makalah teknologi pangan

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai salah satu alat kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, kemasan menjadi yang tidak terpisahkan. Selain untuk keperluan membungkus, kemasan juga dipergunakan untuk keperluan pengawetan dan lain sebagainya. Karena banyaknya penggunaan kemasan terutama plastik, mengakibatkan sampah plastik menjadi melonjak dan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang sering kali menyebabkan bencana alam seperti banjir. Untuk menangani hal tersebut, para peneliti mulai melakukan terobosan baru mulai dari pembuatan kemasan plastik ramah lingkungan, yaitu plastik yang dapat terurai dengan cepat disbanding dengan jenis plastik sebelumnya. Dan dalam beberapa tahun ini mulai lagi dikembangkan produk kemasan yang dapat dimakan, yang disebut edible film. Dimana produk ini akan dijelaskan secara singkat dalam makalah ini. 1.2. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan pengemasan/kemasan? Kapan manusia mulai menggunakan kemasan? Bagaimana perkembangan teknologi pengemasan dari masa ke masa? 1.3. Tujuan Mengetahui pengertian dari pengemasan/kemasan Mengetahui sejarah penggunaan kemasan oleh manusia Mengetahui perkembangan teknologi pengemasan dari masa ke masa TEKNOLOGI PANGAN | Teknologi Pengemasan Edible Film 1

Upload: ahmad-jamaludin-amin

Post on 27-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Edible film

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar belakangSebagai salah satu alat kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, kemasan menjadi yang tidak terpisahkan. Selain untuk keperluan membungkus, kemasan juga dipergunakan untuk keperluan pengawetan dan lain sebagainya. Karena banyaknya penggunaan kemasan terutama plastik, mengakibatkan sampah plastik menjadi melonjak dan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang sering kali menyebabkan bencana alam seperti banjir.Untuk menangani hal tersebut, para peneliti mulai melakukan terobosan baru mulai dari pembuatan kemasan plastik ramah lingkungan, yaitu plastik yang dapat terurai dengan cepat disbanding dengan jenis plastik sebelumnya. Dan dalam beberapa tahun ini mulai lagi dikembangkan produk kemasan yang dapat dimakan, yang disebut edible film. Dimana produk ini akan dijelaskan secara singkat dalam makalah ini.1.2. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan pengemasan/kemasan? Kapan manusia mulai menggunakan kemasan? Bagaimana perkembangan teknologi pengemasan dari masa ke masa?1.3. Tujuan Mengetahui pengertian dari pengemasan/kemasan Mengetahui sejarah penggunaan kemasan oleh manusia Mengetahui perkembangan teknologi pengemasan dari masa ke masa

BAB IIPEMBAHASAN2.1.Sejarah PengemasanPengemasan telah ada sejak 4000 SM, dimulai dengan kemasan alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam seperti tanah liat, tulang, kulit binatang, buluh bambu, pelepah dan daun-daunan. Pada awalnya pengemasan dilakukan untuk mengatasi aspek penanganan pangan. Pada zaman kehidupan manusia masih mengembara (nomaden), apapun yang mereka peroleh dari perburuan hewan dan tanaman liar biasanya dikonsumsi hingga persediaan di suatu lokasi habis. Lalu mereka berpindah ke tempat lain dengan membawa bekal makanan sekedarnya yang dikemas dalam kemasan alami yang mereka temukan pada saat itu di sekitar lokasi pemukiman mereka.Dengan adanya revolusi neolitik, yaitu titik waktu dimana manusia beralih ke keadaan hidup menetap dengan mengembangkan pertanian dan pemeliharaan hewan, mulailah terjadi pergeseran falsafah pengemasan. Aspek penanganan tidak lagi hanya sekedar untuk memudahkan transportasi, tetapi juga untuk memudahkan distribusi dan pengolahan.Teknologi pengemasan berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Revolusi industri yang telah mengubah tatanan hidup manusia ke arah kehidupan yang lebih modern, telah pula mengubah teknologi kemasan hingga mencakup aspek perlindungan pangan (mutu nutrisi, cita rasa, kontaminasi dan penyebab kerusakan pangan) dan aspek pemasaran (mempertahankan mutu, memperbaiki tampilan, identifikasi produk, informasi komposisi dan promosi). Saat ini meskipun kemasan alami masih juga digunakan, namun telah banyak berkembang kemasan yang termasuk dalam kelompok kemasan sintetis dan kemasan modern. Berbagai jenis material kemasan sintetis bahan pangan yang beredar di masyarakat, misalnya kertas, kaca, kaleng dan plastik mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu, sehingga penggunaannya juga didasarkan pada kecocokan dengan sifat bahan pangan yang dikemas. Kemasan modern yang telah digunakan untuk mengemas bahan pangan antara lain kemasan aseptik, kemasan dengan variasi atmosfir di dalamnya atau kemasan yang diaplikasikan dengan penyimpanan suhu rendah, baik sebagai pengemas primer (langsung kontak dengan bahan yang dikemas) maupun sekunder, tertier dan seterusnya.Perkembangan ilmu pengetahuan telah meningkatkan kesadaran manusia untuk hidup sehat.

Hal itu telah mengembangkan fungsi teknologi pengemasan pangan menjadi lebih luas, yaitu untuk:1. Menjaga produk pangan agar tetap bersih, terlindung dari kotoran dan kontaminasi.2. Menjaga produk pangan dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan pengaruh sinar.3. Memudahkan dalam membuka/menutup, memudahkan dalam penanganan, pengangkutan dan distribusi.4. Menyeragamkan produk pangan dalam ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar yang ada.5. Menampakkan identifikasi, informasi, daya tarik dan tampilan yang jelas dari bahan pangan yang dikemas sehingga dapat membantu promosi/penjualan.6. Memberikan informasi melalui sistem labelling, bagaimana cara penggunaan produk, tanggal kadaluwarsa dan lain-lain.Di antara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang paling populer dan sangat luas penggunaannya. Bahan kemasan ini memiliki berbagai keunggulan yakni, fleksibel (dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain), tidak korosif dan harganya relatif . Selanjutnya, disamping memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan kemasan lainnya, plastik juga mempunyai kelemahan yakni, tidak tahan panas, dapat mencemari produk (migrasi komponen monomer), sehingga mengandung resiko keamanan dan kesehatan konsumen, dan plastik termasuk bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami. Selain itu, bahan dasarnya tidak dapat diperbarui karena berasal dari hasil samping pengambilan bahan bakar minyak bumi.2.2.Teknologi Pengemasan PlastikIndustri plastik bermula pada tahun 1920 dengan ditemukannya reaksi antara phenol dengan formaldehide yang merupakan reaksi dasar polimerisasi plastik. Plastik mempunyai dua bentuk yaitu kemas bentuk (fleksibel) dan kemas kaku (botol, jerigen, kotak). Sesudah perang dunia II ditemukanlah polietilen, polipropilen, dan lain-lain. Plastik terdiri dari senyawa polimer tinggi serta polimerisasi dari jenis-jenis monomer (etilen, stiren, butadien, dsb).1. Politen/Polietilen (PE)Politen/Polietilen merupakan hasil polimerasi adisi gas etilen yang merupakan hasil samping industri minyak. Berdasarkan densitas dikenal tiga jenis PE , Low Density Polyethylene (LDPE) yang mudah dikelim dan murah, Medium Density Polyethylene (MDPE) yang lebih kaku dari LDPE dan lebih tahan suhu tinggi, serta High Density Polyethylene (HDPE) yang paling kaku dan tahan suhu tinggi (suhu 120C).2. Poliester/Polietilen Tereptalat (PET)Biasa digunakan untuk kemasan buah kering, makanan beku dan permen. Sifat umumnya antara lain transparan, bersih, jernih; adaptasi suhu tinggi (suhu 300C) sangat baik; permeabilitas uap air dan gas sangat rendah; tahan pelarut organik; serta tidak tahan asam kuat, phenol, benzil alkohol.3. Polipropilen (PP)Karakteristik utama bahan ini antara lain ringan, mudah dibentuk, transparan, jernih. Dari segi sifat fisik bahan ini memiliki kekuatan tarik lebih besar dari PE, tetapi sangat rapuh dan mudah pecah pada suhu rendah, sehingga tidak cocok untuk makanan beku.4. Polistiren (PS)Sifat utamanya bahan ini adalah kekuatan tarik yang tinggi dan tidak mudah sobek. Polistiren memiliki titik lebur yang rendah (80C), tetapi tahan asam, basa dan permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi. Bahan ini relatif mudah dicetak, licin, jernih, mengkilap, tetapi menjadi keruh jika kontak dengan pelarut organik.5. Polivinil Khlorida (PVC)Terdapat tiga jenis PVC yaitu plasticized vinyl chloride, vinyl co polimer, dan oriented film. Sifat umumnya adalah tembus pandang, permeabilitas gas dan uap air rendah, tahan terhadap minyak, alkohol dan petroleum. Bahan ini memiliki kekuatan tarik tinggi, tidak mudah sobek. Secara kimiawi PVC dapat dipengaruhi oleh hidrokarbon aromatik, keton, aldehid, dan ester.6. Saran/Poliviniliden Khlorida (PVDC)Sifat umum saran/PVDC antara lain adalah transparan, luwes, dan jernih. Bahan ini tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, minyak dan merupakan bahan sekat lintasan yang baik untuk sinar UV.

7. SelopanSifat umum selopan adalah transparan, terang; tidak termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas; tidak larut air, minyak, tidak melalukan O2; mudah retak pada RH dan suhu rendah; mudah dilaminasi; mudah dirobek; dan mengkerut pada suhu dingin. Ada beberapa kode atau jenis selopan, yaitu A/B (Anchored); C (Colored); D (du Pont); L (kedap air sedang); M (kedap uap air); O (dilapisi sebelah); P (tidak dilapisi); R (dilapisis dengan vinil); S (direkat dengan panas); T (tembus pandang); V, X/K (dilapisi dengan polimer saran); WO (White Opaque).8. Film PlastikContoh dari plastik film adalah amilosa pada bungkus permen dan sosis; selulosa asetat butirat, selulosa asetat propionat; selulosa nitrat dan selulosa triasetat; klorotrifluoroetilin (peralatan bedah); etilen buten (mirip HDPE); fluoro karbon (teflon, tahan bahan kimia); ionomer (kemasan vakum); polivinil alk (untuk produk kering); polietilen oksida (kemasan tepung); polialomer (karakter antara HDPE dan PP); dan H-film (toleransi terhadap suhu cukup besar, sekitar 269 400C, tahan terhadap radiasi sinar X).Beberapa faktor yang menentukan terjadinya perkembangan dalam bidang pengemasan adalah konsumen, teknologi pembuat kemasan, biaya, teknologi pangan, mode, teknologi alat masak, teknologi informasi dan teknologi transformasi.2.3.Teknologi Pengemasan Ramah LingkunganSaat ini, bahan kemasan plastik telah menimbulkan permasalahan cukup serius. Polimer plastik yang tidak mudah terurai secara alami mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Berbagai laporan menunjukkan, produk berbahan dasar plastik menjadi penyebab kerusakan lingkungan di pantai New Jersey, laut Sargasso dan pulau Scottish. Selain itu, plastik dalam proses pembuatannya menggunakan minyak bumi, yang ketersediaannya semakin berkurang dan sulit untuk diperbarui. Kondisi demikian menyebabkan bahan kemasan plastik tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan di waktu mendatang.

Pengemas yang banyak digunakan sekarang ini sebagian besar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya apabila dibuat dari bahan yang tidak dapat didaur ulang atau sulit mengalami biodegradasi, seperti plastik untuk meminimalkan pencemaran lingkungan, dapat digunakan pengemas alternatif yang tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan yaitu edible film . Edible film dapat meningkatkan stabilitas dan kualitas makanan dengan berlaku sebagai penghalang minyak, oksigen, dan uap air. Selanjutnya, edible film merupakan bahan potensial pembawa antioksidan yang dapat meminimalkan atau mencegah adanya oksidasi lemak. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan edible film adalah metilselulosa, lilin lebah dan plasticizer.2.4.Teknologi Pengemasan Edible FilmA. Definisi dan FungsiEdible film adalah lapisan tipis sebagai pengemas bahan makanan yang dapat dimakan. Penggunaan edible film dengan kemampuannya sebagai penghambat uap air, lemak, dan O2 di dalam setiap sistem pangan diharapkan dapat mengurangi timbulnya sampah dari bahan pengemas (McHugh dan Krochta, 1994). Edible film juga berfungsi untuk menghambat perpindahan larutan, memperbaiki sifat mekanik makanan, melindungi senyawa flavor volatil, dan sebagai pembawa bahan aditif pada makanan (Fennema, 1976).Penggunaan edible film sebagai pengemas bahan pangan memiliki beberapa keunggulan, di antaranya bisa langsung dikonsumsi bersama dengan produk yang dikemas. Bahan pembuat edible film relatif tidak mahal. Edible film dapat mengurangi atau menghilangkan penggunaan pengemas inedible, mengurangi polusi lingkungan, meningkatkan sifat mekanik, organoleptik, kualitas gizi, serta daya simpannya (Guilbert dan Biquet, 1990 dalam Bureau dan Multon, 1996).Komponen edible film (biopolimer) dibagi dalam tiga kategori, yaitu hidrokoloid, lipid, dan komposit (campuran). Hidrokoloid yang dapat digunakan meliputi protein, derivat selulosa, alginat, pektin, pati, dan polisakarida lainnya. Lipid yang dapat digunakan meliputi lilin (waxes), asil gliserol, dan asam lemak. Komposit merupakan campuran antara komponen lipid dan hidrokoloid. Film komposit dapat berupa dua lapis (bilayer) yakni lapisan pertama berupa hidrokoloid dan lapisan lainnya lipid atau merupakan gabungan antara komponen lipid dan hidrokoloid yang membentuk satu lapis film (McHugh dan Krochta, 1994).Edible film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki kemampuan yang baik untuk melindungi produk terhadap O2, CO2, dan lipid serta memiliki sifat-sifat mekanis yang mampu meningkatkan integritas struktural pada produk yang mudah retak. Kekurangan edible film dari hidrokoloid ini adalah tidak dapat melindungi produk dari migrasi uap air karena sifatnya yang hidrofilik. Sedangkan edible film yang dibuat dari lipid memiliki sifat-sifat yang sangat baik untuk melindungi produk dari migrasi uap air. Pemakaian lipid sebagai komponen murni dalam pembuatan edible film sangat terbatas karena kurangnya ketahanan serta integritas struktural film yang dihasilkan. Untuk mengatasi kelemahan kedua jenis edible film tersebut maka dilakukan penggabungan keduanya. Hidrokoloid pada edible film komposit mampu memberikan integritas struktural serta ketahanan yang baik dan lipid mampu melindungi produk dari migrasi uap air (McHugh dan Krochta, 1994).B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Edible Film Suhu Konsentrasi polimer Plasticizer Laju transmisi uap air (Water Vapor Transmission Rate) Kekuatan renggang putus (Tensile Strength) dan Perpanjangan (Elongasi) Ketahanan dalam air (Water Resistance) Pensuspensian bahan ke dalam pelarutC. Sifat Fisik dan Mekanik Edible FilmSifat fisik edible film merupakan sifat kenampakan dari edible film, yaitu warna, kebeningan, kehalusan permukaan, dan penampakan keseluruhan. Ketebalan film merupakan sifat fisik film yang besarnya dipengaruhi oleh konsentrasi padatan terlarut pada larutan pembentuk film dan ukuran pelat kaca pencetak. Ketebalan film mempengaruhi laju uap air, gas, dan senyawa volatil lainnya. Sebagai kemasan, semakin tebal edible film maka kemampuan penahannya semakin besar sehingga umur simpan produk akan semakin panjang. Dalam fungsi lainnya ketebalan edible film mempengaruhi kenampakan produk yang dikemas. Semakin tebal edible film yang digunakan akan memberikan warna yang tidak transparan sehingga kenampakan produk menjadi kurang menarik (Gontard et al., 1993)Sifat mekanik edible film menunjukkan kekuatan edible film atau mudah tidaknya edible film mengalami kerusakan selama melalui tahapan proses pengolahan bahan pangan yang dikemasnya. Sifat mekaniknya adalah sebagai berikut:a. Laju transmisi uap air adalah jumlah uap air yang hilang persatuan waktu dibagi dengan luas area film. Laju transmisi uap air menentukan permeabilitas uap air film (McHugh dan Krochta, 1994).b. Kekuatan perenggangan atau tensile strength film merupakan kemampuan bahan dalam menahan tekanan yang diberikan saat bahan tersebut berada dalam renggang maksimumnya. Kekuatan renggang putus adalah ukuran untuk kekuatan film yang secara spesifik merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film tetap bertahan sebelum putus atau sobek. Menurut Krochta dan Johnson (1997), edible film harus dapat dipertahankan keutuhannya selama pemrosesan bahan yang dikemasnya. Cara untuk menguji kemampuannya harus dilakukan dengan evaluasi terhadap sifat-sifat yang meliputi kekuatan renggang putus dan perpanjangan.c. Sifat film yang penting untuk penerapannya sebagai pelindung makanan adalah ketahanannya di dalam air. Menurut Gontard et al., (1993), apabila aktivitas air tinggi (saat film harus kontak dengan air) selama proses pengolahan makanan yang dikemasnya, maka film harus seminimal mungkin larut dalam air. Edible film dengan kelarutan air yang tinggi juga dikehendaki, misalnya pada pemanfaatannya bila dilarutkan atau dalam makanan panas.D. Mekanisme Pembentukan Edible FilmPembentukan edible film dari pati, pada prinsipnya merupakan gelatinisasi molekul pati. Proses pembentukan film adalah suatu fenomena pembentukan gel akibat perlakuan suhu, sehingga terjadi pembentukan matriks atau jaringan (McHugh dan Krochta, 1994).Prinsip pembentukan edible film, melalui tahap-tahap sebagai berikut:1. Pembentukan larutan film dimulai dengan mensuspensi bahan ke dalam pelarut, misalnya air, etanol, dan pelarut lain.2. Pengaturan suhu mempunyai tujuan untuk mencapai suhu gelatinisasi pati, sehingga pati dapat tergelatinisasi sempurna dan diperoleh film yang homogen serta utuh. Gelatinisasi merupakan peristiwa pembentukan gel yang dimulai dengan hidrasi pati, yaitu penyerapan molekul - molekul air oleh molekul - molekul pati. Apabila tanpa adanya pemanasan, kemungkinan terjalin interaksi intermolekuler sangat kecil, sehingga pada saat dikeringkan film menjadi retak. Gelatinisasi dapat terjadi apabila air melarutkan pati yang dipanaskan sampai suhu gelatinisasinya (McHugh dan Krochta, 1994). Terjadinya gelatinisasi granula pati itu disebabkan karena molekul molekul amilosa secara fisik hanya dipertahankan oleh ikatan hidrogen yang lemah. Atom hidrogen dari gugus karboksil akan tertarik pada muatan negatif atom oksigen yang berasal dari gugus hidroksil yang lain. Dengan naiknya suhu suspensi, maka ikatan hidrogen tersebut akan semakin lemah (Winarno, 1997).3. Plasticizer merupakan substansi non volatile yang ditambahkan ke dalam suatu bahan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik bahan tersebut. Pada pembuatan edible film sering ditambahkan plasticizer untuk mengatasi sifat rapuh film, sehingga akan diperoleh film yang kuat, fleksibel, dan tidak mudah putus. Oleh karena itu plasticizer merupakan komponen yang cukup besar peranannya dalam pembuatan edible film. Menurut Gontard et al. (1992), plasticizer yang umum digunakan adalah gliserol, sorbitol, dan poli etilen glikol (PEG). Penggunaan plasticizer harus sesuai dengan polimer, dan konsentrasi yang digunakan berkisar 10 60 % berat kering bahan dasar tergantung kekakuan polimernya.4. pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan pelarut, maka akan diperoleh edible film. Suhu yang digunakan akan mempengaruhi waktu pengeringan dan kenampakan edible film yang dihasilkan.2.5.Teknik Pembuatan Edible FilmBerikut merupakan salah satu contoh dari teknik pembuatan edible film, diantaranya:PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PEKTIN CINCAU HIJAU1. Penyiapan Bahana. Pembuatan Bubuk Cincau Hijau (Premna Oblongifolia Merr.,)Pembuatan bubuk cincau diawali dengan mencuci daun cincau segar dengan air suhu kamar, kemudian dikeringkan dengan oven 50oC selama 18 jam atau dijemur dari jam 08.00 sampai 15.00 selama tiga hari (total 21 jam). Kemudian daun yang sudah kering tersebut digiling dan diayak dengan ayakan berdiameter 0,5 milimeter. Diagram Alir pembuatan bubuk

b. Tahap Ekstraksi PektinBubuk cincau hijau sebanyak 25 gram ditambah dengan 500 ml aquadest dalam bekker glass 1000 ml pada suhu 25oC, dan diaduk-aduk sampai rata dengan menggunakan magnetic stirrer untuk membantu dalam proses ekstraksi. Kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain saring, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan dan ampas. Filtrat selanjutnya ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan 1:1. Diperoleh dua fraksi, yaitu gel yang terdapat diantara cairan supernatan. Dilakukan penyaringan untuk memisahkan dua bagian tersebut. gel yang diperoleh dan bebas dari air dan impurities lainnya, selanjutnya dikeringkan dengan cabinet driyer pada suhu 50oC selama 5 jam. Diperoleh bentuk lembaranlembaran kering ekstrak daun cincau hijau (pektin). Kemudian diblender sampai halus dan dilakukan pengayakan dengan ayakan 100 mesh. Diagram Alir Ekstraksi Pektin

2. Pembuatan Edible film Pektin Cincau HijauPada pembuatan edible film ini mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Murdianto, et. al. (2005), yang dimodifikasi dengan variasi konsentrasi pektin cincau hijau (0%, 10%, 20%, 30% b/b berat tapioka), diagram alir pembuatan edible film komposit pektin cincau hijau dapat dilihat pada gambar 3.4. Dua jenis larutan awalnya disiapkan terlebih dahulu, yaitu pertama adalah larutan yang berisi larutan pektin cincau hijau dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30% (b/b tapioka), CaSO4 0,05% (b/b pektin cincau). Pektin cincau hijau, dan CaSO4 0,05% (b/b pektin cincau) dilarutkan dalam 150 ml aquadest. Larutan kedua berisi 4 gram tapioka yang dilarutkan dalam 150 ml aquadest, dipanaskan dalam hot plate selama 30 detik (sampai warnanya berubah menjadi bening), dan dilanjutkan dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 30 detik. Kemudian larutan tapioka dituang ke dalam baker glass yang telah berisi larutan pektin cincau hijau dan CaSO4 0,05%. Selanjutnya gliserol 0,87% (b/v) atau 2,6 gram ditambahkan pada larutan yang telah mengandung larutan pektin cincau hijau, CaSO4 0,05%, dan tapioka, kemudian diaduk dan dipanaskan terus sampai 750C (dipertahankan selama 5 menit), selanjutnya dipanaskan sambil diaduk hingga suhu 800C-850C (dipertahankan selama 10 menit). Larutan dicetak dan dikeringkan pada suhu 60OC selama 12 jam.

Diagram Alir pembuatan Edible film

3. Aplikasi Edible filmAplikasi edible film ini dilakukan dengan cara coating dan wrapping pada buah anggur hijau.a. Coating (pelapisan) buah anggur hijauAnggur mula-mula dicelukan pada larutan Natrium Benzoat 0,05%, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya jamur selama penyimpanan; kemudian anggur dicelupkan ke dalam laruan edible film selama 5 menit. Anggur yang telah dicelupkan, selanjutnya dipindahkan dan dikeringkan pada suhu 40OC selama 35 menit dengan hair driyer. Pencelupan dilakukan 3 kali agar semua bagian pada biji buah anggur terlapisi merata. Lima biji buah anggur yang telah dicoating tersebut, dimasukkan ke dalam cawan petri selanjutnya dimasukkan dalam toples plastic yang telah diberi silica gel, kemudian disimpan pada suhu 25-27OC selama 3 hari. Diagram Alir Aplikasi Edible film Pada Biji Buah Anggur Hijau dengan Cara Coating

b. Wrapping (pengemasan) buah anggur hijauEdible film dari pektin cincau hijau yang memiliki nilai permeabilitas uap air yang terendah, diuji dengan cara dibandingkan dengan plastik saran, edible film dari agar-agar (nutrijel), dan perlakuan tanpa wrapping sebagai control. Diagram Alir Aplikasi Edible film Pada Biji Buah Anggur Hijau dengan Cara WrappingMasing-masing cawan pengujian berisi lima biji buah anggur hijau dengan berat total kelima buah anggur hijau yang relatif sama untuk setiap cawan, selanjutnya disimpan apada suhu kamar selama 24 jam. Pengamatan dilakukan terhadap susut berat buah anggur dalam cawan-cawan terebut pada hari ke- 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. Nilai susut berat yang terbentuk dari titik-titik merupakan hasil ploting nilai susu berat (sumbu y), dan hari pengamatan (sumbu x). selain itu, diamati pula kandungan vitamin C pada buah anggur tersebut.Teknik Pembuatan Edible Film dari Pati KentangKentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini.Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi.Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih.1. Penyiapan bahana. Pembuatan pati kentang (Solanum tuberosum L.)Siapkan kentang secukupnya. Kemudian kupas kulit kentang lalu cuci hingga bersih. Parut semua kentang, lalu peras hasil parutan dengan menggunakan kain penyaring. Hasil penyaringan kemudian didiamkan selama 2 jam agar pati kentang mengendap di bagian bawah.Selanjutnya buang air hasil saringan tadi lalu keringkan pati kentang yang didapat selama satu hari. Hasil pati kentang yang didapat tergantung dari kentang yang digunakan, semakin banyak kentang yang digunakan maka semakin banyak pati yang akan didapatkan.b. Pembuatan GelSiapkan 5 gram pati kentang yang telah kering, air sebanyak 100 mL, dan gliserin 1 sendok makan. Campurkan semua bahan ke dalam sebuah wadah sambil terus diaduk. Kemudian campuran tadi di panaskan dalam api sedang sambil terus diaduk sampai terbentuk gel.Tuangkan gel yang masih dalam keadaan panas ke dalam sebuah media dengan permukaan datar, lalu ratakan.c. PengeringanKeringkan gel tersebut selama kurang lebih satu hari di bawah sinar matahari. Setelah kering, edible film siap digunakan.

BAB IIIKESIMPULANPengemasan telah ada sejak 4000 SM, dimulai dengan kemasan alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam seperti tanah liat, tulang, kulit binatang, buluh bambu, pelepah dan daun-daunan. Teknologi pengemasan berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.plastik merupakan bahan kemasan yang paling populer dan sangat luas penggunaannya. Namun, dibalik itu semua, plastik juga menyimpan bahaya apabila digunakan dalam kondisi tertentu. Maka dari itu, penggunaan kemasan (plastik) yang ramah lingkungan lebih disarankan. Salah satunya yaitu penggunaan kemasan edible film, selain ramah lingkungan, kemasan ini juga bias dimakan.TEKNOLOGI PANGAN | Teknologi Pengemasan Edible Film 16