makalah ekonomi internasional klompok 7

42
Konversi Utang Luar Negeri Indonesia melalui Debt Swap Disusun oleh: Ida Farida 5552101257 Khairunnisa Nur’aini 5552101284 Lystia Yuliyanti 5552101415 Marintan Lestari S 5552101020 Mega Ayu Febriyana 5552101442

Upload: marintanlestarisimorangkir

Post on 24-Jul-2015

679 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Konversi Utang Luar Negeri Indonesia

melalui Debt Swap

Disusun oleh:

Ida Farida 5552101257

Khairunnisa Nur’aini 5552101284

Lystia Yuliyanti 5552101415

Marintan Lestari S 5552101020

Mega Ayu Febriyana 5552101442

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Tahun 2012

Page 2: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Internasional dengan judul ”Konversi

Utang Luar Negeri Indonesia melalui Debt Swap”. Makalah Ekonomi Internasional

ini mengenai utang luar negeri Indonesia. Makalah ini dapat kami selesaikan berkat

bantuan beberapa pihak, diantaranya Bapak Kuswantoro selaku dosen pengampu mata

kuliah Ekonomi Internasional serta teman-teman yang telah membantu, yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharap saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan

makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para

pembaca. Amin.

Serang, Juni 2012

Penyusun

Page 3: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Daftar Isi

kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

Bab I

Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Bab II

Pengertian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Sejarah Utang Luar Negeri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Jenis-jenis Utang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Lembaga/Pihak Pemberi Pinjaman. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

Prosedur Penarikan Utang uar Negeri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

Artikel mengenai Debt swap . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 11

Bab III

Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

Page 4: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang membangun perekonomiannya masih bersifat

terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu

adanya fundasi yang kokoh yang dapat membentengi suatu negara agar tidak sepenuhnya

dapat terpengaruh dari dunia luar. Selain faktor dari luar, salah satu penyebab krisis yang

terjadi di Indonesia juga berasal dari dalam negeri, yaitu proses integrasi perkonomian

Indonesia ke dalam perekonomian global yang berlangsung dengan cepat dan kelemahan

fundamental mikroekonomi yang tercermin dari kerentanan (fragility) sektor keuangan

nasional, khususnya sektor perbankan, dan masih banyak faktor-faktor lainnya yang

berperan menciptakan krisis di Indonesia (Syahril, 2003:4).

Krisis ekonomi telah membawa dampak yang serius terhadap perekonomian

Indonesia, yang menimbulkan stagflasi dan instabilisasi perekonomian, menurunnya

tingkat produksi secara drastis sebagai akibat tingginya ketergantungan produsen

domestik terhadap barang dan jasa impor, laju inflasi yang tinggi, pemutusan hubungan

tenaga kerja, menurunnya pendapatan masyarakat mengaibatkan turunnya daya beli

masyarakat.

Awal-awal menjelang Krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia

menunjukkan perkembangan yang baik, yang artinya tidak ada tanda-tanda yang terlalu

merisaukan atau memberi tanda krisis yang serius akan menerpa. Sejak akhir dasawarsa

1980-an pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sekitar 8% per tahun pada

pertengahan 1997 tumbuh dengan laju tahunan 7,4%, (Boediono, 2008:81). Justru

kepanikan terjadi karena adanya peningkatan harga yang sangat tajam barang-barang dan

jasa akibatnya melemahnya kurs rupiah terhadap dollar.

Salah satu beban ekonomi Indonesia adalah utang luar negeri yang terus

membengkak, Utang ini sudah begitu berat mengingat pembayaran cicilan dan bunganya

yang begitu besar. Biaya ini sudah melewati kapasitas yang wajar sehingga biaya untuk

kepentingan-kepentingan yang begitu mendasar dan mendesak menjadi sangat minim

yang berimplikasi sangat luas. Sebagai negara berkembang yang sedang membangun,

yang memiliki ciri-ciri dan persoalan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang hampir

Page 5: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

sama dengan negara berkembang lainnya,Indonesia sendiri tidak terlepas dari masalah

utang luar negeri, dalam kurun waktu 25 tahun terakhir,utang luar negeri telah

memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan di Indonesia. Bahkan

utang luar negeri telah menjadi sumber utama untuk menutupi defisit Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan memberikan kontribusi yang berarti bagi

pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Meskipun utang luar negeri (foreign debt) sangat membantu mentupi kekurangan

biaya pembangunan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) namun

persoalan pembayaran cicilan dan bunga menjadi beban yang terus menerus harus

dilaksanakan,apalagi nilai kurs rupiah terhadap dollar cenderung tidak stabil setiap hari

bahkan setiap tahunnya.

Pertengahan tahun 1997 Indonesia telah mengalami krisis moneter yang

disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya besarnya jumlah hutang swasta jangka

pendek dan menengah serta utang-utang pemerintah yang menyebabkan nilai tukar

Rupiah tertekan, kebijakan fiskal dan moneter yang tidak konsisten, membesarnya defisit

neraca berjalan dan terdepresiasinya mata uang Bath dan berimbas pada nilai dollar. Di

Indonesia hal ini juga membuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap

Rupiah sehingga masyarakat menyerbu Dollar untuk mengamankan kekayaanya.

Dengan adanya krisis ekonomi tersebut kinerja perbankan Indonesia terus

menunjukkan perkembangan yang memburuk. Hal ini ditandai dengan hilangnya

kepercayaan masyarakat dengan terjadinya penarikan besar-besaran (Rush). Berdasarkan

data Bank Indonesia, Jumlah pinjaman luar negeri pasca krisis pun meningkat yaitu pada

tahun 2000 dalam juta dollar sebesar US$ 133.073,00 padahal sebelumnya pada tahun

1998 dan 1999 jumlah utang luar negeri Indonesia adalah US$ 20.567,00 dan US$

110.934,00.

Pasca awal terjadinya krisis, yaitu tahun 1999 pemerintah sudah mengambil

langkah seribu untuk menambah jumlah hutang atau pun pinjaman dari pihak asing.

Meningkatnya jumlah pinjaman pada tahun 2000 yakni sebesar US$ 133.073,00 terjadi

karena adanya tindakan pemerintah untuk menstabilkan nilai rupiah terhadap mata uang

asing sehingga hal ini membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar, sementara

cadangan devisa sebelumnya sudah terkuras untuk menghadapi kepanikan masyarajat

yang secara beramai-ramai membeli dollar secara besar-besaran dengan asumsi dollar

akan naik lagi.

Page 6: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Penurunan nilai tukar Rupiah yang sangat tajam sebagai rangkaian krisis

ekonomi dan krisis moneter yang melanda Indonesia sejak bulan Juli 1997

mengakibatkan sebagian besar peminjam swasta tidak dapat lagi memenuhi kewajiban

luar negeri yang jatuh tempo. Sementara itu disisi Pemerintah, krisis nilai tukar juga

menyebabkan meningkatnya beban pembayaran kembali pinjaman luar negeri yang akan

menjadi beban dalam APBN. Untuk menyelesaikan permasalahan pinjaman luar negeri

tersebut, untuk pinjaman yang diterima swasta, Pemerintah telah membentuk Tim

Penanggulangan Masalah Utang-Utang Perusahaan Swasta Indonesia (THSI).

Sedangkan utang penyelesaian pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah,

dibentuk satuan tugas yang terkoordinir yang terdiri dari Departemen Keuangan, Bank

Indonesia dan Bappenas dalam rangka melaksanakan negosiasi restrukturisasi utang.

Baik THIS maupun satgas yang dibentuk Pemerintah tersebut, mempunyai tugas untuk

melakukan negosiasi terhadap kreditur luar negeri dalam rangka restrukturisasi pinjaman

luar negeri yang diterima swasta, Pemerintah Indonesia telah melakukan pembicaraan

dengan steering committee yang terdiri atas 13 perbankan internasional dengan co-

chairman Deutche Bank, Chase Manhattan Bank dan Bank of Tokyo Mitsubishi untuk

mewakili seluruh kreditur. Dalam perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan

steering committee yang berlangsung di Frankfurt tanggal 1-4 Juni 1998, menghasilkan

Frankfurt Agreement yang terdiri atas 3 kesepakatan :

• Trade Maintenance Facility (TMF), yaitu perbankan luar negeri akan memberikan dan

membuka credit line dalam rangka perdagangan internasional kepada perbankan

Indonesia

• Interbank Debt Exchange Offer Program (EOP), yaitu perbankan luar negeri akan

menjadwal ulang pinjaman luar negeri perbankan Indonesia

• Indonesian Debt Restructuring Agency (INDRA), yaitu penyelesaian utang luar negeri

swasta melalui upaya restrukturisasi utang.

Sementara itu untuk menyelesaikan utang luar negeri Pemerintah, telah dilakukan

berbagai upaya dan negosiasi untuk mendapatkan keringanan pembayaran utang dengan

memanfaatkan forum Paris Club. Dalam 3 kali pertemuan, telah dihasilkan perolehan

keringanan pembayaran pinjaman dengan penjadwalan kembali pembayaran utang dari

kesepakatan sebelumnya, baik pokok maupun bunganya (Laporan BI,2005).

Page 7: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara utang luar negeri dan pertumbuhan

ekonomi di Indonesia

2. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara utang luar negeri

dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

3. Untuk mengetahui pengaruh Utang luar negeri (foreign debt) terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter

4. Untuk mengetahui sejauh mana dampak restrukturisasi utang luar negeri Indonesia

Page 8: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Bab II

ISI

2.1 Pengertian

Utang luar negeri merupakan jenis pinjaman yang berasal dari luar negeri dan

memiliki persyaratan tertentu yang dibebankan kepada pihak (negara) penerima utang

tersebut. Dalam pengertian anggaran negara, utang luar negeri disebut juga sebagai

sumber pendanaan alternatif yang digunakan untuk pembiayaan anggaran negara. Utang

luar negeri dapat menjadi sumber pendanaan anggaran (APBN), akan tetapi di sisi lain

menjadi beban anggaran, karena dibebankan persyaratan pembayaran bunga dan cicilan

pokok utang luar negeri.

Keputusan untuk mengambil utang luar negeri dikarenakan keterbatasan sumber-

sumber pendanaan ataupun pembiayaan di dalam negeri. Pemerintah membutuhkan

pendanaan yang cukup besar untuk sejumlah pengeluaran yang tidak bisa hanya

mengandalkan dari sumber penerimaan dalam negeri. Misalnya, untuk keperluan

penyediaan infrastruktur, pendanaan tahap awal pelaksanaan program pembangunan,

dan pendanaan dalam negeri lainnya. Idealnya pengeluaran hendaknya menyesuaikan

dengan besarnya sumber-sumber pendanaan di dalam negeri. Namun, melihat dinamika

pembangunan dan kebutuhannya akan membuka pilihan alternatif pendanaan yang

berasal dari luar negeri berupa utang.

Bentuk utang luar negeri dapat berupa dana segar ataupun berupa dana yang

sudah dikonversikan ke dalam bentuk program ataupun proyek tertentu. Bentuk lain dari

utang luar negeri dapat berupa surat-surat utang atau obligasi negara. Sekalipun

tergolong utang luar negeri, akan tetapi seperti surat utang ataupun obligasi negara

memiliki mekanisme pembayaran yang berbeda dengan utang luar negeri.

Dengan semakin bertambahnya hutang luar negeri Indonesia, maka pemerintah

sedang mempertimbangkan sejauh mana Indonesia membutuhkan restrukturisasi hutang.

Restrukturisasi hutang adalah pembayaran hutang dengan syarat yang lebih lunak atau

lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran hutang sebelum dilakukannya

proses restrukturisasi hutang, karena adanya konsesi khusus yang diberikan kreditur

hanya kepada debitur yang mengalami kesulitan keuangan.

Page 9: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

2.2 Sejarah Utang Luar Negeri

a. Utang Era Soekarno (1945–1966)

Presiden Soekarno adalah sosok pemimpin yang sebenarnya anti utang. Salah

satu bapak pendiri bangsa ini pernah memberikan satu pernyataan terkenal yaitu “Go To

Hell with Your Aid” yang menyikapi campur tangan IMF pada peristiwa konfrontasi

Indonesia dengan Malaysia pada 1956. Dari pernyataan tersebut, Soekarno dapat

dikategorikan sebagai pemimpin yang tegas dan berani mengambil sikap untuk menolak

intervensi asing. Namun, pada akhir pemerintahan Soekarno, negara ini ternyata

dibebani oleh utang. Seperti dikutip dari harian Republika (17/4/2006), jumlah utang

Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno sebesar US$6,3 miliar, terdiri dari US$4

miliar adalah warisan utang Hindia Belanda dan US$2,3 miliar adalah utang baru.

Utang warisan Hindia Belanda disepakati dibayar dengan tenor 35 tahun sejak 1968

yang jatuh tempo pada 2003 lalu, sementara utang baru pemerintahan Soekarno

memiliki tenor 30 tahun sejak 1970 yang jatuh tempo pada 1999.

b. Utang Era Soeharto (1966–1998)

Pada masa Orde Baru, utang didefinisikan menjadi penerimaan negara.Berarti

pemerintah saat itu membiayai program-program pemerintah melalui instrumen

pendapatan yang salah satunya adalah utang.Jika dilihat dari struktur anggaran

pemerintah, maka utang dimasukkan ke dalam porsi penerimaan selain pajak.

Akibatnya, pengelolaan utang negara pun menjadi sangat tidak transparan. Orde Baru

“diklaim” berutang sebesar Rp1.500 triliun yang jika dirata-ratakan selama 32 tahun

pemerintahannya maka utang negara bertambah sekitar Rp46,88 triliun tiap tahun.

Sampai 1998, dari total utang luar negeri sebesar US$171,8 miliar, hanya sekitar

73% yang dapat disalurkan ke dalam bentuk proyek dan program, sedangkan sisanya

(27%) menjadi pinjaman yang idle dan tidak efektif. Pada masa Orde Baru, kredit

Indonesia mendapat rating BBB dari Standard & Poor’s (S&P), lembaga penilai

keuangan internasional. Rating BBB, yang hanya satu tingkat di bawah BBB+,

membuat iklim investasi dan utang Indonesia pada masa Orde Baru dinilai favorable

bagi para investor, baik domestik maupun asing.Komposisi utang Orde Baru terdiri atas

utang jangka panjang dengan tenor 10–30 tahun. Menteri Keuangan Sri Mulyani

Indrawati mengeluarkan pernyataan bahwa utang Orde Baru jatuh tempo pada 2009

dengan struktur utang yang jatuh tempo sepanjang tahun 2009 adalah sebesar Rp94

Page 10: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

triliun, terdiri dari Rp30 triliun berupa utang domestik dan Rp64 triliun berupa utang

luar negeri.

c. Utang Era Habibie (1998–1999)

Masa pemerintahan B. J. Habibie merupakan pemerintahan transisi dari Orde

Baru menuju era Reformasi.Habibie hanya memerintah kurang lebih setahun, 1998–

1999.Pada 1998 terjadi krisis moneter yang menghempaskan perekonomian Indonesia

dan pada saat yang bersamaan juga terjadi reformasi politik.Kedua hal ini

mengakibatkan rating kredit Indonesia oleh S&P terjun bebas dari BBB hingga terpuruk

ke tingkat CCC.Artinya, iklim bisnis yang ada tidak kondusif dan cenderung berbahaya

bagi investasi. Pada masa pemerintahan Habibie, utang luar negeri Indonesia sebesar

US$178,4 miliar dengan yang terserap ke dalam pembangunan sebesar 70%, dan

sisanya idle. Terjadinya penurunan penyerapan utang, yaitu dari 73% pada 1998

menjadi 70% pada 1999, disebabkan pada 1999 berlangsung pemilihan umum yang

menjadi tonggak peralihan dari Orde Baru menuju era Reformasi. Banyak keraguan

baik di kalangan investor domestik maupun investor asing terhadap kestabilan

perekonomian, sementara pemerintah sendiri saat itu tampak lebih “disibukkan” dengan

pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

2.3 Jenis-jenis Utang Luar Negeri

Secara umum utang luar negeri dibagi menjadi 3 jenis:

a. Bantuan Program

Bertujuan menunjang neraca pembayaran dan anggaran pembangunan. Bantuan dalam

bentuk devisa ini akan menunjang neraca pembayaran dalam usaha memenuhi

kebutuhan impor, sedangkan nilai lawan rupiahnya dimasukkan dalam kas Negara.

b. Bantuan Proyek

Dapat berbentuk hibah atau pinjaman dan digunakan untuk membiayai berbagai

kegiatan proyek pembangunan baik dalam rangka rehabilitasi, pengadaan

barang/peralatan dan jasa, perluasan ataupun pengembangan proyek baru.

c. Bantuan Teknis

Seluruh utang luar negeri yang diberikan Negara/lembaga pemberi bantuan dalam

bentuk jasa keahlian dan fasilitas keahlian dengan tujuan untuk mempercepat proses

alih teknologi dan keterampilan. Umumnya dalam bentuk hibah.

Page 11: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Dari ke-3 jenis ini, hanya pinjaman dalam bentuk Bantuan Program dan Bantuan

Teknis yang berupa block grant dan dalam bentuk tunai (in cash). Arus kas masuk dapat

langsung digunakan Indonesia dengan bebas, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai

dengan keperluan bangsa Indonesia sendiri. Sementara bantuan proyek biasanya adalah

fasilitas berbelanja secara kredit ke Negara-negara pemberi utang. Oleh sebab itu jenis

penggunaan bantuan ini biasanya terkait langsung dengan proyek-proyek fisik yang telah

disepakati dalam perjanjian utang dengan pihak lender.

2.5 Lembaga / Pihak Pemberi Pinjaman

Dikutip dari data Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Selasa

(22/5/2012), per April 2012, negara pemberi utang terbesar ke Indonesia adalah Jepang

dengan nilai Rp 274,68. Secara persentase, utang dari Jepang mempunyai porsi 44% dari

total utang luar negeri bilateral pemerintah Indonesia.

Berikut daftar 3 besar negara pemberi utang bilateral ke Indonesia : Jepang,

Prancis dan Jerman. Selain negara, utang luar negeri Indonesia juga didapat dari lembaga

multilateral yang totalnya Rp 212,92 triliun. Berikut daftar lembaga multilateral pemberi

utang terbesar ke Indonesia:

Bank Pembangunan Asia (ADB/Asian Development Bank)

Bank Dunia

Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB)

Lembaga multilateral lainnya

2.6 Prosedur Penarikan Utang Luar Negeri

Sebagaimana diatur dalam SKB antara Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas

No. 185/KMK.03/1995 dan No. KEP. 031/KET/5/1995 tentang Tata cara Pelaksanaan /

Penatausahaan, dan Pernantauan Pinjainan/Hibah Luar Negeri dalam rangka

pelaksanaan APBN dan Perubahannya No. 459/KMK.03/1999 dan No.KEP

264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999, penarikan pinjaman luar negeri dapat

dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

A. Pembukaan Letter of Credit (L/C) oleh Bank Indonesia

Page 12: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

B. Pembayaran Langsung (Direct Payment) oleh Lender

Direct payment adalah transfer pembayaran langsung kepada rekanan

(kontraktor proyek) oleh lender. Pelaksanaan transfer oleh lender dilakukan atas dasar

permintaan dari Pemerintah / Depkeu.

C. Penggantian Pembiayaan Pendahuluan (Reimbursement)

Page 13: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Adalah penarikan pinjaman luar negeri untuk mengganti pembayaran

pembiayaan yang telah dilakukan terlebih dahulu dengan dana sendiri, atas beban

rekening BUN.

D. Rekening Khusus (Special Account) di Bank Indonesia

Rekening Khusus atau Special Account adalah rekening yang dibuka dalam

rangka pencairan pinjaman luar negeri. Penggunaan rekening khusus dimaksudkan

untuk meningkatkan percepatan daya serap pinjaman luar negeri. Rekening khusus juga

dimaksudkan lender untuk menghimpun berbagai dropping dana yang jumlahnya relatif

kecil. Rekening ini digunakan untuk menampung dropping dana pinjaman luar negeri

untuk satu proyek tertentu yang dibiayai. Terdapat dua macam dropping dana dari

lender dalam rangka rekening khusus, yaitu:

• Initial Deposit, yaitu pengisian rekening khusus oleh lender atas permintaan

Pemerintah untuk pertama kali

• Replenishment, yaitu pengisian kembali rekening khusus setelah dana dalam

rekening tersebut ditarik oleh Pemerintah guna membiayai proyek.

Biaya dan Fee Yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman

Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh penerima pinjaman luar negeri adalah:

• Bunga Pinjaman, merupakan biaya bunga atas fasilitas pinjaman luar negeri yang telah

disediakan yang telah ditarik (disburshed loan). Besarnya bunga pinjaman telah

Page 14: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

ditetapkan dalam perjanjian pinjaman (loan agreement) tergantung pada jenis pinjaman,

yaitu pinjaman lunak, semi lunak, komersial.

• Commitment Fee, yaitu fee yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman (lender) atas

komitmen pinjaman yang telah diberikan dan telah dituangkan dalam loan agreement.

Besarnya commitment fee dihitung berdasarkan plafond pinjaman yang belum ditarik

(undisburshed loan).

• Administration Fee,

• Agent Fee, adalah fee yang dibayarkan kepada agen yang ditunjuk oleh Pemerintah RI

dalam rangka perolehan pinjaman sindikasi. Agen tersebut berfungsi sebagai

penghubung antara Pemerintah RI dengan seluruh member dapam kredit sindikasi.

2.6 Perlukah adanya Debt Swap Utang luar negeri Indonesia ?

Berikut ini beberapa artikel mengenai debt swap dan konversi utang luar negeri :

Pemerintah Upayakan ''Debt Swap''

Jakarta (Bali Pot) –

Pemerintah akan mengupayakan mekanisme debt swap (pertukaran utang dengan

program-red) kepada negara-negara maju. Alternatif pendanaan pembangunan ini dirasa

lebih menguntungkan ketimbang pinjaman lunak bahkan hibah sekalipun.

"Paling enak debt swap karena duit sudah ada, sudah kita pakai di APBN. Tetapi

sebelum kita kirim (kembalikan) kita tanya dulu sama kedutaan besar mereka di Jakarta,

ada yang mau enggak debt swap," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Dorojatun Kuntjoro-Jakti di Jakarta, Selasa (5/8) kemarin.

Djatun mencontohkan, utang ditukar dengan mensponsori terumbu karang di kawasan

timur Indonesia. Kemudian, ditukar dengan program membantu pendidikan dasar dan

pelatihan bidan di pedesaan. "Kita cari negaranya yang bersedia melakukan itu, sehingga

uang yang diparkir tidak jadi dikirim ke mereka," ujar Dorojatun dengan sikap optimis.

Namun, ia mengaku pola debt swap ini baru disetujui Jerman selaku negara kreditor.

Opsi yang ditawarkan bisa melalui forum multilateral seperti Consultative Group on

Indonesia (CGI) atau melalui hubungan bilateral antarkedua negara.

Mengenai debt swap yang ditawarkan Jerman, menurutnya, dialokasikan pada kegiatan

perbaikan pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu pendidikan dasar. "Jerman sudah

kita usahakan lagi di CGI. Maunya sampai puluhan juta dolar," katanya. Menyangkut

usulan debt swap tersebut, menurut Djatun, memang ditemui kendala, seperti

Page 15: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

ketidaksiapan parlemen dari negara kreditur bersangkutan siap. Pemahaman definisi dari

debt swap memang masih menjadi perdebatan. Beberapa negara mau bicara debt equity

swap (ditukar dengan saham), debt poverty swap (program kemiskinan) dan debt nature

swap (lingkungan hidup). "Tetapi kita harus kejar terus keperincian yang lebih jauh,

jangan hanya ke saham, lingkungan hidup, kemiskinan saja." (kmb2)

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/8/6/e3.htm

4 Negara Sepakati Konversi $75 Juta Utang Indonesia

Kamis, 15 Juli 2010 15:42 WIB | 1560 ViewsJakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tengah menjalankan proyek-proyek

terkait debt swap (konversi utang) yang disepakati bersama empat negara kreditor,

Jerman, Italia, Amerika Serikat, dan Australia.

Program debt swap dengan Australia ditandatangani di Jakarta Kamis ini yang

melibatkan tiga pihak yaitu Pemerintah Indonesia, Pemerintah Australia dan Global

Fund, kata Deputi Menteri Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan

Internasional Rizal Affandi Lukman.

Melalui program itu utang Pemerintah Indonesia sebesar 75 juta dolar Australia dihapus,

dan setengah dari jumlah itu akan digunakan untuk pemberantasan tubercolosis di

Indonesia melalui Global Fund.

Program debt swap merupakan program pengurangan stok utang luar negeri Pemerintah

Indonesia yang disepakati bersama dengan negara kreditur yang tergabung dalam Paris

Club. Kesepakatan itu tertuang dalam article IV dari perjanjian penjadualan utang dari

Paris Club II dan III, di mana pelaksanaannya dilakukan melalui kesepakatan dengan

negara-negara kreditur secara bilateral.

Tiga negara lain yang telah memberi pengalihan utang kepada Indonesia adalah Jerman,

Italia, dan Amerika Serikat. Tahap pertama penandatangan perjanjian dengan AS 30 Juni

2009. Selanjutnya Pemerintah AS juga menawarkan TFCA tahap II senilai 20 juta dolar

AS dengan tambahan dana 20 persen atau 4,0 juta dolar AS dari swap partner.

Dari beberapa NGO yang diundang jadi swap partner, ada tiga NGO yang menyatakan

kesediaan yaitu WWF Indonesia, The Nature Consevancy, dan Conservation

Internasional. "Saat ini sedang dilakukan pembahasan mekanisme dan penunjukan swap

partner," kata Rizal.

Page 16: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Berikut rincian debt swap untuk Indonesia dengan Jerman, Italia, dan AS:

Jerman 143,6 juta Euro

- Debt swap I (untuk pendidikan) sebesar 25,56 juta Euro- Debt swap II (pendidikan) sebesar 23,00 juta Euro- Debt swap III (lingkungan hidup) 25,00 juta Euro- Debt swap IV (pendidikan) 20 juta Euro- Debt swap V (kesehatan) 50 juta Euro.

Italia (bagi proyek-proyek rekonstruksi dan Program Keluarga Harapan di NAD dan

Nias).

- Tahap I sebesar 1,43 juta Euro dan 5,03 juta dolar AS pada November 2007 dan penghapusan

- Tahap II sebesar 2,50 juta Euro dan 11,64 juta dolar AS.Amerika Serikat

AS disepakati pelaksanaan program debt swap Tropical Forest Conservation Act (TFCA)

yang menghapuskan utang luar negeri Indonesia sebesar 20 juta dolar AS dan 2,0 juta

dolar AS. (ANT/S026)

Editor: Suryanto

http://www.antaranews.com/berita/1279183345/4-negara-sepakati-konversi-75-juta-utang-indonesia

Wapres Minta Pengertian Kreditor Pertimbangkan Debt Swap

Jakarta, 7 Agustus 2002 15:35

Wakil Presiden Hamzah Haz mengharapkan pengertian negara-negara kreditor yang

menolak usulan Indonesia berupa program "debt swap" agar mau mempertimbangkan

kembali keputusannya demi untuk kepentingan bersama. Hal tersebut dikemukakan

Wapres Hamzah Haz, seusai membuka seminar tentang pluralisme yang diselenggarakan

Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) di Jakarta, Rabu. Hamzah Haz

mengatakan, negara-negara kreditor yang menolak debt swap tersebut perlu lebih

memikirkan ke depan. 

"Debt swap itu kan untuk kepentingan kita dan juga buat kepentingan mereka," kata

Wapres Hamzah Haz.  Menurut dia, jika Indonesia sudah mampu mengurangi

kemiskinan dan kegiatan ekonomi tumbuh, maka bagi luar negeri itu merupakan

`market` potensial. 

"Jadi, diharapkan pengertian dari negara-negara yang sekarang menolak itu,"

tambahnya. Seperti diberitakan sebelumnya, delapan negara kreditor menyambut baik

permintaan pemerintah Indonesia untuk melakukan program debt swap, sementara empat

Page 17: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

negara lainnya menyatakan menolak melakukan program tersebut dengan beberapa

alasan. 

Delapan negara tersebut adalah Kanada, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia, Selandia

Baru, Swedia dan Inggris. Sementara empat negara lainnya yang juga menolaknya

adalah Austria, Denmark, Jepang dan Korea Selatan. Sedangkan Australia masih akan

mempertimbangkannya untuk mengikuti program tersebut.  Kebanyakan negara kreditor

menginginkan pelaksanaan program debt swap yang berkaitan dengan program

pembangunan, pemberantasan kemiskinan, dan lingkungan hidup. 

Negara-negara yang menolak program itu, seperti Austria, menyatakan, mereka tidak

mempunyai dasar hukum untuk debt swap atau mengkonversi utang luar negeri dengan

negara yang dalam kesepakatan Paris Club, utangnya tidak dapat dihapuskan, seperti

Indonesia. 

Jepang menolaknya, karena mereka menyatakan program itu dipandangnya sebagai salah

satu bentuk debt reduction yang bagi pemerintah Jepang merupakan masalah

sensitif. Jepang hanya menegaskan untuk memperpanjang fasilitas special yen loan dan

hibah untuk memulihkan ekonomi Indonesia. [Tma, Ant]

http://arsip.gatra.com/2002-08-07/artikel.php?id=19568

Diajukan "Debt Swap" Senilai 23 Juta Euro

Jakarta, Kompas - Pemerintah akan melakukan moratorium utang dari Jerman dengan

mengembangkan program debt swap tahap II dengan jumlah penghapusan utang 23

juta euro (sekitar Rp 230 miliar) yang segera direalisasikan. Selain itu, pemerintah

juga telah mempersiapkan penghapusan utang dari Jerman tahap III dengan jumlah

25 juta euro.

Demikian diutarakan Menteri Keuangan Boediono dalam Rapat Kerja dengan Panitia

Anggaran DPR di Jakarta, Senin (30/8). Sebelumnya pemerintah telah berhasil

melakukan penghapusan utang dari Jerman sebanyak 50 juta mark yang dilakukan

melalui program debt for education swap. "Namun, untuk debt swap tahap II dan III

dengan Jerman, kami belum tahu detail programnya," katanya.

Selain dari Jerman, kata Boediono, pemerintah juga sedang membahas upaya

pengurangan utang melalui program debt swap dengan Inggris, Perancis, dan

Italia. "Namun ini masih dalam tahap awal," katanya. Menurut dia, pada

Page 18: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

masa lalu pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk mengurangi beban

utang, antara lain melalui penjadwalan kembali utang luar negeri (rescheduling),

pengurangan utang melalui program konversi utang, menyusun kembali waktu jatuh

tempo (reprofiling) utang dalam negeri, dan mengupayakan pinjaman dengan kondisi

yang lebih lunak, dalam artian dikenai suku bunga yang lebih rendah dan jangka

waktu pembayaran yang lebih panjang. "Sejauh ini, pemerintah telah melakukan

penjadwalan utang luar negeri melalui skema Paris Club I, II, dan III senilai 15 miliar

dollar AS untuk periode Agustus 1998 sampai Desember 2003. Namun, upaya

penjadwalan ulang utang melalui skema Paris Club hanya dimungkinkan selama

Indonesia mengikuti program IMF," katanya.

Adapun saat ini Indonesia sudah memutuskan kerja sama dengan Dana

Moneter Internasional (IMF).

(BOY/FAJ)

http://www.suarapembaruan.com/News/2004/08/31/Ekonomi/eko02.html

Paris Club adalah grup informal pejabat-pejabat finansial dari 19 negara terkaya

di dunia, yang menyediakan layanan finansial seperti strukturisasi hutang, keringanan

hutang, pembatalan hutang kepada negara peminjam dan para kreditornya. Umumnya,

negara penghutang direkomendasikan oleh Dana Moneter Internasional untuk

menempuh jalur ini setelah solusi alternatif lainnya gagal. Paris Club bersidang setiap 6

minggu di Paris, Perancis. Lembaga ini diketuai oleh pejabat senior Departemen

Keuangan Perancis. Lembaga ini berawal dari pembicaraan mengenai krisis yang

diadakan di Paris pada tahun 1956 antara negara Argentina dan para kreditornya. Pada

tahun 2004, Paris Club memutuskan untuk membatalkan hutang negara Irak dan

sebagian negara yang terkena bencana Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Anggota

permanen grup ini antara lain: Australia, Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Finlandia,

Inggris, Irlandia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Norwegia, Perancis, Rusia, Spanyol,

Swedia, Swiss, dan Amerika Serikat.

Page 19: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Data Badan Pusat statistik mengenai Outstanding Hutang Luar Negeri

Pemerintah untuk jangka waktu tahun 2002-2011 (dalam Miliar US$)

  2006 2007 2008 2009 2010 Nov 2011

Bilateral 41.07 41.03 44.28 41.27 41.89 42.70

Multilateral 18.84 19.05 20.34 21.53 23.13 22.60

Komersial 2.01 2.08 1.98 2.15 3.02 2.84

Suppliers 0.11 0.08 0.09 0.07 0.06 0.06

lain-lain            

Total 62.02 62.25 66.69 65.02 68.10 68.19

Catatan :1. Angka sangat-sangat sementara, per 30 November 20112.Termasuk pinjaman semi komersial3. Beberapa yang masuk semi konsesional4. Seluruhnya merupakan pinjaman komersial

Total utang luar negeri pemerintah posisi terakhir mencapai Rp 618,04 triliun

dari

total

seluruh utang pemerintah Rp 1.903,21 triliun. Dikutip dari data Ditjen Pengelolaan

Utang Kementerian Keuanganper April 2012, negara pemberi utang terbesar ke

Indonesia adalah Jepang dengan nilai Rp 274,68. Secara persentase, utang dari Jepang

mempunyai porsi 44% dari total utang luar negeri bilateral pemerintah Indonesia.

Page 20: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Berikut daftar 3 besar negara pemberi utang bilateral ke Indonesia yang nilainya

319,8 triliun dari total utang luar negeri Rp 618,04 triliun:

Jepang, nilainya Rp 274,68 triliun (44%)

Prancis, nilainya 24,14 triliun (3,9%)

Jerman, nilainya Rp 20,97 triliun (3,4%)

Pinjaman bilateral lainnya, nilainya Rp 83,2 triliun (13,4%)

Selain negara, utang luar negeri Indonesia juga didapat dari lembaga multilateral

yang totalnya Rp 212,92 triliun. Berikut daftar lembaga multilateral pemberi utang

terbesar ke Indonesia:

Bank Pembangunan Asia (ADB / Asian Development Bank), nilainya Rp 96,41

triliun (15,7%)

Bank Dunia Rp 112,19 triliun (18,1%)

Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB), nilainya Rp 4,32

triliun (0,7%)

Lembaga multilateral lainnya, senilai Rp 2,13 triliun (0,3%)

Seperti diketahui, total utang pemerintah Indonesia hingga April 2012 mencapai

Rp 1.903,21 triliun, naik Rp 99,72 triliun dari posisi di akhir 2011 yang nilainya Rp

1.803,49 triliun. Jika dibandingkan Maret 2012 yang jumlahnya Rp 1.859,43

triliun, maka utang pemerintah naik Rp 43,78 triliun. Secara rasio terhadap PDB,

utang pemerintah Indonesia berada di level 26,3% pada April 2012. 

Page 21: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Oleh sebab itu, rakyat harus mewaspadai perkembangan utang luar negeri karena

besarnya utang Indonesia ternyata tidak menunjukkan korelasi signifikan terhadap

kualitas pertumbuhan ekonomi yang indikatornya ditunjukkan oleh perbaikan kualitas

pelayanan dasar kepada masyarakat yang masih terbatas. Gencarnya pemerintah

melakukan hutang luar negeri menunjukkan bahwa pemerintah kebingungan membayar

utang-utang lama, sehingga menarik utang baru untuk mengurangi beban utang.

Krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih berlangsung dan belum

menunjukkan tanda-tanda untuk segera pulih. APBN kita masih dikuras dalam jumlah

besar untuk membayar bunga utang baik utang luar negeri maupun bunga utang dalam

negeri dalam bentuk bunga obligasi rekap bank konvensional. Di sisi lain pembayaran

hutang yang sangat besar menyebabkan beban sosial di APBN karena dana yang

seharusnya bisa dialokasikan pada pembangunan infrastruktur, kesehatan ataupun

pendidikan berubah untuk membayar cicilan hutang serta bunganya yang semakin

membengkak.

Hasil riset kelompok pemikir penganut teori dependensia yang dimotori oleh

Christopher Chase-Dunn dan Richard Robinson mengenai problematika ketergantungan

terhadap investasi dan bantuan luar negeri telah menghasilkan kesimpulan berikut: ada

beberapa akibat hutang luar negeri. Pertama, akibat penanaman modal asing dan bantuan

luar negeri memang memperbesar perbedaan penghasilan sehingga tidak terjadi

pemerataan kesejahteraan. Kedua, penanaman modal asing dan bantuan luar negeri

dalam jangka pendek memepersebar pertumbuhan ekonomi. Ketiga, dalam jangka

panjang (5-20 tahun) pertumbuhan ekonomi berkurang. Keempat, penanaman modal

asing dan bantuan luar negeri mempunyai akibat negative untuk Negara dan Negara

miskin.

Penyebab besar Utang :

1) Strategi defisit anggaran tanpa diimbangi kontrol. Selama ini Indonesia selalu

menerapkan strategi ini, dengan harapan, jika utang kepada luar negeri, maka hasil utang

dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan, sehingga sektor riil berkembang dan

harapannya pendapatan nasional dapat meningkat signifikan. Namun hasil dari

pendapatan nasional ini tidak sepenuhnya digunakan untuk membayar utang luar negeri.

2) Tidak menyadari secara penuh biaya yang harus ditanggung di masa depan Pemikiran

irasional banyak mendominasi penentu kebijakan di negara sedang berkembang dalam

melakukan utang (Alesina dan Tabellini).

Page 22: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

3) Adanya faktor sosial politik dari penentu kebijakan Faktor sosial dan politik lebih

dominan dibanding faktor ekonomi dalam melakukan utang (Sebastian Edwards).

Page 23: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Kasus Debt for Education Swap antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah

Jerman (KfW)

Keterangan

● Berdasarkan Consolidation Agreement tanggal 22 November 2000,

pemerintah Jerman/KfW akan menghapuskan utang pemerintah Indonesia

senilai DM 50 juta.

● Untuk maksud tersebut pemerintah Indonesia harus membiayai dan

melaksanakan proyek yang disepakati kedua belah pihak (dalam hal ini

proyek peningkatan mutu pendidikan dasar).

● Pembiayaan proyek tersebut dalam mata uang lokal (Rupiah) dengan nilai

minimal setara dengan DM 25 juta.

● Dengan demikian pemerintah Indonesia praktis hanya membayar utangnya

dengan mata uang lokal sebesar 50% dari jumlah yang mesti dibayar

(mendapat penghapusan utang senilai DM 25 juta).

Keuntungan dan Potensi Negatif Skema Debt Conversion

Skema debt conversion sering digambarkan sebagai “deals where everyone

benefits” (Occhiolini, 1990). Dalam skema debt conversion khususnya tipe debt for

development swap terdapat tiga pihak yang terlibat dan ketiganya sama-sama

diuntungkan dengan adanya skema tersebut.

Pemerintah

Jerman/

KfW

Pemerintah

Indonesia

DM 50 juta

DM 25 juta

Proyek pendidikan

dasar

Alokasi pembiayaan dalam mata

uang Rupiah yang jumlahnya

setara dengan DM 25 juta

Page 24: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

1. Negara/lembaga pemberi utang (kreditor)

Melihat ilustrasi mekanisme kerja debt conversion di atas, pertanyaan yang kerap

muncul adalah apa keuntungan pihak kreditor dalam skema ini. Skema debt

conversion dalam praktiknya diperlakukan terhadap sekumpulan utang yang

menurut perhitungan teknis berdasarkan kondisi keuangan debitor akan sulit

terbayar sesuai jadwal. Umumnya pokok pinjaman (principal), dan mungkin juga

sebagian bunga pinjamannya (interest) sudah terbayar. Karena itu, dalam skema

ini diambil inisiatif yaitu pihak yang akan membeli utang dalam pasar sekunder

cukup membayar pokok pinjaman dan sejumlah kecil bunga pinjaman. Dengan

demikian pihak kreditor diuntungkan karena dapat segera memperoleh

piutangnya dalam hard currency (misalnya Dollar AS, Euro). Dalam hal direct

conversion, utang yang dikonversikan biasanya merupakan kumpulan tunggakan

bunga pinjaman (yang pokoknya sudah terbayar) atau pokok pinjaman utang

berjangka waktu (maturity) sangat panjang (30 tahunan). Selain keuntungan

ekonomis (opportunity cost) tersebut, pihak kreditor juga mendapatkan

keuntungan non ekonomis seperti promosi dan publisitas politik.

2. Negara pengutang (debitor)

Melalui skema ini negara pengutang mempunyai kesempatan untuk mengurangi

tekanan kebutuhan devisa dalam rangka debt service karena adanya kesempatan

untuk mengganti pembayarannya dengan mata uang lokal.

3. Kelompok sasaran

Skema debt conversion memungkinkan tersedianya dana/tambahan dana untuk

kegiatan-kegiatan, antara lain pembangunan perdesaan, pembangunan kesehatan

masyarakat, konservasi lingkungan, bea siswa untuk pendidikan dasar dan

pendidikan tinggi.

Meski secara umum dipandang sebagai upaya yang banyak membawa

keuntungan, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati dalam pemanfaatan dan

pelaksanaan skema debt conversion sehingga pemanfaatan dan pelaksanaan skema ini

tidak menimbulkan dampak negatif. Beberapa dampak negatif yang mungkin muncul

adalah:

1. Skema ini justru dapat memperburuk kesulitan anggaran/pendanaan jika

pengeluaran untuk program-program debt conversion jauh melebihi kewajiban

pembayaran utang yang dikonversikan.

Page 25: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

2. Alokasi dana untuk program-program konversi justru mengurangi alokasi

anggaran untuk program-program lain yang sesungguhnya lebih

prioritas/mendesak.

3. Pembelanjaan untuk program-program konversi lebih jauh dapat berdampak pada

naiknya inflasi. (Occhiolini, 1990)

4. Dapat saja terjadi penerapan skema debt conversion yang terkait dengan upaya

penjadwalan utang justru memperberat persyaratan pada kesepakatan

penjadwalan utang.

Pada akhir tahun 1980 an beberapa negara di benua Amerika menunda

pelaksanaan program-program konversi utang karena program ini justru menghadapkan

negara-negara tersebut pada kesulitan likuiditas (Sung dan Troia, 1992). Sebagai upaya

mengatasi kesulitan tersebut dan menghindari dampak inflasi, beberapa negara

menerbitkan obligasi untuk mendukung program debt conversion.

Di kawasan Amerika, negara-negara yang telah melaksanakan skema debt

conversion ini adalah Brazil, Bolivia, Chile, Colombia, Republik Dominika, Ecuador,

Guatemala, Jamaica, Mexico, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela. Sementara di

kawasan Afrika adalah Nigeria, Madagaskar, Zambia. Filipina merupakan negara di Asia

yang cukup menonjol dan berpengalaman dalam memanfaatkan skema debt conversion.

adalah Filipina. Sedangkan di kawasan Eropa negara yang memanfaatkan skema ini

antara lain Bulgaria dan Polandia.

Sampai saat ini Pemerintah Indonesia baru memanfaatkan skema debt for

development swap dari Pemerintah Jerman. Beberapa tahun yang lalu sempat dijajagi

kemungkinan pemanfaatan skema debt for nature swap dari Amerika Serikat namun

rencana tersebut belum dapat terealisasi. Fasilitas skema debt conversion yang diberikan

Pemerintah Jerman kepada Pemerintah Indonesia adalah dalam kerangka Memorandum

of Understanding on the Consolidation of the Debt of the Republic of Indonesia due to

Officials Creditors tanggal 13 April 2000 dan Consolidation Agreement antara

Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW – lembaga keuangan Pemerintah Jerman) dengan

Pemerintah RI (senilai DM 178.855.200) tanggal 22 November 2000 khususnya Article

6.

Page 26: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Melihat posisi utang luar negeri Indonesia yang saat ini masih tinggi, skema

konversi utang (debt swap) dalam jangka pendek perlu dilakukan Indonesia untuk sedikit

meringankan beban utang luar negeri di samping juga menjalin hubungan dengaan

Negara kreditor serta pembangunan sektor tujuan debt swap. Namun dalam jangka

panjang debt swap tetap saja dapat memberikan resiko bagi Indonesia karena beban yang

ditimbulkan oleh utang luar negeri tersebut. Alangkah lebih baik jika Indonesia dapat

menggunakan utang dengan baik seperti untuk menggerakkan sektor ekonomi rill agar

membangkitkan gairah produksi dan daya beli masyarakat, debt swap hanyalah

alternative penyelesaian masalah utang luar negeri dan bukan solusi utama.

Page 27: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Utang luar negeri merupakan jenis pinjaman yang berasal dari luar negeri

dan memiliki persyaratan tertentu yang dibebankan kepada pihak (negara)

penerima utang tersebut. Dalam pengertian anggaran negara, utang luar negeri

disebut juga sebagai sumber pendanaan alternatif yang digunakan untuk

pembiayaan anggaran negara.

Salah satu beban ekonomi Indonesia adalah utang luar negeri yang terus

membengkak, Utang ini sudah begitu berat mengingat pembayaran cicilan dan

bunganya yang begitu besar. Keputusan untuk mengambil utang luar negeri

dikarenakan keterbatasan sumber-sumber pendanaan ataupun pembiayaan di

dalam negeri. Pemerintah membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk

sejumlah pengeluaran yang tidak bisa hanya mengandalkan dari sumber

penerimaan dalam negeri.

negara pemberi utang terbesar ke Indonesia adalah Jepang dengan nilai

Rp 274,68. Secara persentase, utang dari Jepang mempunyai porsi 44% dari total

utang luar negeri bilateral pemerintah Indonesia. Selain negara, utang luar negeri

Indonesia juga didapat dari lembaga multilateral yang totalnya Rp 212,92 triliun.

Debt swap adalah program pengurangan stok utang luar negeri

Pemerintah Indonesia yang disepakati bersama dengan negara kreditur yang

tergabung dalam Paris Club. Alternatif pendanaan pembangunan ini dirasa lebih

menguntungkan ketimbang pinjaman lunak bahkan hibah sekalipun.

Paris Club adalah grup informal pejabat-pejabat finansial dari 19 negara

terkaya di dunia, yang menyediakan layanan finansial seperti strukturisasi hutang,

keringanan hutang, pembatalan hutang kepada negara peminjam dan para

kreditornya.

Page 28: Makalah Ekonomi Internasional Klompok 7

Daftar Pustaka

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/14/05243824/

SBY.Persilakan.BPK.Audit.Utang.Luar.Negeri

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/20/11464085/

Utang.Luar.Negeri.Meningkat.Tajam

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=303738

http://09batik.wordpress.com/2011/01/18/utang-luar-negeri/

Sanuri. 2005.Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (Long Agreement hingga

Restrukturisasi). Jakarta : Direktorat Luar negeri Bagian Ekspor dan Impor.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2012.

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman dan Surat Berharga Negara). Jakarta :

Depkeu.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2012.

Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (Eksternal Debt Statistics Of Indonesia).

Jakarta : Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia .

Basri,Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri. 2003. Keuangan Negara dan Analisis

Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta : Rajawali Press.

http://09batik.wordpress.com/2011/01/18/utang-luar-negeri/