makalah hln&k amerika unilateral is me amerika serikat; pengaruh discourse konstruktivis

22
0 Unilateralisme Amerika Serikat: Pengaruh Discourse Konstruktivis Disusun sebagai Persyaratan dalam Mata Kuliah Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Amerika oleh: Tangguh (0706291426) Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2009

Upload: tangguh

Post on 27-Jul-2015

652 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Post-9/11, the United States (US) developed the National Security Strategy of the United States (“Strategy”), which enabled it to use force unilaterally for self-defense reasons. This raised critics from the US public itself, who questioned the appropriateness of such unilateralism, while the US government still execute unilateral policies. This paper will examine this issue from the constructivist perspective and prove there had been a contested discourse that stimulated the emergence of the norm of anti-US’s unilateralism (anti-war). This paper seeks to identify the norm emergence process exercised by the norm entrepreneurs, and the organizational platform of those entrepreneurs, that argued the appropriateness of this US policy, and to what extent each process succeeded.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

0

Unilateralisme Amerika Serikat:

Pengaruh Discourse Konstruktivis

Disusun sebagai Persyaratan dalam

Mata Kuliah Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Amerika

oleh:

Tangguh (0706291426)

Departemen Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2009

Page 2: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pascaperistiwa 11 September 2001, Amerika Serikat (AS) mengembangkan praktik-praktik

penggunaan angkatan militer melawan teroris berkembang secara simultan melalui retorika

“perang melawan terorisme”. AS mengembangkan National Security Strategy of the United

States (“Strategy”), yang memungkinkan penggunaan force secara unilateral dengan alasan self-

defence. Hal ini dapat dilihat dalam kebijakan-kebijakan AS dalam perang di Afghanistan dan

perang Irak. Kebijakan-kebijakan tersebut menuai kritik dari publik dunia, terutama publik

AS sendiri. Namun, kebijakan-kebijakan AS yang bersifat unilateral tersebut tetap

dilaksanakan, seakan tak mendasarkan pertimbangan opini publik domestik. Hal ini

menimbulkan pertanyaan tentang hubungan antara opini publik dan kebijakan luar negeri,

isu yang telah lama menjadi perdebatan antara tradisi Realis dan tradisi Liberalis dalam ilmu

Hubungan Internasional. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa publik AS tersebut telah

melaksanakan proses-proses yang diperlukan untuk mengadvokasi norma-norma antiperang

(antiunilateralisme), yang dapat diidentifikasi sebagai tahap norm emergence dalam suatu

norms life cycle diskursus konstruktivis.

I.2. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah konformitas opini publik AS terkait unilateralisme AS, khususnya studi

kasus perang di Afghanistan dan perang Irak, dengan kebijakan AS dalam kedua isu tersebut,

dalam kerangka hubungan opini publik dan kebijakan luar negeri AS? Seperti apakah tahap

norm emergence dalam usaha advokasi norma-norma antiperang oleh publik AS, siapakah

aktor-aktor yang menjadi norm entrepreneur dalam tahap tersebut, bagaimanakah

organizational platform-nya, dan sampai sejauh manakah proses tersebut dapat mengubah

kebijakan perang unilateral AS?”

Page 3: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

2

BAB II

TELAAH PUSTAKA

II.1. Strategy Amerika Serikat dan Unilateralisme

Pascaperistiwa 11 September 2001, Amerika Serikat mulai mengobarkan retorika “perang

melawan terorisme” dan mengembangkan National Security Strategy of the United States

(“Strategy”), yang memungkinkan penggunaan force secara unilateral dengan alasan self-

defence. Strategy melegalisasi tiga doktrin yang patut dipertanyakan, yaitu (1) serangan

unilateral terhadap organisasi-organisasi teroris dan negara-negara yang menyembunyikan mereka,

dengan mengidentifikasi dan menghancurkan ancaman teroris sebelum ia mencapai AS; (2)

self-defence unilateral secara pre-emptive, atau penggunaan force secara unilateral dalam

merespon ancaman yang dapat terjadi di masa depan, yang bertujuan melakukan tindakan

balasan terhadap ancaman terhadap keamanan nasional AS yang mengharuskan tindakan

antisipasi untuk mencegahnya karena risiko yang besar; serta (3) intervensi kemanusiaan

unilateral, atau penggunaan force secara unilateral untuk membebaskan rakyat yang hak-hak

asasinya diperlakukan secara kejam, di mana aspek kunci Strategy adalah memperluas

kepentingan demokrasi, pembangunan, pasar bebas, dan perdagangan bebas ke seluruh

sudut dunia.1

II.2. Hubungan Opini Publik dan Kebijakan Luar Negeri

Amerika Serikat

Tradisi Liberal-Demokratis memandang bahwa kebijakan luar negeri negara-negara

demokratis lebih damai (daripada kebijakan negara-negara nondemokratis) salah satunya

karena akuntabilitas terhadap publik membuat publik memiliki peran konstruktif dalam

membatasi para pembuat kebijakan; sementara tradisi Realis memandang bahwa opini publik

adalah rintangan terhadap diplomasi yang bijaksana dan koheren, karena “syarat -syarat

1 Devika Hovell, “Chinks in the Armour: International Law, Terrorism and the Use of Force”, dalam UNSW Law Journal Volume 27(2) hal. 398-427

Page 4: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

3

rasional kebijakan luar negeri yang baik pada permulaannya tak dapat memperhitungkan

dukungan opini publik yang memiliki preferensi yang lebih emosional daripada rasional”

(Hans J. Morgenthau, 1978:558). Pada masa Perang Dunia I, Presiden Wilson dan Menteri

Luar Negeri Elihu Root, yang berpandangan Liberalis klasik, menyambut prospek diplomasi

rakyat. Namun, pada masa pasca-Perang, jurnalis Walter Lippman mengkritik premis sentral

pandangan Liberal klasik bahwa 1) publik tidak memiliki gambaran yang sesuai tentang

hubungan internasional yang nyata, serta bahwa 2) media tidak memiliki kemampuan efektif

untuk menyajikan sumber informasi valid tentang dunia nyata kepada publik. Peristiwa pada

1930-an dan pecahnya Perang Dunia II seakan membenarkan pandangan skeptis tradisi Realis

dalam hal ini.2

Pasca-Perang Dunia II, muncul berbagai karya tentang opini publik dan kebijakan luar

negeri, seperti publikasi Lippman, esai The Man in the Street Thomas Bailay (1948), dan esai

The American People and Foreign Policy Gabriel Almond (1950), yang menghasilkan Konsensus

Almond-Lippman. Dalil konsensus tersebut adalah sebagai berikut. Ole R. Holsti (2002)

mengkritik Konsensus Almond-Lippman dalil per dalil dengan mengutip berbagai ahli.

Proposisi Konsensus Almond-Lippman dan kritik Holsti dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.3

Proposisi Konsensus Almond-Lippman Kritik Holsti

Opini publik sangat mudah berubah pendirian

sehingga menjadi dasar yang meragukan bagi

kebijakan luar negeri.

Opini massa secara agregat tercirikan dengan

suatu stabilitas (baik pada kebijakan luar negeri

maupun pada isu domestik), serta bahwa ketika

sikap publik berubah, hal tersebut tidak terjadi

secara acak maupun 180 derajat, namun

merupakan reaksi masuk akal yang berdasarkan

peristiwa dunia nyata. (Page dan Shapiro, 1988)

Sikap publik terhadap urusan luar negeri

kurang memiliki struktur dan koherensi

Terdapat peningkatan konsistensi ideologis di

antara publik antara 1960-an dan 1970-an.

2 Ole R. Holsti, “Public Opinion and Foreign Policy: Challenges to the Almond—Lippman Consensus”, dalam Robert J. Lieber (ed.), Eagle Rules? Foreign Policy and American Primacy in the Twenty-First Century (Prentice Hall, 2002), 361- 3 Ibid.

Page 5: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

4

sehingga lebih tepat tidak disebut sebagai

sikap.

Walaupun publik kurang memiliki informasi,

sikap mereka tentang urusan luar negeri

terstruktur dalam cara yang cukup moderat.

Pada akhirnya, opini publik hanya memiliki

pengaruh yang sangat terbatas terhadap

pelaksanaan kebijakan luar negeri.

Berbagai analisis kuantitatif/korelasional dan

studi kasus menunjukkan bahwa opini publik

memiliki pengaruh penting atas kebijakan luar

negeri. (L.A. Kusnitz; W.E. Miller-D.E. Stoker,

1963; T.W. Graham (1989)

Tabel 1 – Dalil Konsensus Almond-Lippman dan kritik Holsti tentang opini publik dan kebijakan

luar negeri

II.3. Konstruktivisme dan Norms Life Cycle

Alexander Wendt (1994) mengklaim bahwa penyebab-penyebab egoisme negara tak selalu

hal yang bersifat given. Wendt mengungkapkan berbagai asumsi dari teori-teori HI kritis

untuk mengusulkan bagaimana identitas kolektif antara negara dapat muncul secara endogen

pada level sistemik.4 Dinamika konstruksi identitas dapat dilihat dari dinamika konstruksi

norma yang menjadi pengikatnya.

Norms Life Cycle untuk Menggambarkan Dinamika Konstruksi Identitas

Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink (1998) menggunakan beberapa proposisi tentang

tiga aspek norma, yaitu asal norma, mekanisme bagaimana norma berpengaruh, dan kondisi

di mana norma akan berpengaruh dalam politik dunia untuk berargumen bahwa norma

berubah dalam suatu “life cycle” (siklus kehidupan) berpola dan bahwa logika behavioral yang

berbeda-beda mendominasi berbagai segmen yang berbeda dalam siklus tersebut. Finnemore

dan Sikkink membahas tentang norma-norma internasional atau regional yang mengeset

standar-standar tindakan negara yang tepat, namun menganggap bahwa norma-norma

domestik terjalin secara dalam dengan kerja norma-norma internasional: banyak norma

internasional berawal sebagai norma-norma domestik dan menjadi internasional melalui

usaha-usaha entrepreneur, dan berargumen bahwa seluruh pengaruh domestik tersebut paling

4 Alexander Wendt, “Collective Identity Formation and The International State”, dalam The American Political Science Review, Vol. 88, No. 2, Juni 1994

Page 6: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

5

kuat pada tingkat awal suatu norms life cycle, dan berkurang secara signifikan ketika suatu

norma telah terinstitusionalisasi dalam sistem internasional. 5

Pengaruh norma dapat dipahami sebagai suatu proses dalam tiga tahap. Seperti

ditunjukkan Gambar 1, tahap pertama adalah “”norm emergence” (kemunculan norma); tahap

kedua melibatkan penerimaan norma secara luas, “norm cascade” (kejatuhan norma); dan tahap

ketiga melibatkan internalization (internalisasi). Dua tahap pertama dipisahkan oleh suatu batas

atau “tipping” point, di mana suatu massa kritis atas aktor-aktor negara yang relevan

mengadopsi norma tersebut. Mekanisme khas tahap pertama, norm emergence, adalah persuasi

oleh para norm entrepreneur (pengusaha norma), yang berusaha meyakinkan suatu massa

kritis negara (pemimpin norma) untuk memeluk norma baru. Tahap kedua bercirikan suatu

dinamika imitasi ketika pemimpin norma berusaha menyosialisasikan kepada negara-negara

lain untuk menjadi pengikut norma. Di akhir norm cascade, terjadi norm internalization; norma

memperoleh suatu kualitas taken-for-granted dan tak lagi menjadi perkara debat publik yang

luas.6

Gambar 1 Norm life cycle

Karena Finnemore dan Sikkink berargumen bahwa pengaruh domestik terhadap norma-

norma internasional paling kuat pada tingkat awal suatu norms life cycle (norm emergence),

maka penulis hanya akan membahas tahap 1, asal mula atau kemunculan norma. Terdapat

dua unsur dalam keberhasilan penciptaan norma-norma baru,, yaitu norm entrepreneur dan

organizational platform (program organisasional) di mana entrepreneur bertindak. Norm

entrepreneur penting bagi norm emergence karena mereka meminta perhatian terhadap isu atau

bahkan “menciptakan” isu dengan menggunakan bahasa yang memberi nama,

menginterpretasikan, dan mendramatisasinya, proses yang disebut oleh para teoritisi

pergerakan sosial sebagai “framing”. Norm entrepreneur mempromosikan suatu norma baru

5 Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, “International Norm Dynamics and Political Change”, dalam International Organization, Vol. 52, no. 4, Musim Gugur 1998, h.887-894 6 Finnemore dan Sikkink, ibid., h.895-901

Page 7: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

6

dalam standar “logic of appropriateness” (logika kelayakan) yang didefinisikan oleh norma

sebelumnya, sehingga dapat terlihat “tidak pantas” secara eksplisit. Motivasi norm

entrepreneur berkenaan dengan empati (aktor memiliki kapasitas untuk berpartisipasi dalam

perasaan atau gagasan orang lain), altruisme (aktor benar-benar “bertindak untuk

memberikan manfaat kepada orang lain bahkan dalam risiko kerugian yang signifikan

terhadap keadaan aktor itu sendiri”), dan komitmen ideasional (entrepreneur mempromosikan

norma-norma atau gagasan-gagasan karena mereka percaya akan cita-cita dan nilai-nilai yang

terwujud dalam norma-norma tersebut, walaupun usaha mencapai norma-norma tersebut tak

berpengaruh terhadap keadaan mereka). Unsur kedua, organizational platform, dapat

dikonstruksi secara spesifik untuk tujuan mempromosikan norma (seperti berbagai

nongovernmental organization/NGO dan jaringan advokasi transnasional yang lebih besar)

maupun juga dilakukan dari organisasi-organisasi internasional yang memiliki tujuan-tujuan

dan agenda-agenda lain.7

7 Finnemore dan Sikkink, ibid., h.896-899

Page 8: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

7

BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Unilateralisme dan Opini Publik Amerika Serikat

Perang di Afghanistan dan Opini Publik

Perang di Afghanistan dimulai ketika AS meluncurkan Operation Enduring Freedom

bersama tentara Inggris (yang kemudian melakukan operasi militernya sendiri, Operation

Herrick) sebagai respon peristiwa 11 September 2001, dengan pernyataan tujuan untuk

menemukan Osama bin Laden dan anggota-anggota tinggi Al-Qaeda lainnya serta

mengajukan mereka ke pengadilan, menghancurkan seluruh organisasi Al-Qaeda, serta

menggantikan rezim Taliban yang mendukung dan memberikan safe harbor kepada Al-Qaeda.

PBB tidak memberi wewenang bagi invasi AS terhadap Afghanistan. 8 Operation Enduring

Freedon dilanjutkan dengan International Security Assistance Force (ISAF), yang dibentuk oleh

Dewan Keamanan PBB pada akhir Desember 2001 untuk mengamankan kabul dan wilayah

sekitarnya, dan dikendalikan oleh NATO sejak 2003. Status perang ini hingga kini masih

berlanjut, setelah jatuhnya pemerintahan Taliban dan kehancuran kamp-kamp Al-Qaeda,

serta mengakibatkan banyak pemberontakan Taliban, operasi militer AS Helmand Province

campaign, dan perang di Barat-Laut Pakistan.

Opini publik pada 2001, ketika invasi dimulai pada Oktober 2001, polling menunjukkan

bahwa 88% warga Amerika mendukung aksi militer di Afghanistan.9 Suatu polling opini

dunia di 37 negara yang dilakukan Gallup International pada akhir September 2001

menemukan bahwa mayoritas di kebanyakan negara lebih menginginkan respon yang legal,

8 The War In Afghanistan: That Nagging Evidentiary Question | Law and Security Strategy

http://lawandsecurity.foreignpolicyblogs.com/2009/12/10/the-war-in-afghanistan-that-nagging-evidentiary-question/ 9 “America and the War on Terror”, AEI Public Opinion Study,

http://www.aei.org/publications/filter.all,pubID.22819/pub_detail.asp

Page 9: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

8

dalam bentuk ekstradisi dan pengadilan, daripada respon militer terhadap 9/11: Hany a di

AS, Israel, dan India mayoritas menginginkan aksi militer di Afghanistan. 10

Pada survei opini publik global Juni 2007 di 47 negara, Pew Global Attitudes Project

menemukan sejumlah besar oposisi terhadap perang Afghanistan; hanya di 4 negara

mayoritas ingin mempertahankan para tentara asing, yaitu AS (50%), Israel (59%), Ghana

(50%), dan Kenya (60%).11 Pada Juni 2008, survei Pew Global Attitudes di 24 negara

menemukan bahwa mayoritas di 21 dari 24 negara menginginkan AS dan NATO

mengeluarkan tentara mereka dari Afghanistan sesegera mungkin; hanya di tiga dari 24

negara, yaitu AS (50%), Australia (60%), dan Inggris (48%), opini publik lebih cender ung

kepada menjaga tentara di sana hingga situasi stabil. 12 Di AS, survey Pew pada September

2008 menemukan bahwa 61% warga Amerika menginginkan tentara AS untuk tinggal hingga

situasi stabil, sementara 33% menginginkan mereka dikeluarkan sesegera mungkin. 13

Opini publik sekarang, menurut polling Gallup pada November 2009, 36% warga Amerika

berpikir bahwa perang Afghanistan adalah suatu kesalahan, sementara 60% tidak berpikir

serupa. Namun, opini tersebut lebih terkait dengan apakah keterlibatan lebih jauh adalah

penting. Antara 42%-47% menginginkan peningkatan tentara untuk memenuhi permintaan

militer, 39%-44% ingin memulai pengurangan tentara, sementara 7%-9% tak menginginkan

perubahan jumlah tentara. Hanya 29% Democrat yang menginginkan peningkatan tentara

sementara 57% ingin memulai pengurangan tentara.14 36% warga Amerika menyetujui cara

Obama menangani perang Afghanistan, termasuk 19% Republican, 31% independen, dan 54%

Democrat.15 Pada Desember 2009, polling Pew Research Center menemukan bahwa hanya 32%

10 Lihat David Miller, “World Opinion Opposes the Attack on Afghanistan”, http://www.globalpolicy.org/component/content/article/154/26553.html serta “Strange Victory: A critical appraisal of Operation Enduring Freedom and the Afghanistan war” http://www.comw.org/pda/0201strangevic.html 11 “47-Nation Pew Global Attitudes Survey”, http://pewglobal.org/reports/pdf/256.pdf , h.24, h.116 serta “Global Unease With Major World Powers”,

http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=256 12 “June 2008 Pew Global Attitudes Project Survey”, http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=260 serta “24-Nation Pew Global Attitudes Project Survey”, http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=260 h.8, h.29 13 “Views on Iraq and Afghanistan”, http://people-press.org/report/?pageid=1384 14 “In U.S., More Support for Increasing Troops in Afghanistan”, polling Gallup, http://www.gallup.com/poll/124490/In-U.S.-More-Support-Increasing-Troops-Afghanistan.aspx 15 “A Year Out, Widespread Anti-Incumbent Sentiment: Overview”, Pew Research Center for the People & the Press, http://people-press.org/report/561/anti-incumbent-sentiment

Page 10: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

9

warga Amerika yang menginginkan peningkatan tentara AS di Afghanistan, sementara 40 %

menginginkan pengurangan. Hampir separuh warga Amerika, 49%, percaya bahwa AS harus

“memikirkan urusannya sendiri” secara internasional dan membiarkan negara lain, suatu

peningkatan dari 30% yang mengatakan hal yang sama pada Desember 2002. 16

Perang Irak dan Opini Publik

Perang Irak dimulai pada 20 Maret 2003, ketika suatu tentara multinasional menginvasi

Irak dipimpin tentara AS dan Inggris. Pemerintah AS dan Inggris mengklaim bahwa Irak

memiliki weapons of mass destruction/WMD (senjata pemusnah massal) yang mengancam

keamanan mereka dan sekutu-sekutu koalisi atau regional mereka.17 Pada 2002, United Nations

Monitoring, Verification and Inspection Commission (UNMOVIC) tak menemukan bukti

keberadaan WMD di Irak, namun tak dapat membuktikan keakuratan pernyataan senjata

Irak.18 Alasan-alasan lain invasi tersebut adalah tuduhan beberapa pejabat AS bahwa Presiden

Irak Saddam Hussein menyembunyikan dan mendukung AlQaeda19 (namun tak ada bukti

koneksi yang pernah ditemukan20), dukungan finansial Irak terhadap keluarga-keluarga

pengebom jihad Palestina,21 pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Irak, dan satu

usaha untuk menyebarkan demokrasi ke negara tersebut.22 Invasi Irak membawa kepada

16 “U.S. Seen as Less Important, China as More Powerful”, Pew Research Center for the People & the Press, http://people-press.org/report/569/americas-place-in-the-world 17 Center for American Progress (29 Januari 2004) “In Their Own Words: Iraq's 'Imminent' Threat”

http://www.americanprogress.org/issues/kfiles/b24970.html serta Senator Bill Nelson (28 Januari 2004) “New Information on Iraq's Possession of Weapons of Mass Destruction”, Catatan Kongres, http://www.fas.org/irp/congress/2004_cr/s012804b.html 18 H. Blix (7 Maret 2003) “Transcript of Blix's U.N. presentation”,

http://www.cnn.com/2003/US/03/07/sprj.irq.transcript.blix/index.html , Seymour M. Hersh (5 Mei 2003) Selective Intelligence, http://www.newyorker.com/archive/2003/05/12/030512fa_fact , “Official's Key Report On Iraq Is Faulted”, Washington Post 8 Februari 2007, http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/02/08/AR2007020802387.html , serta U.S. Senate Intelligence Community (Juni 2008): “Two Bipartisan Reports Detail Administration Misstatements on Prewar Iraq Intelligence, and Inappropriate Intelligence Activities by Pentagon Policy Office”, http://intelligence.senate.gov/press/record.cfm?id=298775 19 “The Weekly Standard, Saddam's al Qaeda Connection”,

http://www.weeklystandard.com/Content/Public/Articles/000/000/003/033jgqyi.asp 20 K.M. Woods dan J. Lacey (2008) “Saddam and Terrorism: Emerging Insights from Captured Iraqi Documents”, vol. 1 Institute for Defense Analyses IDA Paper P-4287, h.ES-1 serta R.J. Kerr et al. (29 Juli 2004) “Intelligence and Analysis on Iraq: Issues for the Intelligence Community”, MORI Doc. ID 1245667

(Langley, VA: Central Intelligence Agency) 21 CNN (12 September 2002) “White House spells out case against Iraq”, http://archives.cnn.com/2002/US/09/12/iraq.report/ 22 “President Discusses the Future of Iraq”, The White House, 26 Februari 2003, http://georgewbush-whitehouse.archives.gov/news/re;eases/2003/02/20030226-11.html serta “Bush Sought ‘Way’ To

Page 11: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

10

pendudukan dan penangkapan Saddam Hussein yang kemudian dieksekusi oleh pemerintah

Irak yang baru. Kekerasan terhadap tentara koalisi dan antara berbagai kelompok sektarian

membawa kepada pemberontakan di Irak, perselisihan antara banyak kelompok Sunni dan

Syiah Irak, serta operasioperasi Al-Qaeda di Irak.23 Negara-negara anggota Koalisi menarik

mundur tentara mereka setelah opini publik yang menginginkan penarikan mundur tentara

meningkat dan setelah tentara Irak mulai mengambil tanggung jawab keamanan. 24

Telah terdapat oposisi signifikan terhadap perang Irak baik di seluruh dunia maupun di

AS sendiri, baik sebelum maupun selama invasi awal terhadap Irak pada 2003. Dasar rasional

oposisi mencakup kepercayaan bahwa perang tersebut ilegal menurut Piagam PBB, atau akan

menciptakan instabilitas baik dalam Irak maupun di Timur Tengah yang lebih luas. Kritik

juga mempertanyakan validitas tujuan perang yang dinyatakan, seperti hubungan antara

pemerintahan Ba’ath dengan serangan 11 September 2001 terhadap AS serta kepemilikannya

atas WMD. Dalam AS sendiri, opini publik tentang perang perang tersebut bervariasi

sepanjang waktu. Walaupun ada oposisi signifikan terhadap perang Iran beberapa bulan

sebelum perang, polling yang dilakukan selama perang menunjukkan bahwa mayoritas warga

Amerika mendukung tindakan negara mereka. Namun, opini publik berubah pada 2004

menjadi mayoritas percaya bahwa invasi tersebut adalah suatu kesalahan, dan hal tersebut

terus berlanjut hingga sekarang. Terdapat juga kritik signifikan dari politisi AS dan para

personil keamanan nasional dan militer, termasuk para jenderal yang ikut berperang dan

telah mengkritik penanganan perang tersebut. Terkait demonstrasi, di AS juga terdapat

demonstrasi properang, yang menyebut protes-protes antiperang sebagai “minoritas yang

vokal”.25 Pada Maret 2003, polling Gallup yang dilakukan di awal perang menunjukkan bahwa

5% populasi AS telah memprotes atau membuat oposisi publik terhadap perang

dibandingkan dengan 21% yang menghadiri reli atau display publik yang mendukung

Invade Iraq?” 60 Minutes,

http://www.cbsnews.com/stories/2004/01/09/60minutes/main592330.shtml 23 Menteri Pertahanan AS Robert Gates, 2 Februari 2007, http://www.defenselink.mil/Transcript.aspx?TranscriptID=3879 , lihat pernyataan “empat perang” 24 “Britain's Brown visits officials, troops in Iraq”, International Herald Tribune, 2 Oktober 2007, http://www.iht.com/articles/ap/2007/10/02/africa/ME-GEN-Iraq-Britain.php serta “Italy plans Iraq troop pull-out”, BBC 15 Maret 2005, http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4352259.stm 25 Michelle Boorstein, V. Dion Haynes dan Allison Klein, “Dueling Demonstrations As Thousands March to Capitol to Protest Iraq Conflict, 189 Arrested; War Supporters Take on 'Vocal Minority'”, The Washington Post, Minggu, 16 September 2007; h.A08, http://www.washingtonpost.com/wp-

dyn/content/article/2007/09/15/AR2007091500826.html

Page 12: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

11

perang. Polling ABC news menunjukkan bahwa 2% telah menghadiri protes antiperang dan 1%

menghadiri reli properang. Protes-protes tersebut membuat 20% lebih menentang perang dan

7% lebih mendukung. Polling Fox News menunjukkan bahwa 63% memandang buruk para

pemrotes, hanya 23% yang memandang baik. Menurut Pew Research, 40% mengatakan pada

Maret 2003 bahwa mereka mendengar “terlalu banyak” dari para penentang perang dan 17%

mengatakan “terlalu sedikit”.26 Beberapa bulan menjelang perang Irak, opini publik AS lebih

menginginkan solusi diplomatis daripada intervensi militer langsung. Polling CBS News/New

York Times pada Januari 2003 menemukan bahwa 63% warga Amerika menginginkan

Presiden Bush menemukan solusi diplomatis terhadap situasi Irak, dibandingkan dengan 31%

yang menginginkan inervensi militer langsung. Namun, polling tersebut juga menemukan

bahwa, apabila diplomasi gagal, dukungan terhadap tindakan militer untuk menggantikan

Saddam Hussein berjumlah lebih dari 60%.27 Hari-hari sebelum invasi 20 Maret, polling USA

TODAY/CNN/Gallup menemukan dukungan terhadap perang terkait dengan persetujuan

PBB. Hampir enam dari sepuluh mengatakan mereka siap untuk invasi, namun dukungan

tersebut jatuh apabila dukungan PBB tak diperoleh terlebih dahulu. Apabila Dewan

Keamanan PBB menolak resolusi yang membuka jalan bagi aksi militer, hanya 54% warga

Amerika yang menginginkan invasi AS. Dan apabila pemerintahan Bush tidak mencari voting

akhir Dewan Keamanan, dukungan terhadap perang turun hingga 47%. 28 Segera setelah

invasi 2003, kebanyakan polling di AS menunjukkan mayoritas substansial warga Amerika

mendukung perang, namun tren tersebut mulai berubah kurang dari seahun setelah perang

dimulai. Berawal pada Desember 2004, polling secara konsisten menunjukkan bahwa

mayoritas menganggap invasi tersebut adalah suatu kesalahan. Pada 2006, opini tentang apa

yang harus dilakukan AS di Irak terbagi, dengan mayoritas menginginkan pembuatan jadwal

penarikan mundur, namun menentang penarikan mundur secara langsung. Namun, terkait

hal ini, respon bervariasi tergantung pemilihan kata dalam pertanyaan. 29 Polling USA

Today/Gallup yang dilakukan pada April 2007 menemukan bahwa 58% peserta menyatakan

26 “Public Opinion and the war in Iraq”, h.177-179, http://www.aei.org/docLib/200701121_roody2.pdf 27 “Poll: Talk First, Fight Later, Americans Want Weapons Evidence Before Starting War With Iraq”, CBS News, http://www.cbsnews.com/stories/2003/01/23/opinion/polls/main537739.shtml 28 USATODAY.com, “Poll: Most back war, but want U.N. support”

http://www.usatoday.com/news/world/iraq/2003-03-16-poll-iraq_x.htm 29 “Iraq”, http://www.pollingreport.com/iraq.htm

Page 13: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

12

bahwa serangan pertama AS adalah suatu kesalahan.30 Pada Mei 2007, New York Times dan

CBS News mengeluarkan hasil polling di mana 61% peserta percaya bahwa AS “harus

menjauh” dari Irak.31 Selain oposisi publik, juga terdapat oposisi dari personil keamanan

nasional dan militer, tentara, kongres, kandidat presiden, serta pengacara spesialis hukum

internasional.

III.2. Norm Entrepreneur Penentang Unilateralisme Amerika

Perang di Afghanistan

Perang di Afghanistan berulang kali menjadi subjek protes besar-besaran di seluruh dunia

yang dimulai dengan demonstrasi-demonstrasi berskala besar pada hari-hari menjelang

peluncuran resmi Operation Enduring Freedom pada Oktober 2001 dan setiap tahunnya sejak

saat itu. Banyak pemrotes menganggap pengeboman dan invasi Afghanistan adalah agresi

yang tak dapat dijustifikasi.32 Kematian ribuan warga sipil Afghanistan secara langsung

maupun tidak langsung oleh campaign pengeboman AS dan NATO juga menjadi fokus

mendasar utama protes-protes tersebut.33 Banyak organisasi baru muncul untuk menentang

perang tersebut, seperti pada Januari 2009, Brave New Foundation meluncurkan Rethink

Afghanistan, suatu kampanye nasional untuk solusi-solusi nonkekerasan di Afghanistan

melalui suatu film dokumenter oleh direktur dan aktivis politik Robert Greenwald. 34 Ketika

peningkatan 30.000 tentara AS diumumkan pada 1 Desember 2009, terjadi protes di beberapa

kota di AS.35 MoveOn.org, suatu kelompok advokasi kebijakan publik yang mendukung

30 Ibid. 31 “Poll Shows View of Iraq War Is Most Negative Since Start”, New York Times, 25 Mei 2007, http://www.nytimes.com/2007/05/25/washington/25view.html?_r=1&oref=slogin 32 “Protesters oppose sending more troops to Afghanistan”, The Courier-Journal, http://www.courier-

journal.com/article/20091205/NEWS01/912050335/1008/news01/Protesters+oppose+sending+more+troops+to+Afghanistan serta http://www.wcax.com/Global/story.asp?S=11603057 33 “Anti-war protesters arrested outside West Point”, Poughkeepsie Journal, http://www.poughkeepsiejournal.com/article/20091202/NEWS01/91201047/1006 serta “250 rally at West Point for end of Afghan war”, The Journal News,

http://www.lohud.com/article/20091202/NEWS05/912020350/1015 34 “For Timeliness, Robert Greenwald’s Afghanistan Documentary Is Released on the Web”, NYTimes.com, http://www.nytimes.com/2009/03/23/movies/23gree.html 35 “Anti-war Leaders Blast Escalation of Afghanistan War”, Fight Back! News, 1 Desember 2009,

http://www.fightbacknews.org/2009/12/1/anti-war-leaders-blast-escalation-afghanistan-war

Page 14: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

13

pencalonan presiden Barack Obama, menentang strategi Obama.36 Ekspresi oposisi lainnya

dilakukan oleh aktivis “Peace Mom” Cindy Sheehan;37 mantan opsir Angkatan Laut dan

anggota House of Representatives (Rep.) John Murtha;38 mantan anggota kongres Republic, opsir

intelijen militer, dan opsir CIA Rob Simmons; inspektur persenjataan PBB di Irak dari 1991

hingga 1998 Scott Ritter;39 kandidat presiden Partai Republic 2008 dan anggota Rep. Ron Paul;

anggota pertama Congressional Black Caucus yang mendukung Obama dalam nominasi

presiden dari Democrat 2008 anggota Rep. John Conyers Jr.;40 dan pendiri program AmeriCorps

City Year Alan Khazei. Berbagai organisasi telah meencanakan suatu march nasional demi

perdamaian di Washington, D.C. pada 20 Maret 2010.41

Perang Irak

Berawal pada 2002 dan berlanjut setelah invasi pada 2003, protes terhadap perang Irak

dilakukan di banyak kota di seluruh dunia, seringkali dikoordinasi untuk berlangsung secara

simultan di seluruh dunia. Demonstrasi-demonstrasi tersebut utamanya diorganisasi oleh

organisasi-organisasi antiperang, yang kebanyakan dibentuk sebagai oposisi terhadap invasi

Afghanistan. Di AS sendiri, terdapat demonstrasi properang, yang jauh lebih banyak daripada

protes-protes antiperang. (Namun, menurut Gallup Polls pada 14 September 2007, “Sejak

musim panas 2005, penentang perang cenderung telah mengalahkan jumlah pendukung

perang. Mayoritas warga Amerika percaya bahwa perang tersebut adalah suatu kesalahan.” 42)

Beberapa bulan menjelang perang, terjadi protes di seluruh AS, di mana protes terbesar terjadi

pada 15 Februari 2003 yang melibatkan 30.000-40.000 pemrotes di New York City, dan jumlah

yang lebih kecil di Seattle, San Francisco, Chicago, dan kota-kota lainnya. Beberapa pengamat

36 “Anti-war groups criticize Obama for sending troops to Afghanistan”, TheHill.com,

http://thehill.com//homenews/administration/70039-anti-war-groups-criticize-obama-on-afghanistan/ 37 “Cindy Sheehan Protests Obama’s Vacation”, Political Hotsheet, CBS News, http://www.cbsnews.com/blogs/2009/08/28/politics/politicalhotsheet/entry5272036.shtml 38 “Rep. Murtha opposes Afghanistan surge”, Pittsburgh Tribune-Review,

http://www.pittsburghlive.com/x/valleynewsdispatch/s_655945.html 39 Scott Ritter, “Our Murderers in the Sky”, Scott Ritter’s Columns, Truthdig, http://www.truthdig.com/report/item/our_murderers_in_the_sky_20091210/ 40 “President Obama told me to stop ‘demeaning’ him, says Rep. Conyers”, TheHill.com,

http://thehill.com/homenews/administration/71075-conyers-obama-told-me-to-stop-demeaning-him=Nzk5NTYyYmVkNDQ1YjQ0ZDYzOTVmYzk5MTRhMjM5ZGE= 41 “Today’s Missing News:U.S./NATO ‘OUT NOW’ 2010 DEMONSTRATONS”, http://todaysmissingnews.blogspot.com/2009/12/usnato-out-now-2010-demonstratons.html 42 “Gallup's Pulse of Democracy: The War in Iraq”, The Gallup Poll,

http://www.galluppoll.com/content/default.aspx?ci=1633

Page 15: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

14

memandang bahwa protes terhadap perang Irak secara relatif berskala kecil dan tak terlalu

sering daripada protes pada era Vietnam. Faktor yang paling sering disebutkan adalah

kurangnya draft.43

III.3. Analisis

Perang di Afghanistan

Dapat dilihat bahwa pada permulaannya, opini publik AS dalam perang di Afghanistan

sejalan dengan kebijakan AS. Pada 2001, warga Amerika mendukung aksi militer di

Afghanistan dan lebih menginginkannya daripada respon yang legal, dalam bentuk ekstradisi

dan pengadilan. Pada 2007 pun, publik AS juga mendukung untuk mempertahankan para

tentara AS di Afghanistan dan menjaga mereka di sana hingga situasi stabil. Pada 2009 pun,

warga AS menyetujui cara Obama menangani perang di Afghanistan. Namun, dalam

perkembangannya, opini publik mulai tak sejalan dengan kebijakan AS. Ketika Obama

menginginkan penambahan berkala tentara AS di Afghanistan sebelum penarikan mundur,

warga Amerika justru menginginkan pengurangan, dan hampir separuh warga Amerika

percaya bahwa AS harus “memikirkan urusannya sendiri” secara internasional dan

membiarkan negara lain.

Tahap norm emergence dapat dilihat dalam bentuk protes besar-besaran di seluruh dunia

termasuk di AS sendiri. Norm entrepreneur termasuk berbagai aktivis terkemuka seperti Robert

Greenwald, Cindy Sheehan, John Murtha, Rob Simmons, Scott Ritter, Ron Paul, John Conyers

Jr., serta Alan Khazei. Organizational platform termasuk berbagai organisasi baru yang muncul

untuk menentang perang tersebut, seperti Brave New Foundation dengan kampanye Rethink

Afghanistan, kelompok advokasi kebijakan publik MoveOn.org, “Peace Mom”, dan berbagai

organisasi lainnya. Namun, dalam perang di Afghanistan ini, dapat kita lihat bahwa usaha

norm emergence ini tak berhasil mencapai tipping point, terbukti dari kelanjutan kebijakan

penambahan tentara AS di Afghanistan pada masa pemerintahan Obama.

Perang Irak

43 “There Is Silence in the Streets; Where Have All the Protesters Gone?”, New York Times,

http://www.nytimes.com/2006/08/31/opinion/31observer.html?scp=4&sq=protesters&st=nyt serta artikel AP, http://www.commondreams.org/headlines07/0321-03.htm

Page 16: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

15

Terkait perang Irak, dapat dilihat bahwa opini publik AS tak terlalu berperan signifikan

terhadap pengambilan keputusan oleh AS. Oposisi signifikan terhadap perang Irak tak

memperoleh tanggapan signifikan dari pemerintah AS, dilihat dari keberlanjutan kebijakan

AS di Irak. Hal ini mungkin disebabkan opini publik AS pun masih terbagi, antara antiperang

dan kelompok-kelompok yang properang.

Tahap norm emergence dapat dilihat pada protes yang dilakukan secara simultan di

seluruh dunia, Proses ini, sebelum berhadapan dengan norm unilateralisme pemerintah,

sudah harus berhadapan dengan demonstrasi properang; hal ini mungkin menjadi salah satu

faktor penghambat tahap norm emergence. Norm entrepreneur mencakup publik, personil

keamanan nasional dan militer, tentara, kongres, kandidat presiden, serta pengacara spesialis

hukum internasional. Organizational platform termasuk demonstrasi-demonstrasi yang

dilakukan oleh organisasi-organisasi antiperang, yang juga kebanyakan dibentuk sebagai

oposisi terhadap perang di Afghanistan.

Page 17: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

16

BAB IV

SIMPULAN

Dalam kasus perang di Afghanistan dan perang Irak, dapat dilihat bahwa kebijakan luar

negeri AS yang unilateral tak sejalan dengan opini publik AS secara umum, seakan

membenarkan tradisi Realis dalam ilmu Hubungan Internasional bahwa opini publik tak

dapat menjadi dasar kebijakan luar negeri yang baik. Dalam kerangka norm emergence, kita

dapat melihat bahwa secara umum proses advokasi dilakukan dalam bentuk protes besar -

besaran di seluruh dunia termasuk di AS sendiri. Norm entrepreneur mencakup berbagai

publik AS sendiri, aktivis terkemuka, personil keamanan nasional dan militer, tentara,

kongres, kandidat presiden, serta pengacara spesialis hukum internasional. Organizational

platform mencakup berbagai organisasi baru yang muncul untuk menentang perang-perang

tersebut. Namun, dapat dilihat bahwa usaha norm emergence ini tak berhasil mencapai tipping

point, terbukti dari kelanjutan kebijakan perang AS di kedua perang ini.

Page 18: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

17

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal

Finnemore, Martha dan Kathryn Sikkink. “International Norm Dynamics and Political Change”. International Organization, Vol. 52, no. 4, Musim Gugur 1998

Holsti, Ole R. “Public Opinion and Foreign Policy: Challenges to the Almond—Lippman Consensus”. Robert J. Lieber (ed.), Eagle Rules? Foreign Policy and American Primacy in the Twenty-First Century (Prentice Hall, 2002)

Hovell, Devika. “Chinks in the Armour: International Law, Terrorism and the Use of Force”. UNSW Law Journal Volume 27(2)

Kerr, R.J. et al. (29 Juli 2004) “Intelligence and Analysis on Iraq: Issues for the Intelligence Community”, MORI Doc. ID 1245667 (Langley, VA: Central Intelligence Agency)

Wendt, Alexander. “Collective Identity Formation and The International State”. The American Political Science Review, Vol. 88, No. 2, Juni 1994

Woods, K.M. dan J. Lacey (2008) “Saddam and Terrorism: Emerging Insights from Captured Iraqi

Documents”. vol. 1 Institute for Defense Analyses IDA Paper P-4287, h.ES-1

Sumber Internet

“24-Nation Pew Global Attitudes Project Survey”. http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=260

“250 rally at West Point for end of Afghan war”. The Journal News. http://www.lohud.com/article/20091202/NEWS05/912020350/1015

“47-Nation Pew Global Attitudes Survey”. http://pewglobal.org/reports/pdf/256.pdf

“America and the War on Terror”. AEI Public Opinion Study, http://www.aei.org/publications/filter.all,pubID.22819/pub_detail.asp

“Anti-war groups criticize Obama for sending troops to Afghanistan”. TheHill.com. http://thehill.com//homenews/administration/70039-anti-war-groups-criticize-obama-on-afghanistan/

“Anti-war Leaders Blast Escalation of Afghanistan War”. Fight Back! News. 1 Desember 2009.

http://www.fightbacknews.org/2009/12/1/anti-war-leaders-blast-escalation-afghanistan-war

“Anti-war protesters arrested outside West Point”. Poughkeepsie Journal. http://www.poughkeepsiejournal.com/article/20091202/NEWS01/91201047/1006

Page 19: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

18

“A Year Out, Widespread Anti-Incumbent Sentiment: Overview”. Pew Research Center for the People & the Press. http://people-press.org/report/561/anti-incumbent-sentiment

Blix, H. (7 Maret 2003) “Transcript of Blix's U.N. presentation”,

http://www.cnn.com/2003/US/03/07/sprj.irq.transcript.blix/index.html

Boorstein, Michelle; V. Dion Haynes dan Allison Klein. “Dueling Demonstrations As Thousands March to Capitol to Protest Iraq Conflict, 189 Arrested; War Supporters Take on 'Vocal Minority'”. The Washington Post. Minggu, 16 September 2007. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/09/15/AR2007091500826.html

“Britain's Brown visits officials, troops in Iraq”. International Herald Tribune. 2 Oktober 2007. http://www.iht.com/articles/ap/2007/10/02/africa/ME-GEN-Iraq-Britain.php

“Bush Sought ‘Way’ To Invade Iraq?” 60 Minutes.

http://www.cbsnews.com/stories/2004/01/09/60minutes/main592330.shtml

Center for American Progress (29 Januari 2004) “In Their Own Words: Iraq's 'Imminent' Threat” http://www.americanprogress.org/issues/kfiles/b24970.html

“Cindy Sheehan Protests Obama’s Vacation”. Political Hotsheet. CBS News. http://www.cbsnews.com/blogs/2009/08/28/politics/politicalhotsheet/entry5272036.shtml

CNN (12 September 2002) “White House spells out case against Iraq”. http://archives.cnn.com/2002/US/09/12/iraq.report/

“Gallup's Pulse of Democracy: The War in Iraq”. The Gallup Poll.

http://www.galluppoll.com/content/default.aspx?ci=1633

Gates, Robert. 2 Februari 2007. http://www.defenselink.mil/Transcript.aspx?TranscriptID=3879

“For Timeliness, Robert Greenwald’s Afghanistan Documentary Is Released on the Web”. NYTimes.com, http://www.nytimes.com/2009/03/23/movies/23gree.html

“Global Unease With Major World Powers”. http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=256

Hersh, Seymour M. (5 Mei 2003) Selective Intelligence. http://www.newyorker.com/archive/2003/05/12/030512fa_fact

http://www.wcax.com/Global/story.asp?S=11603057

“In U.S., More Support for Increasing Troops in Afghanistan”. Polling Gallup. http://www.gallup.com/poll/124490/In-U.S.-More-Support-Increasing-Troops-Afghanistan.aspx

“Iraq”. http://www.pollingreport.com/iraq.htm

“Italy plans Iraq troop pull-out”. BBC 15 Maret 2005. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4352259.stm

“June 2008 Pew Global Attitudes Project Survey”. http://pewglobal.org/reports/display.php?ReportID=260

Page 20: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

19

Miller, David. “World Opinion Opposes the Attack on Afghanistan”. http://www.globalpolicy.org/component/content/article/154/26553.html

Nelson, Bill. (28 Januari 2004) “New Information on Iraq's Possession of Weapons of Mass Destruction”. Catatan Kongres. http://www.fas.org/irp/congress/2004_cr/s012804b.html

“Official's Key Report On Iraq Is Faulted”. Washington Post 8 Februari 2007. http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/02/08/AR2007020802387.html

“Poll Shows View of Iraq War Is Most Negative Since Start”. New York Times, 25 Mei 2007. http://www.nytimes.com/2007/05/25/washington/25view.html?_r=1&oref=slogin

“Poll: Talk First, Fight Later, Americans Want Weapons Evidence Before Starting War With Iraq”. CBS News. http://www.cbsnews.com/stories/2003/01/23/opinion/polls/main537739.shtml

“President Discusses the Future of Iraq”. The White House. 26 Februari 2003, http://georgewbush-whitehouse.archives.gov/news/re;eases/2003/02/20030226-11.html

“President Obama told me to stop ‘demeaning’ him, says Rep. Conyers”. TheHill.com. http://thehill.com/homenews/administration/71075-conyers-obama-told-me-to-stop-demeaning-him=Nzk5NTYyYmVkNDQ1YjQ0ZDYzOTVmYzk5MTRhMjM5ZGE=

“Protesters oppose sending more troops to Afghanistan”. The Courier-Journal. http://www.courier-journal.com/article/20091205/NEWS01/912050335/1008/news01/Protesters+oppose+sending+more+troops+to+Afghanistan

“Public Opinion and the war in Iraq”. http://www.aei.org/docLib/200701121_roody2.pdf

“Rep. Murtha opposes Afghanistan surge”. Pittsburgh Tribune-Review. http://www.pittsburghlive.com/x/valleynewsdispatch/s_655945.html

Ritter, Scott. “Our Murderers in the Sky”. Scott Ritter’s Columns. Truthdig. http://www.truthdig.com/report/item/our_murderers_in_the_sky_20091210/

“Strange Victory: A critical appraisal of Operation Enduring Freedom and the Afghanistan war”

http://www.comw.org/pda/0201strangevic.html

The War In Afghanistan: That Nagging Evidentiary Question | Law and Security Strategy http://lawandsecurity.foreignpolicyblogs.com/2009/12/10/the-war-in-afghanistan-that-nagging-evidentiary-question/

“The Weekly Standard, Saddam's al Qaeda Connection”. http://www.weeklystandard.com/Content/Public/Articles/000/000/003/033jgqyi.asp

“There Is Silence in the Streets; Where Have All the Protesters Gone?”. New York Times.

http://www.nytimes.com/2006/08/31/opinion/31observer.html?scp=4&sq=protesters&st=nyt serta artikel AP, http://www.commondreams.org/headlines07/0321-03.htm

“Today’s Missing News:U.S./NATO ‘OUT NOW’ 2010 DEMONSTRATONS”. http://todaysmissingnews.blogspot.com/2009/12/usnato-out-now-2010-demonstratons.html

“U.S. Seen as Less Important, China as More Powerful”. Pew Research Center for the People & the Press. http://people-press.org/report/569/americas-place-in-the-world

Page 21: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

20

U.S. Senate Intelligence Community (Juni 2008): “Two Bipartisan Reports Detail Administration Misstatements on Prewar Iraq Intelligence, and Inappropriate Intelligence Activities by Pentagon Policy Office”. http://intelligence.senate.gov/press/record.cfm?id=298775

USATODAY.com. “Poll: Most back war, but want U.N. support” http://www.usatoday.com/news/world/iraq/2003-03-16-poll-iraq_x.htm

“Views on Iraq and Afghanistan”. http://people-press.org/report/?pageid=1384

Page 22: Makalah HLN&K Amerika Unilateral is Me Amerika Serikat; Pengaruh Discourse Konstruktivis

21

Abstract Post-9/11, the United States (US) developed the National Security Strategy of the United

States (“Strategy”), which enabled it to use force unilaterally for self -defense reasons. This

raised critics from the US public itself, who questioned the appropriateness of such

unilateralism, while the US government still execute unilateral policies. This paper will

examine this issue from the constructivist perspective and prove there had been a cont ested

discourse that stimulated the emergence of the norm of anti-US’s unilateralism (anti-war).

This paper seeks to identify the norm emergence process exercised by the norm entrepreneurs,

and the organizational platform of those entrepreneurs, that argued the appropriateness of

this US policy, and to what extent each process succeeded.

Keywords: unilateralism, US public opinion, American constructivism, norm emergence, norm

entrepreneurs, organizational platform