelah terpicu, neutrofil menjadi aktif

dan berubah bentuk oleh karena aktivasi integrin dan sitoskeleton aktin.

Basofil, sel T, monosit dan eosinofil juga menunjukkan respon kemotaktik

terhadap IL-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang dibutuhkan untuk

adhesi dengan sel endotelial pada saat migrasi.

Interleukin-10 (human cytokine synthesis inhibitory factor, TGIF, IL10A,

MGC126450, MGC126451, IL-10, CSIF) adalah sitokina yang banyak disekresi

oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan

peradangan.[1] Pertama kali IL-10 dikenal karena kemampuannya untuk

menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan

makrofaga.Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau

meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan

diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik,

keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel

mieloid.

Interleukin 12, IL-12 adalah sejenis sitokina yang biasanya disekresi oleh DC,

MAC dan sel B limfoblastoid (NC-37), sebagai respon terhadap stimulasi

antigen. IL-12 disebut juga sebagai faktor stimulan sel T, karena berperan

dalam diferensiasi sel T CD4 menjadi sel TH0 yang kemudian berkembang

menjadi sel TH1. Sel T efektor yang memproduksi IL-12 disebut sel T CD30. IL-

12 juga stimulan bagi sitokina IFN- dan TNF- . Stimulasi IFN- dilakukanγ α γ

20

Page 21: Makalah Imun Denny.docx

dengan mengurangi efek sitokina IL-4 yang menjadi regulator IFN- . Lebihγ

lanjut, produksi IFN- akan meningkatkan kadar IP-10 yang bersifat anti-γ

angiogenik (menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru).

Interleukin-13, IL-13 adalah sebuah protein dengan fungsi sitokina yang

disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-

13, seperti halnya IL-4, terkait dengan sebuah faktor transkripsi yaitu STAT6.

Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF- )α

Penyakit-penyakit inflamasi tulang kronis, seperti rheumatoid arthritis,

penyakit periodontal, dan aseptik periprosthetik osteolisis, dikarekteristikkan

dengan hilangnya tulang sekitar jaringan pendukung gigi disebabkan

meningkatnya osteoklastik resorpsi tulang. Resorpsi ini banyak diperantarai

oleh peningkatan produksi lokal sitokin pro-inflamatori seperti TNF- .α

Tumor necrosis factor juga merupakan sitokin multipotensial yang

mempunyai berbagai efek biologik dan diketahui mempunyai efek yang mirip

seperti IL-1. TNF- diproduksi terutama oleh makrofag terhadap respon agentα

seperti lipopolisakkarida. TNF- dan IL-1 keduanya diketahui beraksi padaα

sel-sel endotel untuk meningkatkan perlekatan polimorfonuklear neutrofil

dan monosit, sehingga membantu untuk mengumpulkan sel-sel tersebut

masuk ke dalam lokasi inflamasi. Molekul-molekul TNF- menstimulasiα

resorpsi tulang dengan menginduksi proliferasi dan differensiasi progenitor-

progenitor osteoklas dan mengaktifkan formasi osteoklas secara tidak

langsung. TNF- juga sebagai mediator proses destruksi jaringan denganα

menstimulasi kolagenase dan degradasi kolagen tipe I oleh fibroblas sehingga

memicu destruksi jaringan periodonsium. Osteoklas merupakan sel-sel

multinukleat yang dibentuk dengan proses peleburan progenitor-progenitor

21

Page 22: Makalah Imun Denny.docx

mononuklear di dalam monosit atau makrofag yang diperoleh dari colony-

forming units granulacyte-macrophage (CFU-GM). Suatu penelitian

mengidentifikasi ada dua cara pengaktifan osteoklas dalam proses

osteoklastogenesis. Pertama, diaktifkannya macrophage-colony stimulating

factor (M-CSF), melalui reseptornya c-Fms, dan yang kedua diaktifkan oleh

RANKL melalui reseptornya, RANK. TNF- , seperti molekul-molekul stimulasiα

osteoklas lainnya, merangsang produksi RANKL oleh sel-sel stroma, dan juga

menginduksi sekresi RANKL oleh limfosit T, limfosit B, dan sel-sel endotel

untuk menginduksi formasi osteoklas secara tidak langsung. TNF- jugaα

menstimulasi produksi M-CSF oleh sel-sel stroma.15 Osteoclast differentiation

factor (ODF, disebut juga RANKL/TRANCE/OPGL) menstimulasi progenitor-

progenitor osteoklas pada monosit/makrofag menjadi osteoklas dengan

adanya macrophage colony-stimulating factor (M-CSF). Eksposur kronik TNF-

meningkatkan osteoklastogenesis melalui dua mekanisme yang berbedaα

(Gambar 4). TNF- pertama kali mempengaruhi osteoklastogenesis padaα

prekusor-prekusor osteoklas di dalam sumsum tulang oleh sel-sel dasar untuk

berdifferensiasi menjadi c-Fms+/CD11b+/RANK+/- progenitor-progenitor

osteoklas melalui mekanisme independent RANKL/RANK. Prekusor-prekusor

osteoklas ini kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan jaringan perifer

kemudian berdifferensiasi menjadi osteoklas yang matang (mekanisme

dependent) berperan mempercepat proses resorpsi tulang. Sebagai contoh,

TNF- bisa menginduksi berbagai sel, termasuk sel-sel sinovial, sel-sel T, danα

osteoblas/sel-sel stroma, untuk meningkatkan ekspresi mereka terhadap

RANKL, yang mengikat RANK pada permukaan prekusor-prekusor

osteoklas dan menginduksi differensiasi prekusor-prekusor osteoklas. TNF-α

22

Page 23: Makalah Imun Denny.docx

juga bisa mengikat reseptornya pada permukaan prekusor-prekusor osteoklas

dan secara tidak langsung menginduksi differensiasi mereka menjadi

osteoklas-osteoklas matang, kemudian meningkatkan aksi RANKL yang

diinduksi secara tidak langsung

Interferon –Gamma (IFN- )γ

IFN- , merupakan sitokin yang kritis terhadap imun alami dan imun adaptifγ

dalam melawan virus dan infeksi bakteri intraselluler dan untuk mengontrol

tumor. Ekspresi IFN- dihubungkan dengan sejumlah penyakitγ

autoinflamatori dan autoimun. Hal yang paling penting dari IFN- dalamγ

sistem imun adalah kemampuannya untuk menghambat replikasi virus secara

langsung, Namun, yang paling terpenting, adalah pengaruh immunostimulator

dan immunomodulatornya. IFN- berbeda dalam hal biokimia danγ

biologiknya dibandingkan dengan IFN- dan IFN- , dimana keduanyaα β

dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi virus, IFN- dihasilkan selama responγ

imun berlangsung oleh adanya antigen spesifik sel-sel T dan natural killer

cells (sel-sel NK) yang dikumpulkan oleh IL-2. Pengaruh yang ditimbulkannya

termasuk mengaktifkan makrofag untuk meningkatkan fagositosis dan

kemampuan membunuh sel-sel tumor seperti juga mengaktifkan dan

meningkatkan pertumbuhan sel-sel T sitolitik dan sel-sel NK.

Contoh aktivitas IFN- adalah:γ

1. Meningkatkan presentasi antigen oleh makrofag

2. Mengaktifkan dan meningkatkan aktivitas lisosom di dalam makrofag

3. Meningkatkan aktivitas sel Th2

4. Mempengaruhi sel-sel normal untuk meningkatkan ekspresi molekul-

molekul MHC klas I

23

Page 24: Makalah Imun Denny.docx

5. Mempromosikan adhesi dan mengikat leukosit-leukosit yang bermigrasi

6. Mempromosikan aktivitas sel NK

7. Mengaktifkan APCs dan merangsang differensiasi Th1 dengan

pengaturan transkripsi faktor T.

IFN- meregulasi ekspresi antigen MHC klas I, dan menginduksi MHC klas IIγ

dan ekspresi reseptor Fc pada makrofag dan sel-sel lainnya termasuk sel-selγ

limfoit, sel-sel endotel, sel-sel mast dan fibroblas sehingga IFN- mempengaruhiγ

kemampuan sel-sel tersebut untuk menyajikan antigen. Dengan diaktifkannya MHC

klas II pada sel-sel endotel, sel-sel ini kemudian menjadi peka terhadap aksi sel-sel T

sitolitik spesifik klas II. Secara fisiologi pembentukan osteoklas diatur oleh sitokin-

sitokin utama osteoklastogenik M-CSF dan RANKL. Bagaimanapun, kondisi fisiologik

yang terjadi, seperti selama berlangsungnya inflamasi, infeksi, dan defisiensi

estrogen, resorpsi tulang secara signifikan distimulasi sehubungan dengan

penambahan produksi faktor-faktor disregulasi pro- dan anti- osteoklastogenik,

termasuk IFN- , yang menjadi pusat mediator imun adaptif.γ

Peran Sitokin IL-17 Dalam Berbagai Penyakit

IL-17 adalah sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan terutama oleh limfosit T

atau prekursornya. Sistem sinyal IL-17 terdapat di berbagai jaringan, seperti

kartilago sendi, tulang, meniskus, otak, jaringan hematopoietik, ginjal, paru,

kulit dan usus. Ligan famili IL-17 dan reseptornya penting dalam menjaga

homeostasis jaringan dalam keadaan sehat maupun sakit di bawah naungan

sistem imun.

Beberapa anggota famili IL-17 telah ditemukan dimana setiap anggota

tersebut merupakan produk transkripsi gen tertentu yang bersifat unik.

Anggota famili yang menjadi prototipe adalah IL-17A.

24

Page 25: Makalah Imun Denny.docx

Karena kemajuan teknologi sekuens genom manusia dan proteomik, lima

anggota tambahan telah dikenali dan digandakan: IL-17B, IL-17C, IL-17D, IL-

17E dan IL-17F. Sedangkan reseptor-reseptor untuk anggota famili IL-17 yang

ditemukan sejauh ini adalah IL-17R, IL-17RH1, IL-17RL (receptor-like), IL-

17RD and IL-17RE. Namun, hingga saat ini spesifisitas ligan kebanyakan

reseptor ini masih belum jelas.

Beberapa penelitian telah membuktikan peran IL-17 dalam patogenesis

berbagai penyakit. Sitokin ini telah lama dipelajari memiliki keterlibatan

dalam patogenesis psoriasis dan produksi keratinosit atas sitokin tertentu.

Sejumlah sel Th17 meningkat di darah tepi danlesi kulit akut dermatitis

atopik. Selain penyakit-penyakit kulit, sel-sel endotel sinovial dan kondrosit

yang mengekspresikan IL-17R ditemukan pada kebanyakan pasien dengan

berbagai tipe artritis.

Pengaruh IL-17 terhadap fungsi sel dan perannya dalam patofisiologi

penyakit. Untuk setiap pengaruh kunci IL-17, tipe target sel yang terlibat dan

produk yang dilepaskannya sebagai respon terhadap IL-17. Setiap pengaruh

biologik dikaitkan dengan sebuah kondisi sebagai contoh dimana IL-17

ditemukan. CRP = C-reactive protein. MMP = matriks metaloproteinase.

RANKL = receptor activator of nuclear factor-B ligand. Penelitian lain

menunjukkan bahwa infiltrasi sel Th17 pada saluran nafas pasien asma

berkaitan dengan aktifitas sel T yang disertai oleh inflamasi neutrofilik.

Ditemukan pula peningkatan sel-sel T yang menghasilkan IL-17 pada pasien

tuberkulosis paru yang aktif. IL-17 juga memicu produksi yang berlebihan

atas autoantbodi dan sel mononuklear darah tepi IL-6 pada pasien nefritis

lupus.

25

Page 26: Makalah Imun Denny.docx

Sebaliknya, pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik justru mengalami

penurunan produksi IL-17 yang berkaitan dengan sel T¬h17.

Kemokin dapat dipilah menjadi 4 kelas utama menurut susunan residu sistein

( C ) yang tersimpan :

Kemokin CXC memiliki satu residu asam amino yang memisahkan dua residu

pertama sistein yang tersimpan. Kemokin ini terutama bekerja untuk

merekrut sel neutrofil. IL8 merupakan anggota yang khas untuk kelompok ini;

IL8 dihasilkan oleh sel makrofag dan sel endotel sesudah diaktifkan oleh TNF

atau IL 1 dan produk mikroba.

Kemokin CC memiliki dua residu pertama sistein yang tersimpan. Kemokin CC

( misalnya monocyte chemoattractant protein – 1 ) umunya merekrut

monosit, eosinofil, basofil dan limfosit tetapi tidak merekrut neutrofil.

Meskipun banyak kemokin dalam kelas ini memiliki sifat yang saling tumpang

tindih, eotaksin secara selektif merekrut sel-sel eosinofil.

Kemokin C tidak mengandung dua dari empat sistein yang tersimpan ; tipe

kemokin ini relatif spesifik untuk limfosit ( misalnya, limfotaktin ). • Kemokin

CXC meliputi fraktalkin. Ada dua bentuk kemokin , yaitu : bentuk protein yang

terikat permukaan endotel atau bentuk larut yang berasal dari proteolisis

bentuk yang terikat – membran ; bentuk permukaan sel meningkatkan

kekuatan adhesi limfosit dan monosit sementara bentuk larut merupakan

kemoatraktan untuk sel –sel yang sama.

Kemokin memediasi aktivitasnya melalui pengikatan pada reseptor yang

terkait-protein G ( diketahui > 20 macam ), CXCR yang dikhususkan untuk

kemokin CXC, dan CCR untuk kemokin CC. Sel secara khas mengekspresikan

lebih dari satu tipe reseptor. Juga terdapat percampuran pengikatan sehingga

26

Page 27: Makalah Imun Denny.docx

banyak ligan kemokin yang berbeda dapat berikatan dengan reseptor yang

sama, dan lebih dari satu reseptor yang seringkali dapat mengikat ligan yang

sama.

Fungsi Sitokin

Sebuah klasifikasi yang membuktikan lebih berguna dalam praktek klinis dan

eksperimental membagi sitokin imunologi yaitu tipe 1 (IFN- , TGF- ), dan tipe 2 (IL-γ β

4, IL-10, IL- 13), yang mendukung respon antibodi. Fokus utama yang menarik

adalah bahwa sitokin dalam salah satu dari dua-set sub cenderung untuk

menghambat dampak yang timbul dari pada yang lain. Disregulasi kecenderungan

ini masih dalam studi intensif atas peran yang mungkin dalam patogenesis gangguan

autoimun.

Beberapa sitokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. Fakta bahwa sitokin,

sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan menyebabkan stres oksidan juga

meningkat, membuat mereka penting dalam inflamasi kronis. Disregulasi sitokin-

sitokin baru-baru ini telah dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada bersifat memacu

dan menghambat. Bersifat memacu yaitu sesuai dengan populasi sel yang fungsi

mereka mempromosikan: sel T helper 1 atau 2. Kategori kedua sitokin memiliki

peran dalam pencegahan berlebihan tanggapan kekebalan pro-inflamasi, termasuk

IL-4, IL-10 dan TGF- (untuk beberapa nama). β

Sitokin merupakan sinyal penting yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh untuk

dapat mengaktifkan kerja sel yang lain, sehingga jenis dari sitokin yang disekresikan

oleh sel akan memberikan efek pada sel targetnya. Beberapa penyakit autoimun

ditandai dengan perubahan komposisi Th1 vs Th2 dan keseimbangan IL-12/TNF-α

vs IL-10. Pada beberapa penyakit seperti RA, MS, DM tipe 1, penyakit tiroid

autoimun, dan Crohn’s, keseimbangan bergeser menuju Th1 (IL-12 & TNF- ),α

27

Page 28: Makalah Imun Denny.docx

sedangkan aktifitas Th2 (IL-10) berkurang. Pada SLE berkaitan dengan pergeseran

ke Th2 (IL-10), sedangkan produksi IL-12 dan TNF- oleh Th1 sangat kurang. padaα

gambar berikut ini menjelaskan pada penyakit DM tipe 1 yang diperantarai oleh

sitokin yang dihasilkan sampai terjadinya kerusakan sel-sel beta pakreas.

28

Page 29: Makalah Imun Denny.docx

C. REAKSI HIPERSENSITIVITAS

1. PENGERTIAN

Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan,

tidak diinginkan karena terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan

ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem

kekebalan normal. Hipersensitivitas merupakan reaksi imun tipe I, namun

berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi, hipersensitivitas

terbagi menjadi empat tipe lagi: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu

dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.

Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun

selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen

atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik

yang disebut reaksi hipersensitivitas.

Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe,

yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung

antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif

cell-mediated (hipersensitif tipe lambat).Selain itu masih ada satu tipe lagi yang

disebut sentivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity. Pembagian reaksi

hipersensitivitas oleh Gell dan Coombs adalah usaha untuk mempermudah evaluasi

imunopatologi suatu penyakit.Dalam keadaan sebenarnya seringkali keempat

mekanisme ini saling mempengaruhi. Aktivasi suatu mekanisme akan mengaktifkan

mekanisme yang lainnya.

29

Page 30: Makalah Imun Denny.docx

2. JENIS-JENIS REAKSI HIPERSENSITIVITAS

a. Tipe I : Reaksi Anafilaksi

Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam

hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat

terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.

Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung

atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring,

jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal. Reaksi ini dapat

mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecil

hingga kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar

antigen, namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga

10-12 jam. Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).

Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil. Reaksi

ini diperkuat dan dipengaruhi oleh keping darah, neutrofil, dan eosinofil.

Uji diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas

tipe I adalah tes kulit (tusukan dan intradermal) dan ELISA untuk mengukur

IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk melawan alergen (antigen tertentu

penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar IgE merupakan salah satu

penanda terjadinya alergi akibat hipersensitivitas pada bagian yang tidak

terpapar langsung oleh alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat

dikarenakan beberapa penyakit non-atopik seperti infeksi cacing, mieloma,

dll. Pengobatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I

adalah menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin,

penggunaan Imunoglobulin G (IgG), hyposensitization (imunoterapi atau

desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.

30

Page 31: Makalah Imun Denny.docx

Manifestasinya: cepat

Menggunakan mekanisme: Ig E

Disebut juga: reaksi cepat, reaksi anafilaktik, reaksi alergi

Mekanisme: Ag → masuk tubuh → merangsang Ig E → respon imun

Respon imun: eritema, edema, vasokontriksi, penyempitan saluran nafas

Contoh: asma bronkiale, rinitis, urtikaria, dermatitis atopi.

Gambar 2. Reaksi hipersensitivitas tipe I

b. Tipe II : reaksi sitotoksik

Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin

G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan

sel dan matriks ekstraseluler. Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel

atau jaringan yang langsung berhubungan dengan antigen tersebut. Pada

umumnya, antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen permukaan sel

akan bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.

Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi

silang) yang berikatan dengan antibodi sel sehingga dapat pula menimbulkan

kerusakan jaringan. Beberapa tipe dari hipersensitivitas tipe II adalah:

31

Page 32: Makalah Imun Denny.docx

1. Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel

epidermal),

2. Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin yang

dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti

hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan permukaan

sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah), dan

3. Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan

glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal).

Manifestasi: Antibodi terhadap sel

Mekanisme: Ig G atau Ig M

Disebut juga: reaksi sitotoksik

Mekanisme: Ag → masuk tubuh → menempel pada sel tertentu →

merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M → mengaktifkan komplemen →

menimbulkan lisis

Contoh: reaksi transfusi, anemia hemolitik, reaksi obat

Gambar 3. Reaksi hipersensitivitas tipe II

c. Tipe III : reaksi imun kompleks

32

Page 33: Makalah Imun Denny.docx

Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk

kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic factor

yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada

umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengejawantahannya di kornea

dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.(stafilokok,

pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian juga terjadi pada keratitis Herpes

simpleks.

Manifestasi: komplek antibodi antigen

Mekanisme: Ig G atau Ig M

Disebut juga: reaksi komplek imun

Mekanisme: Ag → masuk tubuh → merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M

→ mengaktifkan komplemen → melepas macrofag chemotactic factor →

merusak jaringan sekitar

Contoh: demam reuma, serum sickness, reaksi Arthus

Gambar 4. Reaksi hipersensitivitas III

d. Tipe IV : Reaksi tipe lambat

Sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal

sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka (sensitized T lymphocyte) bereaksi

dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator (limfokin) yang

33

Page 34: Makalah Imun Denny.docx

jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten,

keratitis Herpes simpleks dan keratitis diskiformis.

Manifestasi: hipersensitifitas lambat

Mekanisme: sel T (tersensitasi)

Disebut juga: reaksi tuberkulin, CMI (Cell Mediated Immunity), DTH

(Delayed Type Hipersensitivity)

Mekanisme: Ag → masuk tubuh → mesensitasi sel T → melepaskan limfokin

(makrofag) → menimbulkan kerusakan jaringan

Contoh: reaksi Jones Mote, hipersensitivitas kontak, reaksi tuberkulin, reaksi

granuloma

Gambar 5. Reaksi hipersensitivitas Tipe IV

34

Page 35: Makalah Imun Denny.docx

D. KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan pada makalah yang telah disebutkan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-

sel spesifik sistem imun yang membawa sinyal lokal antara sel, dan

dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain. Sedangkan kemokin

adalah keluarga sitokin kecil, atau protein disekresikan oleh sel. Nama

mereka berasal dari kemampuan mereka untuk menginduksi

kemotaksis diarahkan dalam sel responsif di dekatnya, mereka adalah

sitokin chemotactic.

2. Sitokin berdasarkan jenis sel penghasil utamanya, terbagi atas monokin

dan limfokin. Pada sel T terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sel

Th1 memproduksi Interleukin-2 (IL-2), Interferon- (IFN- ) danγ γ

Limfotoksin (LT). Kelompok sel Th2 memproduksi beberapa interleukin

yaitu IL-4, IL-5, IL-6, IL-10. Sedangkan kemokin terbagi atas 4, yaitu

kemokin CXC, kemokin CC, kemokin C, kemokin CXCR.

3. Reaksi hipersensitivitas (alergi) adalah kegagalan kekebalan tubuh di

mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara

imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik.

Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap

lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau

berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut

disebut allergen.

35

Page 36: Makalah Imun Denny.docx

4. Reaksi hipersensitivitas terbagi atas 4 tipe yaitu : reaksi tipe I (reaksi

anafilaksi), reaksi tipe II (reaksi sitotoksik), reaksi tipe III (reaksi imun

kompleks), reaksi tipe IV ( reaksi tipe lambat).

36

Page 37: Makalah Imun Denny.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Charles A. Janeway Jr., Paul Travers, Mark Walport, Mark J. Shlomchik. 2008. Immunobiology the immune system in health and desease. Garland.

2. Oberholzer A, Oberholzer C, Moldawer L.L. 2000. Cytokine signaling—regulation of the immune response in normal and critically ill states Crit Care. Med (4);28: 3-12).

3. http://www.news-medical.net/health/Chemokines-What-are-Chemokines-(Indo-nesian) .aspx

4. http://www.unas.ac.id/detail_publikasi_jurnal/256_struktur_protein_ccr5,_suatu_koreseptor_hiv

5. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry

6. Abdul K Abbas, MBBS. 2004. Basic Immunology 2nd edition. Hypersensitivity Disease. SAUNDERS: China

7. Baratawidjaja, K.G.dan Rengganis, A.2009.Imunologi Dasar Ed.8.Balai Penerbit FKUI:Jakarta

37