makalah agama islam
DESCRIPTION
tentang manusiaTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut
Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Agama Islam di Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kita sebagai makhluk Allah SWT harus mengetahui apa hakikat-hakikat kita manusia
dalam islam. Hakikat-hakikat itu berisi tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini, fungsi
dan peran dari manusia dan kewajiban manusia sebagai khalifatullah serta hamba Allah.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca bisa kembali lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
larangan-Nya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Surabaya, Oktober 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Hakikat
2.2 Pengertian Manusia
2.3 Tujuan Penciptaan Manusia
2.4 Fungsi dan Peran Manusia
2.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
2.6 Hakikat Manusia
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja
dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah SWt yang paling sempurna. Diciptakan dari
saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi
wujud yang sekarang ini.
Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,
mar’u, ins dan lain-lain. Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir,
bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang
dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia
sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia itu kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu
derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk tuhan tentu manusia selain
memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah pada Allah
SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan
manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT. Adapun tanggung jawab manusia
diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai Khalifatullah dan sebagai hamba Allah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu mengenai:
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4) Apa saja hakikat manusia itu ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni:
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
4) Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini yaitu;
1)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa
dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
2.2 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
dari tanah. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Berikut
beberapa pendapat tentang manusia;
a) Carles darwin : binatang yang terjadi dari sebab-sebab mekanis
b) Sigmund freund : makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara id, ego, dan
super ego
c) Behaviorisme: homo mechanicus- perilaku manusia yang terbentuk sebagai hasil
pembelajaran dengan lingkungan
d) Kognitif : homo sapiens- selalu berusaha memahami lingkungannya
e) Humanisme : homu ludens, berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan
mengaktualisasikan diri
f) Aristoteles : hewan yang berakal sehat, mengeluarkan pendapat, dan berbicara
berdasar akal pikiran.(Hamdan, dkk,2004:31)
Sedangkan konsep manusia dalam Islam sebagai berikut;
a) Historis : bani adam (al-a’raf 31)
b) Biologis : basyar (ar-rum 20)
c) Intelektual : insan (at-ton 4)
d) Sosiologis : naas (al-hujarat 13)
e) Posisional : abd(saba’ 9)
f) Khalifah (al-baqarah 30)
Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. Manusia
sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang
lain dan atau makhluk lain. Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.
Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis
makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai
dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar
sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh
evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan".
Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan
dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara
yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai
tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus > Homo sapiens,"
evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang
jenis selanjutnya.
Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia
akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap
dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama
kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis
menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah
menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk
tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga
terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan
Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat
mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. (Surat Al-Baqarah
Ayat 33-39.) Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh
permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang
menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun
pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT
yangberbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan
di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra'
[17]: 70)
2.3 Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik
yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya,“Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”Ayat ini menerangkan tujuan manusia
diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Arti kata
rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah
manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada
alam semesta. Manusia juga dibebankan menjadi Khalifah Allah, Khalifah sebenarnya
adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi. Dengan berpedoman pada QS Al
Baqarah:30-36, maka status dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran
Allah) sehingga manusia harus :
a. Belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan
ciptaanNya.Hal ini tercantum juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin:
54
b. Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk
mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al
Quran dan juga Al Bayan
c. Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia
lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan akan
membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al Mu’min:35
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
Jadi berdasarkan ayat diatas tujuan penciptaan dari manusia tak lain adalah untuk
ibadah. Ibadah sendiri artinya tunduk dan patuh kepada allah ta’ala dengan penuh
kecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan dalam syarita-
syariat-Nya.
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Tujuan manusia berkelurga menurut Al-Quran surat Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam
kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat
yang bertujuan untuk memperoleh keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan
kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian,
kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri,
seperti yang telah disebutkah dalam Al-Quran surat Al-Araaf ayat 96: “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya”.
5. Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia
sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang
lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara
yang aman, nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia
luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita
harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian.
Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling
membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan
buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
2.4 Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh nabi Adam as adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai
penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
a. Belajar (Al-Quran surat An-Naml: 15-16 dan Al –Mukmin: 54)
Belajar yang di nyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu
Allah dan pada ayat kedua di jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah kitab Allah. Istilah
lain yang di nyatakan Al-Qur’an adalah iqra’. Istilah iqra’ adalah istilah yang di pergunakan
Allah terhadap Muhammad dan pengikutnya yang menjelaskan ilmu Allah yang berwujud Al-
Quran dan ciptaannya.
b. Mengerjakan ilmu (Al-Quran surat Al-Baqaarah : 31-39)
Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama saja. Ilmu Allah adalah ilmu Al-
Qur’an dan Al-Bayan (ilmu pengetahuan). Al-Qur’an merupakan aturan hidup manusia serta
hal-hal yang berhubungan dengan manusia. Mengerjakan Al-Quran berarti mengerjakan
hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam semesta.
c. Mumbudayakan ilmu (Al-Quran surat Al-Mu’min: 35)
Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk di sampaikan kepada orang lain,
tetapi juga untuk diamalkan oleh diri sendiri. Seorang kalifah bertangung jawab kepada 4
pihak, yaitu:
1. Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur rohani terdiri
dari cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh. Akal yang merupakan salah
satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia.
2. Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat
Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, sebagai berikut : "Hai manusia, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk
relegius, dan juga makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual manusia mempunyai
dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan
untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang
bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
berhubungan dengan manusia yang lainnya", ...maka kemudian terbentuklah kelompok-
kelompok masyarakat [Bimo Walgito, 1987 : 41].
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki
manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya.
Ditegaskan dalam Al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan
Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia.
3. Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi
alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang
menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah kepada manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai,
matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia
[QS. Ibrahim : 32-34]; binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia [QS. an-Nahl : 5] ; laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan
untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad Azhar
Basyir, 1988 : 40].
Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar
keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-
lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas
[Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16]. Apabila berlaku belebih-lebihan, tamak, rakus, dalam
menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam
hubungan ini, Allah memperingatkan manusia [QS. Ruum : 41] bahwa, "Kerusakan di darat
dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka
sebagai [akibat] perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar".
Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia
sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha
menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.
4. Fungsi Manusia Terhadap Allah
Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat adz-Dzariyat ayat
56, sebagai berikut :
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah,
sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap
Allah baik dalam bentuk umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum
ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-
Qur'an dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertian umum mencakup segala macam
perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam
bentuk khusus (mahdhah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara
melakukannya sesuai dengan ketentuan syara'.
Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu
penyimpangan dari fungsi manusia terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai
sifat dasar manusia yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia
membuat manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah. Oleh
karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia
2.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya
layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam Al-Quran dinyatakan
dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari
api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah. Tugas hidup di muka bumi ini adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang diberikan manusia
bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada
di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang
muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
2.6 Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
Menurut Ibnu Sina yang terkenal dengan filasafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi
a) Manusi sebagai makhluk sosial: manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain.
Manusia beru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kebutuhan bila hidup
berkumpul.
b) Manusia sebagai makhluk ekonomi, karena mereka selalu memikirkan masa depan
dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya. .(Hamdan, dkk,2004:34)
Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusia adalah makhluk serba dimensi
a) Dimensi Pertama
Secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum,
istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
b) Dimensi Kedua
Manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh
keuntungan dan menghindari kerugian.
c) Dimensi Ketiga
Menusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.
d) Dimensi keempat
Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
e) Dimensi kelima
Manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena
dikaruniahi akal, fikiran dan khendak bebas.
f) Dimensi keenam
Manusia mampu mengenal dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini diantaranya:
1. Hakikat adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu
dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Al-
Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain.
2. Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan
maupun manusia dengan manusia. Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah
ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori oleh nabi Adam as adalah
sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran
yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor
membudayakan ajaran Allah Swt. Manusia juga menjalankan fungsinya terhadap diri
sendiri, masyarakat, alam dan lingkungan, dan kepada penciptanya, Allah swt.
3. Tugas manusia sebagai hamba Allah yakni ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Sebagai khalifah, manusia
bertugas menjadi wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
4. Hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat rasional, mampu mengarahkan
hidupnya, berproses untuk terus berkembang dan mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung :
Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Azra, Azyumardi. 2004. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta:
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
Mensoer, Adam. 2004. Materi Instruksional di Perguruan Tinggi, Jakarta: Departeman
Agama
Malik, Abduh.2009.Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Daparteman Agama.
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html
di kunjungi 1 Oktober 2013
http://www.sanaky.com/materi/KONSEP_MANUSIA_BERKUALITAS_MENURUT_AL.pdf
di kunjungi 1 Oktober 2013
http://leviyamani.blogspot.com/2009/12/konsep-manusia-dalam-islam.html
di kunjungi 2 Oktober 2013
http://poetraboemi.wordpress.com/2008/02/20/konsep-manusia-dalam-al-quran/
di kunjungi 2 Oktober 2013
http://tafany.wordpress.com/2007/10/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-a-
apriyati
di kunjungi 2 Oktober 2013
http://islam1.org/khutub/View_of_Human_Being.htm
di kunjungi 2 Oktober 2013
http://www.islamset.com/hip/mehdi_abboud.html
di kunjungi 3 Oktober 2013
http://wmazmi.wordpress.com/2008/05/26/tujuan-penciptaan-manusia/
di kunjungi 3 Oktober 2013
http://suluk.blogsome.com/2005/02/26/tujuan-diciptakannya-manusia/
di kunjungi 3 Oktober 2013
http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/filsafat-manusiasiapakah-manusia/
di kunjungi 3 Oktober 2013
http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/
di kunjungi 4 Oktober 2013
http://abu-najah.blogspot.com/2010/06/manusia-sebagai-hamba-dan-khalifah.html
di kunjungi 4 Oktober 2013
http://jaynoery86.wordpress.com/2007/07/03/manusia-dan-tanggung-jawab/
di kunjungi 4 Oktober 2013
http://deniz.ucoz.com/news/eksistensi_martabat_manusia_pelajaran_agama/2009-10-29-
26
di kunjungi 4 Oktober 2013