makalah glaukoma
DESCRIPTION
Glaukoma merupakan gangguan pada mata akibat meningkatnya Tekanan Intra Okuler. Glaukoma menyebabkan semakin kecil luas daerah pandang penderitanya sehingga lama kelamaan akan menyebabkan kebutaanTRANSCRIPT
FARMAKOTERAPI 1
PENYAKIT GLAUKOMA
NAMA / NIM
KELAS
DOSEN PEMBIMBING
:
:
:
M. RIZKY (08121006024)
PUTRI EPRIANI (08121006032)
FITRI (08121006038)
ANGGIA PERAMAHANI (08121006042)
ERFI PABELLA PUTRI (08121006044)
ELVARINA PERMATASARI (08121006056)
ADANI ADILARAYANI (08121006060)
NURLAILA QODRIAH (08121006062)
FABIOLA PALASINTIA P (08121006064)
GENAP (B)
Nikita Surya Dharma, M.Farm, Apt
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
GLAUKOMA
1. Definisi
Glaukoma adalah sekelompok penyakit yang memiliki karakteristik berupa
kerusakan saraf/ optic neuropathy dan berkurangnya/ terjadi penyempitan luas
lapangan pandang serta biasanya disertai adanya peningkatan tekanan intraokuli.
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan
ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang dapat memicu
terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, miopia, ras
kulit hitam, pertambahan usia dan pascabedah.
3. Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuli, glaukoma dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous humor
akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan glaukoma
sudut tertutup adalah gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase.
Glaukoma sudut terbuka terdiri dari kelainan pada membran pratrabekular (seperti
glaukoma neovaskular dan sindrom Irido Corneal Endothelial), kelainan trabekular
(seperti glaukoma sudut terbuka primer, kongenital, pigmentasi dan akibat steroid)
dan kelainan pascatrabekular karena peningkatan tekanan episklera. Sedangkan
glaukoma sudut tertutup terdiri dari glaukoma sudut tertutup primer, sinekia,
intumesensi lensa, oklusi vena retina sentralis, hifiema, dan iris bombé.
4. Patogenesis dan Patofisiologi
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka.
Glaukoma sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran keluar
aqueous humor, sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat memicu
proses degenerasi trabecular meshwork, termasuk pengendapan materi ekstrasel
di dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan
hubungannya dengan tingginya tekanan intraokular masih belum begitu jelas.
Teori utama memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan elemen
penunjang struktural akibat tingginya tekanan intraokular di saraf optikus,
setinggi dengan lamina kribrosa atau pembuluh darah di ujung saraf.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat,
kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Serangan akut sering dipresipitasi oleh
dilatasi pupil, yang terjadi spontan di malam hari, saat pencahayaan kurang
Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan
bola mata dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous
humor secara mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah,
kornea keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi
disekitar lampu). Glaukoma sudut tertutup akut merupakan suatu
keadaan darurat.
Glaukoma Sudut Tertutup Kronis.
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi
jalan keluar tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut
antara iris dan jalur keluar aqueous humor. Glaukoma sudut tertutup
biasanya bersifat herediter dan lebih sering pada hipermetropia. Pada
pemeriksaan didapatkan bilik mata depan dangkal dan pada gonioskopi
terlihat iris menempel pada tepi kornea.
Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang
ditemukan. Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan
struktur anatomi mata yang menghalangi aliran keluar aqueous humor.
Kelainan tersebut antara lain anomali perkembangan segmen anterior
dan aniridia (iris yang tidak berkembang). Anomali perkembangan
segmen anterior dapat berupa sindrom Rieger/ disgenesis iridotrabekula,
anomali Peters/ trabekulodisgenesis iridokornea, dan sindrom Axenfeld
Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat
adanya penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma
sekunder antara lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi
lensa, intumesensi lensa, fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis,
neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan episklera.
Glaukoma Tekanan-Normal
Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami
peningkatan tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg.
Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan yang abnormal terhadap
tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau mekanis di kaput
nervus optikus, atau bisa juga murni karena penyakit vaskular.
Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara genetik, keluarga
yang memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen
optineurin kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan
diskus, yang menandakan progresivitas penurunan lapangan pandang.
CONTOH KASUS
Kasus 1:
Keluhan utama:
“Mata kiri saya seperti berkabut dan buram dan saya merasa sakit kepala”
Riwayat kondisi dahulu :
LA laki2 umur 34 tahun dengan riwayat “open angle glaucoma” berobat ke
optamologist dengan keluhan pandangan berkabut dan buram pada mata kiri. Dia
mengalami sensitivitas yang tinggi terhadap cahaya dan mengalami sakit kepala. Dia
juga mengeluh mengalami periode distorsi pada mata kiri sejak 3 bulan yang lalu, sering
kondisi ini berhubungan dengan buramnya pandangan di daerah sentral visual. Namun
karena kesibukannya ia baru sempat ke dokter mata setelah 3 bulan merasakan keluhan.
LA pernah mengalami kecelakaan mobil dan mengalami patah tulang belakang sekitar 9 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu :-Asma semenjak masa kecil yang bisa terkontrol pada masa pubertas-Depresi akibat open angle glaucoma yang kronik dan perburukan pandangan sesudah mengambil program PhD nya.-Pernah menjalani tonsilectomi ketika kecil dahulu
Riwayat pengobatan :Glaukoma
Riwayat keluarga :Ayah, ibu dan kakak perempuannya mempunyai gangguan glaukoma. Ayahnya
menderita hipertensi
Riwayat sosial :LA adalah lulusan PhD di bidang farmasi klinik dari universitas terkemuka di
Inggris. Tidak ada riwayat merokok. Pernah mempunyai kebiasaan minum minuman keras 4 gelas per hari selama tiga tahun pada saat menempuh program PhD nya dahulu.
Pemeriksaan lab/ radiologi:Tidak ada gangguan jantung, paru, dan problem kardiovaskuler, serta tidak
mempunyai gangguan stroke atau anemia.
Pemeriksaan fisik :BB : 65 kgTB : 170 cmVital sign : TD = 120/82,Kecepatan Nadi = 70, RR = 18
Pemeriksaan mata :Aktivitas visual : OD – hand motion pada jarak 3 cm dengan koreksi spektaklesOS – 20/30Tekanan intraokuler : OD – 14 mm Hg , OS – 20 mm HgPemeriksaan vitreous : bersihDisks : C/D ratio = 1.0 OS C/D ratio = 0.99 dengan sedikit lingkaran (normal C/D ratio = < 0.33)
Pemeriksaan laboratorik :Na 138 mEq/LK 3.3 mEq/LCl 99 mEq/LCO2 25 mEq/LBUN 10 mg/dLSCr 0.9 mg/dLGula darah puasa 126 mg/dL
Diagnosis :Miopia tinggi dengan kronik juvenil open angle glaukoma yang progresifTidak ada tanda edema makuler
Tidak ada katarakDepresi akibat open angle glaukoma yang kronik.
R/ Latanoprost 0.005% S 2 dd 1 gttR/ asam mefenamat 500 mg S 3 dd 1 tab prn
Terapi Farmakologi:
1.Latanoprost (Xalatan)
a. Komposisi
Latanoprost 0,005% x 2,5 mL (50µg/ml)
b. Durasi
4 minggu dilanjutkan kontrol ke dokter jika membaik diteruskan, jika memburuk
terapi ganti dinaikkan dosisnya.
c. Penggunaan obat
Diteteskan pada mata yang bermasalah sebanyak 1 tetes per hari.
d. Kontra Indikasi
Hipersensitif respon terhadap komponen xalatan, tidak boleh dicampur dengan
tetes mata yang mengandung teomersal.
e. Efek Samping
Pigmentasi coklat yang menetap atau yang reversibel terutama pada mereka
yang warna irisnya bercampur (hentikan pengobatan bila mungkin), iritasi
okular, hiperaemia konjungtiva, erosi epitelial punctata (transient), edema, dan
erosi kornea.
f. Interaksi Obat
Efek aditif terhadap antagonis beta adrenergik, agonis adrenergik, penghambat
anhidrase karbonat, agonis kolinergik, Obat mata lain yang mengandung
tiomersal.
g. Peringatan
Sebelum memulai pengobatan pasien harus diberitahu kemungkinan perubahan
warna mata, monitor perubahan warna mata, asma yang berat atau mudah
kumat, tidak boleh digunakan pada waktu 5 menit setelah penggunaan sediaan
yang mengandung tiomershal, kehamilan, dan masa menyusui.
Alasan pemilihan obat :
Satu-satunya terapi untuk open angle glaukoma adalah menurunkan TIO, secara
umum tujuannya adalah menggunakan obat-obat topikal atau jika gagal pembedahan
untuk menurunkan TIO sampai 20-50% dari tekanan sebelumnya. Apabila akan
digunakan fist line terapi untuk glaukoma beta bloker mempunyai kontraindikasi
terhadap asma karena pasien mempunyai riwayat pwnyakit asma. Menurut algoritma
terapi, alternatif first line jika kontra indikasi dengan beta bloker adalah analog
prostaglandin. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan aliran drainase mata yang dipakai
1 kali sehari. Walaupun efek samping obat ini lebih ringan dibanding obat lain, tetapi
dapat merubah warna selaput pelangi mata dan menyebabkan mata menjadi merah-
kecoklatan. Jenis analog prostaglandin adalah Latanoprost, Bimatoprost, dan
Travoprost. Namun yang tersedia di Indonesia adalah jenis Latanoprost. Obat ini dapat
menembus kornea dan menurunkan TIO melalui peningkatan aliran aquaeus uveosklera.
Mekanismenya dengan melibatkan aktivasi matriks metaloproteinase yang
menyebabkan penurunan resistensi aliran keluar. Latanoprost sangat efektif dan telah
mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan pebedahan.
Monitoring dan follow up
Waktu : 2-4 minggu setelah pemberian obat, jika setelah 2-4 minggu berefek
adequate (cukup memuaskan) monitoringnya dilakukan 3-4 bulan sekali. Yang harus
dimonitor antara lain :
a) Target TIO tercapai atau tidak.
b) Pasien memiliki progresi kerusakan nervus optikus meskipun target terapi TIO
terpenuhi. Adanya perubahan pada ketebalan kornea setelah pembedahan refraksi.
c) Pasien tidak dapat mentoleransi regimen terapi.
d) Pasien tidak mematuhi regimen terapi.
e) Terdapatnya kontraindikasi pada pengobatan.
f) Status nervus optikus (saraf yang berperan dalam reflek cahaya) yang stabil dan
rendahnya TIO muncul dalam periode yang lama pada pasien yang menjalani terapi.
Pada keadaan ini menurunkan terapi dapat merupakan tindakan yang tepat.
Asam mefenamat
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
KontraIndikasi:
N/A
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan. Dewasa dan
anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore:
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan
dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia:
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan
selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan
kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan
hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada
penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
Terapi Non Farmakologi
Ditujukan untuk mengoptimalkan peredaran darah di mata.
- pijat mata
- Olah raga yang teratur
- Mengurangi intake garam
Pharmacy Counseling Terhadap Pasien:
Untuk penderita open angle glaucoma1. Anjurkan pasien untuk lakukan pijat mata ringan 2. Ingatkan pasien untuk melakukan olahraga ringan dan dilakukan teratur seperti,
renang, jalan santai, ataupun yoga, tai chi.3. Ingatkan pasien untuk mengurangi konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam (kurangi intake garam)4. Ingatkan pasien untuk menggunakan obat tetes mata secara teratur dan tepat
waktu 5. Ingatkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi
sehat bagi mata dan tubuh seperti, sayuran dan buah-buahan atau pun berupa jus buah dan sayur
6. Ingatkan pasien untuk mengurangi asupan natrium dan harus menghindari makanan yang mengandung pengawet
7. Ingatkan pasien untuk lakukan pemeriksaan mata secara berkala8. Anjurkan pasien untuk mengikuti program konseling secara teratur untuk
mengatasi depresi akibat angle glaucoma yang diderita9. Ingatkan pasien untuk beristirahat yang cukup dan kurangi faktor resiko yang
dapat memperparah stress10. Ingatkan pasien untuk mengistirahatkan mata ketika mata sudah merasa lelah
saat beraktivitas11. Anjurkan pasien melakukan eye massage secara teratur untuk melancarakan
peredaran darah di mata sehingga dapat mengurangi tekanan intraokuler12. Pasien dijelaskan bahwa obat dapat menyebabkan pigmentasi pada iris mata
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Tentang penggunaan obat
a) Obat diteteskan 1x sehari pada mata sebelah kiri, malam hari sebelum tidur. Hal
ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping obat berupa rasa
terbakar pada mata.
b) Pasien diberitahukan penggunaan secara topical. Bagian bawah mata di tarik ke
bawak dengan menggunakan telunjuk untuk membuat kantung. Teteskan 1 tetes obat di
kantung mata, kemudian pejamkan mata 1-3 menit. Tempatkan jari pada system
nasolacrimal drainage pada inner corner dari mata.
Kasus 2 :
Sejak satu hari yang lalu pasien mengeluh kedua matanya merah. Keluhan
tersebut disertai dengan rasa sakit atau pegal pada mata, pusing, mual dan muntah dua
kali. Menurut pasien sekarang penglihatan pasien menjadi kabur. Pasien juga merasakan
silau jika terkena cahaya dan tampak seperti ada gambaran pelangi jika melihat lampu.
Pasien sudah berusaha mengobatinya dengan tetes mata yang dibelinya di warung tapi
belum membaik. Pasien memiliki riwayat katarak sejak satu tahun yang lalu. Namun
pada anamnesis penggalian riwayat penyakit dahulu kurang lengkap karena tidak
menggali perjalanan penyakit katarak yang sejak satu tahun yang lalu diderita pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan tekanan darah yang
sedikit tinggi yaitu 130/80 mmHg yang termasuk stadium prehipertensi namun pada
orang dengan usia tua (67 tahun), tekanan darah biasanya sudah meningkat.
Pemeriksaan visus menunjukkan visus jauh pada okulus dekstra adalah 1/60, artinya
pasien hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter yang pada orang dengan visus
normal dapat dilihat dari jarak 60 meter. Visus jauh okulus sinistra adalah 3/60, artinya
pasien juga hanya apat menghitung jari pada jarak 3 meter.
Dhawan (2005) dalam tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder
akibat katarak dapat melalui tiga cara, yaitu:
Glaukoma fakomorfik : Lensa dapat membengkak (intumesen) dengan
menyerap cukup banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan
sumbatan pupil dan pendesakan sudut sehingga jalinan trabekular terblok serta
menyebabkan glaukoma sudut tertutup
Glaukoma fakolitik : Pada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein
lensa dan masuk ke dalam kamera anterior dan ditelan oleh makrofag. Makrofag
menjadi membengkak dan menyumbat jalinan trabekular yang memacu
peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka.
Glaukoma fakotopik : Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi dan
menyebabkan peningkatan TIO dengan memblok pupil atau sudut secara
mekanis, atau dispalsia korpus vitreus yang menyebabkan blok.
Pasien menunjukkan gejala glaukoma fakomorfik :
- Nyeri akut
- Mata hiperemis
- Pandangan kabur
- Sensasi halo, berupa pelangi di sekitar lampu yang dilihat
- Mual
- Muntah
- Pasien umumnya memiliki penurunan penglihatan sebelum episode akut karena
riwayat katarak.
Diagnosa:
Menurut keluhan yang dialami oleh pasien, sejak satu hari yang lalu pasien mengeluh
kedua matanya merah. Keluhan tersebut disertai dengan rasa sakit atau pegal pada mata,
pusing, mual dan muntah dua kali. Menurut pasien sekarang penglihatan pasien menjadi
kabur. Pasien juga merasakan silau jika terkena cahaya dan tampak seperti ada
gambaran pelangi jika melihat lampu. Berdasarkan keluhan yang di derita pasien, kami
mendiagnosa bahwa pasien ini mengalami Glaukoma Sekunder et causa Intumesensi
Lensa (Glaukoma Fakomorfik). Gejala-gejala yang ditimbulkan glaukoma sekunder
adalah nyeri akut, mata hiperemis, pandangan kabur, sensasi halo, mual,muntah, pasien
umumnya memiliki penurunan penglihatan sebelum episode akut karena riwayat
katarak. Berdasarkan riwayat penyakit pasien, pasien memiliki riwayat katarak sejak
satu tahun lalu, hal ini yang menguatkan diagnose kami bahwa pasien mengalami
glaukoma sekunder.
R/ Asetazolamid 250-500 mg IV/IM, dapat diulang dalam
2-4 jam maksimum 1 g/hari
Apraklonidin 1-2 tetes pada mata 3 kali/ hari
Mannitol IV 2 g/kgBB selama 30 menit
Timolol 1 tetes pada mata 2 kali/hari
Farmakoterapi Farmakologis :
Terapi farmaka dilakukan untuk menurunkan TIO secara cepat untuk mencegah
kerusakan yang lebih jauh pada nervus optikus, untuk menormalkan kornea, dan
mencegah terjadinya pembentukan sinekia. Reduksi TIO dibutuhkan untuk
mempersiapkan pasien untuk iridotomi laser untuk mengatasi blok pupil yang
menyebabkan glaukoma. Manajemen inisial yang digunakan termasuk beta-bloker,
agonis alfa-2 adrenergik, dan inhibitor karbonik anhidrase. Miotikum dapat
memperburuk serangan glaukoma sudut tertutup sekunder dengan meningkatkan kontak
iridolentikular. Tujuan farmakoterapi adalah untuk menurunkan morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi.
a. Inhibitor Karbonik Anhidrase
Karbonik Anhidrase adalah suatu enzim yang ditemukan di banyak jaringan tubuh,
termasuk mata. Katalisasi suatu reaksi reversibel dimana karbon dioksida menjadi
hidrasi dan asam karbonat menjadi dehidrasi. Dengan memperlambat terbentuknya
pembentukan ion bikarbonat dengan reduksi dalam sodium dan transport cairan, dapat
menghambat karbonik anhidrse dalam proses siliaris mata. Efeknya menurunkan sekresi
aqueous humor, sehingga menurunkan TIO. Asetazolamid digunakan dengan dosis 250-
500 mg IV/IM, dapat diulang dalam 2-4 jam maksimum 1 g/hari. Efek sampingnya
hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diare, hipokalemia, batu ginjal, dan
miopia sementara.
Kontraindikasi pada orang dengan hipersensitivitas, penyakit hati, penyakit ginjal
kronis, insufisiensi adrenokortikal, obstruksi pulmonar parah (Gill, 2010).
b. Agonis Alfa-adrenergik
Menurunkan TIO dengan menurunkan produksi humor aqueous. Apraklonidin
merupakan obat baru yg bekerja menurunkan produksi humor aqueous tanpa efek pada
aliran keluar, dapat digunakan dengan dosis 1-2 tetes pada mata yang terkena 3 kali/
hari.
c. Agen Hiperosmotik
Menurunkan TIO dengan membuat gradien osmosis antara cairan okular dan
plasma, tetapi tidak untuk penggunaan jangka panjang. Obat yang digunakan Manitol
yang bekerja dengan mengakibatkan cairan ekstraselular hiperosmotik sehingga terjadi
dehidrasi sel dan diuresis. Dosis mannitol pada pasien dengan mual dan muntah
diberikan secara intravena dalam 20 % cairan dengan dosis 2 g/kgBB selama 30 menit.
Maksimal penurunan TIO dijumpai dalam satu jam setelah pemberian mannitol.
d. Beta Bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup.
Beta bloker dapat menurunkan TIO dengan cara mengurangi produksi humor aqueous.
Timolol sebagai beta bloker nonselektif dalam sediaan tetes mata dapat digunakan
sebanyak 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat di ulang dalam 4, 8, dan 12
jam kemudian (Qamar, 2008).
e. Miotik Kuat
Pilokarpin 2% atau 4 % setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial
terapi, diindikasikan untuk menghambat serangan awal glaukoma akut. Bekerja degan
meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan mata dengan membuka sudut bilik mata
dengan miosis. Efek samping yang ditimbulkan adalah sakit pada alis akibat spasme
otot siliaris dan penglihatan malam berkurang (Ilyas, 2009).
Non Farmakoterapi
Pembedahan
Pengobatan glaukoma sekunder akut hanya dengan pembedahan. Tindakan
pembedahan harus dilakukan pada mata dengan sudut sempit karena serangan akan
berulang lagi pada satu saat. Tindakan pembedahan dilakukan bila TIO sudah
terkontrol, mata tenang dan persiapan pembedahan sudah cukup. Tindakan
pembedahannya adalah iridektomi laser. Seringkali serangan sudut tertutup terjadi lagi
setelah pembedahan, karena sudut kamera anterior masih dangkal. Dalam kondisi ini
sebaiknya dilakukan ekstraksi katarak bila sudut kamera anterior tidak dalam setelah
iridektomi laser.
Pharmacy counseling terhadap pasien
Untuk penderita pasien glaucoma Lapsus Glaukoma Fakomorfik :
1. Ingatkan pasien untuk tidak terlalu lelah dan lama bekerja apalagi bekerja
dengan menggunakan computer atau handphone (istirahat cukup yang sangat
dibutuhkan oleh mata)
2. Ingatkan pasien untuk menggunakan obat secara tepat waktu dan teratur
(Lakukan terapi obat secara benar)
3. Ingatkan pasien untuk mengontrol emosi (seperti, rasa takut, binggung dan
cemas)
4. Ingatkan untuk tidak melakukan kegiatan yang berbahaya/ ekstrim
5. Anjurkan pasien untuk lakukan olahraga yang ringan agar tubuh tetap sehat
seperti, jalan santai, yoga, dan tai chi.
6. Konsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bernutrisi untuk mata, seperti
jus buah dan jus sayuran, serta makan sayur dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin A (Terapkan gaya hidup sehat)
7. Ingatkan pasien jangan terlalu lama terpapar dilingkungan luar seperti, udara
kotor, debu dan asap ataupun polusi kendaraan, pabrik dan lainnya
8. Anjurkan pasien untuk mengikuti program konseling secara teratur untuk
mengatasi depresi akibat lapsus glaucoma fakomorfik yang diderita
9. Ingatkan pasien untuk mengurangi asupan natrium, kurangi intake garam dan
harus menghindari makanan yang mengandung bahan pengawet10. Anjurkan pasien melakukan eye massage secara teratur untuk melancarakan
peredaran darah di mata sehingga dapat mengurangi tekanan intraokuler11. Ingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan mata secara berkala dan teratur12. Ingatkan pasien untuk mengurangi factor resiko yang dapat memperparah stress
Kasus 3:
Ny. Sariyah, 50 tahun. Sejak ± 4 bulan yang lalu, penderita mengeluhkan mata
kanannya tiba-tiba terasa cekot-cekot dan pegal, kepala terasa sakit, pandangan
langsung tidak bisa melihat, mata terlihat sangat merah dan bercampur kebiruan.
Kemudian diikuti sakit pada mata sebelah kiri dan lama-kelamaan matanya kirinya
menjadi kabur. Penderita tidak merasa lapang, pandangnya menyempit. Tidak ada rasa
silau, tidak ada riwayat trauma pada kedua matanya, tidak ada mual muntah. Dan ada
anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa. Dikatakan bahwa kedua mata
penderita tekanannya tinggi. Sebulan yang lalu mata kiri pasien dioperasi
trabekulektomi. Saat ini penderita hanya dapat melihat hitungan jari tangan saja pada
mata kiri dan hanya dapat melihat sejauh 1/2 meter untuk mata kiri.
Riwayat penyakit dahulu: Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), Trauma pada mata (-).
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR : 20 x/menit
1. Pemeriksaan klinik
OD(mata kanan) Pemeriksaan Mata OS(mata kiri)
0 Visus ½ /60
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Skiaskopi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal
(-) Paresis / Paralisis (-)
Hiperemi (-), Edema (-) Palpebra Hiperemi (-), Edema (-)
Hiperemi (-) Konj. Palpebra Hiperemi (-)
Hiperemi (-) Konj. Bulbi Hiperemi (-)
Hiperemi (-) Konj. Fornices Hiperemi (-)
Hiperemi Sklera Putih
Putih keruh Kornea Jernih
DangkalKamera Okuli
AnteriorDangkal
Kelabu Iris Reguler
Reflek cahaya (-),
Reflek Indirect (-), Ø 6
mmPupil
Reflek cahaya (+) ,
Ø 3 mm
Keruh. Ireguler,
mendesak PupilLensa Jernih
Tidak dilakukan Fundus Refleksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Korpus Vitreum Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tensa Okuli Tidak dilakukan
81,7 mmHg Tonometri 12,2 mmHg
2. Manisfestasi klinik
a. Mata kemerahan dan bercampur kebiruan
b. pandangnya menyempit
c. Tidak ada rasa silau = nilai visus kecil
d. . Tidak ada rasa silau, tidak ada riwayat trauma pada kedua matanya,
tidak ada mual muntah. Ciri dari glukoma sudut tertutup.
e. penderita hanya dapat melihat hitungan jari tangan saja
f. hanya dapat melihat sejauh 1/2 meter untuk mata kiri
g. pemeriksaan klinik nilai visus mata kanan 0= glukoma absolut atau buta,
mata kiri nilai visusnya hanya ½ dari 60, ciri dari glukoma sudut tertutup
3. Diagnosa
Secara umum pasien terkena glaukoma sudut lebar. Glaukoma absolut pada
mata kanan dan glaukoma primer sudut tertutup pada mata kiri.
4. Farmakoterapi
-Per oral:
Acetazolamide 250 mg tab 3x1 untuk pengobatan prabedah glaucoma sudut
sempit.
-Topikal:
Timolol 0,5% ed 2 dd gtt 1 (OS) untuk mengurangi tekanan intraokuler
glaucoma simpleks kronik.
R/ acetazolamide 250 mg
S 3 dd 1tab
R/ Asam Mefenamat 500 mg
s 3dd 1 tab prn
R/ Timolol 0.5%
S 2 dd 1gtt OS
5. Farmako non terapi
Pijat mata, pengangkatan bola mata (enukleasi), kontrol Rutin
6. Komunikasi, informasi, dan edukasi
Tentang penggunaan obat
a) Obat diteteskan 2x sehari pada mata sebelah kiri, malam hari sebelum
tidur. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping
obat berupa rasa terbakar pada mata.
b) Pasien diberitahukan penggunaan secara topical. Bagian bawah mata di
tarik ke bawak dengan menggunakan telunjuk untuk membuat kantung. Teteskan 1
tetes obat di kantung mata, kemudian pejamkan mata 1-3 menit. Tempatkan jari
pada system nasolacrimal drainage pada inner corner dari mata, daerah saluran
antara mata dengan kerongkongan agar obatnya bekerja topikal.