makalah fiksafat ii arofah

Upload: husnah-mustabsyirah-al-katiri

Post on 06-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    1/25

    Hewlett-Packard | Error! No text of specified style in document. 1

    MAKALAHFILSAFATILMU

    2011

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN

    AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    NAMA : SITI AROFAH, S.Sos

    NIM : 102904153

    PRODI : PTIK

    DOSEN : Bpk. Dr. Syahrul, M.P

    UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

    KERJASAMA DENGAN PEMERINTAH PROPINSI

    KALIMANTAN TIMUR

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    2/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 2

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat

    dan hidayahNya.

    Terimakasih kepada Bapak Dr. Syahrul, M.P yang telah memberikan

    ilmunya sehingga makalah Kajian Filsafat Ilmu (Epitemologi. Ontologis dan

    Aksiologi) dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat terselesaikan

    dengan baik sebagai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

    Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca.

    Terimakasih

    Penulis

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    3/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 3

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan

    pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.

    Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima

    pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan,

    (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke on line atau

    saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus

    ke waktu nyata.

    Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu

    pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi

    berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset

    dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua

    perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer

    maupun (tele) komunikasi. Istilah TIK atau ICT (Information and Communication

    Technology), atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai

    Infocom, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras

    maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana

    penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi

    tersebut berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi

    lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih

    akan terus pesat berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapadekade mendatang. Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi

    seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidangteknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil

    inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.

    Dalam makalah ini penulis membahas mengenai Kajian Filsafat Ilmu

    (Epitemologi. Ontologis dan Aksiologi) dengan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    4/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 4

    BAB II

    PERMASALAHAN

    Seluruh ilmu hakikatnya berasal dari filsafat. Darinyalah seluruh ilmu

    berasal, darinya pula seluruh ilmu dan pengetahuan manusia dilahirkan. Sikap

    dasar selalu bertanya menjadi ciri filsafat, menurun pada berbagai cabang ilmu

    yang semula berinduk padanya. Karenanya, dalam semua ilmu terdapat

    kecenderungan dasar itu. Manakala ilmu mengalami masalah yang sulit

    dipecahkan, ia akan kembali pada filsafat dan memulainya dengan sikap dasar

    untuk bertanya. Dalam filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai

    sudut, secara totalitas menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala

    sebab, mancari jauh ke akar, hingga ke dasar.

    Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukan

    waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan filsafat dengan

    TIK akan di bahas tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain, bidang

    pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan

    TIK mengolah dan menyebarkan informasi.

    Permasalahan dalam makalah ini adalah:

    1. Bagaimanakah landasan epistemologis dalam kajian TIK?

    2. Bagaimana landasan ontologis dalam kajian TIK?

    3. Bagaimanakah landasan aksiologis dalam kajian TIK?

    4. Kaitan antara filsafat ilmu dengan komunikasi.

    5. Pengaruh epistemologi dengan TIK.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    5/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 5

    BAB III

    PEMB

    AHASAN

    A. LANDASAN ONTOLOGIS DALAM TIKCabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai

    kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.

    Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia

    mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu,

    hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

    Cabang Ontologi, yaitu berada dalam wilayah ada. Kata Ontologi

    berasal dari Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang artinya

    ilmu. Dengan demikian, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang

    keberadaan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah

    objek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakah hakikat dari objek itu?

    Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia

    yang membuahkan pengetahuan dan ilmu?

    Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno

    dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang

    bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat

    ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,

    kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan

    kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa

    paham, yaitu: (1) Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau

    spiritualisme; (2) Paham dualisme, dan (3) pluralisme dengan berbagainuansanya, merupakan paham ontologik.

    Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa

    dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca

    indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    6/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 6

    pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang

    berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan

    pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari

    pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi,

    yakni realisme, naturalisme, empirisme.

    B. LANDASAN EPISTEMOLOGI DALAM KAJIAN TIKEpistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,

    metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that

    investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).

    Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). berasal

    dari kata Yunani episteme, yang berarti pengetahuan, pengetahuan yang

    benar , pengetahuan ilrniah, dan logos = teori. Epistemologi dapat

    didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau

    sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.

    Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata

    Epistemologi berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan

    logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan

    sebagai ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan akan membangun

    ilmunya. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

    bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan

    menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan

    mengarah ke cabang fisafat metodologi.

    Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1) Apakah

    pengetahuan itu ?; 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu ?;

    3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh ?; 4) Bagaimanakah validitas

    pengetahuan itu dapat dinitai ?; 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a

    priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    7/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 7

    (pengetahuan puma pengalaman) ?; 6) Apa perbedaan di antara:

    kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan, kesalahan,

    bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian, kepastian ?

    Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan

    induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada

    pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah

    dikurnpuikan se,belumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan

    ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi

    mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada.

    Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasanyang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.

    C. LANDASAN AKSIOLOGI DALAM TIK

    Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang

    berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi

    adalah teori tentang nilai (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan

    sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang

    diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal

    Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral

    conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Keduei,-

    esthetic

    expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu

    kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

    Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasaldari Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu.

    Dengan demikian, aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai

    etika seorang ilmuwan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

    untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara

    penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    8/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 8

    yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan metode

    ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? Dengan

    begitu , kita akan mengarah ke cabang fisafat Etika.

    Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi

    disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentukvalue dan valuation,

    yaitu: 1) Nilai, sebagai suatu kata benda abstrak; 2) Nilai sebagai kata benda

    konkret; 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai.

    Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya

    melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai

    atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free).

    Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

    atau yang lebih dikenal sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih

    unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada

    keterikatan nilai.

    Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja:Jika hitam

    katakan hitam, jika ternyata putih katakan putih; tanpa berpihak kepada

    siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata. Sedangkan secara

    ontologi dan aksiologis, ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan

    yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap

    (Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).

    D. KAITAN ANTARA FILSAFAT ILMU DENGAN TEKNOLOGIINFORMASI DAN KOMUNIKASI

    Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah

    filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos

    dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang

    mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    9/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 9

    pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi

    hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang

    menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk

    yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia

    berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para

    ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang

    bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.

    Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika,

    logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi

    (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau

    kemanfaatan).

    Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang

    kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology:

    1. Ontologis: What It Is?Ontologi berarti studi tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciri

    esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling

    abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu

    pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.

    Ontologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Apakah

    ilmu komunikasi? Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek

    kajiannya? Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?

    Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secaraontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang

    monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai

    sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek

    forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view),

    yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    10/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 10

    Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu

    Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi,

    Komunikasi Manusia, dll.

    2. Epistemologis: How To Get?Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan

    mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge.

    Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa

    yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, what can we know,

    and how do we know it? (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait

    meliputi belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination,

    supposing, guesting, learning, and forgetting.

    Epistemologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:

    Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?

    Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan

    agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi? Apa

    yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria kebenaran dan logika

    kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?

    Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu

    Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan

    apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya

    dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat

    sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari

    ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi

    sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell,

    Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan

    keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi

    sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya

    dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    11/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 11

    Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari

    proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of

    Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk

    kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi

    menjadi sebuah ilmu.

    3. Aksiologis: What For?Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek

    kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek

    epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic

    filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu

    sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan

    manusia akan komunikasi.

    Aksiologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Untuk

    apa ilmu komunikasi itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan

    pengetahuan dan ilmu tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah

    kaitan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan

    antara operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan

    teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan

    profesional?

    Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading

    of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi.

    Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring

    perkembangan kebutuhan manusia.

    Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat

    filsafat adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah

    sikap bertanya itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun,

    filsafat tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah selesai.

    Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran yang ditemukan.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    12/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 12

    Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai suatu masalah,

    sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu jawabannya.

    Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak,

    misalnya dalam biologi akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing,

    mana jantung dan mana hati, sehingga tidak memerlukan pendefinisian secara

    ketat. Tidak demikian halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang objeknya abstrak.

    Ilmu komunikasi berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berobjek abstrak,

    yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Komunikasi sebagai kata yang

    abstrak sulit untuk didefinisikan. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk

    mendefinisikan komunikasi. Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial

    mutlak memberikan definisi tajam dan jernih guna menjelaskan objeknya yang

    abstrak itu.

    Tidak semua peristiwa merupakan objek kajian ilmu komunikasi.

    Sebagaimana diutarakan, objek suatu ilmu harus terdiri dari satu golongan

    masalah yang sama sifat hakikatnya. Karena objeknya yang abstrak, syarat objek

    ilmu komunikasinya adalah memiliki objek yang sama, yaitu tindakan manusia

    dalam konteks sosial. Artinya, peristiwa yang terjadi antarmanusia. Contoh,

    Anda berkata kepada seorang teman, Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon.

    Peristiwa ini memenuhi syarat objek ilmu komunikasi , yaitu bahwa yang dikaji

    adalah komunikasi antarmanusia, bukan dengan yang lain selain makhluk

    manusia.

    Telah diketahui ilmu komunikasi memiliki sejumlah ilmu praktika, yaitu

    Hubungan Masyarakat, Periklanan, dan Jurnalistik. Misalnya, jika ilmu

    komunikasi juga mempelajari penyampaian pesan kepada makhluk selain

    manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang ditujukan kepada bebatuan

    serta tumbuhan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberi respon

    positif mereka? Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain

    manusia akan mencederai kriteria objek keilmuannya.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    13/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 13

    Terdapat beraneka ragam definisi komunikasi, hingga pada tahun 1976

    saja Dance dan Larson berhasil mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang

    berlainan. Mereka mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang

    mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya, yaitu:

    1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannyaYang bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan bahwa

    komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian

    lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang

    menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer,

    perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan

    sebagainya.

    2. Tingkat kesengajaanYang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan

    komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber

    mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk

    mempengaruhi perilaku penerima. Sementara definisi yang mengabaikan

    kesengajaan, misalnya dari Gode yang menyatakan komunikasi sebagai proses

    yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau

    monopoli seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

    3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesanYang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi

    yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi

    untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan

    keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah

    proses transmisi informasi.

    Dengan beragamnya definisi komunikasi, sementara definisi itu diperlukan

    untuk menggambarkan objek ilmu komunikasi secara jelas dan jernih, maka pada

    tahun 1990-an para teoritisi komunikasi berdebat dan mempertanyakan apakah

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    14/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 14

    komunikasi harus disengaja? dan Apakah komunikasi harus diterima (received)?

    Setelah beradu argumentasi, para ahli sepakat untuk tidak sepakat dan menyatakan

    bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga perspektif (sudut pandang) / paradigma

    yang dapat diakomodir.

    Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan

    lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam berpikir (kognitif), bersikap

    (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Karenanya, paradigma sangat menentukan

    bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya.

    Berikut ini adalah uraian atas ketiga paradigma sebagai hasil kesepakatan untuk

    tidak sepakat dari para teoritisi komunikasi:

    1. Paradigma-1Komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan seseorang

    dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan

    harus disampaikan dengan sengaja, dan pesan itu harus diterima. Artinya,

    untuk dapat terjadi komunikasi, syaratnya harus terdapat komunikator

    pengirim, pesan itu sendiri, dan komunikan penerima. Implikasinya, jika

    pesan tidak diterima, tidak ada komunikan, karena tidak ada manusia yangmenerima pesan. Jadi tidak ada komunikasi dan proses komunikasi yang

    merupakan kajian paradigma ini. Misalnya, ketika seorang teman melambai

    pada kita tapi kita tidak melihat, ini bukan komunikasi yang menjadi

    kajiannya, karena kita selaku komunikan tidak menerima pesan itu.

    2. Paradigma-2

    Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi

    penerima, apakah disengaja atau tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa

    pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tapi harus diterima. Paradigma

    ini relatif mengenal istilah komunikan penerima. Biasanya dalam

    penggambaran model, pada dua titik pelaku komunikasi dinamai sebagai

    komunikator mengingat keduanya mempunyai peluang untuk menyampaikan

    pesan, baik disengaja maupun tidak, yang dimaknai oleh pihak lainnya. Atau,

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    15/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 15

    keduanya disebut sebagai komunikan yang dimaknai sebagai semua manusia

    pelaku komunikasi. Intinya, selama ada pemaknaan pesan pada salah satu

    pihak, adalah komunikasi yang menjadi kajiannya. Maka ketika kita dengan

    tidak sengaja melenggang di tepi jalan dan supir taksi berhenti serta bertanya,

    Taksi, pak? ini adalah komunikasi yang menjadi kajiannya karena supir itu

    telah memaknai lenggangan kita yang tidak sengaja sebagai panggilan

    terhadapnya, tanpa terlalu mempersoalkan siapa pengirim dan penerima.

    3. Paradigma-3

    Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan

    sengaja, namun derajat kesengajaan sulit untuk ditentukan. Paradigma ini

    menyataan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, tapi tidak

    mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak. Artinya, untuk dapat terjadi

    komunikasi, syaratnya harus terdapat komunikator pengirim, pesan, dan target

    komunikan penerima. Ketika seorang teman melambaikan tangan tapi kita

    tidak melihat, ini merupakan komunikasi yang menjadi kajiannya.

    Pertanyaannya adalah mengapa pesan itu tidak kita terima? Gangguan apa

    yang sedang terjadi, apakah pada salurannya? Atau pada alat penerima (mata

    kita)? Atau ada hal lainnya?

    Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak

    mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan

    hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang

    sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa

    kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah

    epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan

    pilar utama bangunan filsafat.

    Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,

    metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi

    penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah

    cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    16/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 16

    menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan

    berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.

    Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit

    lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial

    ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle

    John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan

    kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi

    kemanusiaan.

    Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti

    etika, estetika, atau agama.Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan

    bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John

    mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama

    metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang

    diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori

    adalah teori tentang teori pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970

    an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma

    sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi)

    berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya

    dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial.

    Pembahasan ; Berita infotainment dalam kajian filosofis. Kajian ini akan

    meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah

    bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu

    dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian

    berita infotainmentdi televisi.

    Dalam hal informasi, filsafat membantu memberikan pengetahuannya

    sebagai berikut:

    1. Kajian AspekEpistemologis:

    Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam

    setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    17/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 17

    kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap

    pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak

    berkaitan dengan kepentingankepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley

    (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang

    memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat,

    seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal

    ini merupakan tolok ukur dari The Quality of News dan menjadi pedoman yang

    mengondisikan kerja wartawan di dalam mendekati peristiwa berita & membantu

    upaya tatkala mengumpulkan & mereportase berita. Secara epistemologis cara-cara

    memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita

    infotainment yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang,

    mapan, sistematis & logis.

    2. Kajian AspekOntologis

    Dalam kajian berita infotainmentini bahasan secara ontologis tertuju pada

    keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita

    infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada abad 19, pernah

    berkembang jurnalisme yang berusaha mendapatkan audiensnya dengan

    mengandalkan berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, hal-hal, yang

    menegangkan dan pemujaan kaum selebritis ditandai dengan reputasi James

    Callender lewat pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat,

    Alexande Hamilton & Thomas Jeferson merupakan karya elaborasi antara fakta

    dan desus-desus. Tahun itu pula merupakan masa kejayaan William Rudolf Hearst

    dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa Jurnalisme kuning.

    Fenomena jurnalisme infotainmentkembali mencuat ketika terjadi berita

    hebohnya perselingkuhan Presiden AmerikaBill Clinton- Lewinsky

    . Sejak saat

    itu seakan telah menjadi karakteristik pada banyak jaringan TV di dunia. Di

    Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko

    (Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabarsurat kabar kuning muncul

    & diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    18/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 18

    menerbitkan Monitor semakin membuat semarak Jurnalisme kuning di

    Indonesia. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin

    banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang

    mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-

    lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV

    lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Dari sinilah cikal bakal

    infotainmentmarak di TV kita. Fenomena infotainmentmerupakan hal yang tidak

    bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai

    oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi)

    3. Kajian pada aspekaksiologis

    Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada

    hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan

    yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan

    berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu

    yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk

    menyaingkan antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu

    berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal

    karena terbangun atas bentuk bukan substansi.

    Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi

    mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu

    mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita

    infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah

    diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari

    pemasang iklan.

    E. PENGARUH EPISTEMOLOGI TERHADAP TIK

    Bagi Karl R. Popper, epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah.

    Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    19/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 19

    menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam

    membentuk dirinya. Tetapi, ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam

    pertumbuhannya, sebab ilmu pengetahuan yang berhenti, akan kehilangan

    kekhasannya. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidka jarang

    temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh

    temuan ilmu pengetahuan yang kemudian. Perkemabangan ilmu pengetahuan

    dengan demikian membuktikan, bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat

    tentatif. Selama belum digugurkan oleh temuan lain, maka suatu temuan dianggap

    benar. Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh

    perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu

    pengetahuan. Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur

    ilmu pengetahuan tersebut, maka epistemologi dapat memberikan pengayaan

    gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah. Proses ini lebih penting

    daripada hasil, mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja

    ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Akhirnya, epistemologi bisa

    menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu

    pengetahuan yang kebenarannya terandalkan.

    Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-

    konsep atau teori-teori yang ada. Dalam filsafat, banyak konsep dari pemikiran

    filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain

    berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi. Penguasaan epistemologi,

    terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam

    melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain

    maupun oleh dirinya sendiri. Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya

    sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh

    hasil pemikiran yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa

    mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal)

    dan pemikirannya sendiri (kritik internal). Implikasinya, epistemologi senantiasa

    mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis, sehingga perkembangan

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    20/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 20

    ilmu pengetahuan relatif mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat

    penguasaannya.

    Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan, ide

    atau gagasan, baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat. Mohammad

    Arkoun menyebutkan, bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan

    dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang

    melingkupinya. Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu

    fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran. Kendati terhadap satu

    persoalan, tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda, pada

    gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda. Kondisi demikiansesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman, tidak ada

    yang aneh sama sekali, sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara

    memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang,

    sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

    Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.

    Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi

    mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu

    sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi

    pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itusuatu kesatuan yang merupakan hasil

    pengamatan kritis dari ilmu-ilmudipandang dari keyakinan, kepercayaan dan

    sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan

    teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung

    oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang

    pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa

    didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar danalat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam

    menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian

    halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains,

    tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari

    pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    21/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 21

    Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan

    berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk

    teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis,

    yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara

    mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk

    mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya. Pada awalnya seseorang yang berusaha

    menciptakan sesuatu yang baru, mungki saja mengalami kegagalan tetapi

    kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan.

    Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan, berupa faktor-faktor

    penyebabnya. Jadi kronologinya adalah sebagai berikut: mula-mula seseorang

    berpikir dan mengadakan perenungan, sehingga didapatkan percikan-percikan

    pengetahuan, kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan

    (sains). Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi,

    technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains). Pemikiran

    pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat

    yang dikenal dengan epistemologi. Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam

    mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut, maka epistemologi

    bukan hanya mungkin, melainkan mutlak perlu dikuasai.

    Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar. Sebuah

    keniscayaan, bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang

    kuat. Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral, maka peristiwa terjadilah

    kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya

    Momok kemanusiaan yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S.

    Suriasumantri, 2000:36). Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan,

    sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern: (1) Nilai teori: manusia

    modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional,

    orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan

    pengalaman baru. (2)Nilai sosial : dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia

    modem dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai profesionalisasi,

    menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    22/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 22

    hak-hak asasi perempuan; (3) nilai ekonomi : dalam kaitannya dengan nilai

    ekonomi, manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien

    menghargai waktu, terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan;

    (4) Nilai pengambilan keputusan: manusia modern dalam kaitannya dengan nilai

    ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan

    keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi; (5) Nilai agama:

    dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem dicirikan oleh sikapnya

    yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan

    dari sikap mistis (Suriasumantri, 1986, Semiawan,C 1993).

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    23/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 23

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULANDari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

    1. Ontologi berarti studi tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciriesensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang

    paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami

    hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu

    Komunikasi.

    2. Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuanmengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of

    Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah

    mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara

    mengetahuinya, what can we know, and how do we know it? (Lacey:

    1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi belief,

    understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing,guesting, learning, and forgetting.

    3. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspekkebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek

    epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan

    pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan

    manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya

    dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.

    4. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir danberkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk

    teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    24/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    M A K A L A H S I T I A R O F A H , S . S O S Page 24

    epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang

    bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang

    harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.

    B. SARANBerdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai

    ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu

    ontologi, epistemologi dan aksiologi agar supaya upaya dan usaha yang

    menjadi pembaharuan dalam teknologi informasi dan komunikasi

    pendidikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

    Perkembangan teknologi yang semakin canggih hendaknya di

    imbangi dengan kebijaksanaan pemakaian dan penggunaannya, jangan

    sampai teknologi membuat kita menjadi bermalas-malasan.

  • 8/3/2019 Makalah Fiksafat II Arofah

    25/25

    KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

    2011

    DAFTAR PUSTAKA

    Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

    Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja

    Rosdakarya..2001.

    Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja

    Rosdakarya. 1994

    Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit PT. Citra

    Aditya Bakti, Bandung.

    Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo

    Persada. 2008.

    Suriasumantri, Jujun S, 1985, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar

    Harapan, Jakarta

    http://rahmasyilla.wordpress.com/2010/02/03/hakekat-filsafat-komunikasi/#more-192

    http://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/

    http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/hakikat-komunikasi.html