makalah hepatitis, sirosis, dan kanker
DESCRIPTION
gvghvTRANSCRIPT
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Hati, saluran empedu, dan pankreas, semuanya berkembang sebagai cabang dari usus
depan fetus pada daerah yang di kemudian hari menjadi duodenum; semuanya berhubungan
erat dengan fisiologi pencernaan. Karena letak anatomi yang berdekatan, fungsi yang
berkaitan, dan kesamaan dari kompleks gejala yang ditimbulkan oleh gangguan pada ketiga
struktur ini, maka cukup beralasan bila ketiga struktur ini dibicarakan secara bersamaan.
Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1.500 gr, atau 2,5 %
berat badan pada orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak
oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah
kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas,
dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar.
Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat
dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diagfragma dan dinding depan
abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diagfragma. Beberapa ligamentum yang
merupakan lipatan pertoneum membantu menyokong hati. Dibawah poritoneum terdapat
1
jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson, yang meliputi seluruh
permukaan organ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatitis di permukaan inferior,
melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta,
arteria hepatika, dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik
A.
Gambar A.Hati, kandung empedu, dan pankreas.
Gambar B.Struktur mikroskopik unit fungsional hati (lobulus hati).
2
Gambar C. Unit asiner pankreas.
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempenga-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun radial
mengelilingi vena sentralis. Di antara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang
dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti
kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel kupffer merupakan
sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain
dalam darah. Hanya sumsum tulang yang mempunyai massa sel monosit-makrofag yang
lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu organ utama
sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena porta
dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran
empedu. Saluran empedu interlobular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil yang
dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan ditengah-tengah lempengan sel hati. Empedu
yang dibentuk dalam hepatosit diekskresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk
sakuran empedu yang makin lama besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus
koledokus).
3
Sirkulasi
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui vena
porta, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah
darah arteria dan sekitar duapertiga adalah darah vena porta. Volume total darah yang
melewati hati setiap menit adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan
kiri, yang selanjutnya bermuara pada vena kava inferior.
Vena porta bersifat unik karena terletak di antara dua daerah kapiler, satu dalam hati
dan lainnya dalam saluran cerna. Saat mencapai hati, vena porta bercabang-cabang yang
menempel melingkari lobulus hati. Cabang-cabang ini kemudian mempercabangkan vena-
vena interlobularis yang berjalan diantara lobulus-lubulus. Vena-vena ini selanjutnya
membentuk sinusoid yang berjalan diantara lempengan hepatosit dan bermuara dalam vena
sentralis. Vena sentralis dari beberapa lobulus bersatu mebentuk vena sublobularis yang
selanjutnya kembali menyatu dan mebentuk vena hepatika. Cabang-cabang terhalus dari
arteria hepatika juga mengalirkan darahnya kedalam sinusoid, sehingga terjadi campuran
darah arteria dari arteria hepatika dan darah vena dari vena porta. Asal darah yang mengalir
masuk ke sistem portal; peningkatan tekanan dalam sistem ini sering menjadi manifestasi
gangguan hati dengan akibat serius yang melibatkan pembuluh-pembuluh darimana darah
portal berasal. Beberapa lokasi anastomosis portakaval memiliki arti klinis yang penting.
Pada obstruksi aliran kehati, darah porta dapat diparau ke sistem vena sistemik.
4
Gambar 1.Sistem portal hepatika.Darah diangkut dari lambung, usus, limpa, dan pankreas ke
sinusoid hati. Vena hepatika mengalirkan darah ke vena kava inferior. Tempat-tempat
anastomosis antara sirkulasi hepatik dan sistemik yang jelas adalah (1) melalui vena esofagea
(cabang portal) yang beranastomosis dengan vena azigos (vabang sistemik); (2) vena
paraumbilikalis dalam ligamentum teres hepatis berasal dari cabang kiri vena porta; vena ini
berhubungan denagn vena-vena superfesial dinding anterior abdomen (cabang sistemik) pada
daerah umbilikus; (3) vena rektalis superior atau vena homoroldalis (cabang portal)
beranastomosis dengan vena rektalis media dan inferior (cabang sistemik); (4) cabang-cabang
portal yang menuju ke usus, pankreas, dan hati beranastomosis dengan vena diafragmatika,
vena renalis dan lumbalis (cabang sistemik tidak digambar). Pada hipertensi portal dan
penyakit hati kronik, darah dapat mengalir balik ke vena-vena ini dan akan dipirau ke sekitar
hati melalui tempat-tempat anastomosis.
5
Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga menduduki
urutan pertama dalam hal banyaknya, kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperanan pada hampir setiap fungsi metabolik
tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah,
hati memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya dengan 10-20% jaringan yang
berfungsi, hati mampu mempertahankan kehidupan. Destruksi total atau pembuangan hati
mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati mempunyai kemampuan regenerasi tang
mengagumkan. Pada kebanyakan kasus, pengakatan sebagian hati, baik karena sel sudah mati
atau sakit, akan diganti jaringan hati yang baru.
Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati; saluran empedu
hanya mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan
empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Hati mensekresi sekitar 1 liter empedu kuning setiap
hari. Unsusr utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu, fosfolipid 9 terutama
lesitin), kolesterol, dan pigmen empedu ( terutama bilirubin terkonyugasi). Garamempedu
penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dalm usus halus. Setelah diolah oleh bakteri
usus halus, maka sebagian besar garam empedu akan diabsorpsi di elium, mengalami
resirkulasi ke hati, serta kembali dikonyugasi dan disekresi. Bilirubin (pigmen empedu)
merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak penting, namun merupakan
petunjuk penyakit hati dan saluran empedu yang penting, karena bilirubin cenderung
merwarnai jaringan dan cairan yang berkontak dengannya. Metabolisme bilirubin normal dan
ikterus sebagai tanda penyakit.
Hati memegang perananan penting pada metabolisme tiga bahan makanan yang
dikirimkan oleh vena porta pasca absorpsi diusus. Bahan makanan tersebut adalah
karbohidrat, protein, dan lemak. Monosakarida dari usus halu di ubah menjadi glikogen dan
disimpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini, glukosa dilepas secara konstan
dalam darah (glikogenolisis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa di
metabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan panas dan energi, dan sisanya diubah
menjadi glikogen dan disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mampu mensintesis
glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis). Peranan hati pada metabolisme protein
sangat penting untuk kelangsungan hidup. Semua protein plasma, kecuali gama globulin,
disintesis oleh hati. Protein ini termasuk albumin yang diperlukan untuk mempertahankan
6
tekanan osmotik koloid, dan protrombin, fibrinogen, dan faktor-faktor pembekuan lain.
Selain itu, sebagian besar degradasi asam amino dimulai dalam hati melalui proses deaminasi
atau pembuangan gugus amino (NH3). Amonia yang dilepaskan kemudian disintesis menjadi
urea dan diekskresi oleh ginjal dan usus. Amonia yang terbentuk dalam usus oleh kerja
bakteri pada protein juga diubah menjadi urea dalam hati. Fungsi metabolisme hati yang lain
adalah metabolisme lemak; penyimpanan vitamin, besi dan tembaga; konyugasi dan ekskresi
steroid adrenal dan gonad, serta detoksikasi sejumlah besar zat endogen dan eksogen. Fungsi
detoksikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melaui oksidasi, reduksi,
hidrolisis, atau konyugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang
secara fisiologis tidak aktif. Zat-zat endogen seperti indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan
oleh kerja bakteri pada asam amino dalam usus besar, dan zat-zat eksogen, seperti morfin,
fenobarbital, dan obat-obat lain, didetoksiskasi dengan cara demikian.
Akhirnya, fungsi hati adalah sebagai “ruang pengapung” dan “ saringan” karena letaknya
yang strategis antara usus dan sirkulasi umum. Pada payah jantung kanan, hati menjadi
membengkak pasif oleh banyaknya darah. Sel kupffer pada sinusoid menyaring bakteri darah portal
dan bahan-bahan yang membahayakan dengan cara fagositosis.
FUNGSI KETERANGAN
Pembentukan dan ekresi empedu
Metabolisme garam empedu
Metabolisme pigmen empedu
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak diusus.
Bilirubin, pigmen empedu utama, merupakan hasil
akhir metabolisme pemecahan sel darah merah yang
sudah tua; proses konyugasinya berlangsungdalam hati
dan diekskresi kedalam empedu.
Metabolisme Karbohidrat
Glikogenesis
Glikogenolisis
Glukoneogenesis
Hati memegang peranan penting dalam
memepertahankan kadar glukosa darah normal dan
menyediaakan energi untuk tubuh. Karbohidrat
disimpan dalam hati sebagai glikogen.
Metabolisme Protein
Sintesis protein
Pembentukan urea
Penyimpanan protein
Protein serum yang disintesis oleh hati termasuk
albumin serta alfa dan beta globulin (gama globulin
tidak).
Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh hati
adalah fibrinogen (I), Protombin (II), dan faktor V,VII,
7
(asam amino) VIII, IX, dan X. Vitamin K diperlukan sebagai kofaktor
pada sintesi semua faktor ini kecuali faktor V.
Urea dibentuk semata-mata dalam hati dari NH3, yang
kemudian diekskresi dalam kemih dan feses.
NH3 dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja
bakteri usus terhadap asam amino.
Metabolisme Lemak
Ketogenesis
Sintesis kolesterol
Penyimpanan lemak
Penyimpanan vitamin dan mineral
Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan
liproprotein (diabsorpsi dari usus) menjadi asam lemak
dan gliserol.
Hati memegang peranan utama pada sisntesis
kolesterol, sebagian besar diekskresi dalam empedu
sebagai kolesterol atau asam kolat.
Vitamin yang larut lemak (A,D,E,K) disimpan didalam
hati; juga vitamin B12, temabaga dan besi.
Metabolisme Streoid
Detoksikasi
Ruang pengapung dan fungsi
penyaring
Hati menginaktifkan dan mensekresis aldosteron,
glukokotikoid, estrogen, progesteron, dan testosteron.
Hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat
berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang
kemudian diekresi oleh ginjal (misalnya obat-obatan).
Sinusoid hati merupakan depot darah yang mengalir
kembali dari vena kava (payah jantung kanan); kerja
fagositik sel kupffer membuang bakteri dan debris dari
darah.
Kandung Empedu
Kandung empedu merupakan kantomg berbentuk alpukat yang terletak dibawah lobus
kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk kesaluran empedu
yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar
yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang segera
bersatu mebentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus
sistikus membetnuk duktus koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan
duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri (bagian duktus yang melebar pada tempat
8
menyatu) sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula
dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter Oddi.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Empedu hati ridak dapat segera
masuk ke duodenum; akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke
duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorpsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam
kandung kira-kira 10 kali lebih pekat daripada empedu hati. Secara berkala kandung empedu
mengosongkan isisnya ke dalam duodenum melalui kontraksi dan pengosongan kandung
empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan
merupakan rangsang terkuat untuk menimbulkan kontraksi. Hormon CCK juga memperantai
kontraksi.
Pankreas
Pankreas merupakanorgan yang panjang dan ramping. Panjangnya sekitar 6 inci dan
lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi menjadi dalam 3 segmen
utama- kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung duodenum, dan kauda
menyentuh limpa.
Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda. Sel-sel
eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut asini menghasilkan unsur-unsur getah
pankreas. Sel-sel endokrin atau pulau langerhans menghasilkan sekret endokrin, insulin dan
glukgon yang penting untuk metabolisme karbohidrat.
Pankreas merupakan kelenjar kompleks tubulo alveolar. Sevara keseluruhan, pankreas
menyerupai setangkai anggur. Cabang-cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada
duktus pankreatikus utama (duktus wirsungi). Saluran-saluran kecil dari tiap asinus
mengosongkan isinya kesaluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang kelenjar, sering
bersatu dengan duktus koledokus pada ampula vater sebelum masuk ke duodenum. Saluran
tambahan, duktus Santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput pankreas masuk ke
duodenum, sekitar 1 inci diatas papila duodeni.
DEFINISI
9
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler
yang khas(Brunner&Suddarth,2001).
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh, walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati (Price & Willson, 2006).
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat
sistemik & akut (Mansjoer, dkk, 2000).
KLASIFIKASI
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi
hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak
khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan
hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok
yaitu :
1. Hepatitis Kronik persisten
Adalah suatu keadaan kekambuhan jinak, sembuh sendiri yang tidak dihubungkan
dengan kerusakan hati yang progresif, dan tidak menyebabkan gagal hati atau sirosis.
Bentuk penyakit ini dapat dengan ikterus yang nyata atau infeksi tanpa ikterus. Dalam
masa penyembuhan yang berkepanjangan, penderita menunjukan gejala-gejala : capek,
malaise, tidak nafsu makan, ikterus ringan, rasa tidak enak pada perut bagian atas atau
mungkin sama sekali tanpa gejala.
2. Hepatitis kronik lobular
10
Sering pula disebut hepatitis akut berkepanjangan karena perjalanan penyakit lebih
dari 3 bulan. Pada tipe ini ditemukan adanya tanda peradangan dan daerah-daerah
nekrosis di dalam lobulus hati
3. Hepatitis Kronik Aktif
Adalah penyakit yang ditandai dengan destruksi hepatosit yang progresif
yangmemerlukan waktu yang bertahun-tahun dilanjutkan dengan erosi dari cadangan
fungsi hati yang pada umumnya berkembang menjadi sirosis.
Perbedaan Antara Hepatitis A Hingga E
virus Sinonim Agen Cara penularan Masa Inkubasi Usia
HAV
HBV
Virus RNA
HCV
Hepatitis
infeksiosa
Hepatitis
serum
Sebelumnya
NANBH
Virus RNA
untai tunggal
Virus DNA
beerselubung
ganda
Virus RNA
untai tunggal
Fekal-oral,
makanan
penularan
melalui air,
parenteral
(jarang),
seksual
(mungkin),
penularan
melalui darah
(jarang).
Parenteral,
seksual,
perinatal,
penularan
melalui darah
Penularan
terutama
melalui darah,
juga melalui
hubungan
seksual dan
15-45
hari(lebih
pendek) rata-
rata 30 hari
50-18 hari,
rata-rata 60-90
hari
15-160 hari,
rata-rata 50
hari
Anak-anak
dewasa muda
Setiap Usia
Setiap Usia
11
Virus RNA
HDV
(membutuhka
n HBV untuk
berepikasi)
Virus RNA
HEV
Agen delta
atau HDV
(delta)
Agen
penyebab
utama untuk
NANBH
deseluruh
dunia
Virus RNA
untaitunggal
Virus RNA
untaitunggal
tak berkapsul
perinatal
Penularan
terutama
melalui darah
sebagian
melalui
hubungan dan
parenteral
Fekal-oral,
penularan
melalui air
30-60 hari, 21-
140 hari rata-
rata 35 hari.
15-60 hari
rata-rata 40
hari
Setiap usia
Dewasa muda
hingga
pertengahan.
Resiko Penularan Keadaan
Kronis
Karier
Penyakit
Kronis
Pemeriksaan Laboratorium Protilaksis
Sanitasi buruk,
daerah padat
seperti poliklinik,
rumahsakit jiwa,
jasa boga
terinfeksi pekerja
layanan
kesehatan,
Tidak Tidak IgM anti-HAV infeksi akut
IgG anti-HAV infeksi lama,
imun terhadap HAV
HAV-RNA mendektesi
infaktivitas
Vaksin HAV
Vaksin hepatitis
IG diberikan
sebelum atau
setelah pajaan.
12
wisatawan
internasional
pengguna obat,
hubungan seksual
dengan orang
terinfeksi, dan
daerah endermis
beresiko tinggi.
Aktivitas
homoseksual,
pasangan seksual
multipei,
penggunaan obat
melalui suntikan
intravena,
hemodialisa
kronis, pekerja
layanan
kesehatan,
transfusi darah
(sekarang jarang
karena ada
pemeriksaan
rutin), bayi yang
lahir dari ibu
terinfeksi.
Penggunaan obat
suntik, pasien
hemodialisa,
pekerja layanan
kesehatan,
hubungan seksual
dengan orang
Ya
Ya
Ya
Ya
HbsAg: pada awitan dan
infeksi akut, karier HBV
HbsAg : berhubungan
dengan daya infeksi yang
tinggi
Anti-HBs memberikan
imunitas terhadap HBV
HbcAg dalam hepatosit,
tidak mudah dideterksi
dalam serum
IgM antio-HBc timbul pada
infeksi yang baru terjadi
hingga 6 bulan
IgG anti-HBc timbul pada
skrining infeksi setelah 6
bulan.
Anti-HBe timbul segera
setelah resolusi infeksi akut
DNA HBV mendeteksi
infektivitas
RNA HCV terdektesi dalam
serum dari 13 minggu
peningkatan transaminase.
Anti-HCv dan RNA
mendektesi infektivitas EIA
dan RIBA mendeteksi anti-
HCV yang positif skrining
Vaksin HBIG
vaksin
menggunakan
HbsAg, non
infeksiosa.
Tidak ada vaksin
yang diketahui
13
terinfeksi, respien
transfusi sebelum
juli 1992, resipien
faktor pembekuan
sebelum tahun
1987, nayi yang
lahir dari ibu yang
terinfeksi
penggunan obat
IV penderita
hemofilia resepien
konsentrat faktor
pembekuan.
Air minum
terkontaminasi
wisatawan
(tertama kedaerah
endermis tinggi-
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
donor darah, organ, atau
jaringan penting dilakukan
IgM anti-HDV baru terpajan
HDV
Antibodi IgG anti –HDV
( antibodi IgG)
dideteksi ,melalui
pemeriksaan radioimun
kompotetitif
PCR reserve transcription,
derteksi genomvirus dala
seerum
HDAg, HDV terdeteksi
dalam spesimen biopsi
hati(metode terpilih)
Deteksi IgM terhadap
HDAg dan HbcAg,
menandakan ko-infeks akut
HDV dan HBV
IgM anti-HDV, menetap
pada infeksi kronis
HbsAg, hepatitis kronis
yang timbul dari
superinfeksi HDV
PCR reverse trascription
deteksi RNA HEV dan HEV
pada spesismen tinja dan
hati dengan baru mendapat
Ko-infeksi HDV ,
HBV dapat
dicegah dengan
pajanan sebelum
atau setelah
profilaksis untuk
HBV (tidak ada
untuk karier
HBV)
Penelitian
dilakukan tetapi
belum diketahui
vaksin yang
14
HEV) angka
kematian tinggi
(hingga 20%)
pada waktu hamil
pajanana HEV
IgM ant8i-HEV titer yang
meningkatkan bersifat
stimultan dengan
peningkatan serum
transaminase
Titer IgGanti-HEV
meningkatkan setelah
resolusi gejala.
efektif.
ETIOLOGI
1. Hepatitis A (HAV)
HAV terutama ditularkan melalui oral dengan menelan makanan yang sudah
terkontaminasi.
Penyakit ini sering menyerang anak-anak atau akibat kontak dengan penderita melalui
kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau dengan menelan kerang yang
mengandung virus, yang tidak dimasak dengan baik. Kasus dapat timbul sporadis,
sedangkan epidemi dapat tibul pada daerah yang sangat padat seperti pusat perawatan
dan rumah sakit jiwa.
2. Hepatitis B (HBV)
Pembawa HBV merupakan individu yang pemeriksaan HbsAgnya positif pada
sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan yang berjarak 6 bulan atau individu dengan
hail tes terhadap HbsAg nya positif tetapi IgM anti Hbcnya negatif dari satu spesimen
tunggal.(Centers for Disease Control 1990). Cara utama penularan HBV adalah melalui
parenteral dan menembus membran mukosa terutama melalui hubungan seksual. Masa
inkubasi rata-rata adalah sekitar 120 hari. HbsAg tealah ditemukan pada hampir semua
cairan tubuh dari orang yang terinfeksi- darah, semen, saliva, air mata, asites, ASI, kemih
dan bahkan feses. Setidaknya sebagian cairan ini(terutama darah, semen, saliva) telah
terbukti dapat menular.
3. Hepatitis C (HCV)
15
Seperti HBV, maka HCV diduga terutama ditularkan melalui jalan parenteral dan
kemungkinan melalui kontak seksual. Virus ini dapat menyerang semua kelompok usia,
tetapi lebih sering menyerang orang dewasa.
4. Hepatitis D (HDV)
Virus ini membutuhkan HbsAg untuk berperan sebagai lapisan luar partikel yang
menular. Sehingga hanya penderita yang positif terhadap HbsAg dapat tertular oleh HDV.
Penularannya terutama melalui serum, dan di Amerika Serikat penyakit ini terutama
menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat-obatan terlarang dan penderita
hemofilia.
5. Hepatitis E (HEV)
Seperti HAV, infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral dan telah dikaitkan
dengan epidemi lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang
dewasa muda sampai setengah umur dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas
yang sangat tinggi (20%).
6. Hepatitis F dan G
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai kemungkinan adanya
virus hepatitis F. Debat pertama kali timbul ketika Fagan (1994) melaporkan
ditemukannya beberapa partikel virus (non-A, non B, non-C, dan non-E) yang
disuntikkan kedalam kera rhesus indian. Kera-kera ini kemudian mengalami infeksi virus
yang dikenal sebagai hepatitis F (HFV). Oleh karena itu meskipun telah terdapat sistem
klasifikasi nama HFV, masih belum dipastikan bahwa virus hepatitis F benar-benar ada.
Virus hepatitis G (HGV) adalah suatu flavirus RNA yang mungkin menyebabkan
hepatitis fullminan. HGV ditularkan terutama melalui air, namun juga dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah menjalani
transfusi darah, tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, pengguna obat melalui
intravena, atau pasien hemodialisis. Saat ini, pemeriksaan PCR (polymerase chain
reaction) merupakan satu-satunya metode pendeteksian HGV yang tersedia. Beberapa
peneliti meyakinkan bahwa HGV tidak menyebabkan hepatitis yang bermakna secara
klinis sehingga mereka tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai virus
hepatitisn(Yeo, 2000; Lefrere, 1999)
16
PATOFISIOLOGI HEPATITIS
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. (Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc
Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.)
Pengaruh alkohol , virus hepatitis, toksin
17
Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati
Perubahan kenyamanan Gangguan suplay darah normal pada Hepatomegali
Sel-sel hepar
Gangguan metabolisme Kerusakan sel parenkim sel hati perasaan tidak nyaman
Karbohidrat lemak dan protein dan duktuli hati empedu intrahepatik di kuadran kanan atas
Glikogenesisi Glukoneogenesis Kerusakan sel parenkim sel hati dan Nyeri
Anoreksia
Menurun Menurun dan duktuli empedu intrahepatik Mk: Gangguan Mk:
Perubahan
Rasa nyaman nutrisi kurang
Gliokogen dlm hepar berkurang Dari kebutuhan
Glikogenolisis Menurun Obstruksi Kerusakan konjugasi
Glukosa dlm darah berkurang Kerusakan sel eksresi Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui
Cepat Lelah Retensi Bilirubin duktus hepatikus.
Keletihan Reguritasi pd duktuli Bilirubin direk
Mk: Intoleransin Aktivitas Empedu Intra Hepatik Ikterus
Bilirubin direk Mk: integritas kulit
Peningkatan Garam Ikterus Larut dalam air
Empedu dlm darah
18
Prutitus Perubahan estesike dalam
Kenyamanan kemih
Bilirubinuria & kemih bewarna gelap
MANIFESTASI KLINIS HEPATITIS
Hepatitis A
Mulainya infeksi HAV biasanya mandadak dan disertai oleh keluhan sistemik
demam,malaise,mual,muntah,anoreksia dan perut tidak enak. Prodromal ini mungkin ringan
dan sering tidak ketara pada bayi dan anak pra sekolah. Diare sering terjadi pada anak, tetapi
konstipasi lebih lazim pada orang dewasa. Ikterus dapat juga begitu tidak kentara pada anak
kecil (muda) sehingga ia dapat terdeteksi hanya dengan uji laboratorium . bila terjadi, ikterus
dan urin berwarna gelap biasanya terjadi sesudah gejala-gejala sistemik. Berbeda dengan
infeksi HAV pada anak, kebanyakan infeksi HAV pada orang dewasa bergejala dan dapat
berat.
Gejala-gejala infeksi HAV meliputi nyeri kuadran kanan atas,urin berwarna gelap,
dan ikterus. Lama gejala-gejala biasanya kurang dari 1 bulan, dan nafsu makan, toleransi
berlebihan dan perasaan sehat perlahan-lahan kembali, hampir semua penderita dengan
infeksi HAV akan sembuh sempurna, tetapi kumat dapat terjadi selama beberapa bulan.
Hepatitis fulminan yang menyebabkan kematian jarang dan infeksi kronis tidak terjadi.
Hepatitis B
Banyak kasus infeksi HBV tidak bergejala, sebagai dibuktikan dengan angka
pengidap petandaserum yang tinggi pada orang yang tidak mempunyai riwayat hepatitis akut.
Episode bergejala akut yang biasa,serupa dengan infeksi HAV dan virus hepatitis C (HCV)
tetapi mungkin lebih berat dan lebih mungkin mencakup keterlibatan kulit dan sendi. Bukti
klinis pertama infeksi HBV adalah kenaikan ALT,yang mulai naik tepat sebelum
perkembangan kelesuan (lethargi),anoreksia,dan malaise,sekitar 6-7minggu sesudah
pemajanan.
19
Penyakitnya mungkin didahului pada beberapa anak dengan prodrom seperti penyakit
serum termasuk artralgia atau lesi kulit, termasuk urtikaria,ruam purpura,makular atau
makulopapular. Akrodermatis popular , sindrom gianotti-crosti,juga dapat terjadi. Keadaan
keadaan ekstrahepatik lain yang disertai dengan infeksi HBV termasuk polioarteritis,
glomerulonefritis, dan anemia aplastik. Ikterus yang ada pada sekitar 25% individu
terinfeksi, biasanya mulai sekitar 8 minggu sesudah pemajanan dan berakhir selama sekitar 4
minggu. Pada perjalanan penyembuhan infeksi HBV yang biasa gejala-gejala muncul selama
6-8minggu. Persentase orang-orang yang padanya berkembang bukti klinis lebih tinggi pada
hepatitis B daripada hepatitis A, dan angka hepatitis fulminan juga lebih besar. Hepatitis
kronis juga terjadi dan bentuk kronis aktif dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma
hepatoselular.
Hepatitis D
Pola klinis infeksi akut biasanya serupa dengan pola klinis virus hepatitis yang lain.
HCV merupakan hepatitis virus yang paling mungkin menyebabkan infeksi kronis ,sekitar
dua pertiga infeksi pasca transfusi dan sekitar sepertiga kasus sporadik didapat di masyarakat
akan menjadi kronis,khas,pola fluktuasi kenaikan aminotransaminase kronis;lazim,HCV
kronis akan memburuk menjadi sirosis pada hanya sekitar setengah penderita atau sekitar
25% dari mereka semua yang mulanya terinfeksi.
Karsinoma hepatoseluler primer dapat berkembang pada penderita dengan
sirosis ,tetapi HCV kurang efektif daripada HBV dalam menyebabkan karsinoma
hepatoselulare primer, karsinoma hepatoselulare akibat HCV mungkin akibat dari radang
kronis dan nekrosis bukannya pengaruh onkogenik virus.
Hepatitis D
Gejala gejala infeksi hepatitis D adalah serupa tetapi biasanya lebih berat daripada
gejala-gejala hepatitis virus lain. Akibat klinis karena infeksi HDV tergantung pada
mekanisme infeksi. Pada infeksi bersama, hepatitis akut, yang jauh lebih berat daripada
karena HBV saja, adalah lazim, tetapi risiko untuk hepatitis kronis rendah. Pada super infeksi
hepatitis D harus dipikirkan pada setiap anak yang mengalami gagal hati akut.
Hepatitis E
20
Penyakit klinis pada hepatitis E adalah serupa dengan penyakit klinis hepatitis A,
virus yang ditularkan secara enterik lain, tetapi sering lebih berat. Kedua virus menghasilkan
hanya penyakit akut;penyakit kronis tidak terjadi. Disamping menyebabkan penyakit yang
lebih berat daripada HAV, hepatitis E mengenai penderita yang lebih tua, dengan insiden
puncak antara15 dan 34 tahun. Perbedaan klinis penting lain adalah bahwa HEV mempunyai
angka fatalitas tinggi pada wanita hamil.
Ilmu kesehatan anak nelson. Vol.2/ editor, richard e. Behrman,robert mkliegman,ann
m.arvin;egc,1999.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal) merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dan non virus.
2. ASR (SGOT) / ALT (SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3. Darah Lengkap (DL) : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
4. Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensia Darah Lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel
plasma.
6. Alkali phosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7. Feses : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8. Albumin Serum : Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum
disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
9. Gula Darah : Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
10. Anti HAVIgM : Positif pada tipe A
21
11. HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
12. Masa Protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati
atau berkurang.
13. Bilirubin serum : Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler.
14. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein) : Kadar darah meningkat.
15. Biopsi Hati : Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
16. Skan Hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
17. Urinalisa : Peningkatan kadar bilirubin : protein/hematuria dapat terjadi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HEPATITIS
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan pigmen
Urobilirubin direk
Bilirubun serum total
Bilirubin urine
Urobilinogen urine
Urobilinogen feses
b) Pemeriksaan protein
Protein totel serum
Albumin serum
Globulin serum
HbsAG
c) Waktu protombin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K
22
d) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
2. Radiologi
Foto rontgen abdomen
Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
Kolestogram dan kalangiogram
Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biopsi hati
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, jakarta
KOMPLIKASI
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang
lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1%) memperlihatkan kemunduran klinis
yang cepat setelah awitan ikterus akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati masif.
Kematian dapat timbul pada 80% kasus, dan dalam beberapa hari pada sebagian
kasus. Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan
terjadi pada 5% - 10% pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitis
kronik persisten akan selalu sembuh kembali.
23
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif
atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan
perkembangan sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati,
namun prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati
atau komplikasi sirosis.
Akhirnya, suatu komplikasi lanjutan dari hepatitis yang cukup bermakna adalah
perkembangan karsinoma hepatoselular. Dua faktor penyebab utama yang dikaitkan
dengan patogenesisnya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis terkait. Baru-baru ini sirosis
terkait HCV dan infeksi kronik telah dikaitkan pula dengan kanker hati primer. (Dienstag,
1990; Dusheiko, 1990 dalam Price, Sylvia Anderson, edisi 4 buku 1. Patofisiologi: Konsep
klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC)
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan
makanan yang paling dapat di makan oleh penderita. Pemberian makan melalui intravena
mungkin perlu diberikan selama pase akut bila pasien terus meners muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau C kronis simtomatik adalah terapi
antivirus dengan interferon –α terapi antivirus untuk hepatitis D kronis membutuhkan pasien
uji eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini memiliki resiko tinggi untuk perkembangan
sirosis kecepatan respons yang terjadi bervariasi dan lebih besar kemungkinan berhasil
dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan hepatitis B kronis
serta anak-anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespon terhadap terapi
interferon. Transplatasi hati meupakan terapi interferon. Transplantasi hati merupakan terapi
pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang tinggi untuk
terjadinya reinfeksi hati yang baru.
PENCEGAHAN
24
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi karena keterbatasan
pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktifuntuk HAV maupun HBV.
CDC (2000) telah menerbitan rekomendasi untuk praktik pemberian imunisasi sebelum dan
sesudah pajanan virus.
Pada bulan Februari 1995, vaksin pertama untuk HAV disetujui untuk dilisensikan oleh
FDA (Food And Drug Administration) Amerika Serikat. Vaksin diberikan dengan
rekomendasi untuk jadwal pemberian dua dosis bagi orang dewasa berumur 18 tahun dan
yang lebih tua, dan dosis kedua diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis pertama. Anak
berusia lebih dari 2 tahun dan remaja diberi tiga dosis ;dosis kedua diberikan satu bulan
setelah dosis pertam, dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan berikutnya. Anak berusia
kurang dari 2 tahun tidak divaksinasi, cara pemberian adalah suntikan intamuskular (IM)
dalam otot deltoideus.
Imunoglubin (IG) – dahulu disebut globulin serum imun, diberikan sebagai perlindungan
sebelum atau sesudah terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti –HAV. Profilaksis
sebelum pajanan dianjurkan untuk wisatawan manca Negara yang akan berkunjung ke
Negara – Negara endemis – HAV. Bila kunjungan berlangsung kurang dari 3 bulan, maka
diberikan dosis tunggal IG (0,2 ml/kgBB) secara IM ;bila kunjungan diperkirakan lebih lama,
berikan 0,06 ml/kg setiap 4 hingga 6 bulan.
Pemberian IG pascapajanan berrsifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan
infeksi HAV. Dosis 0.,02 ml/kg diberikan segeramungkin atau dalam waktu 2 minggu setelah
pajanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, staf
pusast penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke Negara berkembang dan
tropis.
kini tersedia imnuglobin HBV titer tinggi (HBIG) dan vaksin untuk mencegah dan
mengobati HBV. Pemberian profilaksis sebelum pajanan dianjurkan bagi individu yang
beresiko menderita HBV, yang meliputi :
1. Pekerja layanan kesehatan.
2. Klien dan staf lembaga cacat mental .
3. Pasien hemodialis.
4. Pria homoseksual yang aktif secara seksual\
5. Pemakai obat intravena.
6. Penerima produk darah secara kronis.
25
7. Kontak serumah atau berhubungan seksual dengan penderita karier HBsAg.
8. Heteroseksual yang aktif secara seksual dengan banyak pasangan.
9. Wisatawan mancanegara ke daerah endemis HBV
10. Pengungsi dari daerah endemis HBV.
Vaksin HBV asli ditahun 1982 yang berasal dari karier HBV, kini telah digantikan
dengan vaksin mutakhir hasil rekayasa genetika dari DNA rekombinan.vaksin ini
mengandung partikel – partikel HBsAg yang tidak menular. Tiga suntikan secara serial
akan menghasilkan antibody terhadap HBsAg pada 95 % kasus yang telah di vaksinasi,
namun tidak berefek pada individu karier.
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pascapajanan jangka pendek.
Pemberian vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka
panjang, bergantung pada situasi pajanan. CDC merekomendasikan pemberian HBIG dan
HBV dalam 12 jam setelah lahir pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif.
Lebih jauh, mereka mmenganjurkan uji rutin HBsAg prenatal pada semua wanita hamil di
masa akan dating, karena kehamilan akan menyebabkan penyakit berat pada ibu dan
infeksi kronis pada neonates. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg – positif dan
HBeAg – positif beresiko sebesar 70 hingga 90% untuk terinfeksi HBV ; 80 hingga 90%
bayi yang terinfeksi akan menjadi karier HBV kronis, dan lebih dari 25% dari penderita
karier ini akan meninggal akibat karsinoma hepatoselular primer atau sirosis hati.
HBIG (0,06 ml/kg) adalah penobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV setelah
suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa terpajan darah HBsAg positif. Vaksin HBV
harus segera diberikan dalam waktu 7 hingga 14 haribila individu yang terpajan belum
divaksinasi. Individu terpajan yang telah divaksinasi harus menjalani pengukuran kadar
antibody anti HBs, kemudian tidak membutuhkan pengobatan. Bila kadar antibody anti –
HBs tidak mencukupi, maka perlu diberikan dosis booster vaksin.
petugas yang terlibat dalam kontak risiko-tinggi (missal, pada hemodialisis, transfuse
tukar, dan terapi parenteral) perlu sangat berhati – hati dalam menangani peralatan dan
menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah
hepatitis mencakup penyediaan makanan dan air bersih yang aman, serta system
pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk memperhatikan hygiene umum,
mencuci tangan, serta membuang urine dan feses pasien terinfeksi secara aman.
Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai, akan menghilangkan sumber
26
infeksi yang panting . semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,HBV, dan HCV
sebelum diterima menjadi panel donor.
ASUHAN KEPERAWATAN NANDA INTERNASIONAL 2009-2011
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2: nutrisi
Kelas : pencernaan
Batasan karakteristik :
Diare
Kurang makanan
Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
2. Risiko Kekurangan volume cairan
Domain 2: nutrisi
Kelas 5: hidrasi
Faktor yang berhubungan :
Penyimpangan yang memengaruhi akses cairan.
Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan.
Penyimpangan yang memengaruhi absorbsi cairan.
Kehilangan berlebihan melalui rute normal (mis,diare).
Kurang pengetahuan.
27
3. Risiko Konstipasi
Domain 3: eliminasi dan pertukaran
Kelas 2: fungsi gastrointestinal
Faktor risiko
Fungsional
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Ketidakcukupan aktivitas fisik
Psikologis
Depresi
Fisiologis
Perubahan pola makan
Dehidrasi
Asupan cairan tidak cukup.
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS MENURUT DOENGES 2000
Dasar data pengkajian pasien
1). Aktivitas
Gejala :
Kelemahan
Kelelahan,
Malaise umum
2) Sirkulasi
Tanda :
28
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
Gejala :
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4) Makanan/Cairan
Gejala :
Hilangnya napsu makan (Anoreksia)
Penurunan berat badan atau meningkat (edema)
Mual atau muntah
Tanda : asites
5) Neurosensori
Tanda :
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
29
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
Tanda : otot tegang, gelisah
7) Pernapasan
Gejala : tidak minat atau enggan merokok (perokok)
8) Keamanan
Gejala : adanya transusi darah/produk darah
Tanda :
demam
urtikasia, lesi makulopopuler, eritema tak beraturan
eksaserbasi jerawat
angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia ( kadang-kadang ada apada
hepati alkoholik)
splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior
9) Seksualitas
Gejala : pola hidup/prilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh hemoseksual
aktif/biseksual pada wanita)
10)Penyuluhan/pembelajran
Gejala : riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksik (makanan
terkontaminitas air, jarum, alat bedah atau darah) : pembawa (simtomatik atau asimtomatik) :
30
adanya prosedur bedah dengan anestesia haloten : terpajan pada kimia toksik (contoh karbon
tetrakklorida, vin klorida ) : obat resep ( contoh sulfonamid, fenotiazid, isoniazid).
Diagnosa keperawatan 1
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dengan kelemaha umum ; penurunan
kekuatan/ketahanan ; nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas ; depresi
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Mandiri
Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan
tenang : batasi pengunjung sesuai keperluan
Rasional : meningkatkan istirahat
dan ketenangan meningkatkan
energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitas posisi
duduk,tegak diyakini menurunkan
aliran darah kaki , yang mencegah
sirkulasi optimal ke sel hati.
2 Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit
yang baik
Meningkatkan fungsi pernapasan
dan meminimalkan tekanan pada
area tertentu untuk menurunkan
resiko kerusakan jaringan.
3 Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi Memungkinkan periode
tambahan istirahat tanpa
gangguan.
4 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif atau aktif
Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan. Ini dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang menggangg periode aktivitas
31
5 Dorong penggunaan teknik menejemem stres, contoh
relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Tingkatkan relaksasi dan
penghematan energi, memusatkan
kembali perhatian,dan dapat
meningkatkan koping.
6 Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan
pembesaran hati.
Menunjukkan kurangnya
resolusi/eksaserbasi penyakit
memerlukan istirahat lanjut,
mengganti program terapi.
Kolaborasi
1. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur
sesuai indikasi, contoh lakvase, katarsis,
hiperventilasi tergantung pada pemajanan
2. Berikan obat sesuai indikasi :
Sedartif, agen antiansietas, contoh diazepam
(valium) : lorazepam (ativan).
3. Awasi kadar enzim hati
1. Membuang agen penyebab
pada hepatitis toksit dapat
membatasi derajat
kerusakan jaringan.
2. Membantu dalam
menejemen kebutuhan tidur.
Catatan : penggunaan
barbiburat dan tranquilizer
seperti kompazine dan
torazine,
dikontraindikasikan sesuai
dengan efek hepatoksik.
3. Membantu menentukan
kadar aktivitas tepat, sebagai
peningktan prematur pada
potensial resiko berulang.
Diagnosa keperawatan 2
32
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuh kebutuhan metabolik : anoreksia, mual muntah.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi pemasukkan diet atau jumlah kalori.
Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar.
Makan banyak sulit untuk mengatur
bila pasien anoreksia, anoreksi juga
paling buruk selam siang har, membuat
masukan makanan yang sulit pada sore
hari.
2 Berikan perawatan mulut sebelum makan Menghilangkan rasa tak enak dapat
meningkatkan napsu makan.
3 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak Menurunkan rasa penuh pada abdomen
dan dapat meningkatkan pemasukan
4 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman
karbonat dan permen berat sepanjang hari.
Kolaborasi :
1. Konsul pada ahli diet, dukungan
tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien, dengan
masukan lemak dan protein sesuai
toleransi.
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan
dapat lebih mudah dicerna atau toleran
bila makanan lain tidak.
1. Berguna dalam membuat
program diet untuk memenuhi
kebutuhan individu.
Metabolisme lemak bervariasi
tergantung pada produksi dan
pengeluaran empedu dan
perlunya pembatasan masukan
lemak bila terjadi diare. Bila
toleran masukan normal atau
lebih protein akan membantu
regenerasi hati. Pembatasan
protein didindikasikan pada
33
2. Awasi glukosa darah
3. Berikan obat sesuai indikasi :
Antiemetik,contoh
metalokpramide (regelan) :
trimetobenzamit (tigan).
Antasida, contoh mylanta,
titalac.
Vitamin, contoh B
kompleks, C tambahan diet
lain sesuai indikasi
Terapi steroid, contoh
prednison (deltasone)
tunggal atau kombinasi
dengan azatioprin (imuran)
penyakit berat (contoh hepatitis
kronis) karena akumulasi
produk akhir metabolisme
protein dapat mencetuskann
hepatikensalopati.
2. Hiperglikemia/hipoglikemia
dapat terjadi, memerlukan
perubahan diet/pemberian
insulin.
Diberikan ½ jam sebelum makan,
dapat menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi pada
maakanan. Catatan : kompazine
dikontraindikasikan pada penyakit hati.
Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan iritasi/resiko perdarahan.
Memperbaiki kekurangan dan
membantu proses penyembuhan.
Steroid di kontraindikasikan karena
meningkatkan resiko berulang atau
terjadinya hepatitis kronis pada pasien
dengan hepatitis virus. Namun, efek
antiinflamasi mungkin berikan cairan
IV untuk menurunkan mual /muntah
dan memampukan pasien untuk
mengkomsumsi makanan dan cairan.
Steroid dapat menurunkan
34
Berikan tambahan
makanan/nutrisi dukungan
total bila dibutuhkan.
aminotransverase serum dan kadar
bilirubin tetapi tidak mempengaruhi
nekrosis hati atau regenarasi kombinasi
terapi mempunyai efek samping lebih
sedikit.
Mungkin perlu untuk memenuhi
kebutuhan kalori bila tanda kekurangan
terjadi/gejala memanjang.
Dianosa keperawatan 3
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan
diare,perpindahan area ketiga (asites).
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi masukan dan haluaran, dibandingkan
dengan berat badan harian. Catat kehilangan
melalui usus, contoh muntah dan diare.
Memberikan informasi tentang
kebutuhan penggantian atau efek
terapi. Catatan : diare dapat
berhubungan dngan respon terhadap
infeksi dan mungkin terjadi sebagai
masalah yang lebih serius dari
obstruksi aliran darah portal dengan
kongesti vaskuler pada traktus GI
atau sebagai hasil penggunaan obat
(neomisin) laktulosa untuk
35
menurunkan kadar amonia serum
pada adanya ensetalopati hepatik.
2 Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa.
Indikator volume sirkulasi / perfusi
3 Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur
lingkar abdomen sesuai indikasi.
Menurunkan kemungkinan
perdarahan kedalam jaringan
4 Biarkan pasien menggunakan lap katun atau
spons dan pembersih mulut untuk siskat gigi.
Menghindari trauma dan perdarahan
gusi
5 Observasi tanda perdarahan. Contoh
hematuria/melena, osmosis, perdarahan terus
menerus dari gusi/bekas injeksi.
Kadar protombin menurun dan
waktu koagulai memanjang bila
absorsi vitamin K terganggu pada
traktus GI dan sintesis protombin
menurun karena mempengaruhi
hati.
Kolaborasi :
Awasi nilai laboratorium,
contoh Hb/Ht + albumin, dan
waktu pembekuan.
Berikan cairan IV (biasanya
glukosa) elektrolit :
Protein hidrolisat
Menunjukkan hidrasi dan
mengidentifikasi retensi
natriuim/kadar protein yang dapat
menimbulkan pembentukan edema.
Defisit pada pembekuan potensial
beresiko pendarahan.
Memberikan cairan dan penggantian
elektrolit.
Memperbaiki kekurangan
albumin/protein dapat membantu
mengembalikan cairan dari jaringan
36
Vitamin K
Antasida atau reseptor H2
antgonis, contoh simetidin
(tagamet).
Obat-obat antidiare, misalnya
difenoksilat dan atrifin
(bomotil).
ke sistem sirkulasi.
Karena absorpsi terganggu,
penambahan dapat mencegah
masalah koagulasi, yang dapat
terjadi bila faktor pembekuan/waktu
protombin ditekan.
Menetralisir/ menurunkan sekresi
gaster untuk merendahkan resiko
iritasi/perdarahan gaster.
Mengurangi kehilangan
cairan/elektrolit dari saluran GI
Diagnosa keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat (contoh
leukopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik
dan perbatasan sesuai kebijaksanaan rumah
sakit: termasuk cuci tangan efektif
Mencegah transmisi penyakit
keorang lain. Melalui cuci tangan
efektif dalam mencegah transmisi
virus. Tipe A (infeksi) ditranmisikan
melaluii oral-rektal, air
terkontaminasi, susu, dan makanan,
khususnya ikan yang dimasak tak
37
matang. Tipe B (serum)
ditransmisikan melalui produk
darah/darah terkontaminasi , tusukan
jarum , luka terbuka , dan kontak
dengan saliva , urine , feses , dan
semen. Tipe C juga ditransmisikan
melalui terpajan pada darah/produk
darah. Insiden HBV dan HCV telah
meningkat diantara petugas rumah
sakit dan pasien risiko tinggi .
2 Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi. Pasien terpajan terhadap proses
infeksi (khususnya respiratorius)
potensial risiko komplikasi sekunder
3 Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang
terdekat.
Pemahaman alasan untuk
perlindungan diri mereka sendiri dan
orang lain dapat mengurangi
perasaan isolasi dan stigma . Isolasi
dapat berakhir 2-3 minggu dari
timbulnya penyakit, tergantung pada
tipe/lamanya gejala .
4 Berikan informasi tentang adanya gama
globulin. Isg. Hbig. Vaksin hepatitis b
(rekombivax hb, engerix-b) melalui DepKes
atau dokter keluarga.
Efektif dalam mencegah hepatitis
virus pada orang yang terpajan ,
tergantung tipe hepatitis dan periode
inkubasi .
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
a. Obat antivirus: vidaralun (vira-a),
asiklovir (zovirak); interferon alfa-2b
(intron-a)
Berguna pada pengobatan hepatitis
aktif kronis.
38
b. Antibiotik tepat untuk egen pencegahan
(contoh, garam negatif, bakteri anaerob)
atau proses sekunder.
Pengobatan hepatitis bacterial, atau
untuk mencegah/membatasi infeksi
sekunder.
Diagnosa keperawatan 5
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia:
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau
mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan
minyak kalamin sesuai indikasi.
Mencegah kulit kering berlebihin
2 Anjurkan menggunakan Kuku-Kuku jari untuk
menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan
kuku jari terpotong pendek pada pasien koma
atau selama jam tidur. Anjurkan melepas
pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut.
Menurukan potensial cedera kulit.
3 Berikan massage pada waktu tidur Bermanfaat dalam meningkatkan
tidur dengan menurunkan iritasi
kulit
4 Hindari komentar tentang penampilan pasien. Meminimalkan stress psikilogis
sehubungan dengan perubahan
kulit.Menghilangkan gatal. Catatan:
gunakan terus menerus pada
penyakit hepatic berat
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
a. Anhistamin, contoh metdilazin
(tacaryl); difenhidramin (benadryl).
b. Antilipemik, contoh kolestramin
Mungkin digunakan untuk asam
empedu pada usus dan mencegah
absorpsi.
39
(questran).
Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan
NO INTERVENSI RASIONAL
1 1. Kaji tingkat pemahaman proses
penyakit, harapan/prognosis,
kemungkinan pilihan pengobatan.
Mengidentifikasi area kekurangan
pengetauan / salah informasi
tambahan sesuai keperluan .
2 Berikan informasi khusus tentang
pencegahan/penularan penyakit, contoh: kontak
yang memerlukan gamma globulin; masalah
pribadi tak perlu dibagi; tekankan cuci tangan
dan sanitasi pakaian.
Kebutuhan/rekomendasi akan
bervariasi karena tipe hepatitis
(agen penyebab) dan situasi
individu .
3 Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi
dengan periode istirahat adekuat. Diskusikan
pembatasan mengangkat berat, latihan
keras/olahraga.
Ini tak perlu untuk menunggu
sampai bilirubin serum kembali
normal untuk memulai aktivitas
(memerlukan waktu 2 bulan), tetapi
aktivitas keras perlu di batasi
sampai hati kembali ke ukuran
normal . Bila pasien mulai merasa lu
lebih baik , ia perlu memahami
tentang pentingnya istirahat adekuat
lanjutan dalam mencegah
kekambuhan . (Kambuh terjadi pada
5%-25% orang dewasa)
4 Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas Aktivitas yang dapat dinikmati akan
40
pengalihan. membantu pasien menghindari
pemusatan pada penyembuhan
panjang .
5 Dorong kesinambungan diet seimbang Meninngkatan kesehatan umum dan
meningkatan proses penyembuhan /
regenerasi jaringan
6 Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi
usus biasanya, contoh: masukan cairan
adekuat/diet srta, aktivitas/latihan sedangSesuai
toleransi.
Penurunan tinngkat aktivitas,
perubahan pada pemasukan
makanan/cairan dan motilitas usus
dapat mengakibatkan konstipasi .
7 Diskusikan efek samping dan bahaya minum
obat yang dijual, bebas/diresepkan (contoh
asetaminofen, aspirin) dan perlunya
melaporkan ke pemberi perawatan tentang
diagnosa.
Beberapa obat merupakan toksik
untuk hati , banyak obat lain
dimetabolisme oleh hati dan harus
dihindari pada penyakit hati berat
karena menyebabkan efek
kkumulatif toksik/hepatitis kronis
8 Diskusikan pembatasan donator darah.
Mencegah penyebaran penyakit
infeksi . Kebanyakan undang-
undang Negara bagian menerima
donor yang mempunyai riwayat
berabgai tipe hepatits .
9 Tekankan pentingnya mengevaluasi
pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium
Proses penyakit dapat memakan
waktu berbulan-bulan untuk
membaik . Bila gejala ada lebih dari
6 bulan . biopsy hati diperlukan
untuk memastikan adanya hepatitis
kronis .
41
10 Kaji ulang perlunya menghindari alkohol
selama 6-12 bulan minimum atau lebih sesuai
toleransi individu.
Meningkatan iritasi hepaik dan
mempengaruhi pemulihan
SIROSIS HATI
42
A. DEFINISI
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati
yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati,
yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul- nodul regenerasi ini dapat
berukuran kecil (mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat
mengganggu sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut,
menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap
(Patofisiologi, Sylvia Anderson Price, RN, Phd)
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karna sirosis adalah kematian sel-sel
hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut
yang menggantikan sel-sel normal.
(seri asuhan keperawatan Klien Gangguan Hati, Mary baradero, SPC, MN.)
B. ETIOLOGI
Sirosis mempunyai berbagai macam etiologi (O’Brien dan Gottlieb, 1979) :
1. Dihubungkan dengan kecanduan alkohol (Laennec, portal, nutrisional,
alkoholik)-30 hingga 60%
2. Pigmen (metabolik)
a. Dihubungkan dengan hemokromatis (sirosis pigmen)—2 hingga 5%
b. Dihubungkan dengan penyakit wilson—jarang
3. Postnekrotik – 10 hingga 30%
4. Billier (primer dan sekunder)—10 hingga 30%
5. Bentuk lain-lain dan bentuk kriptogenik—15 hingga 25%
(Pemilihan uji laboratorium yang efektif , Carl E. Speicher, M.D dkk)
C.KLASIFIKASI
43
Terdapat tiga pola khas yang ditemukan pada kebanyakan kasus-sirosis laennec,
pascanekrotik, dan biliaris.
1). Sirosis Laennec
Sirosis laennec (disebut juga sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi)
merupakan suatu pola khas sirosis terkait penyalahgunaan alkohol yang
jumlahnya sekitar 75% atau lebih dari kasus Sirosis. Sejumlah 10 hingga 15%
peminum alkohol mengalami sirosis.
Hubungan pasti antara penyalahgunaan alkohol dengan sirosis laennec
tidaklah diketahui, walaupun terdapat hubungan yang jelas dan pasti antara
keduanya. Perubahan pertama yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak
secara bertahap di sel-sel hati (infiltrasi lemak). Pola infiltrasi lemak yang serupa
juga ditemukan pada kwashiorkor (gangguan yang lazim diteukan pada negara
berkembang akibat defisiensi protein berat), Hipertiroidisme dan Diabetes. Para
pakar umumnya setuju bahwa minuman alkohol menimbulkan toksik langsung
terhadap hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan
metabolik yang mencakup pembentukan trigliserida secara berlebihan,
menurunnya jumlah keluaran trigleserida dari hari, dan menurunnya oksidasi asam
lemak, individu yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan mungkin juga
tidak makan selayaknya. Penyebab utama kerusakan hati tampaknya merupakan
efek langsung alkohol pada sel hati, yang meningkat pada saat malnutrisi. Pasien
dapat mengalami beberapa defisiensi nutrisi, termasuk tiamin, asam folat,
piridoksin, niasin, asam askorbat, dan vit A. Pengeroposan tulang sering terjadi
akibat asupan kalsium yang menurun dan gangguan metabolisme. Asupan vit K,
besi, dan seng juga cenderung menurun pada pasien-pasien ini. Defisiensi kalori-
protein juga sering terjadi.
Secara makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami
gangguan fungsional akibat akumulasi lemak dalam jumlah banyak.
Bila kebiasaan minum alkohol diteruskan akan terjadi suatu hal (belum diketahui
penyebabnya) yang akan memacu seluruh proses sehingga akan terbentuk jaringan
parut yang luas. Sebagian pakar yakin bahwa lesi kritis dalam perkembangan
sirosis hati mungkin adalah hepatitis alkoholik.
44
Pada kasus sirosis laennec sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan ikat yang
tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim menjadi nodul-nodul
halus. Nodul-nodul ini dapat dapat membesar akibat aktivitas regenerasi sebagai
upaya hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak seperti sarang-sarang
sel-sel degenerasi dan regenerasi padat yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa
yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular halus.
Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada
stadium akhir sirosis, yang menyebabkan hipertensi portal dan gagal hati.
Penderita sirosis laennec lebih beresiko menderita karsinoma sel hati primer
(hepatoseluler)
2). Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik agaknya terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan
hati. Hepatosit dikelilingin dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan kehilangan
banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati normal. Sekitar 75% kasus
cenderung berkembang dan berakhir dengan kematian dalam 1 hingga 5 tahun.
Kasus sirosis pascanekrotik berjumlah sekitar 10% dari seluruh kasus sirosis.
Sekitar 25 hingga 75% kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya.
Banyak pasien yang memiliki hasil uji HbsAg-positif, sehingga menunjukan
bahwa hepatitis kronis aktif agaknya merupakan peristiwa penting. Kasus HCV
merupakan sekitar 25% dari kasus sirosis. Sejumlah kecil kasus akibat intoksikasi
yang pernah diketahui adalah dengan bahan kiia industri, racun, ataupun obat-
obatan seperti fosfat, kontrasepsi oral, metil-dopa, arsenik, dan karbon
tetraklorida.
Ciri khas sirosis pascanekroti adalah bahwa tampaknya sirosis ini adalah
faktor prediposisi timbulnya neoplasma hati primer (karsinoma hepatoseluler),
resiko ini meningkat hampir sepuluh kali lipat pada pasien karier dibandingkan
pada pasien bukan karier. (Hlidt, 1998)
3). Sirosis Biliaris
Kerusakan sel hati yang dimulai di sekitar duktus bliaris akan menimbulkan
polsa sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Tipe ini merupakan 2% dari
penyebab kematian akibat sirosis.
45
Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik. Statis
empedu menyebabkan penumpukan empedu dalam masa hati dan kerusakan sel-
sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa ditepi lobulus, namun jarang memotong
lobulus seperti pada sirosis laennec. Hati membesar, keras, bergranula halus, dan
berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari sindrom
ini, demikian pula pruritus, malabsrobsi, dan steatorea
Sirosis biliaris primer menampilkan pola mirip dengan sirosis biliaris sekunder
yang baru saja dijelaskan diatas, namun lebih jarang ditemukan. Penyebab
keadaan ini (yang berkaitan dengan lesi-lesi duktulus empedu intrahepatik) tidak
diketahui. Sirosis biliaris primer sering terjadi pada perempuan usia 30 hingga 65
tahun dan disertai dengan berbagai gangguan autoimun (misal, tiroiditis autoimun
atau artritis reumatoid). Antibodi anti-mitokondrial dalam sirkulasi darah (AMA)
terdapat dalam 90% pasien. Sumbat empedu sering ditemukan dalam kapiler-
kapiler dan duktulus empedu, dan sel-sel hati sering kali mengandung pigmen
hijau. Saluran empedu ekstrahepatik tidak ikut terlibat. Hipertensi portal yang
timbul sebagai komplikasi, jarang terjadi. Osteomalasian terjadi sekitar 25%,
penserita sirosis biliaris primer (akibat menurunnya Bsorbsi vit D)
D. PATOFISIOLOGI
Hepatitis kronik persisten merupakan akibat buruk jangka panjang dari
hepatitis virus ikterik akut. Penyakit ini dapat di hubungkan dengan status
pengidap hepatitis B kronis dan HBs-Ag positif pada 20 hingga 60% kasus. Gejala
hepatitis kronis dapat menetap selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun,
tetapi kondisi ini hampir tidak pernah berlanjut menjadi sirosis dan tidak
memerlukan terapi.
Hepatitis kronik aktif mengakibatkan destruksi parenki hati periportal yang
progresif melalui perusakan jaringan hati oleh peradangan mononuklear yang
berawal dari trias portal. Nekrosis hati ini dianggap merupakan mekanisme
patogenetik yang mnyebabkan sel-sel hati rusak dan digantikan dengan jaringan
parut. Penyakit ini merupakan penyakit berat yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan sirosis dan gagal hati. Kecepatan kerusakan sel hati tercermin dari
46
peningkatan kadar SGOT dan SGPT, tetapi korelasi kuantitatif antara banyaknya
sel hati yang mengalami perusakan dan besarnya peningkatan kadar transainase
serum tersebut buruk. Turunnya kadar albumin serum dan memanjangnya PT
plasma mencerminkan menurunnya sintesis protein oleh hati. Kadar globulin
serum yang meningkat menunjukan peradangan kronis.
Sirosis bilier primer dapat dihubungkan dengan penyakit-penyakit dengan
latar belakang imunologik (skleroderma, sindroma sjogren). Pasien menunjukan
titer autoantibodi yang tinggi (schaffner, 1979). Kambuhnya sirosis bilier primer
setelah tranpalsi hati pernah dilaporkan. Saluran-saluran inter lobuler dan septal
dirusak oleh proses radang granulomatosa.
Empat stadium kelainan histopatologik yang dikenal adalah :
1. Stadium 1 : hepatitis portal (pengrusakan saluran-saluran besar)
2. Stadium 2 : hepatitis periportal (poliferasi saluran-saluran kecil di
bagian proksimal saluran besar yang rusak)
3. Stadium 3 : fibrosis septal, pembentukan jembaan nekrosis, atau
keduaanya (pembentukan jaringan parut)
4. Stadium 4 : sirosis (sirosis billier) (luwdig dkk., 1978)
(Pemilihan uji laboratorium yang efektif , Carl E. Speicher, M.D dkk)
PATOGENESIS SIROSIS AKIBAT HEPATITIS B
Respon hati terhadap nekrosis sel hati sangat terbatas; yang terpenting
adalah kolaps lobulus hati, pembentukan fibrous septa, dan regenerasi noduler.
Fibrosis terjadi setelah terjadi nekrosis hepatoseluler yang menyebabkan interface
hepatitis pada zona 1 yang diikuti pebentukan jembatan fibrosa portal dimana-
mana. Nekrosis luas pada zona 3 akan menyebabkan fibrosa yang
menghubungkan vena sentralis dengan segitiga portal. Sedangkan nekrosis fokal
akan menyebabkan fibrosis fokal. Kematian sel hati akan diikuti oleh
pembentukan nodul yang merusak arsitektur hati.(seri asuhan keperawatan Klien
Gangguan Hati, Mary baradero, SPC, MN.
47
Hepatitis B aktif, alkohol, obat2an, racun
Peradangan mononuklear
Perusakan hati
Detruksi parenkim hati progresifSel-sel hati rusak Nekrosis hatiKolaps lobus hatiPembentukan fibrosa septaRegenerasi NodulerKematian sel hati
Mengganggu aliran darah menghambat kerja hati dalammenjalankan fungsi kekebalan tubuh,pencernaan, mencegah pembekuandarah, dan memproses
Jaringan parut meningkatSIROSIS DAN GAGAL HATISGOT & SGPT Kadar serum Gangguan sintesis vit KInflasmasi akut Nyeri Kelainan jaringan
parenkim hati Kronis Hipertensi Portal Varises esofagus Asites Tekanan Pebuluhan
darah pecah Ekspansi paru
terganggu
Pola nafas tidak efektif
Asam amino relatif (albumin globulin)Sintesis protein
Faktor pembekuan darah terganggu Gg. Metabolisme bilirubinBilirubin tak terkonjugasi
Urin gelap, feses gelap,
Ikterik
48
Perdarahan
Gg. Body imageResti kerusakan integritas kulit
Penumpukan garam empedu di bawah kulit
E. MANIFESTASI KLINIS
Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-
selnya dipenuhi lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
diketahui melalui plpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibatdari pembesaran hati
yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa
hati (kapsula Glissoni).Pada perjalanan penyakit lebih lanjut , ukuran hati akan berkurang
setelahjaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat
dipalpasi,permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
Obstruksi Portal dan Asites.Manifestasi lanjut sebagaian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darag dari
organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati.
Karena hatiyang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran
darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan
konsekuensi bahwa organ-organ ini mejadi tempat kongestif pasif yang kronis dengan
kata lain , kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak
dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita
dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur
mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal
akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting
dullness atau gelombang cairan , splenomegali juga terjadi. Jarring-jaring telangiektasis
atau dilatasi arteri superficial menyebabkan jaringan berwarna biru kemerahan, yang
sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obsturksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat
perubahan fibrotic yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam
system gastrointenstinal dan pemintasan (shunting) darah tekanan yang lebih rendah .
Sebagai akibatnya,penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah
abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kapur medusa) dan
distensi pembuluh darah diseluruh traktus gastrointenstinal. Esofagus , lambung dan
rectum bagian bawah merupakan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini
akan membentuk vsrises atau hemoroid tergantung pada lokasinya.
49
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat serosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami rupture dan menimbulkan
pendarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointenstinal. Kurang lebih 25%
pasien akan mengalami hematemesis ringan sisanya akan mengalami hemoragi massif
dari rupture varises pada lambung dan esophagus.
Edema . gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun dehingga menjadi predisposisi untuk terjadi
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air
dan ekskresi kalium.
Defesiensi Vitamin dan Anemia. Karenapembentukkan,penggunaan dan
penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K) maka
khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defesiensi vitamin K.
Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang
tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai
sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental
dengan ensefalopati dan koma hepatic yang membakat. Karena itu, pemeriksaan
neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien ,
kemampuan kognitif ,orientasi terhadap waktu serta tempat dan pola bicara.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah
50
Bisa dijumpai Hb rendah , anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer atau hipokrom makrositer. Anemia bisa akibat
hipersplenisme.kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis
yang kurang baik.
b) Kenaikan kadar enzim transaminase?SGOT,SGPT tidak merupakan petunjuk
tentang berat dan luasnya kerusakan parenkim hati. Kenaikan kadarnya dalam
serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.
Peninggian kadar gamma GT sama dengan transminase, ini lebih sensitive
tetapi kurang spesifik. Pemeriksaan laboratorium bilirubin, transminase dan
gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
c) Albumin. Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel
hati yang kurang.penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin
merupakan tanda kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress seperti
tindakan operasi.
d) Pemeriksaan CHE (kolinesterase) penting dalam menilai kemampuan sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi
kenaikan CHE menuju nilai normal. Nilai CHE yang bertahan dibawah nilai
abnormal mempunyai prognosis yang jelek.
e) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan dieuritik dan
pemabatasan garam dalam diet. Dalam hal ensefalopati, kadar Na kurang dari
4 meq/l menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
f) Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi
hati. Pemberian vit K parenteral dapat memperbaiki mas protrombin.
Pemeriksaan hemostatik pada pasien sirosis hati penting dalam menilai
kemungkinan perdarahan baik dari varieses , esophagus , gusi maupun
epistaksis.
g) Peninggian kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen. Kadar gula darah yang
tetap meninggi menunjukkan progmosis kurang baik.
h) Pemeriksaan marker serologi pertanda virus HBsAg/HBsAb,
HBeAg/HBeAb,HBV DNA,HCV RNA adalah penting dalam menentukkan
etiologi sirosis hati.
51
Pemeriksaan AFP (alfa feto protein) enting dalam menentukkan apakah telah
terjadi transformasi ke arah keganasaan nilai diagnostic untuk suatu
hepatoma/kanker hati primer. Niali AFP > 500-1000 mempunyai nilai
diagnostic suatu kanker hati primer.
2. Pemeriksaan Jasmani
a) Hati
Perkiraan besar hati, biasa hati membesar pada awal sirosis , bila hati mengecil
artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak tangannya
sendiri (7-10 cm). Pada sirosis hati ,konsistensi hati biasanya kenyal / firm,
pinggir hati biasanya tumpul dan ada sakit tekan pada perabaan hati.
b) Limpa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara :
Schuffner. Hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus
(S I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII).
Hacket, bila limpa membesar kea rah bawah saja (H I-V).
c) Perut dan ekstra abdomen
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asietas.
d) Manifestasi di luar perut
Perhatikan adanya spider nevi pada tubuh bagian atas , bahu,leher ,
dada,pinggang , caput medussae da tubuh bagian bawah.
Perlu diperhatikan adanya eritema Palmaris, ginekomastia dan atrofi testis
pada pria. Bisa juga dijumpai hemoroid.
3. Pemeriksaan Penunjang Lainnya .
a) Radiologi
Dengan bariun swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
b) Esofagoskopi
Dengan esofaguskopi dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi
sirosis hati/hipertensi portal. Kelebihan endoskopi ialah dapat melihat
52
langsung sumber perdarahan varises esophagus , tanda-tanda yang
mengarah akan kemungkinan terjadinya perdarahan (red color sign/ RCS)
berupa cherry red spot red whale marking, kemungkinan perdarahan yang
lebih besar akan terjadi bila dijumpai tanda difusi redness. Selain tanda
tersebut dapat dievaluasi besar dan panjang varises serta kemungkinan
terjadi perdarahan yang lebih besar.
c) Ultrasonografi
Pada saat ini pemeriksaan YSG sudah mulai dilakukan sebagai alat
pemeriksaan rutin pada penyakit hati. Diperlukan pengalaman seorang
sonografis karena benyak factor subyektif. Yang dilihat pinggir
hati ,permukaan , pembesaran, homogenitas asites, splenomegali,
gambaran warna hepatica vena porta ,pelebaran saluran empedu /I HBD,
daerah hipo atau hiperekoik atau adaya SOL (space occupying lesion).
Sonografi bisa mendukung diagnosis sirosis hati terutama stadium
dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu
dan saluran empedu dll.
d) Sidikan Hati
Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambil oleh
parenkim hati sel retikuloendetol dan limpa. Bisa dilihat besar dan bentuk
hati, limpa , kelainan tumor hati ,Krista,filling defek.pada sirosis hati dan
kelainan difusi parenkim terlihat pengambilan radionukleid secara
bertumpuk-tumpuk (patchy)dan difusi.
e) Tomografi Komputerisasi.
Walaupun mahal sangat berguna untuk mendiagnosis kelainan fokal,
seperti tumor ataukista hidatid. Juga dapat dilihat besar, bentuk dan
homogenitas hati.
f) E R C P
Digunakan untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstrahepatik.
g) Angiografi
Angiografi selektif ,seliak gastric atau splenofotografi terutama
pengukuran tekanan vena porta.
53
Pada beberapa kasus prosedur ini sangat berguna untuk melihat keadaan
sirkulasi portal sebelum operasi pintas dan mendeteksi tumor atau kista.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan cairan asites dengan
melalukan pungsi asites. Bisa dijumpai tanda-tanda infeksi (peritonitis
bacterial spontan), sel tumor,perdarahan dan eksudat,dilakukan
pemeriksaan mikroskopsis , kultur cairan dan pemeriksaan kadar protein ,
amylase dan lipase.
G. KOMPLIKASI
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progrsif maka gambaran klinis ,prognosis dan
pengobatan tergantung pada dua kelompok besar komplikasi :
1. Kegagalan Hati (hepatoselular)
2. Hipertensi portal
a) Kegagalan hati ,timbul spider nevi ,eritema Palmaris ,atrofi testis,ginekomastia
, ikterus ,ensefalopati dl.
b) Hipertensi portal dapat menimbulkan splenomegali ,pemekaran pembuluh
vena esophagus /cardia , caput medusa,hemoroid ,vena kolateral dinding perut.
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul
komplikasi lain berupa :
3. Asites
4. Ensefalopati
5. Peritonitis bacterial spontan.
6. Sindrom hepatornal
7. Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada .Sebagai
contoh , antassi diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan
54
kemungkinan perdarahan gastrointestinal.vitamin dan suplemen nutrisi akan
meningkatkan proses kesembuhan pada sel – sel hati yang rusak dan memperbaiki
status gizi pasien. Pemberian preparat diueretik yang memepertahankan kalium
(spironolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini terdapat ,
dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada
penggunaan jenis diueritik lainnya. Asupan protein dan kalori yang adekuat
merupakan bagian esensial dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk
menghindari penggunaan alcohol selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati
yang sirotik tidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat
dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa colchicines, yang merupakan
preparat anti-inflamasi untuk mengobati gejala gput , dapat memperpanjang
kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang.
I. PENCEGAHAN
1. Senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Jagalah kebersihan diri.Mandilah sebersih mungki menggunakan sabun. Baju
juga harus bersih.Cuci tangan sehabis mengerjakan sesuatu.Perhatikan pula
kebersihan lingkungan. Hal itu untuk menghindari berkembangnya berbagai virus
yang sewaktu-waktu bisa masu ke dalam tubuh kita
2. Hindari penularan virus hepatitis
Hindari penularan virus hepatitis sebagai salah satu penyebab sirosishati.
Caranya tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus.
Juga tidak melakukan hubungan seks dengan penderita hepatitis.
3. Gunakan jarum suntik sekali pakai.
Jangan memakai jarum suntik bekas orang lain. Bila jarum bekas pakai
penderita hepatitis kemudian digunakan kembali untuk menyuntik orang lain,
maka orang itu bisa tertular virus.
55
4. Pemeriksaan darah donor
Ketika akan menerima transfusi darah harus hati hati. Permriksaan darah donor
perlu dilakukan utnuk memastiikan darah tidak tercemar virus hepatitis.bila darah
mengandung virus hepatitis penerima donor akan tertular dan berisiko terkena
sirosis.
5. Tidak mengkonsumsi alkohol
Hindari mengkonsumsi alkohol, barang haram ini terbukti merusak fungsi organ
tubuh, termasuk hati.Bila sudah terlanjur sering mengkonsumsi minuman
beralkohol, hentikan kebiasaanitu.
6. Melakukan vaksin hepatitis
Lakukan vaksin hepatitis.Vaksin dapat mencegah penularan virus hepatitis
sehingga dapat juga terhindar dari sirosis hati.
7. Hindari Hepatitis B atau C Infeksi
Hepatitis B atau infeksi C dapat diperoleh dari darah yang terinfeksi atau dari
individu yang terinfeksi. Hepatitis transmisi dapat dihindari dengan menggunakan
jarum sekali pakai atau dengan menghindari aktivitas seksual sampai ada yang
sembuh sepenuhnya. Satu juga mungkin ingin menghindari berbagi pisau cukur,
jarum, sikat gigi, alat manicure yang dapat menanggung darah yang terinfeksi.(dari
berbagai sumber )
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
56
Gejala : Kelemahan,kelelahan,terlalu lelah
Tanda : Penurunan massa otot
b. Eliminasi
Gejala: Flatus
Tanda: Distensi abdomen, penurunan atau tidak adanya bisingusus, fase warna tanah
liat, melena, dan urine gelap.
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual /muntah
Tanda: Penurunanberat badan atau peningkatan ,penggunaan jaringan, edema
umumpadajaringan,kulitkering, Ikterik.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala:Nyeritekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadram kanan atas; Pruritus;
Neuritis perifer.
Tanda : Perilaku berhati-hati; focus pada diri sendiri.
e. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda:Demam; Ikterik; Ekimosis; Angioma Spider.
f. Pernapasan
Gejala :Dispnea
Tanda : Pernapasandangkal; Ekspansiparuterbatas; Hipoksia.
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
57
Tujuan : Perbaikan status nutrisi.
Intrvensi Rasional
1. Mandiri
2. Beri motivasi pasien untuk makan
makanan dan suplemen makanan
2. Tawarkan makan makanan dengan
porsi sedikit tetapi sering
3. Pantang alcohol
4.
Pelpelihara hygiene oral sebelum makan
K ukur masukan diet harian dengan
jumlah kalori
T timbang sesui indikasi bandingkan
perubahan setatus cairan,riwayat berat
badan,ukuran kulit trisep
K kolaborasi :
Awasi pemerikasaan labolatorium
contoh gulkosa serum albumin,total
protein,amonia
1.
Motivasi sangat penting bagi penderita
anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
2. Makanan dengan porsi kecil dan sering
lebih ditolerir oleh penderita anoreksia
3. Menghilangkan makanan dengan kalori
kosong dan menghindari iritasi lambungoleh
alkohol
4.
Mengurangi citarasa yang tidak enak dan
merangsang selera makan.
M memberi informasi tentang kebutuhan
pemasukan /defisiensi
Mungkin sulit untuk membawa berat
badansebagai indikator langsung status
nutrisi karena adanya gambaran edma
Gulkosa menurun karena
glikogenesisi,penurunan simpanan gulkogen
atau masukan takadekuat
58
Berikan obat sesuai indikasi ,contoh :
Tambah vitamin,tiamin,besi,asam folat
Enzim pencerna ,contoh pankreatik
(viokase ).
Antimetik contoh trimetobenzamid
(tigan )
Pasien biasanya kekurangan vitamin karena
diet yang buruk sebelumnya dan juga hati
yang rusak dan tidak bisa menyimpan
vitamin A,B komplek D dan K dan juga bisa
kekurangan besi dan asam folat yang
menimbulkan anemia.
Meningkatan pencernaan lemak dan dapat
menurunlkan steatora /diare
Di gunakan dengan hati hati untuk
menurunkan mual/muntah dan
meningkatkan masukan oral
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.
Tujuan : Integritas kulit baik
Intrvensi Rasional
Mandiri :
ataatasi natrium seperti yang diresepkan.
Bememberikan perhatian dan perawatan
yang cermat pada kulit.
1.
M meminimalkan pembentukan edema.
59
Ubmengubah posisi tidur pasien dengan
sering
Timbang berat badan dan catata
asupan sertahaluaran cairan setiap
hari.
Lakukan latihan gerak secara pasif,
tinggi kan ekstremita sedematus.
Letakkan bantalan busa yang kecil
dibawah tumit, maleolus dan tonjolan
tulang lainnya.
kolaborasi :
Tinggikan ekstermitas bawah
Pertahankan seprei kering dan bebas
lipatan.
Berikan perawatan perineal setelah
berkemih dan berikan defekasi.
Gunting kuku hinggga
Jaringan dan kulit yang edema tus mengganggu
suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.
Meminimal kan tekanan yang lama dan
meningkatkan mobilisasi edema.
Memungkinkan perkiraan status cairan dan
pemantauan terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara yang paling
baik.
Meningkatkan mobilisasi edema.
Melindungi tonjolan tulang dan
meminimalkan trauma jika dilakukan
dengan benar.
Meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan edema pada ekstermitas
Kelembaban meningkatkan pruritus dan
meningkatkan resiko peningkatan kulit
60
pendek :berikan sarung tangan bila di
indikasikan
Mencegah ekskoriasi kulit dan garam
empedu.
Mencegah pasien dari cedera tambahan pada
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanis meregulasi.
Tujuan : Volume cairanstabil
Intervensi Rasional
Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan
positif( pemasukan melebihi pengeluaran ).
Timbang berat badan tiap hari, dan catat
peningkatan lebihdari 0,5 kg/hari.
Auskultasiparu, catatpenurunan /
takadanyabunyinapasdanterjadinyabunyitambahan.
Kajiderajatperifer / edema dependen
Ukurlingkar abdomen.
Dorong untuk tirah baring bilaadaasites.
Kolaborasi :
Batas natrium dan cairan sesuai indikasi
Menunjukkan status volume sirkulasi,
terjadinya / perbaikan
perpindahancairan, dan respons
terhadap terapi. Keseimbangan positif /
peningkatan berat badan sering
menunjukkan retensi cairanlanjut.
Peningkatan kongesti pulmonal dapat
mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas, dan komplikasi contoh
edema paru.
Perpindahan cairan pada jaringan
sebagai akibat retensinatrium dan air,
penurunan albumin, danpenurunan
ADH.
Menunjuk kan akumulasi
cairan( asites ) diakibatkan oleh
kehilangan protein plasma / cairan
kedalam area peritoneal.
Dapat meningkatkan posisirekum
benuntuk diuresis.
61
Berikan obat sesuai indikasi,
Dieurtik contoh
spironolakton(aldakton ),furosemid (lasix )
Kalium
Obat tropik positif dan vasodilatasi aterial.
Natrium mungkin di batasi untuk
memanimalkan retasi cairan dalam
memanimalkan ekstravaskuler
penbatasaan cairan perlu untuk
membaiki dan mencegah hipotarmia.
Digunakan dengan perhatian untuk
mengontrol edema dan
asites.mengahabat efek
aldosteron,menikatkan ekskresi air
sambil menghemat kalium bila terapi
koserpatik dengan tirah baring dan
pembatasan natrium tidak mengatasi.
Kalium serum dan seluler biasanya
menurun karena penyakit hatisesuai
dengan kehilangan urin.
Diberikan untuk meningkatkan curah
jantung atau perbaikan aliran
darah,ginjal dan pungsinya.sehingga
menurunkan kelebihan cairan.
4. Resiko tinggi terhadap tak efektifnya pola pernapasan b.d penurunan ekspansi paru,
akumulasi secret, penurunanenergi, kelemahan.
Tujuan :mempertahankanpolapernapasanefektif.
Intervensi Rasional
Mandiri :
Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya
pernapasan.
Pernapasan dangkalcepat / dispnea
mungkin ada sehubungan dengan
hipoksiadan / atau akumulasi cairan
62
Auskultasi bunyi napas, catatkrekels,
mengi, ronki.
Selidiki perubahan tingkat kesadaran.
Pertahankan kepala tempat tidur tinggi.
Awasisuhu. Catatadanyamenggigil,
meningkatkanbatuk, perubahanwarna /
karakter sputum.
Kolaborasi :
Awasi GDA,nadi oksimetris ukurkapasitas
yital,foto dada.
Berikan tambahan 0₂ sesuai indikasi
Bantu dengan alat pernafasan,contoh
spirometri ,insentif,tiupan botol
dalam abdomen.
Menunjukkan terjadinya
komplikasi( adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi cairan / secret ;
takada / menurunkan bunyi atelektasis )
meningkatkan resiko infeksi.
Perubahan mental dapat menunjukkan
hipoksemia dan gagal pernapasan, yang
sering disertai komahepatik.
Memudah kan pernapasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran aspirasi
secret.
Menunjukkan timbulnya infeksi, contoh
pneumonia.
Menyatakan perubahan setatus
pernapasan ,terjadi komplikasi paru.
Mungkin oerlu untuk mengobati
mencegah hipoksia.
Menurunkan insiden atelektasis
meningkatkan mobilitas sekret.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis :peningkatan
kadaramonia serum, ketidak mampuan hati untuk detoksikasi enzim / obattertentu.
Tujuan :Mempertahankan tingkat mental / orientasikenyataan.
Intervensi Rasional
63
Mandiri :
Observasi perubahan perilakudan mental,
contoh :letargi, bingung, cenderungtidur,
bicaralambat / takjelas, dan pekarangsang
( mungkin hilang timbul ). Bangunkan
pasienpada interval sesuaiindikasi.
Konsulpada orang terdekat tentang perilaku
umum dan mental pasien.
Orientasikan kembali pada waktu, tempat, orang,
sesuai kebutuhan.
Pertahankan kenyamanan, lingkungan tenang dan
pendekatan lambat, kegiatan tenang. Berikan
periode istirahat tanpa gangguan.
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi
Elektrolit
Pengkajian terus menerus terhadap
perilaku dan status mental penting karena
fluktuasial amidarikoma hepatik.
Memberikan dasar untu kperbandingan
dengan status saatini.
Membantu dalam mempertahankan
orientasi kenyataan, menurunkan bingung
/ ansietas.
Menurunkan rangsangan berlebihan /
kelebihan sensori, meningkatkan
relaksasi, dan dapat meningkatkan
koping.
Memperbaiki ketidak seimbangan dan
dapat memperbaiki pungsi serebral
/metabolisme amonia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT NANDA
Diagnose 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Domain 2 :nutrisi
Kelas 1 :prosespencernan
Defenisi : asupan gizi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
64
Batasankarakteristik:
Berat badan 20 % atau lebih dibawah ideal
Kurangmakan
Faktor yang berhubungan.
Ketidak mamupuan untuk menelan makanan.
Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
Diagnosa 2: Kelebihan Volume Cairan
Domain 2 : nutrisi
Kelas 1 : hidrasi
Defenisi : meningkatkan retensi cairan isotonik
Batasankarakteristik:
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Faktor yang berhubungan.
o Kelebihan asupan cairan.
o Kelebihan natrium.
Diagnose 3: Gangguan integritas kulit
Domain 11 : Keamanan/perlindungan
Kelas 2 : Luka fisik
Defenisi : Perubahan epidermis dan/atau dermis
Batasankarakteristik:
Gangguan permukaan kulit.
Faktor yang berhubungan.
Perubahan tugor
Penurunan sirkulasi
65
Kondisi ketidak seimbangan nutrisi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SIROSIS HATI MENURUT
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”
BRUNNER & SUDDARTH
Edisi.8 vol.2
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIROSIS
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badanTUJUAN : peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
1. memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien
Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.
Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.
Bertambah berat tanpa peningkatan edema atau pembentukan asites.
Memperlihatkan
2. berikan suplemen vitamin (A,B kompleks, C dan D).
2. Memberikan nutrien tambahan.
3. motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
3. menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
4. motivasi dan 4. memperbaiki
66
bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap.
perasaan sehat secara umum dan percaya diri.
asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN : perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis.TUJUAN : pemeliharaan suhu tubuh yang normal
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. catat suhu tubuh secara teratur.
1. memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi.
Melaporkan suhu tubuh yang normal dan tidak terdapatnya gejala menggigil atau perspirasi.
Memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.
2. motivasi asupan cairan.
2. memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3. lakukan kompres dingin atau kantong es untuk kenaikan suhu tubuh.
3. menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
4. berikan antibiotik seperti yang disediakan.
4. meningkatkan konsentrasi antibiotik serum yang tepat untuk mengatasi.
5. hindari kontak dengan infeksi.
5. meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolik.
67
6. jaga agar pasien dapat beristirahat sementara suhu tubuhya tinggi.
6. mengurangi laju metabolik.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN : gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.TUJUAN : mempebaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. batas natrium seperti yang diresepkan.
1. meminimalkan pembentukan edema.
Mempelihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh.
2. berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
2. jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
Tidak memperlihatkan luka pada kulit.
3. balik dan ubah posisi dengan sering.
3. meminimalkan tekanan lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu didaerah tonjolan tulang.
4. timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
4. memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
Mengubah posisi dengan sering.
5. lakukan latihan gerak secara pasif : tinggikan ekstremitas yang edematus.
5. meningkatkan mobilisasi edema.
68
6. letakan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
6. melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan truma jika dilakukan dengan benar.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN : gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imonologi yang terganggu.TUJUAN : memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan sklera.
1. memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.
Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa terlihat luka atau infeksi.
Melaporkan tidak adanya pruritus
Memperlihatkan pengurangan gejala ikterus pada kulit dan sklera.
Menggunakan emolien dan menghindari pemakaian sabun dalam menjaga hygiene sehari-hari.
2. lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan melakukan masase dengan lotion pelembut (emolien).
2. mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus.
3. jaga agar kuku pasien selalu pendek.
3. mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN : perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.TUJUAN : perbaikan status nutrisi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.
1.motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
Memperlihatkan asupan makanan yang tinggi kalori tinggi protein dengan jumlah memadai.
2. tawarkan makan makanan dengan
2. makanan dengan porsi kecil dan sering
Mengenali makanan dan minuman yang
69
porsi sedikit tapi sering.
lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
bergizi dan diperbolehkan dalam diet.
3. hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.
3. meningkatkan selera makan dan rasa sehat.
Bertambah nerat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites.
4. pantang alkohol 4. menghilangkan makanan dengan “kalori kosong” dan menghindari iritasi lambung oleh alkohol.
Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.
5. pelihara hygiene oral sebelum makan.
5. mengurangi cita rasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.
Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat.
6. pasang ice collar untuk mengatasi mual.
6. dapat mengurangi frekuensi mual.
Menyisihkan alkohol dari dalam diet.
7. berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.
7. mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.
Menggunakan obat untuk kelainan gastrointestinal seperti yang diresepkan.
8. motivasi peningkatan aspan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.
8. meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta distensi pada abdomen.
Melaporkan fungsi gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur.
9. amati gejala yang menimbulkan adanya perdarahan gastrointestinal.
9. mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.
Mengenali gejala gangguan fungsi gastrointestinal yang dapat dilaporkan: melena, perdarahan yang nyata.
70
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN : resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.TUJUAN : pengurangan resiko cedera.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. amati setiap feses yang dieksresi untuk memeriksa warna, konsistensi dan jumlahnya.
1. memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.
Tidak memperlihatkan adanya perdarahan yang nyata dari traktus gastrointestinal.
Tidak memperlihatkan adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator lain yang menunjukan hemoragi serta syok.
Memperlihatkan hasil pemeriksaan yang negatif untuk perdarahan tersembunyi gastrointestinal.
Bebas dari daerah-daerah yang mengalami ekimosis atau pembentukan hematom.
Memperlihatkan tanda-tanda vital yang normal.
Mempertahankan istirahat dalam keadaan yang tenang ketika terjadi perdarahan aktif.
Mengenali rasional untuk melakukan tranfusi darah dan tindakan guna mengatasi perdarahan.
Melakukan tindakan ntuk mencegah trauma (misalnya,
2. waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.
2. dapat menunjukan tanda-tanda dini perdarahan dan syok.
3. periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.
3. mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan.
4. amati manifestasi hemoragi: ekimosis, epistaksis, petekie dan perdarahan gusi.
Menunjukan perubahan pada mekanisme pembekuan darah.
5. catat tanda-tanda vital dengan intervensi waktu tertentu.
5. memberikan bukti dasar dan adanya hipovolemia dan syok.
6. jaga agar pasien tenang dan membatasi aktivitasnya.
6. meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan.
7. bantu dokter dalam memasang kateter untuk temponade balon esofagus.
7. memudahkan insersi kateter nontramatik untuk mengatasi perdarahan dengan
71
segera pada pasien yang cemas dan melawan,
menggunakan sikat gigi yang lunak, membang ingus secara perlahan-lahan, menghindari terbentur serta terjatuh, menghindari mengejan pada saat defekasi).
Tidak mengalami efek samping pemberian obat.
Menggunakan semua obat seperti yang diresepkan.
Mengenali rasional untuk melakukan tindakan penjagaan dengan menggunakan semua obat.
8. lakukan obesrvasi selama tranfusi darah dilaksanakan.
8. memungkinkan deteksi reaksi tranfusi(risiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan lebih dari satu kali tranfusi yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises edofagus).
9. ukur dan catat sifat, waktu serta jumlah muntahan.
9. membantu mengevaluasi taraf perdarahan dan kehilangan darah.
10. pertahankan pasien dalam keadaan puasa jika diperlukan.
10. mengurangi risiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan risiko trauma lebih lanjut pada esofagus dan lambung dengan mencegah muntah.
11. berikan vitamin k seperti yang diresepkan.
11. meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperluka untuk mekanisme pembekuan darah.
12. dampingi pasien secara terus-menerus selama episode perdarahan.
12. menenangkan pasien yang merada cemas dan memungkinkan pemantauan serta deteksi terhadap kebutuhan pasien
72
selanjutnya.
13. tawarkan minuman dingin lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan).
13. mengurangi risiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokonyriksi pembuluh darah esofagus dan lambung.
14. lakukan tindakan untuk mencegah trauma:a. mempertahankan lingkungan yang aman.b. mendorong pasien untuk membuang ingus secara perlahan-lahan.c. menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi. d. mendorong konsmsi makanan dengan kandungan vitamin c yang tinggi.e. melakukan kompres dingin jika diperlukan.f. mencatat lokasi tempat perdarahan.g. menggunakan jarum kecil ketika melakukan penyuntikan.
14. meningkatkan keamanan pasien.a. mengurangi risiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh, terpotong dll.b. mengurangi risiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah. c. mencegah trauma pada mukosa oral sementara hygiene oral yang baik ditingkatkan.d. meningkatkan proses penyembuhan.e. mengurangi perdarahan le dalam jaringan dengan meningkatkan vasokontriksi lokal.f. memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan sebelumnya. g. meminimalkan
73
perembesan dan kehilangan darah akibat penyuntikan yang berkali-kali.
15. berikan obat dengan hati-hati: pantau efek samping pemberian obat.
15. mengurangi risiki efek samping yang terjadi sejunder karena ketidakmampuan hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara normal.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN : nyeri dan gangguan nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites.TUJUAN : peningkatan rasa kenyamanan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.
1. mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati.
Mempertahankan tirah baring dan mengurangi nyeri terasa.
Menggunakan antispasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan.
Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman abdomen.
Melaporkan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa.
Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan untuk mengatasi ansietas.
Merasakan
2. berikan antispasmodik dan sedatif seperti yang diresepkan.
2. mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen.
3. amati, catat dan laporkan keberadaan serta sifat rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.
3. memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.
4. kurangi asupan natrium dan cairan
4. meminimalkan pembentukan asites
74
jika diinstruksikan. lebih lanjut. pengurangan rasa nyeri.
Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN : kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembengtukan edema TUJUAN : pemulihan kepada volume cairan yang normal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.
1. meminimalkan pembentukan asites dan edema.
Mengikuti diet rendah natrium dan pambatasan cairan yang diinstruksikan.
Menggunakan diuretik, suplemen kalium protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek samping.
Memperlihatkan peningkatan kaluaran urin.
Memperlihatkan pengecilan lingkar perut.
Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.
2. berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan.
2. meningkatkan eksresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang normal.
3. catat asupan dan haluaran cairan.
3. menilai efektivitas terpai dan kecukupan asupan cairan.
4. ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
4. memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.
5. jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.
5. meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN : perubahan proses berfikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan peningkatan kadar amonia.TUJUAN : perbaikan status mental.
75
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. batasi protein makanan seperti yang diresepkan.
1. mengurangi sumber amonia (makanan sumber protein).
Memperlihatkan perbaikan status mental.
Memperlihatkan kadar amonia serum dalam batas-batas normal.
Memiliki orientasi tergadap waktu, tempat dan orang.
Menunjukan perhatian terhadap kejadian dan aktivitas dilingkungannya.
Memperlihatkan rentang perhatian yang normal.
Mengikuti dan turut serta dalam percakapan secara tepat.
Melaporkan kontitensia fekal dan urin.
Tidak mengalami kejang.
2. berikan makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.
2. meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan “mempertahankan” protein terhadap proses pemecahannya untuk menghasilkan tenaga.
3. berikan perlindungan terhadap infeksi.
3. memperkecil risiko terjadinya peningkatan kebutuhan metabolik lebih lanjut.
4. pertahankan lingkungan agar tetap hangat bebas dari angin.
4. meminimalkan gejala menggigil karena akan meningkatkan kebutuhan metabolik.
5. pasang bantalan pada penghalang di samping tempat tidur.
5. memberikan perlindungan kepada pasien jika terjadi koma hepatik dan serangan kejang.
6.batasi pengnjung. 6. meminimalkan aktivitas pasien dan kebutuhan metaboliknya.
7. lakukan 7. melakukan
76
pengawasan keperawatan yang cermat untuk memastikan keamanan pasien.
pemantauan ketat terhadap gejala yang baru terjadi dan meminimalkan trauma pada pasien yang mengalami gejala konfusi.
8. hindari pemakaian preparat opiat dan barbiturat.
8. mencegah penyamanan gejala koma hepatik dan mencegah overdosis obat yang terjadi sekunder akibat penurunan kemampuan hati yang rusak untuk memetabolisme preparat narkotik dan barbiturat.
9. bangunkan dengan interval.
9. memberikan stimulasi kepada pasien dan kesempatan untuk mengamati tingkat kesadaran pasien.
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.TUJUAN : perbaikan status pernafasan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. tinggikan bagian kepala tempat tidur.
1. mengrangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.
Mengalami perbaikan pada status pernafasan.
Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.
Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat.
Memperlihatkan 2. hemat tenaga pasien.
2. mengurangi kebutuhan metabolik
77
dan oksigen pasien. frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara pernafasan tambahan.
Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernafasan yang dangkal.
Memperlihatkan gas darah yang normal.
Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis.
3. ubah posisi dengan interval.
3. meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigen pada semua bagian paru).
4. bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis.
4. parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan risiko dan gangguan rasa nyaman.
a. berikan dukungan dan pertahankan posisi selama menjalani prosedur.
b. mencatat jumlah dan sifat cairan yang diaspirasi.
b. menghasilkan catatan tentang cairan yang deikeluarkan dan indikasi keterbatasan pengembangan paru oleh cairan.
c. melakukan observasi terhadap bukti terjadinya batuk, peningkatan dispneu atau frekuensi denyut nadi.
c. menunjukan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh pneumotoraks atau hemotoraks (penumpukan udara
78
atau darah dalam rongga plera).
11. MASALAH KOLABORATIF : perdarahan dan hemoragi.TUJUAN : pencegahan dan hemoragi: deteksi dini perdarahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. melakukan penilaian terhadap pasien untuk menemukan bukti perdarahan atau hemoragi. a. memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan)b. menilai suhu kulit, tingkat kesadaran.c. memantau sekresi dan keluaran gastrointestinal (emesis, feses) untuk deteksi perdarahan yang nyata atau yang tersembunyi.d. pantau nilai hematokrit dan kadar hemoglobin.e. pantau kulit untuk menemukan gejala memar dan pembentukan hematom.f. pantau asupan cairan dan haluaran urin.
1. memungkinkan deteksi dini tanda-tanda dan gejala perdarahan hemoragi.
Tidak mengalami episode perdarahan dan hemoragia.
Tanda-tanda vital berada dalam batas yang dapat diterim,a pasien.
Tidak menunjukan bukti perdarahan dari traktus gastrointestinal.
Tidak menunjukan bukti adanya memar dan hematom.
Haluaran urin berada dalam batas-batas yang akseptabel
Nilai hematokrit dan hemoglobin berada dalam batas-batas yang diterima
Pasien berbalik dan bergerak tanpa mengejan atau menaikan tekanan intra abdominal.
Tidak terjadi episode perdarahan lebh lsnjut ysng memerlukan terapi agresif
Pasien dan keluarganya dapat mengemukakan rasional terapi.
Pasien dan keluarganya dapat mengidentifikasi dukungan yang tersedia bagi mereka.
79
2. lindngi pasien terhadap cedera dan terjatuh. a. naikkan rel penghalang pada samping tempat tidur untuk menjaga agar pasien tidak terjatuh. b. pasang bantalan pada penghalang tersebut. c. biarkan kamar pasien tetap terangd. keluarkan semua perabot dan peralatan yang tidak diperlukan dari dalam kamar.e. ganti barang-barang yang tajam dengan yang lebih aman.`
2. meminimalkan risiko perdarahan yang terjadi sekuder akibat kelaianan pembekuan, hipertensi portal dan varises pada esofagus serta lambung.
3. hindari aktivitas yang membuat pasien mengejan, mengangkat atau membalik badana. bantu pasien membalik badan b. jaga agar semua barang yang diperlukan mudah dijangkau c. lakukan tindakan untuk mencegah konstipasi.
3. meminimalkan peningkatan tekanan intra-abdominal yang dapat menimbulkan ruptur dan perdarahan dari varises esofagus atau lambung.
4. sediakan kateter blakemore dan obat-obatan agar dapat segera digunakan jika diperlukan.
4. kateter dan obat sudah tersedia dan dapat segera digunakan ketika pasien mengalami perdarahan dari
80
varises esofagus dan lambung yang mengalami ruptur.
5. bantu dokter (asisteni) dalam memasang dan memelihara kateter blakemore jika diperlukan
5. perdarahan yang memerlukan temponade esofagus atau tindakan darurat lainnya untuk menghambat perdarahan membutuhkan respons yang cepat dan efisien dari seluruh anggota tim kesehatan.
6. pantau status pernafasan dan kurangi risiko konplikasi ketika dilakukan pemasangan tampon esofagus.
6. pasien menghadapi risiko yang tinggi ntuk mengalami aspirasi akibat perdarahan dan asifiksia bila balon yang ada didalam lambung pecah.
7. siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan.
7. pasien yang mengalami perdarahan merasa sangat cemas dan ketakutan: meminimalkan kecemasan akan membantu mengendalikan perdarahan.
8. terus informasikan kepada keluarga tentang keadaan pasien.
8. anggota keluarga cenderung mecemaskan keadaan pasien: penyampaian informasi akan mengurangi tingkat
81
kecemasan mereka dan meningkatkan partisipasi yang efektif untuk turut mengatasi permasalahan.
12. MALASAH KOLABORATIF : ensefalopati hepatikTUJUAN : pencegahan ensefalopati hepatik.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL HASIL YANG DIHARAPKAN
1. kaji status kognitif dengan interval yang teratura. tentukan orientasi pasien terhadap orang, tempat, waktub. kaji kesadaran pasien terhadap alasan untuk menjalani perawatan kesehatan dan atau perawatan rumah sakit. c. observasi tingkat aktivitas, kegelisahan dan agitasi dari pasien d. dapatkan dan rekam contoh tulisan tangan pasien setiap hari e. kaji tanda-tanda neurologi (refleks tendon dalam, kemampuan untuk mengikuti intruksi).
1. data-data akan memberikan dasar bagi pengkajian status kognitif dan memudahkan deteksi perubahan.
Sadar, waspada dan memahami lingkungannya.
Berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
Tidak memperlihatkan kegelisahan atau agitasi.
Rekaman tulisan tangan pasien tidak memperlihatkan kemunduran fungsi kognitif.
Menyatakan dasar pemikiran bagi terapi yang dilakukan untukl mencegah atau mengatasi ensefalopati hepatik.
Memperlihatkan kadar amonia serum yang stabil dalam batas-batas yang dapat diterima.
Mengkonsumsi makanan dengan asupan kalori yang adekuat dan mematuhi diet pembatasan protein.
Menggunakan obat seperti yang diresepkan.
2. pantau pengguanaan obat untuk mencegah pemberian obat yang dapat menimbulkan
2. obat merupakan faktor pencetus yang sering menimbulkan ensefalopati hepatik pada pasien yang
82
ensefalopati hepatik (preparat sedatif, hipnotik, analgesik).
beresiko.
3. pantau tanda-tanda hasil pemeriksaan laboratorium, khusunya kadar amonia serum.
3. peningkatan kadar amonia serum berkaitan dengan ensefalopati dan koma hepatik.
4. laporkan setiap perubahan status neurologi dan fungsi kognitif kepada dokter.
4. memungkinkan dimulainya terapi ensefalopati dan koma hepatik secara dini.
5. batasi sumber-sumber protein dari diet jika diperlukan.
Mengurangi pemecahan dan perubahan protein menjadi amonia.
6. berikan obat-7. obatan yang
diresepkan untuk mengurangi kadar amonia serum (misalnya: laktulosa, antibiotik, glukosa).
6. mengurangi kadar amonia.
83
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soewignjo Soemoharjo, Sp.PD, K-GEH, Hepatitis Virus B ed2
Brunner & Suddarth, Buku Ajar.Keperawatan Medical Bedah Edisi 8, Ilmu penyakit dalam jilid 1
Pemilihan uji laboratorium yang efektif , Carl E. Speicher, M.D dkk
Patofisiologi, Sylvia Anderson Price, RN, Phd
Seri asuhan keperawatan Klien Gangguan Hati, Mary baradero, SPC, MN.
84
KANKER HATI
1. Definisi Kanker Hati
1) Kanker hati disebabkan oleh adanya tumor ganas di dalam hati. Tumor ini dapat
tumbuh pertama kali dihati (kanker primer) atau sebaran penularan dari tempat
lain (kanker sekunder)
(Paska Penta, 2009, Terapi pengobatan Tumor-Kanker, Yogyakarta:Kanisius)
2. Etiologi
Penyebab kanker hati primer (hepatoma) belum diketahui secara pasti, tetapi
kemungkinan bersifat turunan pada anak-anak dan pada orang dewasa
85
kemungkinannya karena pengaruh lingkungan yang bersifat karsinogen. Selain itu ada
beberapa faktor resiko yang diduga sebagai pemacu hepatoma, antara lain :
1. Penderita sirosis hati dan penyakit hati degeneratif
2. Virus hepatitis B (hepatitis chronic)
3. Peminum alkohol
4. Aflatoksin (makanan yang ditumbuhi jamur aspergillus Flavus yang menghasilkan
aflatoksin)
5. Infeksi cacing hati (chlonorchis sinensis)
(Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, 2005, Atasi Kanker dengan Tanaman Obat,
Jakarta:Puspa Swara)
3. Manifestasi Klinis
Lemah, tidak nafsu makan, kehilangan berat badan, dan demam
Adanya massa disebelah kanan atas perut
Kulit berwarna kuning dan pembentukan cairan dirongga perut
Adanya suara abnormal seperti gesekan sewaktu diperiksa dengan stetoskop
(apabila hati sudah membesar)
Buang air besar kehitam-hitaman, urin berwarna seperti teh
Tangan dan kaki membengkak
(Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, 2005, Atasi Kanker dengan Tanaman Obat,
Jakarta:Puspa Swara)
4. Patologi Kanker Hati
Tumor ini mempunyai banyak gambaran,bentuk dan perluasan. Terkadang
sumbernya terpencil, tetapi umumnya terdapat banyak tumor yang membesar yang
membaur di seluruh hati. Oleh karena itu, karsinoma hepatoseluler sering berwujud
sebagai proses multifokal. Suatu tumor kecil tanpa gejala, dengan penampang kurang
dari tiga sentimeter, sesudah tiga tahun mempunyai presentasi ketahanan hidup sekitar
lima puluh dan sesudah lima tahun sekitar sepuluh lebih. Metastatisnya terutama ke
paru dan tulang.
86
5. Pemeriksaan penunjang
1. Cara paling sederhana untuk pemeriksaan
kanker hati adalah dengan cara ultrasonografi
(USG)
2. Jika hasil pemeriksaan USG dicurigai adanya
kanker hati, selanjutnya dilakukan biopsy jaringan hati. Biopsy dilakukan dengan
pengambilan sampel jaringan hati untuk diperiksa dengan mikroskop
3. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar AFP (Alfa Feton Protein)
didalam darah. Jika ada peningkatan AFP dalam darah, patut dicurigai adanya
kanker hati. Kada normal AFP biasanya kurang dari 20 ng/mL. Kadar AFP akan
meningkat pada 2 dan 3 pasien dengan kanker hati. Kadar AFP meningkat
bersama membesarnya tumor. Pada kebanyakan pasien dengan kanker hati, kadar
AFP meningkat lebih dari 500 ng/mL. AFP meningkat pula pada hepatitis akut
dan kronis, tapi jarang lebih dari 100 ng/mL. AFP juga meningkatk pada kanker
testis tertentu ( jenis sel embryonal dan endodermal sinus ) dan digunakan untuk
follow – up kanker tersebut. Peningkatan kadar AFP juga pada Kanker ovarium
jenis tertentu yang jarang dan kanker testis yang disebut yolk sac tumor atau
mixed germ cell cancer. (http://www.naturindonesia.com/artikel-hhusus/547-deteksi-
dini-kanker-dengan-tumor-marker.html
(Yellia Mangan, 2009, Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker,
Jakarta:Agromedia Pustaka)
6. Komplikasi Kanker Hati
Keluhan utama penderita kamker hati pada umumnya nyeri mulu hati kanan
atas, persis di sekitar lengkung tulang rusuk kanan. Rasa nyeri timbul jika dilakukan
penenkanan di daerah tersebut. Dapat juga timbul spontan selama pergerakan karena
terjadi gerakan menggoyang hati yang sudah AApenyakit baru akan diketahui setelah
komplikasi muncul. Pada seperlima kasus terjadi ascites atau meAmbuncitnya perut
secara tiba – tiba, disamping gejala dan tanda yang menyerupai cirrosi. Maka perlu
memeriksa fungsi hati berkala lewat laboratorium darah.
87
Kanker hati dapat berasal dari sel hati atau dari saluran empedu atau gabungan
keduanya. Namun yang paling sering terjadi berasal dari sel hati ( mhpatoma )
mencapai 80 -90 %. Dengan foto scan terlihat proses keganasan dalam hati. Biopsy
dapat menafsirkan negative palsu jika pengambilan jaringan tidak tepat pada lokasi
keganasan.
Pada orang muda, jika proses sebar belum luas, dapat dilakukan pembuangan
bagian hati yang berkanker. Tetapi jika sudah meluas perlu transplantasi hati. Menjadi
hamper tanpa harapan jika keganasan sudah beranak – sebar ( metastatis ). Ekspansi
penyakit ini demikian cepat. Dalam waktu enam bulan, kanker hati dapat merenggut
nyawa.
7. Penatalaksanaan Kanker Hati
Tumor hati dapat jinak atau ganas. Tumor jinak biasanya tunggal dan kecil
pasien biasanya asimtomatik dan tumor sering kali ditemukan secara tidak sengaja.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan biasanya tidak perlu dilakukan, kecuali
pasien mengalami nyeri. Tumor ganas dapat primer atau ( nyang lebih sering terjadi )
sekunder. Hati merupakan bagian tersering metastatis melalui darah dari kanker di
bagian lain dari tubuh. Sebagian besar tumor primer disebbabkan oleh penyakit hati
yang sudah ada.
Pentalaksanaan tumor primer dapat meliputi pembedahan tetapi reseksi luas pada hati
dapat meyebabkan tingginya amgka morbilitas dan mortalitas. Akan tetapi, tumor
lokal yang berukuran kecil dapat diangkat dengan pembedahan sedikit radikal.
Kemoterapi ( mis 5 – fluorourasil ) dapat menjadi bagian pengobatan. Akan tetapi,
bagi sebagian besar pasien, pengobatan dibatasi pada pengendalian gejala yang
prognosisnya buruk. Pengobatan kanker hati dilakukan dengan obat sitostatik,
embolisasi dan pembedahan ( operasi ).
8. Pencegahan kanker hati ( hepatoma )
Merupakan jenis kanker yang sulit di obati( prognosis buruk ), hanya efektif
jika dilakukan transplantasi hati. Oleh karena itu lakukan pencegahan sedini mungkin,
seperti menghindari minuman beralkohol, hindari makanan berjamur, dan melakukan
vaksinasi hepatitis ( terutama hepatitis B ).
1. Mencegah penularan hepatitis B dengan perilaku hidup sehat
2. Mencegah infeksi hepatitis B dengan melakukan vaksinasi hepatitis B, baik ketika
88
saat masih bayi maupun saat dewasa
3. Mengkonsumsi makanan segar dan menghindari makanan yang diawetkan atau
makanan yang disimpan terlalu lama
4. Menghindari makanan yang mengandung aflaktoksin
5. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alcohol
6. Melakukan pemeriksaan secara berkala , terutama bagi yang beresiko tinggi
terkena kanker hati
DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA Internasional 2009-2011)
1. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik :
Nyeri abdomen
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Kurang minat pada makanan
Faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrein
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
DX 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
89
2. Definisi : Beresiko mengalami dehidrasi vaskular, selular, atau intraselular.
Faktor resiko :
Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi absorpsi cairan
DX 2 : Resiko kekurangan volume cairan
3. Definisi : Beresiko pada penurunan fungsi hati yang mungkin menggangu kesehatan.
Faktor resiko :
Infeksi virus (mis; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, Epstein-Barr)
DX 3 : Resiko gangguan fungsi hati
4. Deifinisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau ingin dilakukan.
Batasan karakteristik :
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan :
Tirah berbaring
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
DX 4 : Intoleran aktivitas
5. Definisi : Perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons terhadap
situasi saaat ini.
90
Batasan karakterisitik :
Ekspresi ketidakberdayaan
Faktor yang berhubungan :
Gangguan fungsional
Perubahan peran sosial
DX 5 : Harga diri rendah situasional
6. Definisi : Beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk.
Faktor resiko :
Eksternal :
Zat kimia
Ekskresi
Sekresi
Internal :
Perubahan pigmentasi
Gangguan kondisi metabolik
DX 6. Resiko kerusakan intergritas kulit
7. Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor resiko :
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (mis; integritas kulit tidak utuh, jaringan
yang mengalami trauma, penurunan kerja siliaris, stasis cairan tubuh, perubahan
sekresi pH, gangguan peristalsis)
Malnutrisi
Kerusakan jaringan
DX 7. Resiko infeksi
91
DAFTAR PUSTAKA
Nadesul, Handrawan. 2009. Dari Balik Praktek Kamar Dokter. Jakarta : Penerbit Libri
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Wijayakusuma, Hembing. 2008. tumpas Hepatitis Dengan Ramuan Herbal. Jakarta : pustaka
bunda ( group puspa swara )
Mangan, Yellia. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi kanker. Jakarta : Agromedia
Pustaka
De Joung , Wim. 2005. Apakah Kanker itu? . jakarta : EGC
92