analisis hasil tangkapan pukat ikan kaitannya … · sumberdaya perikanan di sibolga dan sekitarnya...

118
ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN TAPANULI TENGAH MARDAME PANGIHUTAN SINAGA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: duongdien

Post on 07-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYADENGAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN SUHU

PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN TAPANULI TENGAH

MARDAME PANGIHUTAN SINAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 2: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBERINFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Hasil Tangkapan PukatIkan Kaitannya dengan Kandungan Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut diPerairan Tapanuli Tengah” adalah karya sendiri dengan arahan komisipembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggimana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkanmaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dandicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Mardame Pangihutan SinagaNRP C551050051

Page 3: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

ABSTRACT

Mardame P Sinaga. 2008. Catch Analysis of fish net in its relationship toChlorophyll-a concentration and Sea Surface Temperature in Tapanuli Tengah Waters.Supervise by Mr. Domu Simbolon and Mr. Budy Wiryawan.

Sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a are two important oceanographicparameters determining the abundance and distribution of fish. The aim of thisresearch is to determine distribution of SST, chlorophyll-a, composition of fishcatch and the relationship between SST, chlorophyll-a with fish catch. This studywas conducted in Tapanuli Tengah waters. Catch analysis data has been takenfrom field of research on the 7-19 July 2007 and satellite imagery was takenLaboratorium Matra Laut-Pusat Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan danAntariksa Nasional (LAPAN) Pekayon, Jakarta Timur at July 2007. The amountof fish catch from Tapanuli Tengah waters landed at PPN Sibolga city was 31.076kgs. The catch of 15 species of dominant by peperek/keke (Leiognathus decorus),teri (Stolephorus commersonii), belado kuning (Atule mate), layang (Decapterusspp), kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma), buncilak (Alepes djeddaba)dan parang-parang (Chirocentrus dorab). There was no relationship between SST,chlorophyll-a with fish catch.

Key words: Catch analysis, Chlorophyll-a and SST, Tapanuli Tengah Waters.

Page 4: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

RINGKASAN

Perairan Tapanuli Tengah memiliki peranan yang cukup strategis sebagai

sentra produksi perikanan laut di Sumatera Utara. Hasil tangkapan yang

dihasilkan oleh para nelayan Tapanuli Tengah terdiri atas ikan pelagis dan

demersal. Hasil tangkapan ikan pelagis umumnya lebih dominan dibandingkan

ikan demersal selama lima tahun dari tahun 2000-2004, yaitu sebesar 188.190 ton.

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi dalam kegiatan eksploitasi

sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak dan

sulitnya mencari daerah penangkapan (fishing ground), sehingga menyebabkan

hasil tangkapan ikan belum optimal. Parameter oseanografi merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap variabilitas hasil tangkapan ikan, sperti

klorofil-a dan suhu permukaan laut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan sebaran SPL optimum dan

kandungan klorofil-a untuk penangkapan ikan pelagis, komposisi hasil tangkapan

ikan pelagis dan hubungan antara SPL dan kandungan klorofil-a terhadap hasil

tangkapan. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dasar untuk

pengelolaan perikanan ikan pelagis di perairan Tapanuli Tengah, bagi industri

penangkapan, informasi yang akan diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai

salah satu petunjuk untuk merencanakan operasi penangkapan ikan dan untuk

menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan daerah

penangkapan ikan pelagis.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama dimaksudkan

untuk pengambilan data lapangan, yang meliputi data hasil tangkapan, posisi

penangkapan dan kondisi daerah penangkapan. Pengambilan data lapangan ini

dilaksanakan di perairan Sibolga pada tanggal 7-19 Juli 2007. Posisi penangkapan

di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 13. Tahap kedua untuk pengolahan

serta analisis data klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) hasil deteksi satelit

diambil dari Laboratorium Matra Laut-Pusat Penginderaan Jauh Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pekayon, Jakarta Timur pada

bulan Juli 2007. Data meteorologi berupa curah hujan, penyinaran matahari,

kelembaban udara, kecerahan perairan dan kecepatan angin diperoleh dari Stasiun

Page 5: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

BMG Balai Besar Wilayah 1 Medan. Data perikanan dianalisis yang meliputi

komposisi jenis ikan (spesies), jenis dan jumlah ikan yang dominan tertangkap,

komposisi jumlah dan spesies ikan yang dominan tertangkap pada setiap posisi

penangkapan yang berbeda. Data hasil tangkapan yang diperoleh selama 11 hari

penangkapan, data suhu permukaan laut dan klorofil-a selama bulan Juli 2007,

dianalisis secara statistik deskriptif untuk menggambarkan hasilnya dan

selanjutnya dirata-ratakan untuk mendapatkan hasil tangkapan dominan dari 15

spesies dari tanggal 7-19 Juli 2007 untuk setiap posisi daerah penangkapan. Data

hasil tangkapan ikan yang dominan tertangkap hubungannya dengan SPL dan

klorofil-a ditentukan dengan Analisis Regresi Linear.

Hasil tangkapan ikan pelagis kecil pemakan plankton seperti teri

(Stolephorus commersonii), layang (Decapterus spp), kembung perempuan

(Rastrelliger brachysoma) tidak berpengaruh terhadap klorofil-a karena sebaran

kandungan klorofil-a di perairan Tapanuli Tengah adalah bervariasi sehingga ikan

tersebut tidak dapat mentolerir perubahan kandungan klorofil-a secara tiba-tiba

pada setiap hari, dan banyaknya pemangsa terutama bagi gerombolan ikan teri

yang memiliki tujuan migrasi secara periodik sehingga menyebar secara tidak

merata serta mengakibatkan hasil tangkapan nelayan khususnya untuk ikan

pelagis kecil lainnya seperti ikan kembung perempuan, layang, belado kuning,

buncilak dan parang-parang berkurang.

Kekurangan dalam metode pengumpulan data adalah hasil tangkapan yang

diperoleh sangat sedikit karena sewaktu melakukan penangkapan ikan, kapal

lainnya sudah melakukan penangkapan pada posisi penangkapan yang sama

sebelum kapal pukat ikan melakukan penangkapan di posisi daerah penangkapan

tersebut dan kapal pukat ikan yang digunakan oleh peneliti tidak boleh mengambil

hasil tangkapan mereka di posisi yang sama, apabila terjadi bisa menimbulkan

konflik.

Kegiatan pengukuran sampel klorofil-a tidak menggunakan alat dalam

melakukan penangkapan ikan di laut selama penelitian karena alat yang

digunakan sangat susah diperoleh sehingga hanya melakukan pengukuran dari

citra satelit MODIS. Sedangkan suhu permukaan laut ada dilakukan pengukuran

terhadap daerah penangkapan tetapi data hasil pengukuran SPL di lapangan

Page 6: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

ternyata tidak sama dengan data SPL pengukuran dari citra satelit NOAA-

AVHRR jadi hanya menggunakan data pengukuran SPL dari citra satelit NOAA-

AVHRR saja.

Mengacu pada keterbatasan yang ditemukan selama penelitian, maka

disarankan umtnk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil

tangkapan terhadap faktor oseanografi lainnya, serta dilakukan penelitian

mengenai analisis perut ikan (stomach content) sehingga dapat diketahui apakah

ikan pemakan fitoplankton, zooplankton maupun jenis-jenis organisme lainnya.

Page 7: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumber :a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatumasalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 8: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYADENGAN KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN SUHU

PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN TAPANULI TENGAH

MARDAME PANGIHUTAN SINAGA

Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains padaDepartemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 9: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc.

Page 10: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Judul Tesis : Analisis Hasil Tangkapan Pukat Ikan Kaitannya denganKandungan Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut di PerairanTapanuli Tengah

Nama : Mardame Pangihutan Sinaga

NRP : C551050051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.ScKetua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 23 Januari 2009 Tanggal Lulus :

Page 11: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena

dengan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul

”Analisis Hasil Tangkapan Pukat Ikan Kaitannya dengan Klorofil-a dan Suhu

Permukaan Laut di Perairan Tapanuli Tengah” diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Domu F. Simbolon, M.Si (selaku

Ketua Komisi Pembimbing) dan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc (selaku Anggota

Komisi Pembimbing) yang telah banyak mengorbankan waktu dan tenaganya

dalam mengarahkan, mengoreksi dan memberikan saran kepada penulis, sehingga

penulisan usulan penelitian ini dapat terwujud. Demikian juga ucapan terimakasih

penulis haturkan kepada Bapak Prof Dr. Ir John Haluan, M.Sc selaku Ketua

Program Studi dan Prof Dr. Ir Mulyono S Baskoro, M.Sc sebagai penguji luar

komisi serta para staf pengajar yang telah banyak berperan dalam menambah

wawasan keilmuan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Dra.

Mariani, M.Sc dan Bapak B Nainggolan yang telah banyak membantu penulis

dalam memperoleh data-data penelitian yang dibutuhkan serta saran kritikannya

serta teman-teman TKL lainnya maupun teman-teman dekat yang tidak dapat saya

sebutkan nama-namanya yang banyak mendukung penulis dalam segala hal.

Dengan penuh rasa sayang dan penuh kasih penulis ucapkan terimakasih

kepada Ayahanda Mangasa Sinaga dan Ibunda Tiodora Simanullang, abangku

Gira B P Sinaga, adekku Johannes Sinaga yang banyak terabaikan, kasih sayang

dan doa yang tiada putus selama penyelesaian studi ini, saya hanya bisa berdoa

semoga semua pengorbananmu dicatat dihati Tuhan Yesus Kristus.

Akhirnya penulis menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan yang akan

ditemui pembaca, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kirtikan

yang sifatnya konstruktif demi penyempurnaan tesis ini di masa mendatang.

Bogor, Februari 2009

Penulis

Page 12: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Mangasa Sinaga

dan Ibu Tiodora Simanullang pada tanggal 26 Desember 1979 di

Jalan Pintu Air IV No. 106, Medan Johor, Sumatera Utara.

Pada tahun 1992 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Swasta

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Padang Bulan Medan, tahun 1995

menyelesaikan pendidikan SMP Kristen 1 Medan, tahun 1995 melanjutkan

Sekolah Menengah Atas (SMA) IMMANUEL Medan, tahun 1998 penulis

melanjutkan studinya pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Fakultas Perikanan Universitas Riau, lulus pada tahun 2005 dengan Skripsi

berjudul ”Pengaruh Jumlah Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung

di Perairan Sibolga Kecamatan Tapanuli Tengah”.

Pada bulan Agustus tahun 2005, penulis melanjutkan studi S2 di program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan program studi Teknologi Kelautan

(TKL). Pada tanggal 23 Januari 2009, penulis menyelesaikan studi S2 di program

studi Teknologi Kelautan (TKL) dengan judul Thesis : ”Analisis Hasil

Tangkapan Pukat Ikan Kaitannya dengan Kandungan Klorofil-a dan Suhu

Permukaan Laut di Perairan Tapanuli Tengah”.

Page 13: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ......................................................................... 11.2 Perumusan Masalah ................................................................. 51.3 Tujuan ...................................................................................... 61.4 Manfaat .................................................................................... 61.5 Hipotesis................................................................................... 61.6 Kerangka Pemikiran................................................................. 6

2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pemetaan

Daerah Penangkapan Ikan........................................................ 82.2 Parameter Oseanografi ............................................................. 12

2.2.1 Suhu permukaan laut.................................................... 122.2.2 Produktivitas perairan .................................................. 14

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis ......................................................... 162.3.1 Ikan peperek/keke (Leiognathus decorus) ................... 172.3.2 Ikan kembung (Rastrelliger spp) ................................. 192.3.3 Ikan layang (Decapterus spp) ...................................... 212.3.4 Ikan belado kuning/selar hijau (Atule male) ................ 232.3.5 Ikan buncilak/selar como (Alepes djeddaba) ............... 242.3.6 Ikan parang-parang (Chirocentrus dorab) ................... 252.3.7 Ikan teri (Stolephorus commersonii)............................ 26

2.4 Karakteristik Alat Tangkap Trawl dan Pukat Ikan .................. 272.4.1 Karakteristik alat tangkap trawl ................................... 272.4.2 Karakteristik pukat ikan ............................................... 31

2.5 Operasi Penangkapan Ikan Pelagis dengan Trawl dan PukatIkan........................................................................................... 332.5.1 Operasi penangkapan ikan pelagis dengan trawl ......... 332.5.2 Operasi penangkapan ikan pelagis dengan pukat ikan. 34

3 Metode Penelitan3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... 363.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 373.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 373.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 38

Page 14: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

3.4.1 Analisis komposisi hasil tangkapan ............................. 383.4.2 Pengolahan citra satelit ................................................ 373.4.3 Pengolahan citra SPL dan klorofil-a dari Er Mapper

ke ArcView GIS........................................................... 40

4 HASIL PENELITIAN4.1 Komposisi Hasil Tangkapan .................................................... 434.2 Suhu Permukaan Laut .............................................................. 474.3 Klorofil-a.................................................................................. 524.4 Hubungan antara SPL dan Klorofil-a terhadap Hasil

Tangkapan ................................................................................ 584.4.1 Hubungan suhu permukaan laut terhadap hasil

Tangkapan .................................................................... 584.4.2 Hubungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ............ 59

5 PEMBAHASAN ............................................................................... 62

6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan .............................................................................. 716.2 Saran......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 72

LAMPIRAN............................................................................................... 78

Page 15: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produksi ikan pelagis dari perairan Sibolga, tahun 2000-2004 ........... 1

2 Karakteristik satelit NOAA dan Fengyun-1......................................... 9

3 Perbandingan kanal sensor antara AVHRR dan MVISR..................... 9

4 Komposisi ikan (spesies) ..................................................................... 43

5 CPUE hasil tangkapan dominan menurut daerah penangkapan .......... 47

6 Penyebaran suhu permukaan laut dari satelit NOAA-AVHRR di empatwilayah perairan Tapanuli Tengah....................................................... 52

7 Penyebaran klorofil-a di empat wilayah perairan TapanuliTengah.................................................................................................. 58

Page 16: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Satelit NOAA-AVHRR dan satelit FY-1 MVISR ............................... 9

2 Ikan peperek/keke (Leiognathus decorus) ........................................... 18

3 Ikan kembung (Rastrelliger spp) ......................................................... 20

4 Ikan layang (Decapterus spp) .............................................................. 22

5 Ikan belado kuning/selar hijau (Atule mate) ........................................ 23

6 Ikan buncilak/selar como (Alepes djeddaba) ....................................... 24

7 Ikan parang-parang (Chirocentrus dorab) ........................................... 26

8 Ikan teri (Stolephorus commersonii).................................................... 26

9 Alat tangkap beam trawl ...................................................................... 28

10 Alat tangkap otter trawl ....................................................................... 29

11 Alat tangkap paranzella ....................................................................... 29

12 Desain bentuk baku konstruksi pukat tarik dasar kecil tipe 2 seam ataupanel ..................................................................................................... 33

13 Peta lokasi penelitian............................................................................ 36

14 Diagram alir penelitian......................................................................... 42

15 Persentase tangkapan yang dominan.................................................... 44

16 Komposisi hasil tangkapan .................................................................. 45

17 Frekuensi tertangkapnya ikan pada setiap kali operasi Penangkapan.. 46

18 Sebaran nilai CPUE dan jumlah setting pada 11 lokasi Penangkapan. 45

19 Citra SPL untuk tanggal 7 Juli 2007 .................................................... 48

20 Citra SPL untuk tanggal 9 Juli 2007 .................................................... 48

21 Citra SPL untuk tanggal 12 Juli 2007 .................................................. 49

22 Citra SPL untuk tanggal 15 Juli 2007 .................................................. 50

23 Citra SPL untuk tanggal 17 Juli 2007 .................................................. 51

24 Citra SPL untuk tanggal 19 Juli 2007 .................................................. 51

25 Citra klorofil-a untuk tanggal 7 Juli 2007............................................ 53

26 Citra klorofil-a untuk tanggal 9 Juli 2007............................................ 54

27 Citra klorofil-a untuk tanggal 12 Juli 2007.......................................... 54

28 Citra klorofil-a untuk tanggal 15 Juli 2007 ......................................... 56

Page 17: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

29 Citra klorofil-a untuk tanggal 17 Juli 2007 ......................................... 56

30 Citra klorofil-a untuk tanggal 19 Juli 2007 ......................................... 57

31 Hubungan suhu permukaan laut terhadap CPUE pada masing-masingDPI ....................................................................................................... 59

32 Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI.......... 61

33 Sebaran vertikal suhu secara umum di Perairan Indonesia.................. 70

Page 18: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Jenis ikan yang dominan ...................................................................... 79

2 Jenis hasil tangkapan untuk setiap daerah penangkapan ikan pelagiskecil ..................................................................................................... 80

3 Tanggal operasi penangkapan ikan ...................................................... 81

4 Hubungan suhu permukaan laut terhadap CPUE pada masing-masingDPI menurut jenis ikan (Kg) ................................................................ 86

5 Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI menurutjenis ikan (Kg)...................................................................................... 88

6 Pengumpulan data selama penelitian ................................................... 90

7 Diagram pengolahan citra suhu permukaan laut .................................. 91

8 Diagram pengolahan citra klorofil-a .................................................... 94

9 Kecepatan angin, curah hujan, radiasi matahari, suhu udara dan kecerahanperairan di daerah Sibolga dan sekitarnya tahun 2007......................... 97

10 Perifikasi antara nilai SPL exsitu dan insitu ........................................ 98

11 Grafik hubungan kolerasi antara SPL exsitu dengan insitu ................. 99

12 Gambar Kapal Pukat Ikan .................................................................... 99

13 Gambar Alat Tangkap Pukat Ikan........................................................ 100

Page 19: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Tapanuli Tengah cukup strategis sebagai sentra produksi perikanan

laut di Sumatera Utara. Hasil tangkapan yang dihasilkan oleh para nelayan

Tapanuli Tengah terdiri atas ikan pelagis dan demersal. Hasil tangkapan ikan

pelagis umumnya lebih dominan dibandingkan ikan demersal. Adapun

perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis selama lima tahun terakhir dari

perairan Tapanuli Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi ikan pelagis dari perairan Tapanuli Tengah, tahun 2000-2004

Tahun Produksi (Ton)20002001200220032004

42.08241.91542.02530.96031.208

Jumlah 188.190

Sumber : Harahap (2006).

Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada umumnya adalah kembung

perempuan (Rastrelliger brachysoma), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta),

parang-parang (Chirocentrus dorab), peperek/keke (Leiognathus decorus), beloso

(Saurida rumbii), teri (Stolephorus commersonii), layang (Decapterus spp),

belado kuning (Atule male), teter/alu-alu (Sphyraena genie), biji nangka (Upeneus

sulphurcus), bentong/buncilak (Alepes djeddaba), selar (Selar crumenopthalmus),

baledang dan sotong.

Pendapatan para nelayan Sibolga dan sekitarnya bervariasi menurut musim,

karena harga ikan berbeda pada musim puncak, sedang dan paceklik. Menurut

Harahap (2006), harga rata-rata ikan pelagis di Tapanuli Tengah menurut musim

dan produktivitas yang diperoleh nelayan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

(1) Pada musim puncak jumlah ikan hasil tangkapan rata-rata 2.750 kg/trip

dengan harga Rp.5.000,- per kg/trip

(2) Pada musim sedang jumlah ikan hasil tangkapan rata-rata 1.500 kg/trip

dengan harga Rp.1.500,- per kg/trip.

Page 20: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

(3) Pada musim paceklik jumlah ikan hasil tangkapan rata-rata 7.000 kg/trip

dengan harga Rp.750,- per kg/trip.

Harga ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting biasanya sudah

ditentukan oleh para pengecer/tengkulak sesuai dengan peraturan-peraturan yang

telah mereka terapkan.

Eksploitasi sumberdaya perikanan di perairan Tapanuli Tengah telah

memicu terjadinya konflik antar nelayan setempat yang disebabkan oleh

perebutan daerah penangkapan ikan (DPI) yang baik. Persoalan semakin

bertambah dengan hadirnya nelayan-nelayan asing dari Thailand, Malaysia dan

Vietnam yang melakukan illegal fishing (penangkapan liar) dengan menggunakan

peralatan dan armada/kapal modern. Nelayan-nelayan tersebut datang ke perairan

Tapanuli Tengah sudah dilengkapi dengan peta daerah penangkapan ikan (DPI)

sehingga ketika melaut mereka tidak lagi datang dengan tujuan ‘mencari’ ikan

tetapi langsung ‘menangkap’ ikan karena dalam penentuan suatu daerah

penangkapan ikan (DPI) oleh nelayan di perairan Tapanuli Tengah umumnya

didasarkan pada faktor pengalaman yang dikaitkan dengan faktor musim.

Sedangkan untuk mendapatkan gerombolan ikan dilakukan dengan cara-cara

tradisional yaitu dengan memperhatikan tanda-tanda di laut, misalnya adanya

gerombolan burung di atas/di dekat permukaan laut, ada tidaknya riak-riak

ataupun buih air di permukaan laut dan juga warna air laut. Dengan cara ini

tingkat keberhasilannya rendah dan mengandung keterbatasan-keterbatasan dalam

skala ruang dan waktu.

Keberadaan daerah penangkapan yang bersifat dinamis dan selalu

berpindah mengikuti pergerakan ruaya ikan menjadi faktor utama konflik

perebutan DPI pelagis. Secara alami ikan akan memilih lingkungan yang lebih

sesuai baginya sedangkan lingkungan tersebut dipengaruhi oleh kondisi

oseanografi perairan. Oleh karena itu DPI pelagis haruslah dapat diduga dan

ditentukan terlebih dahulu sebelum armada penangkapan ikan dioperasikan

menuju lokasi penangkapan.

Informasi tentang penyebaran daerah penangkapan ikan sangat perlu sekali

untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya perikanan. Salah satu permasalahan

yang dihadapi dalam pengembangan perikanan adalah daerah penangkapan

Page 21: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

(fishing ground). Daerah penangkapan dapat berubah sesuai dengan perubahan

kondisi perairan seperti perubahan suhu, arus, salinitas, produktivitas perairan dan

sebagainya. Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dari adanya berbagai

kondisi lingkungan tersebut. Menurut Gunarso (1985), fluktuasi keadaan

lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap periode migrasi musiman serta

keberadaan ikan. Keadaan perairan serta perubahannya akan mempengaruhi

kehidupan dan pertumbuhan biota laut termasuk ikan. Faktor musiman dan

perubahan suhu tahunan serta berbagai keadaan lainnya akan mempengaruhi

penyebaran serta kelimpahan suatu jenis ikan pada daerah penangkapan ikan.

Informasi daerah penangkapan ikan dapat diperoleh melalui analisis

parameter lingkungan seperti suhu perairan dan kandungan klorofil-a serta hasil

tangkapan sehingga nelayan dapat meningkatkan efisien operasi penangkapan

melalui penghematan waktu, tenaga dan biaya operasi penangkapan. Informasi

tentang parameter lingkungan dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan

perkembangan teknologi inderaja sedangkan hasil tangkapan diperoleh melalui

kegiatan operasi penangkapan. Namun demikian pemetaan daerah penangkapan

ikan adalah pekerjaan yang sangat rumit mengingat banyak sekali faktor-faktor

lingkungan perairan yang mempengaruhinya dan faktor tersebut bersifat dinamis.

Adapun faktor-faktor tersebut cukup banyak yang meliputi faktor fisik, kimiawi,

biologi dan ekologis. Parameter lingkungan yang menjadi fokus perhatian dalam

penelitian ini dibatasi pada SPL dan kandungan klorofil-a karena kedua parameter

tersebut sangat berperan penting terhadap keberadaan ikan di perairan.

Informasi tentang suhu perairan sangat penting karena dapat pula digunakan

untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi di laut. Pola distribusi

SPL dapat dipergunakan untuk mengidentifikasikan parameter-parameter laut

seperti arus, umbalan dan front. Umumnya setiap spesies ikan mempunyai kisaran

suhu optimum untuk makan, memijah, beruaya dan aktivitas lainnya (Laevastu

1981). Lebih lanjut Laevastu (1981) mengatakan bahwa, batasan arus serta variasi

arus permukaan mempengaruhi migrasi musiman dan tahunan dari ikan pelagis

dan semi pelagis serta berperan dalam transportasi telur, larva dan ikan-ikan kecil.

Dengan mengetahui distribusi SPL dan pola arus suatu wilayah perairan maka

Page 22: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

akan dapat diamati fenomena upwelling dan thermal front yang merupakan daerah

potensial penangkapan ikan.

Ikan pelagis yang bersifat predator menyukai perairan yang banyak ikan teri

pemakan kandungan nutrien sebagai makanan utama. Kandungan nutrien tersebut

dapat diestimasi melalui analisis sebaran klorofil-a. Valiela (1984) mengatakan

bahwa sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan

kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya

matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di laut,

sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,

serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di

perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah

besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di

perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara

langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai

konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan

oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik masa air,

dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan

permukaan.

Sebelum melakukan penangkapan ikan pelagis terlebih dahulu perlu

mengetahui keberadaan ikan yang bersangkutan, sedangkan dalam upaya

pengembangan sebagai salah satu potensi bidang kelautan adalah pemanfaatan

sumberdaya hayati laut (ikan) secara optimal dan lestari. Oleh karena itu

dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai keadaan sumberdaya ikan dan

lingkungannya di suatu perairan agar efisiensi operasi penangkapan ikan,

perencanaan daerah penangkapan ikan dapat terlaksana dengan baik. Informasi ini

sangat penting diketahui untuk perencanaan suatu usaha pemanfaatan sumberdaya

ikan. Informasi tentang daerah penangkapan ikan mempunyai peranan penting

untuk menghemat waktu, tempat dan biaya penangkapan. Dengan demikian,

informasi tentang penyebaran kepadatan stok sumberdaya ikan yang sesuai

dengan waktu dan tempat merupakan salah satu dasar bagi keberhasilan usaha

penangkapan ikan.

Page 23: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Penginderaan jauh (inderaja) kelautan saat ini telah berkembang seiring

dengan perkembangan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi inderaja dalam

pemanfaatan sumberdaya ikan telah dilakukan di beberapa negara maju seperti

Jepang, Australia, Amerika dan beberapa negara-negara Eropa. Hal ini dapat

membantu berbagai penelitian untuk memahami dinamika sumberdaya ikan.

Menurut Aboet (1985), keberhasilan dari teknologi penginderaan jauh

dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama adalah kecanggihan dan ketelitian sensor,

dalam hal ini dipengaruhi oleh rancangan sensor yang tepat dan kalibrasi

instrumen yang benar. Kedua adalah kemampuan pengguna dalam

menginterpretasikan citra, karena hasil observasi alat bukanlah pengukuran secara

langsung akan tetapi merupakan hasil perekaman satelit sesuai dengan karakter

reflektansi objek yang berbeda-beda. Hal ini berarti seorang pengguna data satelit

harus mengetahui dasar-dasar penginderaan jauh dan proses interpretasi citra

untuk mendeteksi suatu fenomena alam pada suatu wilayah.

1.2 Perumusan Masalah

Para nelayan Sibolga dan sekitarnya masih menghadapi kendala untuk dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi penangkapan ikan. Adapun

kendala yang dihadapi nelayan adalah sulitnya mencari daerah penangkapan ikan

karena ketidaktahuan tentang faktor oseanografi, tidak dapat merencanakan

operasi penangkapan ikan yang tepat. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

informasi daerah penangkapan ikan.

Penentuan daerah penangkapan ikan potensial yang dilakukan oleh para

masyarakat perikanan nelayan termasuk di Sibolga dan sekitarnya masih bersifat

tradisional. Waktu, tenaga dan biaya operasional cukup tinggi untuk mencari

daerah penangkapan ikan yang potensial dan tingkat ketidakpastian hasil

tangkapan masih cukup tinggi.

Untuk mengatasi tingkat ketidakpastian hasil tangkapan maka perlu

dilakukan berbagai upaya antara lain : (1) Mempelajari keberadaan ikan melalui

analisis paramater-parameter lingkungan yang mempengaruhinya, seperti suhu

permukaan laut dan kandungan klorofil-a, (2) Mempelajari hubungan antara suhu

permukaan laut (SPL) dan kandungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan dan (3)

Page 24: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Mempelajari sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan kandungan klorofil-a di

perairan Tapanuli Tengah. Kegiatan eksplorasi yang terkait dengan parameter-

parameter lingkungan yang mempengaruhinya (seperti mempelajari hubungan

suhu permukaan laut (SPL) dan kandungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan,

sebaran SPL dan kandungan klorofil-a di perairan Tapanuli Tengah) masih sangat

terbatas padahal manfaatnya sangat penting dalam perencanaan pemanfaatan

sumberdaya perikanan.

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menentukan sebaran SPL dan kandungan klorofil-a di perairan Tapanuli

Tengah.

2. Menganalisis komposisi hasil tangkapan.

3. Menentukan pengaruh sebaran SPL dan kandungan klorofil-a terhadap hasil

tangkapan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi dasar untuk pengelolaan perikanan tangkap di perairan

Tapanuli Tengah.

2. Bagi industri penangkapan, informasi yang akan diperoleh nantinya dapat

digunakan sebagai salah satu petunjuk untuk merencanakan operasi

penangkapan ikan.

3. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan daerah

penangkapan ikan pelagis.

1.5 Hipotesis

Sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a tidak berpengaruh

terhadap hasil tangkapan.

1.6 Kerangka Pemikiran

Di dalam melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan Tapanuli Tengah

dhadapkan dengan berbagai kendala dalam penentuan daerah penangkapan ikan,

Page 25: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

yaitu : (1) Daerah penangkapan tidak pasti, (2) Waktu operasi lebih lama, (3)

Hasil tangkapan tidak pasti, (4) Resiko operasi penangkapan tinggi. Akibatnya,

biaya operasionalnya mahal, mutu hasil tangkapan sedikit dan produktivitas hasil

tangkapan juga sedikit.

Dengan berbagai kendala tersebut perlu dilakukan penentuan daerah

penangkapan ikan potensial, melalui analisis indikator yang mempengaruhinya.

Adapun indikator-indikator daerah penangkapan ikan potensial adalah suhu

permukaan laut (SPL) untuk melihat kejadian-kejadian thermocline dan

upwelling, klorofil-a untuk melihat upwelling dan produktivitas perairan,

komposisi hasil tangkapan yang diperoleh melalui kegiatan penangkapan ikan.

Page 26: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan

National Oceanic Atmosperic Administration (NOAA) merupakan program

penginderaan jauh satelit untuk lingkungan kelautan yang dimulai sejak tahun

1960-an oleh negara Amerika Serikat yang pada awalnya bernama program

television infrared observation satellite (TIROS). Dan hingga tahun 2001 NOAA

masih mengoperasikan lima satelit dengan seri NOAA-12, 14, 15, 16 dan 17.

Satelit serial NOAA ini beredar pada orbit polar dengan ketinggian 833 km

di atas permukaan bumi. Untuk aktivitas pemantauan lingkungan kelautan satelit

serial NOAA memanfaatkan sensor advanced very high resolution radiometer

(AVHRR).

Sementara itu pada tahun 1988, badan antariksa Cina meluncurkan satelit

lingkungan kelautan Fengyun-1 (FY-1 A) dan programnya terus berlanjut hingga

peluncuran satelit FY-1 D pada bulan Mei 2002. Satelit Fengyun tersebut

memiliki spesifikasi orbitnya mirip NOAA dan memilki sensor multispectral

visible and infrared scan radiometer (MVISR) dengan 10 kanal (band).

Selain perbedaan dari jenis sensor, FY-1 memiliki 3 kanal yang dapat

dipergunakan untuk kegiatan pendugaan sebaran klorofil-a (fitoplankton) dan

kekeruhan di perairan. Gambar 1, Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini menunjukkan

beberapa perbedaan dan persamaan kedua satelit beserta sensor yang dibawanya.

Satelit NOAA merupakan generasi kedua dari satelit TIROS yang

dilengkapi dengan sensor AVHRR. Satelit ini digunakan untuk prakiraan cuaca

dan sejumlah terapan untuk ilmu lingkungan termasuk antara lain pemantauan

albedo permukaan bumi, pengukuran suhu permukaan laut dan memantau front

laut. Dengan menggunakan data infra red dari satelit NOAA-14/AVHRR dapat

dilakukan pemetaan distribusi sebaran temperatur permukaan laut. Data suhu

permukaan laut ini akan sangat bermanfaat untuk perikanan, penelitian

meteorologi kelautan dan analisis perubahan cuaca dan iklim.

Page 27: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Tabel 2 Karakteristik satelit NOAA dan FY-1

Karakteristik NOAA FY-1

Jumlah satelit yang masihberoperasi

5 satelit (NOAA-12, 14,15,16,17)

2 satelit (FY-1 C, FY-1D)

Orbit Polar(sun-synchronous)

Polar(sun-synchronous)

Ketinggian orbit daripermukaan bumi

833 km 863 Km

Periode pengulangan 102 menit 102,3 menitLebar sapuan data 2048 piksel (pixel) 2048 piksel (pixel)Resolusi spasial 1,1 km (nadir) 1,1 km (nadir)Resolusi radiometric 10 bits/data 10 bits/data

Sumber: Kushardono (2003).

Tabel 3 Perbandingan kanal sensor antara AVHRR dan MVISR

PanjangGelombang Sensor (m)Kanal

AVHRR MVISRKeutamaan

1 0,58-0,68 0,58-0,68 Kecerahan awan, tutupan es dan salju,tutupan vegetasi

2 0,725-1,10 0,84-0,89 Kecerahan awan dan tutupan vegetasi3 A. 1,57-1,64

B. 3,55-3,933,55-3,95

Sumber panas, kecerahan awan malamhari

4 10,5-11,5 10,3-11,3 Suhu Permukaan Laut harian(malam/siang), Kecerahan awan

5 11,5-12,5 11,5-12,5 Suhu Permukaan Laut harian(malam/siang), Kecerahan awan

6 - 1,58-1,64 Kepadatan tanah7 - 0,43-0,48 Warna laut (klorofil-a)8 - 0,48-0,53 Warna laut (klorofil-a)9 - 0,53-0,58 Warna laut (klorofil-a)

10 - 0,90-0,985 Kekeruhan perairanSumber: Kushardono (2003).

Sumber: Kushardono (2003).

Gambar 1 (a) Satelit NOAA-AVHRR dan (b) Satelit FY-1 MVISR.

a b

Page 28: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Satelit Penginderaan Jauh adalah proses perolehan informasi muka bumi

dari instrumentasi yang ditempatkan di satelit. Satelit penginderaan jauh

memberikan kemampuan pemantauan daerah yang luas secara periodik dan

berkesinambungan (Kartasasmita 1999).

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh khususnya data satelit National

Oceanic Atmosphere and Administration Advanced Very High Resolution

Radimeter (NOAA–AVHRR) merupakan alternatif yang sangat tepat dalam

penentuan daerah penangkapan ikan karena dari data ini dapat ditentukan nilai dan

distribusi SPL pada perairan yang luas secara sinoptik, mempunyai frekwensi

pengamatan yang tinggi dan biaya operasional yang jauh lebih murah jika

dibandingkan dengan cara lainnya. Kemampuan ini akan sangat berguna untuk

pengamatan fenomena oseanografi khususnya umbalan air dan front yang

merupakan indikator daerah penangkapan potensial bagi ikan. Informasi ini dapat

digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi penangkapan di

laut (Hasyim 1999).

Penentuan posisi daerah penangkapan ikan di laut lepas secara tepat sangat

sulit dilakukan karena perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dinamis dari

parameter-parameter oseanografi seperti SPL, kekeruhan, konsentrasi klorofil-a,

pola dan arah angin, pasang surut dan arus. Informasi tentang zona potensial

perikanan dan dinamika perubahan sudah dapat dijadikan sebagai suatu alat bantu

dalam mendukung perencanaan strategis pembangunan pada sektor perikanan

khususnya penangkapan ikan (Kartasasmita 1999)

Penggunaan citra satelit untuk pengukuran SPL telah banyak digunakan

sebagai sumber data untuk melengkapi SPL hasil pengukuran langsung.

Perbedaan pengukuran antara SPL dari citra satelit dengan pengukuran lapang

lebih kecil dari 1oC (McClain et al. 1985; Gaol 2003). Perbedaan ini umumnya

disebabkan pengaruh atmosfer seperti uap air dan awan. Pengaruh awan dapat

menurunkan SPL sampai 1,5oC dibanding suhu pengukuran in-situ (Gaol 2003).

Butler et al. (1988) mengatakan bahwa, deteksi ikan secara langsung tidak

selalu dapat dikerjakan dengan mudah maka deteksi secara tidak langsung

mungkin saja dilakukan dengan melaksanakan berbagai observasi terhadap

beberapa fenomena permukaan laut yang dikaitkan dengan distribusi spesies.

Page 29: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Menurut Widodo (1999), peta SPL telah banyak digunakan oleh armada

penangkapan salmon dan tuna. Secara jelas diketahui bahwa beberapa spesies tuna

mencari makan pada bagian air laut yang panas dari suatu front sedangkan salmon

mencari makan pada bagian yang dingin.

Dalam bidang perikanan, salah satu alternatif yang mulai dikembangkan

adalah monitoring suhu permukaan laut khususnya lebih diaplikasikan pada ikan-

ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting seperti ikan tongkol, kembung

dan sebagainya. Fenomena suhu permukaan laut akan sangat memungkinkan

dalam menduga upwelling (penaikkan masa air dari bawah permukaan) karena

fenomena upwelling merupakan salah satu indikator utama dalam penentuan

lokasi ikan.

Sensor ocean color yang dibawa satelit dapat menyediakan data kuantitatif

tentang global ocean bio-optical properties yang dapat memberikan data atau

informasi tentang adanya variasi warna perairan (ocean color) sebagai

implementasi dari adanya perbedaan konsentrasi klorofil-a dalam perairan.

Pendeteksian klorofil-a dalam suatu perairan adalah dengan pengukuran

radiansi warna perairan pada spektrum 433-520 nm dari kanal 2, 3 dan 4 dari

sensor SeaWIFS. Dengan menggunakan sensor dari satelit SeaStar ini maka

tingkat kandungan klorofil-a dari suatu perairan dapat diketahui.

Pengukuran konsentrasi klorofil-a dengan metode remote sensing dapat

dilakukan oleh beberapa satelit yang salah satunya adalah satelit TERRA dengan

sensor MODIS yang dimilikinya. MODIS (Moderate Imaging Spektroradiometer)

adalah salah satu perangkat/piranti utama yang dibawa oleh Earth Observing

System (EOS) satelit TERRA, yang merupakan bagian dari program antariksa

Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Program ini merupakan program jangka panjang untuk mengamati, meneliti dan

menganalisa lahan, lautan, atmosfir bumi dan interaksi di antara faktor-faktor ini

(Mustafa 2004).

Page 30: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2.2 Parameter Oseanografi

2.2.1 Suhu permukaan laut

Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang

terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut terutama di lapisan permukaan

sangat tergantung pada jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari (Weyl

1970).

Suhu permukaan laut perairan Indonesia umumnya berkisar antara 25oC

hingga 30oC dan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan

bertambahnya kedalaman hingga 80 db (± 8 m) (Tomascik et al. 1997). Menurut

Soegiarto dan Birowo (1975), suhu pada lapisan permukaan di Perairan Indonesia

berkisar antara 26oC hingga 30oC, lapisan termoklin berkisar 9oC hingga 26oC dan

lapisan dalam berkisar antara 2oC hingga 8oC.

Suhu air laut berkisar antara -2ºC hingga 30oC dimana nilai terendah

disebabkan karena adanya formasi es dan nilai tertinggi disebabkan oleh proses

radiasi dan perubahan atau pergantian bahang dengan atmosfer (Ingmanson dan

Wallace 1973). Sedangkan di daerah tropis suhu permukaan laut berkisar antara

27oC hingga 29oC dan 15oC hingga 20oC di daerah subtropis. Suhu ini menurun

secara teratur sesuai dengan kedalaman.

Reddy (1993) menyatakan bahwa, ikan adalah hewan berdarah dingin yang

suhu tubuh selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan

pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih kisaran

suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara

maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya.

Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam

proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas

tubuh seperti kecepatan renang serta dalam rangsangan syaraf.

Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama

pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya

pemijahan pada beberapa spesies ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah

pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan kekuatan

keturunan dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan penting yang komersil.

Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim

Page 31: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah

tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan

tempat pemijahan (spawning ground) dan daerah penangkapan (fishing ground)

secara periodik (Reddy 1993).

Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena

mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin maka di

lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50 hingga 70 m terjadi pengadukan

sehingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28,00oC) yang

homogen. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan homogen.

Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih

tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan homogen bisa mencapai kedalaman hingga

ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang

dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut

termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah

seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang sehingga lapisan ini

dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer mendukung

kehidupan ikan-ikan pelagis secara pasif mengapungkan plankton, telur ikan dan

larva sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung kehidupan

hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam (Reddy 1993).

Nontji (1993) mengatakan bahwa, pada saat terjadi penaikkan massa air

(upwelling), lapisan termoklin ini bergerak ke atas dan gradien menjadi tidak

terlalu tajam sehingga massa air yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke

lapisan atas. Fluktuasi jangka pendek dari kedalaman termoklin dipengaruhi oleh

pergerakan permukaan, pasang surut dan arus. Di bawah lapisan termoklin suhu

menurun secara perlahan-lahan dengan bertambahnya kedalaman. Wyrtki (1961)

mengatakan bahwa, kedalaman termoklin di dalam Lautan Hindia mencapai 120

m menuju ke Selatan di daerah Arus Equatorial Selatan, kedalaman termoklin

mencapai 140 m.

Laevastu (1981) yang telah mempelajari pengaruh faktor oseanografi

terhadap sebaran ikan pelagis dari berbagai daerah penangkapan menunjukkan

bahwa, salah satu parameter utama yang sangat mempengaruhi sebaran ikan

pelagis adalah suhu dan arus. Banyaknya hasil tangkapan dan melimpahnya

Page 32: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

populasi ikan pelagis sangat terkait dengan perubahan suhu perairan. Semakin

dalam gerombolan ikan pelagis berenang ke dasar perairan tergantung pada

struktur vertikal suhu. Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa jenis ikan

pelagis akan berenang lebih dalam apabila suhu di permukaan perairan hangat.

Kedalaman gerombolan ikan herring sangat tergantung pada luasnya lapisan

campuran di permukaan pada malam hari.

2.2.2 Produktivitas perairan

Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di

dalam air. Kemampuan geraknya sangat terbatas sehingga selalu terbawa oleh

arus. Plankton dibagi menjadi dua golongan utama yakni fitoplankton dan

zooplankton. Fitoplankton (plankton nabati) merupakan tumbuhan yang amat

banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya mikrokopis sukar

dilihat kehadirannya. Konsentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air

laut. Zooplankton (plankton hewani) terdiri dari sangat banyak jenis hewan.

Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai satu

meter seperti ubur-ubur. Plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton

mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut karena plankton menjadi bahan

makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan

laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa

telur dan larva (Nontji 2007).

Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi

organisme yang ada di perairan. Ada tiga macam klorofil yang dikenal hingga saat

ini yang dimiliki fitoplankton yaitu klorofil-a, klorofil-b dan klorofil-c. Disamping

itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis yang lain seperti karoten dan xantofil.

Dari pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat

pada fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan

dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al. 1984).

Klorofil-a berkaitan erat dengan produktivitas primer yang ditunjukkan

dengan besarnya biomassa fitoplankton yang menjadi rantai pertama makanan

ikan pelagis kecil. Produktivitas primer lingkungan perairan pantai umumnya

lebih tinggi dari produktivitas primer laut terbuka. Menurut Barnabe dan Barbane

Page 33: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

(2000), produktivitas primer perairan pantai melebihi 60% dari produktivitas yang

ada di laut.

Laju produktivitas primer di lingkungan laut ditentukan oleh berbagai

faktor fisika. Faktor fisika utama yang mengontrol produktivitas primer di

perairan eutropik adalah percampuran vertikal, arus dan turbulensi, efek biologi

dari masuknya air tawar di daerah pesisir, struktur vertikal dan pergerakan dari

perairan pesisir (Barnabe dan Barbane 2000; Mann dan Lazier 1996).

Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan

kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya

matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di laut,

sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,

serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di

perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah

besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di

perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara

langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai

konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan

oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,

dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan

permukaan (Valiela 1984).

Nontji (1993) menyatakan bahwa, faktor yang dapat meningkatkan

konsentrasi klorofil-a di lautan adalah adanya peristiwa upwelling yang salah satu

pemicunya adalah sistem angin muson ; hal ini berkaitan dengan daerah asal

dimana massa air diperoleh. Dari pengamatan terhadap sebaran konsentrasi

klorofil-a di perairan Indonesia bagian timur diketahui bahwa konsentrasi klorofil-

a tertinggi dijumpai pada muson tenggara sedangkan kandungan klorofil-a

terendah dijumpai pada muson barat laut. Rendahnya konsentrasi klorofil-a

tersebut disebabkan konsentrasi nutrien lebih rendah akibat upwelling tidak terjadi

dalam skala besar. Perbedaan konsentrasi klorofil-a pada kedua muson tersebut

telah dikemukakan oleh beberapa peneliti. Nontji (1993) diacu dalam Monk et al.

(1997) menyebutkan bahwa, rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Indonesia

Page 34: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

kira-kira 0,19 mg/m3, 0,16 mg/m3 selama musin barat dan 0,21 mg/m3 selama

musim timur.

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis

Sumberdaya ikan pelagis adalah jenis-jenis ikan yang hidup atau menghuni

perairan lapisan permukaan sampai lapisan tengah (mid layer). Sumberdaya

perikanan pelagis kecil merupakan sumberdaya yang paling melimpah di perairan

Indonesia. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik karena terutama

penyebarannya adalah di perairan dekat pantai. Di daerah-daerah dimana terjadi

proses penaikkan massa air (upwelling), sumberdaya ini dapat membentuk

biomassa yang sangat besar.

Makanan utama ikan pelagis adalah plankton sehingga kelimpahannya sangat

tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, kelimpahan

sumberdaya ini sangat berfluktuasi dan tergantung kepada lingkungan

perairannya.

Musim ikan pelagis di perairan Indonesia umumnya berlangsung pada akhir

musim Timur dan awal musim Barat (sekitar bulan Agustus sampai November).

Kesuburan perairan tersebut akibat adanya upwelling pada musim Timur seperti

yang terjadi di Laut Banda, Samudera Hindia dan Laut Jawa bagian Timur

(Puslitbangkan 1994).

Ikan pelagis pada umumnya senang bergerombol baik dengan kelompoknya

maupun dengan jenis ikan lainnya. Ikan-ikan ini bersifat fototaksis positif (tertarik

pada cahaya) dan tertarik pada benda-benda terapung. Terdapat kecenderungan

ikan pelagis kecil bergerombol berdasarkan kelompok ukuran.

Kebiasaan makan ikan pelagis kecil umumnya waktu matahari terbit dan saat

matahari terbenam. Kebanyakan ikan pelagis termasuk pemakan plankton, baik

plankton nabati (fitoplankton) maupun plankton hewani (zooplankton).

Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang sering tertangkap di perairan Sibolga adalah

ikan layang, kembung, selar como (bentong/buncilak), parang-parang, baledang,

balato/belado kuning, teri, sebelah dan peperek (keke). Masing-masing jenis ikan

pelagis yang ditangkap di perairan Sibolga mempunyai musim penangkapan

tersendiri yaitu musim puncak, musim sedang dan musim kurang.

Page 35: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2.3.1 Ikan peperek/keke (Leiognathus decorus)

Badannya benar-benar pipih dan licin. Kepala lonjong keatas, punggungnya

sangat kecil di bagian permukaan. Selaput insang bersatu dengan isthmus. Mulut

sangat kecil dan protractile. Tidak ada gigi pada langit mulutnya sedangkan pada

keluarga Pseudobranchiae memiliki gigi pada langit mulut. Sirip bagian punggung

duri berjumlah 8 atau 9 yang besambung agak tegak di bagian depan; bagian

belakang memiliki sirip lembut yang terang berjumlah 14-16. 3 duri terletak di

bagian sirip ekor; sirip duri bagian depan dan ekor dengan bentuk bulan sabit.

Sebuah kelopak yang bersisik terletak pada dasar sirip bagian punggung dan ekor

untuk hewan bertulang belakang yang berjumlah 22-23. Semua spesies memiliki

organ kerongkongan yang terang. Juga dicatat bahwa hasil produksi makanan ikan

ini berbentuk lendir (mucus).

Klasifikasi ikan keke adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Subkingdom: Bilateria

Branch: Deuterostomia

Infrakingdom: Chordonia

Phylum: Chordata

Subphylum: Vertebrata

Infraphylum: Gnathostomata

Superclass: Osteichthyes

Class: Actinopterygii

Order: Perciformes - perch-like fishes

Suborder: Percoidei

Family: Leiognathidae

Genus: Leiognathus

Species: decorus

Page 36: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Sumber : Kimura et al (2008).Gambar 2 Ikan peperek/keke (Leiognathus decorus).

Family ini memiliki licin, mulut kecil (slipmouths) atau ponyfishes, dapat

ditemukan di daerah perairan terumbu karang. Ukurannya tergantung kepada diet;

ikan kecil yang berukuran <6.9 cm memakan crustacean (jenis-jenis kerang-

kerang), sedangkan ikan besar yang berukuran >7.0 cm biasanya dikelompokkan

kepada golongan pemakan amphipoda, polychaeta dan detritus.

Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dari adanya berbagai kondisi

lingkungan. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap

periode migrasi musiman serta keberadaan ikan. Keadaan perairan serta

perubahannya akan mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhannya. Faktor

musiman dan perubahan suhu tahunan serta berbagai keadaan lainnya akan

mempengaruhi penyebaran serta kelimpahan suatu jenis ikan pada daerah

penangkapan ikan (Gunarso 1985).

Family Leiognathidae sama dengan kelas Actinopterygii (ray-finned fishes)

dan order Perciformes yang memiliki 3 genus dan 24 jenis. Ikan ini dapat

ditemukan di lingkungan laut, payau dan air tawar serta pada umumnya di laut.

Kelompok family ini tidak digunakan pada perdagangan khusus akuarium. Secara

reproduksi, kebanyakan family ini tidak perlu dijaga. Pola utama renang ikan

dewasa di family ini seperti berbentuk carangiform. Ikan peperek bergabung

dengan ikan lainnya, dengan membangun tingkat aktivitas yang normal.

Page 37: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2.3.2 Ikan kembung (Rastrelliger spp)

Spesies ikan kembung menurut Saanin (1968) terdiri atas Rastrelliger

kanagurta, Rastrelliger neglectus dan Rastrelliger branchysoma. Yang disebut

sebagai ikan kembung di sini adalah spesies Rastrelliger branchysoma dengan

nama lain sebagai kembung perempuan.

Ikan kembung mempunyai bentuk tubuh pipih agak lebar. Panjang kepala

sama atau sedikit lebih pendek dari tinggi badan. Panjang baku 3,7-4,3 kali badan.

Warna tubuh keperakan dan pada bagian punggung hijau kebiruan. Ikan kembung

yang sering tertangkap berukuran 16 cm. Makanan ikan kembung terdiri dari

diatom 31%, organisme lainnya 9% dan jasad tidak teridentifikasi 60%

(Puslitbangkan 1994).

Ikan kembung merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam famili

Scombridae. Ciri meristik ikan kembung adalah sirip punggungnya terpisah

menjadi dua bagian. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 10, sedangkan sirip

punggung yang kedua berjari-jari lemah 11-12. Sirip dada (pectoral) terdiri dari

16-19 jari-jari lemah, sirip perut (ventral) terdiri dari 7-8 jari-jari lemah, sirip ekor

(caudal) terdiri dari 50-52 jari-jari lemah bercabang dan sisik pada gurat sisi

(linea lateralis) terdiri dari 127-130 buah sisik (Collette dan Nauen 1983).

Klasifikasi ikan kembung menurut Fischer dan Whitehead (1974) diacu

dalam Almutahar (2005) adalah sebagai berikut :

Phylum: Chordata

Subphylum: Vertebrata

Kelas: Pisces

Subkelas: Teleostei

Ordo: Perciformes

Subordo: Scombroidea

Famili: Scombroidae

Spesies: Rastrelliger kanagurta (Indian mackerel/Pacific).

Rastrelliger brachysoma (Short-bodied mackerel).

Rastrelliger faughni (Faughn’s mackerel).

Page 38: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Sumber : Collette and Nauen (1983).Gambar 3 (a) Kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dan (b) Kembung

lelaki (Rastrelliger kanagurta).

Kembung melakukan migrasi untuk memijah dan mencari makan

(Rounsefell dan Everhart 1962). Susanto (1961) secara spesifik berpendapat

bahwa, kembung perempuan melakukan migrasi untuk mencari makanan dan

mencari daerah pemijahan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi migrasi adalah

kekuatan angin dan arus.

Ikan kembung perempuan yang menyebar di perairan dekat pantai karena

mereka hidup pada perairan dengan kadar garam rendah (Pasaribu 1967). Ikan

kembung umumnya memijah pada sekitar musim Barat (Nurhakim 1993).

Beberapa ahli telah menduga tempat dan waktu pemijahan ikan kembung.

Ikan kembung perempuan mempunyai musim pemijahan selama beberapa bulan

yang berlangsung dari bulan Mei-Oktober di Tanjung Satai (Kalimantan Barat).

Ikan kembung lelaki mempunyai dua musim pemijahan di Laut Jawa, yaitu

berlangsung dalam musim Barat dari Oktober-Februari dan musim Timur dari

bulan Juni-September. Jenis ini diduga banyak memijah di sebelah Utara Tanjung

Satai, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia dan Laut Flores (Burhanuddin et al.

1984).

Nurhakim (1993) menyatakan bahwa, waktu pemijahan diduga berlangsung

antara bulan April-Agustus dan Desember dengan puncak pemijahan pada bulan

Agustus. Daerah pemijahan diduga sekitar Kepulauan Karimun Jawa dan

Matasari. Chisastit (1962) menduga bahwa migrasi ikan kembung perempuan

dijumpai pada musim pemijahan. Ikan kembung yang mature mungkin sekali

a

b

Page 39: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

pergi ke daerah pemijahan dari daerah pantai, dan ikan juvenil akan ke pantai

untuk mencari makan.

Kelompok ikan kembung dapat ditemukan dengan melihat tanda-tanda di

laut pada siang hari. Tanda-tanda itu seperti perairan kelihatan lebih pekat dari

sekelilingnya serta adanya percikan-percikan yang disebabkan gerakan kelompok

ikan tersebut. Tanda ini adalah khas untuk kembung perempuan. Pada malam hari

dalam keadaan gelap kembung perempuan berada di lapisan permukaan. Bagian

punggung ikan ini kelihatan berkilau-kilau. Adanya cahaya memudahkan

penemuan ikan ini. Itu pula sebabnya penangkapan ikan ini umumnya dilakukan

pada malam hari dalam keadaan gelap (Pasaribu 1967).

Nontji (1987) mengatakan bahwa, ikan kembung lelaki dan ikan kembung

perempuan hidup dari plankton yang ditangkapnya dengan tapis insang. Ikan

kembung perempuan mempunyai tapis insang lebih halus karena plankton yang

dimakan terdiri dari plankton-plankton kecil seperti diatom dan copepoda,

sebaliknya tapis insang kembung lelaki lebih besar karena memakan plankton

yang lebih besar.

2.3.3 Ikan layang (Decapterus spp)

Spesies ikan layang yang ada di Indonesia adalah Decapterus ruselli dan

Decapterus macrosoma. Decapterus ruselli mempunyai nama sinonim

Decapterus maruadsi dengan nama umum ikan layang atau round scad.

Sedangkan Decapterus macrosoma mempunyai nama umum ikan layang deles

atau layang scad (Nurhakim et al. 1987). Ikan ini hidup di perairan lepas pantai

berkadar garam tinggi dan membentuk gerombolan besar. Panjang tubuhnya dapat

mencapai 30 cm, umumnya antara 20-30 cm, bentuk badan agak memanjang dan

agak gepeng (Direktorat Jenderal Perikanan 1989). Dalam statistik perikanan,

keduanya dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu ikan layang (Decapterus spp)

(Widodo 1988).

Page 40: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Sumber: Sawada (1980).

Gambar 4 Ikan layang : D. macrosoma (a) dan D. russelli (b).

Ikan layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagik, tidak

menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan tergolong stenohaline, hidup di

perairan yang berkadar garam relatif tinggi (32‰-34‰) dengan kisaran yang

sempit dan menyenangi perairan yang jernih. Menurut Lursinap et al. (1970),

salinitas optimum ikan layang berkisar antara 32‰-32,5 ‰. Ikan layang banyak

terdapat di perairan yang berjarak 37-56 km dari pantai (Weber dan de Beaufort

1931; Hardenberg 1937).

Ikan layang biasanya memijah pada perairan yang mempunyai suhu

minimum, yaitu sebesar 17°C. Suhu optimum ikan layang yang menjadi tujuan

penangkapan adalah sekitar 20ºC-30°C. Sedang suhu selang distribusi ikan layang

berkisar antara 12ºC-25°C (Laevastu dan Hela 1970). Ikan layang umumnya

memiliki dua kali masa pemijahan pertahun dengan puncak pemijahan pada bulan

Maret/April (musim Barat) dan Agustus/September (musim Timur)

(Puslitbangkan 1994). Ikan layang deles (Decapterus macrosoma) memijah

selama beberapa bulan dengan puncaknya bulan Agustus/September (Widodo

1988).

Menurut Asikin (1971), ikan layang muncul ke permukaan karena

dipengaruhi oleh ruaya harian dari plankton hewani (zooplankton) yang terdapat

di suatu perairan. Secara spesifik, makanan ikan layang terdiri dari copepod 39%,

crustacean 31% dan organisme lainnya 30% (Puslitbangkan 1994).

Ruaya ikan layang di perairan Indonesia mempunyai hubungan dengan

pergerakan massa air laut, walaupun secara tidak langsung. Menurut penelitian

Hardenberg (1937), populasi layang yang berasal dari Samudera Hindia beruaya

melalui Selat Sunda ke Laut Jawa sampai di sebelah utara Cirebon.

(a) (b)

Page 41: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2.3.4 Ikan belado kuning/selar hijau (Atule mate)

Belado kuning termasuk kedalam famili Carangidae dengan nama Indonesia

Selar Hijau (Atule mate) atau Slender scaled scad.

Sumber: Paxton et al (1989).

Gambar 5 Ikan belado kuning (Atule mate).

Klasifikasi ikan belado kuning adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Carangidae

Spesies : Atule mate

Badan agak memanjang dengan profil dorsal dan ventral membulat. Jaringan

lemak menutup mata dan menutup seluruh mata dengan ulah sempit tegak lurus di

tengah-tengah mata. Bagian interval dari garis latersal sangat melengkung. Badan

berwarna hijau biru pada punggung, sepuhan warna kuning hijau pada sisi-sisi

sering dengan palang-palang gelap, perut putih keperakan. Sirip lemah dorsal

kuning dengan ujung putih pada cupingnya. Sirip ekor kuning gelap, sirip-sirip

lain transparan. Sebuah bintik hitam pada tepi tutup insang. Jari-jari sirip lemah

mirip dorsal dan anal terakhir terpisah agak penuh tapi dihubungkan dengan

membran.

Ikan ini hidup berkelompok di perairan pantai, berlumpur dan pasir atau

pasir batu dengan koral pada kedalaman 5-30 meter, hutan bakau (mangrove) dan

terumbu karang. Belado kuning aktif pada siang hari ke permukaan atau perairan

tengah (midswaks) pada malam hari dan dapat ditangkap dengan menggunakan

alat penangkap ikan seperti hand line, trawl dasar, pancing dan purse seine. Secara

spesifik, makanan ikan belado kuning adalah jenis crustacean dan cephalopoda

Page 42: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

tetapi ikan belado kuning ini akan aktif berenang di permukaan air untuk

mengejar zooplankton.

Pada umumnya ikan belado kuning dengan ukuran antara 91 dan 150 mm

memakan makan utamanya berupa crustacean sedangkan pada ukuran 151 mm

akan memakan makanan utama, yaitu ikan kecil, jadi ikan ini bersifat pelagis yang

predator. Ikan belado kuning yang berukuran matang gonad berkisar antara 150-

160 mm melakukan pemijahan pada bulan Maret dan Oktober di perairan laut

dengan kedalaman 10 meter.

2.3.5 Ikan bentong/buncilak, selar como (Alepes djeddaba)

Buncilak merupakan satu famili dengan belado kuning yaitu famili

Carangidae. Nama Indonesia biasanya disebut Selar como (Alepes djeddaba) dan

nama Inggrisnya disebut Shrimp scad.

Sumber: Gloerfelt and Kailola (1984)

Gambar 6 Ikan buncilak (Alepes djeddaba).

Klasifikasi ikan buncilak adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Percoidei

Superfamily : Percoidea

Family : Carangidae

Genus : Alepes

Spesies : Alepes djeddaba

Ikan ini memiliki tinggi melebar dan sedikit membulat. Profil tubuh bagian

punggung dan perut berbentuk cembung. Diameter mata sebesar 3,5–4 kali

Page 43: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

panjang kepala. Sirip punggung pertama dengan sebuah duri keras yang

menghadap ke depan diikuti oleh 8 duri-duri keras lainnya. Sirip punggung kedua

dengan sebuah duri keras dan 23-25 duri-duri lunak. Sirip dubur dengan duri-duri

keras terpisah diikuti oleh sebuah duri keras dan 18-20 duri-duri lunak. Bagian

dada bersisik. Gurat sisi sangat melengkung bagian belakang. Warna hijau/biru

bagian atas, putih keperakan bagian bawah. Terdapat noktah hitam di pinggir atas

tutup insang. Sirip-sirip kuning pucat, terutama sirip ekor.

Ikan buncilak yang berukuran muda, yaitu 150-199 mm dan 240-319 mm

memakan makanan utamanya dari jenis crustacean seperti decapoda, ostrocoda,

amphipoda dan cladoceran, ketika ikan buncilak yang berukuran 200-239 mm

pada umumnya mengkonsumsi ostrocoda dan jenis crustacean lainnya. Buncilak

hidup di habitat perairan pantai yang berkarang dan banyak mengandung

crustacean berukuran kecil. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ini

adalah trawl dasar, purse seine dan bubu.

Daerah penyebaran ikan buncilak sepanjang daerah perairan Indo-Pasifik

sampai Afrika Utara bagian selatan, sepanjang pantai Afrika Timur, India, Asia,

Indonesia, Australia bagian selatan, Jepang hingga ke perairan Hawai. Pada

umumnya ikan ini hidup berkelompok di perairan pantai yang berkarang dan

berpasir bahkan di perairan berlumpur. Adakalanya ikan ini ditemukan pada

lingkungan laut lepas.

2.3.6 Ikan parang-parang (Chirocentrus dorab)

Ikan parang-parang masuk kedalam Family Chirocentrus (Wolf herring),

Ordo Clupeiformes (herring), Kelas Actinopterygii (ray-finned fishes) dengan

memiliki nama perdagangannya Dorab wolf herring. Panjang baku ikan jantan

yang belum matang kelamin 100 cm sedangkan ikan betina 36,6 cm. Hidup di

daerah karang yang banyak, amphidromous, air payau, laut dengan kedalaman

perairan 120 meter. Selain itu ikan ini mampu hidup pada daerah tropis dengan

posisi 35º 00' LU – 30° 00' LS.

Ikan ini berada pada daerah pantai termasuk air payau. Ikan ini termasuk

dalam predator yang suka memakan kelompok ikan-ikan kecil seperti ikan laut

dan sejenisnya. Di Australia, ikan ini mampu hidup dalam air yang bersuhu 26ºC-

Page 44: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

29ºC. Makanan pokoknya adalah jenis-jenis ikan kecil tapi kadang-kadang juga

kerang-kerangan (Whitehead 1985).

Sumber: Whitehead (1985).

Gambar 7 Parang-parang (Chirocentrus dorab).

2.3.7 Ikan teri (Stolephorus commersonii)

Ikan teri termasuk kedalam famili Engraulidae (Anchovies), ordo

Clupeiformes (herrings), kelas Actinopterygii (ray-finned fishes) dengan nama

perdagangan adalah Commerson’s anchovy. Ikan teri jantan memiliki panjang 10

cm. Ikan ini masuk kedalam kelompok pelagis yang hidup di air laut dan tawar

pada kedalaman 0-50 m serta bersifat anadromous. Selain itu teri hidup di daerah

tropis dengan posisi 27º 00' LU – 24º 00' LS dan 38º00' BT – 155º 00' BT.

Sumber: Whitehead et al. (1988)

Gambar 8 Ikan teri (Stolephorus commersonii).

Ikan teri mempunyai sirip anal soft sebanyak 18-19, bentuk perut yang bulat,

ramping, dan gigi kecil terdapat di tulang hyoid. Ujung rahang menjangkau atau

bagian batasan per-operkulum sedikit mengarah ke belakang, berbentuk cembung

dan bulat. Otot isthmus yang lancip mengarah ke bawah, warna tubuh transparan-

coklat muda dengan sepasang dark patches (linea lateralis) yang bersambung

dengan sepasang garis ke arah sirip ekor berwarna putih.

Penyebaran ikan teri secara bergerombolan terdapat di perairan Atlantik,

Samudera India dan Samudera Pasifik biasanya dapat hidup di perairan dasar

terumbu karang dan daerah estuaria yang beriklim tropis. Beberapa di antaranya

Page 45: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

dapat hidup atau bertahan hidup di perairan air payau. Selain itu, gerombolan ikan

teri dapat di jumpai di perairan estuaria Godavari, India selama 5 bulan dari bulan

Februari sampai Juni pada salinitas 19,6–32 ppt tetapi gerombolan ikan teri

hampir secara total ada pada musim banyaknya fitoplankton. Makanan utama

adalah plankton yang ada di permukaan laut tapi kadang-kadang memakan larva

udang dan kerang-kerangan.

2.4 Karakteristik Alat Tangkap Trawl dan Pukat Ikan

2.4.1 Karakteristik alat tangkap trawl

Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan abad 16

dimasukkan ke Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa

lainnya. Bentuk trawl pada waktu itu (dalam bahasa Belanda disebut “schrob net”

bukanlah seperti trawl yang dipakai dewasa ini dimana telah mengalami

perkembangan dan perubahan-perubahan (Subani dan Barus 1989). Selanjutnya

dikemukakan bahwa trawl adalah alat penangkap ikan, udang dan biota laut

lainnya yang berupa jaring kantong besar, melebar dan mulut jaring yang terbuka

dengan kedua sayap jaring terbentang di bagian depan pada masing-masing

sisinya dan meruncing pada bagian akhir jaring. Bagian akhir jaring akan

menuntun hasil tangkapan ke bagian kantung (cod end) ketika ditarik secara

horizontal di perairan. Tipe pengoperasian trawl dapat diubah sesuai dengan

variasi kedalaman, jenis ikan, cara pengoperasian konstruksi dan perlengkapan

alat.

Trawl yang dikenal dengan istilah pukat harimau, menurut Nomura dan

Yamazaki (1977), didefinisikan sebagai alat tangkap ikan berbentuk kantong yang

pada mulut kantong dilengkapi dengan rantai pemberat dan papan pembuka (otter

board), dalam pengoperasiannya ditarik oleh satu atau dua kapal. Adapun bagian

dari jaring trawl antara lain: papan pembuka, tali penarik, tali ris atas dan tali ris

bawah, pelampung, rantai pemberat, jaring berbentuk kantong dan bagian ujung

kantong. Panjang tali penarik sepertiga dari panjang jaring, papan pembuka

bervariasi ukurannya, pada umumnya antara 0,5 m2 sampai 1,5 m2. Mesh size

jaring pada ujung pembuka pada umumnya antara 80-240 mm dan pada ujung

kantong sekitar 150 mm. Dengan karakteristik dan cara pengoperasian trawl

Page 46: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

tersebut dapat ditarik keterangan bahwa jaring trawl termasuk peralatan yang

efektif untuk melakukan penangkapan ikan terutama untuk menangkap ikan

demersal.

Menurut Brandt (1984), trawl diklasifikasikan ke dalam alat tangkap

dragged (ditarik). Grup ini terdiri dari semua jaring kantong atau jaring terbentang

yang ditarik sepanjang kolom perairan atau dekat dasar perairan atau sesekali ke

perairan pelagis untuk waktu yang terbatas. Selanjutnya dikatakan pula oleh King

(1995) bahwa, trawl dan pukat adalah alat tangkap yang ditarik sepanjang perairan

untuk menjaring invertebrate dan ikan laut.

Subani dan Barus (1989) mengatakan bahwa, menurut arah bukaan mulut

jaring, pada dasarnya trawl dibagi menjadi 3 macam yaitu :

(1) Beam trawl: terbukanya mulut jaring dikarenakan bentangan/rentangan kayu

pada mulut jaring. Jaring ini disebut “fixmouth trawl”. Jaring membuka

secara vertikal dengan trawl heads baja yang berat dan secara horizontal

dengan beam kayu (Gambar 9).

(2) Otter trawl: terbukanya mulut jaring dikarenakan ada dua buah papan atau

“otter board” yang dipasang di ujung muka kaki sayap jaring yang

prinsipnya menyerupai layang-layang. Jaring membuka secara vertikal

dengan pelampung sepanjang head rope, dan secara horizontal dengan otter

board (Gambar 10).

(3) Paranzella: terbukanya mulut jaring karena ditarik oleh dua buah kapal yang

jalannya sejajar dengan jarak tertentu dan biasanya disebut juga pair trawl.

Jaring terbuka secara vertikal karena ada pelampung dan pemberat dan

secara horizontal oleh jarak dua kapal (Gambar 11).

Gambar 9 Alat tangkap beam trawl.

Page 47: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Gambar 10 Alat tangkap otter trawl.

Gambar 11 Alat tangkap paranzella.

Menurut Brandt (1984), beam trawl termasuk dalam kelompok trawl dasar

(bottom trawl). Ditambahkan oleh Ayodhyoa (1979) bahwa, beam trawl adalah

trawl dengan mulut jaring terbuka karena adanya bentangan kayu atau besi pada

mulut jaring dan sayap yang pendek. Selanjutnya King (1995) menyebutkan

bahwa, beam trawl mempunyai kesamaan desain dengan otter trawl tetapi

jaringnya terbuka dan terbentang secar lateral dengan bingkai (beam) secara

horizontal sebagai pengganti otter broad. Beam trawl dengan bukaan tertentu

relatif mudah untuk di setting namun beam trawl dengan ukuran yang besar sulit

ditangani ketika dinaikkan ke atas kapal.

Beam trawl atau fixmouth atau trawl bermulut tetap atau berbingkai tetap.

Beam trawl adalah trawl dimana terbukanya mulut jaring sewaktu ditarik akibat

adanya bentangan kayu atau besi pada mulut jaring. Rentangan ini dapat

berbentuk bingkai empat persegi panjang atau menyerupai huruf “U” terbalik (π).

Otter trawl termasuk salah satu jenis yang banyak digunakan dewasa ini dalam

usaha penangkapan khususnya penangkapan udang, termasuk di dalamnya “pukat

udang”, “pukat harimau” dan semua jenis trawl yang menggunakan papan trawl

untuk membuka mulut jaring saat dioperasikan.

Page 48: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Jaring yang besar pada otter trawl ditarik sepanjang dasar perairan atau

ditarik dalam kolom air dengan kapal. Mulut jaring dibuka melalui dua papan

besar yang diletakkan di kedua sisi dan mulut jaring. Jaring ditarik oleh kapal

dengan kabel baja yang tebal. Otter trawl yang digunakan mempunyai bukaan

mulut jaring berkisar dari 50 kaki sampai lebih dari 100 kaki tergantung dari jenis

ikan yang akan ditangkap dan ukuran kapal yang digunakan.

Trawl umumnya dioperasikan pada dasar perairan namun juga dapat

dioperasikan pada kedalaman yang diinginkan. Menurut letak jaring dalam air

selama operasi penangkapan dilakukan, Ayodhyoa (1979) membagi trawl atas 3

yaitu :

(1) Surface trawl (trawl yang dioperasikan pada permukaan perairan)

(2) Mid-water trawl (trawl yang dioperasikan pada pertengahan atau kolom

perairan)

(3) Bottom trawl (trawl yang dioperasikan pada dasar perairan).

Menurut letak penarikan jaring di kapal, trawl dibagi atas: side trawl (ditarik

dari samping kapal), stern trawl (ditarik dari buritan kapal) dan double rig trawl,

yang merupakan trawl yang ditarik melalui rigger yang dipasang pada kedua sisi

lambung kapal.

Berdasarkan cara pengoperasiannya, trawl dapat digolongkan kedalam 3

kategori utama yaitu : 1) bottom trawl (untuk menangkap ikan dasar dan udang),

2) mid water trawl, yang dioperasikan pada kolom air dan 3) semi pelagic trawl

(untuk menangkap ikan pelagis). Apabila dilihat dari pengoperasian kapal penarik

maka trawl dapat di golongkan kedalam 4 kategori, yaitu: (i) satu unit kapal

mengoperasikan satu unit trawl (beam trawl, otter trawl dan otter trawl with

boom), (ii) dua unit jaring trawl ditarik oleh satu unit kapal (beam trawl with

boom dan otter trawl with boom), (iii) satu unit jaring trawl ditarik oleh dua unit

kapal dan (iv) satu unit kapal menarik lebih dari dua unit jaring trawl. Selain itu

dikenal istilah lain tentang jenis trawl, antara lain: double rig shrimp trawl (dua

unit trawl yang ditarik oleh satu kapal) untuk menangkap udang, otter trawl (trawl

yang dilengkapi oleh otter board) yang ditarik dengan satu unit kapal payang

(sejenis trawl permukaan) dan sebagainya.

Page 49: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

2.4.2 Karakteristik pukat ikan (fish net)

Alat tangkap pukat ikan mirip dengan pukat udang. Perbedaan kedua alat ini

adalah pukat ikan tidak memiliki BED (By-catch Excluder Device), jaring lebih

kasar dan memiliki mata jaring yang lebar dibandingkan dengan jaring udang.

Jenis pukat ikan termasuk kedalam kelompok Otter Trawl atau disebut juga jaring

tarik (Lampiran 13).

Otter trawl (baca : commercial shrimp trawl) pertama kali diperkenalkan

kurang lebih pada tahun 1912 dan 1915 di pantai timur Florida. Kehadiran otter

trawl tersebut secara cepat dapat diterima untuk menggantikan haul seine

tradisional sebagai standard commercial gear. Di Indonesia telah diperkenalkan

kurang lebih pada akhir abad 19.

Pada awalnya papan trawl tersebut diikatkan langsung pada ujung

sayap/kaki tetapi kemudian Vigneron dan Dahl (Bangsa Perancis) mengadakan

modifikasi yang selanjutnya dikenal dengan V-D trawl, yaitu kedua pada ujung

sayap/kaki diikatkan pada perentang (spreader), yakni ris (head rope) pada ujung

atas dan ris bawah (foot rope) pada ujung bawah perentang. Perentang bisa dibuat

dari kayu maupun besi. Selanjutnya perentang tadi dengan kawat baja pendek atau

panjang dihubungkan ke bagian belakang papan trawl (otter board). Demikianlah

Vigneron dan Dahl memasang papan trawl dengan jarak antara 50-100 (Q) dari

ujung sayap kaki jaring.

Pukat tarik dasar berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari

2 bagian sayap dan bagian square, bagian badan serta bagian kantong jaring

(BPPI. Semarang 1986).

(1) Sayap/kaki jaring (wing); Bagian jaring terpanjang dan terletak di ujung

depan dari pukat tarik dasar.sayap jaring terdiri dari sayap atas (upper wing)

dan sayap bawah (lower wing).

(2) Medan jaring atas (square); Bagian jaring yang terletak di atas mulut jaring

dan menjorok ke depan. Square merupakan selisih antara panjang sayap

bawah dan panjang sayap atas.

(3) Badan jaring (body); Bagian jaring yang terpendek dan terletak di antara

bagian kantong dan bagian sayap jaring.

Page 50: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

(4) Kantong jaring (cod end); Bagian jaring yang terletak di ujung belakang dari

pukat tarik dasar.

(5) Panjang total jaring; Hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki,

bagian badan dan bagian kantong jaring.

(6) Keliling mulut jaring (circumference at net mouth); Bagian badan jaring

yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan jaring.

(7) Palang rentang (beam); Kelengkapan pukat tarik dasar yang berbentuk

batang bambu/kayu atau besi, yang dipergunakan sebagai alat pembuka

mulut jaring.

(8) Papan rentang (otter board); Kelengkapan pukat tarik dasar yang berbentuk

papan empat persegi panjang yang dipergunakan sebagai alat pembuka

mulut jaring.

(9) Pemberat rantai (tackle chain); Sebagai alat pengejut udang yang berada di

dalam dasar perairan dan terpasang sepanjang tali ris bawah.

(10) Tali ris atas (head rope); Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan

menghubungkan kedua sayap jaring bagian atas, melalui bagian square

jaring.

(11) Tali ris bawah (ground rope); Tali yang berfungsi untuk menghubungkan

kedua sayap jaring bagian bawah, melalui mulut jaring bagian bawah.

(12) Tali selambar (warp rope); Tali yang berfungsi sebagai penghela (dragging)

di belakang kapal yang sedang berjalan dan penarik pukat tarik dasar ke

atas geladak kapal.

Konstruksi pukat tarik dasar kecil tipe 2 seam atau panel dapat dilihat pada

Gambar 12.

Page 51: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Keterangan gambar:1) Panjang Bagian – Bagian Jaring 2) Lebar Bagian – Bagian Jaring

a) Panjang tali ris atas :l a) Keliling mulut jaring : ab) Panjang tali ris bawah : m b) Setengah keliling mulut jaring : hc) Keliling mulut jaring : a c) Lebar ujung depan bagian sayap atas : g2d) Panjang total jaring :b d) Lebar antara bagian sayap atas : g2’e) Panjang bagian sayap atas : c e) Lebar ujung belakang bagian sayap atas : g1f) Panjang antara bagian sayap atas : c’ f) Lebar ujung depan bagian sayap bawah : h2g) Panjang bagian sayap bawah : d g) Lebar antara bagian sayap bawah : h2’h) Panjang antara bagian sayap bawah : d’ h) Lebar ujung belakang bagian sayap bawah : h1i) Panjang bagian medan jaring atas (square) : Sqr i) Jarak ujung-ujung belakang sayap atas : g”j) Panjang bagian badan : e j) Jarak ujung-ujung belakang sayap bawah : h”k) Panjang bagian kantong : f k) Lebar ujung depan bagian square : g’

l) Lebar ujung belakang bagian square : g1’m) Lebar ujung depan bagian badan : in) Lebar ujung belakang bagian badan : i1o) Lebar ujung depan bagian kantong : jp) Lebar ujung belakang bagian kantong : j1

Gambar 12 Desain bentuk baku konstruksi pukat tarik dasar kecil tipe 2 seam ataupanel (BPPI Semarang 1986).

2.5 Operasi Penangkapan Ikan Pelagis dengan Trawl dan Pukat Ikan

2.5.1 Operasi penangkapan ikan pelagis dengan trawl

Pada umumnya trawl yang digunakan sampai saat sekarang masih

didasarkan pada prinsip yang tidak banyak mengalami perubahan. Bentuk dasar

masih merupakan jaring yang menyerupai kantong yang berbentuk “truncated

cone” dengan sayap yang terletak pada mulut jaring. Untuk membuka mulut

jaring, umumnya digunakan beam yang menghubungkan ke dua wing, otterboard

atau jaring tersebut ditarik oleh dua kapal.

Page 52: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Berdasarkan operasinya, trawl dapat dibedakan atas bottom trawl dan

midwater trawl (pelagic trawl). Kedua jenis trawl tersebut mempunyai

karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi lapisan perairan dimana alat

tersebut di operasikan.

Cara pengoperasian trawl dapat dibagi atas tiga tahap yang meliputi :

(1) Shooting yaitu melepaskan jaring ke laut.

(2) Trawling yaitu menarik atau menghela jaring

(3) Hauling yaitu mengangkat atau menaikkan jaring ke atas kapal.

Tertangkapnya ikan selama trawling dapat terjadi jika gerombolan ikan

berada di dalam jalur yang sama dengan jalur gerakan trawl. Dengan demikian

ikan hanya akan dapat tertangkap jika berada di antara sweepline atau wing

dengan kecepatan renang lebih rendah atau sama dengan kecepatan trawling

kemudian ikan mengurangi kecepatannya. Ikan yang sudah berada di dalam mulut

jaring dianggap sudah tertangkap dan diharapkan akan terus masuk ke codend.

Didasarkan pada pertimbangan bahwa ikan hanya akan dapat tertangkap jika

kecepatan trawling harus lebih tinggi atau sama dengan kecepatan renang

maksimum ikan maka suatu penangkapan dengan trawl tidaklah dapat sukses jika

kecepatan trawling di bawah kecepatan renang maksimum ikan.

Peristiwa lolosnya ikan atau “escapement” dapat terjadi jika ikan yang

sudah berada di antara wing atau di dalam mulut jaring bergerak ke luar jalur

gerakan trawl. Disamping itu ikan yang sudah tertangkap dapat pula lolos melalui

codend, jika mesh size codend lebih besar dari ukuran badan ikan.

Pencegahan escapment melalui codend dengan memperkecil mesh size akan

menyebabkan kenaikan resistensi dan penambahan berat (Friedman 1973)

selanjutnya Taniguchi (1969) menyatakan bahwa, dengan merubah koefisien tidak

begitu berpengaruh terhadap kenaikan resistensi.

2.5.2 Operasi penangkapan ikan pelagis dengan pukat ikan

Pukat ikan dengan alat pembuka mulut jaring, ditarik (dragging) di belakang

kapal yang sedang berjalan dan menyelusuri dasar perairan. Penarikan pukat tarik

dasar dengan kecepatan tarik (dragging speed) sekitar 2-4 knot selama 1-2 jam

Page 53: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

operasi. Kelengkapan pukat ikan berupa papan rentang atau palang rentang

sebagai alat pembuka mulut jaring.

Pengoperasian pukat tarik dasar dilakukan dengan menarik (dragging) jaring

di belakang kapal yang sedang berjalan. Teknik pengoperasian dapat dilakukan

dengan 3 cara, yaitu :

(1) Penurunan jaring (setting)

Penurunan jaring dilakukan dari bagian buritan kapal dan kapal bergerak maju

dengan bantuan atau perentaraan tali selambar. Panjang tali selambar disesuaikan

dengan kedalaman perairan. Penggunaan tali selambar dengan tujuan untuk

mengatur kedalaman pukat tarik dasar agar dapat menyelusuri dasar perairan.

(2) Penghelaan jaring (dragging)

Penghelaan jaring dilakukan di belakang kapal yang sedang berjalan dan

diupayakan pukat tarik dasar menyelusuri dasar perairan dengan mengikatkan tali

selambar pada buritan kapal. Penghelaan jaring selama 1-2 jam operasi dengan

kecepatan hela sekitar 2-4 knot.

(3) Penarikan dan pengangkatan jaring (hauling)

Penarikan dan pengangkatan jaring dilakukan dari buritan kapal atau sisi lambung

kapal dengan menarik tali selambar. Penarikan tali selambar tanpa atau dengan

menggunakan mesin bantu penangkapan (fishing machinery) yang berupa derek

penarik (trawl winch) kemudian penarikan dan pengangkatan pukat tarik dasar ke

atas geladak kapal.

Page 54: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama dimaksudkan

untuk pengambilan data lapangan yang meliputi data hasil tangkapan, posisi

penangkapan. Pengambilan data lapangan ini dilaksanakan di perairan Sibolga

dan sekitarnya pada tanggal 7-19 Juli 2007. Peta lokasi penelitian disajikan pada

Gambar 13. Tahap kedua untuk pengolahan serta analisis data klorofil-a dan suhu

permukaan laut (SPL) hasil deteksi satelit diambil dari Laboratorium Matra Laut-

Pusat Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN) Pekayon, Jakarta Timur pada tanggal 6 Februari-5 Maret 2008.

Gambar 13 Peta Lokasi Penelitian.

Page 55: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Citra Suhu

permukaan laut hasil deteksi satelit NOAA-AVHRR, (2) Citra klorofil-a hasil

deteksi sensor SeaWIFS satelit Sea Star pada level 1 dan 2, (3) Termometer

digital, (4) Timbangan, (5) GPS dan (6) Kamera Digital.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu :

1) Data produksi, 2) Data SPL, 3) Data klorofil-a.

Citra SPL dan klorofil-a yang dikumpulkan berbentuk model data raster

berasal dari jenis level dua yaitu telah terkoreksi baik secara geometri, radiometri

dan memiliki informasi dasar. Setelah citra diterima oleh antena penerimaan di

ILC PUSBANGJA LAPAN, kemudian dilakukan perekaman dan pengolahan

lebih lanjut, yang meliputi :

(1) Perekaman data kanal-kanal citra dari satelit NOAA-16 untuk SPL dan

Fengyun FY-1 D untuk klorofil-a pada komputer induk

(2) Perubahan (konversi) data kanal-kanal citra ke dalam bentuk raster

(3) Pemilihan citra bebas awan, dimaksudkan untuk memilih liputan citra yang

hanya memiliki < 10 % tutupan awan pada lokasi penelitian

(4) Penyimpanan data kanal-kanal citra bebas awan ke dalam CD-ROOM untuk

selanjutnya diolah.

Data hasil tangkapan diperoleh selama melakukan penelitan di perairan

Sibolga Kecamatan Tapanuli Tengah. Data kegiatan penangkapan diperoleh

dengan cara mengikuti pukat ikan. Lama trip operasi pukat ikan ini adalah 12 hari

(7-19 Juli 2007). Data kegiatan penangkapan diisi pada log book yang telah

disediakan meliputi waktu dan posisi penangkapan, jumlah total tangkapan posisi

pada setiap daerah penangkapan ikan.

Kegiatan pengukuran sampel klorofil-a tidak menggunakan alat dalam

melakukan penangkapan ikan di laut selama penelitian karena alat yang

digunakan sangat susah diperoleh sehingga hanya melakukan pengukuran dari

citra satelit MODIS. Sedangkan suhu permukaan laut ada dilakukan pengukuran

terhadap daerah penangkapan tetapi data hasil pengukuran SPL di lapangan tidak

Page 56: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

digunakan karena tidak sama dengan data SPL pengukuran dari citra satelit

NOAA-AVHRR (Lampiran 11) sehingga menggunakan data pengukuran SPL

dari citra satelit NOAA-AVHRR saja.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1 Analisis komposisi hasil tangkapan

Ada beberapa hal yang dilakukan dalam menganalisis komposisi hasil

tangkapan, yaitu 1) komposisi jenis ikan (spesies), 2) jenis dan jumlah ikan yang

dominan tertangkap, 3) komposisi jumlah dan spesies ikan yang dominan

tertangkap pada setiap posisi penangkapan yang berbeda.

3.4.2 Pengolahan citra satelit

Pengolahan data kanal-kanal citra satelit NOAA-AVHRR dan FY-1 D

dilakukan dengan metode pengolahan citra berbasiskan komputer menggunakan

perangkat lunak Er Mapper. Tahapan-tahapan pengolahan adalah sebagai berikut :

(1) Pemformatan data kanal satelit NOAA-AVHRR dan FY-1 D dimaksudkan

untuk mempermudah pengolahan data-data kanal dalam perangkat lunak

Er-mapper

(2) Pemotongan (cropping area), dimaksudkan untuk memotong atau mengambil

wilayah yang akan diolah dan dianalisa saja dengan memanfaatkan fasilitas

cursor map atau dengan menggunakan sub fasilitas extents pada tools

geoposition

(3) Pemisahan (masking area) awan, darat dan laut dimaksudkan untuk menutupi

nilai-nilai piksel darat dan awan sehingga hanya nilai-nilai piksel dari laut

yang akan diolah informasinya. Persamaan untuk pemisahan awan, darat dan

laut menggunakan perbandingan nilai kanal 2 terhadap nilai kanal 1 dengan

ketentuan tiap-tiap kelas sebagai berikut (O’Reilly et al. 1998) :

jika i2/i1 < 1,3 maka objek adalah laut ................................................... (8)

jika i2/i1 >= 1,3 dan jika i2/i1 < 2 maka objek adalah awan .................. (9)

jika i2/i1 >= 2 maka objek adalah darat ................................................. (10)

Keterangan :i1 = input kanal 1

Page 57: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

i2 = input kanal 2

Proses perhitungan persamaan (8), (9) dan (10) dilakukan dengan

menggunakan fasilitas formula editor pada algorithm wizard

(4) Perhitungan nilai suhu pemukaan laut (SPL), dimaksudkan untuk

mendapatkan nilai-nilai SPL berdasarkan nilai temperatur kecerahan

(brightness temperature) laut dengan menggunakan algoritma McMillin &

Crosby (BML LAPAN, 1997):

SPL = TB4 + 2,702 * (TB4 - TB5) – 273,582 ................................... (11)

Keterangan :

SPL = nilai suhu permukaan laut dalam oC

TB4 dan TB5 = nilai suhu kecerahan dari kanal 4 dan 5

Proses perhitungan persamaan (11) dilakukan dengan menggunakan fasilitas

formula editor pada algorithm wizard

(5) Perhitungan nilai klorofil-a, dimaksudkan untuk mendapatkan nilai

konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritma ocean colour OC4-V4

(O’Reilly et al. 1998):

4)3210(10 aRaRaRaaC .............................................................. (12)

Keterangan :

C = klorofil-a dalam mg/L

a0 = 0,4708

a1 = -3,8469

a2 = 4,5338

a3 = -2,4434

a4 = -0,0414

Proses perhitungan persamaan (12) dilakukan dengan menggunakan fasilitas

formula editor pada algorithm wizard

(6) Pengkelasan SPL

Citra yang telah diproses dibuat ke dalam bentuk peta SPL dengan kelas

tertentu. Setiap selang kelas akan diberi warna berbeda untuk memudahkan

9

8

Kanal

KanalLogR

Page 58: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

analisis visual. Dalam penelitian ini digunakan selang kelas 0,5 ºC untuk

memudahkan dalam analisis daerah penangkapan ikan

(7) Klasifikasi citra klorofil-a dan SPL tidak perlu dilakukan hanya diekpsort saja.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai klorofil-a dan SPL jika citra SPL

dan klorofil-a sudah di klasifikasi.

3.4.3 Pengolahan citra SPL dan klorofil dari Er Mapper ke ArcView GIS

Pengolahan citra ke ArcView sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan

peta SPL dan klorofil. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

(1) Citra SPL dan klorofil-a yang ada diambil dari LAPAN, Jakarta dalam

bentuk Er Mapper. Citra tersebut telah diolah dari citra mentah (Level 2) ke

citra jadi yang akan diolah dalam bentuk Er Mapper.

(2) Citra SPL dan klorofil-a yang telah jadi dalam bentuk Er Mapper tersebut

lalu dipotong (crop) sesuai dengan posisi daerah penelitian.

(3) Citra SPL dan klorofil-a yang telah dipotong sesuai dengan daerah penelitian

kemudian disimpan dalam bentuk tipe ”Er Mapper Raster Dataset (.ers)”.

(4) Tutup dulu semuanya kecuali jendela Er Mapper, lalu buka citra SPL,

klorofil-a dan Cell Value Profile Menu agar bisa di reclass citra tersebut

serta dapat melihat jumlah nilai terendah dan tertinggi kedalam rumus

sebagai berikut :

If i1 <A then null else if i1 <= B then i1 else null, dimana:

i1 = B1:Pseudo Layer atau kanal nilai SPL

A = Batas bawah nilai SPL

B = Batas atas nilai SPL

Jika dimasukan nilai-nilai yang telah diketahui maka formula reclass di atas

berubah menjadi:

If i1<25 then null else if i1 <=31 then i1 else null.

(5) Citra SPL dan klorofil-a yang telah di reclass kedalam rumus diatas maka

disimpan ke bentuk Er Mapper Algorithm (.alg). Lalu tutup semuanya.

(6) Munculkan kembali jendela Ermapper, buka citra SPL dan klorofil-a yang

telah disimpan ke bentuk ”Er Mapper Algorithm (.alg)” kemudian simpan

Page 59: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

kembali dalam bentuk tipe ”Er Mapper Raster Dataset (.ers)”. Tujuannya

adalah untuk dapat di eksport.

(7) Dari langkah ke-6 selanjutnya citra SPL dan klorofil-a dieksport kedalam

bentuk XYZ ASCII grid. Bertujuan untuk mendapatkan nilai SPL dan

klorofil dari citra SPL dan klorofil dalam bentuk algoritma.

(8) Hasil yang telah dieksport tadi dibuka kedalam bentuk Microsoft Excel

berfungsi untuk mengetahui nilai serta posisi SPL dan klorofil atau bisa

langsung dibuka ke program Surfer 8 dalam bentuk worksheet.

(9) Nilai serta posisi citra SPL dan klorofil-a dipindahkan ke worksheet di

Surfer 8 lalu datanya disortkan agar nilai-nilai tersebut berurutan dari

terkecil hingga terbesar dan simpan dalam koma.

(10) Hasil nilai-nilai yang telah disimpan dalam bentuk koma tersebut kemudian

digridkan (dalam bentuk longitude/bujur dan latitude/lintang) untuk dapat

ditampilkan citranya ke peta.

(11) Setelah nilai-nilai tersebut digridkan maka nilainya dapat ditampilkan ke

peta (Surfer 8).

(12) Peta yang sudah ada dalam bentuk kontur dan sudah lengkap dengan nilai-

nilai SPL dan klorofil-anya tersebut dapat di ekspor kembali di program

Surfer 8 ke Esri shapfile (*.shp) agar bisa mendapatkan peta lengkap.

(13) Sesudah selesai di eksport ke Esri shapefile kemudian buka program

ArcView GIS 3.3 yang telah disimpan ke dalam folder, peta akan muncul

didalam program ArcView GIS 3.3.

(14) Untuk mendapatkan nilai-nilai SPL dan klorofil-a adalah memasukkan nilai-

nilai SPL dan klorofil-a ke dalam “Theme Table” yang ada dijendela

ArcView GIS 3.3. Nilai-nilai tersebut harus sama dengan nilai-nilai yang

ada di peta Surfer 8 dalam bentuk kontur.

(15) Langkah terakhir adalah nilai-nilai SPL dan klorofil-a yang sudah lengkap

tersebut akan terlihat dalam peta di ArcView yang dibuat sendiri.

(16) Peta yang sudah jadi tersebut lengkap dengan nilai-nilai SPL dan klorofil

dapat dipindahkan kedalam bentuk peta yang sebenarnya dengan cara

mengekstension ke Graticules and Measured Grid di program ArcView GIS

Page 60: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

3.3 lalu kelik layout dijendela ArcView GIS 3.3 (di “View”). Kemudian

mengubah peta di layout sesuai dengan keinginan sendiri.

Untuk pengolahan citra SPL dan klorofil-a dari Er Mapper dapat dilihat pada

Lampiran 7 dan 8. Gambar 14, menjelaskan alur pengolahan citra satelit secara

umum dibawah ini :

Tdk

Ya

Ya

Ya

TdkYa

Tdk

Ya

Gambar 14 Diagram Alir Penelitian.

Mulai

Satelit NOAA-AVHRR Satelit Seastar-SeaWIFS Data Hasil TangkapanIkan Pelagis Kecilselama Penelitian

BebasAwan.

Cropping

Pengolahan CitraSPL Kanal 1 dan 2

Koreksi Geometri

Ok

Citra Sebaran SPL :- Rata-rata- Dominan- Suhu Hangat- Suhu Dingin

BebasAwan

Cropping

Ekstrak DataKlorofil-a

Koreksi Geometri

Ok

Citra Sebaran Klorofil-a :- Rata-rata- Dominan- Suhu Hangat- Suhu Dingin

Data diperoleh dariLAPAN Trend

Data Hasil TangkapanHarian selama 11 Hari

Penelitian

Kontur SPL Kontur Klorofil-a

Hubungan SPL dan Klorofil-a terhadap Hasil Tangkapan Ikan

Selesai

Page 61: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Jumlah hasil tangkapan total selama penelitian sebanyak 31.076 kg, yang

terdiri dari 15 spesies. Hasil tangkapan terbanyak adalah ikan keke yaitu sebanyak

11.420 kg (37%) kemudian menyusul teri sebanyak 3.887 kg (12,51%), ikan

layang sebanyak 2.016 kg (6%), kembung perempuan sebanyak 1.720 kg (5,53%),

belado kuning sebanyak 1.958 kg (6.30%), buncilak sebanyak 1.668 kg (5,37%),

baledang sebanyak 1.404 kg (4,52%) dan sebelah sebanyak 1.309 kg (4,21%).

Sedangkan hasil tangkapan terendah adalah sotong sebanyak 100 kg (0,32%).

Adapun komposisi jumlah tangkapan menurut jenis spesies dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi hasil tangkapan pukat ikan dari tanggal 7–19 Juli 2007 perspesies.

No Jenis Ikan (Spesies) Jumlah Hasil Tangkapan (Kg) Persentase (%)

1 Kembung Perempuan 1.720 5,53

2 Kembung Lelaki 939 3,02

3 Parang-parang 1.477 5

4 Sebelah 1.309 4,21

5 Keke 11.420 37

6 Beloso 873 2,81

7 Teri 3.887 12,51

8 Layang 2.016 6

9 Belado Kuning 1.958 6,3

10 Teter 798 3

11 Biji Nangka 893 3

12 Buncilak 1.668 5,37

13 Selar 614 2

14 Baledang 1.404 4,52

15 Sotong 100 0,32

Jumlah Total 31.076 100

Dari Tabel 4 terlihat bahwa hasil tangkapan yang dominan adalah ikan keke

(Leiognathus decorus), teri (Stolephorus commersonii), belado kuning (Atule

mate), layang (Decapterus spp), kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma),

buncilak (Alepes djeddaba) dan parang-parang (Chirocentrus dorab). Persentase

masing-masing tangkapan yang dominan tersebut dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 62: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

Layang

8%

Keke

48%

Teri

16%

Belado Kuning

8%

Kembung

Perempuan

7%

Buncilak

7%

Parang-parang

6%

Gambar 15 Persentase tangkapan yang dominan.

Komposisi spesies dan jumlah hasil tangkapan yang dominan menurut

periode waktu operasi penangkapan dapat dilihat pada Gambar 16. Dari Gambar

16 terlihat bahwa jenis ikan yang selalu dominan tertangkap pada setiap kali

operasi penangkapan adalah ikan keke, kembung perempuan, parang-parang,

belado kuning dan ikan layang.

Frekuensi tertangkapnya ikan pada setiap kali operasi penangkapan dapat

dilihat pada Gambar 17. Dari Gambar 17, ternyata ikan parang-parang, belado

kuning, keke dan ikan layang tertangkap 11 kali setting, sedangkan ikan buncilak

dan teri hanya tertangkap 8 kali setting dari total sebanyak 33 kali setting.

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil untuk lokasi penangkapan selama

bulan Juli tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 18. Ada 11 lokasi penangkapan

selama penelitian dengan frekuensi setting pada lokasi tersebut dilakukan operasi

penangkapan berkisar 1-6 kali setting. Pada gambar juga terlihat produktivitas

hasil tangkapan (CPUE) untuk setiap lokasi penangkapan.

Adapun jenis-jenis ikan hasil tangkapan untuk setiap DPI disajikan pada

Tabel 5. Dari tabel terlihat bahwa jenis ikan yang dominan tertangkap selalu

ditemukan pada DPI3 (Perairan Barus), DPI4 (Perairan Sorkam), DPI5-8 (Perairan

Murshala). Sedangkan pada DPI1-2 (Perairan Barus), DPI9-10 (Perairan Sorkam)

dan DPI11 (Perairan Murshala) tidak selalu ditemukan ikan yang dominan

tertangkap.

Page 63: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

45

Gambar 16 Komposisi hasil tangkapan ikanpelagis.

0

200

400

600

800

1000

1200

CP

UE

(Kg

)

Jenis Tangkapan

13Juli2007

Kembungperempuan Parang-parang Keke Beladokuning Layang Teri Buncilak

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

09Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Layang Beladokuning Teri Buncilak

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

12juli2007

Kembungperempuan Parang-parang Keke Beladokuning Teri Layang Buncilak

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

07Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Layang Beladokuning Teri Buncilak

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

15Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Buncilak Teri Layang Beladokuning

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

14Juli2007

Parang-prang Keke Buncilak Beladokuning Layang Teri Kembungperempuan

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

Jenis Tangkapan

10juli 2007

Kembungperempuan Parang-parang Keke Beladokuning Teri Layang Buncilak0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

16Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Buncilak Teri Layang Beladokuning

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

17Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Buncilak Layang Beladokuning Teri

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

JenisTangkapan

18Juli2007

Kembungperempuan Keke Parang-parang Buncilak Teri Layang Beladokuning

0

200

400

600

800

1000

1200

Hasil

Tangkapan

(Kg)

Jenis Tangkapan

19Juli2007

KembungPerempuan Keke Parang-parang Buncilak Layang BeladoKuning Teri

Page 64: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

46

0

2

4

6

8

10

12

Fre

ku

ensi

Kembung

Perempuan

Parang-

parang

Keke Belado

Kuning

Layang Buncilak Teri

Jenis Ikan

Gambar 17 Frekuensi tertangkapnya ikan pada setiap kali operasi penangkapan.

Gambar 18 Sebaran nilai CPUE dan jumlah setting pada 11 lokasi penangkapan.

Page 65: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

47

Tabel 5 CPUE hasil tangkapan dominan menurut daerah penangkapan

Jenis Tangkapan (Kg)DaerahPenangkapan

Ikan (DPI) Keke Teri LayangKembung

PrParang-parang

BeladoKuning

Buncilak

Total(Kg)

SettingCPUE

(Kg/setting)

DPI-1 400 150 78 31 55 - 73 787 1 787.0

DPI-2 420 - 70 48 35 86 68 727 1 727.0

DPI-3 1020 717 205 310 130 176 225 2783 3 927.7

DPI-4 850 390 230 196 120 171 230 2187 4 546.8

DPI-5 1470 500 275 80 160 285 279 3049 4 762.3

DPI-6 1610 300 297 283 229 538 351 3608 5 721.6

DPI-7 2000 800 373 78 245 381 294 4171 5 834.2

DPI-8 1800 500 233 300 240 294 70 3437 6 572.8

DPI-9 375 230 140 180 100 152 - 1177 2 588.5

DPI-10 500 - - 25 - - - 525 1 525.0

DPI-11 250 - 40 70 35 65 78 538 1 538.0

Total 10695 3587 1941 1601 1349 2148 1668 22989 33.0

Perentase (℅) 48 16 8 7 6 8 7

Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil tangkapan yang terbanyak adalah ikan

keke (Leiognathus decorus) sebanyak 10.695 kg (48%), dan ikan tersebut

tertangkap pada setiap DPI. Ikan kembung perempuan juga tertangkap pada setiap

DPI tetapi jumlahnya hanya 1.601 kg (7%).

4.2 Suhu Permukaan Laut

Pada tanggal 7 Juli 2007, sebaran suhu permukaan laut (SPL) pada perairan

Tapanuli Tengah dan sekitarnya lebih bervariasi, yaitu berkisar antara 25oC-31oC

(Gambar 19). Suhu permukaan laut di perairan tersebut didominasi oleh suhu

hangat, yaitu 30oC yang tersebar di perairan Murshala, Sorkam, Sibolga dan

Barus. Suhu minimum perairan Tap-teng sebesar 25ºC terdapat di perairan pantai

Sibolga dan Murshala sedangkan suhu maksimumnya sebesar 31oC terdapat di

perairan Barus dan Sorkam.

Pada tanggal 9 Juli 2007, sebaran suhu permukaan laut pada perairan

Tapanuli Tengah dan sekitarnya bervariasi, yaitu berkisar antara 26oC-30oC

(Gambar 20). Suhu permukaan laut di perairan tersebut didominasi oleh suhu

hangat, yaitu berkisar antara 28oC-30oC yang tersebar di perairan Barus, Sorkam,

Murshala dan pantai Sibolga. Suhu minimum perairan Tap-teng sebesar 26ºC

yang terdapat di perairan Murshala sedangkan suhu maksimumnya sebesar 30oC

terdapat di perairan Barus dan pantai Sibolga.

Page 66: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

48

Gambar 19 Citra SPL untuk tanggal 7 Juli 2007.

Gambar 20 Citra SPL untuk tanggal 9 Juli 2007.

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

Legenda :

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Page 67: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

49

Sebaran suhu permukaan laut (SPL) di perairan Tapanuli Tengah tanggal 12

Juli 2007 lebih homogen, yaitu berkisar antara 30oC-31oC (Gambar 21). Suhu

permukaan laut di perairan Tap-teng didominasi oleh suhu hangat sebesar 30oC

tersebar secara merata di perairan Sorkam, Barus, Sibolga dan Murshala. Suhu

minimum yang diperoleh Tap-teng sebesar 30oC tersebar secara merata di

perairan Barus, Sorkam, Murshala dan Sibolga sedangkan suhu maksimumnya

sebesar 31oC ada di semua perairan.

Pada tanggal 15 Juli 2007, suhu permukaan laut (SPL) di perairan Tap-teng

dan sekitarnya lebih bervariasi berkisar antara 25oC-30oC. Suhu di perairan

tersebut didominasi oleh suhu hangat sebesar 28oC yang tersebar secara merata di

seluruh perairan Barus, Sibolga, Murshala dan Sorkam serta suhu 29oC di perairan

Murshala dan Sorkam. Suhu minimum yang dimiliki perairan Tap-teng sebesar

25oC terdapat di perairan pantai Barus, Sorkam, Murshala dan Sibolga dan suhu

maksimumnya sebesar 30oC hanya terdapat di perairan Murshala dengan area

yang sempit (Gambar 22).

Gambar 21 Citra SPL untuk tanggal 12 Juli 2007.

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Page 68: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

50

Gambar 22 Citra SPL untuk tanggal 15 Juli 2007.

Pada tanggal 17 Juli 2007, suhu permukaan laut (SPL) di perairan Tap-teng

lebih homogen, yaitu berkisar antara 28oC-30oC. Suhu permukaan lautnya

didominasi oleh suhu hangat, yaitu 29oC dan penyebarannya secara merata di

seluruh perairan. Suhu minimum yang diperoleh sebesar 28oC yang tersebar di

perairan pantai Murshala, perairan Sorkam, Barus dan Sibolga dan suhu

maksimumnya sebesar 30oC yang terdapat hanya pada area sempit di perairan

Murshala (Gambar 23).

Pada tanggal 19 Juli 2007, suhu permukaan laut (SPL) di perairan Tapteng

bervariasi yang berkisar antara 25oC-30oC. Suhu perairan Tapteng didominasi

oleh suhu dingin dan hangat. Suhu dominan dingin, yaitu sebesar 25ºC terdapat

sepanjang pantai, sedangkan suhu dominan hangat, yaitu sebesar 28ºC cenderung

menyebar ke luar dari pantai. Suhu minimumnya sebesar 25oC tersebar secara

merata di perairan pantai Murshala, perairan Sorkam, Barus dan Sibolga

sedangkan suhu maksimumnya sebesar 30oC terdapat di perairan Murshala dan

Sorkam (Gambar 24).

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Legenda :

Page 69: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

51

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Gambar 23 Citra SPL untuk tanggal 17 Juli 2007.

Gambar 24 Citra SPL tanggal 19 Juli 2007.

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

31ºCAwan

25ºC26ºC

27ºC

28ºC

29ºC

30ºC

Daratan

Page 70: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

52

Penyebaran SPL di empat lokasi wilayah perairan Tapanuli Tengah, yaitu

Barus, Sorkam, Murshala dan Sibolga disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6

terlihat bahwa SPL di perairan Tapanuli Tengah bervariasi, yaitu pada tanggal 7,

9, 15 dan 19 Juli 2007 sedangkan pada tanggal 12 dan 17 Juli 2007 SPL relatif

homogen.

Berdasarkan pada Tabel 6 terlihat bahwa suhu dominan hangat di seluruh

wilayah perairan Tapanuli Tengah ditemukan pada tanggal 7, 12, 15 dan 17 Juli

2007 sedangkan pada tanggal 9 dan 19 Juli 2007, ditemukan suhu dominan hangat

dan dingin pada wilayah yang berbeda.

Pada tanggal 7, 9, 15 dan 19 Juli 2007, suhu dominan cukup bervariasi

menurut wilayah perairan. Selanjutnya pada tanggal 12 dan 17 Juli 2007, nampak

jelas bahwa suhu dominan relatif homogen dan penyebarannya hampir sama

untuk wilayah perairan yang berbeda.

Tabel 6 Penyebaran suhu permukaan laut dari satelit NOAA-AVHRR di empatwilayah perairan Tapanuli Tengah.

SPL TapanuliTengah (ºC)

SPL dominan menurut wilayah (ºC)No

AkuisasiData

Kisaran Dominan Barus Sorkam Murshala Sibolga

Keterangan

1 7 Juli 2007 25-31 30 (H) 30 30 30 30 Bervariasi

2 9 Juli 2007 26-30 28-30 (H) 29-30 28-30 26-30 28 Bervariasi

3 12 Juli 2007 30-31 30 (H) 30-31 30-31 30-31 30-31 Homogen

4 15 Juli 2007 25-30 28-29 (H) 28 28-29 28-29 28 Bervariasi

5 17 Juli 2007 28-30 29 (H) 29 29 29 29 Homogen

6 19 Juli 2007 25-3025 (D)28 (H)

25 26-28 28-29 25 Bervariasi

Keterangan : H = Suhu hangatD = Suhu dingin

Page 71: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

53

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

4.3 Klorofil-a

Pada tanggal 7 Juli 2007, klorofil-a pada perairan Tapanuli Tengah

bervariasi berkisar antara 0,6-1,6 mg/m³. Klorofil-a dominan adalah berkisar

antara 0,6-0,9 mg/m³ terdapat di perairan Murshala, Sorkam, Barus dan Sibolga.

Klorofil-a minimum sebesar 0,6 mg/m³ terdapat di perairan Murshala dengan area

luas sedangkan tingkat klorofil-a tertingginya sebesar 1,6 mg/m³ terdapat di

perairan pantai Sorkam pada area sangat kecil (Gambar 25).

Untuk tanggal 9 Juli 2007, jumlah klorofil-a di perairan Tapanuli Tengah

bervariasi berkisar antara 0,6-2,0 mg/m³. Jumlah klorofil-a dominan adalah

sebesar 0.6 mg/m³ terdapat di perairan Barus, Murshala, Sorkam dan Sibolga.

Klorofil-a minimum sebesar 0,6 mg/m³ tersebar di perairan Murshala, Barus dan

Sibolga. Klorofil-a maksimum sebesar 2,0 mg/m³ terdapat di perairan Murshala,

pantai Murshala dan Sibolga pada area yang sempit (Gambar 26).

Gambar 25 Citra Klorofil-a untuk tanggal 7 Juli 2007.

Page 72: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

54

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

Gambar 26 Citra Klorofil-a untuk tanggal 9 Juli 2007.

Gambar 27 Citra Klorofil-a untuk tanggal 12 Juli 2007.

Page 73: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

55

Tingkat konsentrasi klorofil-a untuk tanggal 12 Juli 2007 di perairan

Tapanuli Tengah, yaitu berkisar antara 0,5-1,4 mg/m³. Klorofil-a dominan, yaitu

berkisar antara 0,7-0,9 mg/m³ tersebar di perairan Barus, Sorkam, Murshala dan

Sibolga. Klorofil-a terendah sebesar 0,5 mg/m³ hanya terdapat di perairan

Murshala serta pada area yang sempit sedangkan klorofil-a maksimumnya sebesar

1,4 mg/m³ ada ke arah utara perairan Barus di area yang sempit (Gambar 27).

Pada tanggal 15 Juli 2007, klorofil-a bervarisi berkisar antara 0,6-2,0 mg/m³.

Klorofil dominan sebesar 0,6 mg/m³ tersebar di perairan Barus, Sorkam, Murshala

dan Sibolga. Klorofil-a minimum sebesar 0,6 mg/m³ yang tersebar di perairan

Barus, Murshala, Sibolga dan Sorkam sedangkan klorofil-a maksimumnya sebesar

2,0 mg/m³ terdapat di perairan Barus, Murshala, Sibolga pada area yang sempit

(Gambar 28).

Sebaran konsentrasi klorofil-a untuk tanggal 17 Juli 2007 di perairan

Tapanuli Tengah adalah berkisar antara 0,6-1,4 mg/m³. Klorofil-a dominan

berkisar antara 0,7-1,0 mg/m³ terdapat di perairan Barus, Sorkam, Murshala dan

Sibolga. Klorofil-a minimum sebesar 0,6 mg/m³ terdapat di perairan Barus dan

pantai Sibolga pada area yang sempit sedangkan klorofil-a maksimumnya sebesar

1,2 mg/m³ terdapat di perairan Murshala pada area sempit (Gambar 29).

Pada tanggal 19 Juli 2007 memiliki konsentrasi klorofil-a tertinggi di

perairan Tapanuli Tengah, yaitu berkisar antara 0,5-2,0 mg/m³. Klorofil-a

dominan berkisar antara 0,5-0,6 mg/m³ tersebar di perairan Barus, Sorkam,

Murshala dan Sibolga. Klorofil-a minimum 0,5 mg/m³ terdapat di perairan Barus

dan Murshala pada area yang luas sedangkan klorofil-a maksimum berjumlah 2,0

mg/m³ hanya terdapat di perairan Barus dan Sibolga (Gambar 30).

Page 74: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

56

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

Gambar 28 Citra Klorofil-a untuk tanggal 15 Juli 2007.

Gambar 29 Citra Klorofil-a untuk tanggal 17 Juli 2007.

Page 75: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

57

Legenda :

98.333º 98.5º 98.667º 98.834º

Longitude

1.5º

1.67º

1.84º

2.01º

La

titu

de

P. Murshala

Barus

Sorkam

Sibolga

0.5 mg/m³

Daratan

Awan

2.0 mg/m³

1.6 mg/m³1.4 mg/m³

1.8 mg/m³

1.2 mg/m³1.0 mg/m³0.9 mg/m³0.8 mg/m³0.7 mg/m³0.6 mg/m³

Gambar 30 Citra Klorofil-a untuk tanggal 19 Juli 2007.

Penyebaran klorofil-a di empat lokasi wilayah perairan Tapanuli Tengah,

yaitu Barus, Sorkam, Murshala dan Sibolga disajikan pada Tabel 7. Dari Tabel 7

terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a dominan di perairan Tapanuli Tengah untuk

tanggal 7, 9, 12, 15, 17 dan 19 Juli 2007 berkisar antara 0,6-1,0 mg/m³ dan

memiliki kisaran konsentrasi klorofil-a antara 0,5-2,0 mg/m³.

Berdasarkan pada Tabel 7 terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a pada tanggal

7, 9, 12, 15, 17 dan 19 Juli 2007 menyebar di seluruh wilayah perairan Tapanuli

Tengah. Tingkat konsentrasi klorofil-a terbanyak sebesar 0,6-1,0 mg/m³ terdapat

di tanggal 7, 12 dan 17 Juli 2007, konsentrasi klorofil-a sedang sebesar 0,5-0,6

mg/m³ terdapat di tanggal 19 Juli 2007 sedangkan tingkat konsentrasi klorofil-a

terendah sebesar 0,6 mg/m³ terdapat di tanggal 9 dan 15 Juli 2007.

Page 76: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

58

Tabel 7 Penyebaran klorofil-a dari satelit FY-1 D di empat wilayah perairanTapanuli Tengah.

Klorofil-a Tap-Teng (mg/m³)Klorofil-a dominan menurut wilayah

(mg/m³)NoAkuisasi

DataKisaran Dominan Barus Sorkam Murshala Sibolga

1 7 Juli 2007 0,6-1,6 0,.6-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9

2 9 Juli 2007 0,6-2,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

3 12 Juli 2007 0,5-1,4 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9 0,7-0,9

4 15 Juli 2007 0,6-2,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

5 17 Juli 2007 0,6-1,4 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0 0,7-1,0

6 19 Juli 2007 0,5-2,0 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6 0,5-0,6

4.4 Hubungan antara SPL dan Klorofil-a terhadap Hasil Tangkapan

4.4.1 Hubungan suhu permukaan laut terhadap hasil tangkapan

Hubungan suhu permukaan laut terhadap CPUE pada masing-masing DPI

untuk ke-7 jenis ikan dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari Gambar 31 terlihat

bahwa jumlah hasil tangkapan ikan teri berfluktuasi dari 150-350 kg/setting.

Jumlah tangkapan cenderung tinggi pada suhu 25ºC-30°C sebaliknya jumlah hasil

tangkapan rendah pada suhu permukaan laut sebesar 24ºC dan 31°C. Dengan

demikian, tangkapan ikan teri terbanyak terjadi pada suhu permukaan laut berkisar

antara 25°C-30°C.

Jumlah hasil tangkapan ikan keke berkisar dari 150-500 kg/setting dan

tertangkap pada kisaran suhu 25°C-31°C. Hasil tangkapan ikan keke cenderung

tinggi, yaitu sebesar 300-500 kg/seting pada suhu 25°C-30°C, tetapi tangkapan

rendah juga ditemukan pada kisaran suhu yang sama. Hal ini berarti bahwa suhu

tidak berpengaruh terhadap jumlah tangkapan ikan keke.

Jumlah hasil tangkapan ikan belado kuning berkisar dari 30-88 kg/setting

dan tertangkap pada kisaran suhu permukaan laut 25°C-31°C. Hasil tangkapan

tinggi, yaitu 72-88 kg/setting pada suhu 25°C-31°C, tetapi pada kisaran suhu

tersebut juga ditemukan tangkapan dengan jumlah sedikit. Dengan demikian suhu

perairan diduga tidak berpengaruh terhadap jumlah tangkapan.

Jumlah hasil tangkapan ikan layang cenderung stabil dengan kisaran 47-80

kg/setting. Jumlah hasil tangkapan ikan layang cenderung tinggi sebesar 70-82

kg/setting pada SPL berkisar antara 25°C-31°C, akan tetapi tangkapan redah juga

ditemukan pada kisaran SPL tersebut terutama pada kisaran suhu 29°C-31°C.

Page 77: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

59

Jumlah hasil tangkapan ikan buncilak berkisar dari 48-84 kg/setting dan

tertangkap pada suhu berkisar dari 25°C-31°C. Hasil tangkapan ikan buncilak

cenderung tinggi sebesar 70-84 kg/setting pada suhu berkisar antara 27°C-31°C,

tetapi tangkapan rendah juga ditemukan pada kisaran suhu tersebut, yaitu pada

suhu 29°C.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Akuisasi Data

Hasil

Tan

gkap

an

(Kg

)

24

25

26

27

28

29

30

31

32

SP

L(°

C)

keke layang teri kembung perempuan parang-parang belado kuning buncilak

Gambar 31 Hubungan SPL terhadap CPUE pada masing-masing DPI.

Jumlah hasil tangkapan ikan parang-parang berkisar dari 15-70 kg/setting

dan tertangkap pada suhu 25°C-31°C. Hasil tangkapan cenderung tinggi sebesar

50-70 kg/setting tertangkap pada suhu 28°C-31°C, tetapi tangkapan rendah juga

ditemukan pada kisaran suhu, yaitu 31°C.

4.4.2 Hubungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan

Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI dapat dilihat

di Lampiran 5. Dari Gambar 32 terlihat bahwa jumlah hasil tangkapan ikan teri

berkisar antara 150-350 kg/setting. Jumlah hasil tangkapan cenderung tinggi, yaitu

240-350 kg/setting pada perairan yang kandungan klorofilnya 0,5-1,0 mg/m³.

Sebaliknya hasil tangkapan cenderung rendah juga ditemukan pada perairan yang

kandungan klorofilnya 0,8-1,0 mg/m³. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan

klorofil-a tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan teri.

Page 78: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

60

Jumlah hasil tangkapan kembung perempuan berkisar antara 10-150

kg/setting, yang tertangkap pada perairan dengan konsentrasi klorofil-a berkisar

dari 0,5-1,6 mg/m³. Hasil tangkapan terbesar 120-150 kg/setting tertangkap pada

perairan dengan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,7-0,9 mg/m³. Akan tetapi hasil

tangkapan yang jumlahnya rendah justru tertangkap pada perairan dengan

konsentrasi klorofil-a yang berkisar dari 0,5-1,6 m/m³. Hal ini berarti bahwa

konsentrasi klorofil-a diduga tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan

kembung perempuan.

Jumlah hasil tangkapan ikan keke berkisar dari 150-500 kg/setting dan

tertangkap pada perairan dengan kandungan klorofil-a berkisar dari 0,5-1,6

mg/m³. Hasil tangkapan cenderung tinggi sebesar 300-500 kg/setting tertangkap

pada perairan dengan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,5-1,6 mg/m³, sebaliknya

hasil tangkapan cenderung rendah juga tertangkap pada kisaran tersebut di atas,

terutama pada perairan dengan kandungan klorofil-a berkisar dari 0,6-1,2 mg/m³.

Hal ini berarti bahwa konsentrasi klorofil-a tidak berpengaruh terhadap hasil

tangkapan ikan keke.

Jumlah hasil tangkapan belado kuning berkisar antara 30-88 kg yang

tertangkap pada perairan dengan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,5-1,6

mg/m³. Hasil tangkapan terbesar 72-88 mg/m³ tertangkap pada perairan dengan

kandungan klorofil-a berkisar dari 0,5-1,6 mg/m³, tetapi jumlah hasil tangkapan

rendah juga tertangkap pada kisaran tersebut, yaitu pada perairan dengan

konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,7-0,9 mg/m³. Berarti kandungan klorofil-a

tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan.

Jumlah hasil tangkapan buncilak berkisar dari 48-84 kg/setting yang

tertangkap pada perairan dengan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,5-1,6

mg/m³. Hasil tangkapan terbesar 70-84 kg/setting tertangkap pada perairan dengan

kandungan klorofil-a sebesar 0,5-1,0 mg/m³ sedangkan hasil tangkapan terendah

ditemukan pada peraira dengan kandungan klorofil-a yang tinggi. Hal ini berarti

bahwa kandungan klorofil-a tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan buncilak.

Page 79: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

61

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Akuisasi Data

Ha

sil

Ta

ng

ka

pa

n(K

g)

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

Ch

loro

fil-

a(m

g/m

³)

keke teri layang kembung perempuan

parang-parang belado kuning buncilak Chlorofil-a

Gambar 32 Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI.

Jumlah hasil tangkapan ikan layang tinggi pada kandungan klorofil-a

berkisar antara 0,6-1,6 mg/m³, tetapi jumlah hasil tangkapan rendah juga

ditemukan pada kisaran tersebut terutama pada kandungan klorofil-a sebesar 0,7-

1,2 mg/m³. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan klorofil-a tidak berpengaruh

terhadap jumlah hasil tangkapan ikan layang.

Jumlah hasil tangkapan ikan parang-parang berkisar dari 15-70 kg/setting

yang tertangkap pada perairan dengan kandungan klorofil-a berkisar antara 0,5-

1,6 mg/m³. Hasil tangkapan terbesar 50-70 kg/setting tertangkap pada perairan

dengan kandungan klorofil-a sebesar 0,6-1,0 mg/m³, tetapi pada kisaran tersebut

juga ditemukan hasil tangkapan rendah, yaitu pada kisaran 0,5-1,6 mg/m³. Hal ini

berarti bahwa kandungan klorofil-a tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan

ikan parang-parang.

Page 80: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

62

5 PEMBAHASAN

Hasil tangkapan terbanyak ditemukan di perairan Barus (DPI3), Sorkam

(DPI4) dan Murshala (DPI5-8), sedangkan di perairan Barus (DPI1-2), Sorkam

(DPI9-10) dan Murshala (DPI11) hasil tangkapan lebih sedikit. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyebaran ikan bervariasi secara temporal dan spasial.

Namun penyebaran ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan kandungan klorofil-a.

Untuk itu perlu dilakukan pengamatan terhadap parameter-parameter oseanografi

yang lain seperti arus dan salinitas dengan menggunakan data time series yang

lebih akurat.

Arus adalah faktor penting yang menyebabkan perubahan lokal pada

lingkungan laut. Ikan diduga mempunyai respons secara langsung pada perubahan

tersebut, baik disebabkan oleh arus maupun orientasi ikan terhadap arus. Laevastu

dan Hayes (1981) menyatakan bahwa, arus berpengaruh terhadap penyebaran ikan

sebagai berikut :

(1) Arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis dari spawning

ground (daerah pemijahan) ke nursery ground (daerah pembesaran) dan ke

feeding ground (tempat mencari makan).

(2) Migrasi ikan-ikan dewasa dapat disebabkan oleh arus sebagai alat orientasi

ikan dan sebagai bentuk rute alami.

(3) Tingkah laku diurnal ikan dapat disebabkan oleh arus khususnya arus pasut.

(4) Arus, khususnya secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan

dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokkan makanan atau

faktor lain yang membatasinya (suhu).

Menurut pendapat Baskoro et al. (2004), suhu dapat mempengaruhi

penyebaran ikan dikarenakan: (1) sebagai pengatur proses metabolisme (dapat

mempengaruhi permintaan kebutuhan makanan dan tingkat penerimaan serta

tingkat pertumbuhan), (2) sebagai pengatur aktifitas gerakan tubuh (kecepatan

renang) dan (3) sebagai stimulus syaraf. Namun dalam penelitian ini suhu perairan

tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan

karena variasi suhu yang terjadi masih dapat ditolerir oleh ikan yang ada di

Page 81: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

63

perairan Tapanuli Tengah, sehingga ikan-ikan tersebut tidak perlu bermigrasi

akibat perubahan suhu yang terjadi.

Berdasarkan Gambar 31 menunjukkan bahwa fluktuasi suhu permukaan laut

tidak begitu signifikan dalam menentukan banyak atau tidaknya hasil tangkapan.

Hal ini dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya suhu permukaan laut dengan

kelimpahan dan distribusi ikan tidak dapat dimutlakkan sebagai suatu hubungan

linear, akan tetapi setiap ikan mempunyai batas toleransi atau kondisi optimum

terhadap lingkungan yang ditempatinya. Laevastu dan Hayes (1981) mengatakan

bahwa, perubahan suhu perairan menjadi di bawah suhu normal/suhu optimum

menyebabkan penurunan aktifitas gerakan dan aktifitas makan serta menghambat

berlangsungnya pemijahan.

Fluktuasi hasil tangkapan ikan pada suatu daerah penangkapan ditentukan

oleh kondisi oseanografi optimum pada perairan baik suhu permukaan laut,

klorofil-a maupun parameter lainnya. Oleh karena itu, setiap organisme perairan

akan bergerak mengikuti sebaran kondisi yang sesuai, disamping faktor mencari

makanan. Kondisi optimum suatu perairan juga dapat meningkatkan preferensi

untuk jenis ataupun schooling ikan yang selanjutnya akan mendorong peningkatan

intensitas armada penangkapan karena dianggap merupakan daerah penangkapan

ikan potensial.

Sebaran SPL secara temporal dari tanggal 7, 10, 12, 15, 17 dan 19 Juli 2007

bervariasi karena curah hujan, kecepatan angin dan radiasi matahari terhadap

permukaan perairan berbeda-beda untuk setiap waktu penelitian di perairan

Tapanuli Tengah. Curah hujan dan radiasi matahari yang diduga berperan

terhadap suhu permukaan laut ternyata cukup berfluktuasi pada waktu penelitian.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Pada tanggal 12 dan 17 Juli 2007 terjadi intensitas penyinaran matahari

sangat tinggi pada permukaan laut tenang yang menyebabkan penyerapan panas

ke dalam air laut lebih tinggi sehingga suhu air naik. Menurut pendapat Sverdrup

et al. (1942), proses-proses seperti absorbsi radiasi dari matahari, aliran bahang

dari dalam bumi melalui dasar laut, perubahan bentuk energi kinetik menjadi

energi bahang, aliran bahang dari atmosfer melalui udara ke laut dan kondensasi

dari uap air yang disertai dengan terjadinya pelepasan bahang yang terjadi di laut

Page 82: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

64

akan menaikkan suhu air laut. Selanjutnya proses-proses radiasi balik dari

permukaan laut, aliran bahang (konveksi) ke atmosfer dan evaporasi dapat

menurunkan suhu air laut pada lapisan permukaan perairan.

Pada tanggal 7, 15 dan 19 Juli 2007, suhu perairan di daerah pantai lebih

rendah dibandingkan dengan perairan yang lebih jauh dari pantai. Diduga karena

munculnya kabut atau awan di daerah pantai, seperti terlihat pada citra tanggal 19

Juli 2007 (Gambar 24). Dengan adanya awan tersebut maka sebagian energi

radiasi matahari akan terserap, sehingga perairan yang berada di bawah awan

menjadi lebih dingin.

Sebaran SPL untuk tanggal 7 Juli 2007 lebih bervariasi, massa air panas

cenderung ke arah utara perairan Tapanuli Tengah sedangkan massa air dingin

cenderung ke arah pantai dan arah selatan perairan Murshala. Hal ini berbeda

dengan tanggal 9 Juli 2007, yaitu bervariasi, massa air panas cenderung ke arah

utara perairan Tapanuli Tengah serta ke arah pantai Sibolga dan sebagian panas ke

arah selatan perairan Murshala sedangkan massa air dingin cenderung ke arah

pantai Murshala.

Sebaran SPL untuk tanggal 15 Juli 2007 lebih fluktuatif, massa air dingin

cenderung ke arah pantai perairan Tapanuli Tengah sedangkan massa air panas

terjadi di perairan Tapanuli Tengah. Berbeda halnya dengan sebaran SPL untuk

tanggal 19 Juli 2007, yaitu bervariasi, massa air dingin cenderung lebih banyak ke

arah pantai perairan Tapanuli Tengah dan Murshala sedangkan sebagian massa air

panas cenderung ke arah laut perairan Tapanuli Tengah dan ke arah selatan

perairan Murshala.

Pada tanggal 7, 9, 15 dan 19 Juli 2007 terjadi percampuran massa air hangat

dan massa air dingin dari arah utara perairan Tapanuli Tengah sampai ke arah

selatan perairan Mentawai sehingga berganti dengan massa air hangat yang mulai

mendominasi hampir seluruh citra daerah penelitian. Hal ini diduga akibat pola

pergerakan massa air (arus) dari arah selatan perairan Mentawai ke perairan

Tapanuli Tengah membawa massa air yang bersuhu hangat. Arus merupakan

pergerakan atau perpindahan suatu massa air dari suatu tempat ke tempat lain

yang dapat disebabkan oleh tiupan angin atau karena adanya perbedaan densitas

air laut atau karena gerakan bergelombang panjang oleh pasang surut. Karena laut

Page 83: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

65

merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak baik di permukaan maupun

di bawahnya menyebabkan terjadinya sirkulasi air baik berskala kecil maupun

skala besar. Penampilan yang paling mudah terlihat dari arus ini adalah arus

permukaan laut (Nontji 1993).

Konsentrasi klorofil-a pada tanggal 7 dan 12 Juli 2007 terkonsentrasi di

daerah pantai disebabkan karena banyaknya daerah terumbu karang di sekitar

perairan pantai Tapanuli Tengah. Terumbu karang dapat menahan plankton yang

terbawa arus dari perairan lepas ke perairan pantai Tapanuli Tengah. Menurut

LIPI (2007), perairan Tapanuli Tengah memiliki banyak sekali terumbu karang,

yaitu berjumlah 4.422,829 ha dan mangrove memiliki luas 1.823,436 ha yang

terdapat di daerah daratan Sibolga, Pulau Murshala dan sekitarnya sehingga

menyebabkan para nelayan pukat ikan menangkap ikan di sekitar perairan

Tapanuli Tengah.

Selanjutnya Parson et al. (1984) mengemukakan bahwa, tidak mudah untuk

menjelaskan kondisi yang berlaku umum tentang penyebaran fitoplankton secara

horizontal di laut. Disebabkan oleh perbedaan kondisi ekologi pada bagian-bagian

laut yang berbeda, seperti di daerah pantai dan estuari, pesisir dan laut lepas. Ada

kecenderungan penyebaran fitoplankton bersifat lebih mengelompok di daerah

neritik dibanding dengan daerah oseanik (lepas pantai).

Sebaran konsentrasi klorofil-a secara spasial untuk tanggal 7 Juli 2007

cenderung bergerak dari arah perairan pantai Sokam menuju perairan laut

Tapanuli Tengah sedangkan pada tanggal 19 Juli 2007, sebaran konsentrasi

klorofil-a bergerak secara luas dari daratan ke perairan pantai Barus, Sorkam,

Sibolga dan Murshala mengarah ke arah perairan laut Tapanuli Tengah (Gambar

25 dan 30).

Tingginya klorofil-a di perairan pantai Tapanuli Tengah untuk tanggal 7 dan

19 Juli 2007 dibandingkan dengan tanggal lainnya kemungkinan besar disebabkan

adanya faktor fisik dan kimia. Menurut pendapat Arinardi et al. (1997), plankton

di laut pada umumnya tidak tersebar secara merata melainkan hidup secara

berkelompok. Sebagai akibat adanya proses fisik dan kimia di perairan pantai,

berkelompoknya plankton lebih sering dijumpai perairan neritik (terutama

perairan yang dipengaruhi estuari) daripada perairan oseanik. Produktivitas

Page 84: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

66

perairan pantai ditentukan oleh beberapa faktor seperti arus pasang surut,

morfogeografi dan proses fisik dari lepas pantai. Selain itu Sujoko et al (2002)

mengatakan bahwa, arus permukaan laut dapat membawa fitoplankton dan nutrien

lainnya mengikuti kecepatan dan pola pergerakan arus atau diakibatkan arus yang

dibentuk oleh arus itu sendiri dengan arus lainnya di sekitarnya. Hal ini dapat

ditetapkan bahwa densitas fitoplankton dipengaruhi oleh arus permukaan laut.

Rendahnya klorofil-a pada tanggal 10, 12, 15 dan 17 Juli 2007 diduga oleh

pengaruh fisik dan biologi. Menurut pendapat Arinardi et al. (1997), penyebab

terjadinya pengelompokan secara garis besar dibedakan atas pengaruh fisik dan

biologi. Pengaruh fisik dapat disebabkan oleh turbulensi atau adveksi (pergerakan

massa air yang besar mengandung plankton di dalamnya). Angin dapat pula

menyebabkan terkumpulnya plankton pada tempat tertentu seperti sepanjang

pantai di bawah angin (leeward side). Pengaruh biologi terjadi apabila terdapat

perbedaan pertumbuhan fitoplankton dan kecepatan difusi untuk menjauhi

kelompoknya serta adanya pemangsa dari fitoplankton.

Konsentrasi klorofil-a di lautan memiliki nilai yang berbeda secara vertikal,

karena dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti suhu permukaan laut,

angin, arus dan lain-lain. Fluktuasi nilai tersebut bisa diamati dengan melakukan

pengukuran secara langsung atau dengan penggunaan teknologi inderaja.

Konsentrasi klorofil-a di suatu perairan dapat memberikan rona laut yang khas

sehingga melalui metode inderaja yang menggunakan wahana satelit, konsentrasi

pigmen bisa diduga.

Penyebaran kandungan klorofil-a secara temporal di perairan Tapanuli

Tengah umumnya bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Parsons et al. (1984)

yang menyatakan bahwa, distribusi vertikal klorofil-a di laut pada umumnya

berbeda menurut waktu, dan suatu saat ditemukan maksimum di dekat

permukaan, namun di lain waktu mungkin lebih terkonsentrasi di bagian bawah

kedalaman eufotik. Menurut pendapat Setiapermana et al. (1992) yang kenyataan

didapatkan dari penelitiannya bahwa, di Lautan Hindia bagian timur dan Arinardi

(1995) di Teluk Jakarta yang menunjukkan adanya perbedaan distribusi klorofil-a

pada musim yang berbeda.

Page 85: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

67

Selanjutnya Gabric dan Parslow (1989) mengemukakan bahwa, laju

produktifitas primer di lingkungan perairan ditentukan oleh faktor fisik. Faktor

fisik utama yang mengontrol produksi fitoplankton di perairan eutropik adalah

percampuran vertikal, penetrasi cahaya di dalam kolom air dan laju tenggelam sel

fitoplankton. Percampuran vertikal massa air sangat berperan dalam menyuburkan

kolom perairan yaitu dengan mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan

permukaan. Dengan meningkatnya nutrien pada lapisan permukaan dan dibantu

dengan penetrasi cahaya matahari yang cukup di dalam kolom perairan dapat

meningkatkan laju produktifitas primer melalui aktifitas fotosintesis fitoplankton.

Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil-a mampu

melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon dioksida dengan adanya

sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti

karbohidrat. Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka

fitoplankton disebut sebagai sebagai produsen primer (primary producer).

Berdasarkan pendapat Nontji (2002) bahwa, perairan yang produktivitas

primer fitoplanktonnya tinggi akan mempunyai sumberdaya hayati yang besar

pula. Dalam rantai makanan (food web), fitoplankton akan dimakan oleh hewan

herbivora yang merupakan produsen sekunder (secondary primer). Produsen

sekunder ini umumnya berupa zooplankton yang kemudian dimangsa oleh hewan

karnivora yang lebih besar sebagai produsen tersier (tertiary producer). Demikian

seterusnya rentetan hewan karnivor memangsa karnivor lainnya hingga produsen

tingkat keempat, kelima dan seterusnya. Jelaslah bahwa fitoplankton, sebagai

produsen primer, merupakan pangkal rantai pakan dan merupakan fondamen yang

mendukung kehidupan biota laut lainnya.

Akan tetapi, dalam penelitian ini bahwa klorofil-a tidak berpengaruh

terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil pemakan plankton seperti teri

(Stolephorus commersonii), layang (Decapterus spp), kembung perempuan

(Rastrelliger brachysoma) karena sebaran kandungan klorofil-a di perairan

Tapanuli Tengah adalah bervariasi sehingga ikan tersebut tidak dapat mentolerir

perubahan kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada setiap hari, dan banyaknya

pemangsa terutama bagi gerombolan ikan teri yang memiliki tujuan migrasi

secara periodik sehingga menyebar secara tidak merata serta mengakibatkan hasil

Page 86: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

68

tangkapan nelayan khususnya untuk ikan pelagis kecil lainnya seperti ikan

kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma), layang (Decapterus spp), belado

kuning (Atule mate), buncilak (Alepes djeddaba) dan parang-parang (Chirocentrus

dorab) berkurang.

Reddy (1993) menyatakan bahwa, ikan adalah hewan berdarah dingin yang

suhu tubuh selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan

pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih kisaran

suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara

maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya.

Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam

proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas

tubuh seperti kecepatan renang serta dalam rangsangan syaraf.

Hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis padahal tujuan utama

penangkapan dari pukat ikan umumnya adalah ikan demersal karena sewaktu

melakukan operasi penangkapan ikan, alat tangkap pukat ikan yang diturunkan ke

laut berada di permukaan laut seharusnya di dasar perairan. Cara pengoperasian

alat tangkap pukat ikan ini sama halnya dengan trawl, yaitu dapat dioperasikan

pada kedalaman perairan yang diinginkan seperti pada permukaan perairan

(surface trawl), pertengahan atau kolom perairan (mid-water trawl) dan dasar

perairan (bottom trawl). Menurut letak jaring dalam air selama operasi

penangkapan dilakukan, Ayodhyoa (1979) membagi trawl atas 3 yaitu :

(1) Surface trawl (trawl yang dioperasikan pada permukaan perairan)

(2) Mid-water trawl (trawl yang dioperasikan pada pertengahan atau kolom

perairan)

(3) Bottom trawl (trawl yang dioperasikan pada dasar perairan).

Alat tangkap pukat ikan yang digunakan oleh nelayan Sibolga dan

sekitarnya termasuk ke dalam kelompok trawl. Menurut Brandt (1984), trawl

diklasifikasikan ke dalam alat tangkap dragged (ditarik). Grup ini terdiri dari

semua jaring kantong atau jaring terbentang yang ditarik sepanjang kolom

perairan atau dekat dasar perairan atau sesekali ke perairan pelagis untuk waktu

yang terbatas. Selanjutnya dikatakan pula oleh King (1995) bahwa, trawl dan

Page 87: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

69

pukat adalah alat tangkap yang ditarik sepanjang perairan untuk menjaring

invertebrate dan ikan laut.

Kekurangan metode pengumpulan data ini adalah hasil tangkapan yang

diperoleh sangat sedikit karena sewaktu melakukan penangkapan ikan, kapal

lainnya sudah melakukan penangkapan pada posisi penangkapan yang sama

sebelum kapal penelitian kita melakukan penangkapan di posisi daerah

penangkapan tersebut dan kapal penelitian kita tidak boleh mengambil hasil

tangkapan mereka di posisi yang sama, apabila terjadi bisa menimbulkan konflik.

Untuk memperoleh data hasil tangkapan dari kapal penangkapan lainnya

diperbolehkan tapi tidak semua hasil tangkapan akan diberitahu.

Pada Lampiran 11 terlihat bahwa nilai data SPL insitu terhadap SPL exsitu

(lapangan) adalah tidak sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu perolehan

data secara in-situ dengan ex-situ yang berbeda. Data ex-situ dideteksi oleh xatelit

NOAA-AVHRR dalam sehari dua kali sedangkan data SPL in-situ yang diukur di

lapangan bervariasi antara jam 04.00 sampai 15.00 Wib tergantung waktu setting

pukat ikan. Menurut Nontji (1987), perbedaan antara SPL in-situ dengan ex-situ

dapat dipengaruhi oleh awan atau kabut, perbedaan penyinaran matahari

(intensitas matahari) yang datang dihambat oleh awan maupun partikel-partikel

lainnya yang ada di luar angkasa, arus, penaikan massa air dan pencairan es di

kutub. Secara alami suhu permukaan laut merupakan lapisan hangat, karena

mendapat sinar matahari pada siang hari. Akan tetapi karena pengaruh angin, pada

lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan hingga

di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28.00oC) yang homogen,

sehingga disebut lapisan homogen. Lapisan permukaan umumnya memiliki

ketebalan kedalaman sebelum mencapai lapisan bawah yang lebih dingin (Gambar

33).

Air mempunyai sifat spesifik bahang yang baik, artinya bertambah atau

berkurangnya panas terjadi secara perlahan-lahan. Permukaan laut dapat

mengabsorbsi sejumlah besar energi matahari yang masuk ke dalamnya. Ketika

evaporasi, permukaan laut menjadi panas. Pada saat dipanaskan, air hangat tetap

dipermukaan sedangkan air dingin tenggelam atau berada di lapisan bawah.

Page 88: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

70

Energi yang sampai dipermukaan bumi bervariasi menurut musim, lintang dan

topografi (Ingmanson dan Wallace 1973).

A. Lapisan Homogen Hangat, B. Lapisan termoklin, C. Lapisan Homogen Dingin

Gambar 33 Sebaran vertikal suhu secara umum di Perairan Indonesia (Nontji 1987).

Suhu air laut di lapisan permukaan sangat tergantung pada jumlah bahang

yang diterima dari sinar matahari. Menurut Hela dan Laevastu (1970), perubahan

suhu permukaan laut selain disebabkan oleh jumlah bahang yang diterima dari

matahari juga dipengaruhi oleh keadaan alam dan lingkungan sekitar di daerah

perairan tersebut. Pengaruh arus, keadaan awan, penaikkan massa air dan

pencairan es di kutub juga mempengaruhi suhu di permukaan laut.

Sverdrup et al. (1942) mengatakan bahwa, proses-proses seperti absorbsi

radiasi dari matahari, aliran bahang dari dalam bumi melalui dasar laut, perubahan

bentuk energi kinetik menjadi energi bahang, aliran bahang dari atmosfer melalui

udara ke laut dan kondensasi dari uap air yang disertai dengan terjadinya

pelepasan bahang yang terjadi di laut akan menaikkan suhu air laut. Selanjutnya

proses-proses radiasi balik dari permukaan laut, aliran bahang (konveksi) ke

atmosfer dan evaporasi dapat menurunkan suhu air laut pada lapisan permukaan

perairan.

Ked

alam

an(E

)

Suhu (ºC)

Page 89: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

71

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian

ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

(1) Sebaran SPL di perairan Tapanuli Tengah bervariasi yang berkisar antara

25°C hingga 31°C dengan kisaran SPL dominan 25°C hingga 30°C.

Kandungan klorofil-a bervariasi antara 0,5-2,0 mg/m³ dengan nilai dominan

0,5-0,9 mg/m³.

(2) Jumlah hasil tangkapan selama penelitian sebanyak 31.076 kg terdiri dari 15

spesies, yang didominasi oleh spesies ikan keke (Leiognathus decorus), teri

(Stolephorus commersonii), belado kuning (Atule mate), layang (Decapterus

spp), kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma), buncilak (Alepes

djeddaba) dan parang-parang (Chirocentrus dorab).

(3) Sebaran SPL dan klorofil-a tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan.

6.2 Saran

Mengacu pada keterbatasan yang ditemukan selama penelitian maka

disarankan beberapa hal sebagai berikut :

(1) Perlu dilakukan validasi antara parameter oseanografi seperti arus, gelombang

dan pasut hasil pengukuran satelit dengan pengukuran lapangan (in-situ).

(2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan

terhadap faktor arus,, gelombang, pasut, salinitas.

(3) Perlu dilakukan penelitian mengenai analisis perut ikan (stomach content)

sehingga dapat diketahui apakah ikan pemakan fitoplankton, zooplankton

maupun jenis-jenis organisme lainnya.

(4) Perlu dilakukan penambahan waktu pengamatan terhadap hasil tangkapan.

Page 90: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

72

DAFTAR PUSTAKA

Aboet A. 1985. Penginderaan Jauh melalui Satelit suatu Alternatif PenelitianOseanografi. Proceeding Lokakarya Pemanfaatan Data Satelit Lingkungandan Cuaca, 18-19 September 1985 di Jakarta. 214-230 hal.

Arinardi. 1995. Sebaran Seston, Klorofil-a dan Bakteri di Teluk Jakarta. AtlasOsenologi Teluk Jakarta. Bab VI : 101-9. Jakarta.

Arinardi O, Trimaningsih H, Sudirdjo, Sugestiningsih, Riyono SH. 1997. KisaranKelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan KawasanTimur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jurnal Penelitian PerikananIndonesia Vol. 11 No. 6 Tahun 2005. Jakarta. 128 hal.

Asikin D. 1971. Synopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp). LPPL. Jakarta:3-27.

. 1979. Fishing Methods. Diktat Kuliah. Ilmu Teknik PenangkapanIkan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor. Institut PertanianBogor. 97 hal.

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 1986. Petunjuk Menggambar DesainAlat Tangkap Ikan. Semarang.

Balai Riset Perikanan Laut (BRPL). 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia.Jakarta : Penebar Swadaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. 116 hal.

[BML LAPAN] Bidang Matra Laut-LAPAN. 1997. Laporan Akhir Kegiatan

Penelitian dan Pengembangan. Pemanfaatan Pengelolaan Data

Penginderaan Jauh Satelit LAPAN Tahun Anggaran 1996/1997 tentang

Spesifikasi Standar Ketelitian SST dan Pemanfaatannya untuk

Pengamatan Pola Arus Laut dan Daerah Potensi Penangkapan Ikan.

Jakarta: Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional. 12 hlm.

Barnabe G and Barbane Regine. 2000. Ecology and Management of CoastalWaters; The Aquatic Environment. Praxis Publishing. Chichester. 396p.

Baskoro MS, Wahyu RI, Effendi A. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 152 p.

Page 91: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

73

Brandt A Von. 1984. Fish Catching Methode of the World. Fishing News BookLtd 3rd Edition. Farnham- Surrey. England. 418 hal.

Butler MJA, Mouchot MC, Barale V, Le Blanca C. 1988. The Application ofRemote Sensing Technology to Marine Fisheries. An Introduction Manual.FAO Fisheries Technical Paper. 295 p.

Burhanuddin, Martosewojo S, Adrim M, Hutomo M. 1984. Sumberdaya IkanKembung. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI. 50 hal.

Chisastit C. 1962. Progress Report on Tagging Experiment of Chub Mackerel(Rastrelliger spp) in the Gulf Thailand. Proc. Indo-Pacific Fish. Coun, 15(III): 265-286.

Collette BB dan Nauen CE. 1983. FAO Species Catalogue. Vol. 2. Scombrids ofthe World. An Annoted and Illustrated Catalogue of Tunas, Mackerels,Bonitos and Related Species Knows to Date. FAO Fish. Synop. Vol. 2:137p.

Dirjen Perikanan. 1989. Penyebaran Beberapa Sumberdaya Perikanan diIndonesia. Direktorat Bina Sumberdaya Hayati. Direktorat JenderalPerikanan Laut, 1.117-144.

Fischer W, Whitehead PP. 1974. FAO Spesies Identification Sheet for FisheryPorpuses. Eastern Indian Ocean (Fishery Area 57) and Weastern CentralPacific (Fishing Area 71), ISW, ISEW Teleoster Identification Sheet,Taxonomy, Geographic Distribution Fisheries, Vernacular Names. Vol.IV. Rome: FAO. Pag. Var.

Friedman AL. 1973. Theory and Design of Commercial Fishing Gear. IsraelProgram for Scientific Translataion. Jerusalem. 489 hal

Gabric AJ and Parslow J. 1989. Effect of Physical Factors on the VerticalDistribution of Phytoplankton in Eutrophic Coastal Waters. AustralianJournal Marine Freshwater. Res., 189,40,559-569.

Gaol JL. 2003. Kajian Karakter Oseanografi Samudera Hindia Bagian Timurdengan Menggunakan Multi Sensor Satelit Citra Satelit dan Hubungannyadengan Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus). Disertasi(tidak dipublikasikan) Program Doktor Teknologi Kelautan IPB.Bogor. 86hal.

Gloerfelt T and Kailola PJ. 1984. Trawl Fishes of Souhtern Indonesia andNorthwestern Australia. Australian Development Assistance Bureau,Australia, Directorate General of Fishes, Indonesia and German Agencyfor Technical Cooperation, Federal Republic of Germany. 407 p.

Page 92: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

74

Harahap H. 2006. Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut SibolgaProvinsi Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi TeknologiKelautan, Institut Pertanian Bogor [tesis], Bogor. 119 hal. (tidakdipublikasikan).

Hardenberg JA. 1937. Preliminary Report on Migration of Fish in the Java Sea.Trendea Dell. 246 p.

Hasyim B. 1999. Analisis Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Kaitannya denganLokasi Penangkapan Ikan. Prosiding Seminar Validasi Data Inderajauntuk Bidang Perikanan. Jakarta 14 April 1999. Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi (BPPT). Jakarta. ISBN: 979-956760-1-6:III-2–III-46.

Ingmanson DE, Wallace WJ. 1973. Oceanology : An Introduction. California:Wadsworth. Belmont. 325 hal.

Kartasasmita M. 1999. Beberapa Pemikiran Operasional Aplikasi TeknologiPenginderaan Jauh untuk Penangkapan Ikan. Prosiding Seminar ValidasiData Inderaja untuk Bidang Perikanan. Jakarta 14 April 1999. BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta. ISBN;979-95760-1-6. (I-2,I-6).

Kimura S, Kimura R and Ikejima K. 2008. Revision of the Genus Nuchequulawith Descriptions of Three New Species (Perciformes: Leiognathidae).Ichthyol. Res. 55 : 22-42 p.

King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. Fishing NewsBook. London. A Dvision of Blackwell Science Ltd. 376 p.

Kushardono B. 2003. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan WilayahPesisir dan Lautan. Di dalam: Trisakti B, Hasyim B, Dewanti R, HartutiM, Winarso G, editor. Jakarta: Pusat Pengembangan Pemanfaatan danTeknologi Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional.hlm 12-18.

Kristjonson H. 1967. Modern Fishing Gear of the Wolrd, Vol. 1. Fsihing News(Books) Ltd. London.

Laevastu T and Hela I. 1970. Fiheries Oceanography. London : Fishing NewsBooks. 238 p.

Laevastu T. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. London: Fishing News(Books) Ltd. 199 p.

Laevastu T and Hayes ML. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. FishingNews Books Ltd. England. 199 p.

Page 93: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

75

LIPI. 2007. Coral Reef Information and Training Center Coral Reef Rehabilitationand Management Program. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia CRTIC-COREMAP II. Jakarta. 47 hal.

Lursinap A, Charoenruay M and Kunapongsiri N. 1970. Preliminary assessmentof the productivity of the waters of Prachuabkiribun coast on the Gulf ofThailand 1968-1969. A paper submitted to the first Symposium on MarineFisheries organized by the Marine Fishery Laboratory. Bangkok. 37 p.

Mann KH and Lazier JRN. 1996. Dynamics of Marine Ecosystem. Biological-Physical Interaction in the Ocean. Blackwell Scientific Publication. 466 p.

Monk KY, Y De Frestes and G. Reksodihardjo-Liley. 1997. The Ecology of NusaTenggara and Maluku. The Ecology of Indonesia Series. No. V. PeriplusEditions.

Mustafa AJ. 2004. MODIS, Mengamati Lingkungan Global dari Angkasa. ArtikelIptek-Bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi. Rabu, 8September 2004. 4 hal.

Nurhakim S. 1993. Biology et Dynamique du Banyar Rastrelliger kanagurta(Teleosteen-Scombridae) dans la pecherie des grands senneurs en mer deJava. These, Univ. Bretagne Occidentale, Brest, French. 106p.

. 1993. Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta)di perairan Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 81: 8-20.

Nurhakim S, Atmaja SB, Potier M and Boely T. 1987. Study on Big Purse SeinesFishery in the Java Sea. The Main Pelagic Caught. Jurnal PenelitianPerikanan Laut. I (39) :1-10.

Nomura M dan Yamazaki T. 1977. Fishing Technique. Tokio. Japan InternacionalCoorporation Agency. 206 p.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Cetakan pertama. Penerbit Djambatan. Jakarta.360 hal.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Cetakan kelima. Penerbit Djambatan. Jakarta.372 hal.

Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Penerbit Djambatan. Jakarta. 368hal.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Cetakan kedua. Jakarta: Djambatan. 368 hal.

Parson RT, Takeshi M and Hargrave B. 1984. Biological Oceanography Process.3rd edition. Pergamon Press. Oxford. England, 330. International Journalof Remote Sensing and Earth Sciences Vol. 2 September 2005. 94 p.

Page 94: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

76

Pasaribu BP. 1967. Menemukan Kelompok Ikan Kembung (Rastrelliger spp) diPerairan Tapanuli. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan.Institut Pertanian Bogor.

Paxton JR, Hoese PF, Allen GR and Hanley JE. 1989. Pisces Petromyzontidae toCarangidae. Zoological Cataloque of Australian, Vol. 7. AustralianGovernment Publishing Service, Canberra. 665 p.

Puslitbangkan. 1994. Pedoman Teknis Perencanaan Pemanfaatan dan PengelolaanSumberdaya Ikan Pelagis Kecil dan Perikanannya. Seri PengembanganHasil Penelitian Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Relly O, Maritorena JES, Mitchell BG, Siegel DA, Carder KL, Garver SA, KahruM, Mc Clain C. 1998. Ocean Colour Chlorophyll-a Algorithms forSeaWifs, OC2 and OC4 : version 4. Di dalam: Hooker SB, Firestone ER,editor. Seawifs Poslaunch Technical Report. Volume ke-2 (3). Maryland:NASA Goddard Space Flight Center. hlm 9-23.

Reddy MP. 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on theAbundance of Fish Catch. Proceeding of International Workshop onApplication of Satellite Remote Sensing for Identifying and ForecastingPotential Fishing Zones in Developing Countries. India, 7-11 December1993.

Rousenfell GA and Everhart WH. 1962. Fishing Gear (Fisheries Science itsMethods and Aplication). Jhon Willey Con, Inc. New York. 123p.

Sawada T. 1980. Fishes in Indonesia, with Illustrations. Japan: JapanInternational Cooperation Agency. 200 hlm.

Setiapermana D, Santoso dan Riyono SH. 1992. Chlorophyl Content in Relationto Physical Structure in East Indian Ocean. Puslitbang Oseanologi- LIPI.Jakarta.

Soegiarto T, Birowo S. 1975. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia danSekitarnya, No. 1. Yakarta: Lembaga Oseanologi Indonesia- LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia.

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut diIndonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50. Balai PenelitianPerikanan Laut. Departemen Pertanian Jakarta. 248 hal.

Susanto V. 1961. Some problems of fisheries Research with special reference tothe Rastrelliger Fishery. Proc. I.P.F.C. 9 (3):71-78.

Sverdrup HV, Johnson MW, Fleming RH. 1942. The Oceans : Their Physics,Chemistry and General Biology. Engleword: Prentice Hall Inc.

Page 95: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

77

Tomascik T, Nontji A, Mah AJ, Moosa MK. 1997. The Ecology of the IndonesianSeas part 2. The Ecology of Indonesian Series, Singapore: PeriplusEditions (HK) Ltd. Vol. VII.

Valiela I. 1984. Marine Ecological Processes. New York : Springer-Verlag. 546 p.

Weber M and LF Beaufort. 1931. The fishes of the Indo-Australian Archipelago.EJ. Brill. Leiden, 6:194-201.

Weyl PK. 1970. Oceanography. An Introduction to The Marine Environment.John Wiley & Sons Inc. New York.

Whitehead PJP, Nelson GJ and Wongratana T. 1988. FAO species catalogue. Vol.7. Clupeoid fishes of the world (Suborder Clupeoidei). An annotated andillustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, shads,anchovies and wolf-herrings. Part 2 - Engraulididae. FAO Fish. Synop.125(7/2):305-579.

Whitehead PJP. 1985. FAO species catalogue. Vol. 7. Clupeoid Fishes of theWorld (suborder: Clupeioidei). An Annotated and Illustrated Catalogue ofthe Herrings, Sardines, Pilchards, Sprats, Shads, Anchovies and Wolf-Herrings. Part 1 - Chirocentridae, Clupeidae and Pristigasteridae. FAOFish. Synop. 125(7/1):1-303.

Whitehead PJP, Nelson GJ and Wongratana T. 1988. FAO Species Catalogue.Vol. 7. Clupeoid Fishes of the World (Suborder: Clupeoidei). AnAnnotated and Illustrated Catalogue of the Herrings, Sardines, Pilchards,Sprats, Shads, Anchovies and Wolf-Herrings. Part 2 - Engraulididae. FAOFish. Synop. 125(7/2):305-579.

Widodo J. 1999. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh untuk Perikanan diIndonesia. Prosiding Seminar Validasi Data Inderaja untuk BidangPerikanan. BPPT Jakarta. ISBN;979-95760-1-16 : II-1–II-21.

. 1988. Dynamic Pool Analyses of the Ikan Layang (Decapterus spp.)Fishery in the Java Sea. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 47.Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut. hlm 39-58.

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the South East Asian Waters. NagaReport. Vol. 2. Scripps Institution of Oceanography. California : TheUniversity of California. La Jolla II. 195 p.

Page 96: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

78

L A M P I R A N

Page 97: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

79

Lampiran 1 Jenis Ikan yang Dominan

Jenis Ikan yang Dominan Jumlah Persentase (%)

Keke 11420 47.29561832

Teri 3887 16.09790441

Belado Kuning 1958 8.109003562

Layang 2016 8.349208979

Kembung Perempuan 1720 7.123333057

Buncilak 1668 6.907976476

Parang-parang 1477 6.116955189

Total 24146 100

Page 98: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

80

Lampiran 2 Jenis hasil tangkapan untuk setiap daerah penangkapan ikan pelagis kecil.

Jenis Tangkapan (Kg)Daerah Penangkapan Ikan(DPI) Keke Teri Layang Kembung Pr Parang-parang Belado Kuning Buncilak

Total(Kg)

Total/Set(Kg)

DPI-1 400 150 78 31 55 - 73 787 787.0

DPI-2 420 - 70 48 35 86 68 727 727.0

DPI-3 1.020 717 205 310 130 176 225 2.783 927.7

DPI-4 850 390 230 196 120 171 230 2.187 546.8

DPI-5 1.470 500 275 80 160 285 279 3.049 762.3

DPI-6 1.610 300 297 283 229 538 351 3.608 721.6

DPI-7 2.000 800 373 78 245 381 294 4.171 834.2

DPI-8 1.800 500 233 300 240 294 70 3.437 572.8

DPI-9 375 230 140 180 100 152 - 1.177 588.5

DPI-10 500 - - 25 - - - 525 525.0

DPI-11 250 - 40 70 35 65 78 538 538.0

Total 10.695 3.587 1.941 1.601 1.349 2.148 1.668 22.989

Page 99: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

81

Lampiran 3 Tanggal operasi penangkapan ikan

Posisi Hasil TangkapanTanggal OperasiPenangkapan Ikan Lintang Bujur Jenis Tangkapan Jumlah (Kg)

Kembung Perempuan 251º 49,986' 98° 33,584'

Keke 500Kembung Perempuan 80Parang-parang 60Keke 300

1º 43,980' 98° 31,575'

Teri 250Kembung Perempuan 150Parang-parang 45Keke 300Layang 75Belado Kuning 80

07 Juli 2007

1º 45,982' 98° 29,577'

Teri 230

Total 2095

Kembung Perempuan 30

Parang-parang 55Keke 300Layang 65

1º 47,984' 98° 29,578'

Belado Kuning 72Kembung Perempuan 78Parang-parang 60Keke 300Layang 70Belado Kuning 80

1° 41,984' 98º 21,578'

Teri 150Kembung Perempuan 80Parang-parang 65Keke 300Layang 73Belado Kuning 84

09 Juli 2007

1° 43,984' 98º 27,578'

Teri 250

Total 2112Kembung Perempuan 120Parang-parang 70Keke 500Belado Kuning 85Teri 300

1° 51,729' 98º 25,975'

Layang 75Kembung Perempuan 60Parang-parang 35Keke 250Layang 78Belado Kuning 88Teri 150

10 Juli 2007

1° 53,769' 98º 25,422'

Buncilak 80

Page 100: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

82

Lampiran 3 (Lanjutan)

Posisi Hasil TangkapanTanggal OperasiPenangkapan Ikan Lintang Bujur Jenis Tangkapan Jumlah (Kg)

Kembung Perempuan 120Parang-parang 45Keke 350Layang 80Belado Kuning 75Teri 300

10 Juli 2007 1° 48,266' 98º 23,156'

Buncilak 75Total 2936

Parang-parang 45Keke 350Layang 80Belado Kuning 75Teri 300

1° 50,574' 98º 20,103'

Buncilak 75Kembung Perempuan 40Parang-parang 50Keke 400Layang 73Belado Kuning 65

1° 45,509' 98º 29,152'

Buncilak 70Kembung Perempuan 40Parang-parang 15Keke 150Layang 8

12 Juli 2007

1° 45,253' 98º 32,479'

Belado Kuning 30Total 1866

Kembung Perempuan 40Parang-parang 15Keke 150Layang 8

1° 45,253' 98° 32,479'

Belado Kuning 30Kembung Perempuan 65Parang-parang 45Keke 300Layang 75Belado Kuning 83

1° 53,063' 98° 27,080'

Buncilak 70Kembung Perempuan 20Parang-parang 35Keke 500Layang 71

13 Juli 2007

1° 43,862' 98° 32,284'

Belado Kuning 85Total 1592

Page 101: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

83

Lampiran 3 (Lanjutan)

Posisi Hasil TangkapanTanggal OperasiPenangkapan Ikan Lintang Bujur Jenis Tangkapan Jumlah (Kg)

Parang-parang 45Keke 2501° 48,744' 98° 23,974'Buncilak 70Parang-parang 35Keke 330Belado Kuning 67Buncilak 80Layang 47

1° 45,756' 98° 15,195'

Teri 200Parang-parang 45Keke 500Belado Kuning 65Buncilak 70Layang 75

14 Juli 2007

1° 43,141' 98° 23,375'

Teri 300Total 2179

Parang-parang 40Keke 300Kembung Perempuan 71Buncilak 80Teri 240

1° 57,555' 98° 18,567'

Layang 77Parang-parang 55Keke 400Kembung Perempuan 31Buncilak 73Teri 150

1° 57,555' 98° 18,567'

Layang 78Parang-parang 45Keke 250Kembung Perempuan 150Belado Kuning 65Teri 200Buncilak 74

15 Juli 2007

1° 56,536' 98° 20,166'

Layang 80Total 2459

Parang-parang 50Keke 450Kembung Perempuan 150Belado Kuning 45Teri 267Buncilak 73

1° 57,817' 98° 18,666'

Layang 70Parang-parang 35Keke 320Kembung Perempuan 10Belado Kuning 66Teri 250Buncilak 78

16 Juli 2007

1° 52,595' 98° 15,712'

Layang 55

Page 102: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

84

Lampiran 3 (Lanjutan)

Posisi Hasil TangkapanTanggal OperasiPenangkapan Ikan Lintang Bujur Jenis Tangkapan Jumlah (Kg)

Parang-parang 55Keke 440KembungPerempuan

40

Belado Kuning 65Buncilak 58

16 Juli 2007 1º 45,903' 98° 25,390'

Layang 66Total 2643

Parang-parang 35Keke 250KembungPerempuan

70

Belado Kuning 65Buncilak 78

1° 44,004' 98º 35,227'

Layang 40Parang-parang 55Keke 300Belado Kuning 60Buncilak 78

1º 44,439' 98º 21,359'

Layang 82Parang-parang 35Keke 350Belado Kuning 55Buncilak 48

17 Juli 2007

1º 47,540' 98° 18,292'

Layang 78Total 1679

Parang-parang 30Keke 450Belado Kuning 88Buncilak 80Teri 350

1º 43,511' 98° 25,638'

Layang 76Parang-parang 55Keke 450Belado Kuning 88Buncilak 66

1° 41,511' 98° 23,638'

Layang 70Parang-parang 45Keke 440Belado Kuning 88Buncilak 76Layang 70

18 Juli 2007

1° 48,192' 98° 18,871'

KembungPerempuan

80

Total 2602Parang-parang 35Keke 420Belado Kuning 86Buncilak 68Layang 70

19 Juli 2007 1° 46,750' 98° 22,861'

KembungPerempuan

48

Page 103: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

85

Lampiran 3 (Lanjutan)

Posisi Hasil TangkapanTanggal OperasiPenangkapan Ikan Lintang Bujur Jenis Tangkapan Jumlah (Kg)

Parang-parang 48Keke 320Belado Kuning 40Buncilak 80Layang 73

1º 47,420' 98° 24,711'

Kembung Perempuan 53Parang-parang 36Keke 250Belado Kuning 83Buncilak 68Layang 78

19 Juli 2007

1º 48,914' 98° 26,539'

Kembung Perempuan 70Total 1926

Page 104: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

86

Lampiran 4 Hubungan suhu permukaan laut terhadap CPUE pada masing-masing DPI menurut jenis ikan (Kg)

Jumlah Hasil Tangkapan menurut Jenis Ikan (Kg)No Setting

(DPI)Posisi DPI Tanggal OPI

Keke Teri LayangKembung

PrParang-parang

BeladoKuning

Buncilak

SPL (ºC) dominan di posisiDPI

1 2º 00' LU-98.31º BT 15 Juli 2007 400 150 78 31 55 - 73 28

2 2º 00' LU-98.40º BT 19 Juli 2007 420 - 70 48 35 86 68 25

3 1.96° LU-98.31º BT 16 Juli 2007 450 267 70 150 50 45 73 29

4 1.90º LU-98.30º BT 16 Juli 2007 320 250 55 10 35 66 78 29

5 1.94º LU-98.34º BT 15 Juli 2007 250 200 80 150 45 65 74 28

6 1.90º LU-98.40º BT 15 Juli 2007 300 240 77 71 40 - 80 28

7 1.86º LU-98.43º BT 10 Juli 2007 500 300 75 120 70 85 - 30

8 1.90º LU-98.42º BT 10 Juli 2007 250 150 78 60 35 88 80 30

9 1.90º LU-98.45º BT 13 Juli 2007 300 - 75 65 45 83 70 31

10 1.84º LU-98.33º BT 12 Juli 2007 350 300 80 - 45 75 75 30

11 1.80º LU-98.31º BT 18 Juli 2007 440 - 70 80 45 88 76 30

12 1.80º LU-98.30º BT 14 Juli 2007 330 200 47 - 35 67 80 29

13 1.79º LU-98.30º BT 17 Juli 2007 350 - 78 - 35 55 48 29

14 1.81º LU-98.44º BT 19 Juli 2007 250 - 78 70 36 83 68 28

15 1.76º LU-98.42º BT 16 Juli 2007 440 - 66 40 55 65 58 29

16 1.80º LU-98.40° BT 10 Juli 2007 350 300 80 120 45 75 75 30

17 1.79° LU-98.41° BT 19 Juli 2007 320 - 73 53 48 40 80 28

18 1.81° LU-98.40° BT 14 Juli 2007 250 - - - 45 - 70 29

19 1.72° LU-98.42° BT 18 Juli 2007 450 350 76 - 30 88 80 27

20 1.74° LU-98.40° BT 17 Juli 2007 300 - 82 - 55 60 78 29

21 1.72° LU-98.38° BT 14 Juli 2007 500 300 75 - 45 65 70 28

22 1.70° LU-98.36° BT 9 Juli 2007 300 150 70 78 60 80 - 29

23 1.70° LU-98.40° BT 18 Juli 2007 450 - 70 - 55 88 66 28

24 1.75° LU-98.54° BT 12 Juli 2007 150 - 8 40 15 30 - 31

25 1.73° LU-98.53° BT 13 Juli 2007 500 - 71 20 35 85 - 31

26 1.75° LU-98.53° BT 12 Juli 2007 400 - 73 40 50 65 70 31

Page 105: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

87

Jumlah Hasil Tangkapan menurut Jenis Ikan (Kg)No Setting

(DPI)Posisi DPI Tanggal OPI

Keke Teri LayangKembung

PrParang-parang

BeladoKuning

BuncilakSPL (ºC) dominan di posisi

DPI

27 1.70° LU-98.54° BT 13 Juli 2007 150 - 8 40 15 30 - 30

28 1.73° LU-98.45° BT 9 Juli 2007 300 250 73 80 65 84 - 28

29 1.76° LU-98.52° BT 7 Juli 2007 300 230 75 150 45 80 - 30

30 1.73° LU-98.53° BT 7 Juli 2007 300 250 - 80 60 - - 30

31 1.80° LU-98.49° BT 9 Juli 2007 300 - 65 30 55 72 - 29

32 1.83° LU-98.55° BT 7 Juli 2007 500 - - 25 58 - - 28

33 1.73° LU-98.60° BT 17 Juli 2007 250 - 40 70 35 65 78 29

Page 106: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

88

Lampiran 5 Hubungan klorofil-a terhadap CPUE pada masing-masing DPI menurut jenis ikan (Kg).

Jumlah Hasil Tangkapan menurut Jenis Ikan (Kg)No Setting

(DPI)Posisi DPI Tanggal OPI

Keke Teri LayangKembung

PrParang-parang

BeladoKuning

Buncilak

Klorofil-a (kg/m³) dominan diposisi DPI

1 2º 00' LU-98.31º BT 15 Juli 2007 400 150 78 31 55 - 73 1

2 2º 00' LU-98.40º BT 19 Juli 2007 420 - 70 48 35 86 68 1.6

3 1.96° LU-98.31º BT 16 Juli 2007 450 267 70 150 50 45 73 0.9

4 1.90º LU-98.30º BT 16 Juli 2007 320 250 55 10 35 66 78 0.8

5 1.94º LU-98.34º BT 15 Juli 2007 250 200 80 150 45 65 74 0.8

6 1.90º LU-98.40º BT 15 Juli 2007 300 240 77 71 40 - 80 0.8

7 1.86º LU-98.43º BT 10 Juli 2007 500 300 75 120 70 85 - 0.6

8 1.90º LU-98.42º BT 10 Juli 2007 250 150 78 60 35 88 80 0.6

9 1.90º LU-98.45º BT 13 Juli 2007 300 - 75 65 45 83 70 0.7

10 1.84º LU-98.33º BT 12 Juli 2007 350 300 80 - 45 75 75 0.8

11 1.80º LU-98.31º BT 18 Juli 2007 440 - 70 80 45 88 76 0.5

12 1.80º LU-98.30º BT 14 Juli 2007 330 200 47 - 35 67 80 0.9

13 1.79º LU-98.30º BT 17 Juli 2007 350 - 78 - 35 55 48 0.8

14 1.81º LU-98.44º BT 19 Juli 2007 250 - 78 70 36 83 68 0.6

15 1.76º LU-98.42º BT 16 Juli 2007 440 - 66 40 55 65 58 0.8

16 1.80º LU-98.40° BT 10 Juli 2007 350 300 80 120 45 75 75 0.7

17 1.79° LU-98.41° BT 19 Juli 2007 320 - 73 53 48 40 80 0.7

18 1.81° LU-98.40° BT 14 Juli 2007 250 - - - 45 - 70 1.2

19 1.72° LU-98.42° BT 18 Juli 2007 450 350 76 - 30 88 80 0.5

20 1.74° LU-98.40° BT 17 Juli 2007 300 - 82 - 55 60 78 0.9

21 1.72° LU-98.38° BT 14 Juli 2007 500 300 75 - 45 65 70 0.7

22 1.70° LU-98.36° BT 9 Juli 2007 300 150 70 78 60 80 - 1

23 1.70° LU-98.40° BT 18 Juli 2007 450 - 70 - 55 88 66 1

24 1.75° LU-98.54° BT 12 Juli 2007 150 - 8 40 15 30 - 0.7

25 1.73° LU-98.53° BT 13 Juli 2007 500 - 71 20 35 85 - 0.7

26 1.75° LU-98.53° BT 12 Juli 2007 400 - 73 40 50 65 70 0.8

Page 107: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

89

Jumlah Hasil Tangkapan menurut Jenis Ikan (Kg)No Setting

(DPI)Posisi DPI Tanggal OPI

Keke Teri LayangKembung

PrParang-parang

BeladoKuning

Buncilak

Klorofil-a (kg/m³) dominan diposisi DPI

27 1.70° LU-98.54° BT 13 Juli 2007 150 - 8 40 15 30 - 0.7

28 1.73° LU-98.45° BT 9 Juli 2007 300 250 73 80 65 84 - 0.9

29 1.76° LU-98.52° BT 7 Juli 2007 300 230 75 150 45 80 - 0.8

30 1.73° LU-98.53° BT 7 Juli 2007 300 250 - 80 60 - - 0.7

31 1.80° LU-98.49° BT 9 Juli 2007 300 - 65 30 55 72 - 0.8

32 1.83° LU-98.55° BT 7 Juli 2007 500 - - 25 58 - - 1

33 1.73° LU-98.60° BT 17 Juli 2007 250 - 40 70 35 65 78 0.9

Page 108: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

90

Lampiran 6 Pengumpulan data selama penelitian

No Waktu Kegiatan Output DataMetode

Pengumpulan Data

18-29 Juni

2007

Ambil dataprimer di

PPN Sibolga

Hasil Tangkapanselama 2 tahun

untuk semua kapalperikanan

-

27-19 juli

2007Trip Operasi Hasil Tangkapan

Waktu dan posisipenangkapan, jumlahtangkapan total padasetiap posisi daerah

penangkapan

SPL

36 Februari-

5 Maret2008

Ambil datahasil olahan

citraNOAA-

AVHRR danMODIS

Klorofil-a

Pengolahan data citraNOAA-AVHRR dan

MODIS dalambentuk data raster

yang sudahterkoreksi, baiksecara geometri,radiometri dan

memiliki informasidasar.

Page 109: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

91

Lampiran 7 Pengolahan citra suhu permukaan laut

Mulai

Pemotongan Citra SPL

Citra SPL yang akan diolah

Menyimpan citra SPL kedalam bentuk tipe Er Mapper

Raster Dataset (.ers)

If i1<A thennull else if

i1<=B then i1

Menyimpan citra SPLke dalam bentuk Er

Page 110: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

92

Lanjutan Lampiran 7...

Menyimpan kembali citra SPLdari Er Mapper Algorithm(.alg) ke bentuk Er Mapper

Raster Dataset (.ers)

Selanjutnya citra SPL dieksportdalam bentuk XYZ ASCII grid

Hasil nilai SPL yang telah di eksportlalu dibuka ke dalam Microsoft Excel

Nilai SPL yang akan digridkan

Setelah nilai SPLdigridkan maka dapatditampilkan ke peta

Page 111: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

93

Lanjutan Lampiran 7...

Peta SPL di eksport keEsri shapefile (*.shp) dari

Surfer 8

Setalah nilai SPL di masukkanke Theme Table maka peta

SPL akan terlihat

Peta yang sudah jadidiekstensionkan ke Graticules and

Measured Grid

Peta yang sudah jadi tersebutdieksport dari ArcView GIS

kembali ke JPEG atau PlaceableWMF

Peta sudah jadi dalam bentuk JPEGatau Placeable WMF

Page 112: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

94

Lampiran 8 Pengolahan citra klorofil-a

Mulai

Pemotongan Citraklorofil-a

Citra klorofil-a yangakan diolah

Menyimpan citra klorofil-a kedalam bentuk tipe Er Mapper

Raster Dataset (.ers)

If i1<A then nullelse if i1<=B then i1

Menyimpan citra klorofil-a kedalam bentuk Er Mapper

Algorithm (.alg)

Page 113: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

95

Lanjutan Lampiran 8....

Menyimpan kembali citraklorofil-a dari Er Mapper

Algorithm (.alg) ke bentuk ErMapper Raster Dataset (.ers)

Selanjutnya citraklorofil-a dieksportdalam bentuk XYZ

ASCII grid

Hasil nilai klorofil-ayang telah di eksportlalu dibuka ke dalam

Microsoft Excel

Nilai klorofil-a yangakan digridkan

Setelah nilai klorofil-adigridkan maka dapatditampilkan ke peta

Page 114: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

96

Lanjutan Lampiran 8...

Peta klorofil-a di eksport keEsri shapefile (*.shp) dari

Surfer 8

Setalah nilai klorofil-a di masukkanke Theme Table maka peta klorofil-a

akan terlihat

Peta yang sudah jadi tersebutdieksport dari ArcView GIS kembali

ke JPEG atau Placeable WMF

Peta sudah jadi dalam bentukJPEG atau Placeable WMF

Peta yang sudah jadidiekstensionkan ke Graticules

and Measured Grid

Page 115: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

97

Lampiran 9 Kecepatan angin, curah hujan, radiasi matahari, suhu udara dankecerahan perairan di daerah Sibolga dan sekitarnya tahun 2007.

TglKecepatan

Angin (Knot)Curah Hujan

(mm)Radiasi

Matahari (%)Suhu

Udara (°C)Kecerahan

Perairan (Km)

1 4.1 - 100 29.6 8

2 4.2 - 90 28.9 10

3 5.8 - 100 29.6 8

4 3.1 4.9 79 29.1 9

5 5.3 - 54 29.3 8

6 4 - 66 29.2 8

7 4.6 TTU 50 28.2 8

8 2.3 - 0 27.4 7

9 2.9 - 40 28.2 7

10 3.6 0.3 85 28.8 8

11 3.8 - 100 28.9 9

12 3.8 - 100 28.6 10

13 2.8 41 56 29 9

14 8.4 - 100 28.5 8

15 4.7 - 41 28 7

16 2.7 - 51 27.9 8

17 6 - 60 28.7 9

18 3.4 - 6 27.1 6

19 5.4 2.1 100 27.7 6

20 3.6 - 0 27 6

21 4.6 19.6 0 26 7

22 6.6 20 0 25 5

23 1.5 57.6 0 25.2 4

24 4.6 14.4 79 26.4 7

25 2.4 0.3 0 26.4 8

26 3.5 TTU 100 27.5 8

27 3.3 - 91 26.4 7

28 5.3 8.2 41 26.7 6

29 2.4 - 31 27 6

30 6 - 91 26.5 8

31 4 32.5 68 27.2 7

Sumber : BMG Balai Besar Wilayah 1 Medan (2007).

Keterangan : TTU = Nilai curah hujan kurang dari 0,1 mm (< 0,1 mm) artinyatidak ada curah hujan sama sekali.

Page 116: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

98

Lampiran 10 Perifikasi antara nilai SPL exsitu dan insitu.

No Tanggal OPI Posis DPI SPL ex-situ (ºC) SPL in-situ (ºC)

1 15 Juli 2007 2º 00' LU-98.31º BT 29 28

2 19 Juli 2007 2º 00' LU-98.40º BT 26 25

3 16 Juli 2007 1.96° LU-98.31º BT 28 29

4 16 Juli 2007 1.90º LU-98.30º BT 29 29

5 15 Juli 2007 1.94º LU-98.34º BT 30 28

6 15 Juli 2007 1.90º LU-98.40º BT 29 28

7 10 Juli 2007 1.86º LU-98.43º BT 29 30

8 10 Juli 2007 1.90º LU-98.42º BT 29 30

9 13 Juli 2007 1.90º LU-98.45º BT 30 31

10 12 Juli 2007 1.84º LU-98.33º BT 28 30

11 18 Juli 2007 1.80º LU-98.31º BT 29 30

12 14 Juli 2007 1.80º LU-98.30º BT 30 29

13 17 Juli 2007 1.79º LU-98.30º BT 28 29

14 19 Juli 2007 1.81º LU-98.44º BT 30 28

15 16 Juli 2007 1.76º LU-98.42º BT 29 29

16 10 Juli 2007 1.80º LU-98.40° BT 28 30

17 19 Juli 2007 1.79° LU-98.41° BT 30 28

18 14 Juli 2007 1.81° LU-98.40° BT 29 29

19 18 Juli 2007 1.72° LU-98.42° BT 30 27

20 17 Juli 2007 1.74° LU-98.40° BT 30 29

21 14 Juli 2007 1.72° LU-98.38° BT 29 28

22 9 Juli 2007 1.70° LU-98.36° BT 30 29

23 18 Juli 2007 1.70° LU-98.40° BT 29 28

24 12 Juli 2007 1.75° LU-98.54° BT 29 31

25 13 Juli 2007 1.73° LU-98.53° BT 30 31

26 12 Juli 2007 1.75° LU-98.53° BT 29 31

27 13 Juli 2007 1.70° LU-98.54° BT 29 30

28 9 Juli 2007 1.73° LU-98.45° BT 30 28

29 7 Juli 2007 1.76° LU-98.52° BT 29 30

30 7 Juli 2007 1.73° LU-98.53° BT 30 30

31 9 Juli 2007 1.80° LU-98.49° BT 29 29

32 7 Juli 2007 1.83° LU-98.55° BT 29 28

33 17 Juli 2007 1.73° LU-98.60° BT 29 29

Page 117: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

99

Lampiran 11 Grafik Verifikasi antara SPL exsitu dengan insitu.

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33SPL exsitu

SP

Lin

sit

u

Lampiran 12 Gambar Kapal Pukat Ikan

Page 118: ANALISIS HASIL TANGKAPAN PUKAT IKAN KAITANNYA … · sumberdaya perikanan di Sibolga dan sekitarnya adalah ketidakpastian letak ... kandungan klorofil-a secara tiba-tiba pada

100

Lampiran 13 Gambar Alat Tangkap Pukat Ikan