makalah bahasa indonesia-paragraf

27
1 BAB 1 PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang Dalam menulis sebuah karangan atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk sebuah paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau pendapat tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti tertentu. Menyusun suatu paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide, terdapat kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea, dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat). Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.

Upload: tri-suryo-nugroho

Post on 26-Nov-2015

622 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang

Dalam menulis sebuah karangan atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan

dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan

lagi sehingga terbentuk sebuah paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan

suatu gagasan atau pendapat tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti

tertentu.

Menyusun suatu paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa aspek.

Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas,

semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu

ide, terdapat kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang

membentuk alinea, dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan

menggunakan kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat).

Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf

yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun

agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang

baik.

A.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan

masalahnya sebagai berikut:

1. Apa definisi dari paragraf ?

2. Apa saja syarat pembentukkan sebuah paragraf yang baik ?

Page 2: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

2

3. Apa saja jenis paragraf ?

A.3 Tujuan

Setelah mengemukakan rumusan masalah diatas, maka pada akhirnya kami

tentunya memiliki tujuan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi

pengetahuan mengenai definisi paragraf, syarat pembentukkan paragraf dan jenis-jenis

paragraf..

A.4 Manfaat

Dengan selesai nya pembuatan makalah ini, semoga manfaat yang dapat

diambil dari makalah yang kami sajikan ini adalah :

a. Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau referensi bagi

teman-teman mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum sebagai bahan

pembelajaran mengenai pengertian, syarat pembentukan dan jenis-jenis

paragraf.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama pembelajaran yang

berkaitan dengan paragraf.

A.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang

A.2 Rumusan Masalah

A.3 Tujuan

Page 3: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

3

A.4 Manfaat

A.5 Sistematika Penulisan

A.6 Metode

A.7 Landasan Teori

BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Pengertian Paragraf

B. Syarat-Syarat Pembentukkan Paragraf

C. Jenis-Jenis Paragraf

BAB 3 : PENUTUP

A.1 Kesimpulan

A.2 Daftar Pustaka

A.6 Metode

Dalam pembuatan makalah ini, kelompok kami mengambil bahan dari sumber

buku, internet dan pemahaman kelompok kami terkait pelajaran bahasa Indonesia

mengenai paragraf.

A.7 Landasan Teori

Kelompok kami mengambil referensi dari H.S. Widjojo dalam bukunya Bahasa

Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, buku yang

ditulis oleh E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai berjudul Cermat Berbahasa Indonesia

untuk Perguruan Tinggi dan dari Gorys Keraf.

Page 4: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

4

BAB 2

PEMBAHASAN

A Pengertian Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau

topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau

mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah

paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat,

mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu

paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung

beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain.

Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat

dengan masalah itu.1

Ciri-ciri paragraf:2

1. Kalimat pertama bertakuk kedalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan

biasa, misalnya surat dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal,

misalnya: makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Karangan, misalnya surat

berbentuk lurus yang tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi

merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.

2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam

kalimat topik. Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah atau

akhir.

3. Paragraf menggunakan ide penjelas (ide pendukung atau ide pengendali) yang

dinyatakan dalam kalimat penjelas.

4. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Penempatan kalimat topik ada empat

cara: (i) Kalimat topik pada posisi awal membentuk paragraf deduktif. (ii) Kalimat

topik pada posisi akhir membentuk paragraf induktif. (iii) Kalimat topik pada

1 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, hal: 1152 HS. Widjojo “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”, hal: 222

Page 5: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

5

posisi tengah membentuk paragraf induktif-deduktif. (iv) Kalimat topik pada posisi

awal dan akhir memberntuk paragraf deduktif-induktif. Kedua kalimat topik pada

paragraf itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf

menegaskan gagasan kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua

kalimat topik itu dilakukan pada paragraf yang panjang, misalnya 6 s/d 10 buah

kalimat.

5. Paragraf akademik terdiri atas kalimat topik, kalimat penjelas atau pendukung

dan kalimat konklusi. Kalimat topik ditempatkan pada posisi awal. Paragraf

akademik untuk berkomunikasi akademik dengan pembacanya, misalnya untuk

menjawab tugas-tugas perkuliahan. Komunikasi berhasil jika seluruh informasi

terpahami oleh pembacanya. Paragraf akademik disusun berdasarkan bahasa

formal, baku dan menyajikan pesan dengan kalimat yang efektif.

6. Paragraf dalam esai akademik: esai terdiri dari atas beberapa paragraf yang

diklasifikasi menjadi paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf

konklusi. Paragraf penjelas diklasifikasi menjadi paragraf penjelas 1, penjelas 2

dan penjelas 3. Seluruh paragraf menyajikan gagasan secara lengkap dan

menyatu. Seluruh kalimat mendukung kalimat topik dan tidak satupun, kalimat

menyimpang dari kalimat topik.

7. Seluruh kalimat saling mengait. Pengertian dapat dilakukan dengan konjungsi,

subsitusi (penggantian), elipsis (pelesapan) dan lain-lain.

Fungsi Paragraf:3

1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan

perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu

kesatuan.

2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri

beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.

3. Mengorganisasi gagasan dengan mengurutkan penempatan gagasan.

a. Paragraf terdiri atas: kalimat topik, kalimat penjelas dan kalimat konklusi.

3 HS. Widjojo “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”, hal: 223

Page 6: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

6

b. Esai terdiri atas: paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf

konklusi

4. Mengembangkan topik karangan kedalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih

kecil, misalnya: paragraf pendahuluan, paragraf pengembang 1, paragraf

pengembang 2, paragraf pengembang 3 dan paragraf konklusi.

5. Mengendalikan variabel terutama karangan yangg terdiri atas beberapa variabel.

Untuk dua variabel, misalnya: paragraf 1 pendahuluan pentingnya membalas

kedua variabel x dan y; paragraf 2 membahas variabel x, paragraf 3 membahas

variabel y, paragraf 4 membahas hubungan variabel x dan y, paragraf 5 hasil

analisis, paragraf 6 menyajikan konklusi.

B. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf

Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan,

keruntutan dan konsistensi penggunaan sudut pandang.4

B.1 Kesatuan Paragraf

Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu

pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan

kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan

paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.

Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran:

Jateng Sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng

setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di

Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara

Pulau Jawa. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan

selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak dan satu

medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke

4 Ibid hal: 231-243

Page 7: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

7

tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah

diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.

Dalam paragraf diatas, kalimat yang ditulis tebal dan digaris bawahi tidak

menunjukkan keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar

dari permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan

dari paragraf.

B.2 Keterpaduan

Paragraf dinyatakan terpadu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang saling

mengait. Keterkaitan kalimat dalam paragraf menghasilkan kejelasan gagasan.

Keterkaitan kalimat itu menghasilkan keterpaduan paragraf menjadi satu kesatuan

konsep, pikiran atau pendapat yang utuh dan kompak. Keterkaitan itu dapat dibangun

melalui repitisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti dan bentuk pararel.

B.2.1 Repitisi

Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya.

Kata kunci (sinonimnya) yang telah disebutkan dalam kaliat pertama diulang pada

kalimat kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf menjadi padu,

utuuh dan kompak.

B.2.2 Substitusi

Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronomina atau padanan. Sebuah

kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali

pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula

menggantikan kalimat, paragraf dan dapat pula menggantikan bab.

Page 8: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

8

B.2.3 Kata Transisi

Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkat yang menyatakan

adanya hubungan, baik intrakalimmat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi

yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu,

menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang

dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut:

Sebab-Akibat : sebab, karena, akibatnya, maka, ole karena itu, oleh sebab

itu, dampaknya

Hasil-Akibat : akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga

Pertentangan : tetapi, namun, berbeda dengan, sebaliknya, kebalikan

daripada itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian

Waktu : ketika

Syarat : jika, jikalau, apabila, kalau

Cara : cara yang demikian, cara ini

Penegasan : jadi, dengaa demikian, jelaslah bahwa

Tambahan informasi : tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih

daripada itu, lebih lanjut, disamping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian,

sehubungan dengan hal itu, dengan kata lain, singkatnya, tegasnya

Gabungan : dan, serta

Urutan : mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini, sesudah

itu, selanjutnya

Penulisan kata transisi antarkalimat harus diikuti koma.

1. Ia Mahasiswa paling ccerdas di kelasnya. Akan tetapi, setelah dua tahun tamat

kuliah ia belum juga mendapatkan perkerjaan.

2. Setelah berupaya mendapatkan pekerjaan selama dua tahun itu, ia tetap saja

belum mendapatkannya. Akhirnya, ia berwirausaha.

B.2.4 Konjungsi (Kata Perangkai): dan, tetapi, bahkan, tambahan pula, selain itu.

Page 9: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

9

Saya membaca lima buah buku dan meringkasnya menjadi lima halaman.

Buku itu telah saya pelajari, tetapi tidak menemukan bagian yang relevan

dengan bahasan itu. Saya pelajari kembali beberapa bagian yang penting.

Bahkan, saya diskusikan bersama teman-teman. Tambahan pula, bahasan

buku-buku itu kami perbandingkan. Selain itu, kami juga menambah referensi

lain yang terkait dengan bahasan itu, hasilnya, teori yang mendasari kajiann itu

belum memadai.

B.2.5 Struktur Pararel

Struktur pararel (kesesjajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar: bentuk kata yang

sama, struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat)

yang sama.

Contoh:

Sejak 1998, pelaksanaan reformasi hukum belum menunjukkan tanda-

tanda yang serius. Menurut Presiden Megawati (Kompas, Agustus 2004),

pelaksanaa tersebut justru terhambat oleh para penegak hukum di lapangan.

Jika kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak hukum

belum sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawabnya. Sementara itu,

para investor dan pengusaha berharap agar penegakkan hukum tersebut

dipercepat. Jika berhasil,pencapaian keadilan dan kemakmuran masyarakat

segera terwujud. Ini berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis

juga terangkat.

Kata-kata yang dicetak miring merupakan bentuk sejajar (pararel). Seluruhnya

menggunakan imbuhan pe-an. Kesejajaran bentuk ini berfungsi untuk mengikat makna

sehingga membentuk kepaduan paragraf. Selain itu, kepaduan paragraf tersebut juga

dibarengi dengan kesejajaran struktur kalimat. Perhatikan, hampir setiap kalimat

menggunakan struktur yang sama, dimulai dengan anak kalimat, kata keterangan atau

kata transisi.

Page 10: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

10

B.3 Ketuntasan

B.3.1 Kalsifikasi

Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan:

1. Klasifikasi yaitu pengelompokkan objek secara lengkap dan menyeluruh.

Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk

kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks.

Klasifikasi sederhana membagi sesuatu kedalam dua kelompok, misalnya: pria

dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klaifikasi kompleks

membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-

kecil, pengusaha besar-menengah-kecil, negara maju-berkembang-terbelakang.

2. Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh

dan utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan

menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih dan tidak valid.

Contoh:

Mahasiswa di kelas itu terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-

laki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10

orang dan IPK 2,7 sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki-laki mencapai

IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum

mencapai IPK 4 berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna

mungkin sehingga dapat mengangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang

sudah mencapai IPK 4 juga berupaya mendaapatkan nilai skripsi A dengan

harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4.

Klasifikasi objek pada contoh diatas menunjukkan ketuntasan. (1) Seluruh objek

(mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk kedalam

kelompok. (2) Klasifikasi pembahasan gagsan juga tuntas. Pengelompokkan IPK yang

dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3 dan 2,7) di kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada

gagasan dan fakta yang tertinggal.

Page 11: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

11

B.3.2 Definisi Formal

Ketuntasan bahasan dapat dilakukan dengan definisi formal. Dalam definisi

formal terdapat genus, kelas dan pembeda. Genus bersifat umum, kelas merupakan

unsur, bagian-bagian atau detail atas genus, pembeda adalah penanda masing-masing

kelas.

B.4 Konsistensi Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya.

Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut panddang aku seolah-olah

menceeritakan dirinya sendiri. Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut

pandang dia atau ia seolah-olah menceeritakan dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang

menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus

menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir.

B.5 Keruntutan

Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran dan lain-lain

dalam karangan. Gagasan dei gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir-

tidak pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah

dan menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Urutan proses ddengan bilangan: Pembangunan karakter dilakukan secara

bertahap. Pembangunan itu, pertama menginterventarisasi ..., tahap kedua ...,

Tahap ketiga ...

2. Urutan proses tanpa bilangan: Pembangunan kampus dilakukan secara

bertahap. Mula-mula ..., Selanjutnya ..., Akhirnya ...

3. Tahapan: bagian pertama ..., bagian kedua ..., bagian ketiga ...

4. Skala prioritas: unsur terpenting ..., agak penting ..., kurang penting ..

Page 12: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

12

5. Pengembangan: pemikiran yang mendasari ..., pengembangan pemikirn itu ...,

konsep yang dihasilkan ...

6. Strata (tingkatan) komunikasi yang paling efektif ..., sedang ..., kurang efektif ...,

7. Hubungan antarposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya): Kebijakan

utama yaitu membangun kultur akademik merupakan prioritas kampus. Sejalan

dengan hal itu kinerja penelitian dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan.

(ilmiah, objektivitas, menyenagkan)

Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran dalam mengurutkan pernyataa demi

pernyataan. Untuk itu, penulis memerlukan: (1) pemahaman konsep-konsep yang akan

dibahas. (2) berkecermatan tinggi dalam menghipun gagasan, pemikiran, lengkap dan

runtut. (3) Ketekunan dalam menjaring dan mengurutkan pikiran mana yang perlu

ditempatkan pada posisi awal, tengah dan bagian akhir. (4) Gigih menemukan konsep-

konsep yang berkelanjutan sampai tuntas.

C.      Jenis paragraf

Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan kawan-kawan, Gorys Keraf,

Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka

gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Namun karena pebicaraan tentang

letak kalimat utama juga memberikan nama tersendiri bagi setiap paragraf, penulis

cenderung menjadikan topik letak kalimat utama sebagai salah satu penjenisan

paragraf. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut:

.

C.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya

Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf

berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.

a) Paragraf Pembuka

Page 13: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

13

Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar

karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat

dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup

menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek

jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan

kebosanan pembaca.

b) Paragraf Penghubung

Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang

terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.

Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-

paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus

diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu

teratur dan disusun secara logis.

Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.

Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf

itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu

mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar

atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan

pendapat pengarang.

c) Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan

atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat

dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.

Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap

diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu

pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu

kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan

banyak kesan kepada pembacanya.

Page 14: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

14

C.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama

Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut

penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria

penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak

pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara

meletakkan kalimat utama dalam paragraf.

a) Paragraf Deduktif

Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama.

Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat

utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang

umum ke yang khusus.

Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan

memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf

semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di

awal paragraf.

Contoh :

Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum

dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan

ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan

persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka

kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia

dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran

bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.

Page 15: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

15

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif),

yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

b) Paragraf Induktif

Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau

perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini

dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang

umum.

Contoh :

Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula,

minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang

biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain

melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti

busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun

tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga

barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif),

yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap

tahun.

c) Paragraf Gabungan atau Campuran

Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf.

Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama.

Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis

merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu

pikiran utama, bukan dua.

Page 16: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

16

Contoh :

Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang

bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa

menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat

berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf, yaitu buku

merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide pokoknya

terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam

kehidupan manusia.

d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama

Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di

seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam

karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:

Contoh :

Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda

cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan

jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di

pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat.

Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk

cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang

menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya.

(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)

Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena

seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting

dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari

paragraf tersebut.

Page 17: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

17

Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf

deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian

ini.

C.3 Jenis Paragraf Berdasarkan Isi

a) Narasi

Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :

Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.

Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.

Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.

Contoh:

Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat

pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani,

Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi

mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi

bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.

b) Deskripsi

Deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran

secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang

samadengan informasi yang disampaikan.

Ciri-ciri diskripsi adalah :

Page 18: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

18

Bersifat informatif

Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis

Susunan peristiwa tidak dianggap penting

Contoh :

Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman belakang rumah.

Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan

badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan

membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang segar

sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk sehari

kemarin.

c) Eksposisi

Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok

persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah

yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik.

Contoh :

Investasi langsung asing di China pada 2010 mencapai $105,7 miliar dan

pada 2011 sebesar $116 miliar. Sedangkan investasi asing pada semester

pertama 2012 adalah $117 miliar. Negara utama asal investasi asing ke China

adalah Amerika Serikat (28%), Eropa (23,42%) dan Asia (31,23%).

d) Argumentasi

Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti

dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi

Page 19: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

19

dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan

persetujuannya.

Contoh :

Keluaga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. Ibu

tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu

pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun

tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang terjamin.

e) Persuasi

Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan

bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga

pembaca terhanyut oleh siratan isinya.

Contoh :

Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang kita akan

mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah

disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena

itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.

BAB 3

PENUTUP

Page 20: Makalah Bahasa Indonesia-Paragraf

20

A.1 Kesimpulan

Dengan pembahasan yang sudah kami sajikan diatas, kelompok kami

memberikan kesimpulan bahwa :

Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan

sehingga membentuk suatu gagasan tertentu.

Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar

terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.

Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat

dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya.

A.2 Daftar Referensi

Arifin, E. Zaenal & S. Amran Tasai, ”Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi Edisi Revisi”, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.

Widjojo Hs, “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di

Pergurua Tinggi”, Jakarta: Grasindo, 2005.