kota sibolga

17
Sosial Budaya Kota SIBOLGA OLEH : NOVI RYANTI SIAHAN (4122111031) PEND. MATEMATIKA DIK A 2012 Slogan : SIBOLGA NAULI PONCAN KETEK PONCAN GADANG DIANTARONYO SI PULO BANGKE SIBOGA NAN KETEK KITO PAGADANG SUPAYO HIDUP INDAK MARASE 4/14/2013

Upload: novie-ryantii

Post on 02-Dec-2015

439 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SOSIAL BUDAYA KOTA SIBOLGA

TRANSCRIPT

Page 1: Kota Sibolga

NOVI RYANTI SIAHAN(4122111031)

PEND. MATEMATIKADIK A 2012

PONCAN KETEK PONCAN GADANG DIANTARONYO SI PULO BANGKE SIBOGA NAN KETEK KITO PAGADANG SUPAYO HIDUP INDAK MARASE

4/14/2013

Page 2: Kota Sibolga

KOTA SIBOLGA

Topografi

Sibolga yang terkenal dengan julukan Negeri Berbilang Kaum, Perekat Umat Beragama, terletak di Pantai Barat Sumatera Utara sejauh 344 Km dari Kota Medan melalui jalan darat ke arah Selatan.

Kota ini membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan.

Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

Kota Sibolga pada mulanya merupakan areal bekas rawa pasang surut yang dijadikan sebagai pemukiman. Lama kelamaan menjadi berkembang dengan menimbun rawa dan memanfaatkan kaki bukit untuk tempat bangunan rumah sehingga menjadi semakin luas. Pada akhirnya rawa-rawa telah habis tertimbun dan daerah bukit yang memnungkinkan untuk pertapakan rumah-rumah sudah tidak ada lagi sehingga terjadi penimbunan pantai dan laut sebagai tempat perumahan di sepanjang pantai yang berlangsung dari tahun ke tahun.

Kota Sibolga mempnyai wilayah seluas 3.536 Ha yang terdiri dari 1.126,67 Ha daratan Sumatera, 238,32 Ha daratan

Kota Sibolga

Logo

Slogan: Sibolga Nauli

Letak Kota Sibolga di Sumatera Utara

Peta Sumatera Utara

Koordinat:  1°44′45.64″N 98°46′31.64″E

Negara Indonesia

Provinsi Sumatera Utara

 • Wali Kota Drs. H. M. Syarfi Hutahuruk

 • Wakil Wali Kota Marudut Situmorang, AP, MSP.

Kode wilayah +62 634

Page 3: Kota Sibolga

kepulauan dan 2.171,01 Ha lautan. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah pulau Poncan Gadang, pulau Poncan Ketek, pulau Sarudik dan pulau Panjang.

Dengan batas-batas wilayah: timur, selatan, utara pada kabupaten Tapanuli Tengah, dan barat dengan Samudera Hindia. Sementara sungai-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

Sejarah Kota Sibolga

SIBOLGA, Sebuah pemukiman, berada dikawasan Teluk TAPIAN NAULI, Pantai Barat Sumatera Utara. Alamnya Indah, Teluknya luas, Lautnya Dalam dan Tenang, sehingga strategis menjadi persinggahan para Pelaut untuk berlabuh. Air Jernih untuk kebutuhan Kapal cukup tersedia dari Sungai dan Air Terjun yang banyak terdapat disekitar Teluk.

Pulau-pulau yang terhampar didepannya menjadi penyangga ombak dan gelombang dari Lautan lepas Samudera Hindia. Kawasan Teluk Tapian Nauli berkembang menjadi daerah transit kesegala jurusan, baik kepedalaman atau ke Pulau-pulau di Nusantara dan ke Daerah Luar Indonesia. Kondisi ini mendorong cepatnya pertumbuhan kehidupan dengan adanya perdagangan antara penduduk Pribumi dengan pendatang dari luar, Eropah dan Asia.

Ramai dan sibuknya perdagangan diteluk ini menimbulkan persaingan yang sering mengakibatkan lahirnya peperangan, terutama oleh orang-orang Eropah yang memaksakan kehendaknya melalui sistem monopoli dalam pembelian rempah-rempah untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.

Kapal-kapal Dagang banyak berlabuh di Teluk Tapian Nauli dan melakukan Jual-beli dengan penduduk negeri serta penduduk dari daerah tetangga. Percepatan pertumbuhan daerah ini berlangsung dalam kurun waktu yang tidak begitu lama. Selanjutnya Sibolga dan Kawasan Teluk Tapian Nauli segera mendapat status sebagai Ibu Kota Kresidenan Tapanuli mulai dari zaman Kolonial sampai dengan zaman Kemerdekaan. Status yang tertinggi, dan pernah di Sandang Kota ini adalah bahwa Sibolga pernah menjadi Ibu Kota Propinsi Tapanuli dan Sumatera Timur pada tahun 1950 – 1951.

Rangkaian Sejarah panjang terukir di Daerah ini dalam menghadapi Penjajah untuk mempertahankan kepentingan negeri dan NKRI. Bahkan dalam pembentukan Angkatan Laut Republik Indonesia ( ALRI), Sibolga mempunyai peranan penting karena semangat juang yang dimiliki oleh para Warganya.

Hal ini dibuktikan melalui sejarah tentang terjadinya Perang Laut yang dahsyat diperairan Sibolga antara TRI – ALRI dan Lasykar Rakyat bersatu menghadapi Kapal Perang Belanda HMS Bankert yang populer disebut YT-1.

Semangat Persatuan dalam kebersamaan dan kerukunan persaudaraan tetap terjalin, walaupun Masyarakatnya terdiri dari berbagai Suku, Etnis, Bangsa dan Agama yang lazim disebut sebagai “ Negeri berbilang KAUM ”. Keadaan ini tetap terpelihara dan berwujud dalam berbagai aspek kehidupan sampai dengan sekarang ini.

Demikian juga halnya dibidang perekonomian dan Pendidikan. Sibolga pernah mencatat sejarah kesuksesannya yang dilakukan oleh Penduduk Negeri bersama Para Pendatang. Tidak sia–sia Pendiri Sibolga memilih kawasan ini menjadi tempat pemukiman sekaligus menjadi benteng pertahanan melawan Penjajah serta menjadikan Negeri ini menjadi perekat Kerukunan antar Ummat beragama yang Damai dalam Pergaulan serta Persaudaraan.

Page 4: Kota Sibolga

Jauh sebelum Sibolga berdiri sudah banyak penduduk yang bermukim disekitar Pantai Barat Sumatera Utara yang lazim disebut daerah pesisir antara lain di Barus, Sorkam, Jago-jago, Singkuang dan Natal, sedangkan dikawasan Teluk Tapian Nauli pemukiman penduduk sudah ada disekitar Pargadungan dan Poriaha.

Masyarakat dari Daerah Batak Toba banyak yang datang ke Daerah Pesisir ini, untuk berdagang secara barter. Mereka membawa hasil pertanian dan hasil hutan, untuk selanjutnya ditukar dengan Garam dan Hasil Laut yang diperoleh mereka dari daerah pesisir. Mereka memikul sendiri barang-barang yang dibawanya, dalam Bahasa Batak disebut “ Marlanja “ sehingga kelompok ini terkenal dengan sebutan “ Parlanja Sira “ ( Tukang pikul Garam ).

Kehidupan ini berlangsung secara rutin dengan rute perjalanan yang ditempuh dari Batak Toba menuju Aek Raisan, sampai ke Rampah masuk ke Poriaha dan ke Pulau Porlak hingga ke Pulau Mursala yang dikenal pada saat itu sebagai tempat memasak Garam. Sekitar tahun 1514 – 1524 terjadi gejolak antara Aceh dengan Batak dibagian Timur Sumatera Utara. Keadaan ini mengundang orang Batak Toba semakin banyak datang ke Pesisir Barat Sumatera Utara, terutama dari Daerah Silindung Tapanuli Utara, rute perjalanan adalah dari daerah Silindung menuju Aek Raisan terus ke Bonandolok menuju Meladolok hingga ke Mela dan sampai di Pulau Poncan.

Makin lama daerah Teluk Tapian Nauli semakin sibuk dan semakin ramai oleh kegiatan jual-beli rempah dan hasil Hutan dengan pedagang dari Eropa. Arab, India dan Cina demikian juga halnya Kapal-kapal Dagang pun semakin banyak singgah di daerah Teluk Tapian Nauli.

Pada saat itulah OMPU DATU HURINJOM HUTAGALUNG dari daerah Silindung membuka pemukiman baru disekitar Simaninggir Bonan Dolok sekitar 10 KM dari sebelah Utara Kota Sibolga yang ada sekarang ini. Dari tempat ini sesuai dengan sebutan namanya Simaninggir (mudah memantau) terlihat pemandangan yang sangat Indah dan sangat Luas ke daerah Laut dan Pantai sehingga sangat mudah untuk memantau keadaan.

Akhirnya daerah ini menjadi tempat persinggahan Parlanja Sira untuk melepaskan lelah dan kadang kala bermalam ditempat ini. Jika Parlanja Sira hendak singga di Simaninggir mereka tidak pernah menyebut tempat itu dengan sebutan nama pemiliknya karena, tabu bagi orang Batak menyebut nama langsung seseorang yang dituakan atau dihormati, melainkan disebut dengan gelar kebesaran atau kehormatan sehingga menyampaikan dengan Kalimat “ BETA HITA SINGGA TU INGANAN NI SI BALGA I “ ( Ayo kita singga ketempat orang Besar itu ).

Hal ini karena perawakan pisik Ompu Datu Hurimjon Hutagalung berbadan besar dan tinggi dengan Kharisma Spritual. Anak-anaknya juga berperawakan yang sama dengan beliau sehingga salah satu anaknya diberi nama Raja Ompu Timbo.

Karena ulah Kolonial Belanda penduduk pribumi melakukan pemberontakan didaerah pesisir Barat Sumatera Utara, dari tahun 1675 – 1678 maka Ompu Datu Hirinjom bersama anaknya Raja Ompu Timbo memindahkan pemukimannya ke MelaDolok kemudian ke daerah lereng dan bukit Simare-mare sehingga rute perjalanan Parlanja Sira beralih dari Silindung menuju Aek Raisan terus ke Simaninggir ke Mela Dolok terus ke Simare-mare menuju Pulo Rembang hingga ke Pulo Poncan, namun demikian julukan Si Balga tetap menjadi sebutan oleh Parlanja Sira apabila ingin melepaskan lelah walaupun pemukiman Ompu Datu Hurinjom bersama anaknya telah berada disekitar Mela Dolok.

Page 5: Kota Sibolga

Karena Persaingan dagang di Teluk Tapian Nauli semakin tinggi maka Raja Luka anak Raja Ompu Timbo mulai mengembangkan wilayah pemukiman ke daerah Pantai disekitar Sungai Aek Doras yaitu kawasan Kantor Pos dan Gedung Nasional yang ada pada saat ini. Keberanian Raja Luka menerobos dan mendorong pengembangan pemukiman kearah pantai dalam situasi komplik disekitar Pantai Teluk Tapian Nauli merupakan lambang keberanian dan kegagahan yang luar biasa, sehingga beliau mendapat julukan Tuanku Dorong. Suatu gelar kehormatan bagi pemimpin yang membela negerinya. Gelar tersebut melekat pada Raja Luka sedangkan pengembangan pemukiman dan wilayah ke arah pantai tetap disebut dengan nama “ Si Balga “ atau SI BOLGA.

Pembukaan secara resmi tempat ini menjadi pemukiman berlangsung pada tanggal 2 April 1700 dan sebagai mana lazimnya orang Batak membuka pemukiman/Kampung yang baru selalu dilengkapi dengan Raja, Pangulima dan Datu.

Nama Sibolga menjadi populer untuk pemukiman baru ini walaupun pernah berobah-obah menurut dialek orang yang mengucapkannya bila orang Batak mengucapkannya SI BALGA atau SI BOLGA, sedangkan orang Pesisir mengucapkannya SIBOGA sementara orang Belanda dan Inggris mengucapkannya SIBOUGAH, sedangkan orang Jepang mengucapkannya dengan SIBARUGA karena orang Jepang susah menyebutkan huruf L.

SIBOLGA DALAM PEMBENAHAN

Pada saat Parlanja Sira dari Batak Toba datang ke wilayah Teluk Tapian Nauli kegiatan perdagangan sudah ada dan berlangsung di Daerah ini berpusat di Pulau Poncan Ketek. Di Pulau inilah tempat berlabuhnya Kapal-kapal Dagang sementara yang menguasai Pulau Poncan silih berganti antara Belanda dan Inggris. Pada Tahun 1755 Inggris mengusir Belanda dari Pulau Poncan Ketek, lalu mendirikan Benteng pertahanan dan Pemerintah Inggris dengan mengangkat seorang Datuk yang bernama DATUK ITAM yang dibawa dari Bengkulu untuk membantu dalam urusan Pasar dan membawahi Pangulu Jambur atau Etnik yang ada di Pulau Poncan. Datuk ini terkenal dengan sebutan Datuk Itam dan dikenal pula dengan sebutan Datuk Pasar, sesuai dengan Jabatannya.

Dalam menata hubungan Raja Sibolga dengan Tetangga John Prince Residen Inggris meminta agar diadakan Perjanjian Bersama antar Raja-raja dengan Residen terutamadalam mengatasi perselisihan, dan penataan Pengembangan Wilayah. Perjanjian ini disebut Perjanjian TIGO BA DUSANAK berlangsung pada tanggal 11 Maret 1815. Perjanjian ini dilakukan antara Raja-raja di Teluk Tapian Nauli dengan Raja-raja di daerah Tetangga. Pada pokoknya isi perjanjian tersebut menyangkut penataan hidup berdampingan antara Raja-Raja di TeLuk. Jika terdapat perselisihan antara Raja dengan Raja, maka Raja yang ketiga menjadi penengah. Kalau terdapat jalan buntu, baru dihadapkan kepada Residen. Perjanjian tersebut adalah menyangkut apabila terjadi perselisihan antara Raja dengan Raja lain, maka Raja yang ke tiga menjadi penengah, dan kalau terdapat jalan buntu baru dihadapkan kepada Residen.

Khusus kepada Raja Sibolga ditugaskan untuk meramaikan Negerinya. Pada dasarnya Perjanjian ini sangat banyak membantu John Prince sebagai Residen terutama dalammengahadapi Penduduk Pribumi tetapi Perjanjian ini juga merupakan langkah awal bagi Raja-raja didaratan melakukan hubungan baik sesama mereka.

Sesuai dengan isi Traktak London 1824 maka pada tanggal 9 Pebruari 1825 Inggris menyerahkan Poncan Ketek kepada Belanda dan selama dalam penguasaan Belandadaerah

Page 6: Kota Sibolga

ini tidak pernah tenteram selalu timbul huruhara di Laut dan di Daratan, karena Penduduk Negeri sering tidak senang dengan perlakuan Belanda.

Untuk membantu perlawanan Penduduk Negeri di Pantai Barat Sumatera Utara Raja Sibolga pernah mendapat bantuan Pasukan dari Anak yang di Pertuan Agung Raja Pagaruyung demikian juga Raja Sibolga pernah mengirimkan anaknya yang bernama Sutan Amir Husin Hutagalung ke Bonjol untuk membantu Panglima Imam Bonjol pada Perang Bonjol melawan Belanda pada tahun 1825 di sana anak Raja Sibolga tersebut mendapat gelar kehormatan dan diangkat sebagai SUTAN SAMAN.

Belanda sangat kewalahan menghadapi berbagai kerusuhan antara lain Perampokan di Laut maupun di Darat yang dilakukan oleh orang yang bernama SI SONGE ( yang menakutkan ) dan puncak malapetaka yang dihadapi Belanda adalah pada tanggal 14 Desember 1829 Marah Sidi melakukan penyergapan Malam ke Poncan Ketek dengan menghancurkan semua pertahanan Belanda di Pulau tersebut.

Akhirnya penduduk berangsur-angsur meninggalkan Poncan Ketek berpindah ke daratan Sibolga dan tahun 1848 Pulau Poncan Ketek di kosongkan dan Pusat Pemeintahan Militer Belanda di Pindahkan ke Sibolga.

Penduduk Sibolga menjadi ramai dengan pendatang baru lahan kering untuk pemukiman sudah habis, untuk mengatasi penyediaan lahan Raja Sibolga menyetujui penimbunan rawa-rawa serta pembuatan parit ke arah Timur dan Selatan Sibolga, lahan baru dimaksud dipersiapkan untuk para pendatang termasuk penduduk yang pindah dari Poncan Ketek.

Hal ini sangat jelas tergambar dari syair yang sangat akrab dikumandangkan dalam Sikambang yang berbunyi :

“ SIBOGA JOLONG BASUSUK BANDA DIGALI URANG RANTAI “

Akhirnya penduduk Sibolga bertambah terus, diramaikan oleh Para Pendatang dari berbagai Suku, Etnik dan Bangsa, maka pada tanggal 1 Maret 1851 dilakukanlah pembinaan Masyarakat oleh Raja Sibolga bersama Conperus Residen Tapanuli yang menyangkut tentang penetapan Adat yang berlaku di Sibolga dan menunjuk Raja Sibolga sebagai Pemangku ADAT, dan penetapan tugas masing-masing Datuk untuk urusan Pasar dan Belasting Pangulu untuk urusan Suku dan Etnis sedangkan Kepala Kuria membawahi Kepala Kampung.

Dalam hal ini sebait Pantun yang lazim dan akrab di telinga orang Pesisir Sibolga yang berbunyi :

“ JANGAN TA KAPAK KAPAK, KINI KAPAK PAMBALAH KAYU

JANGAN TA BATAK BATAK, KINI BATAK ALA JADI MALAYU “

Semenjak itu Sibolga menjadi Pusat Pemerintahan dengan Luas Wilayah yang bervariasi sejak terbentuknya sampai sekarang dan menurut catatan Sejarah Sibolga sebagai tempat Pemukiman tetap menerima beban tugas sebagai Ibu Kota Pusat Pemerintahan.

Etnis yang ada di Kota Sibolga

Kota Sibolga dikenal dengan julukan “Negeri Berbilang Kaum” karena terdiri dari berbagai macam etnis. Terbilang ± 15 (lima belas) etnis yang ada di Kota Sibolga yaitu :

1. Etnis Batak Toba2. Etnis Pesisir

Page 7: Kota Sibolga

3. Etnis Mandailing4. Etnis Minang5. Etnis Jawa6. Etnis Nias7. Etnis Tionghoa8. Etnis Melayu9. Etnis India10. Etnis Simalungun11. Etnis Karo12. Etnis Aceh13. Etnis Angkola14. Etnis Padang Lawas15. Etnis Bugis

Pada umumnya setiap kelompok etnis di Sibolga membentuk perkumpulan yang bertujuan untuk membina kesatuan dan kebersamaan etnis tersebut. Bahkan dalam etnis-etnis tersebut masih ada perkumpulan dibawahnya seperti perkumpulan marga, perkumpulan-perkumpulan daerah asal dan lain-lain. Untuk menjaga keharmonisan hubungan antar etnis dan antar tradisi adat yang berbeda-beda maka dibentuklah Forum Komunikasi Lembaga Adat (FORKALA). Dan khusus untuk etnis Batak telah dibentuk Lembaga Adat Masyarakat Batak Sibolga Tapanuli Tengah (LAMBASA-TT) yang bertujuan untuk pengembangan adat batak di Sibolga Tapanuli Tengah serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan itu.

Kebudayaan di Kota Sibolga

Sejarah dan perkembangan kota dan kemaritiman sangat mewarnai corak kehidupan masyarakat dan kebudayaan Kota Sibolga. Gaya hidup sehari-hari dan pola hubungan antar masyarakat menggambarkan budaya dan norma yang dianut dan diyakini oleh masyarakat. Karena didiami oleh beragam etnis, maka demikian juga kebudayaan yang berkembang di daerah ini, masing-masing membawa budaya dari daerah asalnya dan berpadu di dalam kota ini serta menyesuaikan terhadap kondisi setempat.

Beragam kegiatan seni dan budaya sampai saat ini masih tetap dipertahankan, diantaranya seperti :

Kesenian Sikambang masyarakat pesisir, merupakan kesenian yang memadukan musik, tarian, senandung, pantun yang paling populer di Kota Sibolga, kesenian sikambang ini biasanya dipertunjukkan pada saat upacara pernikahan, penyambutan, dan hari-hari besar.

Mangure Lawik, merupakan acara budaya yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur sekaligus memanjatkan doa untuk kelestarian laut, dilaksanakan ketika nelayan akan memulai musim penangkapan ikan, beragam acara budaya ditampilkan pada kegiatan ini.

Tarian Tor-Tor masyarakat batak, merupakan seni tari khas masyarakat batak yang dipergunakan pada upacara pernikahan, upacara kematian, dan acara adat lainnya

Page 8: Kota Sibolga

Acara Upa-upa, acara yang secara nasional dapat dipersamakan dengan acara tepung tawar, yang intinya sebagai wujud rasa syukur dan saat untuk memanjatkan doa. Biasanya dilaksanakan pada acara pernikahan, dan penyambutan.

Gordang Sambilan masyarakat mandailing, seni musik masyarakat mandailing berupa pertunjukan instrumen gendang yang berjumlah sembilan.

Kesenian Tulo-tulo, merupakan seni tari dari masyarakat nias, biasanya ditampilkan pada hari-hari besar.

Kesenian Barongsai, merupakan kesenian dari masyarakat tionghoa, yang memadukan seni tari dan musik. Ditampilkan bersamaan dengan kebudayaan lain di Kota Sibolga, terutama pada saat Hari Jadi Sibolga.

Kesenian Talempong masyarakat minang, merupakan seni musik dan tari yang dipergunakan pada acara adat, dan hari-hari besar.

Budaya yang berkembang umumnya dapat disaksikan pada berbagai upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti upacara adat, perkawinan, perayaan hari-hari bersejarah, festival, perayaan Hari Jadi Sibolga, dan lain-lain.

Kearifan Lokal Masyarakat Sibolga

Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri. Kota sibolga merupakan kota kecil yang berpenduduk amat padat, sesuai dengan data tahun 2006 Penduduk Kota Sibolga berjumlah 88.717 jiwa (Data BPS Tahun 2006). Tingkat kepadatan Kota Sibolga bahkan pernah masuk tiga besar Asia. Walaupun Kota Sibolga merupakan Kota Pantai, Kota yang diapit oleh Pantai dan Gunung yang menjulang, namun kenyataan menyebutkan bahwa Kota Sibolga tidak didiami oleh mayoritas nelayan, geliat Kota Sibolga benar-benar terbentuk dan bergerak dalam semua sektor usaha formal dan informal yang lebih mengarah pada sektor Jasa. Sibolga dengan semua geliatnya membutuhkan partisifasi Media agar dapat melaju dan berkembang dengan baik dan sempurna. Ada keharusan yang terpajang rapi dan saatnya digunakan sebagai tolak ukur mengakses tujuan keberhasilan pembangunan.

Pakaian Adat

Page 9: Kota Sibolga

Rumah Adat

Musik Tradisional

Pada masyarakat pesisir juga ditemukan instrumen musik yang banyak dipengaruhi dari berbagai etnis, yaitu minangkabau, melayu, dan Aceh. Dalam tradisional pesisir juga ditemukan musik seperti zapin, yaitu musik yang bernuansa ke-Islaman. Juga terdapat jenis kesenian sikambang. Kesenian Sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai Barat Sumatera, mulai dari Meulaboh di Banda Aceh, terus ke Tapanuli, Minangkabau dan Bengkulu. Selain di Pantai Barat, Sikambang juga berlaku di Pantai Timur kepuluan Nias dan Pulau Telo. Kesenian Sikambang yang bagian pokoknya terdiri dari “tari” dan “nyanyi” (seni-tari), mengemban unsur kebudayaan bernafaskan seni budaya. Tidak heran jika Sikambang tetap eksis sejak zaman dahulu kala hingga sekarang pada zaman modernisasi. Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu dan berwujud tari. Sikambang bukanlah akulturasi yang terserap dari kebudayaan tetangga seperti Batak dan Minangkabau, tetapi kesenian warisan peradaban kerajaan pesisir, khususnya dari abad ketujuh masa kejayaan Jayadan dengan ratunya, Puteri Rundu.

Secara keseluruhan nama-nama alat musik Pesisir pada masa kini terkenal sebagai

berikut :

Page 10: Kota Sibolga

1. Gandang Sikambang (membranphone single skin frame drums) berfungsi sebagai mat (tempo)

2. Gandang Batapik (double skin cylindrical drums) 1 mempunyai fungsi sebagai peningkah dari ritme gandang Sikambang.

3. Biola (chordophone macket box lutes) berfungsi sebagai pembawa melodi lagu.4. Singkadu (aerophone) berfungsi sebagai pembawa melodi.5. Carano (sejenis mangkuk, struck Indhiaphone) berfungsi sebagai penentu mat (tempo).

Tarian Tradisional Tari Payung

Pada mulanya masyarakat Indonesia sudah lama mengenal tari payung, terutama masyarakat Melayu Deli dan Minangkabau. Tetapi bagi masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah, tari payung mempunyai kisah tersendiri, bahkan gerak langkahnya pun berbeda dan terasa istimewa. Gerakan tangan dan lentikan jari tangan tidak serupa dengan gerakan pada tari payung dari daerah lain.

Tari Perak-PerakPerak-perak merupakan seubah tarian sekaligus nyanyian. Cirinya adalah senandung seorang ibu yang kemaitain dalam dalam pelayaran. Seorang ibu pergi merantau dengan menompang sebuah perahu layar. Dalam pelayaran nasib malang menimpa mereka. Anak yang dikasihi meninggal di perahu. Menurut ketentuan dunia palyaran si anak harus dikuburkan di laut. Segala daya upaya diusahakan si ibu, agar anaknya dapat dikuburkan di darat. Sambil mengipas-ngipas anak yang meninggal itu si ibu bernaynyi.

Tari Lagu DuoPutri Ruduk senantiasa rindu pada sanak keluarganya serta kampung halaman. Justru itu sifatnya jadi pendiam dan sering termenung. Bila ia sedang duduk di Mahligai (Morsala) berdatanganlah dayang-dayangmenghiburnya sambil bernyanyi dan menari. Adapun salah satu nyanyian yang sangat digermari Puteri adalah “lagu duo” dengan tarian bernama tari lagu duo. Dimainkan dua orang pria dan seorang wanita.

Tari Sikambang Sapu TanganTari Sapu Tangan merupakan tari tradisional Melayu yang berasal dari Sumatra Utara. Tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat Melayu pedesaan dalam keseharian mereka.Tari Sapu Tangan bertempo sedang, yaitu 2/4 namun sedikit lebih cepat. Sesuai dengan lagu pengiringnya, yaitu lagu Cek Minah Sayang, tarian ini pun sering disebut sebagai Cek Minah Sayang. Ragam gerakan dalam tarian ini mirip dengan Tari Kapri dari Tapanuli Tengah atau Tari Kaparinyo dari Minangkabau. Sebagaimana namanya, tarian in menggunakan sapu tangan dari awal hingga akhir.Tarian ini menggambarkan kebiasaan masyarakat, misalnya dalam kegiatan setelah panen. Kegiatan ini penuh dengan rasa kekeluargaan dan memiliki jiwa gotong

Page 11: Kota Sibolga

royong yang tinggi. Nilai-nilai kearifan dan kebiasaan masyarakat Melayu tersebut tercermin pada gerakan-gerakan dalam ragam tarian ini.

Tari DampengTarian ini biasa ditarikan ketika memberangkatkan mempelai pria. Inti syairnya seolah-olah memberi tahu kepada orang banyak bahwa dari rumah itu atau dari kampung sana sedang diberangkatkan seorang raja hendak pergi ke medan perang. Itulah sebabnya mempelai pria dilengkapi dengan pakaian kebesaran raja-raja dan sebilah keris terselip di pingggang. Raja berjalan ditudung dengan payung kuning dan dikawal oleh dua orang hulubalang.

Lagu Tradisional Lagu Sibolga na sun denggan Lagu Tapian Nauli Lagu Kota Sibolga Lagu Sikambang Kapri

Objek Wisata

Dilihat dari sisi kepariwisataan, Kota Sibolga sangat potensial. Daya tarik andalan bagi wisatawan di Kota ini adalah wilayahnya yang kaya akan keindahan alam pegunungan, pulau, dan pantai dengan riak ombak kecil. Berikut adalah objek wisata yang ada di Kota Sibolga :

No.

Nama Objek Wisata Keterangan

1. Tanggo Saratus Tangga Seratus adalah merupakan salah satu situs bersejarah di Kota Sibolga. Pada masa revolusi dulu lokasi ini adalah kawasan strategis karena di Puncak Bukit Tangga Seratus adalah merupakan tempat untuk mengalirkan air bersih ke Kota Sibolga. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung harus terlebih dahulu manapaki tangga yang berjumlah 293 anak tangga. Memang cukup melelahkan untuk sampai ke Puncak Tangga Seratus ini. Pada zaman Belanda saat pertama bangunan ini didirikan tangga ini berbentuk seperti bantalan rel kereta api menjulang ke arah perbukitan.

2. Pantai Ujung SibolgaPantai ini merupakan salah satu objek wisata yang terletak tidak jauhdari jantung Kota Sibolga. Pantai dengan riak ombak yang tidak besar ini menjadikan lokasi ini menjadi tempat yang sesuai bagi keluarga bertamasya atau sekedar menyaksikan indahnya matahari tenggelam di senja hari.

Page 12: Kota Sibolga

3. Pulau SarudikPulau yang hanya berjarak 300 meter dari Kota Sibolga ini merupakan pulau yang telah difungsikan sebagai lokasi perbaikan kapal-kapal/boat penangkap ikan. Lokasi pulau ini sangat potensial dijadikan areal memancing bagi wisatawan yang ingin melepas kepenatan di akhir pekan.

4. Pulau Poncan GadangPulau Poncan Gadang terkenal dengan pantainya yang indah, kejernihan airnya, pasir putih, dan dikelilingi lautan yang tenang dengan beragam jenis ikan hias dan terumbu karang. Di sekeliling pulau ini tumbuh pohon nyiur yang menambah kesejukan. Lokasi dan pantai bagian barat dari pulau ini memiliki panorama laut yang sangat indah. Pulau ini dapat dijangkau sekitar 15 menit dengan menggunakan speed boat dari Sibolga.

5. Pulau Poncan KetekKondisi Pulau Poncan Ketek tidak jauh berbeda dengan Pulau Poncan Gadang, hanya saja area Pulau Pocan Ketek lebih kecil; (ketek = kecil; Gadang = besar). Terletak di samping Pulau Poncan Gadang dan juga dapat dijangkau dengan speed boat.