makalah glaukoma tahap ii

Upload: yollayusticia

Post on 16-Jul-2015

284 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Secara terminologi, glaukoma adalah suatu grup penyakit yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati dengan kehilangan fungsi penglihatan. Walaupun peningkatan tekanan intra okuler merupakan suatu faktor resiko primer, yang dapat muncul atau tidak.1 Karakteristik dari gambaran nervus optikus dihasilkan dari perubahan struktur glaukomatous yang biasanya mendahului kemunduran fungsional (kehilangan lapangan pandang).2 Glaukoma merupakan penyakit progresif nervus optikus yang mengancam penglihatan sampai menimbulkan kebutaan yang irreversibel. Untuk itu diperlukan metoda diagnostik terhadap abnormalitas dan perubahan struktur sehingga dapat mendiagnosa penyakit lebih dini. Deteksi dini dan penanganan glaukoma yang benar dapat memperlambat progresifitas kerusakan permanen nervus optikus dan kebutaan. 2,3 Glaukoma dengan semua tipenya merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Amerika Serikat . Diperkirakan di dunia terdapat lebih dari 8 juta penduduk mengalami kebutaan karena glaukoma, dengan 4 juta kasus disebabkan oleh primary open angle glaucoma (POAG). Berdasarkan Rotterdam Study terdapat 0,7% prevalensi, Barbados Eye Study 0,7% prevalensi glaukoma pada individu berusia lebih dari 40 tahun.1Menurut Survey Kesehatan Indera 1993 1996, terdapat 1,5 % penduduk Indonesia yang mengalami kebutaan dengan prevalensi utama katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%), gangguan retina (0,13%), kelainan kornea ((0,1%) dan penyakit mata lain-lain (0,15%).4 Kunci dari diagnosis dan follow up pasien glaukoma adalah evaluasi struktur papil nervus optikus dan retina. Saat ini ada 3 teknologi pencitraan dominan yang digunakan untuk diagnosis dan evaluasi glaukoma di Eropa dan Amerika Serikat, yaitu CSLO (Confocal Scanning Laser Ophthalmoscopy) yang saat ini aplikasi komersialnya dikenal dengan HRT (Heidelberg Retina Tomography), OCT (Optical Coherence Tomography) dan SLP (Scanning Laser Polametry). Pemindaian (scan) yang relevan terhadap glaukoma mencakup papil nervus optikus, lapisan serat syaraf retina dan makula. Tapi tidak semua teknologi pencitraan tersebut diatas yang mencakup ketiga komponen struktur intra okular tadi. Papil nervus optikus dapat dilihat dengan HRT dan OCT, lapisan serat syaraf retina dengan SLP dan OCT, dan makula dapat dideteksi dengan OCT.23

1

HRT adalah instrumen utama yang digunakan secara komersial untuk studi tentang mata. HRT mempunyai 3 generasi : HRT, HRT II, HRT 3.2 Alat ini merupakan sistem untuk menilai kuantitatif dari topografi struktur okular dan dapat menilai secara tepat perubahan topografi ini saat follow up.5HRT dapat mendeteksi lebih dini kerusakan pada lapisan serat saraf atau nervus optikus pada pasien glaukoma. Alat ini dapat membedakan pasien dengan TIO normal pada glaukoma dengan pasien bukan glaukoma tapi ada peninggian TIO.6 Pada makalah ini akan dibahas mengenai Heidelberg Retina Tomography dan kegunaannya dalam deteksi dini dan follow up pasien glaukoma.

2

BAB II GAMBARAN UMUM GLAUKOMA

Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang secara umum memiliki karakteristik neuropati optik yang dibarengi dengan kehilangan penglihatan. Peningkatan tekanan intraokuler merupakan salah satu faktor resiko primer. Namun glaukoma dapat terjadi dengan atau tanpa peningkatan tekanan intraokuler.1,2 Pada sebagian besar individu, perubahan optik disk dan lapangan pandang pada glaukoma ditentukan oleh tingkat tekanan intraokuler dan resistensi dari akson nervus optikus terhadap kerusakan akibat tekanan. Tanpa melihat tekanan intra okuler, diagnosis glaukoma ditegakkan jika terdapat karakteristik neuropati optik yang konsisten dengan excavasio dan kerusakan neural serta elemen jaringan konektif pada optik disk serta defek lapangan pandang yang terus berkembang.1,2 Secara umum glaukoma diklasifikasikan sebagai sudut tertutup atau sudut terbuka dan primer atau sekunder. Menurut definisi, glaukoma primer adalah yang disebabkan oleh peningkatan resistensi outflow aquos atau sudut tertutup, bukan yang berhubungan dengan okular atau penyakit sistemik. Glaukoma primer biasanya mengenai kedua mata. Sebaliknya, glaukoma sekunder adalah yang berhubungan dengan okular atau gangguan sistemik yang menyebabkan penurunan terapi. 1 Glaukoma juga dapat dibedakan berdasarkan 5 tahap7 : 1. Tahap 1. Tahap awal : tahap permulaan yang dapat berlanjut ke tahap 2-5, yang mendahului perubahan patologi dan fisiologi yang berhubungan dengan aliran aquos humor dan fungsi nervus optikus. Dapat merupakan defek genetik atau didapat. 2. Tahap 2. Perubahan struktural : perubahan jaringan. Dalam hubungan dengan tekanan, merupakan perubahan dalam sistem aqueous outflow. 3. Tahap 3. Perubahan fungsional : perubahan fisiologik. Termasuk obstruksi aqueous outflow yang dapat menyebabkan peningkatan TIO. outflow aquos, biasanya asimetris atau unilateral. Perbedaan

glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup sangat berbeda dalam sudut pandang

3

4. Tahap 4. Kerusakan nervus optikus : kehilangan axonal. Telah terjadi neuropati optik glaukomatous. 5. Tahap 5. Kehilangan penglihatan : kehilangan progresif lapangan penglihatan. Nervus optikus merupakan saraf yang menyambungkan antara neurosensori retina dan badan genikulatum lateral. Untuk mendeteksi dan follow up pasien glaukoma, perlu dimengerti tentang gambaran normal dan patologi dari nervus optikus. Nervus optikus terdiri dari jaringan neural, jaringan glial, matrix ekstra seluler dan pembuluh darah. Pada manusia, nervus optikus terdiri dari 1,2 1,5 juta axon sel ganglion retina, walupun jumlah dapat bervariasi secara individual. 1,8 Papil nervus optikus (optic nerve head / ONH) merupakan bagian distal nervus optikus yang berhubungan langsung dengan peninggian TIO. ONH termasuk perpanjangan dari permukaan retina ke bagian myelinasi dari nervus optikus yang dimulai persis dibelakang sklera, ke posterior sampai lamina cribrosa. ONH terdiri dari serat saraf yang dimulai dari lapisan sel ganglion retina dan berkumpul pada papil saraf dari semua titik dalam fundus. Diameter dari papil nervus optikus dan bagian nervus optikus intra okular sekitar 1,5mm, melebar sekitar 34mm saat keluar dari bola mata. Pada suatu studi , rata-rata area diskus sekitar 2,56 mm2 dengan menggunakan HRT.8 ONH terbagi atas 4 bagian dari anterior ke posterior, yaitu1,8 : 1. Lapisan serat saraf permukaan : terdiri dari serat saraf yang predominan 2. Regio prelaminar : dengan struktur predominannya adalah axon saraf dan astrosit. 3. Regio lamina cribrosa : terdiri dari lembaran lubang dari jaringan ikat sklera dan sedikit serat elastis. 4. Regio retrolaminar : terletak dibelakang lamina cribrosa, dibentuk oleh permulaan axon bermielin dan dikelilingi oleh leptomeningen dari sistem saraf pusat.

Gambar 1. Pembagian ONH dari anterior ke posterior

1

4

Distribusi serabut saraf saat masuk papil nervus optikus terlihat pada gambar dibawah ini. Serabut saraf arkuata masuk di kutub superior dan inferior diskus yang mudah terkena kerusakan glaukomatous. Kelemahan ini dapat dijelaskan dari frekwensi kejadian pada defek lapangan pandang serabut saraf arkuata pada glaukoma. Susunan akson di ONH dan diferensial kelemahan sampai terjadi kerusakan menentukan pola kehilangan lapang pandangan terlihat pada glaukoma.

Gambar 2. Anatomi distribusi serabut saraf retina

1

Perkembangan dari neuropati optik glaukomatous adalah hasil dari berbagai macam faktor, baik intrinsik mapun ekstrinsik nervus optikus. Peningkatan TIO merupakan faktor mayor dalam hal ini pada banyak individu, dan dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan. Ada 2 hipotesa yang dapat menjelaskan perkembangan neuropati optik glaukomatous, yaitu teori iskemik dan mekanik. Teori mekanik menekankan bahwa pentingnya kompresi langsung serat axonal dan dukungan struktur anterior nervus optikus, dengan distorsi plat lamina cribrosa dan terhentinya aliran axoplasmik, menghasilkan kematian dari sel ganglion retina. Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial dari iskemik intraneural yang merupakan hasil dari penurunan perfusi nervus optikus. Perfusi ini hasil dari penekanan TIO pada suplai darah ke saraf atau dari proses intrinsik nervus optikus. Gangguan autoregulasi vaskular berkontribusi terhadap penurunan perfusi dankemudian menimbulkan kerusakan saraf. Pemikiran terkini tentang neuropati optik glaukomatous mengakui bahwa kedua faktor mekanik dan iskemik berkontribusi terhadap kerusakan yang terjadi.

5

Papil nervus optikus atau diskus optikus bentuknya biasanya bulat atau sedikit oval dan mengandung sentral cup. Jaringan antara cup dan pinggir diskus disebut neural rim atau

neuroretinal rim. Pada individu normal, luas dan warna rim relatif sama, yaitu oranye sampai pink. Rasio cup-disc sendiri tidak adekuat dalam penilaian optic disk untuk kemungkinan kerusakan glaukomatous. Untuk itu penting untuk menilai ukuran disk. Ukuran cup dapat meningkat sedikit sesuai usia. Pada orang kulit hitam yang non glaukomatous, rata-rata memiliki area diskus yang lebih besar dan rasio cup-disc yang lebih besar dibandingkan kulit putih,walaupun ada tumpang tindih substansial. Rata-rata orang dengan miop mempunyai mata lebih besar dan lebih besar diskus dan cup daripada orang dengan emetrop dan hipermetrop8. Perubahan dini dari neuropati optik glaukomatous sangat halus8 : Pembesaran secara umum dari cup Pembesaran secara fokal dari cup Superficial splinter hemorrhage Kehilangan lapisan serat saraf Neuroretinal rim yang translusen Berkembangnya pembuluh darah overpass Cupping asimetris dari kedua mata pasien Atrofi peripapil. merupakan perubahan paling awal dalam mendeteksi

Pembesaran secara umum dari cup diagram1.

glaukoma. Pembesaran ini dapat sulit ditentukan tanpa sebelumnya dilakukan fotograf atau

6

BAB III SISTEM KERJA HEIDELBERG RETINA TOMOGRAPHY

Heidelberg Retina Tomography (HRT) adalah suatu oftalmoskop dengan laser skaning konfokal. Alat ini digunakan untuk melihat berbagai gambar tomografi dari papil nervus optikus atau struktur segmen posterior yang dapat mendeteksi kerusakan glaukomatous sampai lapisan serat saraf di retina dengan analisis gambar 3 dimensi.6,7

HRT dikembangkan untuk analisa

parameter morfologi optik disk. Dari analisa optik disk dan topografinya dapat mendeteksi kerusakan struktural 8 tahun lebih awal dari pemeriksaan fotografi disk stereo dan kehilangan lapangan pandang.9 Glaukoma sudut terbuka merupakan tipe glaukoma dengan progresifitas lambat. Progresifitas kerusakan glaukomatous tetap berjalan walaupun sudah diterapi. Dengan terapi, kerusakan visual pada glaukoma dapat diperlambat beberapa tahun. Diperkirakan membutuhkan waktu 23 tahun tanpa terapi dan 35 tahun dengan terapi untuk progresifitas kerusakan glaukomatous dari kerusakan lapangan pandang ringan sampai dapat terjadi kebutaan unilateral.10 Faktor resiko untuk progresifitas glaukomatous termasuk eksfoliasi, umur, glaukoma bilateral, ketebalan kornea sentral, perdarahan optik disk, peninggian TIO dan kerusakan glaukomatous lanjut. Fluktuasi dari TIO dapat meningkatkan risiko progresifitas.10 Pendeteksian progresi glaukomatous merupakan hal yang sangat penting dalam aspek manajemen penyakit. Faktor mayor yang menentukan kerusakan glaukomatous adalah

komponen dari optik disk ( cup, tepi neuroretinal, atau ukuran disk). Glaukoma merupakan penyakit progresif lambat, sehingga pasien memerlukan follow up bertahun-tahun. Selama waktu tersebut, pasien menjalani banyak pemeriksaan dengan lebih dari 1 instrumen.10 HRT digunakan untuk menilai topografi papil nervus optikus. Generasi HRT I (klasik) diperkenalkan tahun 1991 dan HRT II diperkenalkan tahun 1999. Sedangkan HRT III diuji cobakan sekitar tahun 2002.11

7

Gambar 3. Heidelberg Retina Tomography ( HRT III )

14

Teknologi laser skaning konfokal sudah dikomersialkan sejak tahun 1992 untuk deteksi glaukoma.Saat ini sudah ada generasi HRT III yang dapat dipindahkan (portable). Sistem skaning ini menggunakan laser sebagai sumber cahaya. Cahaya laser difokuskan pada satu titik objek pemeriksaan. Cahaya direfleksikan dari titik tersebut kembali ke mata yang dipisahkan dari cahaya laser kemudian dibelokkan ke detektor. Hal ini membuat pengukuran cahaya yang direfleksikan hanya dapat dilakukan pada satu titik objek individual. Berdasarkan gambar 2 dimensi yang dihasilkan, iluminasi cahaya laser dibelokkan secara periodik pada 2 dimensi prependikular di aksis optikal yang menggunakan cermin skaning. Karena itu objek dihasilkan titik demi titik secara berurutan dalam 2 dimensi.5,12,13

Gambar 4. Sistem optikal konfokal pada HRT

13

8

Pada gambar 4, sebuah diafragma kecil ditempatkan di depan detektor sekitar daerah yang dikojugasikan secara optik lempeng fokus terhadap sistem penerangan. Efek pin hole konfokal ini terjadi saat cahaya yang direfleksikan dari objek pada lempeng difokuskan pada pin hole. Cahaya yang direfleksikan dari lapisan-lapisan objek 3 dimensi di atas atau di bawah lempeng fokus tidak difokuskan pada pin hole dan hanya fraksi kecil saja yang dapat melewati pin hole dan dideteksi. Dengan demikian, cahaya diluar fokus, ditekan dengan kekuatan tinggi dengan peningkatan tekanan secara cepat dengan jarak yang jauh dari permukaan fokus. Konsekuensinya, sistem skaning laser konfokal memiliki resolusi tinggi tidak hanya perpendikular tapi juga paralel terhadap sumbu optik sesuai kedalaman. Gambar 2 dimensi yang didapat pada bidang fokus hanya akan membawa informasi lapisan objek yang berada dilokasi atau dekat lempeng fokus. Gambar ini menjadi segmen optik objek 3 dimensi sekitar lempeng optik. Karenya, sistem skaning laser konfokal mampu mencitrakan objek 3 dimensi secara nyata. Gambar 2 dimensi segmen optik, dan saat lempeng fokus digerakkan dan pengambilan gambar pada kedalaman yang berbeda, akan didapat serial gambar segmen optik yang membentuk lapisanlapisan 3 dimensi dari objek 3 dimensi. Prosedur ini dikenal dengan skaning laser tomografi.5,13 HRT dibuat menggunakan laser dioda 670 mikron untuk fundus skaning yang cepat.Oftalmoskop laser skaning konfokal menghasilkan gambar 3 dimensi dari optik disk dengan resolusi tinggi, perpendikular keduanya ke axis optik (axis x dan axis y). Berdasarkan prinsip titik iluminasi dan titik deteksi. Digabungkan dengan pinhole yang ditempatkan di depan sumber cahaya dan cahaya detektor, hanya cahaya yang berasal dari bidang fokal yang menjangkau detektor. Kemudian bergerak kedalam bidang fokal sampai kesemua kedalaman jaringan yang dituju, dalam hal ini nervus optikus. Kedalaman bidang fokal ini yang menggeser apertura konfokal atau pinhole. Cermin osilasi pada HRT mengalihkan tembakan laser ke axis x dan y, sepanjang bidang fokus yang perpendikular ke axis optik ( axis z). Sebuah gambar 2 dimensi (150 x 150) didapat di setiap bidang fokal. Kemudian total didapat 64 bagian dengan masing-masingnya kedalaman interval 1/16mm,nantinya menghasilkan gambar 3 dimensi dari nervus optikus. 64 bagian ini equivalen dengan kedalaman 4 mm. Setiap bagian optik terdiri dari 384x384 titik. Masing-masing titik ini sebagai x (horizontal), y (vertikal), dan z (kedalaman) yang menilai lokasi di ruang itu. Hasilnya adalah peta tomografi 384x384 ukuran ketinggian dari retina dan topografi permukaan nervus optikus.5,13,15

9

BAB III ANALISA DAN PERBANDINGAN HEIDELBERG RETINA TOMOGRAFI

Gambar 5. Contoh laporan standar (kedua mata) : analisa ukuran disk, cup, rim dan RNFL tiap mata

14

Keterangan gambar 14,15 : 1. Etnik pasien : data dasar spesifik etnik yang digunakan untuk analisa MRA (Moorfields Regression Analysis dan klasifikasi GPS. Pada HRT III mempunyai 3 etnis spesifik data dasar normatif, yaitu : Kaukasia, Afrika dan India. 10

2. Kualitas gambar harus dievaluasi dan diklasifikasikan dari sangat jelek sampai baik, berdasarkan standar deviasi yang dapat diterima ( < 40 ) 3. Pengaturan fokus (dalam Dioptri) digunakan untuk akuisisi gambar yang ditampilkan. 4. Ukuran optik disk sebagai area dalam mm2 : diklasifikasikan sebagai kecil, rata-rata atau besar. Bila hasilnya dibawah atau diatas data dasar normatif dibahas dibawah 11 harus hati-hati. 5. Gambar topografi untuk penilaian kualitatif optic disk : Merah sebagai cup Biru sebagai kelandaian rim Hijau sebagai area datar rim

6. Moorfields Regression Analysis (MRA), memberikan penilaian dari enam segmen ONH, ditambah penilaian global terhadap data dasar normatif etnis tertentu. Untuk MRA, klasifikasi normal diberikan untuk masing-masing sektor rim. Tanda hijau betul hijau berarti normal Tanda seru kuning berarti borderline Tanda silang merah berarti diluar batas normal

7. Cup : hasilnya ditunjukkan sebagai sebuah lembaran atas gambar topografi, dan area highlight dari penipisan rim. Hasil analisa perubahan topografi ditampilkan sebagai lembaran pada gambar reflektivitas hitam dan putih. 8. Rim adalah daerah tertutup oleh garis kontur dan terletak diatas bidang referensi. Klasifikasi bidang dari rim ONH berdasarkan hubungan dari rim ke area diskus untuk tiap bidang. 9. Profil RNFL adalah profil tinggi sepanjang margin diskus disekitar optik diskus dari sisi temporal, ke superior, nasal, inferior, dan kembali ke sisi temporal (TSNIT). Ketinggian sepanjang kontur sebagian besar sesuai dengan ketebalan lapisan serat saraf retina (RNFL). 10. Parameter asimetris inter mata mengevaluasi derajat asimetris profil RNFL antara mata dan diberikan sebagai persentase dengan nilai 0% menunjukkan simetris profil RNFL. Nilai asimetris adalah perbedaan ukuran antara kedua mata. Perbedaan dalam profil RNFL antara dua mata diplot dalam grafik ini untuk memudahkan perbandingan. 11. parameter cup, rim, dan RNFL diklasifikasikan berdasarkan nilai-p, yang menunjukkan statistik probabilitas bahwa nilai rentang normal dihubungkan dengan data dasar normatif yang berdasarkan usia dan dasar etnik. nilai-p > 0,05 menunjukkan nilai batas normal

11

nilai-p < 0,05 tapi lebih dari 0,001 adalah borderlin, dan nilai-p < 0,001 diluar batas normal. Batas normal sudah ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan pada mata normal : > 700 orang Kaukasia dengan ukuran diskus 1,0 3,6 mm2 >200 orang normal dari asli Afrika dengan ukuran diskus 1,4 3,4 mm2,dan lebih dari 100 orang India Asia Tenggara dengan ukuran diskus 0,9 4,1 mm2

data dasar normatif untuk pasien Hispanik dan asli Asia dalam pengembangan. 12. Komentar : komentar mengenai laporan HRT 3 akan dimasukkan dalam surat laporan yang dikirim ke praktisi (dokter yang meminta). Jika praktisi ingin mendapat hasil alternatif seperti indeks global,sebutkan permintaan ini di formulir rujukan pasien.

12

Klasifikasi Probabilitas Glaukoma Skor (GPS) memberikan penilaian struktural objektif dari ONH. GPS membandingkan diskus yang diperiksa dengan model normal dan diskus glaukomatous dini yang berasal dari data dasar normatif dan memberikan probabilitas populasi dengan mata glaukomatous dini.14,15

Gambar 6. Contoh hasil pelaporan GPS untuk penilaian struktur objektif dari papil nervus optikus .

16

Keterangan gambar 614 ; 1. Etnik pasien, kualitas gambar dan pengaturan setting ditampilkan di bagian atas print out dalam Laporan Standar.

13

2. Klasifikasi normal sektoral GPS terhadap data dasar normatif yang ditampilkan pada gambar reflektansi dan dalam tabel format. Parameter yang diukur meliputi kecuraman rim, ukuran dan kedalaman cup, lapisan serat saraf peripapiler. 3. Klasifikasi GPS keseluruhannya untuk setiap mata di bagian bawah laporan. dalam kasus diskus sangat dangkal,perangkat lunaknya tidak dapat mengidentifikasi diskus sentral dengan benar. 4. Tanda betul hijau menunjukkan parameter yang diukur dalam batas normal, tanda seru kuning menunjukkan borderline, dan tanda X menunjukkan di luar batas normal.

Pada HRT II tidak hanya dapat menentukan akurasi topografi dalam menentukan perubahan selama monitoring, tapi juga dapat melihat profil disk dengan menggunakan cara Moorfields untuk memprediksi suspek resiko dari disk. Fasilitas ini digunakan untuk cara praktis menskrining glaukoma. HRT II memerlukan operator yang ahli untuk menetapkan secara manual garis luar disk yang diperintahkan komputer, sehingga dapat mengkalkulasi profil analisa regresi Moorfields, kemudian diketahui disk yang suspek atau tidak. Pada HRT II alatnya lebih praktis dan nyaman bila dibandingkan HRT I yang lebih besar, HRT I hanya ditemukan pada rumah sakit atau laboratorium penelitian. 13, 16 Dibawah ini perbadingan secara teknikal antara HRT dengan HRT II13 :

Pada HRT III, alatnya lebih kompak dengan unit laser yang terhubung dengan laptop dan meja kecil. HRT III juga mudah dipindahkan ke ruangan lain. Ada fasilitas tambahan dibandingkan generasi sebelumnya, yaitu adanya pengambilan gambar disk secara otomatis yang disebut Glaucoma Probability Score (GPS). Satu kali pengambilan gambar didapatkan 3 skan disk dan

14

proses data topografi, kemudian GPS otomatis akan menganalisa profil disk secara spesifik dan bentuk 3 dimensi, lalu dibandingkan dengan data spesifik grup etnik, akan menghasilkan analisa apakah suspek disk atau tidak. HRT III juga digunakan dapat secara manual untuk menentukan disk yang kemudian dibandingkan dengan data Moorfields.14,17 Klasifikasi GPS melengkapi penilaian struktural objektif dari papil nervus optikus. GPS membandingkan pemeriksaan pada model normal dengan diskus glaukomatous awal yang didapatkan dari data dasar normatif dan probabilitas pemeriksaan mata pada populasi dengan glaukomatous awal/dini. GPS membedakan mata yang normal dengan patologis dan dibandingkan data dari GPS dengan Moorfields Regression Analysis (MRA).14,18 Ada 2 teknik yang berkembang untuk penilaian gambar dari optik disk dan lapisan serat saraf retina (RNFL), yaitu scanning laser tomography ( Hiedelberg Retina Tomography / HRT) dan Optical Coherence Tomography (OCT). Kedua alat ini dapat digunakan pada anak-anak dengan mudah dan non invasif.18 OCT adalah pencitraan penampang axial dari jaringan dasar pada hantaran balik optikal sinar laser koherensi rendah (850nm) saat melewati lapisan berbeda densitas optikal. Prinsip OCT sama dengan USG,tapi OCT menggunakan sinar dengan resolusi lebih tinggi. Sinar infra red dekat koheren rendah ditransmisikan dari sumber cahaya dioda ke retina lewat sistem hantaran serat optik. Hantaran balik dari retina menghasilkan gambar dan digunakan untuk membangun gambar retina berbentuk tomografi cross sectional. OCT menampilkan gambaran langsung dari patologi retina dan juga penilaian kuantitatif dari bangunan retina dengan resolusi lebih tinggi daripada CSLO dan SLP. 19,20 Perbandingan OCT III dengan HRT II menurut Medeiros adalah hampir sama secara AUCs untuk parameter terbaik dari masing-masing alat. Parameternya untuk OCT III adalah kuadran bawah, dan HRT II untuk fungsi linear discriminant. Fungsi linear discriminant pada HRT adalah teknik alternatif statistik yang digunakan untuk membedakan papil nervus optikus yang normal dengan glaukomatous. Akurasi diagnostik HRT dilaporkan mirip dengan OCT. Penggunaan penilaian kombinasi antara topografi papil nervus optikus dan lapisan serat saraf retina memperlihatkan peningkatan sensitifitas menjadi 91% dan spesifikasi menjadi 96%.20,21

15

Dibawah ini tabel yang memperlihatkan hasil analisa perbedaan defek lapangan glaukomatous lebih dini.16

Analisa akhirnya, dokter memerlukan alat yang lebih familiar untuk digunakannya dan instuisinya untuk menginterprestasikan hasil tes pasien menjadi penilaian klinis yang lebih luas. Faktor yang termasuk didalamnya adalah usia, TIO, klinis papil nervus optikus, pemeriksaan lapisan serat saraf retina, ketebalan kornea sentral, riwayat keluarga dan status lapangan pandang. Tidak cukup satu alat saja untuk menilai gambar papil nervus optikus dan lapisan serat saraf retina dalam menentukan diagnosa dan follow up glaukoma. Prediksi hasil alat-alat ini saja tidak bisa untuk mendiagnosa tapi juga ditentukan interpretasi dari dokter dan keahlian operatornya. Bagaimanapun penggunaan data dari alat-alat ini dapat memberikan dokter informasi yang penuh dalam penilaian struktural kuantitatif nervus optikus,yang merupakan hal penting dalam manajemen glaukoma.21

16

BAB IV KESIMPULAN

1. Glaukoma adalah suatu grup penyakit yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati dengan kehilangan fungsi penglihatan. Walaupun peningkatan tekanan intra okuler merupakan suatu faktor resiko primer, yang dapat muncul atau tidak.

2. Heidelberg Retina Tomography (HRT) adalah suatu oftalmoskop dengan laser skaning konfokal untuk melihat berbagai gambar tomografi dari papil nervus optikus atau struktur segmen posterior yang dapat mendeteksi kerusakan glaukomatous sampai lapisan serat saraf di retina dengan analisis gambar 3 dimensi.

3. HRT mempunyai generasi HRT, HRT II, dan terakhir HRT III. Generasi terakhir mempunyai kelebihan dapat mudah dipindahkan, mudah dalam pengoperasian dan mempunyai GPS (Glaucoma Probabilitry Score) untuk melengkapi penilaian struktural objektif dari papil nervus optikus

17