makalah evlan 1
TRANSCRIPT
MAKALAH
FUNGSI DAN KEGUNAAN SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN DALAM
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Lahan
Disusun oleh :
Kelompok 4
Agroteknologi C
Andi Fernando Siahaan 150510090223
Jonathan Adolf Richardo 150510110080
Tri Astuti Cahyaningrum 150510110066
Tarina Intan Citananda 150510110083
Afni Apriyanti 150510110087
Febrina Angelia Samosir 150510110092
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
SEPTEMBER
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya, dengan judul “Fungsi dan Kegunaan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
dalam Perspektif Pembangunan Pertanian Berkelanjutan”.
Makalah ini berisikan tentang fungsi dan kegunaan survei tanah dan evaluasi lahan.
Pengertian atau yang lebih khususnya membahas tentang definisi survei lahan, evaluasi
lahan, perkembangan pembangunan pertanian berkelanjutan, dan kaitan diantaranya.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita apa saja fungsi dan
kegunaan survei lahan serta evaluasi lahan dalam perspektif pembangunan pertanian
berkelanjutan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jatinangor, September 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
No. Judul Halaman
1. Kata Pengantar………………………………………………..………….. 2
2. Daftar Isi….……………………………………………………...……….. 3
3. Bab I Pendahuluan.................................................................................. 4
4. Bab II Isi
2.1 Survei Tanah....................................................................................... 6
2.1.1 Metode Survei Tanah................................................................. 6
2.1.2 Survei Tanah berdasarkan tujuannya......................................... 7
2.2 Evaluasi Lahan.................................................................................... 10
2.2.1 Prinsip-prinsip Evaluasi Lahan.................................................. 11
2.3 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan............................................... 11
2.3.1 Perkembangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
di Indonesia................................................................................. 12
2.4 Hubungan antara survei tanah dengan evaluasi lahan dalam
sistem pertanian berkelanjutan…......................................................... 14
2.5 Fungsi dan Kegunaan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan…................ 15
2.5.1 Survei Tanah............................................................................... 15
2.5.2 Evaluasi Lahan......................................................................... 16
5. BAB III Kesimpulan................................................................................... 18
6. Daftar Pustaka…………………….……………………….………...…...... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sumberdaya lahan sejak zaman pra sejarah hingga sekarang telah diketahui daya
manfaatnya bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam geografi hal ini dikaji
hubungan alam dengan manusia dan kehidupan organisme lainnya. Kondisi bentang lahan di
Indonesia saat ini sangat berbeda dengan situasi dan kondisi pada lingkungan masa lalu
(palaeo-environment). Demikian juga jumlah manusia dan peradabannya beserta populasi
hewan dan tumbuhannya.
Saat ini terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh sektor pertanian di dunia.
Masalah tersebut diantaranya adalah diperlukannya lahan dalam jumlah banyak untuk
melakukan kegiatan pertanian, lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, belum
lagi lahan yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan bercocok tanam dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan lain seperti pembangunan perumahan. Oleh karena itu diperlukan
suatu rangkaian kegiatan untuk memanfaatkan lahan secara menyeluruh yang berguna untuk
kegiatan pertanian. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan pertanian
berkelanjutan. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan penggunaan lahan secara
menyeluruh adalah survei tanah yang dilanjutkan dengan evaluasi lahan. Hal ini dikarenakan
diperlukannya data dan informasi lengkap mengenai faktor lingkungan fisik yang meliputi
sifat dan potensi lahan, keadaan iklim, dan syarat tumbuh tanaman yang akan dibudidayakan.
Survei tanah adalah suatu cara untuk mengumpulkan informasi berupa data fisik,
kimia, biologi, lingkungan dan iklim. Pengumpulan data dilakukan langsung dengan turun ke
lapangan. Beberapa kegiatan survei tanah diantaranya adalah pengumpulan data di lapangan
untuk dianalisis di laboraturium kemudian mengklasifikasikan tanah kedalam sistem
taksonomi untuk dilakukannya pemetaan tanah. Survei tanah disini diperlukan untuk
keperluan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dikumpulkan
seperti data iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemen.
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian menggunakan cara yang sudah teruji
untuk melihat potensi sumber daya lahan. Hasil dari evaluasi lahan ini akan memberikan
informasi atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan serta dapat menentukan jenis
4
tanaman apa yang baik untuk dibudidayakan di lahan tersebut. Dari kegiatan ini juga dapat
ditentukan sebaiknya penanganan apa yang perlu dilakukan untuk menciptakan lahan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu konsep pemikiran pertanian masa depan
yang tetap eksis, mampu mempertahankan produktivitas, dan besar manfaatnya bagi manusia
dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Pertanian berkelanjutan harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : tidak merusak lingkungan, didukung secara sosial, bersaing secara ekonomi
dan dapat memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
Salah satu faktor yang akan mempengaruhi terlaksananya konsep pertanian
berkelanjutan antara lain tersedianya lahan yang akan digunakan sebagai media bercocok
tanam. Untuk mempersiapan lahan yang baik perlu dilakukannya penilaian terlebih dahulu
menggunakan dua kegiatan penting yaitu survei tanah dan evaluasi lahan. Apabila kedua hal
tersebut telah dilakukan maka pemanfaatan lahan secara menyeluruh dapat terlaksana yang
tentunya akan bermanfaat dalam mendukung konsep pertanian berkelanjutan.
5
BAB II
ISI
2.1 Survei Tanah
Survei tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung
kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim.
Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis dilaboratorium, mengklasifikasikan
tanah kedalam sistem taksonomi atau sistem klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah
atau interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian (Abdullah,
1996).
Survei tanah memisahkan jenis-jenis tanah dan melukiskannya dalam suatu peta
disertai uraiannya. Klasifikasi dan survei tanah merupakan dwitunggal yang saling memberi
manfaat bagi peningkatan daya gunanya (Darmawijaya,1997).
Survei tanah yang dilakukan selain untuk melakukan tingkat kapabilitas atau
kemampuan lahan secara keseluruhan, juga dilakukan sebagai bahan untuk pemetaan tanah
dalam hubungannya dengan penentuan klasifikasi tanah (Sarief, 1986).
Proses pemetaan atau survei yang sebenarnya terdiri atas berjalan diatas lahan pada
interval yang teratur mencatat semua perbedaan tanah dan semua sifat permukaan yang
berkaitan, seperti kemiringan lereng, bukti erosi, penggunaan tanah, penutup vegetatif dan
sifat penamaan. Batas-batas secara langsung tergambar pada foto udara yang mewakili
kebanyakan tempat perubahan dari satu tipe tanah ke yang lainnya (Foth, 1994).
Adapun tujuan dari survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau
menyediakan informasi kepada pemakai tentang tanah, bentuk wilayah dan keadaan lain yang
perlu diperhatikan, Untuk menyediakan informasi yang akan membantu pengambilan
keputusan tentang penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah yang disurvei
(Hakim, dkk, 1986).
2.1.1 Metode Survei Tanah
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu
metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan
interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang
6
merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam metode grid
bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara
sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini
memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut :
1. Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya dengan
foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi
tutupan lahan.
2. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi
secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta
berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik
medan.
3. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya.
4. Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi, analisis dan
pencetakan peta.
Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya)
dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing – masing
titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda dengan satuan
peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).
2.1.2 Survei Tanah berdasarkan tujuannya
Berdasarkan tujuannya (yang akan menentukan intensitas pengamatan), survei tanah
dibedakan atas 6 macam, yaitu peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detail, detail dan
sangat detail (tabel 1). Masing –masing peta tersebut memiliki skala peta yang berbeda-beda
(Hakim, dkk, 1986).
7
Tabel 1. Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta
Maca
m Peta
Skala Luas tiap 1 cm2
pd peta
Kerapatan
pengamatan
ratarata
Satuan peta
dan
Satuan tanah
Contoh
penggunaanKisaran
Umumny
a
Bagan ≤
1:2.500.00
0
1:2.500.00
0
625 km2 Dihimpun dari data
peta yang ada (studi
pustaka)
Assosiasi dan
beberapa
konsosiasi:
ordo,
sub-ordo
Gambaran
umum tentang
sebaran tanah di
tingkat
nasional; materi
pendidikan
Eksplo
rasi
1:1.000.00
0
s/d
1:500.000
1:1.000.00
0
100 km2
atau kurang
Dihimpun dari data
peta yang ada (studi
pustaka)
Assosiasi dan
beberapa
konsosiasi: grup
dan sub-grup
Perencanaan
tingkat
nasional, untuk
menentukan
penelitian
secara terarah,
materi
pendidikan .
Tinjau 1:500.000
s/d
1:200.000
1:250.000
1:100.000
625 Ha
100 Ha
1 tiap 12,5km2
1 tiap 2km
Assosiasi dan
beberapa
konsosiasi:
subgrup dan
family
Perencanaan
pembangunan
makro di
tkt regional dan
provinsi;
Penyusunan tata
ruang
wilayah
provinsi,
Penyusunan
penggunaan
lahan secara
nasional;
Penentuan
lokasi
wilayaah
prioritas utk
dikembangkan
Semi-
detail
1:100.000
s/d
1:50.000 25 Ha 1 tiap 50 Ha Konsosiasi
beberapa
Penyusunan
peta tata
8
1:25.000 komplek
dan asosiasi,
family / seri.
ruang wilayah
kabupaten
/ kota;
Perencanaan
mikro untuk
proyek-proyek
pertanian,
perkebunan,
transmigrasi,
perencanaan
dan
perluasan
jaringan irigasi.
Detail 1:25.000
s/d
1:10.000
1:25.000
1:20.000
1:10.000
6, 25 Ha
5 Ha
1 Ha
1 tiap 12,5 Ha
1 tiap 8 Ha
1 tiap 2 Ha
Konsosiasi
beberapa
komplek:
Fase dari family
dan seri.
Perencanaan
mikro dan
operasional
proyekproyek
pengembangan
tkt
kabupaten atau
kecamatan,
transmigrasi,
perencanaan
dan
perluasan
jaringan irigasi
sekunder dan
tertier.
Sangat
Detail
≥
1:10.000
1:5.000 0,25 Ha Konsosiasi, fase
dari seri
Perencanaan
dan
pengolahan
lahan di tkt
petani,
penyusunan
rancangan usaha
tani
konservasi;
Intensifikasi
penggunaan
9
lahan kebun.
2.2 Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber
daya lahan. Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci
ke dalam kualitas lahan, dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih
karakteristik lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan
lahan yang diperlukan (Deptan, 2011).
Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk
penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan
pengolahan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik kimia tanah, potensi
penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya (Jones et al.; 1990), yang bertujuan untuk
memecahkan masalah jangka panjang terhadap penurunan kualitas lahan yang disebabkan
oleh penggunaannya saat ini, memperhitungkan dampak penggunaan lahan, merumuskan
alternatif penggunaan lahan dan mendapatkan cara pengelolaan yang lebih baik (Sys, 1985;
Rossiter, 1994).
Evaluasi lahan merupakan suatu proses untuk memprakirakan potensi lahan untuk
tanaman pangan, perkebunan, daerah turis, pemukiman dan daerah konservasi (Dent and
Young, 1987). Hasil dari evaluasi lahan merupakan pertimbangan dalam menentukan
penggunaan dan pengelolaan tanah yang diperlukan.
Menurut FAO (1977) keseuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi
dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan
kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan,
tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang
lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya
banjir.
Pengelolaan lahan merupakan hasil integrasi dari seluruh komponen lingkungan baik
fisik, kimia, biologi sosial dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan perencanaan
penggunaan lahan dengan mempertimbangkan kerusakan lingkungan dan konservasi lahan.
(Leuschner, 1984).
10
Konservasi lahan bukan ditujukan untuk tidak menggunakan lahan tetapi untuk
memanfaatkan lahan sebaik mungkin sdehingga resiko terhadap kerusakan bisa diminimkan
seminimal mungkin (Margules and Pressey, 2000). Penggunaan lahan tanpa memperhatikan
faktor kerusakan lingkungan akan menyebabkan kehilangan hutan, pertukaran iklim, erosi
tanah dan banjir. (Pearce, 2000).
2.2.1 Prinsip-prinsip Evaluasi Lahan
Dasar prinsip dari kerangka kerja evaluasi lahan diantaranya:
1. Kesesuaian lahan dinilai dan diklasifikasikan sesuai dengan penggunaan lahan yang
direncanakan;
2. Evaluasi memerlukan suatu perbandingan antara keuntungan yang akan diperoleh dan
masukan yang diberikan terhadap lahan;
3. Pendekatan multi disiplin;
4. Evaluasi dilaksanakan dengan pertimbangan berbagai faktor fisik, kimia tanah,
ekonomi dan sosial;
5. Kesesuaian telah memperhitungkan keberlanjutan penggunaan lahan dan;
6. Evaluasi meliputi berbagai pilihan penggunaan lahan.
(Zulkifli, 2006)
2.3 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mempertemukan kebutuhan
masa kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk mendapatkan
kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. 1 Konsep pembangunan berkelanjutan ini mulai
dijadikan acuan dalam program pembangunan dikemukakan oleh Komisi Bruntland yang
dibentuk oleh badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diberi nama World
Commission on Enviroment and Development (1987).
Dan dalam ilmu pertanian, seperti yang disampaikan oleh Technical Advisory
Committee of the CGIAR (TAC/CGIAR 1988), pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan
sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang
berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumber daya alam.
1 Mohammad Ali, (tahun), Pedidikan untuk Pembangunan Nasional, Jakarta : Grasindo, hal. 8211
Sehingga, pembangunan pertanian berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai sistem
pertanian yang dapat membuahkan manfaat atau kesejahteraan bagi segenap umat manusia
secara berkelanjutan melalui penggunaan sumberdaya secara efisien, penerapan IPTEK yang
ramah dan sesuai dengan daya dukung.
Pertanian berwawasan lingkungan selalu memperhatikan keadaan tanah, air, manusia,
hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang
berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah;
meningkatkan dan mempertahankan hasil yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya.
Tujuan utama program pembangunan Pertanian Berkelanjutan adalah meningkatkan
produksi pangan dengan cara yang berkelanjutan serta memperkuat ketahanan pangan. Dalam
Pertanian Berkelanjutan peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk
dilaksanakan secara berkelanjutan dengan dampak yang seminimal mungkin bagi lingkungan
hidup dan kesehatan masyarakat.
2.3.1 Perkembangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia
Pembangunan pertanian di Indonesia dimulai sejak masa orde baru. Sejak tahun 1969-
1994, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Selama dilaksanakan REPELITA menitik beratkan
programnya untuk menambah lapangan kerja di Indonesia, swasembada pangan dan
meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
Pada akhir tahun 90an terjadi krisis moneter yang mengakibatkan kejatuhan rezim orde
baru dan memasuki era globalisasi. Di era globalisasi ini pembangunan pertanian semakin
dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya.
Memasuki tahun 2000 pembangunan pertanian dilanjutkan dengan kegiatan revitalisasi
pertanian. Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti
penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui 26 peningkatan kinerja
sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.
Revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh
stakeholder dan mengubah paradigma pola piker masyarakat dalam melihat pertanian tidak
12
hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai sektor
yang multi-fungsi dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia
Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama
bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan
kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.
Oleh karena itu pada tahun 2004-2009 dilakukan program pengembangan agribisnis yang
merupakan operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui
pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan. Keberhasilan program ini
dibuktikan saat Indonesia berhasil mencapai swasembada beras sejak tahun 2007, serta
swasembada jagung dan gula konsumsi rumah tangga di tahun 2008.
Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, Peningkatan Diversifikasi
Pangan, Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor, dan Peningkatan Kesejahteraan
Petani merupakan program pembangunan pertanian pada periode 2010-2014 dari
Kementerian Pertanian.
Sayangnya pembangunan pertanian di Indonesia masih belum bisa dikategorikan
sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat
akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Selain itu,
usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya
pengendalian seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan
pemasaran. Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai
produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian. Alih guna lahan sawah ke areal pemukiman
dan industri sangat berpengaruh pada ketersedian lahan pertanian, dan ketersediaan pangan
serta fungsi lainnya
13
2.4 Hubungan antara survei tanah dengan evaluasi lahan dalam sistem pertanian
berkelanjutan
Diagram alir metoda evaluasi lahan
Dasar prinsip dari kerangka kerja evaluasi lahan adalah : 1. Kesesuaian lahan dinilai
dan diklasifikasikan sesuai dengan penggunaan lahan yang direncanakan, 2. Evaluasi
memerlukan suatu perbandingan antara keuntungan yang akan diperoleh dan masukan yang
diberikan terhadap lahan, 3. Pendekatan multi disiplin, 4. Evaluasi dilaksanakan dengan
pertimbangan berbagai faktor fisik, kimia tanah, ekonomi, dan sosial, 5. Kesesuaian telah
memperhitungkan keberlanjutan penggunaan lahan, dan 6. Evaluasi meliputi berbagai
pilihan.
Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah
atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik
lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam
dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan
14
data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan
tingkat dan skala pemetaannya.
Dari diagram metoda evaluasi lahan di atas dapat kita ketahui jika survei tanah itu
sangat mempengaruhi evaluasi lahan karena dengan adanya survei tanah maka evaluasi lahan
dapat dilakukan. Evaluasi lahan disini tidak terlepas dari kegiatan survei tanah. Survei tanah
sendiri dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan potensinya
untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Data yang dihasilkan ketika melakukan survei
tanah sangat mempengaruhi hasil evaluasi lahan. Dengan adanya survei tanah maka kita
dapat mengetahui perbedaan antara tanah yang satu dengan tanah yang lain, sedangkan
dengan adanya evaluasi lahan kita dapat mengetahui nilai potensi suatu lahan yang
digunakan.
Untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan, survei dan evaluasi lahan ini sangat
dibutuhkan karena dengan adanya survei dan evaluasi lahan maka kita mampu menghasilkan
hasil yang optimum dari kegiatan pertanian yang diusahakan.
2.5 Fungsi dan Kegunaan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
2.5.1 Survei Tanah
Berikut adalah kegunaan dan fungsi dari kegiatan survei tanah dan pemetaan,
diantaranya:
1. Pengukuran untuk mencari luas tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana
transmigrasi
2. Pengukuran untuk mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa
tanah yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan
peil suatu bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan
sebagainya.
3. Pengukuran untuk pembuatan peta (mapping)
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita harus
membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak
15
sempurna dinamakan peta. Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa,
kecamatan, kabupaten , propinsi bahkan setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya
yang disebut peta. Peta tersebut harus digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah,
baik pengukuran secara teoritis maupun secara fotogrametrik.
4. Pengukuran untuk merencanakan bangunan (perencanaan wilayah)
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan
atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan
jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan
disahkan oleh pemerintah daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah
merupakan hal sangat penting dalam merencana bangunan karena dapat memudahkan
menghitung rencana biaya.
5. Untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan
lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usaha tani.
Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat
tentang apa yang seyogyanya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan
untuk pengelolaan lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah penelitian
dan penilaian tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah,
kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batu-
batuan, mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase
internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, bahaya erosi bila tanah diolah, faktor-
faktor yang digunakan untuk menentukan kelas lahan, dan kelas kapabilitas lahan.
Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian diuji kesuburan, reaksi tanah,dan kondisi
alkalinitas/ salinitasnya.
Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang macam
tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana tanah tersebut
dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah homogen, melainkan
harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu polygon yang dicantumkan dalam satuan peta
tanah dapat diketahui satuan tanah utama (yang mendominasi) dan satuan peta tanah
pendamping (Foth, 1994).
2.5.2 Evaluasi Lahan
16
Fungsi evaluasi lahan secara umum ialah memberikan pengertian tentang hubungan
antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai
perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil, dengan
demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuain lahan bagi
suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
penggunaan lahan yang mungkin dilakukan. Kegunaan evaluasi lahan ditinjau dari keadaan
daerah yang akan dievaluasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi daerah kurang
maju dengan penduduk jarang dan daerah maju dengan penduduk rapat.
17
BAB III
KESIMPULAN
Survei tanah dan evaluasi lahan merupakan dua aspek penting dalam melaksanakan
pembangunan pertanian berkelanjutan. Survei tanah merupakan metode dalam
mengumpulkan data di lapangan dan data yang telah didapat tersebut kemudian dianalisis dan
dikumpulkan hingga didapatkan sebuah hasil. Langkah kedua ialah menentukan kegunaan
lahan tersebut, dan untuk mengetahuinya dibutuhkan kegiatan evaluasi lahan. Evaluasi lahan
adalah proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk penggunaan tertentu yang
berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan pengolahan lahan. Evaluasi lahan
meliputi interpretasi data fisik kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan
sebelumnya.
Pembangunan pertanian berkelanjutan sendiri ialah pembangunan yang
mempertemukan kebutuhan masa kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang
untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Hal ini berkorelasi dengan tujuan
dari dilaksanakannya evaluasi lahan, yaitu untuk memecahkan masalah jangka panjang
terhadap penurunan kualitas lahan yang disebabkan oleh penggunaannya saat ini,
memperhitungkan dampak penggunaan lahan, merumuskan alternatif penggunaan lahan dan
mendapatkan cara pengelolaan yang lebih baik.
Fungsi dari evaluasi dan survei tanah sendiri ialah memberikan pengertian tentang
hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana
berbagai perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil,
dengan demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuain lahan
bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
penggunaan lahan yang mungkin dilakukan.
18
Untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan, survei dan evaluasi lahan ini sangat
dibutuhkan karena dengan adanya survei dan evaluasi lahan maka kita mampu menghasilkan
hasil yang optimum dari kegiatan pertanian yang diusahakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuzadan. 2011. Panduan Evaluasi dan Kesesuaian Lahan. Diakses melalui:
http://abuzadan.staff.uns.ac.id/2011/03/31/panduan-evaluasi-dan-kesesuaian-lahan/
pada 31 Agustus 2013
Ali, Mohammad. 2002. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta : Grasindo.
Anonim. 2011. Evaluasi Lahan. Diakses melalui
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php pada 31 Agustus 2013
Anonim. 2011. Pendahuluan. Diakses melalui:
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/pendahuluan.php [31 Agustus 2013]
Anonim. 2011. Tinjauan Pustaka . Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19210/4/Chapter%20II.pdf pada 31
Agustus 2013
Benediktus Sihotang. (2009). “Pembagunan Pertanian Berkalanjutan dengan Pertanian
Organik.” Diunduh melalui
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/110 pada
tanggal 31 Agustus 2013
Djaenudin, D dkk. 2011. PETUNJUK TEKNIS EVALUASI LAHAN UNTUK KOMODITAS
PERTANIAN. Bogor. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Ismangun dkk. 1994. Panduan Survei Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor
19
Mangunsukardjo, K., 1977, Interpretasi Citra untuk Inventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya
Lahan, PUSPICS, Fakultas Geografi UGM dengan Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional.
Salikin, A.,Karwan. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisius.
Worosuprojo, S., 2007, Pengelolaan sumberdaya lahan berbasis spasial dalam
pembangunan berkelanjutan di Indonesia, Pidato pengukuhan jabatan guru besar pada
fakultas geografi Universitas Gadjah Mada.
Zulkifli Nasution. 2006. Evaluasi lahan daerah tangkapan hujan danau toba sebagai dasar
perencanaan tata guna lahan untuk pembangunan berkelanjutan. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Diunduh melalui
(http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_zulkifli_nasution.pdf) pada
1 September 2013
20