makalah ilmiah pukat ikan mpi

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya pro-kontra mengenai masalah Alat Penangkapan Ikan Pukat Ikan menjadi tinjauan kami dalam penulisan masakalah ini, terlepas dari Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1980 mengenai dilarangnya pengoprasian seluruh alat tangkap Trawl termasuk didalamnya Mid Water Trawl, kemudian dikeluarkannya izin oleh DKP tentang diperbolehkannya pengoprasian alat tangkap Pukat Ikan di Laut Arafura dan wacana harian “Kontan” pada 10 April 2008 dari Soen’an Hadi Poernomo tentang akan dikeluarkannya izin penggunaan Trawl diseluruh perairan Indonesia oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Indonesia dengan pertimbangan bahwa : 1. Walaupun telah dikeluarkannya larangan tentangtang penggunaan trawl namun tidak sedikit nelayan yang masih mengoprasikannya. 2. Nelayan yang Mengoprasikan Trawl di daerah perbatasan perairan juga dapat membantu pengamanan wilayah perairan Indonesia. Hal-hal diatas merupakan pemicu pro dan kontra mengenai pengoprasian alat tangkap Mid Water Trawl. Dengan penulisan makalah ini, kami bisa melakukan pembelajaran tentang alat tangkap ini dan ikut angkat 1

Upload: rian-yuhendra

Post on 19-Jun-2015

2.235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Q pernah ditanya....dan aq harus menjawab.. aq adalah orang yang akan selalu tersenyum.dan jika senyum itu datang maka ia datang dengan prinsip.dan pilihanku adalah prinsip atau setidaknya mau berprinsip..aq tak tahu siapa yang bertanya, tak pernah tau dan tak ingin tau...yang aq tau aQ telah menjawabnya

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya pro-kontra mengenai masalah Alat Penangkapan

Ikan Pukat Ikan menjadi tinjauan kami dalam penulisan

masakalah ini, terlepas dari Keputusan Presiden No. 39 Tahun

1980 mengenai dilarangnya pengoprasian seluruh alat tangkap

Trawl termasuk didalamnya Mid Water Trawl, kemudian

dikeluarkannya izin oleh DKP tentang diperbolehkannya

pengoprasian alat tangkap Pukat Ikan di Laut Arafura dan

wacana harian “Kontan” pada 10 April 2008 dari Soen’an Hadi

Poernomo tentang akan dikeluarkannya izin penggunaan Trawl

diseluruh perairan Indonesia oleh Dinas Perikanan dan Kelautan

Indonesia dengan pertimbangan bahwa :

1. Walaupun telah dikeluarkannya larangan tentangtang

penggunaan trawl namun tidak sedikit nelayan yang masih

mengoprasikannya.

2. Nelayan yang Mengoprasikan Trawl di daerah perbatasan

perairan juga dapat membantu pengamanan wilayah

perairan Indonesia.

Hal-hal diatas merupakan pemicu pro dan kontra mengenai

pengoprasian alat tangkap Mid Water Trawl. Dengan penulisan

makalah ini, kami bisa melakukan pembelajaran tentang alat

tangkap ini dan ikut angkat bicara mengenai kelayakan Pukat

Ikan di Perairan Indonesia terkusus untuk Perairan Bengkulu.

1

Page 2: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

1.2 Tujuan

Malakah ini sebagai “Tugas Wajib mengikuti Ujian Akhir

Semester II Mata Kuliah Metode Penangkapan Ikan dan

selanjutnya akan dijadikan bahan pertimbangan untuk

penambahan nilai oleh dosen pembimbing mata kuliah tersebut

diatas” dibuat dengan tujuan :

1. Mengetahui aspek fisik dan pengoprasian alat tangkap Pukat

Ikan Mid Water Trawl.

2. Menganalisis kelayakan penggunaan alat tangkap tersebut

di perairan Indonesia dan terkhusus pada perairan

Bengkulu.

3. Mengambil kesimpulan tentang kelayakan oprasi serta ikut

serta dalam peninjauan alat tangkap Pukat Ikan Mid Water

Trawl sebagai mahasiswa Teknik Pemberdayaan

Sumberdaya Kelautan Universitas Bengkulu.

2

Page 3: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

BAB II

DESKRIPSI ALAT TANGKAP

2.1Pengertian Trawl

2.1.1 Pengertian Pukat Tarik/Trawl

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat

Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan

Timur Bagian Utara Pukat Hela/Trawl adalah semua

jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring

berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi

dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara

ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak

sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap

ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan pukat

hela.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-7233-

2006) definisi Pukat Hela adalah alat penangkap ikan

berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri

dari 2 (dua) bagian sayap pukat, bagian square dan

bagian badan serta bagian kantong pukat.

3

Page 4: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

2.1.2 Jenis-jenis Pukat Tarik/Trawl

Menurut Ayodhyua Tahun 1981, berdasarkar letak

dalam air selama dilakukan operasi penangkapan ikan,

trawl dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Surface Trawl/Floating Trawl, yaitu trawl yang

dioperasikan pada permukaan air laut. Jaring ditarik

dekat permukaan air, dan ditujukan pada ikan-ikan

yang beruaya pada permukaan air (surface water).

2. Mid Water Trawl, yaitu trawl yang dioprasikan

antara permukaan dan dasar perairan. Jaring ditarik

pada depth tertentu secara horizontal, pada depth

mana diduga merupakan swimming layer dari ikan-

ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

3. Bottom Trawl, yaitu trawl yang dioprasikan di dasar

perairan. Jenis ini merupakan jenis yang paling

umum, jaring ini ditarik pada dasar/dekat dasar laut,

dengan demikian ikan yang menjadi tujuan adalah

udang dan ikan-ikan dasar.

2.2 Pukat Ikan/Mid Water Trawl

Menurut Juklak Dirjen Perikanan (No. IK. 340/DJ.3481/90K),

pukat ikan didefinisikan sebagai jaring penangkap ikan

berbentuk kantong yang dilengkapi sepasang (2 buah) papan

pembuka mulut jarring (otter board), tujuan utamanya untuk

menangkap ikan di perairan pertengahan (bathy pelagic) dan

di perairan dasar (demersal), yang dalam pengopersiannya

4

Page 5: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

ditarik melayang di atas dasar oleh 1 (satu) buah kapal motor.

Pengoperasian pukat ikan ini hanya dilakukan di ZEEI

Samudera Hindia.

5

Page 6: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

2.2.1 Rancang Bangun Alat Tangkap

1. Gambar 1 (Bagian Trawl)

6

Page 7: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

2. Rancang Bangun Jaring

a) Gamabr 2 (Sketsa Bentuk Jaring)

b) Sketsa Panjang Jaring Di Perairan

7

Page 8: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

Gambar 3 dan 4 Cara Pengukuran Panjang Trawl (kiri) dan Panjang Bentang Jaring (kanan)

8

Page 9: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

c) Gambar 4 (Sketsa Bangun Jaring)

9

Page 10: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

Gambar 5. Lebar Daya Bentang Jaring

10

Page 11: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

2.2.2 Karakteristik Trawl Yang Biasa Digunakan

Berdasarkan letak penarikan jaring yang dilakukan di

kapal kita mengenal adanya stern trawl, dimana jaring ditarik

dari buritan (dalam segi operasionalnya). Dimana banyak

kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik

dari stern trawl ini antara lain :

Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi oleh angin dan

gelombang dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan

memutar letak kapal.

Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga

tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna

maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari

jaring memerlukan waktu yanglebih sedikit, yang berarti

waktu untuk jaring berada dalam air ( operasi ) lebih

banyak.

Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari pengaruh

angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca

buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan

mudah.

Pada stern trawl akibat dari screw current jaring akan

segera hanyut, demikian pula otter boat segera setelah

dilepas akan terus membuka.

Karena letak akan searah dengan garis haluan- buritan,

maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun

operasi masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain

posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih

mudah diduga.

Pada stern trawl, pada waktu hauling ikan-ikan yang

berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi

11

Page 12: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

seluruh jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui

slip way, dengan demikian jaring dapat terpelihara.

12

Page 13: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

BAB III

METODE OPERASI DAN DAERAH PENANGKAPAN

3.1 Metode Operasi

3.1.1 Kecepatan/Lama Waktu Menarik Jaring

Adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan

yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena

kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan

terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai

dengan yang dimaksudkan (bentuk terbukanya), kekuatan

kapal untuk menarik (HP), ketahanan air terhadap tahanan

Air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan

catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-

faktor ini berhubungan antara satu dengan yang lainnya

dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.

Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4

knot. Kecepatan inipun berhubungan pula dengan

swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin,

gelombang dan lain sebagainya, yang setelah

mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan tarik

ditentukan.

Lama waktu penarikan di dasarkan kepada

pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu

diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga

akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan

lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam,

dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.

13

Page 14: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

3.1.2 Panjang Warp

Factor yang perlu diperhatikan adalah depth,sifat dasar

perairan ( pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya

panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground

yang depthnya sekitar 9M ( depth minimum ). Panjang

warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut adalah Lumpur,

dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada

baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut

yang terdiri dari pasir keras ( kerikil ), adalah baik jika warp

diperpanjang.

Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang

sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita

menggunakan warp yang agak panjang, daripada

menggunakan warp yang terlalu pendek. Hal ini dapat

dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat

penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu

garis caternian. Pada setiap titik –titik pada warp akan

bekerja gaya- gaya berat pada warp itu sendiri, gaya

resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke

samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan

dari seluruh gaya yang complicataed ini ditularkan ke

jaring ( head rope and ground rope ), dan dari sini gaya-

gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope

bekerja gaya resistance dari bottom yang berubah-ubah,

gaya berat dari catch yang berubah-ubah semakin

membesar, dan gaya lain sebagainya.

14

Page 15: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

Gaya tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang

diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang

tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-

gaya luar ( arus, angin, gelombang )

Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka

maksimal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada

suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah,

resistance yang berubah-ubah dan lain sebagainya,

menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan

dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu

berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih

besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring

bergerak naik ke atas ( tidak mencapai dasar ), warp terlalu

panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan

menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal

( HP dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah

diperoleh suatu range dari nilai beban yan g optimal. Apa

yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya

adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya

yang complicated jika dihitung satu demi satu.

3.2 Daerah Penangkapan

Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat

fishing ground, antara lain sebagai berikut :

1) Kecepatan arus pada mid water tidak besar (dibawah 3 knot)

juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar.

2) Kondisi cuaca,laut, (arus, topan, gelombang, dan lain-lain)

memungkinkan keamanan operasi.

15

Page 16: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

3) Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut

relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources

dijamin untuk diusahakan terus-menerus.

4) Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta

recources yang melimpah.

3.2.1 Hal Yang Mempengaruhi Kegagalan Tangkap

Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat

menggagalkan operasi antara lain :

1) Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau

juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur

2) Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal.

3) Jaring atau tali temali tergulung pada screw.

4) Warp putus.

5) Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam

pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan.

6) Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak

bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke

jarring.

7) Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk

ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan

lagi.

8) Dan lain sebagainnya.

3.2.2 Hasil Tangkapan

Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl

adalah ikan-kan dasar ( bottom fish ) ataupun demersal

fish. Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double

ring shrimp trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan

untuk periran laut jawa, komposisi catch antara lain terdiri

dari jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas,

16

Page 17: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal,

layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut

dan lain sebagainya.

Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan

mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga

menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.

BAB IV

PROSPEK PENGEMBANGAN

Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan

pada main gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian

letak jaring dalam air sehubungan depth swimming layer pada ikan,

horizontal opening dan vertical opening dari mulut jaring, estimate

catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan

beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board

sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar

dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.

Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang

beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp

trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain

sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing

intensity yang akan menyangkut perhitungan- perhitungan yang

rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak segi

pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu

bentuk yang diharapkan.

17

Page 18: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukan berbagai peninjauan dan pencermatan, maka

dari tujuan penulisan makalah ilmiah “Alat Penangkapan Ikan Trawl

(terkhusus pada mid water trawl/pukat ikan) kami dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1) Kami telah mengetahui aspek fisik dan pengoprasian alat tangkap

trawl (mid water trawl/pukat ikan).

2) Dengan alasan :

Bahwa dengan dikeluarkannya PP No. 39 tahun 1980 bahwa

seluruh alat tangkap trawl dilarang untuk beroprasi.

Bahwa laut yang dulunya merupakan daerah penangkapan

dengan trawl, pada saat ini sudah mengalami over fishing.

Maka kami menarik kesimpulan bahwa dengan trawl yang

“umum digunakan” masyarakat, untuk keseimbangan ekosistem

laut dan masa depan perairan, maka laut Bengkulu adalah bukan

tempat yang baik untuk pengoprasian Trawl.

3) Trawl adalah alat yang sangat efektif untuk mendapatkan ikan

dengan waktu yang sedikit dan hasil yang lebih banyak. Namun

dengan jaring-jaring kecilnya, trawl menimbulkan masalah, yaitu

tertangkap sertanya ikan ikan kecil yang belum layak konsumsi

18

Page 19: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

dan banyak dari sebagian organisme yang bukan merupakan

tujuan dari penangkapan ikut tertangkap dalam jumlah yang juga

tidak sedikit, hal ini menyebabkan kemiringan ekosistem dan

mengancam kelestarian sumberdaya yang ada. Jika hal ini

dilakukan oleh sebagian besar nelayan Indonesia dan secara terus

menerus maka suatu saat laut indonesia tidak lagi dapat

menjamin kesejahteraan karena kehabisan ikan (over fishing).

4) Selain itu, pemerintah yang mengeluarkan peraturan tentang

dilarangnya penggunaan semua jenis trawl seharusnya juga

memberikan alternatif alat tangkap yang hitungannya bisa

mencukupi kebutuhan nelayan Indonesia. Karena seperti yang kita

ketahui bahwa sebagian besar masyarakat nelayan kita

merupakan keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan,

padahal laut Indonesia adalah laut yang sangat kaya dengan

sumber daya.

19

Page 20: Makalah Ilmiah Pukat Ikan Mpi

DAFTAR PUSTAKA

Tribawono, Djoko. 2009. At Pukat Hela Antara Pro dan Kontra.co.id

Ayodhyoa, A.U. 1983. Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama.

Faperik. IPB. Bogor

Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia, jilid I.

LPPL. Jakarta

The Gourack Ropework, Co.ltd. 1961. Deep Sea Trawling And Wing

Trawling

Ward, george,ed. 1964. Stern Trawling

Subani dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di

Indonesia. Balai Perikanan Laut. Jakarta.

Anonimous. 1976. Fisherman’s Manual. World Fishing. England.

20