makalah bahasa, pembelajaran, dan pengajaran bahasa

32
Makalah Kelompok: Metodologi Pengajaran Bahasa dan Sastra Dosen : Prof. Sakura dan Dr. Fachrurrozi. PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Disusun oleh: Kelompok I 1. Viena Paramitha 2. Manja Lestari Damanik 3. Nur Syamsiah PENDIDIKAN BAHASA – PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012 1

Upload: mas-rony-mbulsynkmbem

Post on 29-Dec-2015

793 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

Makalah Kelompok: Metodologi Pengajaran Bahasa dan Sastra

Dosen : Prof. Sakura dan Dr. Fachrurrozi.

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

Disusun oleh: Kelompok I

1. Viena Paramitha

2. Manja Lestari Damanik

3. Nur Syamsiah

PENDIDIKAN BAHASA – PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2012

1

Page 2: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

2

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap orang memiliki sebuah bahasa yang diperoleh secara

otomatis, alamiah dan wajar karena biasa digunakan untuk berkomunikasi

sehari-hari oleh orang-orang yang berada di lingkungan kelompok

masyarakatnya. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi ini disebut

bahasa ibu atau bahasa pertama orang tersebut, sedangkan bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi oleh orang-orang di luar lingkungan

kelompok masyarakatnya dinamakan bahasa asing yang apabila dipelajari

oleh orang tersebut akan menjadi bahasa keduanya.

Istilah bahasa kedua digunakan untuk menggambarkan bahasa-

bahasa apa saja yang pemerolehannya dimulai setelah masa anak-anak

awal (early childhood), termasuk bahasa ketiga atau bahasa-bahasa lain

yang dipelajari kemudian. Bahasa-bahasa yang dipelajari ini disebut juga

dengan bahasa target (target language).

Pemerolehan bahasa kedua tidak sama dengan pemerolehan

bahasa pertama. Pada pemerolehan bahasa pertama, seorang siswa

“berangkat dari nol” (belum menguasai bahasa apa pun) dan

perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan

fisik dan psikisnya. Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah

menguasai bahasa pertama dengan baik dan perkembangan

pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan perkembangan fisik dan

psikisnya. Selain itu, pemerolehan bahasa pertama dilakukan secara

informal dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan bahasa

pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di

sekelilingnya), sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara

formal dan motivasi siswa pada umumnya tidak terlalu tinggi karena

bahasa kedua tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di

lingkungan masyarakat siswa tersebut.

Mempelajari bahasa kedua adalah pekerjaan panjang dan

kompleks. Mempelajari bahasa bukanlah serangkaian langkah mudah.

Page 3: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

3

Banyak variabel terlibat dalam proses pemerolehan ini. Seorang guru

dapat sukses mengajar bahasa kedua jika mampu memahami

kompleksitas variabel-variabel yang berpengaruh pada bagaimana dan

mengapa orang belajar dan gagal mempelajari bahasa kedua. Ada

banyak hal yang perlu dikaji seperti karakteristik pembelajar, faktor

linguistik, proses pembelajaran, usia dan pemerolehan, variabel

instruksional, konteks, dan juga tentang tujuan penguasaan bahasa

kedua. Hal-hal tersebut akan memberi gambaran mengenai

keanekaragaman isu yang terdapat dalam upaya memahami prinsip-

prinsip pembelajaran dan pengajaran bahasa.

Guna memulai pengajuan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut dan

mencari jawaban untuk sebagian pertanyaan-pertanyaan itu, mari terlebih

dahulu kita kaji hal-hal mendasar seperti definisi bahasa, pembelajaran,

dan pengajaran bahasa, mazhab pemikiran dalam pemerolehan bahasa,

serta sejarah pengajaran bahasa.

Page 4: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Definisi merupakan versi padat sebuah teori yang menyatakan ciri-

ciri kunci sebuah konsep. Ciri-ciri itu bisa bervariasi, bergantung pada

interpretasi masing-masing individu. Berkaitan dengan hal ini, lalu apa

yang menjadi definisi bahasa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada

baiknya jika kita memperhatikan beberapa pengertian bahasa tersebut

berdasarkan pengertian umum dengan melihat kamus umum dan

menyimak aneka pendapat para ahli dari latar belakang yang berbeda.

Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa

Indonesia, bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi

yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai

alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.1 Sedangkan jika

merujuk pada Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, bahasa

didefinisikan sebagai sebuah sarana sistematis untuk mengomunikasikan

gagasan atau perasaan dengan menggunakan isyarat, suara, gerak-gerik,

atau tanda-tanda yang disepakati maknanya.2 Dari dua makna umum

tentang bahasa di atas, terdapat persamaan yang jelas. Persamaan itu

adalah bahwa bahasa ditempatkan sebagai sebuah sarana komunikasi

antar manusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan

menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang berupa suara, gestur

(sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan.

Sebagai sebuah istilah dalam linguistik, Kridalaksana

mengartikannya sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang

dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.66.2 Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, (Springfield: Merriam-Webster, Inc., 2008), h. 913

Page 5: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

5

berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.3 Di samping itu, Pei dan Gaynor

mengatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem komunikasi

menggunakan suara, melalui organ bicara dan pendengaran, diantara

sesama manusia yang tergabung dalam sebuah komunitas tertentu,

menggunakan lambang bunyi yang mengandung makna konvensional

yang arbitrer. 4

Dari pandangan ahli linguistik seperti Kridalaksana, Pei, dan

Gaynor di atas, bahasa ditekankan sebagai sebuah sistem lambang.

Istilah sistem mengandung makna adanya keteraturan dan adanya unsur-

unsur pembentuk.

Penggambaran yang lebih luas tentang bahasa pernah

disampaikan oleh bapak linguistik modern, Ferdinan de Saussure. Ia

menjelaskan bahasa dengan menggunakan tiga istilah yaitu langage,

langue, dan parole. Ketiga istilah dari bahasa Prancis itu dalam bahasa

Indonesia dipadankan dengan satu istilah saja yaitu ‘bahasa’. Langage

adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara verbal. Langage ini bersifat abstrak. Istilah langue

mengacu pada sistem lambang bunyi tertentu yang digunakan oleh

sekelompok anggota masyarakat tertentu. Sedangkan parole adalah

bentuk konkret langue yang digunakan dalam bentuk ujaran atau tuturan

oleh anggota masyarakat dengan sesamanya.5

Dengan melihat deretan definisi mengenai bahasa di atas, dapat

disimpulkan bahwa definisi tentang bahasa dapat bervariasi. Variasi

tersebut wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan yang berbeda. Dari

beberapa kemungkinan pengertian bahasa itu, Brown menyimpulkan

definisi gabungan sebagai berikut:6

1. Bahasa itu sistematis.

2. Bahasa adalah seperangkat simbol manasuka (arbitrer).

3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 21.4 Mario A. Pei and Frank Gaynor, A Dictionary of Linguistics (New York: Philosophical Library, 1975), h. 119.5 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineke Cipta, 2007), h. 39-40.6 H. Douglas Brown, Principles of language learning and Teaching, Fifth Edition, (USA: Pearson Education, 2006) , h.17.

Page 6: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

6

3. Simbol-simbol itu utamanya adalah vokal, tetapi juga bisa visual.

4. Simbol mengonvensionalkan makna yang dirujuk.

5. Bahasa dipakai untuk berkomunikasi.

6. Bahasa beroperasi dalam sebuah komunitas atau budaya wicara.

7. Bahasa pada dasarnya untuk manusia, walaupun bisa jadi tidak hanya

terbatas untuk manusia.

8. Bahasa dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama; bahasa dan

pembelajaran bahasa sama-sama mempunyai karakteristik universal.

Kedelapan pernyataan di atas menunjukkan definisi singkat tentang

bahasa yang masih dapat dikaji secara lebih mendalam lagi. Seorang

guru bahasa harus memahami sistem komunikasi yang disebut bahasa

ini. Pemahaman seorang guru tentang komponen-komponen bahasa

sangat menentukan cara guru tersebut mengajarkan sebuah bahasa.

Sebagai contoh, jika seorang guru menganggap bahasa pada hakikatnya

bersifat kultural dan interaktif, metodologi kelas guru tersebut pasti akan

diwarnai dengan strategi-strategi sosiolinguistik dan tugas-tugas

komunikatif.

2. Hakikat Bahasa

Berikut ini merupakan hakikat bahasa menurut pendapat Brown

yang dikutip dari Tarigan:7

a) Bahasa itu sistematik,

Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem

bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak

sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol dari suatu rujukan

(referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga

terucapkan. Kata pnglln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena

tidak ada vokal di dalamnya. Kalimat Hari ini Kim pergi ke kampus, bisa

dimengarti karena polanya sitematis, tetapi jika diubah menjadi Hari pergi

ini kampus ke Kim tidak bisa dimengerti karena melanggar sistem.

7 Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 4.

Page 7: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

7

b) Bahasa itu manasuka (Arbitrer)

Manasuka atau arbiter adalah acak, bisa muncul tanpa alasan.

Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan

logis dengan yang disimbolkannya. Mengapa makanan khas yang

berasal dari Magelang itu disebut gethuk bukan gethek atau gethak?

Mengapa binatang berbelalai panjang itu disebut gajah? Tidak ada alasan

kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis

dengan pertanyaan tersebut itulah yang menjadi buktii bahwa bahasa

memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya. Pemilihan bunyi

dan kata dalam hal ini benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau

kesepakatan pemakai bahasanya.

c) Bahasa itu vokal

Vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa berwujud dalam bentuk

bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia

memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis

tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Sistem penulisan

hanyalah alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras

lain. Lebih jauh lagi, tulisan berfungsi sebagai pelestari ujaran. Lebih jauh

lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari kebudayaan manusia. Kebudayaan

manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena

mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain

berbentuk tulisan.

d) Bahasa itu simbol

Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang

sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa

dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah hujan. Hujan

adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-

titik air yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa

berupa goresan tinta berupa gambar di atas kertas. Gambar adalah

bentuk lain dari simbol. Potensi yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa

untuk menyimbolkan sesuatu menjadikannya alat yang sangat berharga

bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika

Page 8: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

8

manusia tidak memiliki bahasa, betapa sulit mengingat dan

mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. 

e) Bahasa itu mengacu pada dirinya

Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis

bahasa itu sendiri. Binatang mempunyai bunyi-bunyi sendiri ketika

bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang meraka gunakan

tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka sendiri. Berbeda

dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika

berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang digunakan manusia bisa digunakan

untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam istilah linguistik, kondisi

seperti itu disebut dengan metalanguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk

membicarakan bahasa itu sendiri. Linguistik menggunakan bahasa untuk

menelaah bahasa secara ilmiah.

f) Bahasa itu manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa bahwa itu adalah

kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa

sedangkan hewan dan tumbuhan tidak.

g) Bahasa itu komunikasi

Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa

sebagai sarana komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai

sarana mempererat antar manusia dalam komunitasnya, dari komunitas

kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa

bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak

terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa

bahasa. Komunikasi mencakup makna mengungkapkan dan menerima

pesan, caranya bisa dengan mendengar, berbicara, membaca, atau

menulis. Komunikasi itu bisa beralangsung dua arah, bisa pula searah.

3. Fungsi Bahasa

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang

digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang. Secara sederhana, fungsi

Page 9: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

9

bahasa adalah sebagai sarana komunikasi, sarana untuk menyatakan

ekspresi diri, sarana untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan

alat untuk kontrol sosial.8 Berikut uraiannya secara sederhana satu-

persatu:

a) Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi

Ini merupakan fungsi bahasa yang utama. Manusia membutuhkan

bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dengan komunikasi,

manusia dapat menyampaikan segala perasaan dan pikiran kepada

manusia lain.

b) Bahasa Sebagai Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri

Bahasa membantu manusia menyatakan secara terbuka segala

sesuatu yang tersirat di dalam benak setiap manusia, sekurang-kurangnya

untuk memaklumkan "keberadaan" manusia itu sendiri (eksistensisme

diri). Hal-hal yang mendorong ekspresi diri antara lain adalah agar

menarik perhatian orang lain terhadap kita dan keinginan untuk

membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

c) Bahasa Sebagai Alat untuk Mengadakan Integrasi dan Adaptasi

Sosial

Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan sehingga bahasa juga

mengambil peran dalam perkembangan kebudayaan manusia. Melalui

bahasa, manusia perlahan-lahan belajar untuk semakin mengenal segala

adat-istiadat, tingkah laku, dan tata krama yang berlaku dalam

masyarakatnya. Manusia berusaha menyesuaikan dirinya (adaptasi)

dengan semuanya melalui bahasa. Sebagai ilustrasi sederhana, seorang

pendatang baru dalam sebuah masyarakat tertentu akan berusaha

menyesuaikan dirinya terhadap masyarakatnya supaya mudah dan cepat

diterima dan bergaul dengan lingkungan barunya.

d) Bahasa Sebagai Alat untuk Kontrol Sosial

Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan

tindak-tanduk orang lain.Lalu apa hubunganny dengan bahasa? Bahasa

mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.

8 Gorys Keraf, Komposisi, (Ende: PT. Nusa Indah, 1997), h. 3.

Page 10: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

10

Proses sosialisasi itu dapat terwujud dalam beberapa hal sebagai berikut:

pertama keahlian bicara. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama

di mana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak

yang tengah tumbuh. Ketiga, Bahasa melukiskan dan menjelaskan

peranan yang dilakukan si anak untuk mengidentifikasi dirinya supaya

dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Keempat, bahasa

menanamkan rasa keterlibatan pada si anak tentang masyarakat

bahasanya.

B. Pembelajaran dan Pengajaran

1. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran

Pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.9

Sedangkan pengajaran adalah proses penyampaian informasi atau

pengetahuan dari guru kepada siswa.10 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”

berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan

akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara

mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”.

Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan.11 Dengan

demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh

siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu

kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan

primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang

dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Pengajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dari pembelajaran.

Pengajaran adalah memandu dan memfasilitasi pembelajaran,

9 UU no. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional10 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 74.11 Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. (Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2010), h. 25.

Page 11: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

11

memungkinkan pembelajar untuk belajar, menetapkan kondisi-kondisi

pembelajaran. Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi

dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Menurut Brown, pembelajaran adalah penguasaan atau

pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah

keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau intruksi. Sedangkan

pengajaran yaitu menunjukan atau membantu seseorang mempelajari

cara melakukan pengaetahuan, menjadikan tahu atau paham.12

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia

serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai

pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi

yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta

didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu

objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi

perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor)

seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai

pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran

juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Dengan demikian, pembelajaran adalah usaha sadar dari guru

untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya

kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena

adanya usaha. Sedangkan pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan

guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga

diartikan sebagai interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung

sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.

2. Hakikat Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa

12 Brown, op. cit., h. 8.

Page 12: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

12

Terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang

menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh memberikan arah

kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan

pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini

berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan

perubahan konsep dalam memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan

pendekatan-pendekatan pembelajaran.

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang

memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’.13 Di

dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of

beginning something ‘cara memulai sesuai. Karena itu, istilah pendekatan

dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih

luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara

belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang

sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah

membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis.14 Aksiomatis

artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak

dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah

suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan

pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan

corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang

berkaitan.

Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan

perubahan paradigma tadi adalah suatu proses yang dapat

mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu.

Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan

mampu mendukung optimalisasi pengembangan potensi peserta didik

sebagaimana diharapkan. Karena itu dalam proses pembelajaran, guru

tidak hanya dituntut menyampaikan materi pelajaran akan tetapi harus

mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk

13 Henry Guntur Tarigan. Metodologi Pengajaran Bahasa. (Bandung: PT. Angkasa. 2009), h. 9.14 J.S. Badudu. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 17.

Page 13: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

13

watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

berlaku.

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada

teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang

berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori

tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan penemuan

tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta

fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu

masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses

psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam

psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam

definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa

yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan

metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan

teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan karya linguistik menurut

pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa

menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa

yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

3. Sejarah Pengajaran Bahasa

a) Sembilan Belas Abad Pengajaran Bahasa

Dalam pembelajaran bahasa asing disekolah selalu bersinonim

dengan pembelajaran bahasa Latin atau Yunani. Bahasa latin diajarkan

dengan menggunakan Metode Klasik (Classical Method), yang berfokus

pada kaidah-kaidah gramatikal, hafalan kosakata serta berbagai deklinasi

dan konjugasi, penerjemahan teks, pengerjaan latihan-latihan tertulis.

Ketika bahasa-baha lain mulai diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan

pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas, metode klasik diadopsi

sebagai sarana utama pengajaran bahasa asing. Namun pada masa itu

tidak banyak dipikirkan pengajaran bahasa lisan, bahasa yang tidak

diajarkan terutama untuk menguasai komunikasi oral/aural, melainkan

Page 14: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

14

agar menjadi terpelajar atau, dalam beberapa kasus, untuk mendapatkan

kecakapan membaca dalam bahasa asing.

Pengajaran sebelum abad kedua puluh lebih pas digambarkan

sebagai sebuah tradisi yang dipraktekan hingga hari ini, dalam pelbagai

manifestasi dan adaptasinnya, dikelas-kelas bahasa di seluruh dunia.

Pada akhir abad kesembilan belas, metode klasik dikenal sebagai

penerjemahan tata bahasa (grammar translation method). Tidak banyak

perbedaan antara Penerjemahan Tata Bahasa dan apa yang sudah

berlangsung di kelas-kelas bahasa selama berabad-abad, diluar fokusnya

pada kaidah-kaidah gramatikal yang menjadi dasar penerjemahan dari

bahasa kedua bahasa asli.

Karakter-karakter utama Penerjemahan Tata Bahasa (menurut

Prator dan Celce-Murcia), yaitu:

a. Kelas-kelas diajar dalam bahasa ibu, sedikit penggunaan bahasa

kedua

b. Kebanyakan kosakata diajarkan dalam bentuk daftar kata-kata

terpisah

c. Menjelaskan secara rinci kepelikan tata bahasa

d. Membaca teks-teks klasik sulit sudah dimulai sejak dini

e. Teks-teks dipakai sebagai latihan dalam analisis tata bahasa

f. Latihan berkala dalam penerjemahan kalimat bahasa pertama ke

Bahasa ke dua

g. Sedikit atau tidak perhatian terhadap pengucapan.15

b) Pengajaran Bahasa pada Abad Kedua Puluh

Dengan latar belakang abad-abad sebelum abad ke-19,

memberikan gambaran yang menyegarkan tentang beragam penafsiran

cara terbaik untuk mengajarkan sebuah bahasa asing. Bermula dengan

Metode Serial Francois Gouin, yang mengatakan bahwa pengajaran

15 Brown, op. cit., h. 17.

Page 15: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

15

bahasa asing mengalami beberapa kecenderungan rovolusioner, yang

semuanya menjadi bahan kajian bagi penelitian ilmiah (observasional).

Seperti mazhab-mazhab yang datang dan pergi, kecenderungan-

kecenderungan pengajaran bahasa pun timbul dan tenggelam

popularitasnya. Secara historis, inovasi dalam ilmu pendidikan

diuntungkan oleh penelitian teoritis, hal ini ditunjukan oleh pengaruh

penelitian terhadap kecenderungan-kecenderungan dalam pengajaran

bahasa. Pada saat yang sama, kelas-kelas bahasa dengan guru dan

siswannya inovatif menjadi laboratorium penelitian yang pada gilirannya

menopang terbentuknya pandangan-pandangan teoritis ketika mengalami

perubahan seiring waktu.

Pada akhir abad 1940-an dan 1950-an Metode Audiolingual (ALM:

Audio lingual Method) mengalami revolusioner. Metode ini menekankan

lebih pada latihan lisan, dan meminjam prinsip-prinsip dari Metode

Langsung (Direct Method) yang muncul hamper setengah abad

sebelumnya, tetapi pada dasarnya ia tumbuh dari teori-teori behavioristik

pada masa itu. ALM adalah penolakan terhadap pendahulu klasiknya,

Metode Penerjemahan Tata Bahasa dengan mengurangi minat

metakognitif yang terlalu memikirkan bentuk-bentuk bahasa.

Profesi pengajaran bahasa memperlihatkan kecenderungan-

kecenderungan teoritis, dengan berbagai pendekatan dan tekhnik yang

menekankan pada kepentingan harga diri, motivasi intrinsic, para siswa

yang belajar secara cooperative, pengembangan strategi-strategi

perorangan untuk mengkonstruksi makna, dan terutama penempatan

fokus pada proses komunikatif dalam pembelajaran bahasa.

Pada saat ini, banyak sumber pedagogis dari kurun beberapa

dasawarsa yang tercakupi dalam pengertian Pembelajaran Bahasa

Komunikatif (CLT= Communicative Language Teaching), yang kini popular

bagi para guru bahasa.

Satu perbedaan mendasar antara praktek-praktek pengajaran

bahasa masa kini dengan setengah abad lalu, adalah lenyapnya klaim

tentang metode yang mapan dan terbaik. Bell, Brown, Kumaradevelu, dan

Page 16: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

16

lain-lain, mengemukakan bahwa kecenderungan pedagogis dalam

pembelajaran bahasa kini mendesak kita untuk mengembangkan sebuah

basis prinsip.16 Pada saat ini sering disebut pendekatan (Richards dan

Rodgers) yang mengatakan bahwa dimana guru bisa memilih desain dan

tekhnik tertentu untuk mengajarkan bahasa asing dalam konteks

spesifik.17

C. Mazhab Pemikiran dalam Pemerolehan Bahasa kedua

Definisi umum mengenai bahasa, pembelajaran, dan pengajaran

bahasa yang telah disebutkan di atas, boleh jadi telah disepakati oleh

sebagian besar linguis, psikolog, dan pendidik. Akan tetapi, tetap saja

terdapat beberapa perbedaan pendapat diantara para linguis terapan dan

peneliti. Dengan segala perbedaan yang mungkin ada, sejumlah pola

lama muncul menandai kecenderungan dan mode pada studi

pemerolehan bahasa kedua. Kecenderungan-kecenderungan itu akan

dituangkan dalam tiga mazhab pemikiran terutama di bidang linguistik dan

psikologi yang di susun secara historis. Brown mengkaji mazhab tersebut

adalah sebagai berikut:18

1. Linguistik Struktural dan Psikologi Behavioristik

Pada tahun 1940-an dan 1950-an, mazhab linguistik struktural atau

deskriptif yang diusung oleh Leonard Bloomfield, Edward Sapir, Charles

Hockett, Charles Fries, dan yang lainnya menekankan bahwa hanya

tanggapan yang bisa diamati secara umum yang bisa menjadi subjek

penelitian. Menurut kaum strukturalis, tugas linguis adalah menjabarkan

bahasa manusia dan mengenali karakteristik struktural bahasa-bahasa itu.

Hal penting lain bagi linguis struktural atau deskriptif adalah

gagasan bahwa bahasa bisa dibongkar menjadi bagian-bagian kecil yang

bisa dijabarkan secara ilmiah, dikontraskan, dan disusun lagi menjadi

bentuk yang utuh. Paradigma ini menjabarkan berbagai rangkaian

gramatikal sebagai komponen-komponen terpisah yang bisa membentuk

sebuah kalimat.16 Brown, op. cit., h. 2017 Ibid.18 Ibid., h. 19

Page 17: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

17

Di kalangan psikolog, pandangan behavioristik juga berfokus pada

tanggapan-tanggapan yang bisa diamati secara nyata, bisa secara objektif

dilihat, direkam, dan diukur. Model-model behavioristik yang lazim adalah

pengondisian klasik kearah perilaku spontan, hafalan verbal,

pembelajaran instrumental (pemberian imbalan langsung), pembelajaran

diskriminasi, dan pendekatan-pendekatan empiris lainnya dalam

mempelajari perilaku manusia. Eksperimen-eksperimen biasa dilakukan

untuk memperlihatkan bahwa manusia bisa dikondisikan agar bereaksi

sebagaimana yang diinginkan, dengan diberi imbalan dan hukuman.

2. Linguistik Generatif dan Psikologi Kognitif

Pada dekade 1960-an, linguistik generatif-transformasional muncul

melalui pengaruh Noam Chomsky dan sejumlah pengikutnya. Chomsky

berusaha memperlihatkan bahwa bahasa manusia tidak bisa diteliti

semata-mata dari apa yang nampak.

Titik awal revolusi generative-transformasional ditanam pada awal

abad ke-20. Ferdinand de Saussure (1916) menyatakan bahwa ada

perbedaan antara parole, bahasa dalam praktek keseharian, dan langue

yang merupakan kecakapan bahasa yang mendasar dan tak bisa diamati.

Beberapa dekade selanjutnya, para linguis generatif berhasil menjauhkan

obsesi kelompok deskriptif terhadap performa dan memanfaatkan

perbedaan penting antara aspek-aspek yang bisa diamati dan makna

serta pemikiran tersembunyi yang melahirkan dan membangkitkan

performa linguistik.

Serupa dengan hal itu, para psikolog kognitif menyatakan bahwa

makna, pemahaman, dan pengetahuan adalah data penting bagi studi

psikologis. Mereka berupaya menemukan motivasi dasar dan struktur

mendalam pada perilaku manusia dengan menggunakan pendekatan

rasional. Mereka membebaskan diri dari keketatan studi empiris. Milik

kaum behavioris dan menggunakan perangkat logika, nalar, ekstrapolasi,

dan kesimpulan untuk memperoleh penjelasan bagi perilaku manusia.

Linguis struktural dan psikologi behavioristik sama-sama berminat

pada deskripsi, pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa tentang

Page 18: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

18

perilaku manusia. Linguis generatif dan psikolog kognitif tentu berminat

pula pada pertanyaan apa; tetapi mereka jauh lebih meminati pertanyaan

yang lebih mendasar, mengapa: faktor-faktor dasar apa yang

menyebabkan perilaku tertentu pada seorang manusia.

3. Konstruktivisme: Sebuah Pendekatan Multidisipliner

Kontruktivisme hampir bisa dikatakan bukan satu madzhab

pemikiran baru. Kendati demikian, dalam berbagai teoritis

pascastrukturalisme, konstruktivisme muncul sebagai paradigm besar

hanya pada paruh akhir abad kedua puluh, dan kini nyaris merupakan

sebuah ortodoksi. Satu karakteristik yang menyegarkan dari

konstrukstivisme adalam menyatukan paradigm-paradigma linguistic,

psikologis, dan sosiologis, dengan penekanan pada interaksi sosial dan

penemuan, konstruksi, makna.

Konstruktivisme terbagi menjadi dua cabang yaitu, kognitif dan

sosial. Konstruktivisme kognitif menekankan pada pentingnya pembelajar

membangun representasi realitas mereka sendiri. Menurut Slavin, Secara

perorangan para pembelajar harus menemukan dan mengubah informasi

kompleks jika mereka ingin menguasai informasi tersebut, mengarahkan

agar para siswa lebih aktif dalam pembelajaran mereka sendiri ketimbang

yang lazim dalam kelas. Dalam hal ini, pembelajar ditekankan untuk

berusaha lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran agar siswa mampu

menguasai sautu informasi dan dapat menjadi siswa yang mandiri dalam

pembelajaran. Menurut Piaget, pembelajaran adalah proses

perkembangan yang melibatkan perubahan, pemunculan diri, dan

kontruksi, yang masing-masing dibangun di atas pengalaman-pengalaman

pembelajaran sebelumnya.

Sedangkan konstruktivisme sosial, menekankan pada pentingnya

interaksi sosial dan pembelajaran kooperatif dalam membangun

gambaran-gambaran kognitif dan emosional atas realitas. Kampiun

konstruktivisme sosial adalah Vygotsky, yang membawa pandangan

bahwa pemikiran dan pembentukan makna pada diri anak-anak dibentuk

Page 19: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

19

secara sosial dan muncul interaksi sosial mereka dengan lingkungan

mereka.

Mazhab-mazhab Pemikiran Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua

Kerangka Waktu Madzab pemikiran Tema Tipikal

Awal 1900-an

1940-an dan 1950-an

Linguistic Struktural dan

Psikologi Behavioristik

Performa yang bisa

diamati metode ilmiah

Empiris

Struktur Permukaan

Pengondisian

Imbalan dan hukuman

1960-an, 1970-an, dan

1980-an.

Linguistik Generatif

Psikologi Kognitif

Linguistik Generatif

Penguasaan, bawaan

Antarbahasa

Sistematistis

Tata bahasa universal

Kompetensi

Struktur mendalam

1980-an, 1990-an, dan

2000-an

Konstruktivisme Wacana interaktif

Variable sosiokultural

Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran penemuan

Konstruksi makna

Variabilitas antarbahasa

Page 20: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

20

Page 21: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

21

BAB III

KESIMPULAN

Di antara semua bidang linguistik terapan, bidang pembelajaran

bahasa ibu dan bahasa asing merupakan bidang yang sudah mantap

perkembangannya karena pembelajaran dan pengajaran bahasa

mempunyai daya jual yang tinggi dan diperlukan masyarakat.

Pengetahuan linguistik mengenai bentuk, makna, struktur, fungsi, dan

variasi bahasa sangat diperlukan sebagai modal dasar pembelajaran

bahasa.

Kegiatan pembelajaran dan pengajaran bahasa merupakan upaya

yang mengakibatkan siswa dapat mempelajari bahasa dengan cara efektif

dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan

karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi

pengorganisasian, isi pembelajaran dan pengajaran, menetapkan strategi

penyampaian pembelajaran dan pengajaran, menetapkan strategi

pengelolaan pembelajaran dan pengajaran, dan menetapkan prosedur

pengukuran hasil pembelajaran dan pengajaran.

Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam

memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat

dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan

belajar dapat terpenuhi.

Page 22: Makalah Bahasa, Pembelajaran, Dan Pengajaran Bahasa

22

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Brown, H. Douglas. Principles of language learning and Teaching, Fifth Edition, (USA: Pearson Education, 2006) , h.17

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta, 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: PT. Nusa Indah, 1997.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, Springfield: Merriam-Webster, Inc., 2008.

Pei, Mario A. and Frank Gaynor. A Dictionary of Linguistics. New York: Philosophical Library, 1975.

Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2010.

Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006.

Tarigan, Djago. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: PT. Angkasa, 1990.

__________________. Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: PT. Angkasa. 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional