makalah blok 12

Upload: vitaparamithateken

Post on 10-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok 12

TRANSCRIPT

Penyakit Demam Berdarah Dengue dan PenatalaksanaannyaVita Paramitha Teken102012107Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510Email: [email protected]

Pendahuluan Demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin meluas. Demam berdarah merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang anak-anak. Demam berdarah menyerang khususnya pada musim peralihan dan musim hujan karena terdapat banyak genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk yang menjadi pembawa virus penyebab demam berdarah. Demam berdarah dengue, suatu penyakit demam berat yang jika tidak diatasi dengan cepat, dapat menyebabkan kematian. Jadi kita seharusnya mencegah terjadinya wabah dari demam berdarah secepat mungkin supaya meminimalisir wabah demam berdarah. Untuk lebih lanjut akan dibahas pada makalah ini.1AnamnesisAnamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut Auto Anamnesa apabila pasien dalam kondisi sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau orang yang bersama pasien selama ia sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau kesulitan berbicara disebut dengan Allo Anamnesa.1Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan 30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Hal yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain:11. Keluhan utama yakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Hal ini merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.1. Riwayat pribadi merupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan pendidikan.1. Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pekerjaan, aktivitas, perkawinan, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.1. Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah di derita pasien pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. 1. Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak antara anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami.1. Pada riwayat penyakit sekarang dapat menanyakan mengenai: sejak kapan muncul gangguan atau gejala-gejala tersebut frekuensi serangan atau kualitas penyakit sifat serangan atau kuantitas penyakit lamanya penyakit tersebut diderita perjalanan penyakitnya, riwayat pengobatan sebelumnya lokasi sakitnya akibat yang timbul gejala-gejala yang berhubunganUntuk menegakkan diagnosis demam berdarah, hal yang perlu ditanyakan kepada pasien setelah diketahui keluhan utamanya (demam) biasanya adalah:1 sudah demam berapa lama? Apakah panasnya naik turun? Sakit apa yang dirasakan selain demam? Apakah disekitar rumah ada yang terkena penyakit yang sama? Apakah ada nyeri perut? Apakah sudah diberi obat? Jika sudah apakah ada efek?

Pemeriksaan Fisik1. Tanda-tanda vital Yang meliputi tanda-tanda vital yaitu : suhu badan, respiratory rate, denyut nadi, dan tekanan darah. Hasil dari pemeriksaan fisik tersebut :1,2 Suhu : 38C (Tinggi) Respiratory rate : 18 x / menit (Normal) Nadi : 98 x/ menit (Normal) Tekanan darah : 120/80 mmHg (Normal)Adanya suhu tubuh yang tinggi, sementara respiratory rate, nadi dan tekanan darah masih dalam batas normal.

2. Uji tourniquet Uji ini merupakan manisfestasi pendarahan kulit paling ringan dan dapat dinilai sebagai uji presumtif oleh karena uji ini positif pada hari-hari pertama demam. Di daerah endemis DBD, uji tourniquet dilakukan kepada yang menderita demam lebih dari 2 hari tanpa alasan yang jelas. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO. Pemeriksaan dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah pasien. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat pengukur yang diletakan dilengan atas siku, tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulmya petekie di bagain volar lengan bawah. Uji dinyatakan positif apabila pada satu inci persegi didapatkan10 atau lebih 10 petekie (WHO1997). Pada DBD uji ini biasanya menunjukan hasil positif. Namun dapat berhasil negative atau positif lemah pada keadaan syok. Sesuai dengan skenario didapatkan hasil uji tourniquet postif (+).1,2

3. Inspeksi Palpasi Perkusi dan AuskultasiDengan melakukan IPPA pada pemeriksaan demam berdarah bisa didapati adanya hepatomegali. Nyeri tekan sering kali terasa dan pada palpasi didapati konsistensi hepar yang kenyal. Namun pada DBD dapat disertai atau tanpa hepatomegali.1,2

Pemeriksaan Penunjang1). Laboratorium Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien demam dengue adalah pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, jumlah trombosit, dan apusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma baru.1,2Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :1,2 Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah leukosit , pada fase syok akan meningkat. Trombosit : penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000 /l atau kurang dari 1-2 trombosit / lapangan pandangan besar (lpb) dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lpb, pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada peningkatan hematocrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.Dari keterangan di atas terlihat bahwa, perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.Selain itu perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain-lain.3Derajat Penyakit infeksi virus dengue :3- Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi ialah uji tourniquet positif.- Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain. - Derajat III Didapatkan kegagalan sirekulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan mulut, kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah.- Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.

Etiologi Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue, termasuk dalam genus flavivirus , family flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri atas asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan DD atau DBD. Keempat serotype ditemukan di Indonesia, serotype DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate.Survey epidemologi pada hewan ternak didapatkan antibody terhadap virus dengue pada hewan ternak sapi, kuda, dan babi. Penelitian pada antrophoda menunjukan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes dan toxorhynchites.4,5EpidemologiDemam berdarah dengue terjadi dimana banyak tipe virus dengue secara simultan atau berurutan ditularkan. Demam ini adalah endemik di asia tropik, dimana suhu panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi aedes aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini infeksi dengan virus dengue dari semua tipe sering ada, dan infeksi kedua dengan tipe heterolog sering terjadi. Sesudah umur 1 tahun, hampir semua penderita dengan sindrom syok dengue mempunyai kenaikan sekunder antibodi terhadap virus dengue, yang menunjukkan infeksi sebelumnya dengan virus yang terkait erat. Wabah tahun 1981 di Kuba, dimana anak dan dewasa terpajan sama, telah menunjukkan bahwa sindrom permeabilitas vaskuler akut, terjadi hampir selalu pada anak usia 14 tahun dan yang lebih muda. Pada orang dewasa penyakit berat lebih sering disertai dengan fenomen perdarahan. Demam berdarah dengue dapat terjadi selama infeksi dengue primer, paling sering pada bayi yang ibunya imun terhadap dengue.4,5Orang asing tidak imun, orang dewasa dan anak-anak yang terpajan terhadap virus dengue selama wabah demam berdarah menderita demam dengue klasik atau bahkan penyakit yang lebih ringan. Perbedaan dalam manifestasi klinis infeksi dengue antara orang asli dan orang asing di Asia Tenggara lebih terkait pada status imunologis daripada kerentanan ras. Namun, pada wabah Kuba, angka serangan demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue rendah pada anak kulit hitam, mungkin menjelaskan seolah-olah tidak ada sindrom pada daerah endemik afrika.4,5Di Indonesia, nyamuk aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi yang ada. Walaupun spesies ini ditemukan di kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan. Penyebaran aedes aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan karena larva aedes aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda-benda berisi air hujan mengandung larva spesies ini. walaupun nyamuk ini umurnya pendek, yaitu kira-kira 10 hari, tetapi dapat menularkan virus yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.4,5

Patofisiologi Patofisiologi demam berdarah tidak begitu dipahami, tetapi ada dua perubahan patofisiologik yang terjadi:5,6 Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemia, dan syok. Demam berdarah memiliki ciri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan peritoneum, selain itu periode kebocoran cukup singkat(24-48 jam) Hemostasis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia, sehingga terjadi berbagai jenis manifestasi perdarahan.Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan yang konstan pada pasien demam berdarah. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan C5a naik. Mekanisme aktivasi komplemen tidak diketahui. Keberadaan kompleks imun juga telah dilaporkan pada beberapa kasus demam berdarah, tetapi kontribusi kompleks antibodi-antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien demam berdarah belum berhasil diperlihatkan.5,6Defek trombosi terjadi baik kualitatif dan kuantitatif, yaitu beberapa trombosit yang bersirkulasi selama fase akut demam berdarah mungkin kelelahan (tidak mampu berfungsi normal). Karenanya, meskipun pasien dengan jumlah trombosit lebih besar dari 100.000 per mm3 mungin masih mengalami masa perdarah yang panjang.5,6Mekanisme yang dapat menunjang terjadinya demam berdarah adlaah peningkatan replikasi virus dalam makrofag oleh antibodi heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus dari serotipe yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibodi reaktif-silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi saat kompleks antibodi-virus dengue masuk ke dalam sel ini. hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif-silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan perdarahan yang terjadi pada demam berdarah.5,6

TerapiTidak ada terapi yang spesifik untuk demem dengue, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume carian sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.6,7Manajemen demam berdarah selama fase demam serupa dengan manajemen kasus demam dengue. Antipiretik dapat diberikan tetapi salisilat harus dihindari. Perlu diperhatikan bahwa pada demam berdarah, antipiretik tidak mempersingkat durasi demam. Parasetamol dapat diberikan dan harus digunakan hanya untuk menjaga suhu tubuh tetap di bawah 39oC. berikut dosis yang direkomendasikan: kurang dari satu tahun: 60mg/dosis; 1-2 tahun:60-120 mg/dosis; 3-6 tahun: 120 mg/dosis; 7-12 tahun: 240 mg/dosis. Pasien yang mengalami hiperpireksia berisiko mengalami kejang.6,7Demam tinggi, anoreksia, dan muntah akan menyebabkan pasien merasa haus dan mengalami dehidrasi. Dengan demikian, sejumlah cairan yang banyak harus diberikan secara oral, sampai ke tingkat yang masih ditoleransi. Larutan oral seperti yang digunakan untuk pengobatan diare, dan/atau jus buah lebih disukai dari pada air biasa.6,7Pasien harus dipantau dengan cermat untuk menemukan tanda-tanda awal syok. Masa kriits terjadi selama transisi dari fase demam ke fase non-demam, dan biasanya terjadi setelah hari ketiga. Serangkaian pengukuran hematokrit merupakan panduan yang sangat penting untuk pengobatan, karena hal ini merefleksikan tingkat kebocoran plasma yang terjadi dan kebutuhan pemberian cairan intravena. Hemokonsentrasi biasanya mendahului perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Hematokrit harus diukur setiap hari mulai hari ketiga sampai satu atau dua hari saat suhu tubuh sudah kembali normal. Jika pengukuran hematokrit tidak dapat dilakukan, pengukuran hemoglobin dapat dijadikan pengganti, tetapi hasilnya kurang sensitif. 6,7Walaupun terjadi kebocoran plasma yang masif, terutama dalam kasus syok, penggantian volume sesuai ukuran sangat dianjurkan. Volume yang dibutuhkan harus dicatat dua atau tiga jam sekali atau bahkan lebih sering lagi pada kasus syok. Kecepatan penggantian cairan intravena harus disesuaikan dalam keseluruhan masa kebocoran yang berlangsung 24-48 jam melalui serangkaian pengukuran hematokrit yang disertai dengan pengkajian terhadap tanda-tanda vital dan haluaran urine guna memastikan penggantian volume yang adekuat dan untuk menghindari volume infus yang berlebih. Volume penggantian cairan harus volume minimum yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi yang efektif selama periode kebocoran. Penggantian volume yang berlebih dan terus-menerus setelah kebocoran berhenti akan menyebabkan efusi pleura yang masif, asites, dan kongesti/edema paru disertai distress pernapasan jika reabsorpsi plasma yang didesak keluar terjadi pada tahap pemulihan. Umumnya, volume yang dibutuhkan adalah volume untuk mempertahankan ditambah kekurangan 5-8%.6,7Terapi cairan parenteral dapat diberikan pada unit rehidrasi rawat jalan untuk kasus ringan atau sedang jika terjadi muntah atau dapat terjadi dehidrasi atau asidosis atau ketika terjadi hemokonsentrasi. Volume cairan yang diberikan untuk koreksi dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah dihitung berdasarkan dejarat dehidrasi dan kehilangan elektrolit serta harus mengikuti komposisi berikut: 5% glukosa dalam separuh atau sepertiga larutan saline fisiologis. Pada kasus asidosis, sepermpat cairan harus mengandung 0,167 mol/liter natrium bikarbonat.6,7Jika hemokonsentrasi yang terjadi signifikan, mis., hematokrit meningkat 20% atau lebih dari nilai normalnya (sebaliknya, nilai normal hematokrit pada anak-anak dalm kelompok usia yang sama di dalam masyarakat dapat dipakai untuk memperkirakan derajat hemokonsentrasi), caurab tabg digunakan untuk terapi pengganti harus mengandung komposisi yang sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan pengganti serupa dengan yang diberikan pada pengobatan kasus diare yang mengalami dehidrasi isotonik ringan sampai sedang (defisit 5-8%).6,7Volume yang diperlukan sebagai cairan pengganti sebanding dengan volume cairan dan elektrolit yang hilang; dengan demikian, 10ml/kg harus dibeikan untuk setiap 1% berat badan normal yang hilang. Persyaratan volume cairan untuk rumatan, yang dihitung dengan rumus Halliday dan segar harus ditambahkan pada cairan pengganti. Karena laju kebocoran plasma tidak konstan (laju akan lebih cepat jika suhu tubuh turun), volume dan laju terapi cairan intravena harus disesuaikan menurut laju dan volume plasma yang hilang. Kehilangan palsma dapat dipantau dengan melihat adanya perubahan kadar hematokrit, tanda-tanda vital atau volume haluaran urine. Akan tetapi, walaupun volume plasma yang hilang sangat besar, penggantian cairan yang sesuai dengan perhitungan sangat penting untuk menghindari hidrasi yang berlebih.6,7Jadwal yang terusun dalam (tabel 2) dapat dipakai sebagai rujukan, dan jadwal tersebut merupakan hasil perhitungan untuk dehidrasi sedang yang mencapai defisit sekitar 6% (ditambah rumatan). Pada anak yang lebih tua atau pada orang dewasa yang beratnya melebihi 40 kg, volume yang dibutuhkan untuk 24jam harus dihitung dua kali lipat daripada yang dibutuhkan untuk rumatan.6,7Pasien harus dirawat inap dan ditangani dengan segera jika terdapat tanda dan gejala syok berikut ini: gelisah/letargi; tangan dan kaki terasa dingin dan terdapat sianosis sirkumoral; oliguria; denyut yang lemah dan cepat; tekanan denyut menyempit (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, dan peningkatan hematokrit secara tiba-tiba ke nilai yang tinggi atau peningkatan nilai hematokrit secara kontinu walaupun telah diberi cairan infus.6,7Tabel 1. Perhitungan rumatan cairan infus intravenaBerat badan(kg)Volume rumatan (ml) yang diberikan selama 24jam

201500 +20 per-kg setiap kelipatan 20kg

Pada beberapa kasus, pengobatan dengan sedatif diperlukan untuk menenagkan anak yang gelisah. Obat-obatan hepotoksik harus dihindari. Kloral hidrat, dapat diberikan melalui anus maupun oral, sangat dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mg/kg berat badan (tidak boleh melebihi 1g) sebagai dosis hipnotik tunggal. Kegugupan atau kegelisahan yang diakibatkan oleh perfusi jaringan akan mereda setelah pemberian penggantian volume cairan yang adekuat.6,7Ada juga dengan terapi oksigen. Terapi oksigen harus diberikan pada semua pasien yang mengalami syok, tetapi harus diingat baahwa masker oksigen dapat meningkatkan kecemasan pasien.6,7Uji penggolongan darah dan pencocokan silang harus dilakukan sebagai salah satu tindakan pencegahan pada setiap pasien yang mengalami syok, terutama pada kasus dengan syok mendalam. Transfusi darah diinstruksikan pada kasus yang menampakkan manifestasi perdarahan yang signifikan.6,7Perdarahan internal mungkin akan sulit dikenali jika terjadi hemokonsentrasi. Penurunan kadar hematokrit, tanpa menunjukkan perbaikan klinis walaupun sudah diberikan cairan yang memadai, menandakan adanya perdarahan internal yang signifikan. Fresh whole blood lebih dianjurkan dan volume yang diberikan harus volume yang hanya cukup untuk menaikkan konsentrasi darah merah sampai kembali normal. Fresh frozen plasma dan/atau trombosit yang kental mungkin diperlukan pada beberapa kasus jika koagulasi intravaskular diseminata menyebabkan perdarahan masif. Koagulasi intravaskular diseminata biasa terjadi pada kasus syok yang berat, dan mungkin memainkan peran penting pada kejadian perdarahan masif atau syok yang mematikan. Hasil uji hematologis harus dikaji pada semua pasien yang mengalami syok untuk memantau awitan dan tingkat keparahan koagulasi intavaskular dseminata. Hasil uji seperti ini akan menentukan prognosis pasien.6,7

PencegahanPencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pemberantasan nyamuk dibagi menjadi pemberantasan nyamuk dewasa dan pemberantasan jentik nyamuk serta pencegahan gigitan nyamuk.7Pemberatasan nyamuk dewasa, dilakukan dengan cara melakukan fogging atau membunuhan nyamuk dewasa dengan mengunakan insektisida ( malation, losban).7Pemberantasan jentik nyamuk, dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara fisik , biologis maupun secara kimiawi yaitu: 71. Fisik Cara ini dikenal denga kegiatan 3 M yaitu adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:7 a. MengurasMenguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali. b. MenutupMenutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lain-lain.c. MenguburMengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat menampung air hujan.Pengurasan TPA perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat itu.

2. Biologis Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan yang memakan jentik-jentik nyamuk (ikan kepala timah, ikan guppy).7

3. Kimiawi Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan cara memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.7 Pencegahan gigitan nyamuk dengan cara:71. Melakukan tidakan 3M yaitu meguras, menutup dan mengubur. 2. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.3. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk oles. 4. Memasang kawat kasa dijendela dan di ventilasi 5. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar. 6. Gunakan klambu waktu tidur.

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:71. Ensefalopati dengue : pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolic atau pendarahan dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi. 2. Kelainan ginjal: gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Pada syok berat seringkali dijumpai acute tubular necrosis ditandai penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin. 3. Oedema paru : komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pemberian cairan yang berlebihan.PrognosisBila penanganan demam berdarah dengue dilakukan dengan manajemen medis yang baik yaitu pemantau kadar trombosit dan hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan dan prognosisnya baik. Namun keadaan bila kebocoran plasma tidak dideteksi lebih dahulu dan tidak dilakukan penanganan yang tepat sehingga jumlah trombosit