makalah demokrasi

Upload: ezhy-rezky

Post on 18-Jul-2015

292 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALah Tentang demokrasiD I S U S U n OLEHNama Anggota Kelompok :

1. Alvian Rio (301 11 075) 2. Jevica Janet Berlina(301 11 076) 3. Marhani (301 11 074)

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Makalah tentang Wasantara ini. Makalah ini disusun berdasarkan buku Pkn dan materi-materi dari sumber lainnya. Disusunnya makalah ini diharapkan dapat memudahkan para mahasiswa yang membaca makalah ini mengerti tentang Demokrasi dan kegunaannya. Dan para mahasiswa yang telah membaca makalah ini, dapat mempraktikkan hal-hal positif di dunia nyata. Kiranya makalah ini dapat meningkatkan rasa kecintaan tanah air dan kemampuan bela negara oleh setiap orang yang telah membaca makalah ini. Meski begitu, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan diterima dengan senang hati. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada mahasiswa yang telah mau mempelajari hal-hal yang terdapat dalam makalah ini.

Palu, November 2011

Tim Penyusun

Demokrasi PendahuluanDemokrasi sebagai suatu konsep yang mendasari sistem politik suatu negara telah dijadikan dasar bagi banyak negara di dunia. Meskipun telah banyak dijadikan dasar mengatur sistem politik banyak negara, namun dalam demokrasi terdapat sejumlah perbedaan-perbedaan dan aliran pikiran. Kondisi historis, ideologis politis, kultural, dan sosiologis suatu negara memberikan warna dalam implementasinya sehingga terjadi berbagai variasi dalam kehidupan berdemokrasi. Kata demokrasi sangat popular di dunia karena banyak negara di dunia menggunakan demokrasi sebagai landasan sistem politik kenegaraan yang mengatur kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Ungkapan kata demokrasi sendiri bermakna rakyat yang berkuasa dan kalau diterjemahkan dalam pemerintahan maka berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dapat dipandang dari sudut individu dan masyarakat. Dari sudut pandang individu kita mengenal demokrasi liberal, dan dari sudut pandang masyarakat kita mengenal demokrasi non-liberal (kepentingan masyarakat lebih diutamakan daripada kepentingan individu). Ada dua aliran kelompok pemikiran dalam demokrasi, yaitu aliran demokrasi konstitusional dan kelompok aliran yang menamakan dirinya komunisme.

Perkembangan Demokrasi Dari Abad XIX ke Abad XX Pada awalnya di era Yunani kuno abad ke 6-3 SM dilaksanakan demokrasi dengan sistem demokrasi langsung yaitu suatu bentuk proses pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan poitik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas. Sistem demokrasi langsung ini efektif dalam kondisi sederhana, wilayahnya terbatas, jumlah penduduknya sedikit, dan bahkan tidak semua warga negara mempunyai hak untuk ikut menentukan keputusan-keputusan politik. Dari praktik demokrasi abad ke-19 yang menekankan pada paham liberalisme dan ekses-eksesnya mengubah pikiran para ahli memberikan peranan pemerintah negara lebih besar, hal ini menandai wajah baru konstitusional abad ke-20. Saat ini peranan pemerintah diperluas tindakannya sebagai penjaga malam tidak hanya bertugas secara pasif mengawasi perekonomian dalam masyarakat, tetapi berperan aktif dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial, dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat. Syarat-syarat pemerintahan demokratis tersebut, yakni 1. 2. 3. 4. 5. 6. Perlindungan konstitusional Badan kehakiman yang bebas tidak memihak Pemilihan umum yang bebas Kebebasan untuk menyatakan pendapat Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi Pendidikan kewarganegaraan

Ada beberapa nilai yang mendasari sistem politik, yaitu sebagai berikut 1. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan melembaga 2. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara periodik dan teratur 3. Membatasi penggunaan kekerasan sampai minimum 4. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai 5. Menerima dengan wajar adanya keragaman 6. Menjamin tegaknya keadilan Untuk menjamin tegaknya nilai-nilai tersebut, diperlukan struktur lembaga, antara lain berikut ini. 1. Pemerintahan yang bertanggung jawab 2. DPR yang reprensentatif, dipilih melalui pemilu secara bebas dan rahasia, DPR juga melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kebijakan pemerintah secara teratur 3. Partai politik yang dapat melakukan hubungan yang teratur antara masyarakat dan pemerintahan 4. Sistem peradilan yang bebas tidak memihak untuk menjamin hak asasi rakyat dan mempetahankan keadilan

Praktik Demokrasi di Indonesia Sejak diproklamasikan kemerdekaan RI dan disahka UUD 1945 sebagai konstitusi Negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, secara formal Indonesia menganut demokrasi konstitusional. Namun, sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang telah terjadi perubahan dalam konstitusi negara, yaitu sebagai berikut. 1. Periode 1945-1949 menggunakan UUD 1945

2. Periode 1949-1950 menggunakan UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) 3. Periode 1950-1959 menggunakan UUD Sementara 4. 1959-sekarang menggunakan UUD 1945 Perubahan penggunaan UUD ini berimplikasi pada sistem pemerintahan begitu pula praktik pemerintahannya tidak jarang menyimpang dari landasan dasarnya sebagai contoh berlandaskan UUD 1945. Sistem pemerintahan adalah presidential, namun dalam praktik sistem parlementer, sampai digunakan UUD RIS dan UUDS bentuk pemerintahan menggunakan sistem parlementer. Jadi, sistem pemerintahan Presidentil murni baru dapat dilakukan setelah Dekrit Presiden 1959 (kembali ke UUD 1945). Maka untuk melihat perkembangan demokrasi di Indonesia secara sederhana, kita dapat membagi menjadi tiga periode, yaitu sebagai berikut 1. Masa demokrasi Parlementer yang berlangsung dari tahun 1945-1959 2. Masa demokrasi terpimpin dari tahun 1959 sampai dengan 1965 3. Masa demokrasi Pancasila dari tahun 1945 samapi sekarang Pemilu sebagai tonggak demokrasi berhasil dilaksanakan pada tahun 1955. Hasil pemilu pertama ini tidak membawa stabilitass yang diharapkan, konflik pusat daerah terjadi, koalisi partai dalam membentuk pemerintahan rapuh sebagaimana terjadi sebelum pemilu. Kabinet yang dibentuk jatuh bangun dan tentu saja hal ini berimplikasi terhadap program-program pembangunan yang tidak banyak dapat diselesaikan. Ketidakstabilan politik di masa ini diperparah lagi oleh pergolakan daerah yang tidak pusa terhadap kebijakn-kebijakan pusat, menuntut otonomi daerah dan masalah regionalisme lainnya. Berbeda dengan masa orde baru, yang jumlah parpol dibatasi, di era reformasi ini jumlah parpol tidak dibatasi, namun diberikan persyaratan yang ketat. Dalam pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, meski dirasakan kekurangan di sana-sini,

namun apabila dilihat dari sisi proses perkembangan tampak adanya kemajuan-kemajuan. Selain itu juga partai politik belum sepenuhnya mampu melakukan fungsinya dengan baik, antara lain sebagai akibat langsung dari konflik internal yang tak kunjung berhenti di dalam partai itu sendiri dan kedewasaan dalam para pemimpin dalam berpolitik (menghormati yang menang dan menghargai yang kalah). Pelaksanaan Demokrasi Melihat perjalanan demokrasi Indonesia sejak tahun 1945 sampai sekarang tampak berjalan tersendat-sendat. Hal ini banyak dipengaruhi oleh budaya kita yang bersifat feudal dan birokratis sebagai suatu karakter masyarakt tradisional sehingga peluang demokrasi untuk berkembang pada masyarakat tradisional kecil. Demokrasi akan cepat berkembang pada masyarakat kapitalis yang bersumber dari liberalisme. Melihat prinsip ini bukan berarti di Indonesia demokrasi tidak akan bisa berkembang, tetapi akan berkembang walaupun proses perjalanannya tidak cepat. Membangun demokrasi bukanlah hal yang gampang seperti kita membalikkan telapak tangan, tetapi dalam tatanan negara dan pemerintahan harus ada faktor-faktor pendukungnya untuk berkembang dengan wajar. Faktor-faktor tersebut antara lain, (1) keterbukaan sistem politik, (2) budaya politik yang partisipatif, (3) kepemimpinan politik yang berpihak pada rakyat, (4) rakyat yang terdidik, cerdas, dan berkepribadian, (5) Adanya partai politik tumbuh dari bawah, (6) penghargaan dan penghormatan terhadap formalisme hukum, (7) masyarakat madani yang tanggap dan bertanggung jawab, (8) dukungan dari pihak luar dan pemihakan terhadap golongan mayoritas. Dalam budaya politik bangsa Indonesia hubungan antar sesama anggota masyarakat oleh semangat kekeluargaan. Cara pandang ini melihat dicapai mufakat barulah diperkenankan untuk melakukan pemungutan suara. Demokrasi bukan sekedar teori dalam pemerintahan. Ia juga merupakan pandangan hidup yang secara esensial terkandung

dalam dasar-dasar moral. Ada beberapa prinsip dalam demokrasi yang menjadi landasan moralitas dalam pemerintahan, yaitu sebagai berikut. 1. Demokrasi berlandaskan pada keyakinan nilai dan martabat manusia 2. Demokrasi mengandung prinsip adanya kebebasan manusia karena sifat dan nilai manusia 3. Dalam demokrasi diisyaratkan adanya aturan hukum 4. Demokrasi harus menuju kepada perbaikan dan kemajuan 5. Dalam demokrasi dituntut adanya konsep persamaan Tegaknya demokrasi sebagai suatu sistem, dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat tergantung pada kuatnya internalisasi nilai-nilai, norma, prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri dalam masyarakat. Selain itu, harus ditopang oleh kokohnya unsur-unsur pendukung demokrasi itu sendiri, Unsur-unsur pendukung demokrasi itu adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Negara Hukum Infrastruktur Pers yang bebas Masyarakat madani

Negara Hukum (Rechtsstaat) dan Rule Of Law Dalam UUD RI tahun 1945 ditegaskan bahwa negara Indonesia tidak dibangun atas dasar kekuasaan belaka tetapi juga di atas hukum. Ini berarti negara Indonesia adalah negara hukum, di mana semua warga negara bersama kedudukannya adalah hukum tersebut. Hal ini juga bermakna negara memberikan perlindungan hukum bagi setiap warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan menjamin hak asasi manusia. Dalam negara hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1. Adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia

2. Adanya pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin keseimbangan kekuasaan dan perlindungan HAM 3. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan 4. Adanya peradilan administrasi Dalam Konsep Rule Of Law dicirikan dengan 1. Adanya supremasi hukum 2. Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum 3. Adanya jaminan perlindungan HAM Bilamana kedua ciri tersebut digabungkan, maka ciri-ciri negara hukum tersebut adalah 1. Jaminan Perlindungan HAM 2. Supremasi hukum dan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan hukum 3. Pemisahan atau pembagian kekuasaan dalam negara 4. Lembaga peradilan yang bebas dan mandiri Nilai-nilai demokrasi tersebut harus diinternalisasikan ke dalam kehidupan kita dan prinsip-prinsipnya harus ditegakkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia (HAM) mempunyai akar yang panjang dan sama panjangnya dengan sejarah umat manusia itu sendiri. Penindasan terhadap individu, kelompok masyarakat dengan masyarakat lainnya atau pun negara dengan negara lainnya tidak terlepas dari pelanggaran HAM. Kesadaran perlunya perlindungan HAM ini biasanya terjadi setelah munculnya konflik dan perang yang membawa bencana kemanusiaan. Oleh karena itu, selepas Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1948 dideklarasikan pernyataan dunia tentang HAM.

Makna, Hakikat, dan Perkembangan Pemikiran HAM A. Makna dan Hakikat HAM Secara definitif hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Dengan demikian, hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. HAM adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran di dalam kehidupan masyarakat. Hak asasi bersifat umum karena diyakini beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan bangsa, ras, agama atau jenis kelamin. HAM bersifat supralegal, artinya tidak tergantung adanya suatu negara atau undang-undang dasar maupun kekuasaan pemerintah bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi karena HAM dimiliki manusia bukan karena kemurahan atau pemberian negara melainkan karena berasal dari sumber yang lebih tinggi. Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia yang bersifat universal, merata dan tidak dapat dialihkan karena hakikat HAM merupakan upaya menjaga eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun militer) dan negara. B. Perkembangan Pemikiran HAM Dalam perkembangannya, pemikiran mengenai HAM mengalami pasang surut sejalan dengan sejarah peradaban manusia, terutama dalam ikatan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasang surut

HAM ini mulai mencapai titik paling rendah setelah dikemukakan konsep kedaulatan Tuhan yang di dunia ini dilakukan oleh seorang raja ataupun Paus. Inilah salah satu puncak kegagalan dunia barat dalam menghargai harkat dan martabat manusia. Kedaulatan Tuhan yang dilaksanakan oleh raja atau Paus, menjadikan raja/Paus mempunyai kekuasaan yang maha dahsyat sehingga mengakibatkan hak-hak raja termasuk para keturunannya dan Paus dapat terpenuhi secara optimal, sementara bagi manusia kebanyakan sama sekali tidak memiliki hak apapun. Dalam kondisi demikian maka HAM dapat diibaratkan merupakan suatu impian dan barang komoditi yang sangat mahal harganya, sekaligus langka keberadaannya. Dalam sejarah HAM, pengalaman dunia barat telah memberikan tonggak-tonggak sejarah yang sangat penting dalam perkembangan HAM pada tahun 1215, misalnya perjuangan para bangsawan Inggris berhasil mencatat Magna Charta yang membatasi kekuasaan raja John. Apabila sejarah perkembangan HAM dikaji, sekurang-kurangnya ada 4 kelompok pemikiran, yaitu sebagai berikut, Kelompok pertama berpandangan bahwa pengertian HAM berpusat pada hal-hal yang berkaitan hukum dan politik. Kelompok kedua pembahasan HAM merupakan perluasan HAM dari kelompok pertama. Kelompok ketiga merupakan sintetis dari generasi pertama dan kedua. Kelompok keempat banyak melakukan kritik terhadap peranan negara yang dominan dalam pembangunan 1. Hak asasi dalam Islam Isu pelaksanaan HAM tidak lepas dari perhatian umat Islam karena mayoritas negara-negara islam yang merupakan bagian negara dunia ketiga yang banyak merasakan ketidakadilan perlakuan negara-negara barat dengan atas nama HAM dan demokrasi

Dalam ajaran Islam, manusia ditempatkan pada kedudukan setara dan sejajar dengan manusia lainnya. HAM yang dimiliki manusia dalam ajaran Islam bukan sesuatu yang telah dimiliki manusia sejak awal tertanam dalam dirinya, akan tetapi sebagai karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia dengan segala persyaratan dan pertanggungjawaban. HAM dalam islam berbeda dari segi asal-usul, hakikat, dan cara pelaksanaannya. Menurut ajaran Islam, perbedaan satau individu dengan individu lainnya, terjadi bukan karena haknya sebagai manusia melainkan didasarkan pada keimanan dan ketakwaannya dan perbedaan ini tidak menyebabkan perbedaan dalam kedudukan sosial. Pemikiran ini yang menjadi sumbangan yang sangat besar pada perkembangan HAM dalam masyarakat Internasional.

a