makalah aswaja saja
DESCRIPTION
bermukim di pesantren 3 hari sajaTRANSCRIPT
-
1
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT serta taufik hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik Aswaja IV ini pada pesantren Darul Hikmah
Jember. Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir dalam menyelesaikan mata kuliah Aswaja IV.
Perlu kiranya dikemukakan bahwa didalam penyusunan laporan ini bukan
hanya kerja penulis semata, melainkan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ahma Khalid, M.Pd.I, selaku pengampu mata kuliah ASWAJA IV, universitas
Islam Jember
2. Drs. KH. Ach. Nashihin AR, selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul
Hikmah Jember
3. Semua karyawan Universitas Islam Jember
4. Teman-teman kuliah yang menempuh mata kuliah ASWAJA IV angkatan
2010 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih
untuk kalian semua.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan Laporan praktik Aswaja IV ini. Akhirnya penulis berharap,
semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Jember, 10 Juli 2012 Penulis
iii
-
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi
BAB 1. Paparan Data Tentang Pesantren ................................................. 1
1.1 Sejarah berdirinya dan tujuan pesantren ....................................... 1
1.2 Pemahaman nilai-nilai ASWAJA ................................................. 1
1.3 Program pesantren dan kurikulum pesantren ................................ 3
1.4 Kontekstualisasi ASWAJA dan NU .............................................. 4
BAB 2. Landasan Teori ............................................................................. 5
2.1 Hakekat Nahdlatul Ulama ............................................................. 5
2.2 Peranan Para Ulama Pengasuh Pesantren Dalam Mengembangkan
Jamiyah Nahdlatul Ulama ........................................................... 5
BAB 3. Analisis Data .................................................................................. 7
3.1 Struktur dan Prasarana Pesantren .................................................. 7
3.1.1 Komponen yang terdapat dalam pesantren ............................ 8
3.1.2 Program pesantren secara menyeluruh ................................. 8
3.2 Kurikulum pesantren .................................................................... 9
3.2.1 Visi Misi kurikulum pesantren ............................................. 10
3.2.2 Isi dan tujuan kurikulum ....................................................... 10
3.2.3 Pengembangan kurikulum .................................................... 10
3.2.4 Penjadwalan pengajaran/pengajian ....................................... 11
3.2.5 Evaluasi pengajaran/pengajian ............................................. 11
3.2.6 Pembinaan peningkatan kemampuan sebagai ustadz/
ustadatz ................................................................................. 12
3.3 Hubungan dengan masyarakat ...................................................... 12
3.3.1 Program hubungan pesantren dengan masyarakat ................. 13
3.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan masyarakat ..................................... 13
3.4 Pemahaman aplikasi aswaja di pesantren ...................................... 14
3.4.1 Pemahaman tekstual aswaja di pesantren ............................. 14
3.4.2 Pemahaman kontekstualisasi aswaja di pesantren ................. 14
3.4.3 Kontekstualisasi ASWAJA dalam pesantren ......................... 15
BAB 4. Penutup .......................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 17
4.2 Saran ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
-
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1: Struktur Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah ............................... 7
v
-
4
DAFTAR LAMPIRAN
A. Gambar 1 Asrama putrid tampak dari belakang
B. Gambar 2. Tausiyah agama bersama mahasiswa dengan ustadz
C. Gambar 3. Dzikir bersama setelah sholat berjamaah
D. Gambar 4. Diskusi Bersama mahasiswa dengan pengasuh pesantren
vi
-
1
BAB 1. PAPARAN DATA TENTANG PESANTREN
1.1 Sejarah Berdirinya Dan Tujuan Pesantren
Pondok Pesantren Darul Hikmah didirikan oleh KH.Drs. Ach Nashihin,AR
pada tahun 1988, di awali oleh para sesepuh Desa Kranjingan yang
menginginkan agar ada Pondok pesantren di Kranjingan tersebut maka mereka
menghadap kepada KH.Asad agar mendirikan Pondok Pesantren ditempat yang
sudah mereka persiapkan, dikarenakan KH.Asad telah mengasuh pondok
pesantren di Kabipaten Situbondo maka beliau meneruskan usul tersebut kepada
KH. Abdus Samad dan diteruskan pula kepada KH.Drs. Ach Nashihin,AR, hal
tersebut terjadi pada kisaran tahun 1988. Tetapi pada awalnya telah ada lembaga
pedidikan ditanah wakaf tersebut yaitu MI Miftahul Ulum yang berdiri pada tahun
1966 dan MTS Akbar pada tahun 1986.
Perkembangan selanjutnya selain pendidikan pesantren dan pendidikan
formal tersebut, pada tahun 1990 berdiri sebuah lembaga pendidikan baru yaitu
TK Al-Quran pada tahun 1990 dan dilanjutkan dengan berdirinya SMA Darul
Hikmah pada tahun 2002 yang pada awalnya hanya dikhususkan kepada siswi
perempuan saja, baru pada tahun 2006 SMA Darul Hikmah menerima siswa laki-
laki dilajutkan pula dengan pembangunan SMP Darul Hikmah pada tahun 2006
dilanjutkan dengan berdirinya SMK Darul Hikmah yang berdiri pada tahun 2007.
1.2 Pemahaman Nilai-nilai ASWAJA
Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan telah berjasa besar
dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman yang dibingkai dalam kerangka
paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), moralitas luhur, serta dikemas dalam
tradisi dan kearifan lokal. Misi ini kemudian tersebar luas ke dalam masyarakat
Indonesia melalui perangkat organisasional NU. Jadilah masyarakat Islam di
1
-
2
Indonesia memiliki karakter yang pluralis, toleran, serta ramah terhadap nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat. Di sisi lain, mereka tetap berpegang teguh pada nilai-
nilai dan spirit universal agama Islam. Ini merupakan sumbangsih yang nyata dari
dunia Pesantren dan NU kepada bangsa Indonesia.
Secara substansial, Pesantren merupakan institusi keagamaan yang sangat
lekat dengan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Lembaga ini tumbuh
dan berkembang dari dan untuk masyarakat dengan memosisikan dirinya sebagai
bagian dari masyarakat dalam pengertian yang transformatif. Artinya, pendidikan
Pesantren pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa
transformasi sosial. Dalam hal ini, Pesantren berkhtiar meletakkan visi dan
kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial yang pada mulanya ditekankan pada
pembentukan moral keagamaan, kemudian diperluas pada rintisan-rintisan
pengembangan yang lebih sistematis dan terpadu. Pemberdayaan yang dilakukan
Pesantren terhadap masyarakat bukan hanya terbatas pada bidang pendidikan dan
keagamaan, tetapi juga menyangkut hal-hal yang menyentuh kebutuhan riil
masyarakat, seperti pengembangan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan
penggunaan teknologi alternatif. Kegiatan Pesantren ini merupakan benih sangat
potensial yang dapat menjadikan Pesantren sebagai salah satu institusi alternatif
untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia.
Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Pesantren tersebut
merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dianut Pesantren. Nilai pokok yang
selama ini berkembang dalam dunia Pesantren adalah bahwa seluruh aktivitas
yang dilakukan dalam kehidupan ini diyakini sebagai ibadah. Artinya, kehidupan
duniawi disubordinasikan dalam rangkuman nilai-nilai Ilahi yang telah mereka
peluk sebagai sumber nilai tertinggi. Dari nilai pokok ini berkembanglah nilai-
nilai luhur lainnya, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, dan kerja
keras. Di samping itu, praktik keagamaan yang dilakukan dalam kehidupan
Pesantren juga sarat dengan nilai-nilai moral yang merepresentasikan kezuhudan,
wara, tawakal, sabar, tawadhu, dan selalu mengedepankan kejujuran. Nilai-nilai
ini merupakan dasar yang dijadikan landasan oleh Pesantren dalam pendidikan
dan pengembangan masyarakat. Dalam konteks kehidupan masyarakat yang kian
-
3
modern dan mengglobal seperti sekarang ini, nilai-nilai tersebut juga sangat
potensial untuk dijadikan sebagai pijakan oleh masyarakat dalam menghadapi
tantangan-tantangan modernitas dan globalisasi.
1.3 Program Pesantren Dan Kurikulum Pesantren
Secara umum pesantren dapat diklasifikan menjadi dua, yakni pesantren
salaf atau tradisional dan pesantren khalafatsiu modern. Sebuah pesantren disebut
pesantren salaf ]ika dalam kegiatan pendidikannya semata-mata berdasarkan pada
pola-pola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning
dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola
pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf dan modern adalah pesantren
yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama pesantren, memasukkan
juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem klasikal atau
sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Pada
pesantren ini sistem sekolah dan adanya ilmu-ilmu umum digabungkan dengan
pola pendidikan pesantren klasik, Dengan demikian pesantrern modern
merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dipermoderr pada segi-
segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
Dalam keberlangsungan pendidikannya, pesantren Al Hikmah membagi
lembaga pengajaran dan pengkajian islam ala pesantren menjadi 3 (Tiga) yaitu
antara lain:
(1). Formal
- TK Darul Hikmah
- SD Darul Hikmah
- MIMU Darul Hikmah
- SMP Darul Hikmah
- MTs Akbar
- SMA Plus Darul Hikmah
- SMK Darul Hikmah
- STAI Darul Hikmah
(2). Non Formal
-
4
- TKA/TPA Alquran
- Talimul Quran Lil Aulad
- Madrasah Diniyah
- Pengajian Kitab Kuning
- Dzikir dan Pengajian Umum
(3). Ekstra Kurikuler
- Perikanan
- Peternakan
- Bahasa Arab
- Bahasa Inggris
- Otomotif
- Olahraga
1.4 Kontekstualisasi ASWAJA NU
Dengan segala metode pengajaran serta beragam keilmuan yang diajarkan
di dalamnya, Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pesantren merupakan basis
utama penyebaran ajaran Aswaja. NU dan (pendidikan) pesantren adalah dua
institusi yang tidak dapat dipisahkan, kedua merupakan jantung satu sama lain
yang saling memengaruhi. Dengan demikian, konsep pembentukan karakter
bangsa yang digagas NU dan pesantren (dengan segala keunikannya) merupakan
simbiosis mutualisme dua institusi dalam menebar khazanah Islam yang tak
ternilai harganya. Segala upaya dalam iqamat al-maruf, nahi al-
munkar, dan tuminuna billah, secara sinergis merupakan tugas dan fungsi pokok
pesantren dalam membina para santrinya. Oleh karena itu konsep pembentukan
karakter bangsa seperti apa yang dikembangkan NU dan pesantren dapat terwujud
dan dapat diilhami oleh apapun dan siapaun individu dan lembaganya Sebagai
komponen penting dalam tubuh bangsa Indonesia, NU dan pesantren mempunyai
tekad bulat yang diwujudkan dengan komitmennya terhadap empat pilar
kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika). Dua prinsip
yang telah lama dibangun NU dan pesantren adalah kekuatan tradisi dan
pembentukan karakter bangsa.
-
5
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Hakekat Nahdlatul Ulama
NU adalah jamiyah Diniyah yang artinya suatu perkumpulan keagamaan.
Dalam anggaran dasar Nahdlatul ulama pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa
jamiyah (perkumpulan) ini bernama Nahdlatul Ulama, di singkat NU, didirikan
di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan tanggal 31
Januari 1926 M. Nahdlatul Ulama sebagai jamiyah Diniyah Islamiyah berasaskan
pancasila dan berakidah islam menurut faham Ahlussunnah Waljamaah serta
menganut salah satu madzhab empat, yaitu : Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hanbali.
Karena itu pada Bab IV pasal 5 dalam anggaran dasar NU memuat penjelasan
tentang tujuan Nahdlatul Ulama, yaitu berlakunya ajaran islam yang berhaluan
Ahlussunnah Waljamaah dan menganut salah satu madzhab empat di tengah-
tengah kehidupan, di dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2.2 Peranan Para Ulama Pengasuh Pesantren Dalam Mengembangkan
Jamiyah Nahdlatul Ulama
Pembentukan jamiyah NU tiada lain merupakan upaya pengorganisasian
potensi dan peran Ulama pesantren yang sudah ada untuk ditingkatkan dan
dikembangkan lebih luas. NU didirikan adalah untuk menjadi wadah bagi usaha
mempersatukan dan menyatukan langkah para Ulama Pesantren di dalam tugas
pengabdian yang tidak lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual
keagamaan belaka, tetapi lebih ditingkatkan lagi pada kepekaan terhadap masalah-
masalah social, ekonomi dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya. Adapun
peranan para ulama pengasuh pesantren dalam mengembangkan Jamiyah
Nahdlatul Ulama, diantaranya adalah :
(1). Peranan dalam menyebarluaskan faham Ahlussunnah Waljamaah
5
-
6
(2). Peranan yang berhubungan dengan usaha pengembangan NU ke berbagai
daerah.
(3). Peranan ulama dalam ikut menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta
tanah air.
(4). Peranan ulama dalam pembinaan masyarakat di bidang social, pendidikan dan
perekonomian.
(5). Peranan ulama di bidang politik yaitu peranan yang tumbuh sebagai sikap anti
penjajah Belanda yang tergabung dalam pergerakan Islam.
-
7
BAB 3. ANALISIS DATA
3.1 Struktur Dan Prasarana Pesantren
Secara structural pembagian kerja di Pondok Pesantren Darul Hikmah
adalah :
Gambar 1.1: struktur Yayasan Ponndok Pesantren Al Hikmah
Sumber : Pondok Pesantren Darul Hikmah
Pembina
Drs.KH.Ach.Nashihin AR
D
Ketua yayasan
H.M.Sofyan Ziani Mubarok
AN
Pengawasan
H.Imam Junaidi Zuhriya
Bendahara
Attoillah
Arumi, SE
Sekretaris
Hj. Luluk Fajriyah
Iza Maulida AN
MI Miftahul Ulum
Susilawati, Spd
TK&TPA
HJ. Muslimah, Spd
TK Darul Hikmah
HJ. Zuhriyah, Spd
SD Darul Hikmah
Nening Eris Suparti, Spd
SMP Darul Hikmah
Sulaiman, Spd
MTS Akbar
Mursyid, Spd
SMA PLUS Darul
Hikmah
Hindana W, SS
SMK Darul Hikmah
M. Yahya NF, Spd
7
-
8
Adapun saran dan prasarananya antara lain :gedung pembelajaran, tempat
ibadah, asrama putra, asrama putri, ruang praktek otomotif, ruang praktek tata
busana, laboratorium IPA, aula pertemuan dan auditorium, perpustakaan, unit
kesehatan sekolah, prasarana olah raga, koperasi dan kantin, wifi include,
laboratorium multimedia, lab. Computer.
3.1.1 Komponen Yang Terdapat Dalam Pesantren
Pelaku : kyai, ustadz, santri dan pengurus
Sarana pesantren: (a).sarana perangkat keras: Masjid, pondok, rumah kyai,
gedung sekolah, perpustakaan dll. (b). Sarana perangkat lunak: kurikulum
pesntren, buku2 pesantren, cara-cara mengajar pesantren (bandongan, sorogan,
halaqoh, menghafal) evaluasi pesantren (imtihan)
3.1.2 Program Pesantren Secara Menyeluruh
Untuk mempersiapkan kebutuhan akan materi seorang santri tersebut
setelah menamatkan pendidikan di sebuah Pondok Pesantren adalah satu hal yang
sangat mendasar dengan kemapanan dalam segi materi, sebab seorang santri pada
dasarnya dibina dan dididik untuk menjadi Mujahid Fisabillillah. Menjadi
Mujahid Fisabilillah tidaklah mudah karena harus memiliki mental yang kuat,
karena ia menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama. Diharapkan dengan
kekuatan ekonomi kaum santri dalam berdakwah akan mencapai hasil maksimal
terhadap sasaran dakwah. Tetapi pada umumnya para santri setelah mereka
menamatkan pendidikan di pondok pesantren hanya dihidangkan berbagai macam
ilmu agama saja tanpa skil sesuai bakat dan keinginan mereka ditambah lagi tidak
adanya bekal modal yang cukup untuk menggarap lahan dalam berwirausaha.
Malah ketika mereka terjun dimasyarakat yang hanya bermodalkan ilmu agama,
mereka banyak dihadapkan dengan kesulitan ekonomi sehingga dakwah yang
mereka lakukan sering mengalami pergeseran nilai, yang seharusnya ilmu yang
mereka miliki mengenai sasaran objek dakwah malah yang ada justru kurangnya
-
9
masyarakat menghargai ilmu lantaran melihat santri tersebut lemah ekonominya
akhirnya pandangan masyarakat terhadap ilmu menjadi luntur bahkan dianggap
tidak terlalu penting (apriori).
3.2 Kurikulum Pesantren
Kurikulum pada dasar merupakan seperangkat perencanaan dan media utk
mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan lembaga pendidikan yg
diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan diri dgn
jenis dan corak pendidikan yg bermacam-macam. Dewasa ini pesantren
dihadapkan pada banyak tantangan termasuk di dalam modernisasi pendidikan
Islam. Pondok Pesantren Darul Hikmah dalam banyak hal sistem dan
kelembagaan pesantren telah dimodernisasi serta disesuaikan dgn tuntutan
pembangunan terutama dalam aspek di dalam telah berkembang madrasah sekolah
umum sampai Sekolah menengah atas yg dalam proses pencapaian tujuan
institusional selalu menggunakan kurikulum.
Sedangkan kurikulum pesantren juga terfokus pada 3 (tiga) lembaga diatas
yang sudah di sebutkan. Oleh karena itu Kurikulum pendidikan di pesantren ini
tak sekedar fokus pada kita kitab klasik (baca : ilmu agama) tetapi juga
memasukkan semakin banyak mata pelajaran dan keterampilan umum di
Pesantren. Maka dari pada itu, keberadan kurikulum dalam sebuah lembaga
pendidikan sangat penting. Dengan demikian pembenahan kurikulum harus
senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Dalam konteks pendidikan di
pesantren Nurcholis Madjid mengatakan yg dikutip oleh Abdurrahman Masud
dkk bahwa istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren (masa pra
kemerdekaan) walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren
terutama pada praktek pengajaran bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam
kehidupan di pesantren. Secara eksplisit pesantren tak merumuskan dasar dan
tujuan pesantren atau mengaplikasikan dalam bentuk kurikulum. (2002:85)
Dalam tahapan kelembagaan Pesantren Darul Hikmah, lembaga formal
mengikuti standard kurikulum sekolah formal pada umumnya yaitu misalkan
-
10
SMP terdiri jenjang kelas 1,2, dan 3. Sedangkan lembaga pesantren Non formal
memiliki jenjang seperti tingkat pertama/dasar di sebut dengan Ula dengan
menempuh 4 tahun masa pendidikan, tingkat kedua di sebut dengan Wustha
ditempuh 2 tahun masa pendidikan, dan tingkat ketiga disebut dengan Ulya
ditempuh selama 2 tahun.
3.2.1 Visi Misi Kurikulum Pesantren
Adapun visi kurikulum pesantren adalah menciptakan insan berprestasi
dan mandiri dengan berlandaskan iman, taqwa dan akhlaqul karimah. Sedangkan
Misi kurikulum pesantren adalah menumbuhkan penghayatan dan pengalaman
ajaran islam serta budaya bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak.
3.2.2 Isi Dan Tujuan Kurikulum
Isi dan tujuan kurikulum pondok pesantren sangat erat hubungannya
dengan visi dan misi pondok pesantren itu sendiri yaitu menciptakan insane yang
mandiri secara Akidah yaitu mengetahui semua jenis ibadah tanpa bertaqlid dan
dapat menjadi insane yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakatnya, begitu
juga dari segi ekonomi, para santri diajarkan kemandirian dengan adanya
pendidikan formal SMK darul Hikmah yaitu jurusan otomotif ( bagi santri laki-
laki) dan jurusan tata busana (bagi santi perempuan).
3.2.3 Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum Pendidikan pesasntren secara umum dapat
dikelompkkan menjadi dua yakni :
(1). Prinsip umum
yang meliputi prinsip relevansi, prinsip fleksebelitas, prinsip kontinuitas,
prinsip praktis, prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi.
(2). Prinsip khusus
mencakup prinsip yg berkenaan dgn tujuan Pendidikan pesasntren prinsip
yg berkenaan dgn pemilihan isi Pendidikan pesasntren prinsip yg
berkenaan dgn metode dan strategi proses pembelajaran Pendidikan
-
11
pesantren prinsip yg berkenaan dgn alat evalusi dan penilaian Pendidikan
pesantren.
Selain mengembangkan kurikulum yang berbasis pesantren, Pondok
pesantren Darul Hikmah juga mengembangkan pendidikan formal yang juga
masih berbasis ASWAJA dan memegang teguh Syariat Islam seperti TK, MI,
SMP, SMA, SMK dan Universitas cabang dari STIB. FAK.PAI
Untuk Pendidikan formal menggunakan system pemisahan antara laki-laki
dan perempuan seperti yang diwajibkan oleh syariat islam bahwa laki-laki dan
perempuan tidak boleh berdekatan selain dengan muhrimnya.
3.2.4 Penjadwalan Pengajaran/Pengajian
Jadwal pengajian pesantren adalah sebagai berikut :
Penjadwalan kegiatan pengajaran/pengajian disesuaikan dengan kurikulum
pesantren
06.30-08.00 : sekolah diniyah
08.00-14.00 : sekolah formal
15.00-16.30 : Pembacaan kitab ( Hotimul Haddad)
18.00-22.00 : mengaji Al-quran dan kitab tetapi diselingi oleh sahalat Isya
pada pukul 19.00.
3.2.5 Evaluasi Pengajaran/Pengajian
Komponen evaluasi berisi penilaian yg dilakukan secara terus menerus
dan bersifat menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran yg dimaksudkan
sebagai feedback terhadap tujuan materi metode sarana dalam rangka membina
dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
Evaluasi pendidikan yang bertipe pesantren dilakukan secara berkala oleh
senior,ustadt dan oleh kyai pengasuh langsung dan evaluasi secara bersama-sama
-
12
dilakukan dengan cara imtihan, imtihan dilakukan untuk mengukur dan menguji
tingkat pencapaian para santri dalam menguasai sebuah tahapan ilmu dan pada
saat tersebut biasanya ditampilkan pula keterampilan para santri yang dipelajari
selama di Pondok Pesantren seperti Pidato, Ceramah, Tartil Quran, Hadrah dan
kegiatan seni keagamaan lain.
Berbeda lagi dengan evaluasi sistem pendidikan formal yang ada di Pondok
Pesantren, sistem evaluasi yang digunakan mengikuti system yang ditetapkan
oleh sekolah-sekolah formal pada umumnya yaitu mengacu pada system
pendidikan dan peraturan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan meliputi
ulangan harian, tugas-tugas, Ulangan Tengah Temester, Ulangan Akhir Semester
dan Ujian Akhir Nasional
3.2.6 Pembinaan Peningkatan Kemampuan Sebagai Ustadz/Ustadzat
Untuk mengembangkan kemampuan sebagai ustadt dan ustazah maka
Pondok Pesantren darul Hikmah melatih Ustat dan ustadzah dalam waktu
tertentu di Pondok Pesantren Al-Amin, Madura agar ilmu yang mereka dapatkan
dapat berkemabng dan dapat menularkan ilmu tersebut secara cerdas kepada
saantri/santriwati di Pondok Pesantren Darul Hikmah
3.3 Hubungan Dengan Masyarakat
Sejak berdirinya hubungan pesantren dengan masyarakat yang sudah
terjalin dalam pola harmoni. Hal ini mengingat berdirinya pesantren itu sendiri
didukung secara penuh oleh masyarakat. Ini sebuah cermin betapa figur Kiai
(Ulama) sebagai pengasuh pesantren dan pengayom masyarakat kehadirannya
dapat diterima atau dapat dijadikan panutan.1 Selain kealiman dalam kitab
kuning, keluasan wawasannya dan tingkat kesabarannya legitimed secara moral
dari masyarakat. Lebih dari itu, Kiai merupakan figur yang bijak dalam
menentukan langkah-langkah sosialnya dan selalu akomudatif dan komunikatif
-
13
dalam melakukan hubungan atau berkomunikasi dengan lembaga manapun saja,
baik dalam (langkah sadar) hubungan fungsional maupun hubungan
kemasyarakatan lainnya yang lebih luas. Jadi masysrakat sebagai subyek dan
sekaligus obyek pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pesantren
sesungguhnya memiliki pengertian yang luas pula.
3.3.1 Program hubungan pesantren dengan masyarakat
Beberapa program hubungan antara Pondok Pesantren Darul Hikmah
dengan Masyarakat adalah pendidikan formal untuk masyarakat sekitar agar
masyarakat dapat menimba ilmu Dunia dan Akherat secara bersama-sama, juga
kegiatan pengajian rutin setiap bulan pada setiap tanggal 15 pada kalender tahun
Hijriah yang dinamakan pengajian Padang Bulan beserta Shalawat dan tasbih
3.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan dengan masyarakat
Bentuk kegiatan dengan masyarakat yang paling nyata di dunia
kepesantrenan adalah hadirnya masyarakat atau orang-orang tertentu yang
memiliki tujuan tertentu untuk bertemu dengan pengasuh (Kyai) seperti meminta
bantuan pengobatan,doa dan wejangan-wejagan serta petunjuk dalam melakukan
suatu hal atau hajatan, kegiatan lain dengan masyarakat yang tidak kalah
pentingnya adalah pengajian/pengajian bersama masyarakat umum pada waktu-
waktu tertentu, yang biasanya dapat menghadirkan banyak masyarakat dalam
acara itu. Dan tak kalah pentingnya yaitu di bentuknya bimbingan ibadah haji bagi
masyarakat yang akan menunaikan rukun islam yang kelima yaitu sebuah
organisasi yang dinamakan KBIH AL GHAZALI yang dipimpin langusung
oleh KH. Drs. A. Nashihin AR sendiri.
-
14
3.4 Pemahaman Aplikasi ASWAJA Di Pesantren
Aswaja sebagai tolak ukur yang dibawa di dalam pesantren dan sudah
menjadi cirri khas suatu pesantren bahwa aswaja dan pesantren sebagai satu
kesatuan yang utuh.
3.4.1 Pemahaman Tekstual ASWAJA Di Pesantren
Pandangan Aswaja memperlihatkan kepada kita ciri utama Aswaja yaitu
al tawassuth (moderat) atau jalan tengah dan tasamuh (toleran). Inilah yang
menjadikan Aswaja dapat tetap eksis dalam kurun waktu yang sangat panjang dan
menyebar luas di berbagai belahan dunia muslim. Pendekatan keagamaan Aswaja
yang moderat tersebut dewasa ini menjadi signifikan dalam mengatasi berbagai
persoalan yang berkembang dan terutama ketika munculnya cara-cara
keberagamaan yang ekstrim atau radikal (tatharruf) baik ekstrim kanan maupun
ekstrim kiri. Dengan begitu, maka Aswaja dapat menerima perkembangan ilmu
pengetahuan yang berbasis rasionalitas dari manapun datangnya, tetapi juga tetap
menghargai pemahaman keagamaan yang sederhana sepanjang memberikan
manfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan mereka. Inilah yang dalam tradisi NU
dikenal dengan kaedah : al Muhafazhah ala al qadim al shalih wa al Akhdz bi al
Jadid al Ashlah (mempertahankan tradisi/pemikiran lama yang baik dan
mengadopsi tradisi atau pemikiran baru yang lebih baik (dari manapun
datangnya).
Pemahaman tekstual dipesantren adalah pemahan tentang melaksanakan atau
membaca sesuatu tanpa memahami sejarah atau maknanya. Pemahamn tekstaual
berarti mengartikan makna dari suatu teks tanpa tahu inti dari sebuah kitab, yang
diketahui hanya sebatas membaca dan meghafal.
3.4.2 Pemahaman Kontekstualisasi ASWAJA Di Pesantren
Spirit Aswaja yang dipraktikkan oleh para ulama tersebut kemudian
diterjemahkan oleh NU ke dalam prinsip-prinsip dasar yang menjadi patokan
kehidupan keberagamaan mereka. Sejarah membuktikan bahwa apa yang
dilakukan oleh NU tersebut dapat diterima oleh masyarakat secara baik. Bahkan
-
15
pola keberagamaan ini, menurut penulis, telah mampu mengantarkan masyarakat
kita untuk menciptakan benih-benih civil society yang memiliki kepekaan sosial,
sikap kemandirian, dan sikap kritis terhadap Negara. NU, dengan demikian, telah
berhasil meletakkan Aswaja dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang
plural dan kaya akan karakter budaya.
Kemampuan NU dalam menyikapi realitas dan perubahan kehidupan
terletak pada paradigma keberagamaan yang dianutnya, yakni keberagamaan
Aswaja yang sangat lentur, dinamis, dan memberi ruang yang cukup luas bagi
pengembangan potensi dan kreativitas untuk meletakkan syariah selalu
bersesuaian dengan konteks persoalan yang dihadapi umat manusia. Dalam
kerangka Aswaja inilah, ulama dan intelektual dari kalangan NU memaknai nilai-
nilai Islam dan menjadikannya sebagai norma yang mencerahkan kehidupan
bangsa, terutama warga NU, sehingga mereka mengalami pembebasan dari segala
belenggu yang akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan mereka. Keberagamaan
dalam perspektif NU merupakan dinamika yang terus berkembang, di mana
normativitas agama selalu berada dalam suasana dialogis dengan kesejarahan
kongkrit manusia, sehingga melahirkan agama historis yang selalu menyambut
kepentingan manusia yang sangat beragam. Bagi NU, menurut penulis, agama
harus terus-menerus diinterpretasikan dalam rangka menjawab kebutuhan dunia.
3.4.3 Kontekstualisasi ASWAJA Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kenyataan sesungghnya pesantren sebagai lembaga pendidikan sosial
keagamaan harus selalu terbuka untuk menjawab tantantangan bersama
masyarakat dalam pola inter-relasi dan dinamis. Dalam pola hubungan yang
bersifat inter-relasi ini, kedekatan (kerekatan) hubungan pesantren dan masyarakat
ini berlangsung secara tradisional, tumbuh secara alamiah. kedekatan hubungan
pesantren dan masyarakat, sebagai kedekatan emosional. Hubungan Kiai dengan
masyarakat, lambat laun atau dengan sendirinya membentuk kultur tradisi,
jaringan komunitas dan masyarakat secara tradisional. Kultur tradisional ini
berkembang, justru ketika peranan alumni pesantren di namis dalam aktifitas-
aktifitas keagamaan dan kemasyarakatan. Dalam pola hubungan ini, dengan
sendirinya pesantren tumbuh dan berkembang secara mandiri bersama
-
16
kepercayaan (trust) masyarakatnya. Sekalipun tak tertutup kemungkinan
timbulnya kecurigaan tertentu (prejudice) terhadap pesantren, jika pesantren
banyak dikesankan negatif dalam langkah-langkah aktifitas sosialnya selama ini.
Jika timbul kesan semacam itu sebenarnya merupakan bagian dari tantangan yang
lumrah terjadi dari bagian sikap sadar manusia dalam menjalani perjuangan
aktifitas kemasyarakatan. Dengan kata lain adanya hambatan dalam proses
melakukan pengabdian pada masyarakat tetap kembali pada semangat dan
tujuannya.
-
17
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Di sisi lain, sebagai sebuah institusi keagamaan yang menekankan
pendidikan secara intens terhadap moral dan karakter, Pesantren mampu
memberikan sumbangan penting dan krusial dalam proses transmisi ilmu-ilmu
Islam, reproduksi ulama, pemeliharaan ilmu dan tradisi Islam, serta pembentukan
dan ekspansi masyarakat Muslim santri. Kenyataan ini membuat lembaga
Pesantren memiliki keunggulan yang cukup signifikan. Di samping itu, pengaruh
Pesantren yang sangat besar di kalangan masyarakat, solidaritas dan toleransi di
antara para santri, serta pengorbanan dan pengabdian yang cukup besar bagi
kepentingan umum, menjadikan Pesantren memiliki potensi besar sebagai agen
pembangunan. Ini menjadikan keberadaan Pesantren sebagai lembaga dan sistem
pendidikan alternatif, jika dirumuskan secara baik, akan terwujud dalam
masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
4.2 Saran
Lembaga pesantren diharapkan harus menjadi jembatan agar para santri
pondok pesantren siap menghadapi objek dakwah yang nantinya para santri
alumni pondok pesantren tidak lagi dianggap hanya bisa baca doa pada waktu
tahlilan orang meninggal dan jadi khotib jumat saja, namun santri akan menjadi
vioner terdepan dalam melakukan perubahan segala bidang di masyarakat
mereka.Oleh karena keberadaan pesantren sebagai jembatan untuk mencetak agen
perubahan, maka system pengajaran yang diterapkan seharusnya mengacu kepada
system pendidikan yang tepat guna sesuai kebutuhan di era sekarang.
17
-
18
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Drs. H.M Asad, M.Ag, dkk.2006.Pendidikan ASWAJA dan Ke NUan
untuk MA/SMA/SMK kelas XI.Surabaya : PWLP Maarif NU Jawa Timur
http://tamanhikmah.blogspot.com/2011/09/pesantren-nu-dan-aswaja.html
(diakses pada tanggal 10 Juli 2012)
http://www.perkuliahan.com/kurikulum-pendidikan-pesantren/#ixzz20CN2lXIT
(diakses pada tanggal 10 Juli 2012)
http://fahmina.or.id/kecirebonan/seni-dan-tradisi/120-aswaja-di-antara-dua-
kutub-ekstrimitas.html?start=5 (diakses pada tanggal 10 Juli 2012)
-
19
LAPORAN PRAKTIK ASWAJA IV DI PESANTREN
DARUL HIKMAH
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
Sri Lestari
NIM: 10034060143
TIM KAJIAN ASWAJA
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2012
-
20
Gambar 1.Asrama putrid tampak dari belakang
Gambar 2. Tausiyah agama bersama mahasiswa dengan ustadz
-
21
Gambar 3. Dzikir bersama setelah sholat berjamaah
Gambar 4. Diskusi Bersama mahasiswa dengan pengasuh pesantren