makalah akhlak tasawwuf

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dalam konsep-konsep maqamat dan ahwal memperkenalkan bagian dari pemahaman tasawuf itu sendiri sebagai dimana dimaknakan suatu perjalanan spiritual suluk. Dalam hal ini, MAQAMAT adalah tempat – tempat sebagai perhentian yang harus dilewati oleh para sufi atau pejalan spiritual sebelum bisa mencapai akhir perjalanan tersebut, baik itu yang disebut ridha, tawakal dan sabar kepada Allah SWT. Sedangkan yang disebut dengan HAL adalah keadaan-keadaan spiritual sesaat yang dialami oleh para pejalan atau sufi ini ditengah-tengah perjalanan tersebut.Filsafat itu menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu dengan yang lain, jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasannya secara

Upload: arief-fizz

Post on 28-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah akhlak tasawwuf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya dalam konsep-konsep maqamat dan ahwal

memperkenalkan bagian dari pemahaman tasawuf itu sendiri sebagai dimana

dimaknakan suatu perjalanan spiritual suluk. Dalam hal ini, MAQAMAT adalah

tempat – tempat sebagai perhentian yang harus dilewati oleh para sufi atau pejalan

spiritual sebelum bisa mencapai akhir perjalanan tersebut, baik itu yang disebut

ridha, tawakal dan sabar kepada Allah SWT. Sedangkan yang disebut dengan

HAL adalah keadaan-keadaan spiritual sesaat yang dialami oleh para pejalan atau

sufi ini ditengah-tengah perjalanan tersebut.Filsafat itu menyelidiki, membahas,

serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidiki bagaimana hubungan

kenyataan satu dengan yang lain, jadi ia memandang satu kesatuan yang belum

dipecah-pecah serta pembahasannya secara keseluruhan, sedangkan ilmu lain itu

hanya menyelidiki sebagian saja dari alam maujud ini.

.

Page 2: makalah akhlak tasawwuf

2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ridho?

2. Apa pengertian tawakkal?

3. Apa pengertian sabar?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui serta memahami tentang pengertian ridho, tawakal dan

sabar

Page 3: makalah akhlak tasawwuf

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ridho

Ridho adalah menerima dengan rasa puas terhadap apa yang

dianugerahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu menerima hikmah dan

kebaikkan dibalik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka

terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan , kebesaran ,

dan kemahasempurnaan Dzat yang memberiakan cobaan kepadannya

sehingga tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan tersebut.

Hanyalah para ahli ma’rifat mahabbah yang mampu bersikap seperti ini.

Mereka bahkan merasakan musibah dan ujian sebagai suatu nikmat, lantaran

jiwanya bertemu dengan yang dicintainya.1

Menurut Abdul Halim Mahmud, rido mendorong manusia untuk

berusaha sekuat tenaga mencapai apa yang dicintai Alah dan Rasul-Nya.

Namun, sebelum mencapainya,ia harus menerima atau merelakan akibatnya

dengan cara apapun yang disukai Allah.2

1 Rosihun,Dkk.2000.Ilmu Tasawuf.Bandung.Pustaka Setia.Hal:74

2 Jumantoro, Totok. Amin, Samsul Munir.(2005).Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo: Amzah.

Page 4: makalah akhlak tasawwuf

4

Dalam dunia tasawuf, kata ridha memiliki arti tersendiri yang masih

berhubungan dengan sikap kepasrahan seseorang di hadapan kekasih-Nya. Sikap ini

merupakan wujud dari rasa cinta pada Allah dengan menerima apa saja yang telah

dikehendaki oleh-Nya tanpa ada paksaan dalam menjalaninya. Dengan kata lain,

ridha lebih memfokuskan perhatian yang ditujukan kepada upaya mengembangkan

emosi ridha dalam hati calon sufi kepada Tuhan. Maka janganlah kita berharap

memperoleh ridha Tuhan, bila dalam hati kita sendiri tidak tumbuh dengan subur

emosi ridha kepada-Nya. Di sini ditanamkan kesadaran bahwa ada tidaknya, atau

besar kecilnya ridha Tuhan pada seseorang tergantung pada ada tidaknya atau besar

kecilnya ridha hatinya kepada Tuhan.

Ridha kepada Tuhan, menurut para sufi; mengandung makna yang luas,

diantaranya: Tidak menentang pada qadha dan qadar Tuhan, menerimanya dengan

senang hati, mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal di

dalamnya hanyalah perasaan senang dan gembira, merasa senang menerima

malapetaka sebagaimana merasa senang menerima nikmat, tidak meminta surga dari

Tuhan dan tidak meminta supaya dijauhkan dari neraka, tidak berusaha sebelum

turunnya qadha dan qadar, tidak merasa pahit dan sakit sesudah turunnya, bahkan

perasaan senang bergelora di waktu cobaan atau musibah datang.

Orang yang berhati ridha pada Allah memiliki sikap optimis, lapang dada, kosong

hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari itu; memandang baik,

sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua sudah ada dalam rancangan,

ketentuan, dan perbulatan Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat

kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu ridha apabila melakukan perbuatan yang

Page 5: makalah akhlak tasawwuf

5

Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang apabila meninggalkan kebiasaan

buruk yang selama ini mereka perbuat, bermakna merasa puas hati apabila aktivitas

hidupnya bisa membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya.

Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa

sebenarnya syaitan telah menjerat dirinya dalam kubangan dosa. Orang-orang yang

seperti inilah dengan indahnya Allah telah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat

96:

�ُف�ْو�َن� ِل �ْح� �ْم� َي �ُك َض�ْو�ا َل �ْر� �َت �ُه�ْم� َل �َن� َع�ْن َض�ْو�ا َف�ِإ �ْر� �ُه�ْم� َت �َن� َع�ْن � اَلِلَه� َف�ِإ �ْر�َض�ى َال � َع�ِن� َي �َق�ْو�ِم اَل

�ِن� َق�ْي �ُف�اِس� اَل

“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada

mereka, tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah

tidak ridha kepada orang-orang yang berbuat fasik.”

Orang-orang inilah yang selalu bersepakat dalam berbuat

kemungkaran, ridha dalam melakukan maksiyat, dan kelak apabila sampai

akhir hayatnya tidak sempat bertaubat serta minta ampun kepada-Nya, telah

Allah sediakan neraka sebagai pelabuhan terakhir untuknya, dalam

pertengahan ayat yang ke-7 dari surat Az-Zumar di sebutkan:

� �ْر�َض�ى َو�َال �اِد�ِه� َي �ِع�َب �ُف�ْر� َل �ُك اَل

Artinya: “……….., dan Dia tidak me-ridhai kekafiran bagi hamba-

Nya,………..”

Page 6: makalah akhlak tasawwuf

6

Pemahaman ayat diatas adalah, jikalau seseorang selalu berpuas hati

akan perbuatan yang Allah telah haramkan, namun dalam hatinya tidak ada

keinginan untuk merubah dengan memohon ampunan-Nya, maka yang akan

menjadi tabungan baginya adalah semakin banyak perbuatan buruk yang akan

ia sesali besok di akhirat atas segala segala tingkah laku buruknya sewaktu

hidup di dunia. Dengan kata lain, menghadirkan hati dengan bersikap benci

kepada semua perbuatan yang dapat membawa kepada ke-kufur-an adalah

salah satu bentuk penolakan sebelum segalanya terlambat, inilah salah satu

cara supaya kita terhindar dari semua perkara yang di larang oleh Allah, untuk

kemudian kita suci-kan hati dengan menjalankan perintah dengan penuh

keyakinan dan selalu mengingat-Nya, sehingga sampai kepada peringkat

orang-orang yang meminta ampun kepada rabb-Nya dan menjadi bagian

kepada orang-orang pilihan yang benar-benar telah di ampunkan atas segala

kekhilafannya.

B. Tawakal

Tawakal (bahasa Arab: َتْوُك�ل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau

menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya

kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau

menanti akibat dari suatu keadaan.

Tawakkal bermakna ‘berserah diri’. Tawakkal dalam tasawuf

dijadikan washilah untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar

Page 7: makalah akhlak tasawwuf

7

tidak terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain

Allah. Pada dasarnya makna atau konsep tawakkal dalam dunia tasawuf

berbeda dengan konsep agama. Tawakkal menurut para sufi bersifat fatalis,

menggantungkan segala sesuatu pada takdir dan kehendak Allah. Syekh

Abdul Qadir Jailany menyebut dalam kitabnya bahwa semua yang menjadi

ketentuan Tuhan sempurna adanya, sungguh tidak berakhlak seorang salik jika

ia meminta lebih dari yang telah ditentukan Tuhan.

Tawakkal merupakan gambaran keteguhan hati dalam

menggantungkan dirinya hanya kepada Allah. Dalam hal ini, timbulnya gerak

dalam perbuatan tidak mengubah tawakal yang terdapat dalam hati itu.

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari

keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar

meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,

pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta

ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala

persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa

curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal.

Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini

mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai

tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki

menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.

Page 8: makalah akhlak tasawwuf

8

Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya,

seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah

menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh

pasti akan menyengsarakan diri sendiri.

Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam

suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya -- menurut

ajaran Islam -- ialah menyerah diri kepada Allah swt setelah berusaha keras

dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti

sunnah Allah yang Dia tetapkan sesuai dengan dalil Al Quran:

�َم�ا ْح�َم�ٍة* َف�َب �َه� ِم�ِن� َر� �َت� اَلِل �ْن �ُه�ْم� َل �ْو� َل �َت� َو�َل �ْن �ْيَظ� َف�ًّظ0ا ُك �َق�ِل�ِب� َغ�ِل �ُف�ُّض5ْوا اَل ِم�ِن� َالْن

�َك� �ُه�ْم� َف�اَع�ُف� ْح�ْو�َل �ْغ�ُف�ْر� َع�ْن َت �ُه�ْم� َو�اِس� ُه�ْم� َل اَو�َر� �َذ�ا األِم�ْر� َف�ي َو�َش� ِم�َت� َف�ِإ �ل� َع�َز� �ْو�ُك َع�ِل�ى َف�َت

�َه� �َن� اَلِل �َه� ِإ �ْح�ِب5 اَلِل �ْيِن� َي Bِل �ْو�ُك �َم�َت ١٥٩ اَل

Artinya:

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,

Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Ali Imran (3): 159)

Page 9: makalah akhlak tasawwuf

9

Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah

dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang

sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya,

mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal

kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata,

"Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."hadapi kesuilitan maka

yang demikian itu adalah takdir Allah.3

C. sabar

Menurut penuturan Abu Thalib Al makky(w.386/996),sabar adalah

menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhaan tuhannya

dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh menjalani cobaan-cobaan

Allah SWT.terhadapnya.4 Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan

menderita dan menerima cobaan dengan hati ridho serta menterahkan diri

kepada Allah SWT.Setelah berusahan.Selain itu,Sabar bukan hanya bersabar

terhadap ujian dan musibah,tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah

SWT,yaitu menjalankan Perintahnya dan menjauhi larangannya.5

Kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian sebenarnya memberi

pelajaran kepada manusia agar pandai bersikap sabar. Pada sebagian orang, 3 Al-Qusyairi, loc. Cit.,hlm .163

4 Sayyid Muhammad ‘aqil bin ‘Ali Al-Mahdali,op.cit,helm.169-170

5 Zainuddin,op.cit,helm,86-87

Page 10: makalah akhlak tasawwuf

10

sabar mungkin sulit dilakukan karena sabar sangat berhubungan dengan

kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Jika seseorang tidak mampu

mengendalikan nafsu amarahnya, berarti ia belum menerapkan sabar dalam

kehidupannya.

Pada dasarnya sifat sabar dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sabar dalam menghadapi cobaan.

2. Sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah.

3. Sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah.

a. Sabar dalam menghadapi cobaan atau ujian (musibah).

Setiap cobaan yang diberikan Allah merupakan bentuk cinta

kasih Allah kepada hamba-Nya. Setiap cobaan yang datang kepada

kita membuka pintu pahala bagi kita. Dan dengan sabar menghadapi

setiap cobaan yang datang maka kita akan dengan mudah memperoleh

pahala yang telah dijanjikan Allah. Namun bila kita tidak bisa sabar

maka yang kita peroleh hanyalah cobaan tersebut tanpa ada pahala

yang menyertainya. Hendaklah kita selalu ingat bahwa Allah Maha

Mengetahui akan kemampuan setiap makhluk-Nya. Untuk itu Allah

tidak akan memberi cobaan kepada seseorang di luar kemampuan

orang tersebut. Orang yang cerdas akan selalu berjiwa besar,

berpikiran lapang, berjiwa tenang dan tahan menerima cobaan.

Mereka terus berusaha dan berpasrah diri pada Allah. Allah berjanji

Page 11: makalah akhlak tasawwuf

11

bahwasanya orang yang sabar dalam menghadapi musibah maka pada

hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya seratus derajat di

surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara Arasy dan bumi.

Allah berjanji akan memberikan jalan keluar bagi orang yang sabar

dalam menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini

Allah swt. berfirman:

�ِس�ِب� َت �ْح� �َي َال �ُث� ْي ْح� ِم�ِن� ْق�َه� ُز� �ْر� َو�َي ا Jًج ِم�ْخ�ْر� �َه� َل �ْج�ِع�ل� َي اَلِلَه� �ِق� �َت َي َو�ِم�ِن�

Artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia

akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari

arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3).

Maksudnya, segala ujian dan cobaan dalam hidup akan

berakhir dengan mendapatkan hasil yang terbaik bagi seseorang yang

memiliki kesabaran, dan ketakwaan yang teguh kepada Allah.

b. Sabar ketika menjalankan perintah-perintah Allah

Sebagai orang Islam kita memang mempunyai kewajiban

menjalankan perintah-perintah Allah. Kita harus sadar bahwa di

dalam setiap kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepada

hamba-hamba-Nya terdapat hikmah yang baik bagi diri sendiri

ataupun bagi orang lain. Oleh karena itu, jika kita menjalankan segala

apapun perintah-perintah Allah dengan sabar maka kita dapat

Page 12: makalah akhlak tasawwuf

12

merasakan nikmat sabar itu sendiri dan setiap ibadah yang kita

lakukan akan terasa lebih indah. Allah juga berjanji bahwasanya orang

yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah maka pada hari

kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya tiga ratus derajat di

surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit dan bumi.

Sabar dan taat dalam menjalankan perintah Allah terdapat dalam

firman-Nya:

�ا �ْن �اِه� ا ا َو�ًج�ْد�ْن Jْر� �ِع�ْم� َص�اِب �ْد� ْن �ِع�َب �َه� اَل �ْن �َو�اٌبR ا ا

Artinya: “Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar,

dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada

Tuhannya). (QS. Shad: 44).

Sabar dalam pandangan Al-Ghozali merupakan tangga dan

jalan yang dilintasi oleh orang-orang yang hendak menuju ke Allah

SWT.ciri utama sabar,menurut Al-Muhasibi adalah tidak mengadu

c. Sabar dalam menjauhi larangan Allah

Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu menjauhi hal-

hal yang dilarang oleh Allah. Akan tetapi jika kita menjauhi hal-hal

yang dilarang Allah dengan berat hati maka hal tersebut hanya akan

menjadi beban bagi diri kita. Kita seharusnya juga sadar bahwa hal

apapun yang dilarang Allah pasti hal tersebut membawa akibat buruk

Page 13: makalah akhlak tasawwuf

13

bagi kita jika tidak menjauhinya. Allah juga berjanji bahwasanya

orang yang sabar dalam menjauhi dan meninggalkan larangan Allah

maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya enam

ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara

langit ketujuh (langit yang tertinggi) dan bumi yang ketujuh (bumi

yang terbawah). Dalam firman-Nya disebutkan:

�َن� َو� َو�ا ا �ْر� �ْص�َب �َق�ْو�ا َت �َت �َن� َو�َت �َك� َف�ا � ِم�ِن� َذ�َل ِم �ِم�ْو�َر� َع�َز� �َال ا

Artinya: “Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang

demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. ali-Imran:

186).

Allah swt. juga memberi tahu kita agar berhati-hati dan tetap

bertakwa menanamkan kesabaran dalam hati di saat menghadapi

cobaan karena cobaan yang diberikan Allah bukan hanya berupa

musibah, harta yang dimiliki juga merupakan cobaan. Sebagaimana

dinyatakan dalam firman-Nya:

�ْو�َن� �ِل �َب �َت �ْم� َف�ى َل �ُك �ِم�ْو�اَل �ْم� ا ُك �ُف�ِس� �ْن َم�ُف�ِن� َو�ا �ِس� �َت �ِن� ِم�ِن� َو�َل �ِذ�َي �ْو� اَل �َو�َت �اٌب� ا �ُك�َت �ْم� ِم�ِن� اَل �ُك �ِل ْق�َب

�ِن� َو�ِم�ِن� �ِذ�َي �ْو�ا اَل ُك ْر� �َش� �َذ�ى ا ا ا Jْر� �ْي �ِث ُك

Page 14: makalah akhlak tasawwuf

14

Artinya: “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan

pasti kamu akan mendengar banyak hal yang menyakitkan hati dari

orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang

musyrik.” (QS. ali-Imran: 186).

Dari ketiga macam sabar yang telah diuraikan di atas, yang

paling dikenal dalam lingkungan kita sehari-hari adalah sabar dalam

menghadapi cobaan (musibah).

Untuk itu, marilah kita membiasakan diri untuk berbuat mulia,

membuang jauh-jauh sifat yang hina dan tercela. Mari kita menghiasi

pribadi kita dengan watak kemanusiaan yang sempurna, dengan amal

perbuatan yang berguna dan bertindaklah dengan sikap ksatria.

Semuanya itu dapat kita lakukan jika kita selalu dekat dan memohon

petunjuk dari Allah swt. karena hidayah Allah itu akan mendorong

diri untuk bermental baja, tidak mudah menyerah, sanggup melakukan

hal-hal yang positif dan mampu meninggalkan hal-hal yang negatif,

serta sabar dalam menghadapi segala musibah. Sebagaimana firman

Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat

sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar.” (QS. al-Baqarah: 153).

Page 15: makalah akhlak tasawwuf

15

Tanam dan pupuklah sifat sabar yang ada dalam diri kita

karena dengan kesabaran, kebahagiaan hidup akan dapat kita capai.

Dan selalu ingatlah kepada Allah karena Allah senantiasa bersama

dengan orang-orang yang sabar yang selalu ingat kepada-Nya. Sabar

juga akan mengangkat derajat kemanusiaan menuju taraf yang lebih

tinggi.

Page 16: makalah akhlak tasawwuf

16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan:

1. Ridho adalah menerima dengan rasa puas terhadap apa yang

dianugerahkan Allah SWT. Orang yang rela mampu menerima hikmah

dan kebaikkan dibalik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk

sangka terhadap ketentuan-Nya.

2. Tawakkal bermakna ‘berserah diri’. Tawakkal dalam tasawuf dijadikan

washilah untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak

terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain

Allah.

3. sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai

keridhaan tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh

menjalani cobaan-cobaan Allah SWT.terhadapnya.

B. Saran-saran

Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak kekurangan

maka dari itu saya mengharap kritikan dan sifatnya membangun dari bapak

Dosen yang membawakan mata kuliah ini.