makalah aas
TRANSCRIPT
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa tahu bagaimana gambaran penulisan skripsi yang baik dang benar juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata pelajaran kimia analisa intrument, karena tidak bisa di pungkiri bahwa penggunaan alat atau instrument sangat banyak sekali digunakan di dunia industri baik BUMN maupun industri milik swasta atau BUMS. Maka mahasiswa seharusnya dapat menguasai juga mengoprasikan alat – alat yang biasanya digunakan untuk kepentingan analisa yaitu seperti GC, HPLC, AAS, Spektrofotometer UV, dan lain – lain.
1.2 Identifikasi Masalah
Idntifikasi masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu tentang prosedur atau cara kerja penentuan suatu unsur yaitu logam – logam berat yang terkandung dalam daun teh dengan metode Spektrofotometer dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) atau yang biasa di kenal dengan Spektrofotometer Serapan Atom juga menjelaskan tentang bagian komponen – komponen alat Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) baik yang utama maupun komponen penunjang kelangsungan analisa.
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah Atomic
Absorption Spectrophotometric (AAS) , antara lain :
1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan kompetensi yang membentuk
kemampuan mahasiswa sebagai bekal memasuki dunia kerja.
2. Menambah wawasan tentang analisa menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometric (AAS) atau yang biasa di kenal dengan Spektrofotometer
Serapan Atom.
3. Menambah wawasan tentang fungsi bagian komponen utama serta komponen
penunjang Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) atau yang biasa di
kenal dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
Universitas Bandung Raya 1
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Teh
Teh merupakan minuman sehat yang telah dikenal sejak sekitar 5000
tahun yang lalu di negeri Cina. Pada awalnya,tertulis dalam suatu riwayat, teh
diperkenalkan oleh seorang Kaisar Cina. Ketika itu,ke dalam cawan air panas
Sang Kaisar Shen Nung yang sedang bersantai di kebun istana jatuh beberapa
pucuk daun teh. Selanjutnya Kaisar menyadari adanya perbedaan rasa pada air
tersebut. Dikisahkan setelah kejadian tersebut, ia berani merekomendasikan
bahwa teh memiliki unsur menyembuhkan beragam penyakit seperti ginjal,
demam, infeksi, dan tumor di kepala.
Resep Sang Kaisar tersebut tampaknya terlalu berlebihan. Namun, para
peneliti di bidang kesehatan kini mampu membuktikan khasiat sehat teh yang
dapat memberikan daya kekebalan tubuh untuk melawan berbagai penyakit
serta memperpanjang usia.
Teh ( Camellia sinensis ) merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan
kini telah ditanam di lebih dari 30 negara. Dari 3.000 jenis yang ada, pada
prinsipnya teh berasal dari satu jenis tanaman dengan hasil perkawinan
silangnya.
Teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia, dan
posisinya berada pada urutan kedua setelah air. Dengan perkembangannya ke
berbagai belahan dunia, teh telah menjadi bagian yang menyatu dengan tradisi
setempat. Di Beijing, Cina, para peminum teh lebih menyukai bila diaromai
dengan wangi bunga melati yang kuat dengan cara "membakar" daun teh
terlebih dahulu dengan uap panas bunga melati segar. Lain halnya dengan di
Mongolia dan Inggris, peminum teh lebih menyukai teh yang dicampur dengan
Universitas Bandung Raya 2
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
susu sewaktu sarapan pagi. Dan bagi sebagian besar orang Indonesia, teh
bukanlah minuman yang asing karena telah menjadi bagian dari budayanya.
Teh merupakan functional food mengingat khasiat dan potensi yang
terkandung di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan
sumber zat gizi. Mengingat biaya kesehatan yang melambung tinggi dalam
krisis ekonomi yang belum juga berangsur pulih serta harga obat-obatan yang
sudah tak terjangkau lagi oleh kocek rakyat biasa, maka obat pun sekarang dapat
disetarakan dengan barang mewah.
Dengan demikian, mempertahankan kesehatan merupakan sesuatu yang
sangat berharga dan tak ternilai. Dalam upaya menjaga kesehatan tersebut,
perilaku hidup sehat menjadi begitu penting untuk dilakukan.
2.2 Jenis Teh
Pada dasarnya, teh diproses menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh hitam,
teh oolong, dan teh putih. Lebih dari tiga perempat teh dunia diolah menjadi teh
hitam, salah satu jenis yang paling digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia.
Cara pengolahannya, daun dirajang dan dijemur dibawah panas matahari
sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan
tersebut akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberikan cita
rasa yang khas. Dalam bahasa Tionghoa dan bahasa-bahasa yang secara kultural
dipengaruhi teh hitam sebagai teh merah.
2.2.1 Teh Hijau
Teh hijau adalah jenis teh tertua yang amat disukai terutama di Jepang
dan Cina. Pada pembuatannya, daun teh sedikit mengalami proses pengolahan,
yaitu hanya pemanasan dan pengeringan sehingga warna hijau daun dapat
dipertahankan.
Universitas Bandung Raya 3
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Jenis-jenis teh hijau yang umum:
Gyokuro
Teh terpilih dari daun teh kelas atas yang disebut Tencha. Teh dinamakan
Gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh. Daun dilindungi
dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum.
Matcha
Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai untuk
upacara minum teh. Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga digunakan
sebagai perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue tradisional
Jepang (wagashi), berbagai permen dan coklat.
Sencha
Teh hijau yang biasa diminum sehari-hari, dibuat dari daun yang dibiarkan
terpapar sinar matahari.
Genmaicha
Teh jenis bancha dengan campuran butiran beras yang belum disosoh (genmai)
yang dibuat menjadi berondong. Teh mempunyai aroma wangi butiran beras
yang setengah gosong.
Kabusecha
Teh jenis sencha yang daunnya dilindungi untuk beberapa lama dari terpaan
sinar matahari sebelum dipanen. Aroma teh kabusecha sedikit lebih lembut
dibandingkan dengan teh sencha.
Universitas Bandung Raya 4
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Bancha
Teh kasar yang dibuat dari panenan yang kedua kali antara musim panas dan
musim gugur. Daun teh untuk teh bancha biasanya lebih besar dari daun teh
sencha dan aromanya tidak begitu harum.
Hōjicha
Teh yang digongseng di atas penggorengan atau di dalam oven.
Kukicha
Teh berkualitas rendah dari daun teh bercampur tangkai daun teh.
2.2.2 Teh Olong
Teh oolong lebih merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh
hijau. Umumnya teh oolong diproduksi dan dikonsumsi di Cina, Taiwan, dan
India. Pada teh oolong, dengan adanya proses fermentasi, terdapat cita rasa dan
karakteristik tersendiri.
2.2.3 Teh Putih
Teh putih dalam pengolahannya tidak melalui proses oksidasi. Saat
dipohon, daun teh juga terlindung dari sinar matahari agar tidak menghasilkan
klorofil atau zat hijau daun. Karena diproduksi lebih sedikit, harganya lebih
besar.
2.3 Kandungan Bahan Aktif Dalam Teh
Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh
hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut
berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh.
Universitas Bandung Raya 5
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun
yang nonvolatile antara lain sebagai berikut.
1. polyphenols
2. methylxanthines
3. asam amino
4. peptida
5. komponen organik lain
6. tannic acids
7. vitamin C
8. vitamin E
9. vitamin K
10. ß-carotene
11. kalium
12. magnesium
13. mangan
14. fluor
15. zinc
16. selenium
17. copper
18. iron
19. calcium
20. caffein
2.4 Zat Kimia Alami Dalam Teh
2.4.1 Polifenol
Polifenol merupakan senyawa yang tersedia secara alami pada teh yang
bertanggungjawab terhadap ketajaman rasa dan aroma yang unik. Disamping
itu, polifenol memiliki potensi anyioksidan yang demikian kuat. Kandungan
Universitas Bandung Raya 6
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
polifenol dalam daun teh berkisar antara 23-35 % BK. Tinggi rendahnya
kandungan kimia dalam teh termasuk polifenol sangat dipengaruhi oleh jenis
klon, variasi, musim, kesuburan tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun,
intensitas sinar matahari yang diterimanya dan faktor-faktor pendukung lainnya.
Kandungan polifenol dalam tanaman teh Camellia sinensis varietas
assamica lebih tinggi bila dibandingkan dengan Camellia sinensis varietas
sinensis. Alasan inilah yang menjadi sandaran mengapa teh Indonesia yang
sebagian besar berbahan baku Camellia sinensis varietas assamica lebih
potensial daripada teh Jepang atau China yang berbahan baku Camellia
sinensis varietas sinensis.
Di antara sejumlah polifenol yang tersedia dalam teh katejkin
merupakan senyawa yang paling banyak mnyita perhatian. Sejumlah riset kini
menyatakan bahwa katekin merupakan senyawa yang paling berperan dalam
efek kesehatan yang diterbitkan oleh teh, baik itu teh hitam, teh hijau maupun
teh oolong. Katekin yang umum dijumpai dalam teh terdiri atas C (Katekin), EC
(Epikatekin), EGC (Epikatekin galat) dan EGCG (Epigalokatekin galat).
Polifenol teh termasuk kelas flavanol dengan komponen C15 dan
turunan-turunannya tersusun atas dua inti fenolik yang berhubungan dengan tiga
unit karbon. Struktur flavanol katekin mengandung dua atom karbon asimetrik.
Polifenol teh dapat dengan mudah diekstrak dengan pelarut organik maupun
dengan air melalui proses penyeduhan. Katekin teh mengalami banyak
perubahan kimia seperti oksidasi, epimerisasi serta terdegradasi selama proses
pengolahan dan penyeduhan.
2.4.2 Theaflavin dan Thearubigin
Selama proses oksimatis (oksidasi enzimatis) teh hitam, sebagian besar
katekin yang merupakan underbow polifenol diubah menjadi theaflavin dan
Universitas Bandung Raya 7
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
thearubigin atas jasa baik enzin polifenol oksidase dan oksigen. Dibandingkan
dengan katekin, popularitas theaflavin dan thearubigin belum begitu dikenal
luas. Hal ini dikarenakan baesra publikasi tentang teh yang berasl dari Jepang
dan China yang notabene adalah produsen teh hijau. Secara teoritis, teh hijau
tidak mengandung theaflavin dan thearubigin. Pada proses pengolahan teh
hijau, enzim polifenol oksidase diinaktivasi dengan bantuan panas. Sebaiknya,
pada proses pengolahan teh hitam, enzim polifenol dioksidasi untuk
menghasilkan theaflavin dan thearubigin.
Bersama-sama dengan kafein, theaflavin memberi kesan segar dalam
seduhan teh. Rasio antara theaflavin dan kafein pada kondisi tertentu dapat
menghasilkan seduhan teh yang sangat segar. Namun demikian, dalam kondisi
dingin kedua senyawa tersebut akan menyebabkan creaming down suatu
keadaan dimana seduhan teh terlihat keruh. Meski adanya creaming down
tersebut tidak sedap dipandang mata, namun hal tersebut merupakan pertanda
bahwa seduhan teh tersebut mempunyai kualitas teh yang baik. Thearubigin
yang jumlahnya jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan theaflavin maupun
kafein keberadaannya jarang disebut-sebut sebagai penentu kualitas rsa seduhan
teh. Keberadaan thearubigin lebih ditekankan pada perannya terhadap warna
seduhan. Thearubigin merupakan senyawa alami dalam teh hitam yang
memberikan warna merah kecokelatan. Sedangkan theaflavin sendiri
memberikan warna kuning kemerahan. Komposisi theaflavin, thearubigin dan
kafein dalam creaming down dapat dilihat pada table berikut.
2.4.3 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kalori meski jumlah yang dihasilkannnya tidak
setinggi lemak. Karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu,
beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat (dietary fiber) yang berguna
bagi pencernaan. Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan pangan nabati
termasuk teh dalam bentuk gula sederhana, heksosa, pentosa maupun
Universitas Bandung Raya 8
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
karbohidrat dengan berat molekul tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan
lignin.
Daun teh mengandung karbohidrat baik dalam bentuk sederhana
maupun komplek. Meski peran karbohidrat dalam pengolahan teh hitam belum
diketahui secara pasti, namun sejumlah publikasi terkini menduga bahwa
karbohidrat bereaksi dengan asam-asam amino pada suhu tinggi membentuk
aldehid tidak jenuh dan menghasilkan aroma semacam bunga, buah madu dan
sebagainya. Kandungan dan jenis karbohidrat yang terdapat dalam teh dapat
dilihat pada table berikut.
Kandungan Jenis Karbohidrat dalam Teh
Jenis Karbohidrat Jumlah (%)
Total karbohidrat 1.30
Pektin 0.05
Total gula 2.20
Fruktosa 0.60
Glukosa 0.51
Meso-Inositol 0.15
Sukrosa 0.48
Maltosa 0.03
Rafinosa 0.10
Kelompok karbohidrat yang perannya tidak boleh dipandang sebelah
mata adalah pektin. Senyawa ini disebut-sebut dapat menentukan sifat baik
dalam teh hitam karena dua hal. Pertama, pektin akan terurai menjadi asam
pektat dan metal alkohol dengan bantuan enzim pektin metal esterase. Metil
alkohol ini selanjutnya menguap, namun sebagian akan berubah menjadi ester-
ester dengan asam organik yang ada menghasilkan aroma khas. Kedua, asam
pektan dalam suasana asam akan membentuk gel. Gel ini akan membuat dan
Universitas Bandung Raya 9
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
mempertahankan bentuk keritingnya setelah digiling. Selanjutnya gel ini akan
membentuk lapisan di permukaan teh. Dengan demikian akan ikut
mengendalikan proses oksimatis. Pada pengeringan lapisan gel akan mongering
membentuk lapisan mengkilat yang seering dissebut dengan istilah bloom dari
teh.
2.4.4 Lemak
Hampir semua bahan pangan mengandung lemak dan minyak. Dalam
tanaman, lemak disintetis dari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam
lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi. Proses pembentukkan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak,
kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak.
Berbeda dengan senyawa kimia lainnnya, kandungan lemak ternyata
lebih tinggi pada daun bagian tua. Semakin tua daun, maka kandungan
lemaknya makin tinggi. Kandungan lemak dalam teh dapat dilihat pada table di
bawah ini.
Kandungan Lemak dalam Daun
Komponen Jumlah (mg/g berat kering)
Pucuk 36
Daun pertama 40
Daun kedua 60
Daun ketiga 67
Daun keempat 72
Batang muda 30
Rata-rata 52
Universitas Bandung Raya 10
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
2.4.5 Karotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning,
oranye, merah orange, serta larut dalam minyak. Karotenoid terdapat dalam
kloroplas (0.5%) bersama-sama dengan klorofil (9.3%), terutama pada bagian
permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel-sel palisade. Seperti halnya
lemak, ternyata semakin tua daun teh maka kandungan karotenoidnya semakin
tinggi.
2.4.6 Mineral
Sebagian besar bahan pangan yaitu sekitar 96 % terdiri atas bahan
organik dan air. Sisanya berupa unsur-unsur mineral. Meski tidak sepopuler
senyawa kimia lainnya, keberadaan mineral dalam teh tidak dapat dipandang
sebelah mata. Tinggi rendahnya kandungan senyawa mineral sangat tergantung
pada iklim, kesuburan tanah dan kondisi kesehatan tanaman. Dalam tanaman
yang sama, ternyata masing-masing bagian tanaman pun mempunyai
kandungan mineral yang berbeda. Kandungan mineral pada tanaman dapat
dilihat pada table di bawah ini.
Konsentrasi Mineral dalam Tanaman Teh ( per gram berat kering)
Mineral Daun muda Daun tua Batang muda Kulit tipis Akar
Al (µg) 400 5813 541 497 1643
B (µg) 19 18 12 6 6
Ba (µg) 11 49 28 25 20
Ca (µg) 3.70 11 2.70 3.00 1.90
Cd (µg) 0.10 0.02 0.20 0.05 0.20
Co (µg) 2.30 3.40 8.50 3.90 7.40
Cr (µg) 1.00 2.00 1.30 0.20 0.90
Cu (µg) 127 66 136 42 31
Universitas Bandung Raya 11
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Fe (µg) 89 138 302 164 295
Mineral Daun muda Daun tua Batang muda Kulit tipis Akar
K (mg) 21.50 12.40 10.00 5.50 8.30
Mg (mg) 1.90 1.70 0.90 0.60 1.40
Mn (mg) 174 489 177 128 88
N (mg) 41.50 32.00 13.70 10.40 10.60
Na (µg) 27 8 177 51 107
Ni (µg) 14 13 16 1.90 14
P (mg) 3.30 1.00 0.70 0.30 0.40
Pb (µg) 3.10 14.50 3.10 1.60 4.90
Si (µg) 90 260 297 123 486
Sr (µg) 9.60 33.50 19 13.50 9.60
Zn (µg) 34 17.50 20.50 22.50 42.50
2.4.7 Magnesium
Peranan magnesium dalam kehidupan manusia adalah sangat penting.
Fungsi magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernan
protein. Magnesium mampu memelihara kesehatan otot serta system jaringan
penghubung. Sebenarnya dengan menikmati satu cangkir teh, kebutuhan akan
magnesium untuk satu hari telah terpenuhi. Beberapa publikasi terkini
menyatakan bahwa magnesium dalam teh dapat pula berfungsi dalam reaksi
seluler, mengatur elektrolit tubuh, hormone reseptor, metabolisme vitamin D,
serta berperan aktif dalam pembentukkan tulang. Sumber lain menyatakan
bahwa magnesium terlibat dalam 300 macam enzim metabolit dalam tubuh.
Penelitian terdahulu menegaskan bahwa teh dapat mengganggu
penyerapan. Penelitian-penelitian tersebut juga menyatakan bahwa penggunaan
mineral seperti zat besi, berpotensi meningkatkan resiko anemia dan kesehatan
Universitas Bandung Raya 12
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
tubuh lainnya. Namun demikian, kini penelitian-penelitian diatas sudah tidak
relevan lagi.
2.4.8 Fluoride
Baik teh hijau maupun teh hitam merupakan simber fluoride yang sangat
baik. Fluoride merupakan senyawa yang berfungsi mememlihara kesehatan gigi.
Kandungan fluoride dalam teh berkisar antara 1.32 sampai dengan 4.18 ppm
(part per million). Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa teh dapat
mereduksi proses kerusakan gigi. Kenyataan ini kemudian dihubungkan dengan
keberadaan fluoride yang terdapat dalam teh.
2.4.9 Alumunium
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa asupan alumunium yang
berlebih dapat menimbulkan kerusakan otak dan otot yang cukup serius.
Sejumlah peneliti telah berhasil mengidentifikasi bahwa keberadaan alumunium
dalam tah berada dalam bentuk yang kompek. Penelitian yang melibatkan
hewan coba menunjukkan bahwa pengkonsumsian alumunium dengan frekuensi
yang relatif rapat ternyata tidak terbukti menyebabkan akumulasi alumunium
dalam tubuh. Hal ini membuktikan bahwa alumunium dalam teh tidak
menyebabkan efek buruk bagi kesehatan tubuh.
2.4.10 Natrium
Fungsi natrium bagi tubuh adalah untuk mencegah menurunnnya
kandungan cairan ekstraseluler akibat tekanan osmotik dalam cairan tubuh
menurun. Meski jumlahnya tidak signifikan, natrium dalam teh setidaknya
dapat membantu menyediakan kebutuhan tubuh akan natrium.
2.4.11 Kalium
Universitas Bandung Raya 13
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Fungsi kalium bagi tubuh adalah untuk menjaga tekanan osmotik dalam
cairan intraseluler. Seperti halnya natrium, kalium mudah sekali diserap oleh
tubuh. Tidak kurang dari 90% kalium dapat dicerna dan diserap oleh usus kecil.
Selain itu, kalium juga berfungsi menyampaikan pesan saraf otot
(neouromuscular).
2.4.12 Vitamin
Kandungan senyawa kimia dalam teh bervariasi tergantung pada jenis
dan tempat dimana teh tersebut tumbuh termasuk di dalamnya adalah vitamin
C. satu gram teh hijau mengandung rata-rata 2 mg vitamin C. Kandungannya
dalam teh hitam hanya sekitar 0.2 mg. Meski kandungan vitamin C-nya relatif
rendah, teh hitam menjadi pilihan utama di Asia Tengah, Eropa dam Amerika.
Namun demikian, teh tidak saja mengandung vitamin C tapi juga mengandung
vitamin B 2 , vitamin D, vitamin K, dan karotenoid.
2.5 Manfaat Teh
2.5.1 Menurunkan Resiko Penyakit Kanker
Berbagai hasil studi menunjukan konsumsi teh berperan dalam
menurunkan risiko penyakit kanker. Senyawa polyphenol dalam teh mampu
memberikan perlindungan terhadap zat karsinogenik. EGCg yang terdapat
dalam teh hijau merupakan senyawa aktif yang berperan dalam mencegah
terjadinya kanker.
Studi epidemiologis di Jepang menunjukkan bahwa tingkat kematian
akibat kanker penduduk yang mendiami daerah produsen utama teh hijau amat
sedikit. Suatu studi lainnya di Jepang melaporkan bahwa catechin dapat
membunuh Helicobacter pylori, yaitu bakteri pemicu kanker lambung.
Universitas Bandung Raya 14
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Suatu studi di Iowa, Amerika Serikat yang diterbitkan dalam American
Journal of Epidemiology edisi Juli 1996 terhadap lebih dari 35.000 wanita
pascamenopause melaporkan bahwa teh memiliki khasiat melawan kanker.
Hasil studi tersebut menyimpulkan mereka yang mengkonsumsi sekurangnya 2
cangkir teh hitam sehari akan berkurang risikonya terkena kanker kandung
kemih sebanyak 40%, dan 68% pada penyakit kanker saluran pencernaan bila
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi teh.
Berikut ini adalah teori yang berkembang bahwa teh memiliki
kemampuan sebagai pencegah penyakit kanker.
1. Senyawa antioksidan dalam teh mencegah terjadinya kerusakan DNA oleh
radikal bebas.
2. Polyphenol mencegah terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkendali
sehingga mampu memperlambat perkembangan kanker.
3. Polyphenol tertentu mungkin menghancurkan sel-sel kanker dengan tanpa
merusak sel-sel sehat di sekitarnya.
2.5.2 Menurunkan Resiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular antara lain terkait dengan kadar lipida darah,
tekanan darah, faktor homestatik, oksidatif stress, dan lain-lain. Beberapa studi
menunjukkan bahwa teh memiliki khasiat menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah.
Studi Zutphen di Belanda yang dilakukan terhadap usia lanjut
melaporkan bahwa intake flavonoid dari teh (61%), sayuran (10%), dan buah-
buahan (13%) secara bermakna berbanding terbalik dengan tingkat kematian
akibat penyakit jantung dan stroke. Hasil serupa juga diperoleh dari studi
prospektif selama 25 tahun di 7 negara yang berpartisipasi dengan melibatkan
Universitas Bandung Raya 15
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
jumlah sampel sebanyak 12.763 orang. Kesimpulannya: Intake flavonoid yang
tinggi berkaitan erat dengan rendahnya tingkat kematian akibat penyakit
jantung. Demikian pula pada studi dengan menggunakan hewan coba tikus yang
diberi catechin teh hijau menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi
kolesterol darah dan tekanan darah.
Mekanisme pencegahan teh terhadap penyakit kardiovaskular terdapat
pada kemampuannya menghambat penyerapan kolesterol dan menghambat
penggumpalan sel-sel platelet sehingga mencegah terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Polyphenol teh (catechin dan theaflavin) juga merupakan
antioksidan kuat yang mampu melindungi oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal
bebas. Teroksidasinya kolesterol tersebut diduga berperan penting dalam proses
atehrogenesis yaitu proses awal pembentukan plaque pada dinding arteri.
2.5.3 Menurunkan Berat Badan
Studi terbaru yang dilakukan terhadap potensi teh adalah peranannya
membantu menurunkan berat badan seperti dilaporkan dalam American Journal
of Clinical Nutrition, 1999 . Penelitian tersebut dilakukan oleh Institute of
Physiology, University of Fribourg, Switzerland, yang melibatkan 10 orang
sebagai sampel. Para peneliti melakukan pengukuran 24 jam energi expenditure
pada subjek yang diberi kafein (50 mg), ekstrak teh hijau (50 mg kafein dan 90
mg EGCg), serta placebo. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak teh hijau secara bermakna meningkatkan 4% energi expenditure bila
dibandingkan placebo. Dari penelitian tersebut, teh hijau diketahui mempunyai
potensi sebagai tehrmogenesis sehingga mampu meningkatkan pembakaran
kalori dan lemak yang berimplikasi terhadap penurunan berat badan.
Hasil studi ini menjanjikan potensi penggunaan ekstrak teh hijau dalam
program penurunan berat badan, di samping melakukan pembatasan konsumsi
kalori (diet).
Universitas Bandung Raya 16
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
2.5.4 Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan salah satu masalah
yang dihadapi wanita pascamenopause manakala telah terhentinya produksi
hormon estrogen, pemicu pertumbuhan tulang. Osteoporosis menyebabkan
massa tulang menyusut dan mudah patah.
Studi terbaru yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa kebiasaan
minum teh secara teratur dapat mempertahankan keutuhan tulang dan mencegah
terjadinya osteoporosis. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam American
Journal of Clinical Nutrition edisi April 2000 dengan melibatkan jumlah
sampel wanita berusia 65 hingga 76 tahun sebanyak 1.200 orang di Cambridge,
Inggris. Kesimpulan yang diambil adalah wanita yang mengkonsumsi teh
ternyata memiliki ukuran kerapatan mineral tulang (Bone Mineral
Density/BMD) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum teh secara
bermakna.
Senyawa aktif yang terkandung di dalam teh berperan menyerupai
hormon esterogen lemah yang membantu melindungi tulang terhadap proses
kerapuhan (osteoporosis).
2.5.5 Sumber Mineral
Teh ternyata menyimpan potensi sebagai sumber mineral tubuh yang
penting dalam berbagai proses metabolisme. Kandungan mineral tersebut
muncul baik berupa makro maupun trace mineral. Keduanya sangat diperlukan
sebagai nutrisi bagi tubuh sehingga kecukupan dalam makanan sehari-hari perlu
diperhatikan.
Magnesium yang terkandung dalam jumlah yang cukup banyak dalam
teh penting dalam peranannya pada reaksi seluler. Selain itu, magnesium terlibat
dalam 300 macam enzim dalam metabolisme tubuh, di samping berperan Universitas Bandung Raya 17
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
sebagai pengatur elektrolit tubuh, hormon receptor, metabolisme vitamin D, dan
pembentukan tulang. Teh berpotensi sebagai sumber magnesium bagi tubuh.
Kalium yang merupakan mineral utama dalam menjaga keseimbangan
elektrolit tubuh turut berperan pula dalam metabolisme energi, transportasi
membran, dan mempertahankan permeabilitas sel. Selain itu, kalium berfungsi
dalam menyampaikan pesan syaraf otot ( neuromuscular ). Teh memiliki
banyak kandungan mineral ini.
Fluor telah diketahui banyak terdapat dalam teh dan fungsinya penting
dalam mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindar dari karies. Studi
laboratorium di Jepang menemukan bahwa teh membantu mencegah
pembentukan plak gigi dan membunuh bakteri mulut penyebab pembengkakan
gusi.
Natrium juga terkandung di dalam teh sebagai salah satu mineral utama.
Seperti halnya kalium, fungsi natrium dalam tubuh berperan erat dalam
mengatur keseimbangan elektrolit.
Kalsium merupakan mineral penting dalam proses pembentukan tulang.
Mineral ini diduga turut berperan dalam memperbaiki tulang para konsumen
teh.
Seng penting peranannya dalam proses metabolisme tubuh dan berperan
erat dalam pertumbuhan dan perkembangan, sintesis vitamin A, sistem immune
tubuh dan pembentukan enzim pemunah radikal bebas. Kandungan seng yang
cukup tinggi merupakan salah salah satu keunggulan teh.
Mangan merupakan ko-enzim berbagai metallo enzim dan juga sebagai
enzim aktivator. Metallo enzim tersebut (MnSOD) berperan penting dalam
menghancurkan radikal bebas. Konsentrasinya yang relatif tinggi mampu
menyumbang 10% kebutuhan tubuh. Universitas Bandung Raya 18
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Cu semakin penting peranannya dalam berbagai metabolisme tubuh dan
salah satu fungsinya sebagai pemusnah radikal bebas. Mengingat peranannya
sebagai enzim antioksidan tersebut, kandungan Cu dalam teh berpotensi
menurunkan peluang terkena penyakit degenaratif.
Trace mineral lain yang terkandung dalam teh adalah selenium yang
merupakan salah satu mineral yang berperan dalam pembentukan enzim
antioksidan _ glutation peroxidase. Selain itu, selenium juga sangat erat
hubungannya dengan metabolisme yodium.
2.6 Kekahatan Unsur Hara Pada Tanaman Teh Di Indonesia
Kekahatan (Deficiency) unsur hara sering juga disebut nutrient disorder
oleh para pakar penyakit tanaman (Murder dan de Silva 1959). Di pertanaman
teh sangat sering dan mudah didapatkan adanya gejala kekahatan salah satu atau
secara bersamaan beberapa unsur hara, namun demikian belum semua pekebun
telah mampu dengan mudah mengenalinya.
Timbulnya gejala kekahatan suatu unsur hara merupakan peringatan
bagi para pekebun, bahwa di blok kebun tersebut telah terjadi suatu tingkat
ketersediaan unsur di dalam tanahnya mencapai tingkat yang minimum. Dengan
keadaan yang minimum maka jelas bahwa sebelum unsur hara tesebut
ditingkatkan kadarnya didalam tanah atau tanaman produksi teh tidak akan
meningkat sesuai dengan harapan.
2.6.1 Kahat Nitrogen (N)
Kahat N terlihat nyata pada daun muda / pucuk dengan warna kuning
pucat (fale) merata diseluruh lembar daun dan tangkai daun, serta bagian cabang
termuda. Kahat N dapat segera menyebabkan tumbuhnya pucuk burung (banji)
sehingga produksi pucuk sangat menurun.
Universitas Bandung Raya 19
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Kahat N < 2.90 %
2.6.2 Kahat Posfor (P)
Kahat P terlihat nyata pada daun tua / terutama dipermukaan bidang
daun petik dan daun kepel (fish leaves). Warna daun tua dari keseluruhan perdu
berkesan hijau tua gelap (not shyny) dan pertumbuhan pucuk baru sangat
berkurang. Gejala kekahatan hara P nampak pada daun dengan warna violet,
karena sel daging daunnya rusak (necrosis) berbentuk membulat / tidak teratur.
Bagian daun yang telah mati berubah warna dari violet ke cokelat tua dan
mengering. Pada tingkat gejala yang lanjut, daun tua mulai rontok dan
berukuran kecil-kecil di banding dengan ukuran normalitas.
Kahat P < 0.14 %
2.6.3 Kahat Kalium (K)
Kahat K terlihat nyata pada daun tua di dalam lapisan daun penyangga.
Pada gejala awal terutamam pada perdu berdaun lebar, cabang-cabang
tumbuhnya mengecil dan cenderung tidak melebar, banyak ditumbuhi jamur
yang berwarna putih. Gejala yang jelas tampak pada daun tua, yang mengalami
kematian daging daun sekeliling tepinya dan berubah warnanya menjadi abu-
abu keputihan seperti abu rokok. Perdu yang menunjukkan kahak K mengalami
hambatan dalam pertumbuhan pucuk, sehingga disamping jumlahnya kurang
juga bentuknya menyusut. Pada gejala yang sangat lanjut hampir semua daun
rontok, sehingga perdu tampak berdaun penyanggga dan sangat tipis.
Kahat K < 1.0 %
2.6.4 Kahat Magnesium (Mg)
Universitas Bandung Raya 20
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Kahat Mg terlihat nyata pada daun tua di dalam lapisan daun penyangga
bagian bawah. Sel-sel klorofil dan daun tua mengalami kehilangan warna hijau
dan hanya meninggalkan bagian fikosianin yang berwarna kuning. Kehilangan
sel-sel klorofil dan di dalam daging daun terjadi diantara urat-urat daun dengan
arah dari bagian dalam ke tepi daun. Gejala dini kahat Mg adalah berupa
pengerasan daging daun, diikuti pertumbuhan keatas (cembung). Apabila daun
tersebut diremas dengan tangan, timbul suara seperti meremas daun kering.
Kahat Mg pada tingkat lanjut ditunjukkkan oleh rontoknya daun tua, terutama
apabila terjadi goncangan perdu, baik oleh angina maupun pemetikan.
Kahat Mg < 0.20 %
2.6.5 Kahat Sulfur (S)
Kahat S terlihat jelas baikpada daun muda maupun daun tua yang
berupa klorosis merata di seluruh lembar daun. Klorosis tersebut berpola
bintik-bintik bulat kekuningan, sehingga secara sepintas polanya seperti warna
kulit harimau Jawa (tutul). Pada daun yang paling muda, gejala kekahatan S
sering dikacaukan dengan gejalak kekahatan N, tetapi pengamatan yang lebih
cermat menunjukkan daun bergejala kahat S berwarna lebih pucat keputihan.
Gejala Kekahatan S pada tingkat lanjut ditunjukkan oleh pertumbuhan ujung
tanaman yang terhenti dan sebagian daun tuanya rontok.
Kahat S < 0.25 %
2.6.6 Kahat Seng (Zn)
Kahat Zn terlihat jelas pada pupuk yang tumbuh mengecil, lembaran
daun membelok kesamping dan ukuran lembaran daun kedua sisinya asimetris,
tetapi daun bergelombang, ruas cabang diantara daun memendek, dan daun juga
menipis. Didalam bagian daun juga terdapat gejala klorosis yang merata
diseluruh lembaran daun berpola bintik-bintik halus. Universitas Bandung Raya 21
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Gejala kahat Zn pada tingkat lanjut adalah pucuk nampak pucat, membentuk
roset dan pertumbuhannnya terhenti.
Kahat Zn < 20 ppm
Universitas Bandung Raya 22
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
BAB III
Ruang Lingkup Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
3.1 Definisi Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik.Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
Universitas Bandung Raya 23
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang iperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehinggaelektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
3.2 Bagian – Bagian Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Universitas Bandung Raya 24
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
3.2.1 Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bias digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu
2. Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar. Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.
3.2.2 Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
Universitas Bandung Raya 25
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
3.2.3 Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya. Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat. Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
3.2.4 Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakan tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi
Universitas Bandung Raya 26
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
3.2.5 Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi.
3.2.6 Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
Universitas Bandung Raya 27
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
3.2.7 Monokromator
Untuk meneruskan panjang gelombang emisi dari lampu katoda berongga yang diadsorbsi paling kuat oleh atom di dalam nyala api (panjang gelombang maksimum) dan menahan garis-garis emisi lain dari lampu katoda berongga yang tidak digunakan dalam analisis.
3.2.8 Detektor
Untuk mengamati atau mendeteksi datangnya berkas sinar dari sistem monokromator dan mengubah energi sinar yang masuk menjadi energi listrik yang sebanding.
3.2.9 Amplifier
Untuk menggerakkan sistem elektronik digital atau mengerakkan pada rekorder.
3.2.10 Recorder
Sebagai alat pencatat hasil analisa pada alat Absorption Spectrophotometric (AAS).
3.2.11 Spray Chember (Ruang Penyemprot)
Untuk membuat campuran yang homogen dari gas oksigen plus bahan bakar plus aerosol yang mengandung larutan contoh, yaitu sebelum campuran ini menjadi burnennya.
3.2.12 Nebulizer (Ruang Pengabut)
Universitas Bandung Raya 28
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Untuk mengubah larutan yang diisap melalui pipa kapiler menjadi aerosol (kabut atau butiran-butiran cairan halus).
3.3 Sistem Atomisasi
3.3.1 Sistem Atomisasi Nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrumen sumber atomisasi ini adalah nyala dan sampel di introduksikan dalarn bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Ada banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun demikian. yang saat ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida- asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
a. Nyala udara-asetilenBiasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS,. temperarur nyala-nya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
b. Nitrous oksida-asetilenDianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperatur nyala yang dihasilkan relative tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V danW.
Proses atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi spesies atom dalam nyala. Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap hubungan antara konsentrasi atom analit dalam larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor dan dengan demikian sangat berpengaruh terhadap sensitivitas analisis. Secara ideal fungsi dari sistem atomisasi (source) adalah :
a. Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa gas dengan sedikit perlakuan atau tanpa perIakuan awal.
b. Melakukan seperti pada point (1) untuk semua elemen (unsur) dalam sampel pada semua level konsentrasi.
c. Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap elemen dan sampel.
Universitas Bandung Raya 29
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
d. Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari konsentrasi tiap-tiap elemen. yakni agar gangguan(interfererisi) dan penganih matriks (media) sampel menjadi minimal.
e. Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).f. Mendapatkan harga beli, perawatan dan pengoperasian yang murah.g. Memudahkan operasi.
3.3.2 Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan.b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik.c. Tahap atomisasi.
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur yang sama sekali tidak dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit. Petunjuk praktis penggunaan GFAAS :
a. Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sample ditempatkan dalam tungku.
b. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan standard.
Universitas Bandung Raya 30
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
BAB IV
PROSEDUR
4.1 Persiapan Contoh Daun Teh
4.1.1 Tujuan
Mempersiapkan contoh yang representative untuk dianalisa
4.1.2 Dasar Teori
Contoh yang akan dianalisa harus bersih dari zat-zat lain karena itu contoh
yang diterima dari peminta perlu diamati. Bagian-bagian tanaman yang
tidak diperlukan dibuang.
4.1.3 Alat-alat
1. Pengering listrik
2. Kantong-kantong dari kain
3. Mesin giling dari tipe ”Hammemill” dari baja tahan karat berayakan
dengan mesh 1 mm
4. Gunting
5. Botol-botol contoh
4.1.4 Cara kerja
1. Contoh, apabila berdebu, dilap dengan kain kering dan bersih.
Kemudian dimasukkan ke dalam kantong-kantong kain kelambu.
Nomor contoh ikut dimasukkan pula.
2. Dikeringkan di dalam pengering listrik pada suhu 800C selama 5 jam
dan didinginkan di udara. (kadar air adalah 5-7%)
3. Digiling dengan mesin giling yang berayakan mesh 1 mm.
4. Masukkan ±15 gram contoh ke dalam botol plastik dan dinomori
lengkap yaitu nomor laboratorium dengan tanggal masuk diikuti huruf
T (teh) dan huruf K (kina).
Universitas Bandung Raya 31
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
4.1.5 Catatan
Contoh daun teh (P+1) sering sangat sedikit dan tidak mungkin digiling
dengan mesin giling. Contoh tersebut dihaluskan di dalam lumping
porselen kecil dan tidak perlu diayak.
4.2 Destruksi Dengan H2SO4 – H2O2
4.2.1 Tujuan
Menghancurkan dan melarutkan bahan penyusun tanaman.
4.2.2 Dasar Teori
Bahan tanaman didestruksi dengan H2SO4 dan H2O2. Oksidasi dengan
H2O2 di dalam lingkungan asam menyebabkan terbentuknya senyawa
peroksimonosulfat (H2SO5). Zat tersebut terjadi sebagai hasil reaksi H2O2
dengan H2SO4 dan merupakan pereaksi terkenal untuk memasukkan
gugusan-gugusan beroksigen ke dalam berbagai macam molekul-molekul
organis. Disertai sifat dehidrasi yang kuat dari H2SO4, reaksi-reaksi ini
mengakibatkan bahan-bahan organis dihancurkan sampai pecahan-
pecahan kecil yang cepat menguap dari lingkunangannya. H2O2
ditambahkan ke dalam campuran bahan tanaman yang telah diperarang
oleh H2SO4 sampai dicapai suatu cairan tak berwarna. Agar semua
nitrogen terjamin semua telah terkonfersi, penambahan H2O2 dilanjutkan
sampai seluruh bahan-bahan organis terdestruksi. Secara itu, karbon
dijadikan CO2, hidrogen dan oksigen dijadikan H2O, nitrogen terikat
sebagai NH3, fosfor dan besi masing-masing dikonfersi menjadi PO43- dan
Fe3+.
Dari destruksi ini dapat ditetapkan unsur-unsur sebagai berikut : N, P, K,
Ca, Mg, Fe, Al, dan Zn. Na dapat pula ditetapkan apabila diperlukan.
Universitas Bandung Raya 32
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
4.2.3 Alat-Alat
1. Pemanas listrik dengan suhu maksimal, paling rendah 2700C. Suhu
tersebut dapat diukur dengan memasukkan termometer ke dalam labu
kyeldhal berisi H2SO4 pekat.
2. Labu kyeldhal 100 mL
3. Ruang asam
4.2.4 Pereaksi
1. H2SO4 pekat p.a ; bj = 1.84
2. H2O2 p.a 30%
4.2.5 Cara kerja
1. Timbang 0.5000 g contoh halus, yang telah dikeringkan selama 4 jam
pada suhu 1050C dan masukkan ke dalam labu kyeldhal.
2. Tamabhkan 2.5 mL H2SO4 pekat (lihat A) melalui leher labu, agar
contoh yang melekat pada leher labu terbawa. Goyangkan, agar contoh
dan cairan tercampur rata hingga semua diperarang.
Untuk menangkap nitrat, contoh ini dibiarkan 1 malam. (lihat B)
3. Tambahkan 2 mL H2O2 30% tetes demi tetes (untuk menghindari
pembuihan) sambil digoyangkan.
4. Panaskan labu ± 45 menit sambil sewaktu-waktu digoyangkan, agar
tidak ada bahan yang melekat pada gelas, pemanasan dimulai pada
suhu rendah dan berangsur-angsur dinaikan sampai suhu 2500C.
5. Angkat labu dari pemanasan dan didinginkan ± 10 menit.
Sesudah dingin tambahkan 1 mL H2O2 dan panaskan lagi selama 15
menit. Agar penggunaan pamanas listrik seefisien mungkin,
laksanakan pemanasan dengan setengah jumlah labu-labu, sedangkan
yang lain ditambah H2O2.
Universitas Bandung Raya 33
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
6. Perlakuan, memanaskan-mendinginkan dan menambah H2O2
dilakukan berulang-ulang hingga cairan destrukasi jernih atau tidak
berwarna lagi.
7. Pemanasan dilanjutkan selama 15 menit pada suhu 2700C agar H2O2
didekomposisi. (lihat C)
8. Setelah dingin, tambahkan sekaligus ± 30 mL air demi. Goyangkan
dan didihkan destruat ini sampai dengan endapan terlarut. Pindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu ukur 50 mL. Dinginkan sampai suhu
kamar dan penuhkan dengan air demi sampai tanda garis. Kemudian
kocok hingga serba sama. Destruat tersebut dinamakan destruat induk
(1).
9. Penetapan blanko dilakukan dengan 1.90 mL H2SO4 pekat dan
dikerjakan sesuai dengan cara kerja di atas, hanya tanpa contoh daun
(lihat D). Perhatikan bahwa penambahan H2O2 disamakan dengan
contoh-contohnya.
4.2.6 Catatan
A. Penambahan H2SO4 pekat dapat dilakukan dengan mudah apabila
dipakai pipet otomatis (dispenser).
B. Membiarkan contoh 1 malam bertujuan agar, apabila contoh
mengandung nitrat, maka sebagian nitrat tersebut dikonfersi menjadi
NH3.
C. H2O2 membentuk kompleks-kompleks dengan unsur logam dan dapat
mengganggu pada penetapan P dan Mn.
D. Telah diselidiki bahwa untuk mendestruksi 0.5 g daun teh diperlikan
0.6 mL H2SO4 pekat. Sisa H2SO4 sesudah didestruksi ialah rata-rata
1.25 mL per 50 mL larutan. Maka standar-standar untuk menetapkan
unsur masing-masing dilarutkan air demi yang mengandung 2.5 mL
H2SO4 pekat per 100 mL air demi.
Universitas Bandung Raya 34
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
4.3 Penetapan Kandungan Magnesium, Kalsium dan Kalium
4.3.1 Tujuan
Penetapan kandungan magnesium, kalsium dan kalium di dalam tanaman
dari destruat H2SO4-H2O2.
4.3.2 Dasar Teori
Kandungan magnesium dan kalsium ditetapkan dengan cara atom-
absorpsispektrofotometris. Gangguan utama pada cara ini adalah
terbentuknya senyawaan antara magnesium (kalsium) dengan fosfat,
alumunium dan sebagainya. Di dalam nyala senyawaan tersebut mantap
oleh panas sehingga Mg dan Ca sebagian terikat dan tidak dapat
didisosiasi. Untuk menggantikan Mg dan Ca di dalam senyawaan-
senyawaan ini ditambahkan larutan berlebih.
4.3.3 Alat-alat
Atom-absorpsispektrofotometer tipe Varian techtron AA6, dengan bahan
bakar asetilen/udara.
4.3.4 Pereaksi
1. Larutan lantan nitrat : dilarutkan 12.6 g La(NO3)3.6H2O atau 10.69 g
LaCl3 dengan ± 800 mL air demi labu ukur 1 L. Tambahkan 1 mL HCl
37% dan penuhkan sampai tanda garis dengan air demi. Larutan ini
mengandung 4000 ppm La.
2. Larutan baku induk Mg 500 ppm + Ca 5000 ppm.
Dilarutkan 5.0674 g MgSO4.7H2O dan 12.4860 g CaCO3 dengan
sesedikit mungkin air demi dalam labu ukur 1 L. Tambahkan tetes
demi tetes HCl pekat sampai CaCO3 terlarut (diperlukan 20 mL HCl).
Penuhkan dengan air demi sampai tanda garis.
3. Deretan larutan baku Mg 0 ; 10 ; 20 ; 30 ; 40 ; 50 ppm.
Ca 0 ; 100 ; 200 ; 300 ; 400 ; 500 ppm
Universitas Bandung Raya 35
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Pipet ke dalam labu ukur 100 ml 0 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8; 10 mL larutan baku
induk. Tambah ± 60 mL air demi, sambil diaduk, tambahkan 2.5 mL
H2SO4. Setelah dingin, penuhkan dengan air demi sampai tanda garis.
Masukkan deretan baku ini ke dalam botol plastik dan apabila tidak
diperlukan disimpan di tempat yang gelap dan dingin.
4.3.5 Cara Kerja
1. Pipet ke dalam tabung-tabung reaksi masing-masing 1 mL deretan
larutan baku Mg + Ca dan 1 mL destruat 1. Tambahkan 9 mL larutan
lantan nitrat dan campur hingga serba sama.
2. Nyala distabilkan dengan cara membiarkan paling sedikit 15 menit
sambil menyedot air demi.
3. Pengukuran dilaksanakan pada 285.2 nm untuk Mg dan 422.7 nm.
4. Kabutkan larutan baku Mg + Ca 0 ppm sambil mengatur skala
indikator menunjukkan nol.
5. Ukur larutan baku tertinggi dan indikator diatur hingga mencapai skala
± 90 mL. Varian techtron AA6 dilengkapi dengan “slitburner” yang
dapat diputar. Kepekaannya dapat diatur pula oleh pemutaran
pembakar itu.
6. Bersihkan atomizer atau pembakar oleh air demi.
7. Ulangi 4, 5, dan 6 sampai pembacaan mantap.
8. Ukur berturut-turut deretan larutan baku Mg + Ca dan setelah itu
larutan-larutan contoh. Periksa setiap 5 pengukuran contoh apakah
pembacaan tetap mantap dengan mengulangi 4, 5, dan 6, apabila perlu
atur kembali.
9. Sudah selesai, kabutkan air demi paling sedikit 15 menit untuk
membersihkan sistem atomizer pembakar.
4.3.6 Perhitungan (per 100 terhadap BK dengan ketelitian 2 desimal)
Universitas Bandung Raya 36
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
% Mg = 0.01 x ppm pengukuran % Ca = 0.01 x ppm pengukuran
BAB V
DATA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Perhitungan
Penetapan Kadar K pada daun teh
Tanggal percobaan : 26 Agustus 2009
a. Deret Baku Standar K
b. Kurva Standar Kalium
0 50 100 150 200 250 3000.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.7000
f(x) = 0.00252000000000001 x
Kurva Kalium
mg/L
Absorban
Universitas Bandung Raya 37
Sampel ID Absorban Concentration (%)
CAL ZERO 0.0000 0.00STANDAR 1 0.1260 50.00STANDAR 2 0.2520 100.00STANDAR 3 0.3780 150.00STANDAR 4 0.5040 200.00STANDAR 5 0.6300 250.00
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Persamaan RegresiY=bx+a
Dimana, Y = Absorbanb = slopex = konsentrasi (mg/L)a = intercept (dianggap 0)
Konsentrasi sampel:Y = bx + aY = 0.002x + 0Y = 0.002x, maka
x=Yb
x=0.00270.002
= 1,36 mg/L
c. Konsentrasi sampel
Kode sampel Absorban Konsentrasi (%)Blanko 0.0000 0.002009-T-1702 0.0027 1.082009-T-1703 0.0027 1.072009-T-1704 0.0023 0.912009-T-1705 0.0020 0.812009-T-1706 0.0024 0.942009-T-1707 0.0024 0.972009-T-1708 0.0022 0.872009-T-1709 0.0021 0.832009-T-1710 0.0018 0.732009-T-1711 0.0022 0.862009-T-1712 0.0017 0.662009-T-1713 0.0019 0.762009-T-1714 0.0022 0.892009-T-1715 0.0022 0.862009-T-1716 0.0022 0.882009-T-1717 0.0019 0.772009-T-1718 0.0019 0.762009-T-1719 0.0025 1.002009-T-1720 0.0022 0.862009-T-1721 0.0026 1.05Kontrol 0.0047 1.852009-T-1710 0.0018 0.702009-T-1720 0.0022 0.86
Penetapan Kadar Mg pada daun teh
Universitas Bandung Raya 38
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Tanggal percobaan : 26 Agustus 2009
a. Deret Baku Standar Mg
Sampel ID Concentration (%) %RSDCAL ZERO 0.00 1.1STANDAR 1 10.00 1.1STANDAR 2 20.00 0.5STANDAR 3 30.00 0.2STANDAR 4 40.00 0.9STANDAR 5 50.00 0.3
b. Kurva Standar
0 10 20 30 40 50 600.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
0.2500
f(x) = 0.00464 x
Kurva Mg
Concentration
Absorban
Persamaan RegresiY=bx+a
Dimana, Y = Absorbanb = slopex = konsentrasi (mg/L)a = intercept (dianggap 0)
Konsentrasi sampel:Y = bx + aY = 0.004x + 0Y = 0.004x, maka
x=Yb
x=0.001020.004
Universitas Bandung Raya 39
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
= 0.26 mg/L
c. Konsentrasi sampel
Kode sampel Absorban Konsentrasi (%)Blanko 0.00000 0.002009-T-1702 0.00102 0.222009-T-1703 0.00176 0.382009-T-1704 0.00172 0.372009-T-1705 0.00111 0.242009-T-1706 0.00088 0.192009-T-1707 0.00167 0.362009-T-1708 0.00162 0.352009-T-1709 0.00176 0.382009-T-1710 0.00200 0.432009-T-1711 0.00190 0.412009-T-1712 0.00200 0.432009-T-1713 0.00172 0.372009-T-1714 0.00162 0.352009-T-1715 0.00158 0.342009-T-1716 0.00148 0.322009-T-1717 0.00167 0.362009-T-1718 0.00176 0.382009-T-1719 0.00107 0.232009-T-1720 0.00125 0.272009-T-1721 0.00125 0.27Kontrol 0.00097 0.212009-T-1710 0.00195 0.422009-T-1720 0.00121 0.26
Penetapan Kadar Zn pada daun teh
Tanggal percobaan : 26 Agustus 2009
a. Deret Standar Zn
Sampel ID Concentration (mg/L) %RSDCAL ZERO 0.000 18.5STANDAR 1 0.200 0.2
Universitas Bandung Raya 40
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
STANDAR 2 0.400 0.1STANDAR 3 0.60 0.8STANDAR 4 0.800 0.5STANDAR 5 1.000 0.3
b. Kurva Standar
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.60000.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
f(x) = 1.85288123031313 x
Kurva Zn
Concentration
Ab-
sorb
an
Persamaan RegresiY=bx+a
Dimana, Y = Absorbanb = slopex = konsentrasi (mg/L)a = intercept (dianggap 0)
Konsentrasi sampel:Y = bx + aY = 1.852x + 0Y = 1.852x, maka
x=Yb
Universitas Bandung Raya 41
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
x=5.93671.852
= 3.21 mg/L
c. Konsentrasi sampel
Kode sampel Absorban konsentrasi (mg/L)Blanko 0.00000 0.002009-T-1702 5.93670 11.002009-T-1703 6.04464 11.202009-T-1704 5.06239 9.382009-T-1705 6.90816 12.802009-T-1706 5.18112 9.602009-T-1707 5.26208 9.752009-T-1708 5.29446 9.812009-T-1709 5.39700 10.002009-T-1710 5.45097 10.102009-T-1711 5.99067 11.102009-T-1712 13.4925 25.002009-T-1713 12.8449 23.802009-T-1714 4.98683 9.242009-T-1715 6.69228 12.402009-T-1716 7.23198 13.402009-T-1717 7.55580 14.002009-T-1718 5.28366 9.792009-T-1719 4.57126 8.472009-T-1720 4.66301 8.642009-T-1721 4.81952 8.93Kontrol 5.39160 9.992009-T-1710 4.71158 8.732009-T-1720 8.36535 15.50
5.2 Pembahasan
Pada percobaan di atas bahwa sample yang di analisa tidak tunggal tapi beberapa sample juga dalam penentuan nilai dari larutan baku sekunder untuk membuat perbandingan dengan samplenya harus dengan hati – hati dan teliti sekali sebab itu salah satu hal penting yang membuat keakurasian suatu analisa dalam AAS.
Universitas Bandung Raya 42
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Selain itu pembuatan blanko yang tepat dan akurat juga berperan penting sama pentingnya ketika pembuatan larutan baku sekunder.
5.2.1 Gangguan Pada analisa AAS
Gangguan – gangguan pada AAS ada tiga bagian yaitu :
a. Gangguan Spectralb. Gangguan Kimiac. Gangguan Fisika
5.2.1.1 Gangguan Spectral
Penyebab : faktor matriks sample dan faktor kimia. Faktor matriks sample dapat berupa pengendapan unsure yang dianalisa, Penyebab : hidrolisis ion-ion logam dalam air dan reaksi dg anion lain.Pencegahan: mengasamkan larutan (mencegah hidrolisa). Jumlah cuplikan dan standar yang mencapai nyala tidak sama Penyebab : perbedaan sifat-sifat fisik larutan cuplikan dan standar.
5.2.1.2 Gangguan Kimia
a. Disosiasi Tak Sempurna Dari Senyawa - Senyawa Pembentukan senyawa refraktori, seperti : kalsium fosfat, senyawa-senyawa fosfat, silikat, aluminat, dan oksida-oksida dari logam alkali tanah dan Mg. Contoh : analisis logam kalsium, jika terdapat silikat dalam larutan maka akan terjadi: CaO + MO.SiO2 CaO(SiO2)x + hasil reaksi lainnya.
Penanggulangan:a. Penggunaan nyala yang lebih tinggi suhunya.b. Penambahan unsur pembebas (releasing agent).
Contoh: Sr dan La, akan mengikat fosfat. Ekstraksi unsur pengganggu atau unsur yang akan dianalisa.
b. Ionisasi Atom - Atom Di Dalam NyalaPenanggulangannya yaitu degan menambahkan zat-zat yang memiliki
potensial ionisasi lebih rendah dari zat yang dianalisa dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam cuplikan maupun larutan standar.
c. Penyerapan Non AtomicPenyebabnya yaitu konsentrasi cuplikan tinggi,suhu nyala kurang
tinggi, panjang gelombang molekul berimpit dengan puncak atau garis serapan atom unsur yang dianalisa.
Universitas Bandung Raya 43
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
Penanggulangan:a. Bekerja pada panjang gelombang yang lebih tinggi.b. Dengan menggunakan nyala yang suhunya lebih tinggi.c. Mengukur besarnya penyerapan non atomic.
Koreksi terhadap adanya penyerapan non atomic dapat dilakukan dengan cara :a. Absorban cuplikan diukur seperti biasa dengan menggunakan lampu hollow
katoda.b. Dilakukan lagi pengukuran absorban pada pjg gelombang yang sama tetapi
menggunakan sinar lampu hydrogen, sehingga yang diukur adalah absorban non atomic.
c. Absorban atomic = selisih hasil pengukuran 1 dan 2.
2.2.1.3 Gangguan Fisikaa. gangguan berupa perbedaan sifat fisika dari larutan sampel dan standar,
contohnya perbedaan kekentalan yang mengakibatkan perbedaan laju nebulisasi.
b. Efek ini dihilangkan dengan memakai pelarut organik, pelarut organik mempercepat penyemprotan (kekentalannya rendah), mudah menguap, mengurangi penurunan suhu nyala.
5.3 Keunggulan dan kekurangan AAS
5.3.1 Keunggulan AASa. Memiliki kepekaan yang tinggi karena dapat mengukur kadar logam
sehingga konsentrasi sangat kecil.b. Memiliki selektifitas yang tinggi karena dapat menentukan beberapa
unsur sekaligus dalam suatu larutan sampel tanpa perlu pemisahan.c. Ketepatannya cukup baik dimana meskipun syarat yang diperlukannya
sederhana akan tetapi hasil pengukuran yang diperoleh cukup teliti sehingga dapat menjadi dasar pembuatan kurva kalibrasi.
5.3.2 Kekurangan AASa. Dibutuhkan suatu lampu katoda berongga sebagai sumber nyala untuk
setiap unsur.b. Ditemukan adanya beberapa gangguan yaitu : gangguan spektral, kimia
dan fisika.
Universitas Bandung Raya 44
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. AAS adalah alat yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan logam berat antara lain : Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, Zn, Mn, Ni dan lain-lain, baik berupa sampel Padat, Cair, Gas Makanan dan Tanaman.
b. Dari persamaan regresi, diperoleh harga X dari hasil perhitungan yang mendekati nilai X pada hasil percobaan.
c. AAS dapat menganalisa dengan cepat,Ketelitiannya sampai tingkat rumit
d. Tidak memerlukan pemisahan pendahuluan terlebih dahulu.e. Semaki tinggi konsentrasi, maka nilai adsorbansi akan semakin tinggi
juga.f. Dalam metode spektrofotometer serapan atom, prinsip kerja yang
dilakukan adalah dengan cara penyinaran sample yang akan diuji dengan menggunaka alat spektrofotometer.
Universitas Bandung Raya 45
Kimia Instrument Atomic Absorption Spectroscopy Pada Daun Teh
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup, UI Press Jakarta.
Gani, A. A., 1997, Studi Penentuan Kadar Timbal (Pb) dalam Rambut, UNEJ,Jember.
Gosner K. L., 1971, Guide to Identification of Marine and EstuarineInvertebrates, Wiley Interscience, a Division of John Wiley and Sons,INC.New York.
Purwati, Sri, 2001, Analisa Protein dalam Kupang, UNEJ, Jember.
Supranto J, 1992, Tehnik Sampling, Rineka Cipta, Jakarta.
Sutanto, Haris, 2002, Profil Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor), UNEJ, Jember.
www.google.co.id/spektrofotometerserapanatom
www.wikipedia.org/atomicabsorptionspectroscopy
Universitas Bandung Raya 46