aswaja materi v

28
Latar Belakang NU Ada tiga alasan yang melatarbelakangi lahirnya Nahdlatul Ulama 31 Januari 1926: 1. Motif Agama. Bahwa Nahdlatul Ulama lahir atas semangat menegakkan dan mempertahankan Agama Allah di Nusantara, meneruskan perjuangan Wali Songo. Terlebih Belanda-Portugal tidak hanya menjajah Nusantara, tapi juga menyebarkan agama Kristen-Katolik dengan sangat gencarnya. Mereka membawa para misionaris-misionaris Kristiani ke berbagai wilayah. 2. Motif Nasionalisme. NU lahir karena niatan kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam melawan penjajahan. Semangat nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri yakni Kebangkitan Para Ulama. NU pimpinan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat nasionalis. Sebelum RI merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dan sebagainya. Tapi, kiai-kiai NU justru mendirikan organisasi pemuda bersifat nasionalis. 3. Motif Mempertahankan Faham Ahlussunnah wal Jama’ah. Munculnya Muhammad bin Abdul Wahab di abad ke 12 H / 18 M, seorang pembaharu agama (mujaddid) yang lahir di Ayibah lembah Najed (1115-1201 H/1703-1787 M) yang mengaku sebagai

Upload: mazirul-airuldua

Post on 01-Feb-2016

316 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

materi aswaja

TRANSCRIPT

Page 1: Aswaja Materi V

Latar Belakang NU

Ada tiga alasan yang melatarbelakangi lahirnya Nahdlatul Ulama 31 Januari 1926:

1. Motif Agama.

Bahwa Nahdlatul Ulama lahir atas semangat menegakkan dan mempertahankan

Agama Allah di Nusantara, meneruskan perjuangan Wali Songo. Terlebih Belanda-Portugal

tidak hanya menjajah Nusantara, tapi juga menyebarkan agama Kristen-Katolik dengan

sangat gencarnya. Mereka membawa para misionaris-misionaris Kristiani ke berbagai

wilayah.

2. Motif Nasionalisme.

NU lahir karena niatan kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama

dalam melawan penjajahan. Semangat nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul

Ulama itu sendiri yakni Kebangkitan Para Ulama. NU pimpinan Hadhratus Syaikh KH.

Hasyim Asy'ari sangat nasionalis. Sebelum RI merdeka, para pemuda di berbagai daerah

mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java,

Jong Ambon, Jong Sumatera, dan sebagainya. Tapi, kiai-kiai NU justru mendirikan

organisasi pemuda bersifat nasionalis.

3. Motif Mempertahankan Faham Ahlussunnah wal Jama’ah.

Munculnya Muhammad bin Abdul Wahab di abad ke 12 H / 18 M, seorang

pembaharu agama (mujaddid) yang lahir di Ayibah lembah Najed (1115-1201 H/1703-1787

M) yang mengaku sebagai penerus ajaran Salafi Ibnu Taimiyyah dan kemudian mendirikan

madzhab Wahabi-Wahabiyyah. Ia pun mengaku sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah karena

meneruskan pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal yang diterjemahkan oleh Ibnu Taimiyyah,

tapi sebagaimana pendahulunya, Muhammad bin Abdul Wahab dan pengikutnya pun

layaknya kaum Khawarij yang mudah mengkafirkan para ulama yang tidak sejalan dengan

dia, bahkan sesama madzhab Hanbali pun ia mengkafirkanya.

Protes luar biasa pun muncul di Indonesia, ketika bulan Januari 1926 ulama-ulama

Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia berkumpul di Surabaya untuk membahas perubahan

ajaran di dua kota suci. Dari pertemuan tersebut lahirlah panita Komite Hijaz yang diberi

mandat untuk mengahadap raja Ibnu Sa'ud guna menyampaikan masukan dari ulama-ulama

Ahlussunah wal Jama’ah di Indonesia. Akan tetapi karena belum ada organisasi induk yang

Page 2: Aswaja Materi V

menaungi delegasi Komite Hijaz, maka pada tanggal 31 Januari 1926, ulama-ulama

Ahlussunnah wal Jama’ah Indonesia kembali berkumpul dan membentuk organisasi Induk

yang diberi nama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Para Ulama) dengan Rois Akbar Hadhratus

Syaikh KH. Hasyim Asy’ari .

Susunan delegasi Komite Hijaz NU untuk menghadap raja Ibnu Sa'ud adalah sebagai

berikut:

Penasehat : KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Masyhuri Lasem, KH. Kholil Lasem Ketua :

KH. Hasan Gipo, Wakil Ketua : H. Shaleh Syamil Sekretaris : Muhammad Shadiq

Pembantu : KH. Abdul Halim

Materi pokok yang hendak disampaikan langsung ke hadapan raja Ibnu Sa'ud adalah:

1) Meminta kepada raja Ibnu Sa'ud untuk memberlakukan kebebasan bermadzhab empat:

Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. 2) Meminta tetap diramaikannya tempat bersejarah

karena tempat tersebut telah diwakafkan untuk masjid. 3) Mohon agar disebarluaskan ke

seluruh dunia setiap tahun sebelum jatuhnya musim haji, baik ongkos haji, perjalanan keliling

Makkah maupun tentang Syekh. 4) Mohon hendaknya semua hukum yang berlaku di negeri

Hijaz, ditulis sebagai undang-undang supaya tidak terjadi pelanggaran hanya karena belum

ditulisnya undang-undang tersebut. 5) Jam'iyyah NU mohon jawaban tertulis yang

menjelaskan bahwa utusan sudah menghadap raja Ibnu Sa'ud dan sudah pula menyampaikan

usul-usul NU tersebut.

A.    Struktur Organisasi NU :

1. PBNU ( Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat pusat, berkantor di Ibu kota

Negara.

2. PWNU ( Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat provinsi berkantor di Ibu

kota Provinsi.

3. PCNU ( Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Kabupaten / Kota,

berkantor di daerah Kabupaten atau Kota Madya (Kodya).

4. PCINU ( Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ) untuk luar negeri, berkantor

di Ibu kota Negara dimana di negara itu sudah dibentuk kepengurusan NU.

5. MWCNU ( Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat kecamatan.

6.  PRNU ( Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Desa.

7. PARNU ( Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Dukuhan /

Lingkungan.

B.     Struktur Lembaga Kepengurusan NU.

1. Mustasyar ( Penasehat )

Page 3: Aswaja Materi V

2. Syuriah ( Pimpinan tertinggi ) terdiri dari :

Beberapa Wakil Rais

Katib.

Beberapa Wakil Katib

A’wan

Rais

3. Tanfidziyah ( Pelaksana Harian ) terdiri dari :

Beberapa Ketua

Sekretaris

Beberapa Wakil Sekretaris

Bendahara

Beberapa Wakil Bendahara.

Ketua

C.     Struktur Organisasi Lajnah, Banom dan Lembaga :

PP ( Pimpinan Pusat ) untuk tingkat Pusat.

PW ( Pengurus Wilayah ) untuk tingkat Provinsi.

PC ( Pimpinan Cabang ) untuk tingkat Kabupaten / Kodya.

PAC ( Pimpinan Anak Cabang ) untuk tingkat Kecamatan.

Ranting untuk tingkat Desa / Kelurahan.

Komisariat untuk kepengurusan di sauatu tempat tertentu.

Sumber Rujukan: http://my-dock.blogspot.com/#ixzz3VD6oSvuT

Page 4: Aswaja Materi V

BADAN OTONOM DALAM NAHDLATUL ULAMA

Badan otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfunsi

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat

tertentu dan beranggotakan perorangan.

Diantara Badan Otonom yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama adalah sebagai berikut :

1.  Muslimat Nahdlatul Ulama (Muslimat NU)

Muslimat NU lahir pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya pada tanggal 15 – 21 Juni

1940 dengan nama Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM). Pada waktu itu Muslimat masih

menjadi bagian dari NU dan belum berdiri sendiri.

Baru pada Muktamar NU ke-16 di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tanggal 26 – 29

Maret 1946, NUM disahkan menjadi organisasi yang berdiri sendiri dan menjadi Badan

Otonom (BANOM) Nahdlatul Ulama. Sehingga namanyapun juga berubah menjadi Muslimat

Nahdlatul Ulama disingkat menjadi Muslimat NU.

Muslimat NU didirikan dengan tujuan :

1)  Terwujudnya wanita Islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, beramal, cakap dan

bertanggungjawab serta berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

2)  Terwujudnya wanita islam yang sadar akan kewajiban dan haknya menurut ajaran islam, baik

secara pribadi maupun sebagaibagian dari anggota masyarakat.

3)  Terlaksananya tujuan jamiyyah Nahdlatul Ulama dikalangan kaum wanita, sehingga

terwujud masyarakat adil dan makmur yang merata dan diridlai Allah SWT.

Dalam usaha mencapai tujuannya, Muslimat NU melakukan serangkaian kegiatan

antara lain:

1)  Mempelajari dan memperdalam serta mengamalkan ajaran islam ala Ahlisunnah Wal Jamaah

dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya.

2)  Mempersatukan gerak langkah kaum wanita umumnya dan wanita Nahdlatul Ulama pada

Khususnya dalam menciptakan masyarakat adil makmur yang diridlai Allah SWT.

3)  Melaksanakan nilai-nilai budi pakerti utama dalam kehidupan sehari-hari

4)  Meningkatkan kwalitas (mutu), harkat dan martabat wanita Indonesia umumnya dan

Muslimat NU Khususnya, guna memperkuat tanggungjawab terhadap agama, bangsa dan

negara

5)  Mengusahakan agar wanita Indonesia mumnya dan Muslimat NU khususnya menjadi istri-

istri dan ibu-ibu yang baik guna pertumbuhan bangsa yang taat beragama

Page 5: Aswaja Materi V

6)  Bergerak secara aktif dalam lapangan peribadatan, sosial, kesehatan, pendidikan, penerangan

atau da’wah, ek onomi dan usaha-usaha kemasyarakatan lainnya

7)  Membina kerjasama dengan badan-badan dan organisasi wanita serta lembaga-lembaga lain.

Muslimat NU mempunyai lambang organisasi yang dilukiskan dalam bentuk sebuah

Bola Dunia yang dilingkari tali dikelilingi lima bintang yang terletak di atas garis katulistiwa

dan empat bintang yang terletak di bawah garis katulistiwa. Sehingga jumlah bintang

seluruhnya berjumlah sembilan buah. Di atasnya tertulis kata “MUSLIMAT”. Sedangkan di

ujung tali kiri dan kanan tertulis huruf “NU”. Lambang Muslimat NU berwarna putih di atas

dasar hijau, serta terdapat tulisan “Nahdlatul Ulama” dengan huruf arab yang memanjang

pada garis katulistiwa.

Dalam organisasi Muslimat NU tingkatan kepemimpinan di atur sebagai berikut:

1.  Pimpinan Pusat (PP) untuk Tingkat Pusat

2.  Pimpinan Wilayah (PW) untuk Tingkat Propinsi

3.  Pimpinan Koordinator Daerah (PKORDA) untuk Tingkat eks Karesidenan

4.  Pimpinan Cabang (PC) untuk Tingkat Kabupaten / Kota

5.  Pimpinan Anak Cabang (PAC) untuk Tingkat Kecamatan

6.  Pimpinan Ranting (PR) untuk Tingkat Kelurahan / Desa

Sedangkan permusyawaratan dalam Muslimat NU terdiri atas:

1.  Kongres dan Rapat Kerja Nsional, untuk tingkat pusat/nasional

2.  Konfrensi Wilayah dan Rapat Kerja Wilayah, untuk tingkat provinsi

3.  Konfrensi cabang dan rapat kerja cabang, untuk tingkat Kabupaten atau Kota

4.  Konfrensi Anak Cabang dan Rapat Kerja Anak Cabang, untuk tingkat Kecamatan

5.  Rapat Anggota untuk tingkat Desa atau Kelurahan.

Disamping itu, Muslimat NU juga mempunyai perangkat-perangkat organisasi lain,

seperti :

1.  Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM), yang merupakan sarana organisasi untuk

mewujudkan program-program Muslimat NU dibidang sosial, kesehatan, kependudukan dan

lingkungan hidup

2.  Yayasan Bina Bhakti Wanita (YBBW) yang melaksanakan program Muslimat NU dalam

bidang pendidikan dan didirikan atas kerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja

3.  Himpunan Da’iyah Muslimat NU (HIDMAT NU), yang melaksanakan program Muslimat

NU dibidang da’wah, bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama.

          Sebagai pedoman berorganisasi, Muslimat NU selain mempunyai Peraturan

Dasar  dan Peraturan Rumah Tangga (PDPRT), juga mempunyai pedoman-pedoman lain

Page 6: Aswaja Materi V

dalam bentuk Pola Dasar Pengembangan Perjuangan Muslimat NU, yang menyangkut

keberadaannya sebagai Khalifah fil ardli, sebagai warga negara Republik Indonesia, maupun

sebagai bagian warga nahdliyin. Beberapa pedoman, peraturan dan ketentuan-ketentuan lain

yang ada di organisasi Muslimat NU, dimungkinkan setiap kali mengalami perubahan dan

pengembangan. Hal ini untuk menyesuaikan dengan tuntutan perjuangan dan perkembangan

zaman.

2.  Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)

Gerakan Pemuda Ansor didirikan pada tanggal 14 Desember 1949 di Surabaya,

sebagai kelanjutan dari “ANSHORU NAHDLATUL ULAMA” (ANU) yang didirikan pada

tanggal 24 April 1934.

Jika ditelusuri, sejarah kelahiran dan perkembangan GP Ansor tidak bisaa dipisahkan

dari sejarah kelahiran Nahdlatul Ulama itu itu sendiri. Pada tahun 1924, di Surabaya berdiri

suatu organisasi pmuda yang diberi nama “SYUBBANUL WATHAN” (Pemuda Tanah Air)

dibawah pimpinan Abdullah Ubaid. Kegiatan utamanya ialah da’wah keliling, latihan

kepemimpinan dan latihan bela diri.

Pada tahun 1930, Syubbanul Wathan melebur diri menjadi “NAHDLATUS

SYUBBAN” dan pada tahun 1931 namanya berubah menjadi “PERSATUAN PEMUDA

NAHDLATUL ULAMA (PPNU)”. Setahun kemudian, kata “Persatuan” dihilangkan,

menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU) dan kemudian berubah lagi menjadi ANSORU

NAHDLATUL ULAMA (ANU). Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi pada tanggal

21 – 26 April 1934 ANU diterima menjadi bagian dari jamiiyah NU.

Selama revolusi fisik, ANU dibekukan. Akan tetapi kemudian muncul ide dari

Muhammad Husaini, seorang tokoh ANU dari surabaya, untuk menghidupkan kembali

ANU. Dalam pertemuan tersebut, dicapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali ANU

dengan nama baru yaitu “GERAKAN PEMUDA ANSOR” yang disingkat menjadi GP

ANSOR.

Gerakan Pemuda Ansor didirikan dengan tujuan antara lain:

1.  Menyadarkan para pemuda islam akan kewajibannya memperjuangkan cita-cita islam

2.  Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran

3.  Mempergiat pendidikan rohani dan jasmani dalam rangka mewujudkan masyarakat islam

4.  Membimbing dan membantu tegaknya Kepanduan Ansor

5.  Meningkatkan kerjasama dengan organisasi pemuda lainnya, baik di dalam maupun di luar n

egeri

6.  Meningkatkan berbagai kegiatan-kegiatan olah raga, kesenian dan kemasyarakatan.

Page 7: Aswaja Materi V

Lambang yang dipakai oleh GP Ansor ialah gambar segi tiga sama sisi dengan garis

tebal sebelah luar dan garis tipis sebelah dalam. Di dalamnya terdapat Bulan sabit dengan

sembilan bintang yang mengelilinginya, satu diantaranya yang terbesar, terletak di atas bulan

sabit dengan lima garis sinar ke atas, tiga ke bawah, dengan tulisan “ANSOR” dibawahnya,

dan gambar tersebut terlukis dengan warna putih di atas dasar warna hijau :

Susunan kepengurusan dalam organisasi GP Ansor terdiri atas:

1.  Pimpinan Pusat (PP GP Ansor) di tingkat pusat/nasional

2.  Pimpinan Wilayah (PW GP Ansor) di tingkat Provinsi

3.  Pimpinan Cabang (PC GP Ansor) di tingkat Kabupaten/Kota

4.  Pimpinan Anak Cabang (PAC GP Ansor) di tingkat kecamatan dan

5.  Pimpinan Ranting (PR GP Ansor) di tingkat Desa/Kelurahan.

Didalam organisasi GP Ansor dikenal istilah-istilah untuk forum-forum

permusyawaratan sebagai berikut :

1.  Kongres untuk tingkat pusat/PP

2.  Konferensi, untuk tingkat PW/Propinsi, PC/Kabupaten/ Kota, PAC/Kecamatan, dan

3.  Rapat Anggota, untuk tingkat PR/Ranting.

Sebagaimana organisasi yang lain, GP Ansor juga mempunyai perangkat organisasi

yang berada di bawah naungannya. Adapun perangkat organisasi dalam GP Ansor yang

terpenting ialah BANSER, singkatan dari “Barisan Ansor Serbaguna”. Banser merupakan

pasukan yang terlatih yang berfungsi serba guna, terutama dibidang pertahanan dan

keamanan, baik untuk kepentingan GP Ansor sendiri, NU maupun masyarakat pada

umumnya. Banser mulai didirikan pada tahun 1968, bertepatan dengan Kongres GP Ansor

VII di Jakarta.

3.  Fatayat Nahdlatul Ulama

Fatayat NU didirikan pada 7 Rajab 1369 H/ 24 April 1950. Akan tetapi rintisannya

sebenarnya sejak 1940. Diantara tokoh perintisnya adalah : murthasiyah (Surabaya),

KH.uzaimah Mansur (Gresik), dan Aminah (Sidoarjo). Fatayat NU resmi menjadi Badan

Otonom NU setelah disahkan dalam Muktamar NU ke-18, pada tanggal 20 April – 3 Mei

1950 di Jakarta.

Tujuan Fatayat NU adalah:

1.  Membentuk pemudi atau wanita muda islam bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,

beramal, cakap, dan bertanggung jawab serta berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

2.  Mewujudkan rasa kesetiaan terhadap asas, aqidah dan tujuan Nahdlatul Ulama dalam

menegakkan syariat islam.

Page 8: Aswaja Materi V

3.  Mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata serta diridlai Allah SWT.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Fatayat NU melakukan serangkaian usaha

sebagai berikut:

1.  Menghimpun dan membina pemudi atau wanita muda islam dalam suatu organisasi.

2.  Meningkatkan mutu pendidikan, pengajaran, ketrampilan dan memperluas ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

3.  Meningkatkan peranan wanita Indonesia daam segala bidang kehidupan beragama, bernegara

dan bermasyarakat.

4.  Mempertinggi budi (aKH.lakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari.

5.  Menjalankan kegiatan dan menjalin kerjasama yang menunjang syiar islam dan kesejahteraan

masyarakat.

6.  Membina persahabatan dengan organisasi lain, terutama organisasi pemuda dan wanita.

Lambang Fatayat NU adalah setangkai bunga melati tegak di atas dua helai daun,

sebuah bintang besar dikelilingi delapan bintang kecil dengan dilingkari tali persatuan.

Lambang ini dilukiskan dengan warna putih di atas dasar hijau.

Kepengurusan Fatayat NU terdiri atas  Pucuk Pimpinan (PP), Pimpinan Wilayah

(PW), Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Anak Cabang (PAC), Pimpinan Ranting (PR).

Kekuasaan tertinggi organisasi dipegang oleh kongres pada tingkat nasional (PP), Konferensi

Wilayah pada tingkat wilayah (PW), Konferensi Cabang pada tingkat cabang (PC),

Konferensi Anak Cabang pada tingkat anak cabang (PAC) dan Rapat Anggota ditingkat

Ranting (PR). Sedangkankeanggotaan Fatayat NU terdiri atas anggota biasa dan anggota luar

biasa.

4.  Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul

Ulama yang berfungsi untuk membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar

dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil AKH.ir 1373 H/

bertepatan dengan tanggal 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konferensi besar (Konbes) LP

Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa

(Solo), Abdul Ghony Farida (Semarang) dan Thalhah Mansur.

Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam

Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan

melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.

Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah

kepanjangannya menjadi Ikatan PelajarNahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan

Page 9: Aswaja Materi V

IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada

tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad

mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren.

Tujuan  IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT,

berilmu, beraKH.lak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak

dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dilakukan serangkaian usaha, yaitu :

1.  Menghimpun dan membina putra-putra Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi

2.  Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa

3.  Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan perjuangan sesuai

dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna terwujudnya KH.aira ummah

4.  Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak

merugikan organisasi.

Lambang IPNU berbentuk bulat dengan warna dasar hijau, berlingkar kuning

ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih. Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan

titik diantaranya dengan di apit oleh tiga garis lurus pendek yang satu diantaranya lebih

panjang pada bagian kanannya. Semua berwarna putih. Di bawahnya terdapat bintang

sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya lebih besar terletak di tengah dan empat

bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segitiga. Semua berwarna kuning.

Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa bersilang berwarna

putih.

Struktur organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) terdiri atas :

1.  Pimpinan tertinggi IPNU di ibu kota Negara disebut Pimpinan Pusat IPNU (PP IPNU)

2.  Pimpinan IPNU di provinsi disebut Pimpinan Wilayah IPNU (PW IPNU)

3.  Pimpinan IPNU di kabupaten/kota disebut Pimpinan Cabang IPNU (PC IPNU)

4.  Pimpinan IPNU di kecamatan disebut Pimpinan Anak Cabang IPNU (PAC IPNU)

5.  Pimpinan IPNU di desa/kelurahan disebut Pimpinan Ranting IPNU (PR IPNU)

6.  Pimpinan IPNU di Lembaga Pendidikan perguruan tinggi, pondok pesantren, SLTP/MTs,

SLTA/MA dan yang sederajat disebut Pimpinan Komisariat IPNU (PK IPNU).

Kekuasaan tertinggi organisasi dipegang oleh kongres pada tingkat nasional,

Konferensi wilayah pada tingkat wilayah, Konferensi Cabang pada tingkat Cabang,

Page 10: Aswaja Materi V

Konferensi Anak Cabang pada tingkat anak cabang dan Rapat Anggota pada tingkat Ranting.

Sedangkan keanggotaan IPNU terdiri atas anggota biasa dan anggota istimewa.

5.  Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah salah satu organisasi remaja

yang menghimpun Pelajar Putri NU. Organisasi ini didirikan pada tanggal 8 Rajab 1374 H

atau bertepatan dengan tanggal 2 Maret 1955 di Solo, Jawa Tengah. Salah seorang pendirinya

adalah Ny. Umrah Mahfudha. Semula organisasi ini merupakan bagian dari lembaga

pendidikan maarif, tetapi semenjak kongres di Surabaya pada tahun 1966, IPPNU

melepaskan diri dari LP. Maarif dan menjadi salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama.

Sebagai bagian dari badan otonom Nahdlatul Ulama, IPPNU mempunyai tiga fungsi

utama, yaitu :

1.    Sebagai wadah berhimpun Pelajar Putri NU untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai

ke-NU-an.

2.    Sebagai wadah komunikasi Pelajar Putri NU untuk menggalang uKH.uwah islamiyah dan

syiar islam.

3.    Sebagai wadah kaderisasi Pelajar Putri NU untuk mempersiapkan kaderisasi bangsa.

Dari ketiga fungsi di atas, maka tujuan IPPNU adalah :

1.      Terbentuknya kesempurnaan putri Indonesia yang beraKH.lakul karimah, dan bertaqwa

kepada Allah SWT.

2.      Tegak dan berkembangnya syariat islam menurut faham Ahlus-sunnah wal jamaah

3.      Terbentuknya kader bangsa yang berilmu dan berwawasan nasional

4.      Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, IPPNU melakukan usaha-usaha seperti :

1.    Menghimpun dan membina Pelajar Putri islam dalam wadah organisasi.

2.    Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai proses perjuangan bangsa.

3.    Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan perjuangan sesuai

dengan perkembangan masyarakat.

4.    Membina persaha batan dengan organisasi putri islam pada Khususnya dan organisasi lain

pada umumnya selama tidak merugikan kepentingan organisasi IPPNU.

Lambang organisasi IPPNU berbentuk segitiga sama kaki dengan ukuran alas sama

dengan tinggi. Warna dasarnya hijau, bergaris dua warna kuning di tepinya. Isi lambang

terdiri atas: Bintang sembilan. Satu diantaranya di tengah, empat buah menurun di sisi

sebelah kiri dan empat buah lainnya di sisi sebelah kanan dan semuanya berwarna kuning. Di

bawah bintang terdapat dua buah kitab dan dua buah bulu ayam bersilang dengan warna

Page 11: Aswaja Materi V

putih. Di bawah blu ayam terdapat tulisan IPPNU dengan lima titik di antaranya dan dilukis

dengan warna putih.

Struktur organisasi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) terdiri atas :

1.  Pimpinan tertinggi IPNU di ibu kota Negara disebut Pucuk Pimpinan  IPPNU (PP IPPNU)

2.  Pimpinan IPPNU di provinsi disebut Pimpinan Wilayah IPPNU (PW IPPNU)

3.  Pimpinan IPPNU di tingkat kabupaten/kota disebut Pimpinan Cabang IPPNU (PC IPPNU)

4.  Pimpinan IPPNU di kecamatan disebut Pimpinan Anak Cabang IPPNU (PAC IPPNU)

5.  Pimpinan IPPNU di desa/kelurahan disebut Pimpinan Ranting IPPNU (PR IPPNU)

6.  Pimpinan IPPNU di Lembaga Pendidikan perguruan tinggi, pondok pesantren, SLTP/MTs,

SLTA/MA dan yang sederajat disebut Pimpinan Komisariat IPPNU (PK IPPNU).

Kekuasaan tertinggi organisasi dipegang oleh kongres pada tingkat nasional,

Konferensi wilayah pada tingkat wilayah, Konferensi Cabang pada tingkat Cabang,

Konferensi Anak Cabang pada tingkat anak cabang dan Rapat Anggota pada tingkat Ranting.

Sedangkan keanggotaan IPNU terdiri atas anggota biasa dan anggota istimewa.

B.   Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang Berbasis Profesi dan Kekhususan

Diantara badan otonom yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama dalam bidang yang

berbasis profesi dan kekhususan adalah:

1.    Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah.

2.    Jam’iyyatul Qurro’ wal huffadz

3.    Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)

4.    Serikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)

5.    Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (PN NU)

6.    Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU).

Page 12: Aswaja Materi V

Sejarah singkat Wali Songo

Biografi Sunan Bonang – Wali Songo Pencipta “Tombo Ati”

Page 13: Aswaja Materi V

Sunan Bonang

Tahukah kalian dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati”?

Tahukah teman, siapa sebenarnya yang menciptakan lagu yang legendaris itu?

Sebenarnya pencipta lagu tersebut adalah Sunan Bonang.

Sunan Bonang adalah salah satu dari Sembilan Wali (Wali Sanga) yang merupakan orang-

orang shalih yang telah menyebarkan Islam di pulau Jawa. Berikut ini akan diulas Biografi

Sunan Bonang.

Biografi Sunan Bonang

Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang

dilahirkan pada tahun 1465 masehi. Beliau adalah salah satu putera dari Sunan Ampel dengan

nama ibunya adalah Nyai Ageng Manila yang merupakan puteri adipati Tuban. Nama Sunan

Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi

Hoo alias Sunan Ampel.

Sunan Bonang dikabarkan juga masih memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad

SAW. Berikut ini adalah silsilah dari Sunan Bonang hingga sampai Nabi Muhammad

SAW.

Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) bin Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sayyid Ahmad

Rahmatillah bin Maulana Malik Ibrahim bin Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Khan)

bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik Al-Muhajir (dari

Nasrabad,India) bin Alawi Ammil Faqih (dari Hadramaut) bin Muhammad Sohib Mirbath

(dari Hadramaut) bin Ali Kholi' Qosam bin Alawi Ats-Tsani bin Muhammad Sohibus

Saumi'ah bin Alawi Awwal bin Ubaidullah bin Muhammad Syahril Ali Zainal 'Abidin bin

Hussain bin Ali bin Abi Thalib (dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW).

Page 14: Aswaja Materi V

Sunan Bonang mempelajari berbagai ilmu agama Islam dari pesantren sang ayah (Sunan

Ampel) di Ampel Denta. Setelah dirasa sudah cukup mahir dan cukup umur, Sunan Bonang

mulai berdakwah dengan berkelana ke pelosok negeri. Ia pergi ke Kediri yang masyarakatnya

masih menganut Hindu. Di sana ia mendirikan masjid Sangkal Daha dan mendirikan

Pasujudan Sunan Bonang yang sangat terkenal.

Dalam berkelananya itu, Sunan Bonang akhirnya menetap di desa kecil di Lasem Jawa

Tengah yaitu kurang lebih berjarak 15 km dari Rembang. Daerah itu kemudian terkenal

dengan nama Bonang – sesuai nama Sunan Bonang. Di sana Sunan Bonang mendirikan

pesantren yang saat ini bernama Watu Layar. Sunan Bonang juga ditunjuk sebagai imam

besar Kesultanan Demak, beliau juga diangkat sebagai panglima tertinggi.

Sunan Bonang tetap mengunjungi daerah-daerah terpencil untuk menyebarkan Islam. Daerah

seperti Tuban, Pati, Madura bahkan Pulau Bawean yang sangat sulit dijangkau pernah

disentuh dengan dakwahnya.

Ajaran yang dibawa Sunan Bonang adalah campuran dari ajaran tasawuf dan ahlussunnah.

Sunan Bonang sangat menguasai ilmu fiqih, usuludin, tasawuf, seni,sastra dan arsitektur.

Sunan Bonang juga mendalami ilmu kebatinan dan ilmu dzikir. Bagi masyarakat yang pernah

dikunjunginya, Sunan Bonang terkenal karena keahliannya dalam menemukan sumber air

bagi daerah yang kering.

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Bonang piawai memadukannya dengan tradisi

masyarakat disana. Sunan Bonang juga bekerja sam adengan muridnya yaitu Sunan Kalijaga

dalam menciptakan media penyampaian dakwah yang mudah difahami masyarakat.

Contohnya dalam pementasan wayang, Sunan Bonang sangat piawai menjadi dalang. Sunan

Bonang menggubah lakon dan memasukkan ajaran Islam yang membuat penonton secara

sadar ataupun tidak akhirnya menjadi pemeluk Islam yang benar. Sunan Bonang juga

menggubah gamelan jawa yang saat itu sangat kental dengan ajaran Hindu. Sunan Bonang

Page 15: Aswaja Materi V

menambahkan instrumen Bonang. Gubahannya sangat kental dengan nuansa dzikir yang

selalu mengingatkan masyarakat akan Alloh SWT. Salah satu karya Sunan Bonang yang

sangat legendaris dan terkenal adalah tembang “Tombo Ati” atau lagu “Obat Hati”. Saat ini

lagu tersebut dibawakan oleh penyanyi religi Opick.

Gamelan yang digubah Sunan Bonang

Sunan Bonang wafat tahun 1525 masehi. Makam aslinya sebenarnya berada di desa Bonang.

Akan tetapi yang saat ini sering diziarahi adalah makam yang di Tuban. Mengapa seperti ini,

karena konon saat beliau meninggal, seorang murid yang dari Madura ingin membawa

jenazah gurunya untuk dimakamkan di Madura. Namun murid tersebut hanya berhasil

membawa kain kafannya serta bajunya saja. Saat sampai Tuban, sang murid dari Madura

dicegat oleh murid Sunan Bonang yang dari Tuban. Oleh sang murid yang dari Tuban, murid

yang dari Madura disangka membawa jenazah sang Guru. Mereka pun berebut dan murid

dari Tuban tadi berhasil membawa kain kafan dan baju-baju Sunan Bonang yang dikira

jenazah Sunan Bonang, dia kemudian menguburkannya di Tuban.

Sunan Kudus

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Beliau adalah putra dari pasangan

Raden Usman Hajji yang dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung,yang merupakan seorang

panglima perang Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah adik dari Sunan Bonang.

Diceritakan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang

berkelana hingga di Jawa. Ngudung adalah daerah Jipang Panolan atau sekitar utara kota

Blora sekarang

Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak,dan dalam

masa pemerintahan Sunan Prawoto dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain

sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak,Sunan Kudus juga menjabat sebagai

Page 16: Aswaja Materi V

hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. Beliau lahir sekitar tahun 1500-an,meninggal

tahun 1550 dan dimakamkan di Kudus

Cara da’wah Sunan Kudus

Dalam beberapa riwayat diceritakan Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga.

Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah bagian selatan seperti

Sragen,Simo (boyolali) hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan

Sunan Kalijaga:sangat toleran pada budaya setempat. Namun versi cerita ini ada yang

membantah,karena Sunan Kalijaga merupakan sunan termuda dari 9 wali. Sunan Kalijaga

adalah murid Sunan Ampel. Sedangkan Sunan Kudus belum pernah diberitakan mempunyai

guru di tanah jawa,apalagi berguru kepada Sunan Kalijaga.

Mengenai perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam tidak berbeda dengan

para wali lainnya,yaitu senantiasa dipakai jalan kebijaksanaan,dengan siasat dan taktik yang

demikian itu,Masyarakat sekitar dapat diajak memeluk Agama Islam. Cara Sunan Kudus

mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha.

Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Menara Kudus. Bentuk menara,gerbang dan pancuran /

padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang

dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu,ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya.

Untuk itu,ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman

masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi,menjadi simpati. Apalagi setelah

mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi

betina”. Untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu,Sunan Kudus meminta

kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan sapi dan mengganti kurban sapi dengan

memotong kurban kerbau,dalam perayaan Idul Adha. Sampai saat ini masyarakat Kudus

masih memegang amanat ini sehingga seni kuliner di kota Kudus banyak menggunakan

daging kerbau sebagai pengganti daging sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara

berseri,sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang

tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan

begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. menurut riwayat beliau juga termasuk salah

seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita pendek yang berisi filsafat serta

berjiwa agama. diantara buah ciptaannya yang terkenal,ialah Gending Maskumambang dan

Mijil.

Page 17: Aswaja Materi V

peninggalan beliau adalah Masjid Raya di kota Kudus,yaitu Masjid Al-Aqsa Kudus atau yang

dikenal dengan Masjid Menara Kudus,yang menggabungkan arsitektur Islam dan Hindu.

Masjid tersebut didirikan tahun 1530 dan masih bertahan hingga saat ini. Mengenai asal usul

nama Kudus menurut legenda yang hidup dikalangan masyarakat setempat ialah,dahulu kala

Ja’far Shoddiq Muda (Sunan Kudus) melaksanakan ibadah haji sambil menuntut ilmu di

Tanah Arab dari Mekkah sampai Yerusalem / Palestina,kemudian beliau pun sempat menetap

pula di sana. Disebutkan bahwa Sunan Kudus saat itu berjasa bagi kota Al Quds,Palestina

karena menyembuhkan wabah penyakit di daerah tersebut lalu atas jasanya diberikan hadiah

Ijazah /Prasasti yang tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf arab kuno,dan sekarang

masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus. Kisah yang lain,bahwa setelah

beliau selesai melakukan pengembaraan ilmiah,beliau begitu terkesan dengan kota Al-Quds

itu,dan berniat untuk membuka kota di Jawa yang bernama Kudus juga

Sumber : http://catatan.bordirkudus.com/artikel/biografi-sunan-kudus/

Singkat Sunan Kalijaga

 Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun

1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh

pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut

Islam Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama

panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden

Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang

disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.

Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan

Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam

(‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal

dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci”

kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia

mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan

Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran

Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang

pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan

kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Page 18: Aswaja Materi V

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan

Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik

(pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk

berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika

diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil

mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya

kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan

Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana

dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang

Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun

dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam

melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen,

Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di

Kadilangu -selatan Demak.