makalah gangguan mood

Upload: widya-puspitasari

Post on 09-Jan-2016

448 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

Psikologi Abnormal

TRANSCRIPT

1. Pengertian Gangguan MoodDalam hidup semua manusia memiliki perasaan yang berbeda-beda dalam setiap harinya. Perasaan itu terkadang sedih, senang, marah, dan lain sebagainya yang biasanya berlangsung sementara. Perasaan tersebut sering disebut dengan mood. Mood merupakan perpanjangan dari emosi yang berlangsung selama beberapa waktu, kadang-kadang beberapa jam, beberapa hari, atau bahkan, dalam beberapa kasus depresi beberapa bulan. Mood yang dialami dalam kehidupan manusia ini sedikit banyak akan berpengaruh kuat terhadap cara mereka dalam berinteraksi (Meier, 2000: 8-9).Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada dan mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun, orang dengan gangguan mood atau yang sering dikenali sebagai gangguan perasaan biasanya terlarut dalam suasana perasaannya dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal. Mereka yang mengalami gangguan mood ini akan mengalami perubahan mood yang ekstrem, bagaikan roller coaster emosional dengan ketinggian yang membuat pusing dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia disekitarnya tetap stabil (Nevid, 2003: 229). Pada diri manusia mood ini dating dan pergi, dan ketika itu terjadi biasanya kita dapat mengatasinya dan kembali normal. Namun, kenyataannya tidak semudah itu umumnya gangguan mood ini terjadi pada semua usia, ekspresi gangguan mood pada anak-anak bervariasi tergantung pada usia mereka. Mood pada seorang anak lebih rentan terhadap pengaruh stressor social yang parah seperti percekcokan keluarga yang kronis, penyiksaan dan penelantaran serta kegagalan akademik (Kaplan, dkk, 1997:809-810).Ganggguan mood yang terjadi pada seseorang ini umumnya terjadi karena banyaknya tekanan yang menimpa dirinya dan cenderung terlarut dalam tekanan dapat meningkatkan resiko berkembangnya gangguan mood yang kemudian dapat berubah menjadi depresi terutama depresi mayor. Hal ini terbukti pada suatu penelitian yang menemukan bahwa dalam sekitar empat dari lima kasus, depresi mayor diawali oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Orang juga lebih cenderung untuk menjadi depresi bila mereka menanggung sendiri tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan (Nevid, 2003: 240).Depresi berat yang terjadi dalam jangka waktu yang lama ataupun orang yang berada di bawah tekanan stress yang berat dan tidak memiliki pertimbangan yang baik, maka orang tersebut lebih memilih untuk bunuh diri (Nevid, 2003: 262).Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa gangguan mood ini merupakan suatu gejala yang menyebabkan perubahan suasana perasaan pada seseorang secara ekstreem dan membuat penderitanya terlarut dalam suasana perasaannya dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.

2. Macam-Macam Gangguan Mood dan Ciri-CirinyaAda beberapa jenis dalam gangguan mood yang terjadi pada manusia ini umumnya digolongkan sesuai dengan tingkat seberapa lamanya gangguan ini terjadi, yaitu : 1. Episode manicPeriode ini biasanya muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam beberapa hari. Selama satu episode manic ornag tersebut mengalami elevasi atau ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euphoria, atau optimism yang tidak biasa. Orang yang mengalami episode manic ini akan memperolok orang lain dengan memberikan lelucon yang keterlaluan atau bahkan cenderung memperlihatkan penilaian yang buruk dan menjadi argumentative, dan terkadang bertindak afektif. Tak hanya itu orang yang mengalami episode manic ini umumnya mengalami self-esteem yang meningkat, mulai berkisar dari self-confidance yang ekstreem hingga delusi total akan kebesaran diri sendiri (Nevid, 2003: 237-238).Dalam episode manic terdapat kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai derajat keparahan. Dalam episode manic terdapat tipe hipomania dimana pada gangguan ini derajat gangguan yang lebih ringan dari mania. Tipe hipomania ini dapat ditandai dengan adanya afek yang meninggi atau berubah disertai dengan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, dan tidak disertai halusinasi atau waham.

2. Gangguan Depresi (gangguan Unipolar)Depresi merupakan suatu perasaan yang bias muncul dalam berbagai cara dan mempunyai sejumlah penyebab,tidak memedulikan jenis kelamin dan pekerjaan, dan bias menyerang kapanpun dari remaja sampai paruh baya. Dimana usia paruh baya ini merupakan usia puncak dari depresi. Pada setiap orang depresi ini berbeda-beda bentuknya. Kondisi ini bisa disertai dengan kecemasan, gelisah, dan berbicara gugup atau bias beralih menjadi periode mania (mood yang meningkat), berbicara terputus-putus, serta aktivitas kompulsif yang dinamakan pasien manic depresif. Namun, ada juga yang bersikap apatis dan cenderung menutupi kekhawatirannya. Penderita sering mengeluh tidak mampu berfikir dengan jelas, sulit berkonsentrasi, atau membuat keputusan (Jacoby, 2009:34). Dalam proses berjalannya gangguan depresi, depresi ini merupakan gangguan yang dapat dibagi menjadi tiga tahap yang dimulai dari gejala yang ringan, sedang hingga berat. Gejala atau ciri-ciri utama seseorang dengan depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Gejala atau cirri lainnya : a) Konsentrasi dan perhatian berkurang,b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,d) Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis,e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,f) Tidur terganggu,g) Nafsu makan berkurang (Maslim, 2003: 64) Depresi ringanDepresi ringan ini di identikkan dengan depresi minor yang merupakan perasaan melankolis yang berlangsung sebentar dan disebabkan oleh sebuah kejadian yang tragis atau mengandung ancaman, atau kehilangan sesuatu yang penting dalam kehidupan si penderita (Meier, 2000: 20-21). Orang dengan depresi ringan ini setidaknya memiliki 2 dari gejala lainnya dan 2-3 dari gejala utama. (Maslim, 2003, 64).

Depresi sedang Depresi sedang ini di alami oleh penderita selama kurang 2 minggu, dan orang dengan depresi sedang ini mengalami kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Orang dengan depresi sedang ini setidaknya memiliki 2-3 dari gejala utama dan 3-4 dari gejala lainnya (Maslim, 2003: 64) Depresi mayor Depresi mayor merupakan salah satu gangguan yang prevalensinya paling tinggi di antara berbagai gangguan (Davidson, 2006: 374). Depresi mayor adalah kemurungan yang dalam dan menyebar luas. Perasaan murung ini mampu menyedot semangat dan energy serta menyelubungi kehidupan si penderita seperti asap yang tebak dan menyesakkan dada. Depresi mayor ini dapat berlangsung cukup lama mulai dari empat belas hari sampai beberapa tahun. Hal ini menyebabkan penderita akan sangat sulit utnuk berfungsi dengan baik di lingkungannya. Orang dengan depresi mayor ini juga terkadang disertai dengan keinginan untuk bunuh diri atau bahkan keinginan untuk mati. Orang yang sangat tertekan, mereka akan mengalami dampak hal-hal yang mengganggu kejiwaan mereka seperti gila, paranoia atau halusinasi pendengaran (Meier, 2000: 25-26).3. Gangguan distimik atau distimiaGangguan distimik ini merupakan gangguan mood yang berpola depresi ringan (tetapi nungkin saja menjadi mood yang menyulitkan pada anak-anak atau remaja) yang terjadi dalam suatu rentang waktupada orang dewasa, biasanya dalam beberapa tahun (Nevid, 2003: 229). Gangguan distimik pada anak-anak dan remaja terdiri dari mood yang terdepresi atau mudah tersinggung untuk sebagaian besar hari, lebih banyak hari dibandingkan tidak, selama periode sekurangnya satu tahun. Pada anak-anak dan remaja, mood yang mudah tersinggung dapat menggantikan criteria mood terdepresi untuk orang dewasa dan bahwa criteria durasi adalah bukan dua tahun tetapi satu tahun utnuk anak-anak dan remaja (Kaplan, dkk, 1997: 813). Ada beberapa gejala atau cirri yang dapat ditandai saat gejala ini muncul, yaitu :a) Kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan,b) Sulit tidur atau kebanyakan tidur (sulit bangun),c) Tingkat energy rendah atau mudah lelah,d) Citra diri yang rendah,e) Daya konsentrasi yang rendah atau sulit mengambil keputusan,f) Perasaan putus asa.Penderita gangguan ini setidaknya mengalami gejala-gejala diatas paling lama 2 bulan sekali. Pada gangguan ini tidak terjadi depresi mayor selama dua tahun terakhir, tidak pernah menderita akibat perubahan naik turun antara periode kegairahan yang membumbung tinggi dan depresi yang melankolis. Gangguan distimia ini tidak disebabkan oleh penyalahgunaaan obat atau bahan kimiawi. Namun, gejala ini mengakibatkan kerusakan klinis yang signifikan dalam fungsi social, pekerjaan atau area-area penting lain dalam kehidupan si penderita (Meier, 2000: 22).4. Gangguan perubahan mood (bipolar)Gangguan bipolar adalah gangguan mental berat, tanpa memandang apakah ada perubahan mental antara mania dan depresi secara full brown. Gangguan bipolar merupakan suatu psikosis afektif, ada gangguan emosi, baik akibat kebiasaan maupun menyembunyikan kecemasan dan perasaan malu. Pada fase depresi, pendiam, mendendam perasaan, emosional sensitive. Pada fase mania perilakunya sangat berlawanan, sangat ekstrover. Pada beberapa kasus keadaaan ini mengandung unsure fanatic dan religious (Jacoby, 2009: 27).Gangguan bipolar ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2. Gangguan bipolar 1 ini terjadi pada seseorang yang mengalami setidaknya satu episode manic secara penuh. Di mana seseorang mengalami perubahan mood antara rasa girang dan depresi dnegan diselingi periode antara berupa mood yang normal. Sedangkan, gangguan bipolar 2 ini diasosiasikan dengan suatu bentuk maniak yang lebih ringan. Pada gangguan bipolar 2 ini sesorang mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik (Nevid, 2003: 237).5. Gangguan SiklotimikGangguan siklotimik ini berasal dari kata Yunani kyklos lingkaran dan thymos spirit. Jadi dapat diartikan bahwa siklotimik ini merupakan spirit yang bergerak secara berputar di mana dapat diartikan sebagai suatu deskripsi yang tepat dari siklotimik karena gangguan ini melibtatkan suatu pola melingkar yang kronis dari gangguan mood yang ditandai oleh perubahan mood ringan paling tidak selama 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak dan remaja)(Nevid, 2003: 239). Pada gangguan siklotimik anak dan remaja diperlukan periode satu tahun adanya sejumlah pergeseran mood. Dan pada beberapa remaja siklotimik dapat memungkinkan untuk menjadi gangguan bipolar 1(Kaplan, dkk, 1997: 814).Pada penderita gangguan siklotimik, penderita mengalami pergantian suasana perasaan senang dan depresi yang bersifat kronis yang tidak sampai pada tingkat keparahan seperti episode manic atau depresi berat. Pada para gangguan siklomatik cenderung berada di salah satu keadaan suasana perasaan selama bertahun-tahun dengan relative sedikit periode suasana netral (eutimia). Penderita gangguan siklomatik ini secara berganti-ganti akan mengalami gejala-gejala keadaan depresi ringan dan umumnya disebut sebagai moody (Durand, 2006: 282).6. Kehilangan Kehilangan adalah keadaan duka cita yang berhubungan dengan kematian seseorang yang dicintai yang dapat ditemukan dengan gejala yang karakteristik dari episode depresif berat. Orang dengan kehilangan ini umumnya dapat dikenali dari gejala-gejala berikut :a) Perasaan sedih, b) Insomnia,c) Menghilangnya nafsu makan,d) Dan di beberapa kasus terjadi penurunan berat badan.Dan jika pada anak-anak umumnya mereka lebih menarik diri dan terlihat sedih; dan mereka tidak mudah ditarik meskipun aktivitas itu merupakan aktivitas yang mereka sukai (Kaplan, dkk, 1997: 815).3. Faktor Penyebab Gangguan MoodEtiologi Gangguan MoodA. Depresi1. Faktor NeurobiologiNeurobiologi tentang Depresi dan Gangguan Bipolar

GenetikDisfungsi NeurotransmiterKortisolGambaran Otak

DepresiSedangDisfungsi reseptor serotoninTinggiPerubahan pada dorsolateral prefrontal cortex, amygdala, hippocampus, dan dorsal anterior cingulate

Gangguan BipolarTinggiKemungkinan terjadinya perubahan pada reseptor dopamineDisfungsi reseptor serotonin kemungkinan melibatkan dopamineReseptor didalam sistem kemungkinan mengalami penurunan pada sel membran dan fungsi saraf TinggiPerubahan pada dorsolateral prefrontal cortex, amygdala, hippocampus, dan dorsal anterior cingulatePeningkatan aktifitas pada basal ganglia selama terjadinya episode mania

2. Faktor SosialAda banyak bukti yang menunjukan stress bisa menyebabkan depresi, dalam sebuah studi 42-67% orang melaporkan mereka mengalami kehidupan yang cukup sulit sebelum depresi muncul. Kejadian tersebut berupa kehilangan pekerjaan, persahabatan, hubungan romantis. Banyak orang yang menyatakan mereka menghadapi banyak stressor dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum akhirnya depresi tersebut muncul (Brow & Harris, 1989b). Meskipun banyak kasus stress berakhir menjadi depresi, akan tetapi tidak semua orang akan mengalami depresi setelah mengalami stress, mengapa demikian? Yang paling jelas adalah mengenai kerentanan seseorang menghadapi stress tersebut. Kemudian, kurangnya dukungan sosial, masalah interpersonal dengan keluarga, masalah interpersonal ini bisa mencetuskan symptom depresi, yang mengakibatkan munculnya masalah interpersonal lain. (Kring, 2008)3. Faktor PsikologisTeori Freud, freud menghipotesiska setelah kehilangan seseorang yang dicintainya baik itu karena kematian, perpisahan, atau hilangnya kasih sayang, orang yang kehilangan tersebut mungkin mencoba segala sesuatu yang sebenarnya sia-sia untuk mengembalikan sesuatu yang hilang tersebut. Freud menegaskan orang yang kehilangan tersebut secara tidak sadar merasa sakit hati ditinggalkan, dan merasa marah kepada seseorang yang meninggalkannya. Selanjutnya, mereka merasa bersalah dan mulai membayangkannya. Berdasarkan teori yang ada kemarahan tersebut secara langsung terus dipendam, dan akan berkembang menjadi menyalahkan diri sendiri serta depresi. (Kring, 2008)Emosi dan Neuroticism, Banyak simtom depresi terlihat sangat berhubungan dengan kurangnya emosi positif, seperti kurangnya aktifitas yang menyenangkan, bahkan seperti kurangnya rasa lapar. Selain itu orang dengan MDD menunjukan beberapa ekspresi wajah seperti, kurangnya emosi bahagia, kurangnya motivasi, dan memperlihatkan kurangnya aktifitas psikologis untuk merespon suatu stimuli daripada orang yang tidak mengalami depresi. Neuroticism adalah suatu sifat yang sangat erat kaitannya dengan depresi, banyak bukti yang menunjukan bahwa orang yang mempunyai emosi negatif sangat rawan mengalami depresi. (Kring, 2008)Teori Kognitif, dalam beberapa teori, pikiran dan keyakinan yang negatif terlihat sebagai faktor utama penyebab terjadinya depresi. Teori Becks, menyatakan depresi berhubungan dengan negatif triad, seperti pandangan negatif pada diri sendiri, dunia, dan masa depan, Negatif triad ini mempengaruhi skema menjadi negatif dan berdampak pada kognitif seseorang, sehingga menyebabkan depresi. Teori Keputusasaan, teori ini pada dasarnya disebut sebagai teori ketidakberdayaan lalu dimodifikasi menjadi atribusi lalu dirubah menjadi teori keputusasaan. (Kring, 2008)a. Ketidakberdayaan b. Atribusi

c. Keputusasaan

B. Gangguan BipolarDepresi pada Gangguan Bipolar, pencetus episode depresi pada gangguan bipolar sama dengan MDD, dimana kejadian yang negatif merupakan hal yang paling penting dalam munculnya episode depresi pada gangguan bipolar. Selain itu hal seperti, neurotic, kognisi negative, emosi, dan kurangnya dukungan sosial dapat memprediksikan simtom depresi pada gangguan bipolar. (Kring, 2008)Mania, Peneliti menyatakan orang-orang dengan gangguan bipolar menggambarkan diri mereka sebagai orang yang sangat bisa menilai dirinya sendiri. Selain itu, penelitian menyatakan kejadian yang diiringi dengan kesuksesan kemungkinan dapat memunculkan perubahan dalam kognitif khusunya dalam kepercayaan diri, yang mana nantinya merujuk pada keinginan mewujudkan tujuan yang berlebihan (Joshnson, 2005). Keinginan ini lah yang mungkin berperan memunculkan simtom manic pada penderita gangguan bipolar. (Kring, 2008)4. Penjelasan Bentuk Kriteria Gangguan MoodPada dasarnya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya mengarah pada depresi (dengan atau tanpa anxientas yang menyertainya) atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut (PPDGJ III DSM-5, 2013).Gangguan suasana perasaan adalah gangguan mood yang biasanya berkepanjangan atau berat dan cukup serius untuk merusak fungsi sehari-hari (Nevid, 2006).Gangguan afektif dibedakan menurut:Episode tunggal atau mutipel,Tingkat keparahan gejala Mania dengan gejala psikotik mania tanpa gejala psikotik hipomania, Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik berat dengan gejala psikotik,Dengan atau tanpa gejala somatik.Pada PPDGJ III DSM V terdapat jenis-jenis mood disorder diantaranya:F30 Episode manik F30.1 Mania tanpa gejala psikotik F30.2 Mania dengan gejala psikotikF31 Gangguan afektif bipolar F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 gangguan afektif bipolar, kini dalam remisiF32 episode depresif F32.0 episode depresif ringan F32.1 episode depresif sedang F32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik F32.3 episode depresif berat dengan gejala psikotikF33 gangguan depresif berulang F33.0 gangguan depresif berulang, episode kini ringan F33.1 gangguan depresif berulang, episode kini sedang F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik F33.3 gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik F33.4 gangguan depresif berulang, episode kini dalam remisi F34 gangguan suasana perasaan(mood[ afektif]) menetap F34.0 psikotikmia F34.1 distimiaF38 gangguan suasana perasaan (mood[ afektif]) lainnya F38.0 gangguan afektif tunggal lainnya F38.00 episode afektif campuran F38.1 gangguan afektif berulang lainnya F38.10 gangguan depresif singkat berulangKRITERIA GANGGUAN MOOD MENURUT DSM APA 2013A. Gangguan bipolar IUntuk suatu diagnosa dari gangguan bipolar 1, sangat penting untuk memenuhi kriteria untuk episode manik. Episode manik dapat disertai oleh episode manik atau depresif mayor.1. Episode manik.A. Suatu periode tertentu dari mood yang meningkat , meluas atau pemarah yang meningkat secara abnormal dan persisten , dan aktifitas atau energy yang tertuju pada suatu goal yang meningkat secara abnormal dan persisten yang bertahan setidaknya 1 minggu dan ada pada sebagian besar waktu dalam sehari , hampir setiap hari (atau durasi apapun jika rawat inap diperlukan).B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktifitas , 3 atau lebih dari gejala berikut ini (empat jika moodnya hanya pemarah) ada dalam derajat tertentu dan merepresentasikan perubahan dari perilaku biasanya :1. Peningkatan kepercayaan diri atau kebesaran.2. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur (misalnya merasa telah cukup beristirahat setelah 3 jam tertidur).3. Lebih cerewet dari biasanya atau mengalami tekanan untuk terus berbicara.4. Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya terus berpacu.5. Distraktibilitas (misalnya perhatiannya terlalu mudah untuk dialihkan oleh stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan).6. Meningkatnya aktifitas yang berorientasi suatu tujuan (goal) (baik secara sosial, dalam pekerjaan , atau sekolah atau secara seksual) atau agitasi psikomotor (misalnya aktifitas tertentu tanpa tujuan dan tidak berorientasi goal).7. Meningkatnya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang memiliki potensi tinggi untuk konsekuensi yang menyakitkan (misalnya terkait dalam investasi bisnis bodoh, berbelanja berlebihan ).C. Gangguan mood dianggap cukup parah untuk menyebabkan ketidakseimbangan yang mencolok dalam fungsi sosial atau okupasional atau untuk mengharuskan rawat inap untuk mencegah pasien menyakiti dirinya atau orang lain atau jika ada fitur psikotik.D. Episodenya tidak berkaitan dengan efek fisiologis dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat , suatu pengobatan , dan terapi lain) atau terhadap kondisi medis yang lain.Catatan : episode manik penuh yang muncul selama terapi antidepresan (misalnya pengobatan , ECT) tapi bertahan pada tingkat sindromal penuh dibalik efek fisiologis dari pengobatan tersebut adalah bukti yang cukup untuk episode manik dan diagnosa bipolar 1.Catatan :kriteria A-D merupakan episode manik . setidakya satu episode manik sepanjang hidupnya diperlukan untuk mendiagnosa gangguan bipolar I.2. Episode hipomanikA. Suatu periode tertentu mood yang meningkat,meluas, dan pemarah secara abnormal dan persisten , serta peningkatan aktifitas atau energy yang abnormal dan persisten , yang berlangsung selama setidaknya 4 hari berturut-turut da nada pada sebagian besar waktu dalam sehari, hampir setiap hari.B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energy dan aktifitas, 3 (atau lbih) dari gejala berikut (empat jika moodnya hanya pemarah) telah persisten , merepresentasikan suatu perubahan dari perilaku biasanya , dan telah ada hingga derajat yang signifikan.1. Peningkatan kepercayaan diri atau kebesaran.2. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur (misalnya merasa telah cukup beristirahat setelah 3 jam tertidur).3. Lebih cerewet dari biasanya atau mengalami tekanan untuk terus berbicara.4. Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya terus berpacu.5. Distraktibilitas (misalnya perhatiannya terlalu mudah untuk dialihkan oleh stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan).6. Meningkatnya aktifitas yang berorientasi suatu tujuan (goal) (baik secara sosial, dalam pekerjaan , atau sekolah atau secara seksual) atau agitasi psikomotor (misalnya aktifitas tertentu tanpa tujuan dan tidak berorientasi goal).7. Meningkatnya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang memiliki potensi tinggi untuk konsekuensi yang menyakitkan (misalnya terkait dalam investasi bisnis bodoh, berbelanja berlebihan ).C. Episodenya berhubungan dengan perubahan yang pasti dalam fungsi yang tidak dikarakterisasikan oleh individu jika sedang tidak simtomatik.D. Gangguan dalam mood dan perubahan dalam fungsi dapat diamati oleh orang lain.E. Gangguan tidak cukup parah untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalan fungsi sosial atau okupasional atau tidak terlalu membutuhkan rawat inap. Jika ada fitur psikotik, secara definisi episodenya disebut manik.F. Episodenya tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat (misalnya kecanduan obat, pengobatan, atau terapi)Catatan : sebuah episode hipomanik penuh yang muncul selama terapi antidepresan (misalnya pengobatan , ECT) tapi bertahan selama tingkat sindromal penuh dibalik efek fisiologis dari terapinya merupakan bukti sufisien untuk diagnosa episode hipomanik. Meskipun demikian , sikap berhati-hati diindikasikan agar satu atau dua gejala (terutama peningkatan iritabilitas, atau agitasi yang mengikuti penggunaan antidepresan) tidak dianggap sebagai sufisien untuk diagnosis dari episode hipomanik, tidak secara penting mengindikasikan diathesis bipolar.Catatan : kriteria A-F menunjukkan episode hipomanik . episode hipomanik umum dalam gangguan bipolar I namun tidak diperlukan dalam diagnosa bipolar 1.

3. Episode depresif mayor.A. 5 atau lebih dari gejala berikut telah ada pada 2 minggu yang sama dan merepresentasikan sebuah perubahan dari fungsi sebelumnya ; setidaknya satu dari gejala diantaranya 1) mood depresif atau 2)kehilangan ketertarikan atau kenikmatan.catatan : jangan masukkan gejala yang secara jelas berhubungan dengan kondisi medis yang lain .1. Suasana hati depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang terindikasi oleh beberapa hal subjektif (seperti rasa sedih, kosong, dan tidak punya harapan) atau yang diperhatikan oleh orang lain (seperti mau menangis)(catatan: pada anak-anak dan remaja dapat berupa gangguan suasana hati pemarah]2. Hilangnya gairah dan minat yang jelas dalam hampir segala hal, aktifitas sepanjang hari, hampir setiap hari yang dilaporkan maupun yang dilihat)3. Penurunan berat badan ketika tidak diet atau peningkatan berat badan (perubahan BB lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari (catatan: pada anak-anak adalah gagal dalam memenuhi berat badan yang telah ditentukan)4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari5. Psikomotor yang meledak-ledak atau keterlambatan hampir setiap hari (yang dilihat seperti tidak pernah lelah atau merasa terhambat)6. Lelah dan kekurangan energi hampir setiap hari7. Perasaan akan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan (yang mungkin delusional) hampir setiap hari ( tidak hanya rasa bersalah karena sakit)8. Hilangnya kemampuan untuk konsentrasi atau berpiki, atau bimbang, hampir setiap hari( yang siutarakan sendiri atau dilihat orang lain)9. Pikiran untuk mati (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana apapun, percobaan bunuh diri, atau rencana untuk bunuh diri.B. Penyebab gejala tersebut akibat stress yang berkepanjangan atau gangguan dalam sosial, kerja, atau fungsi-fungsi yang pentingC. Episode tersebut tidak bisa dianggap sama dengan efek psikologis akibat zat dan penggunaan obatCatatan: kriteria A-C menunjukkan episode depresif mayorCatatan: respon terhadap suatu kehilangan (seperti bangkrut, bencana alam, sakit yang parah atau ketidakmampuan) dapat berupa rasa sedih yang sangat, mengingat terus hal-hal yang telah hilang, insomnia, nafsu makan yang menurun, dan berkurangnya berat badan seperti yang tertera pada criterion A, yang dapat disamakan dengan episode depresif. Meskipun gejala tersebut dapat dimengerti dan dianggap sesuai dengan kehilangan tersebut, keberadaan episode depresif mayor sebagai tambahan dari respon normal terhadap rasa kehilangan yang sangat perlu diperhatikan. Keputusan ini membutuhkan latihan terhadap penilaian klinis berdasarkan riwayat individu dan norma budaya untuk mengekspresikan kesedihan dalam konteks kehilangan. Gangguan bipolar IA. kriteria telah dipenuhi setidaknya untuk 1 episode manik (kriteria A-D dalam episode manik diatas).B. Kejadian episode manik dan depresif mayor tidak digambarkan dengan lebih baik daripada gangguan skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional , atau spektrum skizofrenia yang terpesifikasi atau tidak yang lainnya, dan gangguan psikotik yang lain.

B. Differential DiagnosisGangguan depresif mayor. Gangguan depresif mayor dapat disertai dengan gejala hipomania atau mania ( gejala yang lebih sedikit atau durasi yang lebih pendek dari yang dibutuhkan untuk mania atau hipomania). Ketika gejala inidividual muncul pada episode serangan depresi mayor, seseorang harus bergantung pada kuatnya riwayat mengenai episode mania atau hipomania yang lalu. Gejala mudah marah dapat disamakan dengan gangguan depresi mayor, atau gangguan bipolar, untuk menambah kerumitan diagnostik.Gangguan Bipolar lainnya. Diagnosis dari gangguan bipolar I berbeda dari gangguan bipolar II dengan menentukan adanya episode mania atau tidak. Gangguan pipolar yang terspesifikasi dan yang belum terspesifikasi dan gangguan lainnya yang sama harus dibedakan dengan gangguan bipolar I dan II dengan mempertimbangkan apakah tiap episode melibatkan gejala mania atau bipomania atau episode gejala depresif gagal memenuhi kriteria penuh untuk seluruh kondisi diatas.Gangguan bipolar yang diakibatkan kondisi medis dapat dihilangkan dari gangguan bipolar I dan II dengan mengidentifikasi berdasarkan bukti klinis, dengan kausa yang berhubungan dengan kondisi medis.Gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik, gangguan stres pasca trauma, atau gangguan kecemasan lainnya. Gangguan ini perlu dipertimbangkan dalam diferensial diagnosis sebagai gangguan primer atau dalam beberapa kasus berupa gangguan komorbid. Penelusuran riwayat gejala secara hati-hati dibutuhkan untuk membedakan gangguan kecemasan menyeluruh dengan gangguan bipolar, dikarenakan cemas yang berulang dapat disalahartikan dengan pikiran yang berlomba-lomba, dan usaha untuk mengurangi perasaan cemas dapat diartikan sebagai perilaku impulsive. Hal yang sama, gejala gangguan stres pasca trauma harus dibedakan dengan gangguan bipolar. Hal ini membantu dalam menilai episode alami dari gejala ynag disebutkan, juga dengan memperhitungkan gejala pencetus, dalam membuat diagnosis banding ini.Gangguan bipolar akibat Obat/zat. Gangguan akibat penggunaan zat dapat bermanifestasi dengan zat. Gejala mania induksi obat harus dibedakan dari ganguan bipolar I, respon terhadap obat penenenang ketika serangan mania akibat obat/zat tidak terlalu dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar. Mungkin dapat terjaditumpang tindih yang besar dalam menilai individual dengan gangguan bipolar I dengan penggunaan zat yang berlebihan dalam episode serangan. Diagnosis utama untuk gangguan bipolar harus ditentukan berdasarkan gejala yang menetap ketika zat tidak lagi digunakan.Gangguan defisit/hiperaktifitas perhatian. Gangguan ini dapat disalahdiagnosakan sebagai gangguan bipolar, terutama pada usia remaja dan anak-anak. Banyak gejala tumpang tindih dengan gejala mania,s eperti bicara yang cepat, pikiran yang berlomba-lomba,tidak perhatian, dan kurang tidur. Gejala double counting yang menuju kearah ADHD dan gangguan bipolar dapat dihindari jika klinis mengklarifikiasi apakah gejala-gejala tersebut mewakili episode yang berbedaGangguan kepribadian. Gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian tertutup mungkin dapt gejala yang tumpang tindih dengan gangguan bipolar, karena labilitas mood dan impulsifitas adalah hal yang biasa pada keadaan diatas. Gejala tersebut menunjukkan episode serangan yang jauh dan meningkat diatas ambang batas yang dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar harus ada. Diagnosa gangguan kepribadian tidak bisa dilakukan pada episode gangguan mood yang tidak teratasi.Gangguan kepribadian cepat marah. Pada individu dengan keadaan mudah marah yang berat, biasanya pada anak-anak dan remaja, harus cepat didiagnosa sebagai gangguan bipolar , hanya pada yang pasien yang jelas episode mania atau hipomania, waktu episode yang jelas dalam durasi yang dibutuhkan, ketika gejala mudah marah sangat berbeda dari ambang batas individu dan disertai dengan onset gejala criterion B. Ketika sifat mudah marah anak-anak sangat menetap dan parah, diagnosis berupa disregulasi mood yang meledak-ledak akan lebih tepat. Tentu ketika seorang anak sedang terserang mania, sangat penting bahwa gejala yang ada menujukkan perubahan yang jelas dari perilaku anak tersebutC. Gangguan bipolar IIKriteria diagnosisUntuk mendiagnosis gangguan bipolar tipe II, snagat penting untuk memenuhi kriteria untuk episode hipomania yang sekarang atau yang lalu dan kriteria yang mengikuti untuk episode depresi mayor yang sekarang atau yang lalu.1. Episode hipomaniaA. Waktu yang berbeda untuk abnormalitas dan meningkat secara tetap, meluas, atau suasana hati yang mudah marah dan abnormalitas dan peningkatan energi atau aktifitas secara menetap, bertahan selama 4 hari berturut-turut dan berlaku sepanjang hari, hampir setiap hari.B. Selama periode gangugan suasana hati dan peningkatan energi dan aktifitas, tiga(ataulebih) dari gejala telah menetap( empat bila mood hanya mudah marah), berupa perubahan dari perilaku yang biasa, dan memiliki bebrapa tingkatan:a. Peningkatan harga diri dan kebesaranb. Pengurangan kebutuhan untuk tidur ( merasa cukup hanya dengan 3 jam tidur)c. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicarad. Flight of ideas atau pikiran yang berlomba-lombae. Tidak perhatian ( perhatian terlalu mudah untuk dialihkan ke hal-hal yang tidak penting atau stimulus external yang tidak sesuai) seperti yang diberitahukan atau yang dilihatf. Meningkatnya kegiatan yang terpicu sebuah tujuan (dalam sosial,kerja,sekolah,atau seksual) atau psikomottor yang bergejolakg. Peningkatan dalam kegiatan yang memicu akibat atau resiko yang tinggi ( kegiatan berbelanja yang tidak terhenti, kegiatan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang tidak menguntungkan)

C. Episode tersebut disertai dengan perubahan fungsi yang tegas yang tidak sesuai dengan karakteristik individu yang tidak bergejalaD. Perubahan suasana hati dan perubahan fungsi yang disaksikan oleh orang lainE. Episode tersebut tidak menimbulkan kerusakan parah dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau yang membutuhkan penanganan rawat inap. Jika ada keadaan psikotik, maka dapat diartikan serangan tersebut berupa maniaF. Episode ini tidak bisa dianggap sama efek psikologik akibat zat (penggunaan obat, atau pengobatan lainnya)Catatan: episode gejala hipomania yang keluar ketika pengobatan antidepresant (obat,atau terapi elektrokonvulsive) teteapi menetap pada gejala diluar level dari efek psikologis pengobatan adalah bukti penting untuk diagnosa episode hipomania. Namun, harus hati-hati dikarenakan satu atau dua gejala (biasanya mudah marah, gelisah, atau bergejolak pada penggunaan antidepresan) tidak bisa dipakai sebagai gejala yang tepat untuk mendiagnosis episode hipomania, terlebih untukmendiagnosa bipolar diatesis.2. Episode depresif mayorD. Lima atau lebih gejala yang ada dalam waktu 2 minggu dan disertai perubahan dari fungsi yang sebelumnya : setidaknya satu dari gejala berupa (1) suasana hati depresi (2) hilangngnya minat atau gairah1. Suasana hati depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang terindikasi oleh beberapa hal subjektif (seperti rasa sedih, kosong, dan tidak punya harapan) atau yang diperhatikan oleh orang lain (seperti mau menangis)(catatan: pada anak-anak dan remaja dapat berupa gangguan suasana hati pemarah]2. Hilangnya gairah dan minat yang jelas dalam hampir segala hal, aktifitas sepanjang hari, hampir setiap hari yang dilaporkan maupun yang dilihat)3. Penurunan berat badan ketika tidak diet atau peningkatan berat badan (perubahan BB lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari (catatan: pada anak-anak adalah gagal dalam memenuhi berat badan yang telah ditentukan)4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari5. Psikomotor yang meledak-ledak atau keterlambatan hampir setiap hari (yang dilihat seperti tidak pernah lelah atau merasa terhambat)6. Lelah dan kekurangan energi hampir setiap hari7. Perasaan akan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan (yang mungkin delusional) hampir setiap hari ( tidak hanya rasa bersalah karena sakit)8. Hilangnya kemampuan untuk konsentrasi atau berpiki, atau bimbang, hampir setiap hari( yang siutarakan sendiri atau dilihat orang lain)9. Pikiran untuk mati (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana apapun, percobaan bunuh diri, atau rencana untuk bunuh diri.E. Penyebab gejala tersebut akibat stress yang berkepanjangan atau gangguan dalam sosial, kerja, atau fungsi-fungsi yang pentingF. Episode tersebut tidak bisa dianggap sama dengan efek psikologis akibat zat dan penggunaan obatCatatan: kriteria A-C menunjukkan episode depresif mayorCatatan: respon terhadap suatu kehilangan (seperti bangkrut, bencana alam, sakit yang parah atau ketidakmampuan) dapat berupa rasa sedih yang sangat, mengingat terus hal-hal yang telah hilang, insomnia, nafsu makan yang menurun, dan berkurangnya berat badan seperti yang tertera pada criterion A, yang dapat disamakan dengan episode depresif. Meskipun gejala tersebut dapat dimengerti dan dianggap sesuai dengan kehilangan tersebut, keberadaan episode depresif mayor sebagai tambahan dari respon normal terhadap rasa kehilangan yang sangat perlu diperhatikan. Keputusan ini membutuhkan latihan terhadap penilaian klinis berdasarkan riwayat individu dan norma budaya untuk mengekspresikan kesedihan dalam konteks kehilangan.

Gangguan bipolar IIA. Kriteria yang telah disusun menunjukkan bahwa setidaknya satu episode hipomania (kriteria A-F pada episode hipomania diatas) dan setidaknya satu episode depresif mayor ( kriteria A-C pada episode depresif mayor diatas)B. Tidak pernah ada episode maniaC. Kejadian episode mania dan episode depresif mayor tidak bisa dijelaskan dengan baik seperti pada gangguan schizoactive, schizofrenia, gangguan schizofreniform, gangguan delusi, atau schizofrenia yang terdefinisi atau tidak terdefinisi lainnya dan gangguan psikotik lainnyaD. Gejala depresi atau tidak terprediksi yamg diakibatkan oleh peruhana yang yang sering antara periode depresi dan hipomania yang menyebabkan kesulitan dan gangguan dalam sosisal, lingkungan pekerjaan, dan tempat fungsi yang lainnya.Spesifikasi episode saat atau terbaru :Hipomania DepresiD. Gangguan CyclothimicA. Banyaknya jumlah episode gejala hipomania dengan yang tidak memenuhi kriteria untuk episode hipomania dan banyaknya episode gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria episode depresi selama setidaknya 2 tahun ( setidaknya 1 tahun pada anak-anak dan remaja)B. Dalam kurun waktu 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja), periode hipomania dan depresi telah ada selama setengah periode dan individu tersebut tidak mengalami gejala selama 2 bulan saat itu.C. Kriteria untuk episode depresi,mania, atau hipomania tidak pernah terpenuhiD. Gejala dalam criterion A tidak dijelaskan dengan baik oleh gangguan schizoaffective, schizoprenia, dan gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau schizophrenia yang spesifik atau tidak spesifik dan gangguan psikotik lainnya.E. Gejala tersebut tidak bisa dianggap sama oleh efek psikologis dari sebuah zat (seperti penyalahgunaan obat, dan pengobatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid)F. Gejala tersebut menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau gangguan sosial, pekerjaan atau gangguan fungsi yang lainnya.E. Diagnosis bandingGanguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan oleh kondisi medis dan gangguan depresi yang disebabkan oleh kondisi medis. Diagnosis ganguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan oleh kondisi medis dan gangguan depresi yang disebabkan oleh kondisi medis dibuat jika gangguan suasana hati dianggap sebagai penyebab efek psikologis yang spesifik, biasanya kondisi medis yang kronis(seperti hipertiroid). Hal ini ditentukan berdasarkan riwayat , pemeriksaan fisis, atau hasil laboratorium. Jika ditentukan bahwa gejala hipomania dan depresi bukanlah akibat psikologis dari kondisi medis, maka gangguan mental yang primer (gangguan siklotimik) dan kondisi medis tersebut dikodekan. Sebagai contoh, hal ini dapat berupa gangguan suasana hati diaanggap sebagai akibat psikologis (bukan akibat fisiologis) dari kondisi medis yang kronik, atau jika tidak ada hubungan etiologi antara gejala hipomania dan depresi dan kondisi medis.Gangguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan penggunaan obat/zat dan gangguan depresi yang disebabkan penggunaan obat/zat. Gangguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan penggunaan obat/zat dan gangguan depresi yang disebabkan penggunaan obat/zat, dipisahkan dari gangguan siklotimik oleh penentuan bahwa zat/obat (seperti stimulan) secara etiologi berhubungan dengan gangguan suasana hati. Perubahan suasana hati yang sering pada gangguan ini mencetuskan bahwa gangguan siklotimik biasanya diikuti oleh berhentinya penggunaan obat/zatGangguan bipolar I, disertai peredaran yang cepat, dan gangguan bipolar II disertai peredaran yang cepat. Kedua gangguan tersebut dapat mirip dengan gangguan siklotimik oleh perubahan suasana hati yang sering. Didefinisikan, dalam gangguan siklotimik kriteria episode depresi, mania, atau hipomania tidak pernah terpenuhi, dimana gangguan bipolar I dan bipolar II yang dispesifikasikan dengan peredaran yang cepat membutuhkan episode perubahan suasana hati yang penuh.Gangguan kepribadian tertutup. Gangguan kepribadian tertutup diasosiasikan oleh perubahan suasana hati yang dapat memberi kesan gangguan siklotimik. Jika kriteria itu dipenuhi untuk kedua gangguan, kedua gangguan kepribadian dan gangguan siklotimik dapat didiagnosa. Diagnosis bandingGangguan depresif mayor. Mungkin diagnosis banding ynag paling menantang yang perlu diperhatikan adalah gangguan depresif mayor, yang dapat disertai dengan gejala mania atau hipomania yang tidak memenuhi kriteria penuh (gejala yang kurang atau durasi yang sedikit dari yang dibutuhkan untuk episode hipomania).Hal ini benar dalam mengeevaluasi individu dengan gejala mudah marah, yang dapat disertai dengan gangguan depresi atau bipolar II.Gangguan cyclothimic. Pada gangguan cyclothimic, terdapat banyak periode dari gejala episode mania dan depresi yang tidak memenuhi kriteria gejala atau durasi untuk episode depresi mayor. Gangguan bipolar II dihilangkan dari gangguan cyclothimic dengan keberadaan satu atau lebih episode depresi. Jika episode depresi muncul tiap 2 tahun gangguan cyclothimic, penambahan diagnosis bipolar II dapat diberikan.Spectrum Schizophrenia dan gangguan psikotik lainnya. Gangguan bipolar II harus dibedakan dari ganguan psikotik (seperti gangguan schizoactive, schizophrenia, dan gangguan delusi). Schizophrenia, gangguan schizoactive,dan gangguan delusi terkarakterisasi oleh periode gejala psikotik yang muncul disaat tidak adanya gangguan suasana hati. Hal lain yang membantu adalah gejala yang menyertai, keadaan sebelumnya, dan riwayat keluarga.Gangguan panik dan gangguan kecemasan lainnya. Gangguan kecemasan perlu dipertimbangkan dalam diagnosa banding dan dapat disertakan sebaga gejala penyerta.Gangguan penggunaan zat. Gangguan pengunaan zat dapat dimasukkan dalam diagnosa banding.Gangguan defisit/hiperaktifitas perhatian. Gangguan defisit/hiperaktifitas perhatian (ADHD) dapat dimisdiagnosa sebagai gangguan bipolar II, teurtama kepada anak-anak dan remaja. Banyak gejala ADHD seperti bicara yang cepat, pikiran yang berlomba-lomba, kurang perhatian, dan kurang butuh tidur, tumpang tindih dengan gejala hipomania. Gejala double counting terhadap ADHD dan gangguan bipolar II dapat dihindari jika klinisi mengklarifikasi berdasarkan gejala yang ada dan perbedaan episode dan jika disadari peningkatan dari ambang batas dibtuhkan untuk mendiagnosa gangguang bipolar II.Gangguan kepribadian. Hal yang sama juga disertakan pada ADHD ketika mengevaluasi individu dengan gangguan kepribadian seperti kepribadian tertutup, sejak labilitas suasana hati dan impulsivitas adalah hal yang sering dalam gangguan kepribadian dan gangguan bipolar II. Gejala yang harus ada pada episode yang berbeda dan peningkatan terhadap hal yang diluar batas yang dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar harus ada. Diagnosis gangguan kepribadian tidak dapat dilakukan selama episode gangguan suasana hati yang tidak ditangani kecuali riwayat hidupnya mendukung keberadaan gangguan kepribadian.gangguan bipolar lainnya. Diagnosis gangguan bipolar II harus dibedakan dari gangguan bipolar I dengan memperhatikan secara seksama paakh telah ada episode lalu mania dan bipolar lainnya yang terspesifikasi dan tidak terspesifikasi dan gangguan lainnya dengan mengkonfirmasi keberadaan sindrom hipomania dan depresi.5. Intervensi untuk Gangguan Mood

A. Pendekatan psikodinamikPsikoanalisa tradisional bertujuan untuk membantu orang yang depresi pada pemahaman perasaan ambivalen terhadap orang-orang penting (objek) dalam kehidupan mereka yang telah hilang. Dengan perasaan maah terhadap objek yang hilang, orang dapat mengubah kemarahan keluar melalui ekspresi verbal dari perasaan (Nevid, 2006). Psikoanalisis tradisional membutuhkan bertahun-tahun untuk menemukan dan menangani konflik bawah sadar. Pendekatan psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik bawah sadar tetapi mereka lebih langsung relatif singkat dan berfokus pada kehidupan masa datang lebih baik dari konflik hubungan masa lalu (Luborsky, et all. 1996).Terapis psikodinamika elektik menggunakan metode behavior untuk membantu klien memperoleh kemampuan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan sosial yang lebih luas. Salah satu contoh kontemporer adalah psikoterapi interpersonal (IPT). IPT adalah bentuk singkat dari terapi (biasanya tidak lebih dari 9 atau 12bulan) yang berfokus pada tujuan klien dalam hubungan interpersonal peneliti dari IPT percaya bahwa depresi berdasarkan pada konteks interpersonal dan hubungannya dengan masalah yang harus ditekankan dalam pengobatan IPT telah terbukti menjadi perlakuan yang paling efektif dari depresi utama dan menunjukkan harapan dalam menangani gangguan psikologi lainnya, termasuk gangguan distimik dan bulimia. Peneliti menemukan IPT efektif dalam menangni klien depresi dibagian dunia lainnya termasuk sub-sahara afrika. Meskipun IPT membagi sejumlah fitur dengan pendekatan-pendekatan psikodinamika tradisional (terutama keyakinan bahwa pengalaman hidup awal dan kepribadian mempengaruhi penyesuaian psikologis) ini berbeda dengan terapis psikodinamika tradisional yang berfokus pada hubungan tujuan klien daripada konflik alam bawah sadar dari masa anak-anak awal. IPT membantu klien menentukan dengan reaksi kesedihan yang belum terselesaikan atau ditinggalkan kematian orang tersayang dan konflik peran dalam hubungan. Terapi juga membantu klien mengidentifikasi area konflik dari hubungan masa depan mereka, memahami masalah yang menerpa mereka dan memberikan cara untuk memecahkannya. Jika masalah dalam hubungan diperbaiki, terapis membantu klien mempertimbangkan jalan akhir dan membangun hubungan yang baru.

ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)ECT adalah penangan yang cukup aman dan efektif untuk depresi berat yang tidak menunjukkan perbaikan dengan penanganan bentuk lain. ECT merupakan bentuk penanganan yang dalam pengadministrasiannya pasien diberi anestsesi/ obat bius untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dan diberikan obat perelaks otot untuk mencegah kerusakan tulang akibat konvulsi selama sizure (Kejang-kejang). Kemudian listrik diadministrasikan secara langsung melalui otak selama kurang dari satu detik. Bentuk penanganan ECT ini terbukti untuk menaikkan lever serotonin, memblokir hormone-hormon stress dan membantu terjadinya neurogenesis dalam hipokampus. Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic Simulation) bekerja dengan cara menempatkan sebuah gulungan magnetic diatas kepala untuk membangkitkan denyut elektromagnetik yang dialokasikan dengan tepat. Dalam penanganan ini anastesi tidak dibutuhkan karena, efek sampingnya biasanya terbatas dalam bentuk sakit kepala. TMS dan ECT ini sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi berat atau depresi psikotik yang resisten dengan penanganan (belum menunjukkan respons terhadap obat atau penanganan psikologis) (Durand, 2006: 311-318).

6. Intervensi Gangguan Mooda. Pendekatan PsikodinamikaPendekatan psikodinamika merupakan psikoanalisis tradisional yang bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Dengan menggali perasaan-perasaan marah terhadap objek yang hilang ini, mereka dapat mengarahkan rasa marah keluar melalui ekspresi verbal dari perasaan, dan bukan membiarkannya menjadi lebih buruk dan mengarahkan ke dalam. Pada psikoanalisis tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengungkapkan dan menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Sedangkan, psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik-konflik yang disadari, namun secara lebih langsung, relatif singkat, dan berfokus pada hubungan yang penuh konflik dimasa kini maupun masa lalu. Terapi psikodinamika yang elektik menggunakan metode-metode behavioral dalam membantu klien mencapai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu jaringan sosial yang lebih luas. Model-model psikoterapi untuk depresi yang lebih baru telah muncul dari aliran interpersonal atas terapi psikodinamika yang dasarnya diambil dari hasil penelitian Harry Sullivan dan penganut neo-Freudian lainnya, seperti Karen Horney salah satunya contoh kontemporer adalah psikoterapi interpersonal.Psikoterapi Interpersonal (IPT)Psikoterapi ini merupakan suatu terapi singkat (biasanya tidak lebih dari 9-12 bulan) yang berorientasi psikodinamika dan berfokus pada isu-isu dalam hubungan interpersonal orang tersebut saat ini, seperti pendekatan psikodinamika tradisional. IPT mengasumsikan bahwa pengalaman hidup masa awal adalah isu penting dalam penyelesaian, namun IPT berfokus pada masa kini yang terjadi saat ini. IPT telah tampil sebagai suatu penanganan yang efektif bagi depresif mayor dan menunjukkan harpan dalam menangani gangguan psikologis lainnya, termasuk gangguan distimik dan bulimia. IPT berbeda dengan terapi psikodinamika tradisional dimana fokus utama IPT terletak pada hubungan klien saat ini dan bukan pada membantu mereka mendapat pemahaman mengenai konflik internal yang tidak disadari yang berasal dari masa kanak-kanak. Meski faktor ketidaksadaran dan pengalaman awal masa kanak-kanak diakui, terapi berfokus pada masa kini dan apa yang terjadi saat ini. IPT membantu klien menghadapi reaksi kesedihan yang tidak terselesaikan atau yang mengganggu setelah kematian orang yang dicintai dan juga konflik-konflik peran dalam hubungan saat ini. Terapis membantu klien mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan baru untuk membantu memperbarui kehidupan mereka. Terapis juga membantu klien mengidentifikasi area-area konflik dalam hubungan mereka saat ini, memahami isu-isu yang mendasarinya, dan mempertimbangkan cara-cara untuk menyelesaikannya. Bila masalah dalam hubungan tersebut tidak dapat diperbaiki, terapis membantu klien mempertimbangkan cara-cara mengakhirinya dan membangun hubungan-hubungan yang baru.b. Pendekatan BehavioralPendekatan ini berasumsi bahwa perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan (unlearned). Terapis perilaku bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini. Terapi perilaku telah terbukti menghasilkan keuntungan yang cukup berarti dalam menangani depresi untuk orang dewasa dan remaja (Craighead, Craighead, & Ilardi, 1998).Teraoi perilaku terdiri dari terapi kelompok dengan 12 sesi selama 8 minggu yang diarganisasikan sebagai suatu kursus-Coping With Depression (CDW) Course. Kursus ini membantu klien memperoleh keterampilan relaksasi, meningkatkan aktivitas yang menyenangkan, dan membangun keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan reinforcement sosial.c. Pendekatan KognitifAaron Beck telah mengembangkan suatu pendekatan penanganan yang multikomponen, disebut terapi kognitif (cognitive therapy), yag berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan mengubah pola berfikir mereka yang disfungsional. Orang yang depresi cenderung untuk berfokus pada bagaimana perasaan mereka dan bukan pada pikiran-pikiran yang mungkin mendasari kondisi perasaan mereka. Artinya, mereka biasanya memberikan lebih banyak perhatian pada bagaimana buruknya perasan mereka dibandingkan pada pikiran-pikiran yang kemungkinan memicu atau mempertahankan mood yang depresi.Terapi kognitif, seperti terapi perilaku, melibatkan suatu bentuk terapi yang relative singkat, biasanya 14 hingga 16 sesi mingguan. Terapis menggunakan suatu kombinasi dari teknik-teknik behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang lebih adaptif. Cukup banyak bukti yang mendukung efektivitas dari terapi kognitif dalam menangani depresi mayor dan mengurangi resiko episode-episode kambuh (DeRybues dkk., 1999; 2001; Jarret dkk., 2001; Leichsenring, 2001). Keuntungan yang dicapai dari terapi kognitif paling tidak sama dengan yang dicapai dari pengobatan antidepresan dalam hal menangani depresi. (DeRybues dkk., 1999; 2001; Jarret dkk., 2001; Leichsenring, 1999). Teoritikus kognitif menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan kognitif dapat menyebabkan depresi bila kesalahan-kesalahan tersebut dibiarkan mengobrak-abrik pikiran individu tanpa adanya tentangan. Terapis kognitif membantu klien untuk menyadari adanya distorsi kognitif dan mengganti distorsi kognitif dan mengganti distorsi tersebut dengan pikiran-pikiran alternative yang lebih rasional.d. Pendekatan BiologisPendekatan ini melibatkan pengguna obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar.Obat antidepresan digunakan untuk menangani depresi menckup beberap kelas dari antidepresan: tricyclic antidepressants (TCAs), monomine oxidase (MAO) inhhibitors, dan Selective serotonin-reuptake inhibition (SSRIs). Semua obat-obatan ini meningkatkan tingkat (berfungsinya) otak dan, mungkin fungsi dari neurotransmitter. Meningkatnya ketersediaan neurotransmitter kunci dalam sambungan sinaptik dapat memodifikasi sensitivitas neuron pascanaptik pada pengirim pesan kimiawi ini. Namun tidak seorangpun benar-benar yakin bagaimana cara kerja antidepresan dalam menyembuhkan depresi (Januzzi & DeSantics, 1999; Kupfer, 1999). Antidepresan cenderung memiliki efek tunda, biasanya membutuhkan beberapa minggu penanganan sebelum suatu manfaat terapeutik dicapai. SSRIs tidak hanya menaikkan mood, namun dalam banyak kasus juga menghilangkan delusi yang mungkin menyertai depresi yang parah (Zanardi dkk., 1996). Pengobatan antidepresan jelas efektif dalam membantu menyembuhkan depresi mayor pada banyak kasus (Kupfer, 1999; Thase dkk., 2000; USDHHS; 1999a). antidepresan juga membantu dalam menangani distimia (Hellerstein dkk., 2000).Efek samping potensial dari mcyclic dan MAO inhibitors mencakup mulut kering, kemunduran psikomotor, konstipasi, pandangan yang kabur, serta yang jarang terjadi, hambatan pembuangan urine, paralytic ileus (suatu kelumpuhan dari usus besar, yang mengganggu perjalanan isi usus), kebingungan, delirium, dan komplikasi kardiovaskular, seperti tekanan darah yang menurun. Tricyclic juga sangat beracun, yang dapat meningkatkan prospek bunuh diri akibat overdosis bila obat digunakan tanpa pengawasan yang ketat.SSRIs seperti Prozac dan zolofit hampir sama efektifnya dengan generasi tricyclic yang lebih tua (Kupfer, 1999; McGrath dkk., 2000; Noonan, 2000). Namun, karena memiliki dua keuntungan utama, SSRIs telah secara luas menghasilkan generasi TCAs yang sebelumnya. Keuntungan pertama adalah SSRIs lebih tidak beracun dan karenanya lebih tidak berbahaya bila overdosis. Kedua, SSRIs memiliki lebih sedikit efek samping umum (seperti mulut kering, konstipasi, dan bertambah berat badan) yang diasosiasikan dengan tricycle dan MAO inhibitors. Namun, Prozac dan SSRIs lainnya dapat menghasilkan efek samping seperti kram perut, sakit kepala, kegelisahan, insomnia, kurangnya dorongan seksual, dan orgasme yang tertunda (Antidepressants Linked. 2000; Michelson dkk., 2000).Salah satu isu yang harus dihadapi saat mendiskusikan terapi obat adalah tingginya angka kambuh setelah putusnya pengobatan (Kocsis dkk., 1996). Terapis yang berbasis psikologis dapat memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap resiko kambuh, mungkin karena pembelajaran yang didapat selama terapi akan terus dibawa setelah penanganan aktif berakhir (Butler & Beck, 1995; Persaud, 2000).Penanganan obat untuk gangguan bipolar, Obat litium karbonat bentuk bubuk dari litium berelemen metalik adalah pengobatan yang paling luas dipakai dan direkomendasikan untuk gangguan bipolar. Dapat dikatakan bahwa orang Yunani dan Romawi kuno adalah yang pertama dalam menggunakan litium sebagai bentuk kemoterapi. Mereka meresepkan air mineral yang berisi litium untuk orang dengan mood yang sangat mudah berubah-ubah.Litium efektif dalam menstabilkan mood orang yang menderita gangguan bipolar dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari maniak dan depresi (Baldessarini & Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium umunya lebih efektif dalam menangani simtom-simtom manic daripada depresi (Sachs dkk., 1994). Orang dengan gangguan bipolar kemungkinan perlu menggunakan litium secara terus menerus untuk mengontrol perubahan moodnya, seperti orang yang menderita diabetes menggunakan insulin secara berkelanjutan untuk mengontrol penyakitnya. Litium diberikan secara oral dalam bentuk gsram mineral alami, litium karbonat. Terlepas dari penggunaannya selama lebih dari 40 tahun sebagai obat terapeutik, kami masih tidak dapat menjelaskan bagaimana cara kerja litium (Price & Heninger, 1994).Namun penanganan dengan litium bukanlah sesuatu yang mujarab. Paling tidak 30% hingga 40% pasien yang mengalami maniak gagal untuk berespons pada oabat ini atau juga tidak dapat menoleransinya (Dubovsky, 2000; Duffy dkk., 1998). Diantara yang berespons, sekitar 6 dari 10 mengalami kambuh kembali (Goleman, 1994c).Pengobatan dengan litium harus dimontior secara ketat karena adanya efek beracun yang potensial dan efek samping lainnya. Litium dapat menyebabkan suatu hendaya ringan dalam ingatan, suatu jenis hendaya yang dapat membuat seseorang yang produktif berhenti memakai obat tersebut, kata dan kepeningan, serta menyebabkan suatu penurunan umum dari fungsi motorik. Obat ini juga dapat menghasilkan distress gastrointestinal dan menyebabkan masalah liver (hati) dalam jangka panjang. Untuk sejumlah alasan, banyak pasien yang berhenti menggunakan litium atau gagal meminumnya secara terus menerus (Johnson & McFarland, 1996).Obat antikonvulsan digunakan dalam penanganan epilepsy, seperti carbamazepine (nama dagang Tegretol) dan divalpoex (nama dagang Depakote), juga digunakan untuk menstabilisasi mood dan menghilangkan simtom-simtom manic pada orang dengan gangguan bipolar (Alao&Dewan, 2001; Paldessarini, Tohen & Tondo, 2000, Bowden dkk., 2000). Obat anti konvulsan dapat memberikan manfaat dalam menangani orang dengan gangguan bipolar baik yang tidak berespons pada litium maupun yang tidak dapat mentoleransi litium karena efek sampingnya. Obat antikonvulsan biasanya menyebabkan efek samping yang lebih sedikit atau lebih ringan daripada litium. Namun, sejumlah pasien hanya memiliki respons parsial pada obat litium atau antikonvulsan dan lainnya lagi gagal berproses samasekali. Dengan demikian masih tetap ada kebutuhan untuk mengemabangkan penanganan atau strategi obat-obatan alternative, mungkin yang melibatkan suatu kombinasi dari keduanya atau obat lainnya (Bowden dkk., 2000, Tohen dkk., 2000).Teori Elektrokonvulsif, Terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsive therapy/ ECT), lebih umum disebut terapi kejutan shock therapy, terus menimbulkan kontroversi. Ide mengalirkan arus listrik ke otak seseorang mungkin tampak biadab. Namun, serta dapat membantu menghilangkan depesi pada banyak kasus dimana penanganan yang lain telah gagal.ECT melibatkan pengaliran arus listrik ke kepala. Arus listrik antara 70 ingga 130 volt digunakan untuk menginduksi suatu konvulsi yang serupa dengan serangan epilepsi grand mal. ECT biasanya diberikan dalam suatu rangkaian 6 hingga 12 kali penanganan yang didistribusikan dalam suatu rangkaian tiga kali perminggu, selama suatu periode beberapa minggu (USDHHS, 1999a). pasien dibuat tidur dengan suatu tindakan anestasi umum yang singkat dan diberikan obat relaksasi otot untuk menghindari konvulsi liar yang dapat menimbulkan luka. Sebagai hasilnya, kejang-kejang otot hampir tidak dapat dilihat oleh mereka yang menonton. Pasien bangun segera setelah prosedur usai dan pada umumnya tidak ingat apapun. Meski sebelumnya ECT digunakan untuk penanganan beragam gangguan psikologis, termasuk skizofrenia dan gangguan bipolar, namun pada tahun 1990 American Psychiatric Association merekomendasikan bahwa ECT sebaiknya hanya digunakan untuk penanganan gangguan depresi mayor pada orang yang tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan.ECT menghasilkan perbaikan yang signifikan untuk sekitar 50% hingga 60% orang dengan depresi mayor yang telah gagal berespon pada pengobatan anti depresan. ECT juga memiliki manfaat yang lain, yaitu perawatan inap yang lebih singkat dan lebih sedikit memakan biaya untuk penderita depresi mayor. Meskipun ECT sering menghasilkan kesembuhan yang dramatis dari simtom depresi, tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana cara kerja ECT. ECT memproduksi semacam perubahan kimiawi dan elektrikal yang besar kemungkinan adalah ECT bekerja dengan cara menormalkan tingkat (kerja) otak dari neurotransmitter tertentu. Meski ECT dapat menjadi penanganan jangka pendek yang efektif untuk depresi berat, hal ini juga bukanlah sebuah obat yang mujarab, bahkan di antara orang yang terus-menerus ditangani dengan pengobatan antidepresan (Sackeim dkk., 1994).ECT dapat diberikan baik pada kedua belahan otak (ECT bilateral) atau hanya pada salah satu belahan otak (ECT unilateral). ECT unilateral diaplikasikan pada hemisfer otak yang tidak dominan, yang untuk sebagian besar orang adalah sisi sebelah kanan. ECT unilateral dengan dosis yang tinggi tampak sama efektifnya dengan ECT bilateral, namun menghailkan hendaya ingatan yang lebih tidak parah dan kurang persisten (Lisanby dkk., Sackeim dkk., 2000; Sackeim & Vaughn McCall, 2001).Terdapat kekhawatiran yang dapat dipahami diantara pasien, kerabat, dan para ahli sendiri mengenai resiko yang mungkin ditanggung oleh ECT, terutama mengenai kehilangan ingatan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi sekitar waktu penanganan (Weiner, 2000). Masalah mengganggu lain yang terkait dengan ECT adalah tingginya angka kambuh setelah penanganan (Sackeim, 2001; Sackeim dkk., 2001). Terlepas dari semua itu, banyak ahli memandang ECT sebagai penanganan terakhir, baru dipertimbangkan hanya setelah semua pendekatan penanganan telah dicoba dan tidak berhasil.Pedoman Praktik Klinis untuk DepresiPedoman ini didasarkan pada bukti dari penelitian terkontrol yang menunjukan bahwa peanganan-penanganan dibawah ini efektif dalam menangani depresi (Depression Guideline Panel, 1993b):a. Pengobatan antidepresan (ricyclic atau selective serotonin-reuptake inhibitors)b. Tiga bentuk spesifik dari psikoterapi; terapi kognitif; terapi perilaku; dan psikoterapi interpersonal.c. Suatu kombinasi dari salah satu bentuk psikoterapi yang direkomendasikan dengan pengobatan antidepresand. Bentuk penanganan tertentu lainnya, termasuk ECT dan fototerapi untuk depresi musiman.

7. KasusNic Newling, Penderita Bipolar di Australia yang Berhasil Pulih Sebagai seorang remaja, Nic Newling menderita penyakit mental yang melumpuhkan, bahkan psikiater Profesor Gordon Parker menyebutnya sebagai penyakit yang sudah parah. Kini, Nic, yang berusia 28 tahun, menjalani kehidupannya dengan penuh warna: ia punya pacar, pekerjaan dan menganggap dirinya "lebih stabil ketimbang kebanyakan teman-temannya yang tak memiliki gangguan bipolar" Bagaimana cara Nic bisa bangkit dari gangguan bipolar? Nic Newling adalah salah satu penderita gangguan bipolar yang beruntung. Nic Newling kini membantu mereka yang mengalami gangguan emosi dan berbicara dari sekolah ke sekolah mengenai isu kesehatan mental. (Foto: Quentin Jones) Prof Gordon, pendiri Institut Black Dog, mendiagnosa Nic dengan gangguan bipolar, empat tahun setelah ia menderita penyakit ini. Diagnosa itu dan rencana perawatan yang disusun membuat Nic menjalani pemulihan. Ironisnya, warga Australia dengan gangguan bipolar rata-rata menunggu hingga 10 tahun atau lebih sebelum mendapatkan diagnosa, jika memang mereka memeriksakan diri. Inilah yang khususnya terjadi pada kasus bipolar Tingkat II, yang menurut Prof Gordon masih kurang dipahami ketimbang bipolar Tingkat I. "Banyak praktisi kesehatan memiliki sedikit pengalaman dengan bipolar Tingkat II dan karena itu enggan untuk mendiagnosanya dan ini menyebabkan penanganan yang tidak memuaskan," jelas Prof. Gordon. Bipolar Tingkat I dan II ditandai dengan pasang surut suasana hati, tapi pada kasus bipolar Tingkat I situasinya lebih ekstrim, dengan penderita mengalami psikosis dan sering berakhir di rumah sakit. Bipolar Tingkat II, dimana tak ditemukan psikosis, lebih umum dijumpai, tetapi penderita sering tak terdiagnosis. Penyakit Nic Newling datang pada saat ia berusia 13 tahun. "Ini dimulai dengan perasaan sedih dan merasa cemas dan kemudian semacam pindah ke situasi di mana saya tak menggenggam realita dengan benar," tutur Nic. Kondisi ini semakin buruk dan Nic memiliki pikiran untuk berbuat kekerasan, dan mengatakan kepada ibunya, Jayne Newling, "Saya ingin membunuh orang-orang." "Saya seperti hidup dalam mimpi buruk. Saya tak bisa mengontrol pikiran sendiri, takut akan pikiran saya sendiri," cerita Nic. Kakak Nic, yakni Ben Newling, mengenang: "Ada hari-hari dimana Nic benar-benar tak meninggalkan kamarnya ... dan itu berhari-hari."Selama empat tahun berikutnya, dokter mendiagnosa Nic dengan depresi, gangguan obsesif kompulsif dan skizofrenia.Ia memiliki pikiran untuk bunuh diri, menghabiskan waktu di bangsal psikiatris, mengambil berbagai obat-obatan dan bahkan menjalani terapi elektrokonvulsif, sebuah pengobatan yang dilakukan untuk kasus yang paling ekstrim. Meski demikian, baik terapi atau pil yang diresepkan kepada Nic tak bekerja dengan baik, dan sifat melemahkan dari penyakit ini memaksanya untuk putus sekolah. Melihat pengalamannya itu, Nic merasa beberapa dokter tak menanyainya pertanyaan yang tepat. "Dengan dokter spesialis, ada sedikit bias konfirmasi bahwa hal itu bisa terjadi ... ia mengajukan beberapa pertanyaan tertentu dan saya hanya bilang, 'Ya, itu terdengar seperti sesuatu yang saya alami', jadi saya agak berpikir bahwa saya menderita sesuatu yang tidak saya alami," terangnya.Prof Gordon, yang bertemu Nic ketika ia berusia 15 tahun, sepakat. "Hal yang mengganggu bahwa siapapun yang mengalami gejala ini bisa mendapatkan diagnosa A ketika menemui satu dokter, dan mendapatkan diagnosa B ketika bertemu dokter lainnya," ujar sang Profesor. Sebagian dari masalahnya adalah bahwa gejala bipolar terjadi pada sejumlah penyakit mental lainnya. Profesor Gordon mendiagnosa Nic dengan bipolar tingkat II ketika ia berusia 16 tahun. Saat itu, ia selalu berupaya bunuh diri dan berada di bawah pengamatan rumah sakit jiwa ketika Profesor Gordon mengunjungi dan menyaksikannya memiliki kegilaan yang tinggi. Hal itu mengkonfirmasi kecurigaannya akan gejala bipolar yang diderita Nic. Bagi ayah Nic, yakni Phil Newling, diagnose Prof Gordon itu adalah momen yang melegakan. "Kami sangat gembira. Kami sangat lega bahwa akhirnya seseorang mengatakan kepada kami apa yang salah dengan anak kami," tutur Jayne Newling. Nic kemudian mengikuti program pengobatan holistik yang meliputi obat-obatan, pendidikan dan rencana kesejahteraan. Profesor Gordon mengatakan, memahami penyakit ini dan perubahan suasana hati sangatlah penting, seperti gaya hidup sehat yang tak melibatkan obat-obatan, konsumsi alkohol yang moderat, banyak tidur dan bahkan konsumsi minyak ikan. Selama beberapa tahun berikutnya, kondisi Nic membaik, perlahan tapi pasti. "Merasa lebih baik setelah jangka waktu yang lama ... di situlah saya menyadari bahwa saya punya masa depan dan saya ingin memiliki masa depan," katanya. Prof Gordon mengatakan, kasus Nic sungguh tak lazim dalam tingkat keparahan, gejala awal dan diagnosa dini, tapi ia yakin kisah Nic bisa memberi harapan bagi para penderita lainnya.8. Bunuh DiriPUNYA YEYEN DISINIPerspektif teoritis tentang bunuh diri Model psikodinamik klasik memandang depresi sebagai ke dalam diri rasa marah terhadap representasi internal atas objek cinta yang hilang. Kemudian bunuh diri mewakili kemarahan yang diarahkan dalam yang menjadi bersifat membunuh. Jadi, orang yang bunuh diri tidak berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Mereka malah mencari cara untuk mengekspresikan rasa marah mereka terhadap representasi internal atas objek cintanya.dengan melakukan nya, mereka tentu saja juga menghancurkan diri mereka sendiri. Freud berspekulasi bahwa bunuh diri kemungkinan dimotivasi oleh insting kematian, suatu kecenderungan untuk kembali ke keadaan bebas tekanan yang ada sebelum kelahiran. Teoretikus eksistensial dan humanistik menghubungkan bunuh diri dengan persepsi bahwa hidup tidaklah bermakna tanpa harapan. Orang yang bunuh diri dilaporkan merasa bahwa hidupnya lebih menjemukan, lebih kosong dan lebih membosankan dari pada orang yang tidak bunuh diri. (Mehrabian & Wenstein, 1985).Teoritikus belajar banyak berfokus pada kurangnya keterampilan pemecahan masalah untuk menangani tekanan hidup yang berat. Menurut Shneidman (1985), orang yang melakukan percobaan bunuh diri berharap dapat lari dari rasa sakit psikologis yang tidak tertahankan dan kemungkinan mempersepsikan bahwa tidak ada jalan keluar lain. Orang yang mengancam atau mencoba bunuh diri bisa mendapatkan simpati serta dukungan dari orang terdekatnya dan orang lain, yang kemungkinan akan mendorong percobaan di masa depan yang lebih mematikan.orang yang melakukan bunuh diri sering kali mengatakn padea orang lain mengenai niat mereka atau meninggalkan petunjuk-petunjuk sebelumnya. Lebih lagi banyak orang melakukan percobaan bunuh diri yang gagal yang mereka hentikan sebelum menyakiti diri mereka, sebelumnya akhirnya melanjutkan dengan usaha bunuh diri yang sesungguhnya (Barber dkk, 1998).Teoretikus sosial-kognitif mengatakan bahwa bunuh diri dapat dimotivasi oleh harapan positif dan oleh sikap-sikap persetujuan terhadap legitimasi dari bunuh diri (D. Stein dkk, (1998). Orang yang bunuh diri mungkin berharap mereka akan dirindukan setelah kematian mereka, atau bahwa orang yang hidup akan merasa bersalah karena telah salah memperlakukan mereka. Pasien psikiatri yang cenderung bunuh diri memiliki harapan yang lebih positif mengenai bunuh diri dari pada sampel psikiatri yang tidak cenderung bunuh diri. Mereka lebih mengekspresikan keyakinan bahwa bunuh diri akan memyelesaikan masalah mereka misalnya (Lineha dkk, 1987). Pada penelitian di Oregon, perilaku bunuh diri dari seorang teman menjadi faktor resiko dalam percobaan bunuh diri diantara remaja (Lewinshon, Rohde, Seeley, 1996). Mencontoh bunuh diri kemungkinan lebih cenderung terjadi bila laporan tentang bunuh diri tersebut sangat sensasional sehingga membuat remaja lain berharap bahwa kepergian mereka dapat memiliki dampak yang luas pada komunitas (Kessler dkk, 1990).Faktor-faktor biologis juga berimplikasi dalam bunuh diri. Penurunan aktivitas seretonim ditemukan pada banyak orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri (Ghansyak dkk, 1995 ; Mann & Malone, 1997). Oleh karena menurunnya ketersediaan seretonin terkait dengan depresi, maka hubungannya dengan bunuh diri tidaklah mengherankan. Namun, seretonin bekerja untuk membatasi atau menghambat aktivitas sistem saraf, sehingga mungkin kurangnya aktifitas seretonin menyebabkan disinhibition atau pelepasan dari perilaku impulsif yang mengambil bentuk tindakkan bunuh diri dari pada individu yang rapuh. Bunuh diri juga cenderung menurun dalam keluarga, yang menandakan adanya faktor genetis. Keberadaan ganguan psikologis di antara anggota keluarga dapat dihubungkan dengan bunuh diri (Sorensen & Rutter, 1991). Bunuh diri terkait dengan suatu jaringan yang kompleks dari berbagai faktor, dan untuk memprediksinya tidaklah mudah. Namun jelas bahwa banyak bunuh diri yang dapat dicegah bila orang dengan perasaan ingin bunuh diri menerima penanganan untuk gangguan yang mendasari perilaku bunuh diri, termasuk depresi, skizofrenia, serta penyalahgunaan alkohol dan zat (Many Suicides Could Be Prevented, 1998). Kita juga memerlukan strategi yang menekankan pada pemeliharaan harapan selama masa-masa stres berat (Malone dkk, 2000).Memprediksi bunuh diriBukti-bukti menunjukkan peranan vital dari keputusan dalam memprediksi pemikiran bunuh diri dan percobaan bunuh diri (Brown dkk, 2000). Dalam suatu penelitian pasien psiaktri rawat jalan yang memiliki skor keputusasaan di atas suatu nilai tertentu, 11 kali lebih cenderung untuk melakukan bunuh diri dibanding mereka yang memiliki skor dibawah nilai itu (Beck dkk, 1990). Orang yang cenderung bunuh diri menunjukkan niatnya, sering kali cukup eksplisit, seperti menceritakan pada orang lain mengenai pekiran-pikiran bunuh diri (Denneby dkk, 1996), dan beberapa berusaha menyembunyikan niat bunuh diri. Edwin Shneidman, peneliti terkenal mengenai bunuh diri, menemukan bahwa 90% dari orang-orang yang melakukan bunuh diri telah memberikan petunjuk yang jelas, seperti membuang barang-barang miliknya (Gelman, 1994). Orang yang memikirkan bunuh diri juga dapat secara tiba-tiba mencoba untuk memilah-milah urusan-urusan mereka, seperti membuat surat warisan atau membeli tanah di pemakaman. Mereka dapat membeli senjata api meski sebelumnya kurang tertarik akan persenjataan. Saat orang yang bermasalah memutuskan untuk melakukan bunuh diri, mereka tiba-tiba tampak berada dalam keadaan yang damai, mereka merasa terlepas dari keharusan untuk terbebani dengan masalah hidup. Ketenangan yang tiba-tiba ini dapat salah diinterprestasiakan sebagai suatu tanda harapan.Prediksi dari bunuh diri bukanlah sebuah ilmu pasti, bahkan bagi ahli yang berpengalaman sekalipun. Banyak faktor-faktor yang dapat diobservasi seperti, keputusasaan, yang tampak berhubungan dengan bunuh diri, namun kita tidak dapat memprediksi kapan seseorang yang putus asa akan melakukan bunuh diri, bahkan tidak sama sekali.Pencegahan bunuh diriAda beberapa hal yang dapat dilakukan saat orang melakukan percobaan bunuh diri :1. Tarik keluar orang itu.2. Bersikaplah simpatik3. Sarankan cara-cara lain selain bunuh diri dapat ditemukan untuk menyelesaikan masalah orang tersebut.4. Tanyakan kenapa orang tersebut ingin membunuh dirinya.5. Ajukan pada orang tersebut untuk berkonsultasi dengan seorang ahli ataupun psikolog6. Jangan katakan sesuatu seperti, kamu ngomong ngaco/gila komentar semacam itu menurunkan dan menyakitkan bagi self esteem orang tersebut.

Daftar Pustaka

Davidson, Gerald C. 2006. Psikoloogi Abnormal. Jakarta: PT RajaGrafindo PersadaDurand, V. Mark. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka PelajarJacoby, David B., 2009, Pustaka Kesehatan Populer. Jakarta: PT Bhuana Ilmu PopulerKaplan, Harold L., dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta: Binarupa AksaraMaslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika AtmajayaMeier, Paul, dkk. 2000. Mengendalikan Mood Anda. Yogyakarta: Yayasan AndiNevid, Jeffrey S., dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: ErlanggaNevid, Jeffrey S., dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: ErlanggaAmerican Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder : fifth edition (DSM-5). United states of America : APA 2013 ; hal.87-154.Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C., & Neale, J. M. 2010. Abnormal Psychology. 11th Edition. New York: John Wiley & Sons.