makalah aswaja saja

Upload: taree-nee

Post on 15-Oct-2015

512 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bermukim di pesantren 3 hari saja

TRANSCRIPT

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Dengan rahmat Allah SWT serta taufik hidayahnya, penulis dapat

    menyelesaikan laporan praktik Aswaja IV ini pada pesantren Darul Hikmah

    Jember. Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini untuk memenuhi

    persyaratan tugas akhir dalam menyelesaikan mata kuliah Aswaja IV.

    Perlu kiranya dikemukakan bahwa didalam penyusunan laporan ini bukan

    hanya kerja penulis semata, melainkan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

    Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Ahma Khalid, M.Pd.I, selaku pengampu mata kuliah ASWAJA IV, universitas

    Islam Jember

    2. Drs. KH. Ach. Nashihin AR, selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul

    Hikmah Jember

    3. Semua karyawan Universitas Islam Jember

    4. Teman-teman kuliah yang menempuh mata kuliah ASWAJA IV angkatan

    2010 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih

    untuk kalian semua.

    Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi

    kesempurnaan Laporan praktik Aswaja IV ini. Akhirnya penulis berharap,

    semoga laporan ini dapat bermanfaat.

    Jember, 10 Juli 2012 Penulis

    iii

  • 2

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

    BAB 1. Paparan Data Tentang Pesantren ................................................. 1

    1.1 Sejarah berdirinya dan tujuan pesantren ....................................... 1

    1.2 Pemahaman nilai-nilai ASWAJA ................................................. 1

    1.3 Program pesantren dan kurikulum pesantren ................................ 3

    1.4 Kontekstualisasi ASWAJA dan NU .............................................. 4

    BAB 2. Landasan Teori ............................................................................. 5

    2.1 Hakekat Nahdlatul Ulama ............................................................. 5

    2.2 Peranan Para Ulama Pengasuh Pesantren Dalam Mengembangkan

    Jamiyah Nahdlatul Ulama ........................................................... 5

    BAB 3. Analisis Data .................................................................................. 7

    3.1 Struktur dan Prasarana Pesantren .................................................. 7

    3.1.1 Komponen yang terdapat dalam pesantren ............................ 8

    3.1.2 Program pesantren secara menyeluruh ................................. 8

    3.2 Kurikulum pesantren .................................................................... 9

    3.2.1 Visi Misi kurikulum pesantren ............................................. 10

    3.2.2 Isi dan tujuan kurikulum ....................................................... 10

    3.2.3 Pengembangan kurikulum .................................................... 10

    3.2.4 Penjadwalan pengajaran/pengajian ....................................... 11

    3.2.5 Evaluasi pengajaran/pengajian ............................................. 11

    3.2.6 Pembinaan peningkatan kemampuan sebagai ustadz/

    ustadatz ................................................................................. 12

    3.3 Hubungan dengan masyarakat ...................................................... 12

    3.3.1 Program hubungan pesantren dengan masyarakat ................. 13

    3.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan masyarakat ..................................... 13

    3.4 Pemahaman aplikasi aswaja di pesantren ...................................... 14

    3.4.1 Pemahaman tekstual aswaja di pesantren ............................. 14

    3.4.2 Pemahaman kontekstualisasi aswaja di pesantren ................. 14

    3.4.3 Kontekstualisasi ASWAJA dalam pesantren ......................... 15

    BAB 4. Penutup .......................................................................................... 17

    4.1 Kesimpulan .................................................................................. 17

    4.2 Saran ............................................................................................ 17

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    iv

  • 3

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1.1: Struktur Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah ............................... 7

    v

  • 4

    DAFTAR LAMPIRAN

    A. Gambar 1 Asrama putrid tampak dari belakang

    B. Gambar 2. Tausiyah agama bersama mahasiswa dengan ustadz

    C. Gambar 3. Dzikir bersama setelah sholat berjamaah

    D. Gambar 4. Diskusi Bersama mahasiswa dengan pengasuh pesantren

    vi

  • 1

    BAB 1. PAPARAN DATA TENTANG PESANTREN

    1.1 Sejarah Berdirinya Dan Tujuan Pesantren

    Pondok Pesantren Darul Hikmah didirikan oleh KH.Drs. Ach Nashihin,AR

    pada tahun 1988, di awali oleh para sesepuh Desa Kranjingan yang

    menginginkan agar ada Pondok pesantren di Kranjingan tersebut maka mereka

    menghadap kepada KH.Asad agar mendirikan Pondok Pesantren ditempat yang

    sudah mereka persiapkan, dikarenakan KH.Asad telah mengasuh pondok

    pesantren di Kabipaten Situbondo maka beliau meneruskan usul tersebut kepada

    KH. Abdus Samad dan diteruskan pula kepada KH.Drs. Ach Nashihin,AR, hal

    tersebut terjadi pada kisaran tahun 1988. Tetapi pada awalnya telah ada lembaga

    pedidikan ditanah wakaf tersebut yaitu MI Miftahul Ulum yang berdiri pada tahun

    1966 dan MTS Akbar pada tahun 1986.

    Perkembangan selanjutnya selain pendidikan pesantren dan pendidikan

    formal tersebut, pada tahun 1990 berdiri sebuah lembaga pendidikan baru yaitu

    TK Al-Quran pada tahun 1990 dan dilanjutkan dengan berdirinya SMA Darul

    Hikmah pada tahun 2002 yang pada awalnya hanya dikhususkan kepada siswi

    perempuan saja, baru pada tahun 2006 SMA Darul Hikmah menerima siswa laki-

    laki dilajutkan pula dengan pembangunan SMP Darul Hikmah pada tahun 2006

    dilanjutkan dengan berdirinya SMK Darul Hikmah yang berdiri pada tahun 2007.

    1.2 Pemahaman Nilai-nilai ASWAJA

    Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan telah berjasa besar

    dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman yang dibingkai dalam kerangka

    paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), moralitas luhur, serta dikemas dalam

    tradisi dan kearifan lokal. Misi ini kemudian tersebar luas ke dalam masyarakat

    Indonesia melalui perangkat organisasional NU. Jadilah masyarakat Islam di

    1

  • 2

    Indonesia memiliki karakter yang pluralis, toleran, serta ramah terhadap nilai-nilai

    yang ada dalam masyarakat. Di sisi lain, mereka tetap berpegang teguh pada nilai-

    nilai dan spirit universal agama Islam. Ini merupakan sumbangsih yang nyata dari

    dunia Pesantren dan NU kepada bangsa Indonesia.

    Secara substansial, Pesantren merupakan institusi keagamaan yang sangat

    lekat dengan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Lembaga ini tumbuh

    dan berkembang dari dan untuk masyarakat dengan memosisikan dirinya sebagai

    bagian dari masyarakat dalam pengertian yang transformatif. Artinya, pendidikan

    Pesantren pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa

    transformasi sosial. Dalam hal ini, Pesantren berkhtiar meletakkan visi dan

    kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial yang pada mulanya ditekankan pada

    pembentukan moral keagamaan, kemudian diperluas pada rintisan-rintisan

    pengembangan yang lebih sistematis dan terpadu. Pemberdayaan yang dilakukan

    Pesantren terhadap masyarakat bukan hanya terbatas pada bidang pendidikan dan

    keagamaan, tetapi juga menyangkut hal-hal yang menyentuh kebutuhan riil

    masyarakat, seperti pengembangan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan

    penggunaan teknologi alternatif. Kegiatan Pesantren ini merupakan benih sangat

    potensial yang dapat menjadikan Pesantren sebagai salah satu institusi alternatif

    untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia.

    Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Pesantren tersebut

    merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dianut Pesantren. Nilai pokok yang

    selama ini berkembang dalam dunia Pesantren adalah bahwa seluruh aktivitas

    yang dilakukan dalam kehidupan ini diyakini sebagai ibadah. Artinya, kehidupan

    duniawi disubordinasikan dalam rangkuman nilai-nilai Ilahi yang telah mereka

    peluk sebagai sumber nilai tertinggi. Dari nilai pokok ini berkembanglah nilai-

    nilai luhur lainnya, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, dan kerja

    keras. Di samping itu, praktik keagamaan yang dilakukan dalam kehidupan

    Pesantren juga sarat dengan nilai-nilai moral yang merepresentasikan kezuhudan,

    wara, tawakal, sabar, tawadhu, dan selalu mengedepankan kejujuran. Nilai-nilai

    ini merupakan dasar yang dijadikan landasan oleh Pesantren dalam pendidikan

    dan pengembangan masyarakat. Dalam konteks kehidupan masyarakat yang kian

  • 3

    modern dan mengglobal seperti sekarang ini, nilai-nilai tersebut juga sangat

    potensial untuk dijadikan sebagai pijakan oleh masyarakat dalam menghadapi

    tantangan-tantangan modernitas dan globalisasi.

    1.3 Program Pesantren Dan Kurikulum Pesantren

    Secara umum pesantren dapat diklasifikan menjadi dua, yakni pesantren

    salaf atau tradisional dan pesantren khalafatsiu modern. Sebuah pesantren disebut

    pesantren salaf ]ika dalam kegiatan pendidikannya semata-mata berdasarkan pada

    pola-pola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning

    dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola

    pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf dan modern adalah pesantren

    yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama pesantren, memasukkan

    juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem klasikal atau

    sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Pada

    pesantren ini sistem sekolah dan adanya ilmu-ilmu umum digabungkan dengan

    pola pendidikan pesantren klasik, Dengan demikian pesantrern modern

    merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dipermoderr pada segi-

    segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.

    Dalam keberlangsungan pendidikannya, pesantren Al Hikmah membagi

    lembaga pengajaran dan pengkajian islam ala pesantren menjadi 3 (Tiga) yaitu

    antara lain:

    (1). Formal

    - TK Darul Hikmah

    - SD Darul Hikmah

    - MIMU Darul Hikmah

    - SMP Darul Hikmah

    - MTs Akbar

    - SMA Plus Darul Hikmah

    - SMK Darul Hikmah

    - STAI Darul Hikmah

    (2). Non Formal

  • 4

    - TKA/TPA Alquran

    - Talimul Quran Lil Aulad

    - Madrasah Diniyah

    - Pengajian Kitab Kuning

    - Dzikir dan Pengajian Umum

    (3). Ekstra Kurikuler

    - Perikanan

    - Peternakan

    - Bahasa Arab

    - Bahasa Inggris

    - Otomotif

    - Olahraga

    1.4 Kontekstualisasi ASWAJA NU

    Dengan segala metode pengajaran serta beragam keilmuan yang diajarkan

    di dalamnya, Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pesantren merupakan basis

    utama penyebaran ajaran Aswaja. NU dan (pendidikan) pesantren adalah dua

    institusi yang tidak dapat dipisahkan, kedua merupakan jantung satu sama lain

    yang saling memengaruhi. Dengan demikian, konsep pembentukan karakter

    bangsa yang digagas NU dan pesantren (dengan segala keunikannya) merupakan

    simbiosis mutualisme dua institusi dalam menebar khazanah Islam yang tak

    ternilai harganya. Segala upaya dalam iqamat al-maruf, nahi al-

    munkar, dan tuminuna billah, secara sinergis merupakan tugas dan fungsi pokok

    pesantren dalam membina para santrinya. Oleh karena itu konsep pembentukan

    karakter bangsa seperti apa yang dikembangkan NU dan pesantren dapat terwujud

    dan dapat diilhami oleh apapun dan siapaun individu dan lembaganya Sebagai

    komponen penting dalam tubuh bangsa Indonesia, NU dan pesantren mempunyai

    tekad bulat yang diwujudkan dengan komitmennya terhadap empat pilar

    kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika). Dua prinsip

    yang telah lama dibangun NU dan pesantren adalah kekuatan tradisi dan

    pembentukan karakter bangsa.

  • 5

    BAB 2. LANDASAN TEORI

    2.1 Hakekat Nahdlatul Ulama

    NU adalah jamiyah Diniyah yang artinya suatu perkumpulan keagamaan.

    Dalam anggaran dasar Nahdlatul ulama pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa

    jamiyah (perkumpulan) ini bernama Nahdlatul Ulama, di singkat NU, didirikan

    di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan tanggal 31

    Januari 1926 M. Nahdlatul Ulama sebagai jamiyah Diniyah Islamiyah berasaskan

    pancasila dan berakidah islam menurut faham Ahlussunnah Waljamaah serta

    menganut salah satu madzhab empat, yaitu : Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hanbali.

    Karena itu pada Bab IV pasal 5 dalam anggaran dasar NU memuat penjelasan

    tentang tujuan Nahdlatul Ulama, yaitu berlakunya ajaran islam yang berhaluan

    Ahlussunnah Waljamaah dan menganut salah satu madzhab empat di tengah-

    tengah kehidupan, di dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang

    berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

    2.2 Peranan Para Ulama Pengasuh Pesantren Dalam Mengembangkan

    Jamiyah Nahdlatul Ulama

    Pembentukan jamiyah NU tiada lain merupakan upaya pengorganisasian

    potensi dan peran Ulama pesantren yang sudah ada untuk ditingkatkan dan

    dikembangkan lebih luas. NU didirikan adalah untuk menjadi wadah bagi usaha

    mempersatukan dan menyatukan langkah para Ulama Pesantren di dalam tugas

    pengabdian yang tidak lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual

    keagamaan belaka, tetapi lebih ditingkatkan lagi pada kepekaan terhadap masalah-

    masalah social, ekonomi dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya. Adapun

    peranan para ulama pengasuh pesantren dalam mengembangkan Jamiyah

    Nahdlatul Ulama, diantaranya adalah :

    (1). Peranan dalam menyebarluaskan faham Ahlussunnah Waljamaah

    5

  • 6

    (2). Peranan yang berhubungan dengan usaha pengembangan NU ke berbagai

    daerah.

    (3). Peranan ulama dalam ikut menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta

    tanah air.

    (4). Peranan ulama dalam pembinaan masyarakat di bidang social, pendidikan dan

    perekonomian.

    (5). Peranan ulama di bidang politik yaitu peranan yang tumbuh sebagai sikap anti

    penjajah Belanda yang tergabung dalam pergerakan Islam.

  • 7

    BAB 3. ANALISIS DATA

    3.1 Struktur Dan Prasarana Pesantren

    Secara structural pembagian kerja di Pondok Pesantren Darul Hikmah

    adalah :

    Gambar 1.1: struktur Yayasan Ponndok Pesantren Al Hikmah

    Sumber : Pondok Pesantren Darul Hikmah

    Pembina

    Drs.KH.Ach.Nashihin AR

    D

    Ketua yayasan

    H.M.Sofyan Ziani Mubarok

    AN

    Pengawasan

    H.Imam Junaidi Zuhriya

    Bendahara

    Attoillah

    Arumi, SE

    Sekretaris

    Hj. Luluk Fajriyah

    Iza Maulida AN

    MI Miftahul Ulum

    Susilawati, Spd

    TK&TPA

    HJ. Muslimah, Spd

    TK Darul Hikmah

    HJ. Zuhriyah, Spd

    SD Darul Hikmah

    Nening Eris Suparti, Spd

    SMP Darul Hikmah

    Sulaiman, Spd

    MTS Akbar

    Mursyid, Spd

    SMA PLUS Darul

    Hikmah

    Hindana W, SS

    SMK Darul Hikmah

    M. Yahya NF, Spd

    7

  • 8

    Adapun saran dan prasarananya antara lain :gedung pembelajaran, tempat

    ibadah, asrama putra, asrama putri, ruang praktek otomotif, ruang praktek tata

    busana, laboratorium IPA, aula pertemuan dan auditorium, perpustakaan, unit

    kesehatan sekolah, prasarana olah raga, koperasi dan kantin, wifi include,

    laboratorium multimedia, lab. Computer.

    3.1.1 Komponen Yang Terdapat Dalam Pesantren

    Pelaku : kyai, ustadz, santri dan pengurus

    Sarana pesantren: (a).sarana perangkat keras: Masjid, pondok, rumah kyai,

    gedung sekolah, perpustakaan dll. (b). Sarana perangkat lunak: kurikulum

    pesntren, buku2 pesantren, cara-cara mengajar pesantren (bandongan, sorogan,

    halaqoh, menghafal) evaluasi pesantren (imtihan)

    3.1.2 Program Pesantren Secara Menyeluruh

    Untuk mempersiapkan kebutuhan akan materi seorang santri tersebut

    setelah menamatkan pendidikan di sebuah Pondok Pesantren adalah satu hal yang

    sangat mendasar dengan kemapanan dalam segi materi, sebab seorang santri pada

    dasarnya dibina dan dididik untuk menjadi Mujahid Fisabillillah. Menjadi

    Mujahid Fisabilillah tidaklah mudah karena harus memiliki mental yang kuat,

    karena ia menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama. Diharapkan dengan

    kekuatan ekonomi kaum santri dalam berdakwah akan mencapai hasil maksimal

    terhadap sasaran dakwah. Tetapi pada umumnya para santri setelah mereka

    menamatkan pendidikan di pondok pesantren hanya dihidangkan berbagai macam

    ilmu agama saja tanpa skil sesuai bakat dan keinginan mereka ditambah lagi tidak

    adanya bekal modal yang cukup untuk menggarap lahan dalam berwirausaha.

    Malah ketika mereka terjun dimasyarakat yang hanya bermodalkan ilmu agama,

    mereka banyak dihadapkan dengan kesulitan ekonomi sehingga dakwah yang

    mereka lakukan sering mengalami pergeseran nilai, yang seharusnya ilmu yang

    mereka miliki mengenai sasaran objek dakwah malah yang ada justru kurangnya

  • 9

    masyarakat menghargai ilmu lantaran melihat santri tersebut lemah ekonominya

    akhirnya pandangan masyarakat terhadap ilmu menjadi luntur bahkan dianggap

    tidak terlalu penting (apriori).

    3.2 Kurikulum Pesantren

    Kurikulum pada dasar merupakan seperangkat perencanaan dan media utk

    mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan lembaga pendidikan yg

    diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan diri dgn

    jenis dan corak pendidikan yg bermacam-macam. Dewasa ini pesantren

    dihadapkan pada banyak tantangan termasuk di dalam modernisasi pendidikan

    Islam. Pondok Pesantren Darul Hikmah dalam banyak hal sistem dan

    kelembagaan pesantren telah dimodernisasi serta disesuaikan dgn tuntutan

    pembangunan terutama dalam aspek di dalam telah berkembang madrasah sekolah

    umum sampai Sekolah menengah atas yg dalam proses pencapaian tujuan

    institusional selalu menggunakan kurikulum.

    Sedangkan kurikulum pesantren juga terfokus pada 3 (tiga) lembaga diatas

    yang sudah di sebutkan. Oleh karena itu Kurikulum pendidikan di pesantren ini

    tak sekedar fokus pada kita kitab klasik (baca : ilmu agama) tetapi juga

    memasukkan semakin banyak mata pelajaran dan keterampilan umum di

    Pesantren. Maka dari pada itu, keberadan kurikulum dalam sebuah lembaga

    pendidikan sangat penting. Dengan demikian pembenahan kurikulum harus

    senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Dalam konteks pendidikan di

    pesantren Nurcholis Madjid mengatakan yg dikutip oleh Abdurrahman Masud

    dkk bahwa istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren (masa pra

    kemerdekaan) walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren

    terutama pada praktek pengajaran bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam

    kehidupan di pesantren. Secara eksplisit pesantren tak merumuskan dasar dan

    tujuan pesantren atau mengaplikasikan dalam bentuk kurikulum. (2002:85)

    Dalam tahapan kelembagaan Pesantren Darul Hikmah, lembaga formal

    mengikuti standard kurikulum sekolah formal pada umumnya yaitu misalkan

  • 10

    SMP terdiri jenjang kelas 1,2, dan 3. Sedangkan lembaga pesantren Non formal

    memiliki jenjang seperti tingkat pertama/dasar di sebut dengan Ula dengan

    menempuh 4 tahun masa pendidikan, tingkat kedua di sebut dengan Wustha

    ditempuh 2 tahun masa pendidikan, dan tingkat ketiga disebut dengan Ulya

    ditempuh selama 2 tahun.

    3.2.1 Visi Misi Kurikulum Pesantren

    Adapun visi kurikulum pesantren adalah menciptakan insan berprestasi

    dan mandiri dengan berlandaskan iman, taqwa dan akhlaqul karimah. Sedangkan

    Misi kurikulum pesantren adalah menumbuhkan penghayatan dan pengalaman

    ajaran islam serta budaya bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak.

    3.2.2 Isi Dan Tujuan Kurikulum

    Isi dan tujuan kurikulum pondok pesantren sangat erat hubungannya

    dengan visi dan misi pondok pesantren itu sendiri yaitu menciptakan insane yang

    mandiri secara Akidah yaitu mengetahui semua jenis ibadah tanpa bertaqlid dan

    dapat menjadi insane yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakatnya, begitu

    juga dari segi ekonomi, para santri diajarkan kemandirian dengan adanya

    pendidikan formal SMK darul Hikmah yaitu jurusan otomotif ( bagi santri laki-

    laki) dan jurusan tata busana (bagi santi perempuan).

    3.2.3 Pengembangan Kurikulum

    Pengembangan kurikulum Pendidikan pesasntren secara umum dapat

    dikelompkkan menjadi dua yakni :

    (1). Prinsip umum

    yang meliputi prinsip relevansi, prinsip fleksebelitas, prinsip kontinuitas,

    prinsip praktis, prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi.

    (2). Prinsip khusus

    mencakup prinsip yg berkenaan dgn tujuan Pendidikan pesasntren prinsip

    yg berkenaan dgn pemilihan isi Pendidikan pesasntren prinsip yg

    berkenaan dgn metode dan strategi proses pembelajaran Pendidikan

  • 11

    pesantren prinsip yg berkenaan dgn alat evalusi dan penilaian Pendidikan

    pesantren.

    Selain mengembangkan kurikulum yang berbasis pesantren, Pondok

    pesantren Darul Hikmah juga mengembangkan pendidikan formal yang juga

    masih berbasis ASWAJA dan memegang teguh Syariat Islam seperti TK, MI,

    SMP, SMA, SMK dan Universitas cabang dari STIB. FAK.PAI

    Untuk Pendidikan formal menggunakan system pemisahan antara laki-laki

    dan perempuan seperti yang diwajibkan oleh syariat islam bahwa laki-laki dan

    perempuan tidak boleh berdekatan selain dengan muhrimnya.

    3.2.4 Penjadwalan Pengajaran/Pengajian

    Jadwal pengajian pesantren adalah sebagai berikut :

    Penjadwalan kegiatan pengajaran/pengajian disesuaikan dengan kurikulum

    pesantren

    06.30-08.00 : sekolah diniyah

    08.00-14.00 : sekolah formal

    15.00-16.30 : Pembacaan kitab ( Hotimul Haddad)

    18.00-22.00 : mengaji Al-quran dan kitab tetapi diselingi oleh sahalat Isya

    pada pukul 19.00.

    3.2.5 Evaluasi Pengajaran/Pengajian

    Komponen evaluasi berisi penilaian yg dilakukan secara terus menerus

    dan bersifat menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran yg dimaksudkan

    sebagai feedback terhadap tujuan materi metode sarana dalam rangka membina

    dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut.

    Evaluasi pendidikan yang bertipe pesantren dilakukan secara berkala oleh

    senior,ustadt dan oleh kyai pengasuh langsung dan evaluasi secara bersama-sama

  • 12

    dilakukan dengan cara imtihan, imtihan dilakukan untuk mengukur dan menguji

    tingkat pencapaian para santri dalam menguasai sebuah tahapan ilmu dan pada

    saat tersebut biasanya ditampilkan pula keterampilan para santri yang dipelajari

    selama di Pondok Pesantren seperti Pidato, Ceramah, Tartil Quran, Hadrah dan

    kegiatan seni keagamaan lain.

    Berbeda lagi dengan evaluasi sistem pendidikan formal yang ada di Pondok

    Pesantren, sistem evaluasi yang digunakan mengikuti system yang ditetapkan

    oleh sekolah-sekolah formal pada umumnya yaitu mengacu pada system

    pendidikan dan peraturan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan meliputi

    ulangan harian, tugas-tugas, Ulangan Tengah Temester, Ulangan Akhir Semester

    dan Ujian Akhir Nasional

    3.2.6 Pembinaan Peningkatan Kemampuan Sebagai Ustadz/Ustadzat

    Untuk mengembangkan kemampuan sebagai ustadt dan ustazah maka

    Pondok Pesantren darul Hikmah melatih Ustat dan ustadzah dalam waktu

    tertentu di Pondok Pesantren Al-Amin, Madura agar ilmu yang mereka dapatkan

    dapat berkemabng dan dapat menularkan ilmu tersebut secara cerdas kepada

    saantri/santriwati di Pondok Pesantren Darul Hikmah

    3.3 Hubungan Dengan Masyarakat

    Sejak berdirinya hubungan pesantren dengan masyarakat yang sudah

    terjalin dalam pola harmoni. Hal ini mengingat berdirinya pesantren itu sendiri

    didukung secara penuh oleh masyarakat. Ini sebuah cermin betapa figur Kiai

    (Ulama) sebagai pengasuh pesantren dan pengayom masyarakat kehadirannya

    dapat diterima atau dapat dijadikan panutan.1 Selain kealiman dalam kitab

    kuning, keluasan wawasannya dan tingkat kesabarannya legitimed secara moral

    dari masyarakat. Lebih dari itu, Kiai merupakan figur yang bijak dalam

    menentukan langkah-langkah sosialnya dan selalu akomudatif dan komunikatif

  • 13

    dalam melakukan hubungan atau berkomunikasi dengan lembaga manapun saja,

    baik dalam (langkah sadar) hubungan fungsional maupun hubungan

    kemasyarakatan lainnya yang lebih luas. Jadi masysrakat sebagai subyek dan

    sekaligus obyek pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pesantren

    sesungguhnya memiliki pengertian yang luas pula.

    3.3.1 Program hubungan pesantren dengan masyarakat

    Beberapa program hubungan antara Pondok Pesantren Darul Hikmah

    dengan Masyarakat adalah pendidikan formal untuk masyarakat sekitar agar

    masyarakat dapat menimba ilmu Dunia dan Akherat secara bersama-sama, juga

    kegiatan pengajian rutin setiap bulan pada setiap tanggal 15 pada kalender tahun

    Hijriah yang dinamakan pengajian Padang Bulan beserta Shalawat dan tasbih

    3.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan dengan masyarakat

    Bentuk kegiatan dengan masyarakat yang paling nyata di dunia

    kepesantrenan adalah hadirnya masyarakat atau orang-orang tertentu yang

    memiliki tujuan tertentu untuk bertemu dengan pengasuh (Kyai) seperti meminta

    bantuan pengobatan,doa dan wejangan-wejagan serta petunjuk dalam melakukan

    suatu hal atau hajatan, kegiatan lain dengan masyarakat yang tidak kalah

    pentingnya adalah pengajian/pengajian bersama masyarakat umum pada waktu-

    waktu tertentu, yang biasanya dapat menghadirkan banyak masyarakat dalam

    acara itu. Dan tak kalah pentingnya yaitu di bentuknya bimbingan ibadah haji bagi

    masyarakat yang akan menunaikan rukun islam yang kelima yaitu sebuah

    organisasi yang dinamakan KBIH AL GHAZALI yang dipimpin langusung

    oleh KH. Drs. A. Nashihin AR sendiri.

  • 14

    3.4 Pemahaman Aplikasi ASWAJA Di Pesantren

    Aswaja sebagai tolak ukur yang dibawa di dalam pesantren dan sudah

    menjadi cirri khas suatu pesantren bahwa aswaja dan pesantren sebagai satu

    kesatuan yang utuh.

    3.4.1 Pemahaman Tekstual ASWAJA Di Pesantren

    Pandangan Aswaja memperlihatkan kepada kita ciri utama Aswaja yaitu

    al tawassuth (moderat) atau jalan tengah dan tasamuh (toleran). Inilah yang

    menjadikan Aswaja dapat tetap eksis dalam kurun waktu yang sangat panjang dan

    menyebar luas di berbagai belahan dunia muslim. Pendekatan keagamaan Aswaja

    yang moderat tersebut dewasa ini menjadi signifikan dalam mengatasi berbagai

    persoalan yang berkembang dan terutama ketika munculnya cara-cara

    keberagamaan yang ekstrim atau radikal (tatharruf) baik ekstrim kanan maupun

    ekstrim kiri. Dengan begitu, maka Aswaja dapat menerima perkembangan ilmu

    pengetahuan yang berbasis rasionalitas dari manapun datangnya, tetapi juga tetap

    menghargai pemahaman keagamaan yang sederhana sepanjang memberikan

    manfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan mereka. Inilah yang dalam tradisi NU

    dikenal dengan kaedah : al Muhafazhah ala al qadim al shalih wa al Akhdz bi al

    Jadid al Ashlah (mempertahankan tradisi/pemikiran lama yang baik dan

    mengadopsi tradisi atau pemikiran baru yang lebih baik (dari manapun

    datangnya).

    Pemahaman tekstual dipesantren adalah pemahan tentang melaksanakan atau

    membaca sesuatu tanpa memahami sejarah atau maknanya. Pemahamn tekstaual

    berarti mengartikan makna dari suatu teks tanpa tahu inti dari sebuah kitab, yang

    diketahui hanya sebatas membaca dan meghafal.

    3.4.2 Pemahaman Kontekstualisasi ASWAJA Di Pesantren

    Spirit Aswaja yang dipraktikkan oleh para ulama tersebut kemudian

    diterjemahkan oleh NU ke dalam prinsip-prinsip dasar yang menjadi patokan

    kehidupan keberagamaan mereka. Sejarah membuktikan bahwa apa yang

    dilakukan oleh NU tersebut dapat diterima oleh masyarakat secara baik. Bahkan

  • 15

    pola keberagamaan ini, menurut penulis, telah mampu mengantarkan masyarakat

    kita untuk menciptakan benih-benih civil society yang memiliki kepekaan sosial,

    sikap kemandirian, dan sikap kritis terhadap Negara. NU, dengan demikian, telah

    berhasil meletakkan Aswaja dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang

    plural dan kaya akan karakter budaya.

    Kemampuan NU dalam menyikapi realitas dan perubahan kehidupan

    terletak pada paradigma keberagamaan yang dianutnya, yakni keberagamaan

    Aswaja yang sangat lentur, dinamis, dan memberi ruang yang cukup luas bagi

    pengembangan potensi dan kreativitas untuk meletakkan syariah selalu

    bersesuaian dengan konteks persoalan yang dihadapi umat manusia. Dalam

    kerangka Aswaja inilah, ulama dan intelektual dari kalangan NU memaknai nilai-

    nilai Islam dan menjadikannya sebagai norma yang mencerahkan kehidupan

    bangsa, terutama warga NU, sehingga mereka mengalami pembebasan dari segala

    belenggu yang akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan mereka. Keberagamaan

    dalam perspektif NU merupakan dinamika yang terus berkembang, di mana

    normativitas agama selalu berada dalam suasana dialogis dengan kesejarahan

    kongkrit manusia, sehingga melahirkan agama historis yang selalu menyambut

    kepentingan manusia yang sangat beragam. Bagi NU, menurut penulis, agama

    harus terus-menerus diinterpretasikan dalam rangka menjawab kebutuhan dunia.

    3.4.3 Kontekstualisasi ASWAJA Dalam Kehidupan Bermasyarakat

    Kenyataan sesungghnya pesantren sebagai lembaga pendidikan sosial

    keagamaan harus selalu terbuka untuk menjawab tantantangan bersama

    masyarakat dalam pola inter-relasi dan dinamis. Dalam pola hubungan yang

    bersifat inter-relasi ini, kedekatan (kerekatan) hubungan pesantren dan masyarakat

    ini berlangsung secara tradisional, tumbuh secara alamiah. kedekatan hubungan

    pesantren dan masyarakat, sebagai kedekatan emosional. Hubungan Kiai dengan

    masyarakat, lambat laun atau dengan sendirinya membentuk kultur tradisi,

    jaringan komunitas dan masyarakat secara tradisional. Kultur tradisional ini

    berkembang, justru ketika peranan alumni pesantren di namis dalam aktifitas-

    aktifitas keagamaan dan kemasyarakatan. Dalam pola hubungan ini, dengan

    sendirinya pesantren tumbuh dan berkembang secara mandiri bersama

  • 16

    kepercayaan (trust) masyarakatnya. Sekalipun tak tertutup kemungkinan

    timbulnya kecurigaan tertentu (prejudice) terhadap pesantren, jika pesantren

    banyak dikesankan negatif dalam langkah-langkah aktifitas sosialnya selama ini.

    Jika timbul kesan semacam itu sebenarnya merupakan bagian dari tantangan yang

    lumrah terjadi dari bagian sikap sadar manusia dalam menjalani perjuangan

    aktifitas kemasyarakatan. Dengan kata lain adanya hambatan dalam proses

    melakukan pengabdian pada masyarakat tetap kembali pada semangat dan

    tujuannya.

  • 17

    BAB 4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Di sisi lain, sebagai sebuah institusi keagamaan yang menekankan

    pendidikan secara intens terhadap moral dan karakter, Pesantren mampu

    memberikan sumbangan penting dan krusial dalam proses transmisi ilmu-ilmu

    Islam, reproduksi ulama, pemeliharaan ilmu dan tradisi Islam, serta pembentukan

    dan ekspansi masyarakat Muslim santri. Kenyataan ini membuat lembaga

    Pesantren memiliki keunggulan yang cukup signifikan. Di samping itu, pengaruh

    Pesantren yang sangat besar di kalangan masyarakat, solidaritas dan toleransi di

    antara para santri, serta pengorbanan dan pengabdian yang cukup besar bagi

    kepentingan umum, menjadikan Pesantren memiliki potensi besar sebagai agen

    pembangunan. Ini menjadikan keberadaan Pesantren sebagai lembaga dan sistem

    pendidikan alternatif, jika dirumuskan secara baik, akan terwujud dalam

    masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

    4.2 Saran

    Lembaga pesantren diharapkan harus menjadi jembatan agar para santri

    pondok pesantren siap menghadapi objek dakwah yang nantinya para santri

    alumni pondok pesantren tidak lagi dianggap hanya bisa baca doa pada waktu

    tahlilan orang meninggal dan jadi khotib jumat saja, namun santri akan menjadi

    vioner terdepan dalam melakukan perubahan segala bidang di masyarakat

    mereka.Oleh karena keberadaan pesantren sebagai jembatan untuk mencetak agen

    perubahan, maka system pengajaran yang diterapkan seharusnya mengacu kepada

    system pendidikan yang tepat guna sesuai kebutuhan di era sekarang.

    17

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Thoha, Drs. H.M Asad, M.Ag, dkk.2006.Pendidikan ASWAJA dan Ke NUan

    untuk MA/SMA/SMK kelas XI.Surabaya : PWLP Maarif NU Jawa Timur

    http://tamanhikmah.blogspot.com/2011/09/pesantren-nu-dan-aswaja.html

    (diakses pada tanggal 10 Juli 2012)

    http://www.perkuliahan.com/kurikulum-pendidikan-pesantren/#ixzz20CN2lXIT

    (diakses pada tanggal 10 Juli 2012)

    http://fahmina.or.id/kecirebonan/seni-dan-tradisi/120-aswaja-di-antara-dua-

    kutub-ekstrimitas.html?start=5 (diakses pada tanggal 10 Juli 2012)

  • 19

    LAPORAN PRAKTIK ASWAJA IV DI PESANTREN

    DARUL HIKMAH

    TAHUN AKADEMIK 2011/2012

    Sri Lestari

    NIM: 10034060143

    TIM KAJIAN ASWAJA

    UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

    2012

  • 20

    Gambar 1.Asrama putrid tampak dari belakang

    Gambar 2. Tausiyah agama bersama mahasiswa dengan ustadz

  • 21

    Gambar 3. Dzikir bersama setelah sholat berjamaah

    Gambar 4. Diskusi Bersama mahasiswa dengan pengasuh pesantren