makalah adek lon

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap kata tersusun atas komponen makna yang berbeda-beda. Dalam setiap komponen tersebut, terdapat kemungkinan adanya kesamaan dan perbedaan dengan komponen yang dimiliki kata lainnya. Sebagai contoh kata bahagia dan kecewa. Dalam kedua kata tersebut diketahui terdapat komponen makna perasaan, tetapi dalam kata bahagia juga terkandung komponen makna berakibat positif pada diri sendiri, sedangkan dalam kata kecewa yang terkandung justru sebaliknya, yaitu berakibat negatif pada diri sendiri. Komponen-komponen makna tersebut penting diidentifikasi atau dianalisis, terutama untuk membedakan kata-kata yang berada dalam medan makna atau ranah yang sama. Dalam kaitannya dengan kepentingan analisis komponen, palmer (1976: 86) menyatakan bahwa “analysis of this kind (componential analysis) allows us to provide definition for all these words in terms of a view components.” 1.2. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah deskripsi komponen makna dari kata-kata yang berada dalam ranah kata yang ada dalam kehidupan sehari hari kita. 1.3. Manfaat Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Digunakan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. 1

Upload: iki-aneuk-guba

Post on 02-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Adek Lon

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap kata tersusun atas komponen makna yang berbeda-beda. Dalam setiap komponen tersebut, terdapat kemungkinan adanya kesamaan dan perbedaan dengan komponen yang dimiliki kata lainnya. Sebagai contoh kata bahagia dan kecewa. Dalam kedua kata tersebut diketahui terdapat komponen makna perasaan, tetapi dalam kata bahagia juga terkandung komponen makna berakibat positif pada diri sendiri, sedangkan dalam kata kecewa yang terkandung justru sebaliknya, yaitu berakibat negatif pada diri sendiri. Komponen-komponen makna tersebut penting diidentifikasi atau dianalisis, terutama untuk membedakan kata-kata yang berada dalam medan makna atau ranah yang sama. Dalam kaitannya dengan kepentingan analisis komponen, palmer (1976: 86) menyatakan bahwa “analysis of this kind (componential analysis) allows us to provide definition for all these words in terms of a view components.”

1.2. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah deskripsi komponen makna dari kata-kata yang berada dalam ranah kata yang ada dalam kehidupan sehari hari kita.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Digunakan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain.2. Dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal seperti dalam teori

medan makna.3. Dapat digunakan untuk mencari perbedaan kata-kata yang bersinonim

1

Page 2: Makalah Adek Lon

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Komponen makna

Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic

property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur

leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk

makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap

unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya

dengan unsur lain (Chaer, 2009:115). Pengertian komponen menurut Palmer ialah

keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara

elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin,

2008:128).

Analisis dengan cara seperti ini sebenarnya bukan hal baru, R. Jacobson

dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi bahasa yang

berjudul Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and Their

Correlates telah menggunakan cara analisis seperti itu. Dalam laporan itu mereka

mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri pembeda di

antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang memiliki

sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda

minus (-). Konsep analisis dua-dua ini lazim disebut analisis biner oleh para ahli

kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang

lain.

Aminuddin (1988:126-128) menjelaskan bahwa menurut pandangan

konseptualisme, konsep yang dibedakan atas :

Konsep Objektif yaitu konsep yang berkaitan dengan hubungan antara

pikiran, pengatahuan, dan pandangan terhadap dunia luar.

Konsep mental yaitu konsep yang berkaitan dengan hubungan antara

pikiran, pengetahuan, dan pandangan terhadap hasil konseptualisasi itu sendiri.

Dalam filsafat, pembagian di atas berkaitan dengan istilah immament dan

transenden.

2

Page 3: Makalah Adek Lon

Lyons (1977: 317-335) menjelaskan bahwa analisis bahasa adalah

pendekatan untuk mendeskripsikan makna kata atau frasa yang mendasarkan pada

tesis bahwa makna setiap leksem dapat diuraikan atas komponen-komponen

maknanya. Sedangkan, Chaer (1995: 114-122) menjelaskan teori komponen

makna atau komponen semantik yang menjelaskan bahwa setiap leksem atau kata

terdiri atas satu yang bersama-sama membentuk makna kata tersebut. Contoh,

leksem perjaka dan mempunyai komponen makna: (+) manusia, (-) berpotensi

melahirkan, (-) menikah; gadis mempunyai komponen makna: (+) manusia, (+)

berpotensi melahirkan, (-) menikah

2.2. Pembeda Makna

Untuk dapat menganalisi komponen makna seseorang perlu mengetahui

hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata. Misalnya kata melompat

dan melompat-lompat mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna,

sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika kata melompat

dibandingkan dengan kata melihat, terdapat kenyataan bahwa kedua kata itu tidak

memperlihatkan hubungan makna. Komponen pembeda makna akan jelas apabila

diketahui komponen makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui

seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna

kata.

Berdasarkan hal tersebut di atas pembeda makna akan terjadi karena beberapa hal

berikut ini.

a) Perbedaan bentuk akan melahirkan perbedaan makna; dan

b) Perubahan bentuk akan melahirkan hubungan makna.

2.3. Hubungan Antar komponen

Kajian makna dalam semantik leksikal lebih mendasarkan pada peran

makna kata dan hubungan makna yang terjadi antarkata dalam suatu bahasa.

Hubungan makna antar kata baik yang bersifat sintagmatik dan paradigmatik

kerap digunakan untuk menjawab permasalahan makna kata. Kajian makna kata

dalam konteks ini pada gilirannya tentu dapat menjawab permasalahan makna

3

Page 4: Makalah Adek Lon

kalimat. Sebab sebagaimana kerap dikemukakan oleh ahli semantik bahwa makna

kalimat bergantung pada makna kata yang tercakup dalam kalimat tempat kata itu

terangkai. Peran kajian makna kata berdasarkan hubungan makna ini terasa

penting mengingat tidak semua makna kata dapat dijelaskan oleh keterkaitannya

dengan objek yang digambarkan oleh kata itu. Makna kata-kata yang bersifat

abstrak, misalnya hanya mungkin dapat dijelaskan maknanya oleh hubungan

makna antarkata dalam suatu bahasa.

Makna bahasa terutama makna kata dapat kita petakan menurut

komponennya. Pandangan seperti ini, tampak dalam teori medan makna yang

menyatakan bahwa kosakata dalam suatu bahasa terbentuk dalam kelompok-

kelompok kata yang menunjuk kepada lingkup makna tertentu, misalnya perkakas

dapur atau nama-nama warna. Dalam suatu medan makna, antara kata yang satu

dengan kata lainnya menunjukkan hubungan makna yang dapat dikelompokkan

ke dalam 2 golongan. Pertama golongan kolokasi yang menggambarkan hubungan

sintagmatik antara kata-kata yang terdapat dalam suatu bidang tertentu atau

medan tertentu. Kedua golongan ’set’ yang cenderung menggambarkan hubungan

paradigmatik antarkata dalam suatu bidang tertentu.

Untuk menggambarkan hubungan antar kata dalam suatu bidang tertentu

dapat diungkapkan melalui komponen makna yang tercakup dalam kata-kata

dalam suatu bidang tertentu. Komponen makna menunjukkan bahwa setiap kata

maknanya terbentuk dari beberapa unsur atau komponen. Misalnya, kata-kata

yang menggambarkan kekerabatan, seperti ‘ayah’, “ibu’, ‘adik’. ‘kakak’ dapat kita

lihat komponen maknanya dalam diagram berikut.

Selain untuk menunjukkan hubungan makna antarkata, komponen makna

juga berguna, antara lain untuk perumusan makna dalam kamus dan untuk

menentukan apakah kalimat yang digunakan dapat diterima atau tidak secara

semantik. Tentu saja untuk mengungkapkan komponen makna tersebut perlu

dilakukan melalui analisis yang lazim dikenal sebagai analisis komponen makna.

Analisis ini dalam kajian semantik leksikal tentu cukup menonjol mengingat

manfaatnya yang cukup beragam dalam mengkaji makna kata dan hubungan

makna antarkata dalam suatu bahasa.

4

Page 5: Makalah Adek Lon

2.4. Komponen Penjelas

Lutzeier menjelaskan bahwa sifat tidak pertelingkahan, dalam hubungan

itu, perbedaan makna antara anggota kohiponim diuraikan dengan komponen

pembeda. Sehubungan dengan hal itu, penentuan ciri makna bersama dalam

sebuah leksem tidak hanya dilihat berdasarkan unsur makna yang terdapat pada

sebuah leksem karena kadang-kadang unsur-unsur dalam makna tersebut kurang

lengkap. Oleh karena itu, kita pun harus mengandalkan intuisi dan pengalaman

yang kita dapatkan. Jadi. mungkin saja penamaan ciri ini tidak akan sama antara

yang satu dan yang lainnya. Selain itu, beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis komponen makna adalah penanda yang biasa

dipakai dalam analisis komponen makna, antara lain, tanda plus (+ ), minus (ó ),

dan plus minus (± ). Tanda plus digunakan jika komponen makna tertentu terdapat

pada makna leksem yang dianalisis. Tanda minus dipakai untuk menandai jika

makna tertentu tidak terdapat pada makna leksem itu. Tanda plus minus dipakai

jika komponen makna mungkin terdapat dan mungkin tidak terdapat pada makna

leksem itu. Misalnya, leksem laki-laki akan dianalisis +INSANI untuk

mengontraskan dengan leksem ëhewaní, leksem ëtumbuhaní, dan dengan ciri

makna INSANI, kemudian +DEWASA untuk mengontraskan dengan leksem

ëanak-anakí, leksem ëbayií dan WANITA untuk mengontraskan dengan leksem

ëwanitaí.

Penetapan keanggotaan leksem dalam hierarki didasarkan pada komponen

maknanya. Leksem yang mempunyai komponen makna lebih banyak memiliki

tingkat hierarki yang rendah. Oleh karena itu, leksem ëlaki-lakií yang memiliki

komponen makna ˜INSANI + DEWASA dan WANITA akan lebih rendah jika

dibandingkan dengan leksem ëorangí yang memiliki citi + INSANI.

Analisis komponen makna ini berguna untuk melihat hubungan makna

antara sesama kehiponiman atau ketaksoniman, Hal itu dapat dilakukan dengan

cara mendaftar semua unsur makna yang terdapat pada leksem-leksem tersebut,

kemudian makna-makna yang menjadi ciri bersama dan ciri khusus tiap-tiap

leksem itu dikelompokkan.

5

Page 6: Makalah Adek Lon

2.5. Langkah – langkah menganalisis komponen diagnostic

Komponen makna (champ lexical) yang membentuk medan leksikal dapat

dikelompokkan atas tiga tipe. Pertama, le composant commun (komponen

bersama) yaitu komponen makna yang dimiliki secara bersama-sama oleh

komponen-komponen leksikal pada suatu medan leksikal yang berfungsi menjadi

batas medan leksikal. Kedua, le composant diagnostique (komponen diagnostik)

yaitu komponen makna yang menjadi pembeda satu komponen leksikal dengan

lainnya dalam suatu medan leksikal. Ketiga, le composant suplémentaire

(komponen komplementer) yaitu yang kehadirannya bersifat komplemen atau

tambahan saja.

Untuk membedakan ketiga tipe ini. Dalam terminologi le sistème de

parenté (sistem kekerabatan) dimana égo ‘aku’ sebagai pusatnya, leksem père

‘ayah’ sebagai oposisi leksem mère ‘ibu’ dimana père ‘ayah’ memiliki komponen

makna mâle ‘jantan’ dan mère ‘ibu’ memiliki komponen makna femelle ‘betina’.

Leksem père ‘ayah’ juga dikontraskan dengan fils ‘anak laki-laki’’ dan grand père

‘kakek karena perbedaan generasi, meskipun sama-sama memiliki komponen

makna mâle ‘jantan’. Selain itu, leksem père ‘ayah’ juga dapat dikontraskan

dengan oncle ‘paman’ karena père ‘ayah’, meskipun sama-sama memiliki

komponen makna mâle ‘jantan’ dan satu generasi (même génération), karena père

‘ayah’ memiliki hubungan langsung kebawah dengan égo ‘aku’, sedangkan oncle

‘paman’ tidak. Dengan demikian, père ‘ayah’ memiliki tiga komponen diagnostik

yaitu mâle ‘jantan’, une génération sur l’égo ‘satu generasi di atas égo ‘aku’, dan

avoir la direction direct à l’égo ‘memiliki hubungan langsung ke bawah dengan

aku’.

Meskipun demikian, baik père ‘ayah’, mère ‘ibu’, oncle ‘paman’, fils

‘anak laki-laki’, dan fille ‘anak wanita’ memiliki komponen makna bersama yaitu

lexème humain ‘leksem insani’ dan relation parenté ‘memiliki hubungan

kekeluargaan’.

Leksem père ‘ayah’ seperti dikemukakan di atas memiliki tiga komponen

diagnostik. Selain itu, sering ada penambahan komponen makna lain pada leksem

père ‘ayah’ misalnya pada tuturan notre père au paradis ‘ Bapak yang ada di

syurga’. Pada tuturan itu, leksem père ‘ayah’ dipadankan maknanya Dieu ‘Tuhan’

6

Page 7: Makalah Adek Lon

yang mengandung makna (1) selalu awas dan waspada dan (2) patut untuk

disembah, dihormati.

2.6. Kesulitan Menganalisis Komponen Makna

Dalam menganalisis komponen makna, terdapat beberapa kesulitan atau

hambatan sebagai berikut:

1. Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur

suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstra linguistik.

2. Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin ilmu.

Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada pada

bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu memiliki

medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu

tersebut.

3. Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda.

4. Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk di deskripsikan. Misalnya:

liberal, sistem.

5. Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional sulit untuk dideskripsikan.

Misalnya: ini, itu, dan, di.

6. Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya:

binatang, burung, ikan, manusia.

Abdul Chaer (2009:118) menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap

data unsur-unsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan

analisis komponen makna.

1. Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau

umum sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya pasangan kata

mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih bersifat umum dan

netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan kata mahasiswi

lebih bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur leksikal yang

bersifat umum seperti kata tersebut dikenal sebagai amggota yang tidak

7

Page 8: Makalah Adek Lon

bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini

diberi tanda 0 atau ±.

2. Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena

memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai pasangan

lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara lain kata-kata

yang berkenaan dengan warna.

3. Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat,

mana yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus.

Umpamanya ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat umum.

Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi dalam

diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai ciri-ciri

penggolongan silang.

2.7. Prosedur Menganalisis Komponen Makna

Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida

(1975:64) menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna yakni

penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam Surayat,

2009:38).

1. Penamaan (Penyebutan)

Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat

konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan

masyarakat pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan

masyarakatnya. Misalnya, leksem rumah mengacu ke ‘benda yang beratap,

berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk

beristirahat’.

Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan

bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan

apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7)

penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan

penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

8

Page 9: Makalah Adek Lon

2. Parafrasis

Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya:

Paman dapat diparafrasis menjadi:

adik laki-laki ayah

adik laki-laki ibu

berjalan dapat dihubungkan dengan:

berdarmawisata

berjalan-jalan

Bertamasya

makan angin

pesiar

3. Pengklasifikasian

Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata

dengan cara menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain.

Klasifikasi atau taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah

untuk menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia.

Klasifikasi dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang

terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks

yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas.

4. Pendefinisian

Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata

dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat

dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat

dan sesuai dengan konteks.

2.8. Indakator Kemampuan Memahami Makna

9

Page 10: Makalah Adek Lon

Setiap kata memiliki makna atau mengakibatkan munculnya makna. Ada

pula bahwa ada kata yang mengandung makna jika kata tersebut berada dalam

konteks kalimat. Jika kata tersebut telah berada dalam konteks kalimat, sering

terjadi adanya perubahan makna atau terjadi pergeseran makna. Makna di ketahui

dari komponen – komponennya meskipun orang yang sedang berkomunikasi tidak

selamanya memulai pembicaraan dengan menganalisis makna terlebih dahulu.

Indikator kemampuan memahami makna adalah antara lain:

1. Dapat menjelaskan makna, yang di maksud dengan pembicaraan

2. Dapat melaksanakan semua perintah secara betul

3. Dapat menggunakan kata dalam konteks kalimat

4. Dapat menyebutkan antonim dan sinomim

5. Dapat mereaksi dalam wujud gerakan motoris atau afektif

6. Dapat membetulkan pembicaraan apabila ternyata salah menggunakan

kata yang tidak sesuai

7. Dapat memilih kata yang tepat dari kemungkinan kata yang ada

Cara orang terbiasa menggunakan kata sesuai dengan makna dan

pemakaiannya, antara lain sebagai berikut.

1. Harus memiliki kamus dan membaca serta mendalami makna kata tersebut

2. Membaca surat kabar/ majalah dan mengikuti siaran radio

3. Mengikuti ceramah (tentang kebahasaan)

4. Menggunakan bahasa baik situasi formal maupun nonformal

5. Membaca buku – buku tentang bahasa

6. Membaca buku hasil karya sastra

10

Page 11: Makalah Adek Lon

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Setiap kata ada yang memiliki makna lebih dari satu.

2. Setiap kali terjadi persamaan bentuk (kata), terjadi pula persamaan makna.

3. Setiap kali terjadi perbedaan bentuk (kata), terjadi pula perbedaan makna.

4. Semakin umum suatu kata, maka akan semakin besar kemungkinan terjadi

salah paham atau perbedaan tafsiran.

5. Semakin khusus suatu kata, makin sempit ruang lingkupnya, maka

semakin sedikit kemungkinan terjadi salah paham.

6. Apabila dilihat berdasarkan hubungan makna di atas, dapat disimpulkan

bahwa analisis komponen makna memilki persamaan dengan sinonimi dan

kata umum – khusus.

3.2. Saran

Untuk dapat menghindari kesalahpahaman dalam pemakaian kata, kita

perlu melihat kontek kalimatnya atau kita bertanya lagi pada pembicara apakah

yang ia maksud dengan kata tersebut.

11

Page 12: Makalah Adek Lon

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa

12