makalah bdp kel 6_discovery learning

34
Makalah Belajar dan Pembelajaran Model Pembelajaran Discovery dan Penerapannya dalam Pembelajaran fisika” Disusun Oleh : Kelompok 6 Anggota : 1. Kurnia Lahmita Putri (06121011001) 2. Cici Dwitisa Haspen (06121011023) 3. Noviyanti (06121011024) 4. Barokah (06121011031) 5. Hesih Permawati (06121011041) 6. Daryatun (061210110)

Upload: indahislami16

Post on 20-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

BDP

TRANSCRIPT

Makalah Belajar dan PembelajaranModel Pembelajaran Discovery dan Penerapannya dalam Pembelajaran fisika

Disusun Oleh :Kelompok 6Anggota: 1. Kurnia Lahmita Putri(06121011001) 2. Cici Dwitisa Haspen(06121011023) 3. Noviyanti(06121011024) 4. Barokah(06121011031) 5. Hesih Permawati(06121011041) 6. Daryatun(061210110) 7. Amalia Ratna Sari(061210110)Dosen Pembimbing : Taufiq, M.Pd.PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata Belajar dan Pembelajaran. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman atas masukkannya, dorongan dan saran yang telah diberikan kepada kami. Dan ucapan terima kasih kepada Bapak Taufiq, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran FKIP Universitas Sriwijaya yang telah memberikan waktu kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya.

Indralaya, 8 Desember 2013

Penulis

Page | i

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR............................................................................................iDAFTAR ISI...........................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN.......................................................................................11.1. Latar Belakang.......................................................................................11.2. Rumusan Masalah..................................................................................11.3. Tujuan Penulisan....................................................................................21.4. Metodelogi Penulisan.............................................................................21.5. Manfaat penulisan..................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................42.1. Pengertian Pembelajaran Discovery Learning......................................42.2. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning............................................52.3. Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery Learning ..................62.4. Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning....................102.5 Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas...........................122.5.1 Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning..122.5.2 Prosedur Aplikasi Discovery Learning.....................................122.6. Metode Discovery Dalam Pembelajaran Fisika..................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................173.1. Kesimpulan..........................................................................................173.2. Saran....................................................................................................17DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

Page | ii

Page | xi

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.Pada saat proses belajarmengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa.Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsipprinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dari makalah ini adalah model pembelajaran discovery learning serta penerapannya dalam dalam pembelajaran Fisika.

1.3 Tujuan Penulisana. Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran discovery learning.b. Mengetahui tujuan pembelajaran Discovery Learning.c. Mengetahui Strategi-strategi apa yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Discovery Learning.d. Memahami peranan guru dalam pembelajaran Discovery Learning.e. Mengetahi langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran Discovery Learning.f. Mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran Discovery Learning.g. Memahami bagaimana penerapannya di dalam kelas dan proses pembelajaran Fisika.

1.4 Metodelogi PenulisanAdapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber, baik dari buku ataupun internet tentang model pembelajaran Discovery Learning dan penerapannnya dalam Pembelajaran Fisika.1.5 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan kepada mahasiswa sebagai calon guru untuk menggunakan model pembelajaran discovery learning.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Discovery LearningPenemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata mata ditemukan oleh siswa sendiri.Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajarandiscovery learningadalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2 Tujuan Pembelajaran Discovery LearningBell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikanc.Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.d.Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.e.Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.f.Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

2.3Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery LearningDalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi, strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:a. Strategi InduktifStrategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan barangkali atau mungkin.Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu (Cooney dan Davis, 1975: 143). Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali tidak membuktikan. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok.Perhatikanlah strategi penemuan berikut ini :Guru : sekarang kita akan menguji hubungan yang merupakan tantangan matematika. Untuk memulai, mari kita mengikuti pernyataan berikut.20 = 17 + 322 = 19 + 324 = 17 + 726 = 13 + 1328 = 17 + 11Apakah kalian mencatat pola dari pernyataan tersebut?Lala : Bilangan di sisi kiri semua bilangan dua puluhan.Guru : Baik. Bagaimana dengan pertambahan di sebelah kanan?Vivi : Semuanya bilangan ganjil.Guru : Benar, tapi dapatkah kalian menyatakan yang lain tentangnya, di samping fakta bahwa itu bilangan ganjil?Vivi : Baik. Bilangan itu prima.Guru : Sangat bagus, dapatkah seseorang dari kalian meringkas pernyataan?Anis : Beberapa bilangan dua puluhan merupakan pertambahan dari dua bilangan prima.Guru : Apakah kalian berpikir ini akan berlaku untuk bilangan yang lain?Aldi : Aku tidak yakin.Guru : Mari kita coba untuk beberapa contoh, katakanlah 30 atau 10 atau 52.Sari : Tiga puluh sama dengan 27 ditambah 3.Guru : Apakah ini mengikuti pola yang sama Dian?Dian : Tidak, 27 bukan bilangan prima.Sari : Benar, aku lupa. 30 sama dengan 17 ditambah 13Guru : Bagaimanakah dengan 10 dan 52?Vian : Sepuluh sama dengan 7 ditambah 3 dan 52 sama dengan 47 ditambah 5.Guru : Baik, setiap siswa ambil tiga contoh bilangan lain dan cobalah. (berhenti). Sudahkah kalian menemukan dan dapatkah kalian mengungkapkannya?Dude : Empat sama dengan 2 ditambah 2, tapi 2 bukan bilangan prima yang ganjil.Guru : Bagaimana dengan 3 ditambah 1? Ini juga sama dengan 4.Dude : Satu bukan bilangan prima.Guru : O.K. Bagaimana dengan 6? Apakah ada yang sudah mencobanya?Ita : Itu mudah, 3 ditambah 3Guru : Apakah kalian sudah menyimpulkan mengenai bilangan genap dan bilangan prima ganjil?Ida : Baik, setiap bilangan genap yang lebih dari 4 adalah sama dengan pertambahan dua bilangan prima ganjil.Guru : Sangat bagus. Ini statemen yang sangat terkenal yang disebut dugaan Goldbach. Tidak seorangpun yang telah menemukan, meskipun matematikawan tidak mampu membuktikan itu. Untuk alasan ini kita cenderung percaya bahwa statemen ini benar.

b. Strategi deduktifDalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran, siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah .Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif , kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut sedang memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu.2.4Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery LearningDahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:a.Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.b.Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.c.Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.d.Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akandipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.e.Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.

2.5 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning- Kelebihan discovery learning1.Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)2.Dapat meningkatkan motivasi3.Mendorong keterlibatan keaktifan siswa4.Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.5.Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat6.Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.7.Melatih siswa belajar mandiri

Kekurangan discovery learning1.Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman antara guru dengan siswa2.Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.3.Menyita pekerjaan guru.4.Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.5.Tidak berlaku untuk semua topik .

2.5 Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas2.5.1 Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery LearningSeorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu:a. Menentukan tujuan pembelajaran.b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).c. Memilih materi pelajaran.d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).

2.5.2 Prosedur Aplikasi Discovery LearningAdapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198).Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

b. Problemstatement(pernyataan/ identifikasi masalah).Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).

c. Datacollection(pengumpulan data).Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).

d. Dataprocessing(pengolahan data).Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e. Verification(pentahkikan/pembuktian).Verificationmenurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

f. Generalization(menarik kesimpulan/generalisasi)Tahapgeneralitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).

2.6 Metode Discovery Dalam Pembelajaran FisikaPendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, men-jelaskan, dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru hanya memberikan masalah dan siswa disuruh memecahkan masalah melalui percobaan. Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.Contoh penerapannya dalam pembelajaran fisikaMisal : Materi tentang gaya1. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati fenomena disekitarnya yang berhubungan dengan gaya.2. Siswa diharuskan membuat sebuah rumusan masalah dari fenomena tersebut.3. Siswa siswa diharuskan membuat sebuah hipotesis untuk memperoleh jawaban sementara.4. Siswa melakukan melakukan percobaan yang berhubungan dengan gaya untuk membuktikan dugaan sementara.5. Siswa menarik kesimpulan dari hasil percobaan.Pada hakikatnya, kegiatan belajar sangat tergantung kepada motivasi dan karakteristik individu. Pembelajaran dengan metode discovery memberikan peluang yang lebih besar terhadap siswa yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar, sebab metode ini menuntut siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara aktif. Sementara itu pada pembelajaran diskusi kelompok siswa betul-betul dituntut perhatiannya kepada pelajaran, karena mereka harus mengkaitkaitkan materi pelajaran dan berusaha membeberkan atau mencetuskan pendapatnya sendiri.

BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanPembelajarandiscovery learning(penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.

3.2SaranKarena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.Selain itu alat alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori - teori belajar.jakarta. ErlanggaElvira-yunita-utami.Penerapan MetodeDicsovery Learningpada Pembelajaran Matematika dalam Usaha Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Neg 2 Pengasih Kabupatan.Kulon ProgoRatumanan, T. G. 2004.Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University Press.Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.Ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/peningkatan-hasil-belajar-matematikahttp-3A-2Findex-of-ppt.com-2FMetode-2Pembelajaran-2FDiscovery-2FLearning-Page | 17