makalah hygine pangan
TRANSCRIPT
Makalah Hygine Pangan
INTOLERANSI LAKTOSA
NAMA : RIANA
NIM : O111 10 290
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi mammalia,
termasuk manusia, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang
dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa
menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar
mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada manusia,
laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia/hewan
tidak dapat atau mampu mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan
pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau
defisiensi laktase.
Intoleransi laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi di seluruh dunia
dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan baik karena adanya defisiensi ensim laktase.
Laktosa yang tidak bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut, mual,
muntah, kembung, hingga diare (Heyman, 2006).
Dalam tulisan ini akan diuraikan secara ringkas manfaat laktosa, metabolisme
laktosa dan mekanisme intoleransi laktosa.
2. Tujuan
1) Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai laktosa
metabolisme laktosa dan peran ensim laktase.
2) Untuk mengetahui pengertian intoleransi laktosa, termiologi yang berkaitan
dengan intoleransi laktosa, patofisiologi intoleransi laktosa, gejala klinis, diagnosa
serta cara penanganannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laktosa
Laktosa, β galacotse 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada susu mammalia
yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa
(Solomons, 2002). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah
dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga
diperlukan untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah
senyawa yang penting untuk pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk
perkembangan fan fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di
hati. Karena itu keberadaan laktosa sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu
mammalia, termasuk ASI, merupakan hal yang unik dan penting (Sinuhaji, 2006).
Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mammae pada masa menyusui melalui
reaksi antara glukosa dan galaktosa uridin difosfat dengan bantuan lactose synthetase.
Kadar laktosa dalam susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI
mengandung 7% laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006).
B. Metabolisme Laktosa
Karbohidarat yang dimakan diserap dalam bentuk monosakarida (glukosa,
galaktosa, dan fruktosa). Karena itu laktosa harus dihidrolisa menjadi glukosa dan
galaktosa terlebih dahulu agar proses absorbsi dapat berlangsung. Hidrolisa ini dilakukan
oleh laktase (β-galactosidase), suatu enzim yang terdapat pada brush border mukosa usus
halus (Mattews, 2005).
Laktosa dalam bentuk bebas dan tidak terikat dengan molekul lainnya hanya
dapat ditemukan pada susu. Laktosa disintetase dengan menggunakan UDP-galaktose dan
glukosa sebagai substrat. Sintetase laktose terdiri dari 2 subunit: galactosyltransferase dan
α-lactalbumin. α-lactalbumin merupakan subunit yang meyebabkan galactosyltransferase
mengubah galaktosa menjadi glukosa. Subunit katalitik meningkat selama kehamilan,
dimana kadar α- lactalbumin dipengaruhi oleh hormon dan meningkat hanya pada akhir
kehamilan ketika kadar prolaktin meningkat (Campbell et al. 2005).
a. Enzim Laktase
Laktase merupakan ensim yang penting untuk hidrolisa laktosa yang terdapat
pada susu. Pada brush border vili usus halus terdapat enzim lain seperti sukrase, maltase,
dan glukoamilase. Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan di antara semua
disakaridase, laktase yang paling sedikit. Pada kerusakan mukosa karena gastroenteritis,
akan aktivitas ensim laktase akan terganggu (Sinuhaji, 2006).
Laktase dapat menghidrolisa berbagai macam substrat. Ensim laktase termasuk
dalam kelas ensim β-galactosidase sehingga memiliki aktivitas glukosidase dan
glikosilceramidase. Laktase memiliki 2 sisi yang aktif, satu untuk memecah laktosa dan
yang lainnya untuk hidrolasi pholorizin dan glicolipid. Sejumlah aksi dari sisi phlorizin
berguna untuk manusia dan dapat menjelaskan mengapa masih terdapat aktivitas ensim
laktase setelah proses penyapihan (Campbell et al. 2005).
Gen pengkode laktase terletak pada kromosom 2 (Enattah et al. 2002).
Ekspresinya terutama pada enterosit usus halus mammalia dan sangat sedikit pada kolon
selama perkembangan janin. Manusia terlahir dengan ekspresi laktase yang tinggi. Pada
sebagian besar populasi di dunia, transkiripsi laktase di down regulasi setelah
penyapihan, yang menyebabkan menghilangnya ekspresi laktase pada usus halus, dimana
hilangnya ekspresi laktase inilah yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut
intoleransi laktosa (Sinuhaji, 2006).
Pada janin manusia, aktivitas laktase sudah nampak pada usia kehamilan 3 bulan
dan aktifitasnya akan menngkat pada minggu ke 35-38 hingga 70% dari bayi lahir aterm.
Karena itu, defisiensi laktase primer yang dijumpai pada bayi prematur dihubungkan
dengan perkembangan usus immatur (developmental lactase deficiency). Defisiensi
laktase kongenital pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang jarang dijumpai dan
merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif (Sinuhaji, 2006).
Aktivitas laktase akan mengalami penurunan secara nyata pada usia 2-5 tahun
(late onset lactase deficiency) walau laktosa terus diberikan. Ini menandakan bahwa
laktase bukan merupakan ensim adaptif. Pada beberapa ras, terutama orang kulit putih di
Eropa Utara, beberapa suku nomaden di Afrika, aktivitas laktase pada manusia dewasa
tetap tinggi (persistence of lactase activity) (Sinuhaji, 2006).
C. Intoleransi Laktosa
Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa
usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap
untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa.
Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam
susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam
usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan
kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan
tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga
penderita akan mengalami diare.
Beberapa terminologi yang berkaitan dengan intoleransi laktosa antara lain:
1) Malabsorbsi laktosa
Permasalahan fisiologis yang bermanifestasi sebagai intoleransi laktosa dan
disebabkan karena ketidakseimbangan antara jumlah laktosa yang yang dikonsumsi
dengan kapasitas laktase untuk menghidrolisa disakarida (Heyman, 2006).
2) Defisiensi laktase primer
Tidak adanya laktase baik secara relatif maupun absolut yang terjadi pada anak-
anak pada usia yang bervariasi pada kelompok ras tertentu dan merupakan penyebab
tersering malabsorbsi laktosa dan intoleransi laktosa. Defisiensi laktase primer juga
sering disebut hipolaktasia tipe dewasa, laktase nonpersisten, atau defisiensi laktase
herediter (Heyman, 2006).
3) Defisiensi laktase sekunder
Defisiensi laktase yang diakibatkan oleh injuri usus kecil, seperti pada
gastroenteritis akut, diare persisten, kemoterapi kanker, atau penyebab lain injuri pada
mukosa usus halus, dan dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering terjadi
pada bayi (Heyman, 2006).
4) Defisiensi laktase kongenital
Merupakan kelainan yang sangat jarang yang disebabkan karena mutasi pada gen
LCT. Gen LCT ini yang memberikan instruksi untuk pembuatan ensim laktase (Madry,
2010).
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari intoleransi laktosa, antara lain:
1. Diare
2. Perut kembung
3. Nyeri perut
4. Kotoran berbau asam dan berlendir, kadang cair
5. Daerah sekitar anus kemerahan (pada bayi)
Gejala-gejala klinis diatas dapat timbul pada 30 menit hingga 2 jam setelah
mengkonsumsi susu dan produk-produk susu (misalnya mentega, keju).
E. Patofisiologi Intoleransi Laktosa
Apabila terjadi defisiensi laktase baik primer maupun sekunder, laktosa tidak bisa
dipecah menjadi bentuk yang bisa diserap, sehingga laktosa akan menumpuk. Laktosa
merupakan sumber energi yang baik untuk mikroorganisme di kolon, dimana laktosa
akan difermentasi oleh mikroorganisme tersebut dan menghasilkan asam laktat, gas
methan (CH4) dan hidrogen (H2). Gas yang diproduksi tersebut memberikan perasaan
tidak nyaman dan distensi usus dan flatulensia. Asam laktat yang diproduksi oleh
mikroorganisme tersebut aktif secara osmotik dan menarik air ke lumen usus, demikian
juga laktosa yang tidak tercerna juga menarik air sehingga menyebabkan diare. Bila
cukup berat, produksi gas dan adanya diare tadi akan menghambat penyerapan nutrisi
lainnya seperti protein dan lemak (Sinuhaji, 2006).
F. Diagnosa
Metode untuk mendiagnosis intoleransi laktosa dapat dilakukan dengan cara:
1. Diet eliminasi, yaitu dengan cara tidak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
laktosa (susu dan produk susu) dan lihat apakah ada perbaikan gejala. Apabila timbul
gejala klinis setelah diberikan bahan makanan yang mengandung laktosa, maka dapat
dipastikan penyebabnya adalah intoleransi laktosa.
2. Hydrogen breath test, merupakan pengujian kadar hidrogen dalam napas. Laktosa yang
tidak terurai oleh laktase akan mengalami fermentasi oleh bakteri sehingga menghasilkan
gas hidrogen didalam saluran cerna. Tes ini dilakukan dengan mempuasakan pasien, lalu
mengukur kadar hidrogen udara dari napasnya, kemudian memasukkan laktosa 2g/kgBB
trus diukur kadar hidrogennya setelah 2-3 jam pemberian. Peningkatan kadar hidrogen
udara dalam napas diatas 20ppm dapat dipastikan pasien menderita intoleransi laktosa.
3. Pengukuran kadar pH feses. Jika kadar pH feses <6, maka memperkuat dugaan adanya
intoleransi laktosa.
G. Penanganan Intoleransi Laktosa
Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya dengan
pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi mereka yang
mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu:
1) Baca label pangan dengan seksama
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar
bahan pangan. Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika
mengandung bahan-bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas
lemak, whey, gula susu.
2) Mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti keju matang (mature atau ripened
cheeses), mentega atau yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik
dibanding susu.
3) Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat
transportasi susu dalam saluran perncernaan sehingga dapat menyediakan waktu yang
cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.
4) Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena susu lebih cepat
ditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita
intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung
serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
5) Jangan menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat
dibutuhkan tubuh.
6) Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).
7) Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi
laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa
besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran
terhadap sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream, tiga
perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, tiga perempat cangkir keju
mentah (unripened cheeses).
8) Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk),
karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga
produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.
9) Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber
kalsium yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
1. Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang
terdapat dalam usus halus.
2. Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang
disebabkan oleh kekurangan enzim laktase.
3. Terminologi yang berkaitan dengan intoleransi laktosa antara lain: Malabsorbsi laktosa,
Defisiensi laktase primer, Defisiensi laktase sekunder serta Defisiensi laktase kongenital
4. Gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi antara lain: diare, perut kembung, nyeri perut,
kotoran berbau asam dan berlendir, kadang cair serta daerah sekitar anus kemerahan.
5. Diagnosa intoleransi laktosa dapat dilakukan dengan diet eliminasi, Hydrogen breath test,
serta Pengukuran kadar pH feses.
6. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi laktosa, dapat
dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama, pembatasan
jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-produk susu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kenali Intoleransi Laktosa lebih lanjut. InfoPOM Vol. 9 No. 1
Intanwati, Sherly. 2012. Intoleransi Laktosa. Fakultas kedokteran Universitas Brawijaya.
Malang.
Sinuhaji, B. A. 2006. Intoleransi Laktosa. Majalah kedokteran Nusantara Vol. 93 No. 4.
Nama : Riana
NIM : O111 10 290
Tugas Hygine Pangan
1. Sebutkan 4 bakteri dan nama penyakitnya pada manusia yang di sebabkan melalui susu
(food borne disease). Apa gejala umumnya.
2. Sebutkan 2 macam intoleransi susu pada manusia, apa gejalanya?
3. Apa syarat lokasi, peralatan dan hygine di RPU?
4. HACCP :
a. Apa kepanjangannya dan defenisinya.
b. Tujuan umum penerapannya.
c. Sebutkan penerapan Prinsip HACCP.
d. Mengapa HACCP diperlukan?
5. Apa saja yang perlu diperhatikan dan diperlukan pada waktu penyembelihan?
6. Jelaskan pemeriksaan ante mortem pada RPU
7. Jelaskan pemeriksaan post mortem pada RPU
8. Sebutkan 4 penyakit pada ungags
Jawab:
1. Empat bakteri dan nama penyakitnya pada manusia yang di sebabkan melalui susu:
a. Bacillus cereus/keracunan, gejala klinisnya
Bentuk diare : mual, perut kejang, diare, muntah (jarang)
Bentuk emetic : mual dan muntah
b. Campylobacter jejuni/Campylobacteriosis, gejala klinisnya Diare (berdarah),
demam, mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, otot nyeri.
c. Brucella sp., gejala klinis Demam, kedinginan, lelah, lemah, sakit kepala, nyeri
perut, nyeri sendi, sakit punggung, nafsu makan turun, berkeringat.
d. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)/ bacillary dysentery, gejala klinis Perut
kejang, diare (darah dan mucus), muntah, demam, kedinginan.
2. a. Intoleransi Laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang
disebabkan oleh kekurangan enzim laktase.
b. Intoleransi Protein adalah ketidakmampuan tubuh mencerna protein dalam tubuh.
3. Syarat Lokasi
1) Tidak bertentangan dengan Rancangan tata ruang : RUTR, RDTR, RBWK
2) Tidak berada pada bagian kota yang padat penduduk, letak lebih rendah daripada
pemukiman, tidak menimbulkan gangguan/pencemaran lingkungan
3) Tidak berada di daerah rawan banjir dan tidak tercemar limbah industry
4) Memiliki area cukup untuk tempat penampungan unggas, pengolahan limbah
5) Mempunyai akses jalan untuk lalu lintas
6) Mempertimbangkan kemungkinan pengembangan RPU
Syarat Peralatan
1) Tidak korosif, mudah dibersihkan, tidak toksik
2) Tempat mencuci tangan di setiap ruangan
3) Alat area bersih berbeda dengan alat area kotor
4) Pisau untuk menyembelih unggas dan pemotongan karkas
5) Penggantung unggas, penampung darah
6) Bak perebusan
7) Alat pencabut bulu
8) Bak pencucian karkas
9) Bak perendaman karkas
10) Meja penanganan karkas
Syarat Hygine
a. Higiene karyawan dan perusahaan
1) RPU memiliki aturan untuk karyawan & pengunjung untuk sanitasi RPU dan
higiene produk
2) Pemeriksaan kesehatan karyawan rutin
3) Daerah kotor & daerah bersih hanya boleh dimasuki oleh karyawan, dokter
hewan, petugas berwenang
4) Pengunjung lain harus mendapat ijin & mengikuti aturan
4. a. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem kontrol dalam
upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di
dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk
manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan
pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
b. Tujuan umum, Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau
mengurangi kasus pencemaran/keracunan dan penyakit melalui makanan.
c. Penerapan prinsip HACCP
1) Penyusunan tim HACCP
2) Penguraian produk pangan dan distribusinya
3) Penguraian cara penggunaan/konsumsi dan konsumennya
4) Penyusunan diagram alir
5) Verifikasi diagram alir
6) Analisis bahaya (Prinsip 1)
7) Identifikasi titik kendali kritis (CCP)(Prinsip 2)
8) Penetapan batas kritis (Prinsip 3)
9) Penetapan prosedur pemantauan titik kendali kritis (Prinsip 4)
10) Penetapan tindakan koreksi (Prinsip 5)
11) Penetapan prosedur verifikasi (Prinsip 6)
12) Penetapan prosedur sistem rekaman dan dokumentasi (Prinsip 7)
d. HACCP dibutuhkan karena
1) Peningkatan kejadian penyakit yang ditularkan oleh bahan makanan
(foodborne disease) masalah kesehatan masyarakat dan ekonomi.
2) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang keamanan makanan dan
kesehatan.
3) Munculnya patogen-patogen baru (new emerging pathogens).
4) Peningkatan jumlah masyarakat yang rentan.
5) Industrialisasi dan produksi masal pangan resiko kontaminasi makanan
meningkat dan besarnya jumlah konsumen yang mungkin terkena wabah
penyakit.
6) Urbanisasi: rantai makanan menjadi kompleks sehingga kesempatan
terjadinya kontaminasi pangan meningkat.
7) Perubahan pola hidup lebih banyak makan diluar.
8) Peningkatan wisatawan dunia.
9) Perdagangan internasional: pasar bebas (persaingan)
5. Yang perlu diperlukan dan diperhatikan pada saat penyembelihan
1) Dilakukan orang muslim yg sudah baligh/dewasa (modin)
2) Memakai pisau yang tajam
3) Memutus :
a. Jalan darah/arteri, vena
b. Jalan napas/trachea
c. Jalan makanan/esophagus
4) Membaca basmalah
5) Kepala jangan sampai putus
6) Setelah benar-benar mati baru dicelup air panas
6. Pemeriksaan ante mortem adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum hewan
disembelih.Pemeriksaan ini berguna untuk:
1) Mencegah masuknya ke dalam mata rantai pangan hewan dengan kondisi
menyimpang yang terlihat saat hewan hidup tetapi tidak terdeteksi pada
pemeriksaan post mortem.
a. Kelainan alat gerak
b. Susunan syaraf
c. Diare
d. Penyakit kulit
e. Suhu badan tinggi
2) Mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari hewan hidup untuk keperluan
pemeriksaan post mortem (alasan penolakan)
3) Mencegah kontaminasi kepada karyawan dan peralatan rumah potong
4) Berguna bagi pengendalian penyakit hewan menular (penelusuran informasi) ke
farm atau daerah asal pengirim ternak
5) Mencegah pemotongan kemudian menolak/memusnahkan karkas hewan yang
masih bisa diobati/ diselamatkan.
6) Melihat gejala salah penggunaan obat atau pestisida
7) Melihat kebuntingan/ hewan betina produktif atau tidak produktif
7. Pemeriksaan post mortem adalah pemeriksaan hewan setelah disembelih. Pemeriksaan
PM unggas:
1) Pemeriksaan organoleptik: melihat (warna, ukuran), melihat secara menyeluruh,
meraba (konsistensi, tekstur, benjolan), mencium (bau abnormal).
2) Mengiris: organ yang dicurigai (jika diperlukan)
3) Ruangan harus cukup terang
4) Eksternal dan internal serta organ, yaitu: Karkas, rongga badan, permukaan organ
(hati, jantung, lien, dll), untuk menjamin unggas bebas dari penyakit dan
abnormalitas (septicemia, air sacculitis, leukosis, toksemia, tumor, parasit,
kontaminasi, lesi, memar dan kematian), pemeriksaan detail dilakukan sampling
pada unggas yang dicurigai.
5) Hasilnya: lulus pemeriksaan, dikoreksi, diafkir
6) Pemeriksaan ulang setelah pendinginan (chilling)
8. Empat Penyakit ungas: Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND), Infectious
Bronchitis, dan Infectious Laryngotracheitis (ILT).