memahami karakteristik bahasa indonesia ilmiah ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan paragraf

20
MAKALAH BAHASA INDONESIA PENDIDIKAN NONFORMAL Page i MEMAHAMI KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA ILMIAH EJAAN, PILIHAN KATA, DAN KALIMAT DAN PARAGRAF MAKALAH Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Rahmi Rahmayati, M.Pd. Oleh KELAS PLS 2013 B Ivan Khadarisman 13010034016 Robiatul Adawiyah 13010034045 Wahyu Setyorini 13010034046 Sherly Claudia Pardosi 13010034067 Desy Anjani Priastika 13010034074 Aries Angga Prakoso 13010034080 Mohammad Zainul Mifta 13010034083 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL 2015

Upload: mu-za-mi

Post on 24-Dec-2015

402 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bagaimana kita belajra untuk Memahami Bahasa Indonesia yang baik dan benar

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page i

MEMAHAMI

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA ILMIAH

EJAAN, PILIHAN KATA, DAN KALIMAT DAN PARAGRAF

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh

Rahmi Rahmayati, M.Pd.

Oleh

KELAS PLS 2013 B

Ivan Khadarisman 13010034016

Robiatul Adawiyah 13010034045

Wahyu Setyorini 13010034046

Sherly Claudia Pardosi 13010034067

Desy Anjani Priastika 13010034074

Aries Angga Prakoso 13010034080

Mohammad Zainul Mifta 13010034083

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL

2015

Page 2: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil, alamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., Rabb Yang

Maha Esa, Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas kehendak- Nya, penulis mampu

menyelesaikan makalah dengan judul Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah, Ejaan,

Pilihan Kata dan Kalimat dan Paragraf. Meskipun selama penyusunan, banyak menghadapi kesulitan,

namun berkat usaha yang keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil menyelesaikan tulisan

ini.

Makalah ini memberikan uraian tentang karakterisik bahasa Indonesia ilmiah, dengan

membandingkan beberapa buku, sehingga pembaca mampu memahami secara baik dengan membuat

kesimpulan mengenai karakterisik bahasa Indonesia ilmiah. Kemudian makalah ini juga membahas

mengenai ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan paragraf, yang penulis rangkum dari beberapa buku,

untuk memudahkan pembaca menarik garis besar dari penjelasan ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan

paragraf.

Makalah dengan judul Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah, Ejaan, Pilihan

Kata dan Kalimat dan Paragraf ditulis untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Terselesaikannya

makalah ini berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rahmi, Rahmayati, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,

2. Rekan- rekan tim PLS 2013 B.

Akhir kata, penulis mengharap agar makalah yang membahas tentang karakteristik bahasa

indonesia ilmiah, ejaan, pilihan kata dan kalimat dan paragraf ini bermanfaat bagi pembaca agar

mampu menulis dan memahami bahasa Indonesia secara baik dan benar. Kepada pembaca, kritik dan

saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.

Surabaya, 22 Februari 2014

Penulis

Page 3: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 (PENDAHULUAN) 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 1

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II (PEMBAHASAN) 3

2.1 Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah 3

2.2 Ejaan 8

2.3 Pilihan Kata 8

2.4 Kalimat dan Paragraf 10

BAB III (PENUTUP) 16

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

Page 4: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari bahasa Indonesia dapat digunakan untuk berkomunikasi

dalam segala kepentingan, misalnya kepentingan komunikasi seni budaya,politik, bisnis, dan

komunikasi ilmiah atau keilmuan. Penggunaan bahasa Indonesia untuk komunikasi ilmiah ini

jelas sangat menopang pernyataan di atas, bahwa salah satu fungsi bahasa Indonesia sebagai

bahasa ilmu.

Bahasa Indonesia yang digunakan untuk kepentingan komunikasi ilmiah disebut bahasa

Indonesia ilmiah. Lebih lanjut, Suparno dkk. (1994:2) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia ilmiah

merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyampaikan buah

pikiran yang bersifat ilmiah, bersituasi resmi dengan unsur-unsur kebahasaan yang bersifat baku.

Senada dengan pendapat di atas, Yonohudiyono dkk, (1994) menyatakan bahwa bahasa Indonesia

ilmiah adalah salah satu ragam bahasa yang tidak termasuk ke dalam ragam dialek, dipakai

dalam suasana resmi oleh para cendikiawan untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan baik

secara tulis maupun lisan (TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA. 2013: 15) .

Tulisan Ansjar (1991) menyatakan bahwa banyak dosen yang baru bisa menyusun

kalimat- kalimat dan belum bisa menyusun paragraf, dan pendapat Kuntjaraningrat (1992) yang

mengatakan kebanyakan orang Indonesia yang berbahasa Indonesia dengan prinsip pokoknya

mengerti, serta mengingat pula sebagian besar orang Indonesia itu adalah bahasa kedua (bahasa

pertama mereka adalah bahasa daerah masing- masing): kiranya banyak di antara bangsa

Indonesia, termasuk kaum intelektualnya, yang belum dapat berbahasa Indonesia dengan baik

(Chaer, Abdul. 2011: ).

Menanggapi kalimat di atas, bahwa memahami karakteristik bahasa ilmiah, ejaan,

pilihan kata, dan kalimat dan paragraf adalah penting. Memahami karakteristik bahasa ilmiah,

ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan paragraf adalah dasar dari mempelajari bahasa Indonesia,

dengan demikian, dalam kelanjutan menulis suatu karangan ilmiah tidak terjadi kesalahan yang

fatal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik bahasa Indonesia ilmiah?

2. Bagaimana ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan?

3. Bagaimana pilihan kata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan?

4. Bagaimana kalimat dan paragraf bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, sebagai

berikut:

1. Memahami karakteristik bahasa Indonesia ilmiah

2. Memahami ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan

3. Memahami pilihan kata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan

4. Memahami kalimat dan paragraf bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan

Page 5: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page v

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini, berdasarkan uraian tujuan penulisan di atas sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan masukan- masukan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan

sebagai dasar acuan bagi penulisan karangan ilmiah,

2. Menggunakan hasil penulisan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan untuk meningkatkan penulisan karangan ilmiah.

b. Manfaat Praktis

Bagi mahasiswa

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik bahasa ilmiah, ejaan, pilihan

kata, dan kalimat dan paragraf,

2. Untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar,

3. Untuk meningkatkan nasionalisme, melalui belajar bahasa Indonesia, khususnya

memahami karakteristik bahasa ilmiah, ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan paragraf,

4. Untuk memberikan bekal mahasiswa dalam penyusunan skripsi.

Page 6: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page vi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah

Abdul Chaer (2011: 4) dalam bukunya “Ragam Bahasa Ilmiah” menjelaskan bahwa

karangan ilmiah harus disajikan dalam bahasa ilmiah, yang memiliki ciri- ciri:

(1) Bersifat lugas. Artinya, apa yang mau diutarakan, dikatakan saja secara langsung, apa

adanya, tidak berbelit- belit atau bertele- tele, atau tanpa kalimat yang berbunga- bunga.

(2) Mematuhi kaidah- kaidah gramatika. Artinya, kalimat- kalimat dan paragraf- paragraf sesuai

dengan kaidah- kaidah tata bahasa.

(3) Efektivitas kalimat- kalimatnya terpenuhi. Maksudnya, pesan- pesan yang dikandung

kalimat- kalimat itu dapat diterima pembaca persis seperti yang diinginkan penulis.

(4) Kosakata yang digunakan, selain kosakata baku, juga sesuatu dengan kaidah pemilihan kata

(diksi); dan istilah- istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

(5) Kalimat- kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguiti). Maksudnya, kalimat- kalimatnya, atau

paragraf- paragrafnya tidak menimbulkan tafsiran ganda.

(6) Bebas dari makna kias dan figura bahasa. Artinya, kata- kata atau kalimat- kalimat yang

digunakan harus bermakna sebenarnya, yang disebut makna leksikal.

(7) Mematuhi persyaratan penalaran. Maksudnya, secara semantik kalimat- kalimat bersifat

lugas dan dapat diterima oleh akal sehat.

(8) Mematuhi atau menerapkan kaidah- kaidah ejaan yang berlaku (saat ini adalah Ejaan Bahasa

Indonesia Yang Disempurnakan, disingkat EYD)

Suparno dkk. (1994: 2-14) dalam buku “Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa

Indonesia” yang ditulis TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA, menjelaskan bahwa

karakteristik bahasa Indonesia ilmiah, yaitu:

1. Lugas dan Jelas.

Lugas diartikan mengandung makna apa adanya, gagasannya jelas, tidak berbelit-

belit, mudah dipahami, tidak diungkapkan dalam bentuk kiasan, dan tidak berbunga- bunga.

Contoh:

(1) Para pendidik kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh sebagian anak- anak

mempunyai tugas ringan.

(2) Para pendidik kadang- kadang terkena akibat ulah sebagian anak- anak, mempunyai tugas

yang berat.

(3) Organisasi intrasekolah, biasanya oleh bapak da ibu guru diadakan pemilihan atau

pengurus- pengurus organisasi siswa intra sekolah di antara kelas satu, dua, atau tiga,

serta diadakan pemilihan untuk membimbing dengan kata lain bapak pembimbing

organisasi intra sekolah oleh bapak dan ibu guru.

(4) Regenerasi dalam organisasi siswa intrasekolah biasanya dilakukan dengan cara

pemilihan. Pengurus terpilih dapat berasal dari kelas satu, dua, atau tiga. Selama proses

pemilihan, bapak dan ibu guru selalu membimbingnya. Dengan demikian, peran sebagai

pembimbing yang dilakukan oleh bapak dan ibu guru berjalan secara proporsional.

Kalimat (1) terdapat ungkapan kena getahnya dan tidak ringan. Kedua ungkapan tersebut

menyebabkan kalimat tersebut tidak lugas. Kedua ungkapan ini harus diganti menjadi terkena

akibat dan berat, sehingga pada kalimat (2) gagasan telag diungkapkan secara langsung.

Kalimat (3) juga sulit dipahami karena berbelit- belit. Kalimat yang terlalu panjang dan

penguasaan kosakata yang kurang memberikan kesan kalimat itu berbelit dan sukar ditangkap

Page 7: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page vii

maksudnya. Kalimat tersebut menjadi lebih baik dan lebih mudah dipahami maksudnya setelah

disunting menjadi kalimat (4).

Jelas berarti gamblang, tegas, dan tidak meragukan. Bahasa Indonesia ilmiah berfungsi

sebagai alat pengungkap gagasan ilmiah secara jelas sehingga bahasa yang digunakan harus

jelas, agar pembaca lebih mudah memahami gagasan yang diungkapkan.

5) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di

rumah yang dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang

merupakan mata pelajaran yang paling strategis karena langsung menyinggung tentang

moral Pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan Kesenian.

6) Penanaman moral di sekolah merupakan kelanjutan penanaman moral di rumah. Penanaman

moral di sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang

merupakan mata pelajaran yang paling strategis karena langsung menyangkut moral

Pancasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata

pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan

Kesenian.

Gagasan pada contoh (5) tidak terungkap secara jelas dan berbelit- belit. Akibatnya satuan-

satuan informasi yang terkandung di dalamnya tidak tertata secara teratur. Sebaliknya gagasan

pada contoh (6) terungkap jelas karena kalimat- kalimat pengungkap gagasan itu merupakan

kalimat- kalimat jelas. Satuan- satuan informasi yang terkandung dalam setiap kalimat tertata

secara teratur. Hubungan antarkalimat pada contoh (6) terjalin secara teratur sehingga keutuhan

gagasan yang diungkap terwujud secara jelas.

Untuk mewujudkan bahasa yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang dituangkan

dalam teks perlu ditata secara sistematis. Dengan tataan yang sistematis dapat ditentukan

apakah sebuah gagasan harus dituangkan dengan satu kalimat atau dengan sejumlah kalimat.

Jika sebuah gagasan cukup dituangkan dengan satu kalimat, gagasan itu tidak perlu dituangkan

dengan sejumlah kalimat. Sebaliknya, jika sebuah gagasan tidak cukup dituangkan dengan satu

kalimat, gagasan itu perlu dituangkan dengan sejumlah kalimat. Gagasan pada (5) di depan

tidak dapat diungkapkan hanya dengan satu kalimat sehingga harus dengan sejumlah kalimat

sebagaimana tampak pada (6). Sebalikya, gagasan pada (7) berikut menjadi lebih jelas

diungkapkan dalam satu kalimat sebagaimana (8).

(7) Kalau pada zaman Kalijaga kesenian wayang termasuk dalam ceritanya digunakan sebagai

penyebaran agama. Maka di masa sekarang lebih tepat apabila penanaman budi pekerti

dalam cerita wayang melalui pengajaran apresiasi.

(7) Kalau pada zaman Kalijaga kesenian wayang, termasuk ceritanya, digunakan sebagai media

penyebaran agama, sekarang kesenian wayang itu digunakan sebagai media penanaman

budi pekerti dalam cerita wayang melalui pengajaran apresiasi.

Penggunaan kalimat yang tidak gramatikal dapat mengakibatkan gagasan yang

diungkapkan dalam paragraf tidak jelas. Rangkaian satuan dalam paragraf tersebut menjadi

rangkaian kalimat yang fragmentaris. Kalimat- kalimat yang disusun bukan merupakan kalimat

yang lengkap karena hanya terdiri atas kata- kata atau frase- frase lepas.

(9) Pribadi guru bidang studi pendidikan moral Pancasila seharusnya mempunyai keyakinan

terhadap kebenaran Pancasila. Mempunyai sikap dan tingkah laku sebagai manusia

Pancasila. Memiliki pengetahuan yang benar tentang Pancasila, Undang- Undang Dasar

1945, Garis- Garis Besar Haluan Negara, dan bahan penunjang lainnya. Mempunyai

keyakinan terhadap kebenaran Pancasila.

Page 8: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page viii

Secara visual, paragraf (9) tersebut terdiri atas empat buah kalimat. Kalimat kedua, ketiga,

dan keempat merupakan kalimat fragmentaris. Kalimat- kalimat fragmentaris itu tidak

mengungkapkan gagasan yang memenuhi persayaratan proposisi sehingga gagasan yang

terungkap tidak jelas. Gagasan itu sebenarnya merupakan bagian gagasan yang lebih besar.

Gagasan pada (9) di muka menjadi jelas jika dinyatakan dengan (10) berikut.

(10) Guru bidang studi pendidikan moral Pancasila mempunyai keyakinan terhadap kebenaran

Pancasila, mempunyai sikap dan tingkah laku yang mencerminkan manusia Pancasila,

memiliki pengetahuan yang benar tentang Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945,

serta bahan penunjang lainnya.

2. Objektif

Ciri objektif bermakna bahwa bahasa Indonesia ilmiah tidak boleh bersifat subjektif, yakni

mengemukakan suatu pandangan dari sudut pandangan dari sudut pribadi saja, tanpa

memerhatikan sudut sudut pandang orang lain secara umum. Penggunaan frase saya rasa, kita

duga, alngkah, sekiranya dalam contoh (11), (12), (13), dan (14) di bawah ini, misalnya

dipengaruhi oleh emosi pribadi dan menjadikan kualitas keilmiahannya menjadi rendah.

(11) Tingginya jumlah siswa yang tidak yang tidak lulus ujian nasional saya rasa merupakan

bukti bahwa kualitas pendidikan masih rendah.

(12) Peraturan Menteri No. 11/2005 yang mewajibkan buku pelajaran berlaku lima tahun kita

duga akan memicu ketidaksetujuan sebagian masyarakat.

(13) Taman- taman bunga di sudut kota itu membuktikan alangkah besarnya kepedulian warga

pada keindahan lingkungan.

(14) Berdasarkan pertimbangan itu kiranya pemerintah berusaha sekut tenaga mencari bantuan

dana pembinaan bagi generasi muda.

Ketiga kalimat di atas akan objektif bila diubah menjadi kalimat (15), (16), (17), dan (18) di

bawah ini.

(15) Tingginya jumlah siswa yang tidak yang tidak lulus ujian nasional merupakan bukti bahwa

kualitas pendidikan masih rendah.

(16) Peraturan Menteri No. 11/2005 yang mewajibkan buku pelajaran berlaku lima tahun akan

memicu ketidaksetujuan sebagian masyarakat.

(17) Taman- taman bunga di sudut kota itu membuktikan besarnya kepedulian warga pada

keindahan lingkungan.

(18) Berdasarkan pertimbangan itu pemerintah berusaha sekut tenaga mencari bantuan dana

pembinaan bagi generasi muda.

Selain kata- kata yang bersifat subjektif/ emosional, kata- kata yang menunjukkan sikap

ekstrem pun perlu dihindari. Hadirnya kata- kata harus, wajib, semestinya, perlu, dan pasti

memberikan kesan emosional. Karena itu, penggunaan kata- kata tersebut sebaiknya dihindari.

Kalimat (19) di bawah ini bersifat subjektif/ emosional, sedangkan kalimat (20) menunjukkan ciri

objektif/ rasional.

(19) Dalam makalah ini kami harus membahas pengembangan paragraf yang mestinya dikuasai

oleh seorang penulis.

(20) Dalam makalah ini dibahas pengembangan paragraf sebagai bekal bagi seorang penulis.

3. Cendekia

Bahasa Indonesia ilmiah bersifat cendekia, maksudnya bahasa itu mampu digunakan

untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.

Page 9: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page ix

Moeliono (1989: 29) menyatakan bahwa bahasa yang cendekia mampu membentuk

pernyataan yang tepat, seksama, dan abstrak. Kalimat- kalimatnya menceminkan ketelitian yang

objektif sehingga suku- suku kalimatnya sejalan dengan proposisi logika. Jika sebuah kalimat

digunakan untuk mengungkapkan dua buah, dan tiap- tiap gagasan itu memiliki hubungan

kausalitas, dua preposisi beserta hubungannya itu harus tampil secara jelas dalam kalimat,

sebagaimana tampak pada (21) dan (22) berikut.

(21) Pada era global ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai- nilai moral bangsa

Indonesia yang disebabkan oleh pengaruh budaya Barat yang masuk ke Indonesia.

(22) Kemajuan informasi pada era global ini akan menyebabkan pergeseran nilai- nilai moral

bangsa Indonesia ke arah budaya Barat yang tidak selalu sesuai dengan nilai- nilai budaya

dan moral bangsa Indonesia.

Perbedaan tingkat kecendekiaan antarkalimat kadang kurang tampak, sebagaimana

terlihat pada (23), (24), dan (25) berikut.

(23) Pergeseran nilai- nilai budaya bangsa terjadi karena pengaruh budaya barat yang masuk ke

Indonesia.

(24) Terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya bangsa disebabkan oleh pengaruh budaya barat

yang masuk ke Indonesia.

(25) Terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya bangsa karena pengaruh budaya barat yang

masuk ke Indonesia.

Contoh (23) dan (24) mengikuti pola preposisi. Di samping mengandung keterangan,

kedua kalimat itu mengandung subjek dan predikat. Kalimat (25) tidak mengikuti pola preposisi

karena tidak mengandung predikat. Kalimat (25) itu hanya mengandung subjek dan keterangan.

Di samping itu, terdapat perbedaan yang terungkap dengan kalimat (23) dan (24). Subjek yang

terungkap pada kalimat (23) adalah pergeseran nilai- nilai budaya bangsa, sedangkan yang

terungkap pada kalimat (24) adalah terjadinya pergeseran nilai- nilai budaya bangsa. Subjek

pada kalimat (23) diungkapkan segi terjadinya, sedangkan pada kalimat (24) diungkapkan segi

sebabnya. Segi- segi redaksi pengungkapan yang mampu menunjukkan perbedaan- perbedaan

itu merupakan hal yang yang perlu ada dalam bahasa Indonesia keilmuan.

Kecendekiaan juga tampak pada ketepatan dan kesaksamaan penggunaan kata. Dalam

bahasa Indonesia terdapat perbedaan antara bentukan peN-an dan bentukan –an. Penggunaan

kata bentukan hasil dari dua imbuhan tersebut berbeda. Dalam laporan penelitian, misalnya, jika

substansi yang ditampilkan adalah kegiatan proses memerikan, kata yang digunakan adalah

pemerian. Jika substansi yang ditampilkan merupakan hasil kegiatan memerikan, kata yang

digunakan adalah perian. Dengan cara demikian, dapat pula dibedakan penggunaan kata

pembahasan dan bahasan atau pemberian dan berian.

4. Ringkas dan Padat

Bahasa keilmuan berciri ringkas dan padat, artinya pemakaian unsur bahasa di dalamnya

hemat. Unsur- unsur yang tidak diperlukan karena fungsional dalam mengungkapkan gagasan

dibuang. Unsur bercetak miring pada contoh (26) dan (27) berikut merupakan unsur yang perlu

dihilangkan sehingga terwujud kalimat (28) dan (29) yang lebih ringkas dan padat.

(26) Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi setiap warga

negara Indonesia.

(27) Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya

dukungan dari orang tua dalam keluarga.

(28) Nilai etis tersebut menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.

Page 10: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page x

(29) Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari

orang tua.

Uraian tersebut memberikan pemahaman bahwa ciri ringkas berkenaan dengan

penggunaan unsur bahasa. Jika penggunaan unsur bahasa sudah ringkas, kandungan gagasan

yang diungkapkan menjadi padat. Dengan demikian, ciri padat berkenaan dengan kepadaan

gagasan yang terungkap. Jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa

yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Karena itulah ciri padat dan

ringkas merupakan dua ciri yang tidak dapat dipisahkan.

Realisasi ciri ringkas dan padat tidak hanya ditandai oleh penggunaan unsur- unsur

bahasa dalam kalimat, satuan bahasa yang berupa kalimat dalam paragraf pun, jika tidak

fungsional, dapat dihilangkan. Bandingkanlah paragraf (30) dan (31) beikut.

(30) Dalam otak ada sungai (yang kekeringan). Kiranya ini bukan sebuah guyonan. Karena

memang dengan pandangan telanjang akan terlihat sungai- sungai berkelok di lapisan

otak. Namanya sulcus. Sungai- sungai itu tidak hanya memisahkan daerah- daerah

tertentu, tetapi juga menyimpan kulit otak melalui dinding- dindingnya. Tidak heran jika

hanya sepertiga bagian kulit otak yang tampak di permukaan. Dua pertiganya disimpan

bagian oleh sungai- sungai itu (Pasiak, 2002: 83).

(31) Dalam otak ada sungai (yang kekeringan). Dengan telanjang akan terlihat sungai- sungai

berkelok dilapisan otak. Namanya sulcus. Sungai- sungai itu tidak hanya memisahkan

daerah- daerah tertentu, tetapi juga menyimpan kulit otak yang tampak di permukaan.

Dua pertiganya disimpan oleh sungai- sungai itu.

Kalimat kedua pada paragraf (30) di depan merupakan kalimat yang kurang fungsional

dalam bahasa Indonesia ilmiah, sehingga dapat dihilangkan.

5. Konsisten

Bahasa keilmuan berciri konsisten, artinya harus bersifat ajeg, taat azas, selaras, dan tidak

berubah- ubah. Unsur- unsur bahasa berupa pembentukan kata dan tata tulis (penggunaan ejaan

dan tanda- tanda baca) digunakan sesuai kaidah yang berlaku dan konsisten. Sebagai misal

penggunaan kata tugas bagi dan untuk. Bagi digunakan sebagai pengantar objek

berkepentingan, untuk digunakan sebagai pengantar keterangan tujuan. Dengan demikian

penggunaan bagi dan untuk pada kalimat (32) dan (33) tidak konsisten.

(32) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan

yang cukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.

(33) Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting untuk muslim Bosnia. Untuk mereka,

yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

(34) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha

angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.

(35) Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka,

yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

Penggunaan istilah dalam bahasa Indonesia ilmiah juga perlu dilakukan secara taat asas.

Misalnya, istilah bedah bermakna sama dengan operasi. Akan tetapi, jika sejak awal ditulis sudah

digunakan istilah bedah, maka sampai akhir penulisan harus digunakan istilah bedah. Sekali

digunakan kata murid dalam satu tulisan, kata itu harus terus digunakan dan tidak berganti-

ganti, misalnya dengan kata, siswa, subjek didik, anak didik, pembelajar, peserta didik, dan

pelajar. Demikian juga penggunaan unsur bahasa yang disingkat. Kalau pada awal penyebutan

kegiatan belajar mengajar sudah disingkat dengan KBM, singkatan KBM itu yang terus

digunakan hingga akhir teks.

Page 11: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xi

6. Gagasan sebagai pangkal tolak

Gagasan menjadi pangkal tolak bahasa Indonesia keilmuan. Oleh sebab itu kalimat-

kalimat bahasa keilmuan berorientasi pada kalimat pasif, bukan kalimat aktif. Perhatikan contoh

berikut.

(36) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman

Pancasila.

(37) Skripsi ini hanya saya tulis untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar sarjana.

(38) Perlu diketahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam

penanaman Pancasila.

(39) Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar sarjana.

Kalimat (36) dan (37) berorientasi pada pelaku dan yang bukan penulis, sedangkan

kalimat (38) dan (39) berorientasi pada gagasan dan berbentuk kalimat pasif.

Orang berbahasa itu tidak lain mengucapkan kalimat- kalimat. Dalam bentuk tulisan,

kalimat- kalimat itu dirangkum menjadi sebuah paragraf. Penggunaan kalimat dalam berbahasa

maupun dalam menulis sangat penting, lebih- lebih dalam tulisan yang bersifat ilmiah. TIM

Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA (2013:15- 25)

2.2 Ejaan

TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA (2013:27) menjelaskan Ejaan tidak sama

dengan mengeja. Mengeja berasal dari kata dasar eja. Eja menjadi mengeja artinya melafalkan

atau menyebutkan hurf-huruf satu demi satu. Misalnya kata makan, jika dieja menjadi “m-a-k-a-

n”. Ejaan diartikan sebagai suatu ilmu yang menerangkan bagaimana kita harus menyatakan

bahasa bentuk lisan, ke dalam bahasa bentuk tulisan. Atau pengetahuan hukum, bagaimana cara

menuliskan atau melambangkan bahasa bentuk lisan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2014:353) menerangkan bahwa ejaan adalah

kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk

tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Menurut Ensiklopedi Indonesia (Buku

2,1980:888) yang dimaksudkan dengan ejaan adalah cara menulis kata-kata menurut disiplin

ilmu bahasa.

Dalam kaidah bahasa Indonesia dikenal beberapa ejaan, antara lain (1) Ejaan van Ophuysen.

Ejaan ini disusun dan digunakan sejak 1901. (2) Ejaan Soewandi, ditetapkan tahun 1947 dengan SK

Menteri pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan 19 Maret 1947 No. 264/Bhg A. (3) Ejaan Bahasa

Indonesia yang disempurnakan (kemudian disingkat EYD) berlaku sejak 1972 dengan SK

Menteri P&K 20 Mei 1972 No.03/A.I/72 dikuatkan oleh Keputusan Presiden No. 57 tanggal 17

Agustus 1972.

2.3 Pilihan Kata

Berbahasa, terutama dalam bentuk tulisan tidak hanya menyusun kata-kata dalam setiap

kalimat yang diucapkan atau tuliskan, melainkan harus dipilih kata-kata yang tepat, jelas, dan

cermat. Pilihlah kata-kata yang bersifat umum dan mudah dimengerti. Hindarkan pemakaian

kata-kata sulit dan kata-kata asing. Kata-kata seperti : prospek, aspek,stagnasi, vetakompli, konjugasi,

follow up, komplin, dan sebagainya sebaiknya dihindari. Perhatikan ontoh kalimat dibaah ini.

Berdasarkan teknik administrasi dan teknik operasional, maka...... dan seterusnya.

Sebaiknya ditulis:

Ditinjau dari segi administrasi dan hasil kerja, maka... dan seterusnya.

Page 12: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xii

Disamping yang telah dibiarakan diatas, penulisan kata, pemakaian kata yang lazim,

pemakaian kata yang cermat, pemakaian ungkapan idiomatik, ungkapan penghubung, dan

penggunaan kata khusus harus digunakan dan dituliskan dengan benar.

a. Penulisan kata

Penulisan kata-kata seperti Pebruari, Nopeember, Senen, Jum’at, merubah, pertanggung

jawab, faham, dan sebagainya, berdasarkan tata ejaan yang berlaku sekarang (EYD) tiak

dibenarkan. Kata-kata tersebut seharusnya dituliskan: Februari, November, Senin, Jumat,

mengubah, pertanggungjawaban, paham, dan sebagainya. Demikian pula penulisan kwitansi,

formil, prosen, sistim, praktek, apotik, analisa, hipotesa, subyek, obyek, dan sebagainya. Kata-

kata tersebut seharusnya dituliskan: kuitanssi, formal, persen, sistem, praktik, apotek, analisis,

hipotesis, subjek, objek, dan sebagainya.

b. Kata yang lazim

Penulisan bahasa keilmuwan sebaiknya digunakan kata-kata yang sudah lazim di

masyrakat, yaitu kata-kata yang sudah dikenal. Pakailah kata masukan bukan input, sukucadang

bukan sparepart, usaha patungan bukan joint venture, pendekatan bukan approah, peringkat

bukan ranking, lokakarya bukan workshop, dan sebagainya.

c. Kata yang cermat

Kata-kata yang dipakai harus dipilih secara cermat, artinya kata-kata yang digunakan itu

tepat dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Misalnya kata memohon sama

maknanya engan meminta, menganjurkan sama dengan menyarankan, kenncing sama dengan

buang air kecil, mengaso sama dengan beristirahat. Ontoh katta-kata tersebut maknanya

memang boleh sama, tetapi nuansa pemakaiannya berbeda.

d. Ungkapan Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang suddh senyawa betul. Oleh karena itu tidak

boleh ditambah atau dikurangi. Yang tergolong ungkapan idiomatik antara lain : sesuai dengan,

berhubung dengan, bertalian dengan, terbuat dari, terdiri atas, tidak berbeda dengan, disebabkan oleh, dan

sebagainya.

e. Ungkapan Penghubung

Ungkapan penghubung bertugas menghubungkan kata-kata intrakalimat maupun

antarkalimat. Perhatikannlah contoh di bawah ini.

1. Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke

dalam maupun yang menyangkut konsolidasi ke luar.

2. Kami mohon dikirimi bahan-bahan seperti semen, pasir, kayu, dan sebagainya.

3. Yang harus anda siapkan adalah hal-hal sebagai berikut.

f. Kata Khusus

Kata-kata khusus yang dimaksudkan antara lain kami dan kita, secepat mungkin, agar, supaa,

demi untuk, dan sebagainya.

(1) Kami dan Kita

Kata kami dan kita adalah bentuk jamak dari saya. Kata kami digunakan jika lawan

berbiara tidak terrmasuk dalam pembiaraan, sedangkan kata kita sebaliknya. Contoh : kami

bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

(2) Secepat mungkin dan Selekas mungkin

Kedua pasangan kata diatas merupakan bentukan bahsa Indonesia dari bahasa asing.

Bentukan yang benar adalah seccepat-cepatnya dan selekas-lekasnya.

(3) Agar supaya dan demi untuk

Agar supaya dan demi untuk sering digunakan untuk berbahasa Indonesia. Penggunaan

keua pasang kata itu merupakan penggunaan kata yang berlebihan, sebab pengertian agar sama

dengan supaya, dan demi sama dengan untuk. Oleh karena itu sebaiknya dipakai salah satu saja.

Page 13: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xiii

Misalnya: Kami mohon agar hal itu segera diselesaiakan.

atau,

Kami mohon supaya hal itu segera diselesaikan.

2.4 Kalimat dan Paragraf

Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yang mendapat perhatian

penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat efektif. Kalimat minimal terdiri atas unsur

subjek dan predikat sebagai unsur wajib. Di samping itu, di dalam kalimat terdapat kata atau

kelompok kata yang dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi unsur yang tersisa sebagai kalimat.

Contoh: Amanda mengantar ibunya ke rumah sakit.

Subjek Predikat Objek Keterangan

Dalam menulis, penulis seyogianya menyampaikan pikirannya dalam rangkaian kalimat

efektif. Setiap kalimat yang disusunnya hendaknya mudah dipahami, singkat, dan jelas. Dengan

kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan

informasi yang diterima pembaca. Kalimat dinyatakan efektif jika memiliki ciri- ciri kesatuan

gagasan, kesepadanan, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan, kebervariasian,

ketegasan, ketepatan, kebenaran struktur, dan keringkasan. (Wijayanti, Sri Hapsari, 2013: 66).

Persyaratan Kalimat Efektif

1. Fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal atau unsur struktur dalam kalimat dikenal dengan

istilah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

2. Kepaduan (koherensi) dalam kalimat. Kepaduan atau keherensi dalam kalimat efektif adalah

hubungan timbal balik atau hubungan kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas,

benar, dan logis. Hubungan timbal baik terjad dapat antarkata dalam frasa satu unsur atau

dapat terjadi antar frasa dalam antarfungsi dalam kalimat. Hubungan antarfungsi itu dapat

menimbulkan kekacauan makna gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat yang

berprasyarat koherensi berikut. Contoh kalimat yang TIDAK KOHERENSIF

1) Setiap hari dia pulang pergi Bogor –Jakarta dengan kereta api.

2) Oleh panitia seminar makalah itu dimasukkan ke dalam antologi.

3) Pelaksanaan seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam kemudian.

Pembetulan kalimat yang KOHERENSIF

1) Setiap hari dia pergi pulang Bogor—Jakarta dengan kereta api.

2) Makalah seminar itu dimasukkan ke dalamantologi.

3) Karena jalan macet,pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian.

3. Kehematan kalimat atau ekonomi bahasa. Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan

kalimat yang langsung menyampaikan gagasan ataupesan kalimat secara jelas, lugas, dan

logis. Kalimat yang hemat dalam penulisan menghindari dan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Penulis menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas dan penenpatan

afiksasi yang benar.

2) Penulis menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk.

3) Penulis menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tidak perlu.

4) Penulis menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di depan kalimat dan di depan

subjek.

5) Penulis menghindari penggunaan kata penghubung (konjungsi) di depan subjek dan di

belakang predikat yang berkata kerja transitif.

6) Penulis menghindari kata ulang jika sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata

benda.

Page 14: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xiv

7) Penulis menghindarifungsi tanda baca dan pengulangan kata dalam rincian.

Penulis menghindari keterangan yang berbelit-belit dan panjang yang seharusnya

ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes). Penulis menghindari pemborosan kata dan

afiksasi yang tidak jelas fungsinya. Perhatikanlah contoh berikut,yaitu kalimat kurang

memperhatikan ekonomi bahasa.

a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi,

buku, lampu, dan lain-lain.

b) Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh

kredit.

c) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr.

Tadjudin.

Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut.

a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.

b) (b1) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

(b2) Modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

c) (1)Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.

(c2) Apabila pada hariitu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.

4. Penekanan dalam kalimat efektif. Dalam kalimat efektif PENEKANAN ATAU

PENONJOLAN adalah upaya penulis untukmemfokuskan kata atau frasa dalamkalimat.

Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,frasa,klausa, dalam kalimat yang dapat

berpindah-pindah. Namun,penekanan tidak sama dengan penentuan gagasan utama dan

ekonomi bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalamkalimat lisan dan kalimat tulis. Pada

kalimat lisan,penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimik muka dan

bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara

berikut.

1) Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian yang dipenting

pada awal kalimat. Contoh: Minggu depan akan diadakan seminar”Pencerahan Pancasila

bagi Mahasiswa”

2) Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan berupa sinonim

kata. Contoh: Kalau pimpinan sudah mengatakan tidak tetap tidak.

3) Kursif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata yang

dipentingkan. Contoh: Bab II skripsi ini tidak membicarakan fluktuasi harga saham.

4) Pertentangan,yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan

bukan berarti antonym kata. Contoh: Dia sebetulnya pintar tetapi malas lkuliah.

5) Partikel, yaitu menempatkan paretikel (lah,kah, pun,per, tah) sebelum atau sesudah kata

yang dipentingkan dalam kalimat. Contoh: Dalam berdemokrasi, apa pun harus

transparan kepada rakyat.

6) Penekanan dalamkalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi

bahasa.

5. Kesejajaran dalam kalimat (paralelisme). Kesejajaran (paralelisme) adalah upaya penulis

merinci unsur yang sama penting dan sama fungsi secra kronologis dan logis dalam kalimat.

Dalam kalimat dan paragraph, rincian itu harus menggunakan bentuk bahasa yang sama,

yaitu rincian sesame kata, sesame prasa,sesama kalimat. Kesamaan bentuk dalam paralelisme

menjaga pemahaman yang fokus bagi pembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan

sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

kesejajaran rincian kalimat efektif adalah sebagai berikut.

1) Tentukanlah apakah kesejajaran beradabentuk bahasa kalimat atau paragraf.

Page 15: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xv

2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa, rincian uruan berikut harus dalam bentuk frasa

juga.

3) Penomoran dalam rincian harus konsisten.

4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang benar.

5) Hindarilah gejala ekonomi bahasa yang bermakna sama: seperti……dan lain lain, antara

lain….. Sebagai berikut, yakni:….

Perhatikanlah contoh kesejajaran yang benar berikut.

Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada:

hari :…,

tanggal:….,

waktu: ….,

acara: …., dan

Tempat: …..

6. Kevariasian dalam kalimat efektif. Kevariasian dalam kalimat efektif adalah upaya penulis

menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau

kemalasan pembaca terhadapteks karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian ini adalah

menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada

dasarnya kevariasian adalah upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar

pembaca tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar

kevariasi dapat menjaga motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu memperhatikan hal-

hal berikut.

1) Awal kalimat tidak selalu dimulai dengan unsure subjek, tetapi kalimat dapat dimulai

dengan predikat dan keterangan sebagai variasi dalam penataan pola kalimat.

2) Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat yang pendek.

3) Kalimat berita dapat divariasikan dengan kalimat Tanya, kalimat perintah, dan kalimat

seruan.

4) Kalimat aktif dapat divareiasikan dengan kalimat pasif.

5) Kalimat tunggal dapat divariasikan dengankalimat majemuk.

6) Kalimat tak langsung dapat divariasikan dengan kalimat langsung.

7) Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan tampilan

gambar,bagan,grafik, kurva, marik, dan lain-lain.

8) Apa pun bentuk kevariasian yang dilakukan oleh penulisjangan sampai mengubah atau

keluar dari pokok masalah yang dibicarakan.

Perhatikanlah contoh kalimat dengan variasinya.

a) Dari renungan itu seorang manajer menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru,

suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai bisnisnya ke depan. Seorang

ahli Inggris mengemukakan bahwa seharus tidak dibangun pelabuhan samudera.

Namun, pemerintah tidak memutuskan demikian. Memang cukup banyak

mengendorkan semangat kalau melihat keadaan di Indonesia belahan Timur meskipun

fasulitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun. (Variasi kalimat dengan

kata berawalan me- dan berawalan di-).

7. Penalaran dalam kalimat efektif. Penalaran (reasoning) adalah proses mental dalam

mengembangkan pikiran logis (nalar) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI,2005:772). Hal

yang diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikr logis dan bukan dengan perasaan

atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan

kepaduan kalimat. Dalam penalaran alur berpikirlah ang ditonjolkan agar kalimat dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan benar dan tepat sehingga tidak

Page 16: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xvi

menimbulkan kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika didukung

atau dikaitkan dari gabungan unsur atau fungsi kalimat. Hubungan logis dalam kalimat

dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis

dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.

1. Hubungan logis koordinatif adalah hubungan setara di antara bagian-bagian kalimat

dalam kalimat majemuk setara. Hubungan logis koordinatif ini ditandai dengan konjungsi

dan, serta, tetapi, atau, melainkan, sedangkan, padahal. Contoh: Mobil itu kecil tetapi

pajaknya sangat besar.

2. Hubungan logis korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian kalimat. Hubungan

korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut.

Hubungan penambahan : baik….maupun, tidak hanya..., tetapi juga…….. Hubungan

perlawanan : tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan

Hubungan pemilihan : apakah…., atau….., entah….entah……

Hubungan akibat : demikian…. sehingga, sedemikian rupa… sehingga

Hubungan penegasan : jangankan…..,…..pun…..

3. Hubungan logis subordinatif adalah hubungan kebergantungan di antara induk kalimat

dan anak kalimat. Contoh: Dosen itu tidak masuk karena rumahnya kebanjiran. Hubungan

subordinatif dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat) cukup banyak hubungan

antara induk kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut.

a. Hubungan waktu : ketika,setelah, sebelum,

b. Hubungan syarat : jika,, kalau, jikalau,

c. Hubungan pengandaian : seandainya andaikan,andai kata,

d. Hubungan tujuan : untuk, agar,supaya,

e. Hubungan perlawanan : meskipun,walaupun, kendatipun,

f. Hubungan pembandiungan : seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih,

g. Hubungan sebab : sebab,karena, oleh sebab,lantaran,

h. Hubunganhasil/akibat : sehingga, maka, sampai (sampai)

i. Hubungan alat : dengan, tanpa

j. Hubungan cara : dengan, tanpa,

k. Hubungan pelengkap : bahwa, untuk, apakah,

l. Hubungan keterangan : yang,

m. Hubungan perbandingan : sama….dengan, lebih….daripada, berbeda…..dari

2. Paragraf

Paragraf (alinea) adalah serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membentuk

sebuah gagasan(ide). Sekumpulan kalimat dikatakan paragraf jika memenuhi syarat- syarat

kesatuan, kesinambungan (koherensi), kelengkapan dan keberurutan. Unsur- unsur

pembentuk paragraf yang wajib, meliputi:

1. Gagasan Pokok

Gagasan ini merupakan jiwa dari paragraf yang berisi ide dasar masalah yang akan

dibicarakan. Gagasan pokok ini umumnya dituangkan di dalam kalimat pokok. Namun,

bukan berarti gagasan pokok harus dituangkan di dalam kalimat topik.

2. Kalimat Topik

Kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan pokok di dalam sebuah paragraf.

Kalimat topik berguna bagi penulis dan pembaca. Bagi penulis, kalimat topik

mengendalikan pikiran penulis tentang apa yang hendak disampaikan di dalam paragraf.

Bagi pembaca, kalimat topik dapat membantu memahami isi paragraf dengan mudah.

3. Kalimat Penjelas

Gagasan pokok perlu diperjelas atau dikembangkan dengan gagasan- gagasan penjelas

atau pendukung. Gagasan- gagasan penjelas ini diwujudkan di dalam kalimat- kalimat

Page 17: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xvii

penjelas. Kalimat penjelas atau kalimat pendukung adalah kalimat yang memperjelas atau

menjabarkan kalimat topik. Dengan adanya kalimat pendukung, pembaca akan lebih

memahami maksud kalimat topik.

4. Kalimat Simpulan

Kalimat simpulan tidak selalu hadir di setiap akhir paragraf. Dalam kalimat simpulan

tidak boleh ada topik baru yang dikemukakan. Untuk menyusun kalimat simpulan,

penulis dapat memberi saran yang penting dilakukan oleh pembaca atau memberi

simpulan berdasarkan pada informasi di bagian paragraf isi.

Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat

topic dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas. (1) Sampah selamanya selalu

memusingkan. (2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkalikali pula solusinya

dirancang. (3) Namun, berbagai keterbatasan tetapmenjadikan sampah sebagai masalah

yang pelik. (4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan

sampah terus terjadi. (5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah

berkaitan dengan pencemaran air dan banjir. (6) Selama pengumpulan, pengankutan,

pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik,

selama itu pula sampah menjadi masalah. (Arifin,2011:116)

Keenam kalimat dalam paragraph di atas membicarakan soal sampah, sehingga

topic dalamparagraf tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimat kalimatnya koherensi atau

saling terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahamitopik “masalah

sampah” dalam paragraph itu dengan baik.

Persyaratan Paragraf yang Baik dan Benar

Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.

1. Kesatuan yang kompak,yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.

2. Koherensi yang padu, yaitu antarkalimat dalamparagraf saling terkait dalam paragraf.

Cara Mengaitkan antar kalimat dalam paragraph dapat dilakukan dengan cara berikut.

a. Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalam setiap kalimat.

b. Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awalkalimat dengan tepat dan benar.

c. Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk sebagai pengganti gagasan utama

dengan Kata-kata seprti: dia, merekanya, itu, tersebut, ini.

d. Penggunaan metode pengembangan paragraph sebagai penjels gagasan utama paragraph.

Metode Yang digunakan dari metodeproses sampai dengan metode definisi.

e. Setiap paragraph harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topic.

Posisi topic dalam paragraph ditempatkan pada :

Kalimat topic pada awal paragraf (deduktif)

Kalimat topic pada akhir paragraf (induktif)

Kalimat topic pada awal dan akhir paragraph (deduktif—induktif)

Kalimat topic pada temgah paragraph (ineratif)

Kalimat topic pada semua kalimat dalamparagraf (deskriptif).

Kalimat topic dalam paragraph ditulis dalam klalimat tunggal atau kalimat majemuk

bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama.

1. Penulis paragraph tetap memmerhatikan kaidah satuan bahasayang lain, seperti ejaan,

tanda baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.

2. Dalam penulisan karangan ilmiah,penulisan paragraph harus diperhatikan hal-hal teknis

penulisan. Seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva,gambar.

Page 18: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xviii

3. Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraph pada posisi bagian karanagan

pendahuluan, isi, dan

Bagian kesimpulan.

1. Penulisan paragraph yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.

2. Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf,

yaitu jumlah Kosakata paragraph antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga

kalimat.

Jika uraianparagraf melebihi 100kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraph.

Page 19: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xix

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Abdul Chaer (2011: 4) dalam bukunya “Ragam Bahasa Ilmiah” menjelaskan bahwa

karangan ilmiah harus disajikan dalam bahasa ilmiah, yang memiliki ciri- ciri: (1) Bersifat lugas

(2) Mematuhi kaidah- kaidah gramatika (3) Efektivitas kalimat- kalimatnya terpenuhi (4)

Kosakata yang digunakan, selain kosakata baku, juga sesuatu dengan kaidah pemilihan kata

(diksi); dan istilah- istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni (5) Kalimat-

kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguiti) (6) Mematuhi persyaratan penalaran (7) Mematuhi

atau menerapkan kaidah- kaidah ejaan yang berlaku (saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan, disingkat EYD). Suparno dkk. (1994: 2-14) dalam buku “Menulis Ilmiah: Buku

Ajar MPK Bahasa Indonesia” yang ditulis TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA,

menjelaskan bahwa karakteristik bahasa Indonesia ilmiah meliputi, (1) lugas dan jelas, (2)

objektif, (3) cendekia, (4) ringkas dan padat, (5) konsisten, (6) gagasan sebagai pangka tolak.

TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA (2013:27) menjelaskan Ejaan tidak sama

dengan mengeja. Mengeja berasal dari kata dasar eja. Eja menjadi mengeja artinya melafalkan

atau menyebutkan hurf-huruf satu demi satu. Misalnya kata makan, jika dieja menjadi “m-a-k-a-

n”. Ejaan diartikan sebagai suatu ilmu yang menerangkan bagaimana kita harus menyatakan

bahasa bentuk lisan, ke dalam bahasa bentuk tulisan.

Setiap kalimat yang disusunnya hendaknya mudah dipahami, singkat, dan jelas. Dengan

kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan

informasi yang diterima pembaca. Berbahasa, terutama dalam bentuk tulisan tidak hanya

menyusun kata-kata dalam setiap kalimat yang diucapkan atau tuliskan, melainkan harus dipilih

kata-kata yang tepat, jelas, dan cermat. Pilihlah kata-kata yang bersifat umum dan mudah

dimengerti. Hindarkan pemakaian kata-kata sulit dan kata-kata asing. Kata-kata seperti : prospek,

aspek,stagnasi, vetakompli, konjugasi, follow up, komplin, dan sebagainya sebaiknya dihindari.Unsur-

unsur pembentuk paragraf yang wajib, meliputi: gagasan pokok, kalimat topik, kalimat penjelas,

kalimat simpulan.

3.2 Saran

Mempelajari bahasa Indonesia, dianggap kewajiban bagi warga negara Indonesia,

mengingat bahwa mempelajari bahasa Indonesia sangat penting. Memahami karakteristik bahasa

ilmiah, ejaan, pilihan kata, dan kalimat dan paragraf merupakan dasar untuk menulis karangan

ilmiah. Semoga, pembaca semakin mencintai bangsanya dengan memahami bahasa Indonesia.

Siapa lagi, jika bukan bangsa Indonesia sendiri yang membanggakan bahasa Indonesia.

Sesuatu yang dibuat manusia tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah

milik Allah SWT. Apabila ada kekurangan pada makalah ini, penulis sangat mengharapkan

kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Selengkapnya pembaca bisa membaca

buku referensi lain yang berhubungan dengan karakteristik bahasa ilmiah, ejaan, pilihan kata,

dan kalimat dan paragraf, agar pembaca bisa menambah pengetahuan dan wawasannya lebih

dalam lagi.

Page 20: Memahami Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah Ejaan, Pilihan Kata, Dan Kalimat Dan Paragraf

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENDIDIKAN NONFORMAL Page xx

DAFTAR PUSTAKA

TIM Penulis MPK Bahasa Indonesia UNESA. 2013. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia.

Surabaya: Unesa University Press.

Wijayanti, Sri Hapsari. 2013. Bahasa Indonesia (Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah). Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.