makalah anak
DESCRIPTION
Makalah ini disusun oleh Fauzi Styobudi Jurusan Pendidikan IPS (2013) UNYTRANSCRIPT
-
MAKALAH
PERLINDUNGAN ANAK
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Setiati Widihastuti, M.Hum
Oleh :
1. Abdi Sukma (13416241029)
2. Fauzi Styobudi (13416244013)
3. Ika Maulani Hamah (13416244019)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
-
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kementerian Sosial menunjukkan, hingga tahun 2013 lalu, masih ada sekitar 5,1
juta anak terlantar di Indonesia. Itupun baru data resmi versi pemerintah. Dari jumlah
tersebut, ada yang terkena kasus narkoba, pelecehan seksual, kemiskinan, drop out,
kenakalan remaja dan kasus lainnya. Angka itu cukup membuat miris karena seharusnya
pemerintah dapat mensejahterakan warga negaranya, sesuai cita-cita bangsa Indonesia.
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Dalam hal bernegara, anak
merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang
mempunyai peran strastegis untuk menjamin eksistensi bangsa dan Negara pada masa
depan. Untuk itu dalam anaklah kita dapat menggantungkan harapan bangsa ini, apakah
bangsa ini akan dibawa ke puncak kejayaan ataukah dijerumuskan kepada lubang
kehancuran.
Dalam UU No. 23 tahun 2002 Pasal 20 mengatur bahwa Negara, Pemerintah,
masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak. Dari sini jelas terlihat bahwa perlindungan terhadap
anak merupakan tanggung jawab semua pihak dan seluruh elemen Negara, tanpa
terkecuali. Tapi dalam kenyataanya masih banyak orang tua yang sengaja menelantarkan
anaknya ataupun pemerintah yang buta akan permasalahan anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan anak di tahun 2013 ?
2. Apa sajakah Hak dan Kewajiban anak ?
3. Bagaimana sistem hukum tentang perlindungan anak ?
4. Apa peran pemerintah dalam perlindungan anak ?
5. Bagaimana peran keluarga dalam perlindungan anak ?
-
C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi anak
2. Mengetahui hak dan kewajiban anak
3. Hukum yang mengatur perlindungan anak
4. Mendeskripsikan peran dari pemerintah dalam perlindungan anak
5. Mendeskripsikan peran dari keluarga dalam perlindungan anak
-
Bab II
Pembahasan
A. Permasalahan pada Anak
Permasalahan Anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini juga
sejalan dengan pernyataan Sekertaris Jendral Komnas Anak, Sajuri Ridwan yang
menyatakan angka pengaduan kasus pelanggaran hak anak meningkat tajam
dibandingkan tahun 2012. Dan sepanjang tahun 2013 masih didominasi oleh kekerasan
terhadap anak.
Berdasarkan data dari BPS, jumlah anak terlantar sebanyak 3.488.309, Balita
terlantar sebanyak 1.178.824, anak rawan terlantar sebanyak 10.322.627, sementara
jumlah anak nakal sebanyak 193.155 anak. Pekerja anak berjumlah 2,3 juta anak. Jumlah
ini belum mencakup anak-anak berumur di bawah 10 tahun.
Sedangkan anak yang berkonflik dengan hukum setiap tahunnya terdapat lebih
dari 4 ribu perkara pelanggaran hukum yang dilakukan anak-anak di bawah usia 16
tahun. Sementara itu dari data Kemenkum dan HAM di tahun 2011 saja sebanyak lebih
dari 7 ribu anak berhadapan dengan hukum, dan 6.700 anak diputus bersalah. Lima ribu
anak di tahan atau di penjara, dimana sekitar 84 persennya ditempatkan di penjara
dewasa.
Anak-anak juga rawan akan tindak kekerasan, menurut data kasus dari Pusat Data
dan Informasi (Pusdatin) Komnas Anak yang saya kutip dari laman Okezone.com, di
tahun 2013 ada 1.620 kasus dengan rincian kekerasan Fisik 490 kasus (30%), Psikis 313
kasus (19%) dan paling banyak kekerasan Seksual 817 kasus (51%). Itu artinya setiap
bulannya hampir 70-80 anak menerima kekerasan seksual.
Ironisnya, kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi di lingkungan
terdekat anak yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan, ataupun lingkungan
sosial anak. Kekerasan ini juga terjadi karena berbagai faktor, misalnya kenakalan anak,
emosi atau dendam, ekonomi, ataupun keluarga.
B. Hak dan Kewajiban Anak
Perlindungan anak pada prinsipnya adalah penghormatan terhadap hak yang
melekat pada anak. Itu sebenarnya sama halnya dengan hak yang melekat pada warga
negara lain (orang dewasa). Hanya saja bedanya hak anak lebih membutuhkan
-
kekhususan, dalam hal ini hak untuk tumbuh dan berkembang, karena anak adalah
penerus kelangsungan kehidupan bangsa, sehingga harus diberikan ruang untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usia dan bakatnya.
Dalam UU No. 23 Tahun 2002, Hak dan Kewjiban Anak diatur dalam pasal 4
sampai pasal 19. Jika kita bisa jabarkan, Hak anak dibagi menjadi dua yaitu, Hak Anak
dan Hak Dasar Anak. Hak anak itu meliputi:
1. Hak kelangsungan hidup
2. Hak tumbuh dan berkembang
3. Hak mendapat perlindungan
4. Hak berpartisipasi
Kemudian untuk Hak dasar anak meliputi:
1. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi,
2. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan,
3. Hak untuk beribadah meurut agama, berfikir dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua,
4. Hak mengetahui orang tuanya,
5. Hak memperoleh pendidikan layak,
6. Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikan informasi,
7. Hak untuk bergaul, bermain, dan berekreasi dengan teman sebayanya,
8. Hak memperoleh bantuan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi
anak penyandang cacat.
Selain mendapat hak, anak juga dibebani dengan kewajiban yang harus dipatuhi.
Kewajiban ini meliputi:
1. Menghormati orang tua, wali dan guru
2. Mencintai Keluarga, masyarakat dan teman
3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara
4. Menunaikan ibadah sesuai ajaran agamanya
5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia
-
C. Hukum yang Mengatur Perlindungan Anak
Perlindungan Anak diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Namun, hukum perlindungan anak belum sepenuhnya efektif untuk melindungi
anak Indonesia karena masih maraknya kejahatan terhadap anak. Hal ini tidak
mengherankan karena orang terdekat yang seharusnya memberikan jaminan perlindungan
terhadap anak malah sebaliknya. Adanya kaum inteletual bahkan para oknum penegak
hukum yang ikut menjadi pelaku kejahatan terhadap anak menjadi bukti bahwa masih
kurangnya pengetahuan masyarakat atas Undang-undang Perlindungan Anak No.23
Tahun 2002.
Hal ini terjadi kurangnya sosialisasi UU No. 23 tahun 2002 dari pemerintah.
Sebuah produk hukum jika tidak dibangun sarana dan prasarananya untuk
menjalankannya, maka semua itu tidak ada artinya.
Kami juga mempertanyakan tentang UU No. 23 tahun 2002 ataupun UU No. 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang tidak ada pembahasan
tentang perlindungan anak dari pornografi. Padahal masalah anak akhir-akhir ini adalah
masalah yang dikarenakan pornografi. Melalui internet seperti media sosial, anak-anak
mudah mengakses fitur- fitur pornografi di internet. Hal ini sangat berpengaruh besar bagi
perkembangan anak maka dari itu perlu adanya revisi UU PA dan menambah pasal
dengan pembahasan perlindungan anak dari pornografi.
D. Peran Keluarga terhadap Perlindungan Anak
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam
bentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di mata masyarakat. Tapi
dalam kenyataannya, banyak terjadi kekerasan pada anak dalam keluarga. Komnas
Perlindungan Anak mencatat 61,4% pelaku kekerasan anak adalah orang tuanya sendiri.
Bahkan tak jarang orang tua tega melakukan penganiayaan terhadap anaknya yang di luar
akal sehat manusia.
Anak adalah anugerah. Sementara itu tak dipungkiri dalam membesarkan anak
hari demi harinya, orang tua bisa mengalami stress yang luar biasa. Mulai dari suara
tangis tengah malam, rewel, merengek, persoalan makan, toilet training, temper tantrum,
pekerjaan rumah yang harus dibereskan serta kekacauan rumah yang tak pernah ada
habisnya. Belum lagi masalah external, relationship dan tekanan ekonomi, seringkali
-
membuat hubungan orang tua dan anak berubah menjadi ledakan besar. Kekerasan
terhadap anak pun seringkali tak bisa dihindari.
Orang tua harus menjadi pelindung bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua
harus tahu bagaimana cara mencegah kekerasan pada anak, entah itu dari orang lain
ataupun dari diri orang tua itu sendiri. Berikut ini adalah cara mencegah kekerasan pada
anak:
1. Evaluasi diri mengenai pandangan kita tentang anak , apakah sudah tepat dan apakah
kita sudah memberikan yang terbaik untuk anak kita.
2. Diskusi dan berbagi dengan orang lain untuk mengetahui seberapa baik dan tepat
perlakuan dan pandangan kita pada anak.
3. Perbanyak pengetahuan. Pengetahuan yang tepat dapat dilakukan dan
dipertanggungjawabkan sehingga kita mampu meletakkan pandangan kita mengenai
anak secara lebih tepat sehingga kita tidak akan terkungkung oleh pandangan yang
belum tentu benar.
4. Peka terhadap anak. Kepekaan terhadap anak akan membuat kita bersegara
melakukan tindakan apabila kita mendapati anak menjadi korban kekerasan baik oleh
anggota keluarga sendiri atau orang lain.
5. Hubungi lembaga yang berkompeten. Sekarang banyak lembaga yang bergerak
dibidang hukum, perlindungan anak dan aparat pemerintah atau penegak hukum yang
bisa membantu menghadapi kekerasan pada anak.
E. Peran Pemerintah terhadap Perlindungan Anak
Peran pemerintah dalam perlindungan anak dirasa sangat penting karena seorang
anak merupakan calon penerus generasi bangsa. Seperti yang dicita-citakan dalam
pembukaan uud 1945 yaitu mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, pertahanan dan keamanan, serta menegakkan keadilan. Mencerdaskan
termasuk melindungi hak seorang anak agar mampu berkembang dan mendapatkan hak
nya agar nantinya dapat menjadi generasi penerus bangsa yang baik. Banyak ha l yang
dilakukan pemerintah untuk tujuan perlindungan anak. Salah satunya adalah membentuk
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Tujuan KPAI adalah untuk menjamin hak-
hak anak, mewujudkan anak yang handal, berkualitas dan berwawasan menuju
-
masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut KPAI memiliki
peran dan fungsi yaitu :
1. Peran
a. Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak.
b. Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak.
c. Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak.
d. Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut
kepentingan terbaik bagi anak
e. Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional
maupun international.
f. Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara d i pengadilan
mewakili kepentingan anak
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan
penyebarluasan informasi tentang hak anak.
2. Fungsi
a. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap
pelanggaran hak anak.
b. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang tidak
memihak pada kepentingan terbaik anak.
c. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka
mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan.
d. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan
kebijakan berkaitan dengan anak.
e. Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan
situasi anak di Indonesia.
f. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan
kemajuan, dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan
lembaga terkait.
g. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan
perlindungan anak di tingkat nasional.
h. Melakukan perlindungan khusus.
-
Selain dengan membentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
pemerintah juga membuat undang-undang guna menguatkan tugas untuk perlindungan
anak. Seperti dikatakan dalam pasal 28 B ayat 2 yang berbunyi Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Negara memiliki kewajiban untuk menjamin bahwa anak-
anak Indonesia aman dari tindak kekerasan dan diskriminasi, serta menjamin mereka
untuk berkembang (hak untuk mendapatkan pendidikan). Kemudian tentang pelaksanaan
perlindungan terhadap anak serta jaminan atas hak-haknya diatur dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan hal itu diharapkan perlindungan
anak dapat dilaksnakan dengan baik agar semua tujuannya dapat tercapai dan tentunya
dengan dukungan oleh berbagai pihak termasuk orang tua karena orang tualah yang
paling mengerti dan berkewajiban besar untuk melindungi anaknya.
-
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anak adalah titipan dari Tuhan yang suatu saat akan dikembalikan. Anak bukan
hak mutlak milik orang dewasa, apalagi seenaknya memperlakukan anak sebagai barang
properti. Sehingga dapat diperlakukan semau-maunya, dieksploitasi, atau sebagai
limpahan emosi. Jika ingin memerangi kekerasan pada anak, bukan mengajarkan apa itu
kekerasan pada anak tapi orang dewasalah yang harus belajar memperlakukan anak.
Anak membutuhkan limpahan kasih sayang, perhatian dan perlindungan yang
harus diberikan agar anak tumbuh dalam atmosfer yang penuh dengan cinta kasih dan
perdamaian. Di masa depan mereka akan menginternalisasikan nilai-nilai luhur itu dalam
kehidupan mereka, dan tentu saja mewariskannya pada generasi berikutnya. Makna anak
sebagai investasi moral luhur seperti inilah yang seharusnya kita perjuangkan.
-
Daftar Pustaka
Definisi Keluarga Inti. 2012. Diakses dari www.psychologymania.com. Pada 03 April
2014.
Dewi, Serafina Shinta. 2010. Perlindungan atas Hak Anak dalam Undang Undang No 23
Tahun 2002. Diunduh dari www.kumham-jogja.info pada 27 Maret 2014.
Kusdarini, Eny. 2011. Perlindungan Anak Sebagai Perwujudan Hak Asasi Manusia dan
Generasi Penerus Bangsa. Diunduh dari www.uny.ac.id. Pada 27 Maret 2014.
Parlementaria. 2013. Perlu Dibangun Sistem Perlindungan Anak yang Terintegrasi,
Sistemik dan Kuat. Edisi 104 TH. XLIII, 2013. Jakarta.
Parlementaria.2013. Kejahatan Anak Status Darurat Nasional. Edisi 104 TH. XLIII,
2013. Jakarta.
Profil Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 2005. Diakses dari www.kpai.go.id. Pada 03
April 2014