deskripsi struktur tari payung diiringi musik … · lembar pengesahan deskripsi struktur tari...
TRANSCRIPT
DESKRIPSI STRUKTUR TARI PAYUNG DIIRINGI MUSIK KAPULO PINANG DALAM BUDAYA ETNIK PESISIR DI KOTA SIBOLGA
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
NAMA : YUNITA BATUBARA NIM : 120707002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
DESKRIPSI STRUKTUR TARI PAYUNG DIIRINGI MUSIK KAPULO PINANG DALAM BUDAYA ETNIK PESISIR DI KOTA SIBOLGA
Penelitian untuk Skripsi Sarjana
Dikerjakan Oleh
NAMA : YUNITA BATUBARA NIM : 120707002
Disetujui Oleh : Pembimbing I Pembimbing II
Arifninetrirosa, SST.,M.A Drs.Fadlin,M.A. NIP 196502191994032002 NIP. 196102201989031003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian
Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal : 07 Februari 2017 Hari : Selasa
Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,
Dr. Budi Agustono., M.S, NIP 196008051987031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M,Hum., Ph.D (....................)
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. (....................)
3. Drs. Kumalo Tarigan, M.A (....................)
4. Drs. Fadlin, M. A (....................)
5. Arifninetrirosa,SST., M.A (....................)
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,
Drs, Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajarkan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi
ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Medan, 07 Februari 2017
Yunita Batubara 120707002
i
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Deskripsi struktur Tari Payung diiringi musik Kapulo Pinang dalam budaya etnik Pesisir Sibolga. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur Tari Payung dalam kebudayaan Pesisir Sibolga.
Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat dengan wawancara, studi pustaka (termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisa laboratorium. Penelitian berfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi etmik, namun diimbangi dengan pendekatan informan yang terdiri dari satu budayawan dan pelatih tari. Dalam mendeskripsikan Tari Payung penulis menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996: 164-165), dan untuk mengetahui melodi lagu Kapulo Pinang dimana lagu Kapulo Pinang ini syairnya berupa pantun dan dimainkan dengan alat musik singkadu, gandang sikambang, biola dan akordion penulis menggunakan teori weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P.Malm.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan Tari Payung mempunyai pola gerak dan terdapat 4 ragam tari, dimana masing-masing ragam mempunyai gerakan-gerakan tari yang sama satu sama lain. Tari Payung ini merupakan tarian berpasangan, dalam Tari Payung berbeda gerakan tari laki-laki dengan perempuan karena setiap ragam tari mempunyai arti tertentu.
Kata Kunci: Payung, Kapulo Pinang, Sikambang
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, kemampuan serta rahmat dan karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Deskripsi Struktur Tari Payung
Diiringi Musik Kapulo Pinang Dalam Budaya Etnik Pesisir Di Kota Sibolga”.
Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. Budi Agustono., M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta
jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran selama
penulis menuntut ilmu di Universitas Sumatera Utara ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs.
Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. selaku ketua Departemen Etnomusikologi dan
kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku sekretaris Departemen
Etnomusikologi. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih juga
kepada Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A. selaku dosen pembimbing I dan kepada
Bapak Drs.Fadlin, M.A.selaku dosen pembimbing II, kedua dosen pembimbing
yang baik dan luar biasa ini telah banyak memberikan saran serta semangat
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Begitupun dengan para
Bapak dan Ibu dosen Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Dra. Rithaony
Hutajulu, M.A., Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Dra. Frida Deliana Harahap,
M.si., Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Drs. Perikuten Tarigan, M.A., Drs. Setia
iii
Dermawan Purba, M.Si., Drs. Irwansyah, M.A., Drs. Bebas Sembiring, M.Si.
beserta pegawai di Departemen Etnomusikologi ibu Siti Nurhawani, penulis
mengucapkan banyak terima kasih karena telah turut membantu lancarnya proses
penyelesaian skripsi ini.
Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada kedua orangtua yang penulis cintai, Bapak Syamsul Bahri
Batubara dan Ibu Siti Khodijah Pane yang selalu memberikan semangat, kasih
sayang, dan doa khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih
penulis sampaikan kepada saudara-saudara yang penulis sayangi abang Ari
Pratama Kakak Chairunnisa, Mulahmmad Al-Muhtadi, dan adik Mutiara Sya’ban,
dan seluruh keluarga besar Nenek Jismah, doa dan dukungan kalian sangat
membantu penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga banyak berterima kasih kepada keluarga besar bang Erwin dan
Ibu yang menyambut penulis dengan sangat baik dan dengan tulus membantu dan
memberikan tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian. Secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada Ibu Siti
Zubaidah selaku informan yang sangat berperan penting dalam penulisan skripsi
ini, dan para pemusik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengiringi
tarian yang dipimpin oleh Bapak Syahriman Hutajulu. Begitu pula penulis
ucapkan terima kasih kepada adik-adik penari yang sudah banyak meluangkan
waktunya untuk membantu menarikan Tari Payung sebagai bahan penelitian
penulis,
Ucapan terima kasih pula kepada seluruh teman-teman angkatan 2012,
kepada Mario Sinaga, Jepri Romario, Yomi Harsa dan terkhusus kepada teman-
iv
teman wanita etno 2012 Demala Siagian, Harty Silitonga, Happy Waruwu,
Raudah Jannah, Rahmatika, Intan Amelia yang banyak membantu dan
memberikan saran. Untuk sahabat-sahabat terdekat penulis yaitu Olivia
Hutagalung, Inggrit Sere Hutauruk, Veronika Br. Sitepu, Tety Panjaitan dan Ria
Sihotang yang selama ini banyak berbagi suka maupun duka dengan penulis
selama duduk dibangku kuliah yang sudah banyak memberikan semangat, doa,
dukungan serta telah susah payah membantu pada saat proses penelitian penulis
hingga sampai penyelesaian skrispi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak Yenni Marpaung
sebagai kakak yang mengajari saya menari tradisional yang banyak memberikan
pengalaman, nasehat dan sebagai pembina dalam komunitas tari (Contatra
Etnomusikologi).
Penulis juga mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di
hati dan apabila ada nama yang lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna khususnya
bagi masyarakat Pesisir Sibolga, dan bagi pembaca lainnya yang akan meneliti
lebih lanjut tentang Tari Payung ini.
Medan,07 Februari 2017
Yunita Batubara 120707002
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ............................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Konsep dan Teori .................................................................................... 6 1.4.1 Konsep .......................................................................................... 6 1.4.2 Teori ............................................................................................. 7
1.5 Metode Penelitian ................................................................................... 8 1.5.1 Studi Kepustakaan ......................................................................... 9 1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan .................................................... 10 1.5.2.1 Observasi .......................................................................... 10 1.5.2.2 Wawancara ........................................................................ 11
1.5.3 Kerja Laboratorium ........................................................................ 11 1.6 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 12 BAB II ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PESISIR DI KOTA
SIBOLGA TAPANULI TENGAH 2.1. Sejarah Kota Sibolga Tapanuli Tengah ................................................... 13 2.2. Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi ............................................... 16 2.2.1 Luas Wilayah ................................................................................ 18 2.2.2 Demografi Kota Sibolga ................................................................ 19 2.2.3 Identitas Kultural Etnik Pesisir ...................................................... 20 2.3 Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sibolga Kota ....................................... 23 2.3.1 Mata Pencaharian .......................................................................... 23 2.3.2 Sistem Bahasa ............................................................................... 25 2.3.3 Sisten Religi .................................................................................. 28 2.3.4 Kesenian ....................................................................................... 29 BAB III STRUKTUR PERTUNJUKAN TARI PAYUNG ......................... 33 3.1 Asal Usul Tari Payung ............................................................................ 33 3.2 Jalannya Pertunjukan Tari Payung Dalam Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga ........................................................................................ 34 3.2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................... 35 3.2.2 Pendukung Pertunjukan ................................................................. 36 3.2.2.1 Penari ................................................................................ 36
vi
3.2.2.2 Pemusik............................................................................. 37 3.2.2.3 Penonton ........................................................................... 38 3.2.3 Perlengkapan Pertunjukan ............................................................. 38 3.2.3.1 Kostum dan Properti .......................................................... 38 3.2.3.2 Tata Rias ........................................................................... 42 3.2.4 Alat Musik Yang Digunakan ......................................................... 44 3.2.4.2 Gandang Sikambang ......................................................... 45 3.2.4.3 Biola ................................................................................. 45 3.2.4.4 Akordion ........................................................................... 46 BAB IV DESKRIPSI TARI PAYUNG DAN MUSIK IRINGAN
KAPULO PINANG .................................................................... 47 4.1 Deskripsi Tari Payung ............................................................................. 47 4.1.1 Ragam .......................................................................................... 48 4.1.2 Pola Lantai .................................................................................... 48 4.2 Analisis Musik Iringan ............................................................................ 64 4.2.1 Model Notasi .................................................................................. 65 4.2.2 Melodi Kapulo Pinang dan strukturnya ........................................... 69 4.2.2.1 Tangga Nada (Scale) ......................................................... 75 4.2.2.2 Nada Dasar (Pitch center).................................................. 75 4.2.2.3 Wilayah Nada (Range) ...................................................... 76 4.2.2.4 Jumlah Nada (Frequency of notes) ..................................... 77 4.2.2.5 Jumlah Interval (Prevalent Intervals) ................................. 78 4.2.2.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns) ...................................... 79 4.2.2.7 Formula Melodik (Melodic Formulas) ............................... 79 4.2.2.8 Kontur (Contour)............................................................... 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 83 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 83 5.2 Saran ....................................................................................................... 89
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pertunjukan Tari Payung ............................................. 35 Gambar 3.2 Penari Perempuan ....................................................... 40 Gambar 3.3 Penari Laki-Laki ......................................................... 41 Gambar 3.4 Payung dan Selendang ................................................ 42 Gambar 3.5 Gendang Sikambang ................................................... 45 Gambar 3.6 Biola ........................................................................... 46 Gambar 3.7 Akordion .................................................................... 46
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kecamatan dan Keluharan .......................................... 18 Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Sibolga................................... 20 Tabel 3 Ragam Gerak .............................................................. 49 Tabel 4 Distribusi Nada ........................................................... 77 Tabel 5 Distribusi Interval ....................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat untuk menguasai
alam sekitarnya, dan untuk memenuhi kebutuhannya. Budaya merupakan bagian
dari perilaku yang biasa digambarkan dalam kehidupan manusia. Koentjaraningrat
(1995:25) mengatakan, “Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil kebiasaan
manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapat dengan cara belajar
dan semua itu tersususun dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk nyata
atau wujud dari kebudayaan yang merupakan ide-ide, gagasan, serta hasil karya
manusia adalah kesenian.”
Kesenian adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari budaya. Kesenian
merupakan produk kegiatan yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Kesenian juga dapat menjadi media atau sebagai tempat menyampaikan
keinginan, hasrat, dan tujuan. Kesenian beraneka ragam seperti seni tari, seni
musik, seni rupa, seni pencak silat, seni sastra. Seluruh aspek kesenian ini ada
dalam kegiatan kehidupan sehari-hari masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga sejak mendiami daerah pesisir pantai Barat Sumatera Utara beberapa abad
lalu.
Kesenian etnik Pesisir banyak diketahui oleh masyarakat lain diluar etnik Pesisir
itu sendiri. Banyak orang yang mengetahui bahwa Pesisir identik dengan kesenian
Sikambang. Secara umum masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah
mengartikan Sikambang sebagai salah satu jenis kesenian yang tumbuh dan
berkembang pada masyarakat Pesisir.
2
Sikambang merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan musik
yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari kelompok masyarakat laut atau
nelayan yang menjadi ciri bagi masyarakat pesisir Sibolga. Maksudnya seperti
syair lagu, yang dilantunkan oleh para nelayan ketika berlayar1.
Kesenian Sikambang pada umumnya ditampilkan dalam upacara–upacara adat
pada masyarakat pesisir Sibolga yang dimainkan oleh pemain musik dan penari
Sikambang seperti pada upacara adat perkawinan Pesisir Sibolga. Namun pada
masa sekarang ini, kesenian Sikambang dalam upacara adat perkawinan memakan
biaya yang cukup mahal, sehingga tidak semua upacara adat perkawinan Pesisir
Sibolga memakai kesenian Sikambang.
Perkawinan pada masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah memiliki tata cara
dan aturan pelaksanaannya. Dimulai dari merisik (marisik), pertunangan
(peminangan), malam berinai, akad nikah, makan baradat, resepsi pernikahan
bagala duo baleh, dan acara balik ari2.
Kesenian Sikambang itu terdiri dari berbagai jenis macam tarian dan salah satunya
adalah Tari Payung. Tari Payung menggambarkan atau menceritakan suatu kisah
sepasang suami istri yang baru saja melangsungkan perkawinan, dan pada suatu
ketika suaminya akan meninggalkan istrinya pergi berlayar ke Selat Malaka untuk
1Hasil wawancara dengan ibu Siti Zubaidah sebagai tokoh masyarakat Pesisir di Sibolga (02 februari 2016 di SMP Negeri 1 Sibolga). 2Merisik (marisik) adalah satu kegiatan dari pihak keluarga laik-laki untuk meyelidiki anak wanita yang bakal menjadi calon istrinya.Pertunangan (peminangan) yaitu rombongan pihak laik-laki menuju ke rumah pihak perempuan untuk meminang. Malam berinai yaitu pihak perempuan akan datang mengantarkan inai ke rumah pihak pengantin laki-laki. Akad nikah yaitu merupakan ucapan dari orangtua/wali mempelai wanita untuk menikahkan putrinya kepada calon/mempelai pria.Makan baradat yaitu acara makan bersama. Resepsi pernikahan bagala duo baleh yaitu acara peresmian di rumah pengantin perempuan. Acara balik ari yaitu kegiatan masak-memasak dari pihak perempuan yang kemudian akan diantar kepada pihak laki-laki.
3
mencari nafkah di negeri orang. Hal ini untuk memenuhi tanggung jawab sebagai
suami dengan mempergunakan perahu Pincalang membawa daganganya dari
Pulau Poncan Ketek ke Pulau Pinang Malaysia.
Tari Payung ini ditarikan oleh muda–mudi dengan menggunakan payung sebagai
properti dimana hal ini dimaknai sebagai simbol sebuah perlindungan dari
lelaki/suami terhadap wanita/istri. Tari Payung dapat dikatakan sebagai tarian
yang bersifat hiburan, karena Tari Payung ini dalam pernikahan ditarikan di
malam hari atau pada saat acara malam barinai (berinai).
Tari Payung ini juga diiringi dengan lagu Kapulo Pinang dimana lagu Kapulo
Pinang ini syairnya berupa pantun dan dimainkan dengan alat musik singkadu
yang berfungsi sebagai pembawa melodi, gandang sikambang yang berfungsi
sebagai pengatur tempo, biola sebagai pembawa melodi lagu, dan akordion
sebagai pembawa melodi lagu.
Busana yang dipakai oleh penari adalah busana Melayu pada umumnya.Untuk
penari laki–laki menggunakan busana Teluk Balanga, sedangkan untuk penari
perempuan memakai busana baju kurung yang menunjukkan bahwa penari
berpakaian sopan sesuai syariat Islam.
Tari payung ini pada awal dilakukan dengan posisi duduk bersimpuh menghadap
kepada pengantin. Setelah musik dimulai, saat dentuman gendang pertama, si
penari memberi hormat kepada kedua pengantin seraya berdiri, diawal pantun
penari melangkah kesamping kanan membuat lingkaran, langkah double steve
dengan hitungan delapan. Pada akhir hitungan, atau berada pada posisi semula,
penari melangkah maju membuat seperti semula tetapi arah ke kiri dengan
hitungan yang sama. Diakhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari
4
melangkah maju membuat lingkaran tetapi arah ke depan dengan hitungan
delapan. Setelah kembali ke posisi semula, penari laki-laki yang memegang
payung memindahkan payung dari tangan kanan ke tangan kiri sambil maju
mendekati pasangannya dengan hitungan delapan seraya tangan kanan dijulurkan
kedepan dengan gaya seolah sedang memetik bunga.
Dalam sebuah tarian peranan musik sangat penting, karena bisa dirasakan
kehadiran tari tanpa music terasa hambar dan tidak menarik untuk ditonton.
Berikut beberapa syair Kapulo Pinang yang diyanyikan dalam mengiringi Tari
Payung:
Maule…i Kapulola Pinang….hei… (Ke Pulau Pinang) Ala ka laut belayar Kapulola Pinang…hei… (Kalau berlayar ke Pulau Pinang) Ala ambik aluan, ambik aluan di timur la laut… (Ambil haluan Timur Laut) Ala ambik aluan, undang baya di timur la laut… (Ambil haluan Timur Laut) Adapun maksud dari pantun diatas tujuannya adalah untuk menenangkan dan
meyakinkan istrinya bahwa dirinya akan baik-baik saja dan akan segera pulang
untuk kembali berkumpul bersama.
Agar Tari Payung selalu tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan
Masyarakat Pesisir Kota Sibolga Tapanuli Tengah. Maka pendeskripsian ini
merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan melestarikan keberadaan Tari
Payung. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik dan ingin mengangkat
tarian tersebut menjadi topik penelitian dengan judul “Deskripsi Struktur Tari
Payung Diiringi Musik Kapulo Pinang Dalam Budaya Etnik Pesisir Di Kota
Sibolga”.
5
1.2 Pokok Permasalahan
Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan. Dalam
skripsi ini permasalahan yang akan dibahas meliputi tiga hal sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur Tari Payung yang dipertunjukkan dalam masyarakat
Pesisir Sibolga.
2. Bagaimana struktur iringan Kapulo Pinang yang digunakan untuk mengiringi
Tari Payung Pesisir.
3. Bagaimana bentuk penyajian Tari Payung pada Masyarakat Pesisir Sibolga.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur Tari Payung dalam
kebudayaan Pesisir Sibolga.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur musik iringan Kapulo
Pinang dalam mengiringi Tari Payung.
3. Untuk megetahui dan memahami bagaimana bentuk penyajian Tari Payung
pada Masyarakat Pesisir Sibolga.
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah:
1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin ilmu Etnomusikologi
berkaitan tentang kesenian Sibolga.
6
2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain tentang bentuk
penyajian Tari Payung.
3. Mengembangkan kajian-kajian ilmiah di bidang musik dan tari, yang
dampaknya turut mengembangkan aspek keilmuan dalam disiplin-disiplin
ilmu seni.
4. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di
Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala.
Konsep merupakan definisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara
variabel-variabel mana yang kita lingkar untuk menentukan hubungan empiris
(Mely G. Tan 1992:21). Tari merupakan sebuah karya yang di bentuk dari
gabungan beberapa seni seperti seni sastra, seni musik, dan seni rupa.Corrie
Hartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh dan
ruang”. Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah ekspresi jiwa yang
diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah”.
Dalam Tari Payung ini digambarkan tentang sebuah tanggung jawab sang suami
yang terpaksa meninggalkan istri dalam keadaan hamil untuk pergi mencari
nafkah ke negeri orang. Suatu pagi suami berpamitan kepada istri untuk berlayar
merantau dan belum tentu kembali dalam seminggu atau sebulan nun jauh ke
seberang lautan. Sang istri mengantarkan suami sampai ke pinggir pantai.
7
Deskrispi adalah segala sesuatu yang kita lihat maupun kita dengar dalam suatu
penelitian dan ditulis kedalam sebuah tulisan. Yang dimaksudkan bentuk iringan
musik dalam penulisan ini adalah setiap babak atau tahapan-tahapan dari
polagerak dan musik yang dilakukan mulai dari pola ritem, alat musik yang
dimainkan, tangga nada, melodi, harmoni, nyanyian yang dihubungkan dengan
tari, dan lain sebagainya.
1.4.2 Teori
Teori adalah sebagai kerangka penulisan dalam suatu penelitian.Adapun teori-
teori yang dituliskan dalam penulisan ini adalah melalui kajian dan studi
kepustakaan berupa dari buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan
(relevan) serta mendukung masalah penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan atau pedoman dalam melaksanakan masalah-masalah yang muncul dalam
penelitian.
Dalam mendeskripsikan Tari Payung penulis juga menggunakan teori Milton
Siger (MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu
memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara
kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6)
tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya.
Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari, ditambah
dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya
merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik,
1990:23).
8
Musik dan tari adalah salah satu perpaduan yang sempurna untuk menghasilkan
suatu tarian ataupun pertunjukan yang harmonis. Apalagi di dalam Tari Payung
sendiri musik dan gerak tari berkaitan satu sama lain dimana ritem pada musik
merupakan hitungan gerak dalam tari.
Untuk mengetahui melodi lagu Kapulo Pinang penulis menggunakan teori
weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P.
Malm(Malm dalam terjemahan Takari 1995:15). Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (a) tangga nada, (b) nada dasar (pitch
center), (c) wilayah nada, (d) jumlah nada-nada, (e) jumlah interval, (f) pola
kadensa, (g) formula melodi, dan (h) kontur.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti Tari Payung dalam masyarakat
Pesisir di Kota Sibolga, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang
mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan
peristilahannya.”
Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum
kelapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap
penelitian lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang
diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri.Dalam bagian ini disusun
9
rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih
informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.
Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan peneliti mengumpulkan data
semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu
Handycam merk Sony, kamera digital merk Canon, catatan lapangan, dan
pengamatan secara langsung.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang
dalampelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari.
Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang
khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan
wawancara biasanya berlangsung lama.
Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah
terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan
sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori.Dan sebagai hasil akhir dari
menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan
skripsi.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk melengkapi pengumpulan data penulis mencari informasi melalui literatur-
literatur yang dapat membantu proses pemecahan masalah dalam penulisan skripsi
ini. Literatur ini dapat berupa buku-buku, skripsi, jurnal maupun bacaan yang
berhubungan dengan penulisan judul skripsi ini. Tujuan dari studi kepustakaan ini
adalah untuk mendapatkan teori-teori, konsep dan lainnya. Selanjutnya hasil yang
10
di dapat dalam studi kepustakaan ini akan dijadikan sebagai tambahan informasi
dan referensi.
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
1.5.2.1 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang termasuk dalam pengumpulan data di
lapangan. Obeservasi dilakukan untuk melihat langsung acara yang akan di teliti
sehingga dapat menghasilkan data sesuai dengan apa yang dilihat dan
didengar.Menurut Soehartono (1995:69) mengatakan bahwa, obeservasi atau
pengamatan dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan
menggunakan indera penglihatan, yang berarti juga tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.
Kemudian pendapat ini di perkuat lagi dengan pendapat Muhammad Ali
(1987:25) yang mengatakan bahwa: “Observasi adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak
menggunakan teknik yang disebut dengan pengamatan.”
Berdasarkan teori yang penulis kutip di atas, penulis mengumpulkan informasi
yang diperlukan dengan cara mengamati subjek penelitian, misalnya proses
berjalannya Tari Payung, sarana dan prasana yang diperlukan dan masalah yang
berhubungan dengan pokok permasalahan dan pengamatan.
11
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian
mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan
dari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat
(1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan
wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan
wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara
sambil lalu.
Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu
tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil
lalu,sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data,
penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar
pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Setelah semua data dikumpulkan baik itu dalam perekaman, catatan dan
sebagainya penulis akan mengolahnya dalam kerja laboratorium yaitu melakukan
transkripsi pada ritem musik. Hal ini dilakukan sebagai pendokumentasian tertulis
dari sebuah penelitian.
Terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) dalam
mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, yaitu (1) kita dapat
menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan
12
cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu
mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua pendekataan di atas penulis lebih
mengacu kepada pendekatan kedua. Penulis juga akan melakukan transkripsi
untuk menuliskan musik iringan yang digunakan dalam proses pertunjukan Tari
Payung. Transkripsi adalah proses pemindahan bunyi yang di dengar dan
menuliskannya di atas kertas dalam bentuk notasi.
1.6 Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitian, penulis memilih daerah Kecamatan Sibolga Selatan,
karena di Kota ini masih ditemukan upacara yang menyajikan Tari Payung, yang
merupakan objek penelitian penulis. Dengan melibatkan Sanggar Melati Putih di
Kabupaten Tapanuli Tengah Sibolga Selatan Jalan Sisingamangaraja simpang
Jalan Bangau.
13
BAB II
ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PESISIR DI KOTA SIBOLGA TAPANULI TENGAH
Bab II ini akan menguraikan tentang keadaan lingkungan masyarakat Pesisir
Sibolga di kecamatan Sibolga Selatan seperti lokasi lingkunga alam dan
demografi, asal-usul masyarakat Pesisir sibolga, mata pencaharian, sistem agama
dan kepercayaan, sistem kekerabatan, sistem bahasa dan sistem kesenian. Hal-hal
tersebut menurut penulis juga penting untuk diuraikan, karena selain untuk
mengenalkan daerah penelitian penulis kepada pembaca.
2.1 Sejarah kota Sibolga Tapanuli Tengah
Suku Pesisir adalah salah satu suku yang terdapat di provinsi Sumatera Utara yang
tepatnya di Tapanuli Tengah Pesisir Sibolga, namun suku Pesisir ini adalah
gabungan dari beberapa suku yang telah menetap lama di Sibolga yang melakukan
perkawinan disana dengan suku yang berbeda, sebab dahulu banyak sekali
nelayan atau pelaut yang singgah di tempat tersebut, dan menetap disana. maka
dari itu suku Pesisir tidak lagi suku yang bisa dikatakan asli. Kata Pesisir itu
sendiri berarti “penumpang” (Menurut Bapak Syariman Irawadi Hutajulu).Sampai
saat ini sangat sulit mendeteksi penduduk asli Pesisir Sibolga.
Sebelum Sibolga terbentuk teluk Tapian Nauli merupakan salah satu tempat yang
ramai dengan aktivitas perdangangan, hal tersebut diketahui pada catatan pelawat
islam pada abab ke-7 dan Portugis di abab ke-16, dimana teluk Tapian Nauli,
14
merupakan salah satu pintu masuk perdangangan yang pertama di Pantai Barat
Sumatera Utara yang berpelabuhan di Barus.3
Tengku Luckman Sinar dalam tulisannya yang berjudul “lintasan sejarah
Sibolga dan pantai Barat Sumatera Utara” (1981). Beliau menyampaikan tentang
kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu telah mengalami interaksi antara
masyarakat di Pesisir pantai teluk Tapian Nauli denggan orang-orang yang tinggal
di pedalam yang sangat membutuhkan bahan-bahan yang hanyat dapat diperoleh
dari Pesisir pantai, sistem perdangangan yang digunakan dengan melakukan barter
dengan hasil hutan yang mereka dapatkan. Hal tersebut sering dilakukan oleh
“Parlanja”4 atau disebut juga pedagang, dan makin banyak orang hilir mudik, dan
menetap dipesisir pantai.
Awalnya berdirinya kota Sibolga dimulai dari bukunya kampung oleh
Ompu Datu Horinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di
Simaninggir tersebut berada di gunung dekat teluk Tapian Nauli. Oleh para
“parlanja” atau pedagang tempat ini dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika
hendak menuju daerah Pesisir pantai ataupun sesudah kembali dari daerah Pesisir
pantai sebelum kembali ke daerahnya.
Kawasan Teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdangangan secara paksa
antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. Oleh
karena itu Ompu Datu Horinjo memindahkan pemukiman mendekati teluk, yaitu
di Simare-mare (salah satu daerah di Kecamatan Sibolga Kota) dan terus
3 Tengku Luckman Sinar, SH Lintas Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara, Harian Waspada 13 Juni 1981 4 Pengertian Parlanja adalah orang yang membawa barang dengan pikulan dan melakukan kegiatan barter dalam melakukan transaksi
15
melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdangan di
teluk Tapian Nauli.
Pada tanggal 13 Maret 1815 pihak Inggris mengadakan suatu ikatan
perjanjian persahabatan dengan Datuk-Datuk di Teluk Tapian Nauli dengan istilah
“Batigo Badusanak”. Raja Sibolga serta Datuk-Datuk yang berada pada pulau-
pulau kecil disekitar teluk Tapian Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan
Poncang Gadang (besar) yang saat itu tunduk di bawah Kekuasaaan Inggris dan di
sanalah Inggris mendirikan Benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince
sebagai residennya.
Menurut Tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset seorang
pembesar Belanda EB. Kielstra: dalam periode 1833-1842 pemerintahan asisten
Resideni Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras. Sibolga menjadi ramai,
meskipun dikelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk suku Batak yang sudah
beragama Islam sudah menjadi “Pesisir” dengan adat sendiri yang spesifik.
Wilayah selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membukan jalan
dari Sibolga hingga portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat
sudah meningkat menjadi “Gouvement” (propinsi) dan Tapanuli menjadi salah
satu Residennya. Pada tanggal 7 Desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi
Ibukota Residen Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Afdelinghoof (kepala
daerah).5
Wilayah yang termaksud afdelinghoof Sibolga ialah: Sibolga, Tapian
Nauli, Badiri, Sarudik, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau-pulau kecil di depan teluk
5 Dikutip dari skripsi sarjana “ Fungsi dan Struktur Tari Anak yang Diiringi Musik Sikambang Dalam Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, Kecamatan Sibolga Kota. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
16
Tapian Nauli, yang mana setiap daerah dikepalai oleh seorang Districhoof
(Demang). Pada tahun 1947, A.M. Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah
Sibolga di waktu jabatan Beliau ini Sibolga dibentuk menjadi daerah otonom
tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N. R. I (Negara
Republik Indonesia) tanggal 29 November 1946 Nomor 999, selaku relisasi dari
surat keputusan Gubenur Sumatera Utara N. R. I tanggal 17 Mei 1946 no. 103,
dan kota otonom Sibolga itu dipimpin seorang Walikota yang dirangkakan kepada
Bupati Tapanuli Tengah.6
2.2 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi
Etnografi merupakan suatu deskripsi mengenai lokasi suatu bangsa disuatu lokasi
tertentu, suatu wilayah geografis dan administatif suatu bangsa, lingkungan alam dan
demografi serta sejarah asal mula suatu suku bangsa. Menyangkut hal ini Fetterman
mengungkapkan “ethnography is the science o f describing a group of culture”
yang artinya adalah “etnografi bukan hanya sekedar ilmu melainkan seni tentang
pendeskripsian suatu bangsa (Fetterman 1989:11).
Kota Sibolga merupakan daerah yang terletak di wilayah Pesisir Pantai Barat
Sumatera Utara. Menurut Sogiarto dan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan, pesisir itu adalah wilayah pertemuan antara darat dan laut dimana
ekosistem darat dan laut saling berinteraksi, ke arah darat meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
6 Dalam tulisan Prof M Solly Lubis, SH. “ Sibolga dan Sekeping Sejarahnya” dalam buku hari jadi Sibolga, Pemlo Sibolga, 1998. 16:111.
17
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kota Sibolga berjarak lebih kurang 340 km dari Kota Medan, ibukota Provinsi
Sumatera Utara. Posisinya berada pada sisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap
ke arah Samudera Hindia. Seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten
Tapanuli Tengah di sebelah Timur, Selatan, dan Utara. Sebelah Barat berbatasan
dengan Samudera Hindia. Secara geografis, wilayah Kota Sibolga terletak terletak
antara 1º 42'-1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' - 98º 48' Bujur Timur.
Wilayah Kota Sibolga berdiri di atas daratan pantai, lereng, dan pegunungan di
mana sebagian besar penduduknya bermukim di dataran pantai yang rendah.
Bentuk Kota Sibolga memanjang dari Utara ke Selatan mengikuti garis pantai.
Sebelah Timurnya terdiri dari gunung, sebelah Barat terdiri dari lautan. Lebar kota
ini berjarak lebih kurang 500 meter dari garis pantai ke pegunungan sedangkan
panjangnya adalah 8.520 km. Keadaan alamnya relatif kurang beraturan,
kemiringan (lereng) lahan bervariasi antara 0-2 % sampai dengan 40%. Sebagian
besar (69%) wilayah kota madya ini merupakan perairan dan pulau-pulau yang
tersebar di Teluk Tapian Nauli. Sisanya merupakan dataran bekas rawa di dataran
pantai Sumatera yang ditimbun membujur dari Barat Laut ke Tenggara dengan
ukuran 5,6 kali 0,5 km.
Dataran ini merupakan tempat pemukiman penduduk. Beberapa pulau yang
tersebar di sekitar teluk Tapian Nauli yang termasuk ke dalam wilayah
administratif Kota Sibolga adalah pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek,
Pulau Sarudik, dan pulau Panjang. Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yang
berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan terletak pada ketinggian di
18
atas permukaan laut berkisar antara 0 - 150 meter. Wilayah ini memiliki iklim
yang cukup panas sekitar 21,6°C-32°C, sementara curah hujannya cenderung
tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
November dengan jumlah sekitar 798 mm. Sedangkan hujan terbanyak terjadi
pada bulan Desember selama 26 hari.7
2.2.1 Luas Wilayah
Kota Sibolga merupakan wilayah yang cukup sempit dengan cakupan wilayah
daratan seluas 1077 ha. Cakupan wilayah ini terdiri dari 889,16 ha (82,5%)
daratan, 187,84 ha (17,44%) daratan kepulauan. Wilayah lautannya memiliki luas
sekitar 2.171,6 ha, secara administratif daerah ini terdiri dari empat kecamatan.
Berdasarkan data wilayah BPS Kota Sibolga tahun 2012, Kota Sibolga terdiri dari
empat kecamatan dengan 17 kelurahan dan 68 lingkungan.
Tabel 1.
Kecamatan dan Kelurahan Kota Sibolga
No Kecamatan Kelurahan Banyak Lingkungan
1. Sibolga Utara Sibolga Ilir 4
Sibolga Nauli 5
Huta Tonga-tonga 4
Huta Barangan 3
Simare-mare 4
2. Sibolga Kota Kota Baringin 4
Pasar Baru 4
7 Dikutip dari situs: www.sibolgakota.go.id
19
Pasar Belakang 4
Pancuran Gerobak 4
3. Sibolga Selatan Aek habil 4
Aek Manis 4
Aek Perombuan 4
Aek Muara Pinang 4
4. Sibolga Sambas Pancuran Dewa 4
Pancuran Bambu 4
Pancuran Pinang 4
Pancuran Kerambi 4
Sumber: bspsibolga//sumut.bps.go.ig/sibolga
Kecamatan Sibolga Selatan penulis melakukan penelitian tentang Tari Payung
yang berada di kelurahan Aek Habil, disinilah terdapat kesenian Tari Payung,
yang memiliki sanggar dan dipertunjunkan dalam acara-acara besar pemerintahan
kota Sibolga Selatan.
2.2.2 Demografi Kota Sibolga
Jumlah penduduk Kota Sibolga menurut catatan biro pusat statistic kota
Sibolga yang dikeluarkan oleh Kantor BPS Sibolga untuk Laporan tahun 2010,
dengan data laporan tahun 2009, terlihat bahwa jumlah penduduk Sibolga adalah
96.341 jiwa dengan luas wilayah daerah 10,77 Km2 dengan rata-rata pertumbuhan
penduduk 1,99 pertahun.
20
Tabel 2
Jumlah penduduk Kota Sibolga
Kota Sensus Penduduk (population cencus)
Tahun
1990
Tahun
2000
Tahun
2006
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
Sibolga 71.895 82.310 91.941 93.207 94.614 96.341
Sumber: bspsibolga//sumut.bps.go.ig/sibolga
Sibolga dikenal dengan semboyan “Negeri berbilang kaum”, hal ini dapat
dibuktikan dengan keanekaragaman suku di dalam daerah ini. Keempat
kecamatan ini dihuni oleh berbagai suku, antara lain Suku Melayu 2.382 jiwa,
Karo 425 jiwa, Simalungun 295 jiwa, Toba 45.695 jiwa, Mandailing 4.612 jiwa,
Pakpak 164 jiwa, Nias 6.293 jiwa, Jawa 5.283 jiwa, Minang 8.793 jiwa, Cina
3.496 jiwa, Aceh 2.613 jiwa, dan suku lainnya 1.690 jiwa. Total keseluruhan
berjumlah 81.699 jiwa (Hasil Sensus Dinas Kependudukan Kota Sibolga Tahun
2000).
2.2.3 Identitas Kultural Etnik Pesisir
Etnik Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah merupakan salah satu kelompok
masyarakat yang awal keberadaanya sebagai suatu etnik yang berada di Pesisir
Pantai Barat Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Sumatera Utara, dimana
kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang panjang sebagai suatu etnik
tersendiri yaitu “etnik Pesisir”.
Sejarah paling panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan
dan terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui
21
beberapa situasi kejadian tersebut seperti: kelahiran, kematian, penjajahan
(colonisasi). Perang kejadian bencana alam dan perpindahan penduduk, salah
satunya adalah terjadinya peperangan antara Aceh dengan kelompok masyarakat
Batak 1523 sehingga banyak penduduk yang membuka pemukiman baru di
wilayah Barat8. Perang Monjo (Bonjol) tahun 1700 orang Batak dari silindung
berangsur-ansur menyebar ke arah pantai Sumatera Barat adalah keturunan dari
marga Hutagalung yang kemudian membuka perkampungan di sekitar aliran aek
Doras, yang mana kemudian masyarakat Silindung tersebut berkembang dan
membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur dan dipimpin oleh Kepala
Kuria/Raja. Lambat laun keadaan daerah yang berbaur di daerah tersebut, seperti
kelompok masyarakat dari etnik Mandailing, etnik Angkola, dan Minang.
Dalam perkembangnya beberapa kelompok masyarakat tersebut kemudian
menyesuaikan kebudayaan masing-masing yang memiliki persamaan maupun
perbedaan yang telah dibandingkan untuk membentuk suatu etnik dan
pemeliharaan, batas-batas kesamaan yang ada pada dua atau lebih kelompok
masyarakat tersebut, kemudian atas kesepakatan bersama disatukan menjadi etnik.
Terjadinya proses tersebut dapat dilihat dari ciri yang memiliki individu
(manusia). Etnik Pesisir dimana sebagian masyarakatnya masih menggunakan
marga baik itu marga Toba maupun Mandailing, dalam kenyataan memang marga
tersebut bukanlah suatu hal yang mutlak sebagai ketentuan di dalam Adat
Sumando9 Pesisir. Setiap anggota kelompok tertentu yang melakukan migrasi,
8 Batak dulu dan sekarang W.Simanjuntak 1961:14, dikutip dari skripsi Chandra C. Prawira, 2011. Kajian organologi Singkadu Alat musik Tiup Pesisir Sibolga Buatan Bapak Karidum, medan. 9 Adat Sumando adalah pertambahan atau pencampuran satu keluarga lain yang seagama, yang diikat dengan tali pernikahan menurut hukum dan disyahkan dengan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disyahkan dengan suatu acara di adat Pesisir.
22
sering terjadi keadaan di mana mereka tercabut dari akar budaya etniknya karena
menagdopsi nilai-nilai baru. Akan tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai
anggota etnik yang sama dengan orangtuanya (keturunan dan pertalian darah) dan
juga tetap diakui sebagai kelompok etniknya.
Etnik Pesisir yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera Utara ini dalam
proses sebagai suatu etnik tidak terlepas dari proses asimilasi10 dengan beberapa
kelompok masyarakat di luar letak geografisnya11, seperti etnis Batak Toba, etnik
Minang dan etnik Minang dan etnik Mandailing yang dalam perkembangnya
menjadi suatu etnik yang berbeda secara budaya dan adat dengan beberapa
kelompok etnis masyarakat di sekitarnya.
Mengenai hal tersebut Koentjaraningrat menyampaikan “Kesatuan
Kebudayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh
seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, melainkan oleh warga
kebudayaan bersangkutan itu sendiri. Seperti contoh kebudayaan Sunda yang
memiliki kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan kebudayaan Jawa, atau
Benten, ataupun dengan Bali, bukan karena ada penelitian-penelitian luar yang
telah menentukan kebudayaan Sunda itu sendiri, tetapi karena orang-orang Sunda
sendiri sadar bahwa diantara mereka ada keberagaman mengenai kebudayaan
10 Asimilasi adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongangolongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya sehinga lambat laun membentuk suatu kebudayaan yang baru (budaya camouran). 11 Letak Geografisnya adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataan di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografisnya ditentukan pula oleh segi astronomi, geologis, fisiografis, dan sosial budaya.
23
mereka, sehingga membuat kebudayaan Sunda memiliki kepribadian dan identitas
khusus yang berbeda dengan kebudayaaan tetangga-tetangganya.12
2.3 Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sibolga Kota
Kota Sibolga merupakan daerah Otonomi Tingkat II yang dipimpin oleh
seorang Walikota. Pada tahun 2002 berdasarkan SK Walikota Sibolga, Kota
Sibolga dibagi menjadi 4 Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Sibolga Utara
2. Kecamatan Sibolga Kota
3. Kecamatan Sibolga Selatan, dan
4. Kecamatan Sibolga Sambas
Sesuai dengan lokasi penelitian yang ditetapkan oleh penulis, maka
Kecamatan Sibolga Kota adalah lokasi yang tepat, karena hampir semua
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sibolga kota ini adalah orang-orang Pesisir
dan masih memakai kesenian Sikambang dalam acara-acara mereka terutama
acara adat perkawinan, walaupun tidak semua dikarena biayanya yang cukup
mahal.
2.3.1 Mata Pencaharian
Masyarakat Suku Pesisir sebagai penduduk asli di kawasan Pesisir Pantai
Barat Sumatera Utara mempunyai mata pencaharian sebagai Nelayan, Petani,
Pedagang, Pegawai Negeri, ABRI, Buruh, Pengerajin, Penarik Becak, dan lain-
12 Koenjaraningrat Pengantar Ilmu Antroplogi 1979:264
24
lain.Sesuai dengan alam pantai, tentunya sebagai besar mata pencaharian
penduduknya adalah sebagai nelayan.
Namun perlu kita ketahui bahwa dulunya masyarakat Sibolga juga
memiliki karya seni kerajinan tenun Kain Pelekat dan Selendang Madura serta
Kendang-kendang Suji Malako yang sampai sekarang masih dikenal walaupun
tidak seperti dahulu kala. Selembang Maduara merupakan suatu kebanggaan dan
tradisi yang telah di adatkan apabila pengantin baru wanita (Anak Daro)
berkunjung ke rumah mertuanya maka pengantin wanita tersebut dipakaikan
kepada pengantin wanita sebagai penutup dada, sebagai bagian dari pakaian adat
yang dipakai wanita bernama sanggu Gadang ketika berlangsungnya peresmian
perkawinan.
Berikut merupakan beberapa jenis nelayan serta cara menangkap ikan:
a) Nelayan Pamukek
Nelayan Pamukek adalah yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap
ikan di laut, yang digerakkan oleh mesin maupun tenaga manusia untuk menarik
jaring dan mengankat ikann tangkapannya.
b) Nelayan Penjaring
Nelayan yang pekerjaanya menangkap ikan di laut dengan mempergunakan jaring
yang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama-sama baik ditengah laut
maupun di tepi pantai.
c) Pukek Tari
Nelayan yang pekerjaanya menangkap ikan dengan pukat si tepi pantai dengan
mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejauhan 1 km dari pantai
25
bersama-sama dan biasanya para Nelaya Pamuge akan membeli ikan yang telah
siap dipasarkan kepada masyarakat di tempat penangkapan ikan.
d) Nelayan Pamuge
Nelayan Pamuge adalah nelayan yang pekerjaanya membeli ikan dari nelayan di
tengah laut, dari para nelayan penjaring atau nelayan yang menangkap ikan di
tengah laut.
e) Nelayan Paralo-along/Parlanja
Nelayan Paralon galong dan parlanja adalah nelayan yang pekerjaanya membeli
ikan dari para Nelayan Pamuge di tepi pantai dan para nelayan paralong-
alongh/parlanja menjajakan ikan kepada masyarakat dalam kampung.
f) Nelayan Panjamu
Nelayan Panjamu adalah nelayan yang pekerjaanya hanya menjemur ikan yang
telah dibelinya dari nelayan penjaring dan kemudian setelah ikan kering maka
akan dijual kepada nelayan pagudang (orang yang membeli ikan yang sudah
kering untuk dipasarkan ke daerah lain).
g) Nelayan Pagudang
Nelayan Pagudang adalah nelayan yang pekerjaannya sebagai pembeli ikan yang
sudah dijemur oleh nelayan panjamu untuk dikumpulkan ditempat pergudangan
dan dijual kepada para pedagang iak di luar kota Sibolga.
2.3.2. Sistem Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan keinginan dan maksud
seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara dan lambang antara lain dengan
26
tulisan, lisan, isyarat dan gerakan yang mungkin di mungkin dimengerti orang
lain.
Bahasa Pesisir merupakan bahasa yang dipakai masyarakat Pesisir Sibolga
dalam berintaraksi antara sesamanya, bahasa Pesisir merupakan pecampuran
bahasa dari daerah lain di luar daerah Pesisir Sibolga, seperti bahasa Minang dan
Batak walaupun bahasa Pesisir mempunyai persamaan kalimat dengan daerah
lain, namun fungsi dan penempatannya sangat berbeda menurut artinya perkataan:
Kau kata ini hanya digunakan sebagai kata panggilan bagi orang yang
berkelamin perempuan dan tidak berlaku untuk laki-laki.
Ang khusus dipakai untuk panggilan kepada laki-laki.
Ta’uti khusus kepada Kakak ipar.
Ta’ajo khusus kepada Abang ipar.
Uci merupakan panggilan kepada Nenek
Angku merupakan panggilan kepada Kakek.
Aya merupakan panggilan kepada Ayah kandung.
Umak merupakan panggilan kepada Ibu kandung.
Ambo dalam bahasa pesisir Sibolga dipakai kata yang menyatakan Saya atau
Aku.
Munak untuk menyatakan orang kedua dan orang ketiga tunggal.
Bahasa Pesisir Sibolga sendiri terdapat beberapa kosa kata yang digunakan
untuk menyatakan waktu seperti kata Nanti atau Besok di dalam bahasa Pesisir
Sibolga kata tersebut dinyatakan melalui kata be’ko sebagai kata menyatakan
Nanti dan kata Barisuk untuk menyatakan Besok, kata Kapatang dalam bahasa
Pesisir kata ini digunakan untuk menyatakan Kemarin dan kata Sabanta yang
27
memiliki arti Sebentar. Sedangkan untuk menyatakan suatu bentuk dalam bahasa
Pesisir Sibolga menggunakan kata-kata seperti kata kepeng untuk menyatakan
uang kata ini memiliki persamaan dengan kata Hepeng dalam bahasa Batak. Kata
lain yang sering digunakan kata Gadang untuk menyatakan Besar dan kata Ketek
untuk menyatakan Kecil, dimana dalam hal ini kata Gadang dan Ketek ini juga
digunakan oleh masyarakat Minang untuk menyatakan Ruang dan Bentuk.
Dalam bahasa Pesisir sibolga terdapat beberapa kata yang dipakai untuk
menyatakan Parange13, seperti kata Jahek dan Songe untuk menyatakan sifat jahat
dan Songe untuk menyatakan rupa buruk, kata Rancak untuk menyatakan rupa
Cantik. Dalam keberadaannya bahasa Pesisir ini lebih dominan dipakai oleh
masyarakat Sibolga yang berdomisili di daerah Sibolga bagian Selatan, bagian
Utara, dan Sibolga sambas di mana di daerah tersebut masyarakat mayoritas
adalah masyarakat dengan mata pencaharian nelayan, yang mana dalam
bersosialisasi sehari-hari selalu meggunakan bahasa Pesisir ini.
Beberapa kalimat dalam bahasa Pesisir :
1. Kamarin ambo ala pai karuma Ta’uti nandak manyalasekan utang-piutang
kitotu, tapi katonyo diamisuk sajola karano inyo nandak pai pulo ka siboga.
2. Ala dikecekkan Uci kadimunak, jangan bamain juo disanjo barebuktu baiko
tasapo, tapi munak indak picayo, kiniko rasaila.
Artinya :
1. Kemarin saya sudah pergi kerumah kakak ipar untuk menyelesaikan hutang
piutang kita, tapi katanya dua hari lagilah karena dia mau pergi ke Sibolga.
13 Parange dalam bahasa Sibolga adalah memiliki arti kata Sifat.
28
2. Sudah dikatakan Nenek kepada kalian, jangan bermain juga diwaktu senja
menjelang Magrib, nanti kalian keteguran, tapi kalian tidak percaya, sekarang
rasakanlah.
2.3.3 Sistem Religi
Selain dari keberagaman etnis, kota Sibolga juga memiliki keberagaman agama
yang dianut masyarakat, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro stasistik kota
Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam
yang mencapai 47,763 jiwa atau sekitar 58,46% dari total penduduk Sibolga, dana
agama Kristen Protestan sekitar 26,436 jiwa atau sekitar 32,36%, Budha 300 jiwa,
Hindu 115 jiwa dan penganut agama kepercayaan sekitar 0,1%.14
Sekitar tahun 1858 masyarakat Kuria Sibolga masih menganut
kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan orang-orang yang tinggal di
pulau-pulai sekitar Teluk Tapian Nauli sudah beragama Islam, yang masuk
melalui pantai Barus orang-orang yang tinggal di kepulauan sekitar Teluk Tapian
Nauli menyebut orang-orang yang tinggal di Kuria Sibolga dengan sebutan “orang
topi” (orang-orang darat yang masih parbegu15). Setelah tahun 1680 orang-orang
yang ada di Karunia mulai memeluk agama Islam dan mengikat perkawinan
dengan keluarga Datuk Pasar (Datuk yang mengepalai pualu-pulau kecil di sekitar
teluk Tapian Nauli ) dan mulai mempergunakan adat Sumando.
14 Sumber bps sibolga http//sumutbps.go.id.sibolga. 15 Parbegu adalah kepecayaan kepada roh-roh.
29
2.3.4 Kesenian
Seni budaya zaman dahulu seperti Tari, Nyanyi, Pantun Rande dan Talibun
maupun Teater, Puisi, Seni Bela Diri, Pencak Silat dan lain-lain di Sibolga
Tapanuli Tengah Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara merupakan gayung
bersambut dengan menunjukkan kepribadian dari masyarakat etnis Pesisir yang
mempunyai perasaan lembut.
Kesenian Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dikenal dengan nama Sikambang16
yang mempunyai ciri khas tersendiri naik dalam bentuk alat musik, irama,
maupun lirik lagunya. Kesenian Sikambang pada umunya ditampilkan dalam
upacara-upacara adat di masyarakat Pesisir Sibolga yang dimainkan oleh Anak
Alek17. Salah satu upacara-upacara yang dijadikan sarana pertunjukan kesenian
Sikambang adalah upacara pernikahan. Dalam Sikambang itu sendiri dalam setiap
penyajian selalu diiringi Nyayian.
Beberapa Tarian Tradisional masyarakat Pesisir dalam hal ini Tarian dan
Nyayian yang diiringi dengan beberapa instrumen alat musik itu merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan dari penggabungan tersebut menjadikan
kesenian Sikambang ini menjadi kesenian utama masyarakat Pesisir Sibolga.
Disamping kesenian lainnya yang memiliki bentuk dan ciri tersendiri yang juga
menjadi warna kesenian masyarakat Pesisir Sibolga seperti kesenian Talibun dan
Pantun.
16 Sikambang adalah suatu genre kesenia pada Masyarakat Pesisir Sibolga yang berupa Nyanyian dan Tari 17 Alek merupakan sebutan untuk pemain musik dan penari Sikambang di dalam acara adat pernikahan.
30
Dalam masyarakat Pesisir Sibolga terdapat ragam bentuk dan jenis tari yang biasa
dipertunjukkan dan acara adat lainnya. Berikut ini merupakan jenis tari-tarian
yang ada pada masyarakat Pesisir Sibolga:
1. Tari Saputangan yang diiringi dengan lagu Kapri.
2. Tari Payung atau tari lagu Pulo Pinang dimana dalam tari ini para penari
menggunakan payung.
3. Tari Selendang diiringi dengan Lagu Duo, tari ini dimainkan oleh sepasang
pria dan wanita.
4. Tari Pedang yang diiringi Lagu Sikambang Botan.
5. Tari Kipas, tari ini diiringi dengan Lagu Perak-perak.
6. Tari Pahlawan tari ini diiringi dengan Lagu Simati dibunuh.
7. Tari Adok atau Tari Kain yang diiringi dengan Lagu Adok.
8. Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang.
Musik pada masyarakat Pesisir Sibolga secara umum adalah Sikambang,
dimana Sikambang tersebut merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri
dari tari dan musik yang dalam perkembangnya tidak terlepas dari kelompok
masyarakat laut/nelayan. Beberapa informasi melalui buku maupun wawancara
mengenai keberadaan musik Sikambang dalam hal ini awal munculnya Sikambang
secara vokal berawal daru berlayarnya seorang pelaut yang melantunkan syair-
syair pantun dengan memukul-mukul papan perahunya sebagai alat musiknya dan
disini dimulai dikenal dengan Sikambang secara vokal selanjutnya dikembangkan
oleh masyarakat nelayan yang sudah mengenal nyanyian Sikambang tersebut
31
hingga dalam perkembangnya selanjutnya Sikambang menjadi salah satu kesenian
di masyarakat Pesisir Sibolga.
Dalam sejarah awal Sikambang T. Luckman Sinar dan kawan-kawan
menggambarkan Sikambang berawal dari nama seorang pemuda yang merupakan
nahkoda dari puteri Runduk yang berlayar daro Lobu Tua ke Pulau Mursala
(Tapanuli Tengah). Dalam pelayarannya pemuda tersebut selalu melantunkan
syair-syair sambil memukul-mukul papan dinding perahunya, berikut merupakan
syair yang dilantunkan pemuda tesebut” Pulo banamo haram dewa tampek malape
laying-laying, biar diancam samo sewa jangan diputus kasih sayang”, yang
selanjutnya dikenal sebagai Sikambang yang dinyanyikan secara vokal.
Dalam Sikambang sendiri lagu yang menjadi lagu pokok adalah lagu
sebagai berikut: :Lagu Duo, Lagu Pulo Pinang, Lagu Perak-perak, Lagu Adok,
Lagu Simati Dibunuh, lagu Sikambang Botan, dan Lagu Kapri atau yang dikenal
dengan (Sikambang Lawik). Sikambang Lawik ini merupakan reportoar yang
paling tua dimana keberadaanya pada awalnya merupakan sakah satu syair yang
biasa dinyanyikan oleh seorang dukun untuk mengendalikan angin agar tidak
terjadi badai saat berada di tengah lautan.
Alat musik terdiri dari:
1. Gandang Sikambang (Membranophone Single skin frame drums) yang
berfungsi sebagai rithem.
2. Gandang Batapik (Double skin cylindrical drums) berfungsi sebagai
peningkah dari rithem gandang sikambang.
3. Biola ( Chordophone bow lutes) berfungsi sebagai pembawa melodi untuk
lagu.
32
4. Singkadu (Aerophone) berfungsi sebagai pemabawa melodi.
5. Carono (Stuc Idiphone) sejenis tempat yang terbuat dari tembaga dan
berfungsi sebagai penentu tempo.
Kesenian Sikambang tersebut biasnya dipertunjukkan dalam acara-acara
adat/upacara sebagai berikut:
1. Upacara adat pesta pernikahan.
2. Upacara pesta Khinatan/Sunat Rasul.
3. Upacara penyambutan tamu/pembesar negeri.
4. Upacara penobatan/pemberian gelar.
5. Upacara turun karai (turun tanah) meganyun dan menabalkan nama anak
(pemberian nama).
6. Menempati/memasuki rumah baru.
7. Pertunjukan kesenian/pergelaran
33
BAB III
STRUKTUR PERTUNJUKAN TARI PAYUNG
3.1 Asal Usul Tari Payung
Tari Payung adalah salah satu tarian adat yang ditarikan pada setiap
perhelatan budaya dalam pelaksanan pesta adat pernikahan pada etnis Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga. Tari yang diiringi lagu Pulau Pinang ini mempunyai
sejarah tersendiri bagi etnis Pesisir karena menggambarkan betapa kegentiran
hidup para nelayan di pesisir pantai.
Keberadaan Tari Payung ini berasal dari rasa tanggung jawab seorang
suami kepada istri demi mencari kehidupan dalam menjalani bahtera hidup
berumah tangga. Dalam tarian payung ini digambarkan tentang sebuah tanggung
jawab sang suami yang terpaksa meninggalkan istri untuk pergi mencari nafkah ke
negeri orang.
Suatu pagi suami berpamitan kepada istri untuk pergi berlayar merantau
dan belum tentu kembali dalam seminggu atau sebulan. Sang istri mengantarkan
suami sampai ke pinggir pantai. Sebelum si suami berlayar meninggalkan istrinya,
maka suaminya berpesan melalui lirik pantun yaitu:
Kok Balai Kapulo Pinang Ambik Aluan Sitimu Lawik Kok Balai Ati Indak Sanang Ai Mato Sapanjang Lawik Maksud pantun ini adalah suami menyampaikan rasa duka dan pilu
mendalam karna berpisah dengan istri yang baru beberapa bulan dinikahi. Nasihat
yang diiringi deraian air mata berbuunyi: aku berlayar menju Plau Pinang, biarlah
kuambil arah Timur Laut, dalam berlayar ini hatiku tidaklah senang, batinku akan
menangis sepanjang perjalanan ini.
34
Selaku istri yang baru dinikahi, dalam menyampaikan rasa kegelisahan
dan kegundahan hati atas kepergian suami, membalas pantun seperti berikut ini:
Pulau Pinang Ainyo Dareh Hanyutlah Batang Lintang Bulintang Pulau Pinang Buminyo Kareh Banyak Nak Dagang Pulau Barutang Dalam pantun ini terlukis sebuah arti rasa ketakutan sang istri akan
keberadaan suami di rantau orang. Istri takut kalau-kalau sang suami akan
melupakan istri karena tergoda oleh kecantikan wanita lain di perantauan. Sudah
menjadi kebiasaan para perantau dari daerah Pesisir, apabila sampai di rantau
orang, si perantau akan mencari induk semang atau orangtua angkat.
Mengapa dalam pantun ini tertulis kalimat Ka Pulau Pinang? Karena satu-
satunya pulau tujuan untuk perantauan adalah Pulau Pinang Malaysia, karena pada
zaman dahulu pulau tersebut sangat ramai didatangi oleh perantau dengan cara
berlayar menggunakan perahu.
3.2 Jalannya Pertunjukan Tari Payung Dalam Perkawinan Masyarakat
Pesisir Sibolga
Tari Payung dilakukan pada acara adat Pesisir Sibolga yang disebut
dengan malam Barinai (Berinai). Barinai (Berinai) bagi masyarakat Pesisir
Sibolga merupakan suatu tanda bahwa kedua mempelai sudah menikah dan untuk
menangkal dasi sesuatu yang jahat. Barinai itu sendiri dilaksanakan pada malam
hari dari jam 20:00 WIB sampai acara malam Sikambang selesai. Pada malam ini
kedua mempelai disandingkan dalam satu pelaminan, acara ini biasanya dilakukan
di rumah pengantin perempuan.
35
3.2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pada umumnya acara malam barinai diadakan di rumah.Menurut tanggapan
dari beberapa masyarakat Pesisir sekitar, pelaksanaan perkawinan yang dilakukan di
rumah dengan membawakan Tari Payung dianggap lebih kekeluargaan dan lebih
dapat menyatukan silaturahmi kepada semua tamu yang hadir. Tari Payung
merupakan sebuah tarian penghormatan serta hiburan kepada kedua pengantin beserta
tamu rombongan yang datang.
Tari Payung ini biasanya dilakukan pada malam hari dalam acara malam
barinai. Tari Payung ini dilaksanakan sesudah sholat isya agar tidak mengganggu
waktu sholat. Tempat yang disediakan untuk melakukan Tari Payung ini di dalam
rumah tepat di depan pengantin, dan memiliki dekorasi ruangan yang bercorak warna
kekuning-kuningan.
Gambar 3.1 Pertunjukan Tari Payung pada acara Baralek (Dokumentasi oleh Yunita Batubara, Mei 2016)
36
3.2.2 Pendukung Pertunjukan
Sebuah pertunjukan selalu mempunyai beberapa pendukung agar terlihat lebih
maksimal. Tari Payung sendiri dalam penyajiannya termasuk ke dalam tari
pertunjukkan yang dilihat orang ramai. Ada pun faktor-faktor pendukung pada
pertunjukan Tari Payung ini adalah penari, pemusik serta penonton. Ketiga hal
tersebut sangat berhubungan satu sama lain dalam pelaksaan suatu pertunjukan.
3.2.2.1 Penari
Penari merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan Tari Payung ini,
karena penari lah yang mempertunjukkan tarian Tari Payung tersebut. Penari akan
menjadi pusat perhatian dari penonton. Untuk itu diperlukan penari yang memiliki
kecakapan dan kemampuan menarikan Tari Payung tersebut di lapangan.
Setiap dalam pertunjukan Tari Payung ini biasanya komposisi penarinya
berjumlah 4 atau lebih penari, umumnya semakin banyak penarinya semakin
terlihat bagus, karena dapat memberikan lebih banyak kemungkinan untuk
menyusun polalantai tarian tersebut. Biasanya, Tari Payung ini dilakukan
berpasangan tetapi dalam pertunjukannya tidak selalu lengkap sepasang penari,
jika penari laki-laki tidak mencukupi maka digunakan penari perempuan yang
berperan sebagai tarian laki-laki.
Pemilihan penari pada sanggar Melati Putih tidak berdasarkan pada
lamanya menjadi anggota sanggar, tetapi pada kesanggupan penari untuk dapat
menari dan hadir sesuai waktu yang dimiliki para penari. Hal ini dikarenakan
penari sanggar Melati Putih ini bukanlah penari profesional, para anggotanya
tidak hanya bekerja sebagai penari melainkan ada yang mahasiswa dan harus
kuliah, dan ada pula yang sudah bekerja dibidang yang lain.
37
Para penari yang dipilih dan mempunyai waktu akan berlatih lagi untuk
mempelajari gerakan sebelum hari pelaksanaan. Pada saat pertunjukan, penari
akan saling berinteraksi antar sesama penari di lapangan dalam melakukan
perubahan gerakan.
3.2.2.2 Pemusik
Pemusik adalah orang yang memainkan alat musik.Pemusik juga berperan penting
dalam pertunjukkan Tari Payung ini, dimana tanpa pemusik tari tidak bisa
ditarikan.Sehingga dalam pertunjukan Tari Payung ini pemusik sangat diperlukan
karena sebagai pengiring tarian. Dalam setiap pertunjukan pemusik harus ada.
Dalam mengiringi Tari Payung ini, memainkan alat musik menggunakan 6-7
orang pemusik. Terdiri dari pemain gendang batapik yang berjumlah 5 orang,
pemain biola yang berjumlah 1 orang dan pemain akordion berjumlah 1 orang.
Dalam pertunjukkan Tari Payung penggunaan alat musik tidak semua
ditampilkan, terkadang biola tidak dipergunakan, hanya menggunakan akordion
saja.
Pemain musik Sikambang mulai berkurang peminatnya sehingga yang memainkan
musik Tari Payung ini rata-rata sudah berumur 40-50an tahun karena tidak ada
regenerasi pemusik. Pemain musik Kapulo Pinang ini tidak pernah ganti orang
dan tidak membutuhkan latihan lagi sebelum pertunjukkan, karena sudah ahli dan
hafal.18
Pada saat pertunjukan, pemusik akan saling berinteraksi juga antar sesama
pemusik di lapangan dalam melakukan pergantian strukturnya, ada tanda-
18Wawancara dengan Bapak Syahriman Hutajulu sebagai tokoh adat dan sebagai pimpinan kelompok musik Kapulo Pinang.
38
tandanya dalam musiknya. Karena musik dalam Tari Payung ini sangat penting,
sebab alur tari ini mengikuti alur musik.
3.2.2.3 Penonton
Penonton adalah orang yang melihat pertunjukan, dalam setiap
pertunjukan penonton merupakan para tamu undangan seperti tamu dalam acara
pernikahan, pengantin, tetua-tetua adat, dan masyarakat Pesisir Sibolga maupun
orang yang berasal dari daerah yang lain yang merupakan tamu-tamu penting
yang menghadiri acara adat.
3.2.3 Perlengkapan Pertunjukan
Sebelum dimulai pertunjukkan Tari Payung ini ada beberapa hal yang
perlu dipersiapkan untuk mendukung jalannya pertunjukkan, serta dapat
meningkatkan daya tarik dari tarian ini sendiri. Persiapan ini sendiri juga harus
direncanakan dengan baik agar mendapatkan hasil yang baik. Maka dari itu
persiapan ini sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum hari pertunjukkan atau
pernikahan.
3.2.3.1 Kostum dan Properti
Kostum dapat merujuk kepada suatu pakaian secara umum, atau gaya tertentu
pada orang dan kelas masyarakat. Kostum pada tarian tradisional berfungsi untuk
memperjelas peranan suatu sajian tari, memperjelas ciri khas suatu daerah, dan
menunjukkan dari mana asal tarian berasal. Kostum atau busana dalam tarian
39
merupakan perlengkapan yang harus diperhatikan. Kostum haruslah menunjang
tema suatu tarian.
Untuk mendukung pertunjukan di lapangan, persiapan kostum sangat diperlukan
oleh penari dan pemusik. Kostum sebagai penunjang penampilan pemusik dan
penari. Kostum merupakan lambang sebuah tarian suatu daerah, dalam budaya
pesisir kostum menjadi patokan dalam melaksanakan sebuah tarian.
Kostum Tari Payung dalam bahasa pesisir tidak memiliki nama-nama bagian
kostum, tapi masyarakat Pesisir Sibolga menyebutnya “Busana Pesisir”19. Busana
pesisir sudah melengkapi kepada kebaya dan songket. Assesoris yang digunakan
dalam tarian ini juga tidak terlalu banyak. Ciri khas dari kostum ini adalah warna
kostum yang berwarna kuning keemasan yang menjadi simbol kebudayaan Pesisir
Sibolga.
19Hasil wawancara dengan ibu Siti Zubaidah sebagai tkoh masyarakat Pesisir di Sibolga (Mei 2016 di rumah ibu Siti Zubaidah).
40
Kostum dalam tarian saputangan ini terbagi dua yaitu:
a. Kostum penari perempuan
Kostum yang dipakai dalam Tari Saputangan adalah kebaya melayu (berwarna
kuning keemasan), rok songket (warna kuning keemasan), ikat pinggang (warna
kuning keemasan) selendang, memakai sanggul dan aksesoris rambut.
Kebaya Melayu
Ikat Pinggang
Rok Songket
Gambar 3.2 Penari Perempuan (Dokumentasi oleh Yunita Batubara, Mei 2016)
41
b. Kostum Penari Laki-laki
Kostum penari laki-laki yang dipakai dalam Tari Payung adal ah baju koko
(warna kuning keemasan), celana panjang (warna kuning keemasan), songket, dan
peci.
Peci
Baju Koko
Songket
Celana Panjang
Gambar 3.3 Penari Laki-laki (Dokumentasi Oleh Yunita Batubara, Mei 2016)
Properti adalah sebuah benda atau alat yang dipergunakan untuk menunjang
pertunjukan, atau sebagai pelengkap.Properti juga bisa menjadi sebuah simbol
dari tarian yang dipertunjukkan. Setiap suku mempunyai properti tarian sebagai
penunjang tarian.
42
Dalam tarian Tari Payung ini, untuk penari perempuan menggunakan selendang,
dan untuk penari laki-laki menggunakan payung. Payung ini dimaknai sebagai
simbol sebuah perlindungan dari suami/lelaki yang hendak pergi berlayar ke Selat
Malaka terhadap istri/perempuan yang ditinggalkannya.
d Gambar 3.4 Payung dan Selendang (Dokumentasi oleh Yunita Batubara, Mei 2016)
3.2.3.2 Tata Rias
Tata rias adalah seni yang menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk
menunjukkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada
pemain di atas pentas/panggung dengan suasana yang sesuai (Harymawan,
1993:134).Tata rias merupakan sebagai perlengkapan dalam tarian, dimana tata
rias menjadi mempercantik sebuah tarian tersebut.tata rias bukan hanya sekedar
membuat penari menjadi cantik dan tampan, tetapi tata rias juga dapat membantu
mewujudkan ekspresi penari sesuai degan pera yang dibawakan, sehingga tema
tari yang disajikan dapat dimengerti penonton dan dinikmati penonton.
Dalam pertunjukan Tari Payung ini juga harus diperhatikan tata riasnya. Menurut
Ulfha selaku penari bahwa penari Payung harus bisa merias dirinya sendiri. Akan
43
tetapi warna make up dan segala perlengkapannya disesuaikan dengan
kesepakatan bersama agar seragam. Tata rias ini terbagi 2, yaitu sebagai berikut.
(1) Tata rias wajah atau make-up, semua penari menggunakan warna make-up
yang sama sesuai dengan warna kostum. Dalam tata rias wajah yang digunakan
ada foundation/alas bedak, bedak, eye shadow, shading, blush on, celak, bulu
mata palsu, lipstick.
Foundation yang digunakan penari adalah foundation yang bisa tahan lama.
Bergerak banyak akan menghasilkan keringat yang berlebihan, agar polesan
make-up tidak luntur makanya menggunakan foundation yang tahan lama.
Bedak yang dipilih penari untuk digunakan biasanya warna bedak yang masuk
dengan warna kulit.
Eye shadow yang digunakan biasanya ada 3 tingkatanwarna, pada tingkat pertama
warna yang dipilih adalah warna yang serupa denganwarna pakaian yang
dikenakan.Misalnya, jika pakaian yang digunakan adalahwarna kuning keemasan,
maka warna eye shadow tingkat pertamanya digunakanwarna kuning
keemasan.Jika warna pakaian yang digunakan warna merah muda,maka eye
shadow tingkat pertamanya digunakan warna merah muda pula,
begituseterusnya.Pada eye shadow tingkat kedua biasanya menggunakan warna
gelap,seperti hitam dan coklat, posisi ini dibuat di bagian sudut mata agar
nampakpertegasan pada mata.Tingkat ke-3 atau paling atas di buat warna
putih.Setelah 3tingkatan tersebut ditempelkan bulu mata palsu agar terlihat lebih
indah.
Shading yang digunakan untuk penegasan pada hidung, dan blush ondigunakan
untuk penegasan pada bagian pipi. Sedangkan celak digunakan untukpenegasan
44
pada alis mata. Begitu juga pada bibir, dalam penegasannya digunakan Lipstick
yang berwarna merah.
Tata rias wajah atau make-up pada penari laki-laki lebih sederhana daripada
perempuan, pada penari laki-laki hanya menggunakan foundation, bedak untuk
memperjelas bentuk wajah saja.
(2) Tata rias rambut, pada penataan rambut, masing-masing penarimengikat
rambutnya menjadi satu. Setelah diikat dipasangkan sanggul, dan diberisunting
agar terlihat indah.Jika penari menggunakan kerudung, pada saat penampilan
penari hanya menggunakan kerudung dan tidak ada assesoris kepala.
Tata rias pada penari laki-laki lebih sederhana, hanya merapikan rambut
dan menggunakan peci (tudung kepala).
3.2.4 Alat Musik Yang Digunakan
Tari tidak mungkin ditampilkan tanpa iringan musik.Dalam sebuah pertunjukan,
hubungan musik dan tari sangat erat.Iringan musik terdiri dari dua bagian, yaitu
iringan internal dan eksternal.Iringan internal yaitu yang berasal dari tubuh penari
itu sendiri seperti tepukan tangan, hentakan kaki, dan sebagainya.Sementara
iringan eksternal yaitu iringan yang tatanan bunyinya dapat dihasilkan oleh benda-
benda atau alat-alat di luar tubuh manusia.
Sehingga kita harus mengetahui nama-nama bagian alat musik dalam mengiringi
tarian ini. Alat musik Tari Payung ini ada yang asli dari daerah Sibolga dan ada
yang menggunakan alat musik dari kebudayaan lain. Alat musik iringan yang
digunakan dalam pertunjukan Tari Payung yaitu:
45
1. Gendang Sikambang
Badan gendang Sikambang ini terbuat dari kayu dan bagian atasnya diberikan
membran dari kulit kambing, sedangkan bagian bawahnya dibiarkan kosong.
Dalam gendang Sikambang ini juga diperlukan sebuah rotan yang disebut Sidak
untuk membuat membran atau kulitnya lebih ketat.
Gendang Sikambang ini memiliki fungsi sebagai pemberi tempo dan memberikan
variasi-variasi pukulan dalam lagu Pesisir Sibolga.
Gambar 3.5 Gendang Sikambang (Dokumentasi Oleh Yunita Batubara, Mei 2016)
2. Biola
Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola
memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan
interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Dalam musik
Sikambang biola berperan sebagai pembawa melodi dalam satu ansambel.
46
Gambar 3.6 Biola (Dokumentasi oleh Yunita Batubara, Mei 2016) 3. Akordion
Alat musik ini sebenarnya bukan milik asli kebudayaan masyarakat Pesisir
Sibolga. Namun karena Sibolga dahulunya adalah tempat persinggahan para
nelayan dari berbagai daerah atau negara, kemungkinan alat musik ini dibawa
oleh para nelayan dari daratan eropa yang kebetulan singgah di pantai Sibolga,
dan seiring berjalannya waktu alat musik akordion ini pun akhirnya masuk
kedalam kebudayaan masyarakat Pesisir Sibolga. Akordion berfungsi sebagai
pembawa melodi dalam memainkan sebuah lagu dalam kesenian sikambang.
Gambar 3.7 Akordion (Dokumentasi Oleh Yunita Batubara, Mei 2016
47
BAB IV
STRUKTUR GERAK TARI PAYUNG DAN MUSIK IRINGAN KAPULO PINANG
4.1 Deskripsi Gerak Tari Payung
Tari adalah gerakan-gerakan dibagian tubuh manusia yang telah
dibentuk.Menurut Corrie Hartom dalam Soedarsono (1979:23) bahwa tari adalah
keteraturan bentuk gerak tubuhyang ritmis di dalam satu ruangan.Gerak dan ritmis
merupakan unsur-unsur penting dan terkait antara gerakan yang satu dengan
gerakan yang lainnya, sehingga kumpulan gerakan yang indah menciptakan
sebuah tarian.
Dalam tarian ini juga mempunyai nilai tersendiri untuk dilihat dan
dinikmati oleh para penontonnya sehingga terdapat juga penambahan koreo dari
sisi tempat pertunjukan untuk terlihat lebih baik.Pemyusunan gerak dalam seni
tari, gerak dari masing-masing penari, ditambah dengan penyesuaian dengan
ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu
perorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).Dimana
koreografi ini memiliki ciri-ciri khas tertentu dari bentuk tarian yang dapat dilihat
dan dinikmati oleh pelakunya dan penontonnya.
Teori struktur tari yang bertunjuan mendeskripsikan struktur tari bedasar:
motif, tenaga, dan struktur. Struktur disusun pula oleh gerakan: badan, waktu, dan
dinamika (Hhutchinson, 1977: 112-113).
48
4.1.1 Ragam
Ragam gerak merupakan motif gerakan-gerakan yang tersusun dalam
kreeatifitas gerak tari. Dalam Tari Payung ini terdapat beberapa ragam dan pola
gerakan yang mempunyai istilah yang berbeda. Ragam tari mempunyai nama
ragam yang sesuai dengan gerakan tari. Ada juga nama bagian dari ragam gerak
tari diambil dari pola yang dimainkan. Pola yang dimaksudnya yaitu bagian dari
ragam gerak yang menjadi bentuk pada setiap tahapannya.
Tapi Payung mempunyai 4 ragam tari, dimana masing-masing ragam
mempunyai gerakan-gerakan tari yang sama satu sama lain, makanya setiap
gerakan tari yang ada di dalam ragam tari itu harus dipelajari bagus-bagus biar
jangan salah dalam menarikan Tari Payung ini walaupun gerakan tari dan ragam
satu sampe ragam ke empat itu sama. Dalam Tari Payung berbeda gerakan tari
laki-laki dengan perempuan karena setiap ragam tari mempunyai arti tertentu
sehingga harus hati-hati dalam menarikannya agar terlihat bagus dan mesra.
4.1.2 Pola Lantai
Pola lantai yang dimaksudkan di sini adalah pola gerakan yang terkandung
dalam tiap-tiap ragam dan poola sangat berhubungan, yakni bagaimana bagian-
bagian dari gerakan tari saling berhubungan sehingga disatukan dan adanya
bentuk dan atau model (satu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau
menghasilkan suatu tari.
49
Gerakan Deskripsi Laki-laki Deskripsi Perempuan
Gerakan Homat
Gerakan ini dimulai dengan duduk berlutut menghadap pengantin, tangan mengarah ke payung dan secara perlahan melakukan gerakan hormat.
Gerakan ini dimulai dengan duduk berlutut menghadap pengantin, tangan mengarah ke selendang dan secara perlahan melakukan gerakan hormat.
Hitungan: 1 x 8
Pola Lantai:
Melodi :
Keterangan: Penari Laki-Laki Penari Perempuan Arah Depan Penari Putar Kanan Putar Kiri
50
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri memegang tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kanan sambil menghadap ke pasangan.
Melangkah ke kanan ke kiri dengan bentuk kaki double steve dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 7-8 penari perempuan mengangkat selendang sambil memutarkan selendang, kaki kanan berada di depan kaki kiri.
Hitungan: 1 x 8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kanan pada hitungan 2-3, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan diganti dengan kaki kiri yang dimuka kaki kanan pada hitungan 6-7-8.
51
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang dengan tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kanan pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menghadap ke pasangan. Putarkan selendang di tangan kanan pada hitungan 4-5 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menyampingkan pasangan, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
52
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang di tangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik kesamping sampai menghadap ke pasangan. Jalan ditempat sambil mengayun-ayunkan selendang pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, mundur untuk memayungi pada hitungan 4-5, memayungi pasangan pada hitungan 6-7-8.
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, Mundur untuk melentik pada hitungan 4-5, kemudian melentik pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
53
Melodi:
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat dengan pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian berjalan ditempat pasangan pada hitungan 7-8.
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian di tempat pasangan angkat selendang pada hitungan 7-8 kaki kanan di depan kaki kiri.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Gerakan 2
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri memegang tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kanan sambil menghadap ke pasangan.
Melangkah ke kanan ke kiri dengan bentuk kaki double steve dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 7-8 penari perempuan mengangkat selendang sambil memutarkan selendang, kaki kanan berada di depan kaki kiri.
54
Hitungan: 1 x 8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kanan pada hitungan 2-3, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan diganti dengan kaki kiri yang dimuka kaki kanan pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dimana
tangkai payung dipegang dengan tangan kanan dan ujung payung
Lentikkan selendang ditangan kanan pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 2-3
55
dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menghadap ke pasangan. Putarkan selendang di tangan kanan pada hitungan 4-5 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menyampingkan pasangan, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang di tangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik kesamping sampai menghadap ke pasangan. Jalan ditempat sambil mengayun-ayunkan selendang pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
56
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, mundur untuk memayungi pada hitungan 4-5, memayungi pasangan pada hitungan 6-7-8.
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, Mundur untuk melentik pada hitungan 4-5, kemudian melentik pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat dengan pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian berjalan ditempat pasangan pada hitungan 7-8.
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian di tempat pasangan angkat selendang pada hitungan 7-8 kaki kanan di depan kaki kiri.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
57
Melodi:
Gerakan 3.
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri memegang tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kanan sambil menghadap ke pasangan.
Melangkah ke kanan ke kiri dengan bentuk kaki double steve dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 7-8 penari perempuan mengangkat selendang sambil memutarkan selendang, kaki kanan berada di depan kaki kiri.
Hitungan: 1 x 8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kanan pada hitungan 2-3, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan diganti dengan kaki
58
balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
kiri yang dimuka kaki kanan pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang dengan tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kanan pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menghadap ke pasangan. Putarkan selendang di tangan kanan pada hitungan 4-5 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menyampingkan pasangan, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
59
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang di tangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik kesamping sampai menghadap ke pasangan. Jalan ditempat sambil mengayun-ayunkan selendang pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
60
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, mundur untuk memayungi pada hitungan 4-5, memayungi pasangan pada hitungan 6-7-8.
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, Mundur untuk melentik pada hitungan 4-5, kemudian melentik pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat dengan pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian berjalan ditempat pasangan pada hitungan 7-8.
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian di tempat pasangan angkat selendang pada hitungan 7-8 kaki kanan di depan kaki kiri.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
61
Gerakan 4.
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri memegang tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kanan sambil menghadap ke pasangan.
Melangkah ke kanan ke kiri dengan bentuk kaki double steve dengan hitungan 1x8 tapi pada hitungan 7-8 penari perempuan mengangkat selendang sambil memutarkan selendang, kaki kanan berada di depan kaki kiri.
Hitungan: 1 x 8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kanan pada hitungan 2-3, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan diganti dengan kaki kiri yang dimuka kaki kanan pada hitungan 6-7-8.
62
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar kanan dimana tangkai payung dipegang dengan tangan kanan dan ujung payung dipegang tangan kiri dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri dan tangan kiri pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kanan pada hitungan 1, putarkan selendang ditangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menghadap ke pasangan. Putarkan selendang di tangan kanan pada hitungan 4-5 sambil kaki kanan ditarik ke samping sampai menyampingkan pasangan, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
63
Putar kiri dimana tangkai payung diputar dengan tangan kiri dan ujung payung dipegang tangan kanan dengan hitungan 1x8 pada hitungan 6 payung dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan dan tangan kanan pula balik memutar tangkai payung dan ujung payung dipegang tangan kiri sambil menghadap ke pasangan.
Lentikkan selendang ditangan kiri pada hitungan 1, putarkan selendang di tangan kiri pada hitungan 2-3 sambil kaki kanan ditarik kesamping sampai menghadap ke pasangan. Jalan ditempat sambil mengayun-ayunkan selendang pada hitungan 4-5, kemudian putarkan selendang ke luar dengan dua tangan sambil kaki kanan berada di depan kaki kiri pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, mundur untuk memayungi pada hitungan 4-5, memayungi pasangan pada hitungan 6-7-8.
Putar tiga dengan hitungan 1-2-3, Mundur untuk melentik pada hitungan 4-5, kemudian melentik pada hitungan 6-7-8.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
64
Melodi:
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat dengan pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian berjalan ditempat pasangan pada hitungan 7-8.
Putar kanan dengan hitungan 1-2-3, tukar tempat pasangan pada hitungan 4-5-6, kemudian di tempat pasangan angkat selendang pada hitungan 7-8 kaki kanan di depan kaki kiri.
Hitungan: 1x8
Pola Lantai:
Melodi:
4.2 Analisi Musik Iringan
Menurut Charles Seeger ada dua yang membedakan dua notasi yaitu notasi
prespektif dan notasi deskriptif dalam penanalisis musik iringan pada Tari
Payung. Dimaksud dengan prespektif adalah notasi yang melukiskan secara garis
besar nada dari suatu lagu, tanpa ada yang menunjukkan secara lengkap apa-apa
saja yang ditampilkan dalam musik iringan pertunjukan dalam Tari
Payung.Sedangkan deskriptif adalah laporan yang di sertai notasi secara lengkap
tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan yang
ditampilkan.
65
Salah satu yang termasuk dalam notasi deskriptif adalah penulisan not balok yang
terdapat di dalamnya.Hal ini di dukung dalam keberadaannya yang efektif dalam
melakukan pentranskripsian dan juga notasi barat ini dapat mewakilkan sejumlah
nilai nada-nada yang terdapat dalam musik iringan Tari Payung ini dan selalu
digunakan dalam penulisan sebuah musik.
Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan yang berkenaan dengan
pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis
apayang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan
mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua hal di atas untuk dapat
memvisualisasikan musik iringan padaTari Payung, penulis melakukan transkripsi
untuk lebih mudah menganalisisnya terutama pada ritme, motif dan tempo.
Sehingga dengan ini dapat membantu kita untuk mengkomunikasikan serta
menyampaikan kepada pembaca tentang apayang kita dengar.
Dalam pentranskripsian penulis menggunakan notasi Barat untuk mempermudah
penulisan.Keberadaan musik pengiring dalam Tari Payung ini sangat penting
untuk menghitung tempo gerakan penari serta pergantian ragam gerak.Analisis
hanya dilakukan pada ritme yang dimainkan oleh musik pengiring saja
dikarenakan ritem dari iringan alat musik yang dimainkan sangat bergantung pada
hitungan gerakan tari.
4.2.1 Model Notasi
Dalam transkripsi musik iringan Tari Payung penulis menggunakan notasi
barat, hal inidilakukan agar dapat dipahami secarauniversal. Ada beberapa simbol
yang digunakan, yaitu:
66
1. Pada gambar dibawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima garis
paranada dan 4 spasi, dan memiliki satu tanda flat yang menunjukkan nada
dasar F = do, dan memiliki birama 4/4 dalam tanda kunci G
2. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan memiliki nilai 1/2
ketuk.
3. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/4 dan memiliki nilai 1
ketuk.
4. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/2 dan memiliki nilai 2
ketuk.
5. Pada gambar dibawah ini merupakan 2 simbol dari not 1/8 yang telah
digabungkan dan memiliki nilai 1 ketuk.
6. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/4 yang bagian depan
nya diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu memiliki nilai
67
setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelangkanya
bernilai 1/4 maka tanda titik itu bernilai 1/8, dan memiliki nilai 1 + 1/2 ketuk.
7. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/2 yang bagian depan
nya diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu memiliki nilai
setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelangkanya
bernilai 1/2 maka tanda titik itu bernilai 1/4, dan memiliki nilai 2 + 1 ketuk.
8. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan not 1/16 yang
bagian depan not 1/8 diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu
memiliki nilai setengah dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not
dibelakangnya bernilai 1/8 maka tanda titik itu bernilai 1/16, dan memiliki
nilai 1/8 + 1/16 + 1/16 ketuk, jika digabungkan menjadi 1 ketuk.
9. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari legato. Yang memiliki arti
dapat menyambungkan antara not yang satu dengan yang lainnya, contohnya
seperti dibawah ini jika not 1/4 dengan not 1/2 di berikan tanda legato maka
not itu bernilai 3 ketuk tanpa henti.
10. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari nada hias. Yang memiliki
arti dapat memberikan sentuhan yang sangat cepat sebelum nada didepannya
68
dimainkan. Nada hias ini banyak di temukan pada lagu-lagu pesisir atau
melayu yang sering disebut cengkok.
11. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 2 ketuk
12. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1 ketuk
13. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1/2 ketuk
Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam lampiran
partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami makna-maknanya.
69
4.2.2 Melodi Kapulo Pinang dan Strukturnya
Transkripsi : Mario Sinaga S.Sn Oleh : Yunita Batubara MM 75
70
71
72
73
74
75
4.2.2.1 Tangga nada (scale)
Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai suatu kumpulan
not yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga
memberikan karakter tertentu. Dalam lagu Kapulo Pinang penulis memberikan
urutan-urutan nada yang terendah sampai nada yang tertinggi berdasarkan
pemakaian nada.
Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam lagu Kapulo Pinang di atas, penulis
melihat bahwa nada yang di pakai dalam lagu Kapulo Pinang adalah nada F-G-
Bb-C-D-E-F’.
4.2.2.2 Nada dasar (pitch center)
Bruno Nettl mengemukakan ada tujuh cara untuk menentukan nada dasar
(pitch center/tonalitas) yaitu :
1. Patokan umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai dan
nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.
2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dapat dianggap sebagai
nada dasar, walaupun nada tersebut jarang dipakai.
3. Nada yang dipakai pada akhir (awal) komposisi atau pada akhir (awal)
bagian-bagian komposisi, dapat dianggap sebagai tonalitas dalam
komposisi tersebut.
4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi
persis ditengah-tengah dapat juga dianggap penting.
76
5. Interval-interval yang terdapat diantara nada-nada kadang dipakai sebagai
patokan.
6. Ada tekanan ritmis pada sebuah nada, juga dipakai sebagai tonalitas.
7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai
sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan
diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik
tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab
dengan gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik
yang diteliti.
Dari kutipan di atas penulis melihat pernyataan pertama dan ketiga
disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu Kapulo Pinang.
Maka nada dasar lagu Kapulo Pinang dalam tulisan ini adalah nada F.
4.2.2.3 Wilayah nada (range)
Berdasarkan teori yang ditawarkan oleh J.A Ellis dalam Malm (1977:35),
perihal perhitungan frekuensi nada dengan memakain sistem cent, yaitu nada-nada
yang berjarak 1 laras20 sama dengan 200 cent dan nada-nada yang berjarak ½ laras
sama dengan 100 cent.
Wilayah nada dalam sebuah komposisi musik adalah jarak antara nada
terendah dengan nada tertinggi yang ada pada melodi tersebut.Untuk
mempermudah penulis dalam mendapatkan wilayah nada lagu Kapulo Pinang,
maka melodi lagu Kapulo Pinangi tersebut akan dimasukkan ke dalam garis
paranada untuk dapat melihat dengan jelas susunan nada-nada yang ada pada lagu
20 Laras adalah padanan kata tone atau step dalam termologi musik dalam bahasa Inggris, sedangkan cent adalah unsur serapan dari bahasa Inggris cent.
77
tersebut, dengan tujuan untuk mempermudah penulis dalam melihat nada terendah
dan tertinggi dalam lagu tersebut. Wilayah nada lagu Kapulo Pinang dapat kita
lihat pada gambar dibawah, berikut adalah wilayah nada dari yang terendah
hingga tertinggi. Lagu Kapulo Pinang yang disajikan oleh Syahriman Hutajulu
terletak dari nada C ke A. Jarak nada C ke A adalah sebanyak 4 ½ laras sehingga
jumlah frekuensinya 900 cent.
4.2.2.4 Jumlah nada (frequency of notes)
Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada dalam sebuah
komposisi musik yang telah ditranskripsikan kedalam bentuk notasi. Jumlah nada
yang dipakai dalam lagu Kapulo Pinang sesuai dengan tangga nada yang telah
dibuat sebelumnya.
Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam lagu Kapulo Pinang
adalah nada:
Tabel 4.1 Distribusi Nada
Nama Nada Jumlah Nada
F 85
G 45
C 95
78
D 110
E 50
A 15
Total 400
4.2.2.5 Jumlah interval (prevalent intervals)
Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya (Manoff
1991:50). Jarak antara nada satu dengan nada lainnya yang terdiri dari interval
naik maupun interval turun menurut jumlah larasnya yang dapat mempengaruhi
jumlah interval tersebut. Sedangkan jumlah interval merupakan banyaknya
interval yang dipakai dalam suatu komposisi musik atau nyanyian.
Tabel 4.2 Distribusi Interval
Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval
1P - 210
2M 50
2M 55
2m 15
3M 5
3m 20
3m 5
79
4.2.2.6 Pola kadensa (cadensa patterns)
Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi penutup pada akhir
lagu atau di tengah kalimat, sehingga dapat dengan sempurna menutup lagu
tersebut. Dalam lagu Kapulo Pinang penulis memilih melodi akhir sebagai pola
kadensa.
4.2.2.7 Formula melodik (melodic formulas)
Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif.Bentuk
adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi.Frasa
adalah bagian-bagian kecil dari melodi.Sedangkan motif adalah ide melodi
sebagai dasar pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis
bentuk, yang dikemukakan oleh William P. Malm :
1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.
2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang
kecil dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan
nyanyian.
3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks
nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.
4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi
pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan
melodi.
80
5. Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan
menggunakan materi melodi yang selalu baru.
Pada lagu Kapulo Pinang, penulis menyimpulkan dari kutipan diatas bahwa
bentuk melodi laguKapulo Pinang adalah bentuk strophic dan Reverting di mana
dalam lagu Kapulo Pinang tersebut dinyanyikan dengan melodi yang sama namun
teksnya bervariasi dan cenderung ada penyimpangan-penyimpangan sebelum
kembali lagi ke melodi awal.
4.2.2.8 Kontur (contour)
Kontur adalah sebuah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik
garis.Menurut Malm ada beberapa jenis kontur (Malm dalam Jonson 2000:76).
Jenis-jenis tersebut antara lain:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi. seperti tampak pada gambar dibawah:
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi
ke nada yang rendah. seperti tampak pada gambar dibawah:
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari (a) nada
yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah
81
atau dari (b) nada yang tinggi ke nada yang rendah, kemudian kembali ke
nada yang tinggi. Seperti tampak pada gambar dibawah:
(a) (b)
4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak
tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar,
seperti tampak pada
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakn
intervalnya terbatas. Seperti tampak pada gambar dibawah:
→ Dari jenis-jenis kontur yang tertera diatas, dalam lagu Kapulo Pinang
terdapat alur, yaitu:
82
1. Statis
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab
sebelumnya maka ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis, yaitu
sebagai berikut.
Tari Payung merupakan salah satu seni tari tradisi yang ada pada masyarakat
Pesisir Sibolga yang sudah cukup dikenal masyarakat Pesisir Sibolga. Tari
Payung menggambarkan atau menceritakan suatu kisah sepasang suami istri yang
baru saja melangsungkan perkawinan, dan pada suatu ketika suaminya akan
meninggalkan istrinya pergi berlayar ke Selat Malaka untuk mencari nafkah di
negeri orang. Hal ini untuk memenuhi tanggung jawab suami. Tari Payung ini
ditarikan oleh muda–mudi dengan menggunakan payung sebagai properti dimana
hal ini dimaknai sebagai simbol sebuah perlindungan dari lelaki/suami terhadap
wanita/istri.
Tari Payung ini juga diiringi dengan lagu Kapulo Pinang dimana lagu Kapulo
Pinang ini syairnya berupa pantun dan dimainkan dengan alat musik singkadu
yang berfungsi sebagai pembawa melodi, gandang sikambang yang berfungsi
sebagai pengatur tempo, biola sebagai pembawa melodi lagu, dan akordion
sebagai pembawa melodi lagu.
84
5.2 SARAN
Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa
saran yang perlu dikemukakan, mengingat pada masa sekarang ini minat generasi
muda sedikit demi sedikit mulai berkurang untuk melestarikan Tari Payung ini.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada masyarakat Pesisir Sibolga
khususnya untuk tetap mencintai budaya dan tradisi yang ada dalam masyarakat
pesisir sibolga serta memberikan perhatian, baik terhadap seni musik, vokal dan
tari.
Tari Payung ini perlu dilestarikan dan dibina serta dikembangkan sehingga
generasi berikutnya dapat mempertahankan keberadaannya di tengah masyarakat
dan dapat menangkal pengaruh budaya asing yang mungkin tidak sesuai dengan
norma-norma ketimuran khususnya pada masyarakat Pesisir Sibolga.
Penulisan tentang Tari Payung ini merupakan salah satu upaya pelestarian serta
kesenian terhadap etnik Pesisir Sibolga dan masih diperlukan usaha lain sebagai
penunjang kreatifitas, sehingga kesenian ini tetap terjaga dan tidak hilang.
Demikian tulisan ini diselesaikan oleh penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi
yang membaca agar menjadi pengetahuan dan sumber informasi khususnya di
bidang ilmu Etnomusikologi.
85
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djelantik. 1990. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia
Feterman, David M. 1989. Ethnography Step by step. New York Amerika Serikat: Sage Publication
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Mayarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
- 1985. Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian
- 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuper, H. 1984. “Celebration of Growth and Kingship” dalam Art d’Afrique
Mardalis. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Aksara.
Malm, William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Chiffs; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, William P. Malm. 1993. Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Moleong, Lexi J., 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Poskakarya.
Muhammad Takari dan Fadlin Muhammad Dja’far. 2014. Ronggeng Dan Serampang Dua Belas Dalam Kajian Ilmu-Ilmu Seni. Medan: USU Press.
Nainggolan, Rajoki. 2011. Diktat Kesenian Pesisir Sikambang. Universitas Sumatera Utara Jurusan EtnomusikologiFakultas Ilmu Budaya. Medan: Majelis Budaya Pesisir dan Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Utara.
Nettl, Bruno. 1973. Folk and Traditional of Western Continents. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.
Pasaribu, Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tenah Sibolga. Medan: Majelis Budaya Pesisi dan Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Utara.
Prisila, Riska. 2014. Deskripsi Pertunjukan Tari Munalo dan Musik Iringan Pada Upacara Perkawinan Adat Gayo di Medan Sunggal. Medan: Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Sipahutar, Evi. 2012. Fungsi dan Struktur Tari Anak Yang Diiringi Musik Sikambang Dalam Upacara Adat Pernikahan Masyaraakat Pesisir Sibolga Tapanuli
86
Tengah, Kecamatan Sibolga Kota. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Soedarsono. 1974. Dances in Indonesia. Jakarta: Gunung Agung
Yulyati, Reni. 2013. Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi Tari Galombang Yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Zubaidah, Siti. 2015. Seni Budaya Pesisir 2. Sibolga : Majelis Budaya Pesisir dan
Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Barat.
87
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Siti Zubaidah Siregar, S.Pd., M.M. Umur : 47 Tahun. Pekerjaan : Pemilik Sanggar
Alamat :Jalan K.H. Ahmad Dahlan, Gg. Puskesmas, Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan.
2. Nama : Halimatusakdiah Siregar, S.Pd. Umur : 45 Tahun. Pekerjaan : Pelatih dan penari pesisir Sikambang. Alamat : Jalan S.M. Raja. 3. Nama : Syahriman Irawadi Hutajulu. Umur : 48 Tahun. Pekerjaan : Seniman/ Pemusik kesenian Sikambang. Alamat : Jalan Sm. Raja Gg. Kenangan Aek Parambunan. 4. Nama : Rajoki Nainggolan, SE, M.A. Umur : 68 Tahun. Pekerjaan : Penari Pesisir Sikambang. Ketua Majelis Budaya Pesisir Sibolga Penari Pesisir Sibolga Dosen Etnomusikologi 5. Nama : Nur Anima Sihombing Umur : 22 Tahun. Pekerjaan : Penari Pesisir Sikambang. Alamat : Jalan Padang sidimpuan, Sarudik. 6. Nama : Tere Ruslan
Umur : 22 Tahun Pekerjaan : Penari Pesisir Sikambang Alamat : Jalan Tugu Ikan Sebeluan