percobaan vii aas

Upload: trisda-mila

Post on 30-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN VIII

Laporan Akhir Praktikum Analisis Instrumen (ACHE 281 )

PERCOBAAN VIIJudul:Analisis Cu2+ dan Zn2+ dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Tujuan:Menentukan kadar Cu2+ dan Zn2+ pada sampel dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom.

Hari/Tanggal:Senin / 27 April 2009Tempat:Laboratorium Dasar MIPA Kimia Banjarbaru.

I. DASAR TEORI

Atomatic Absorption Spectroscopy (AAS) sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi dengan atom yang berada dalam tingkat dasar dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik, logam-logam yang berbentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar.Spektrofotometri serapan atom merupakan salah satu meode analisis kuantitatif untuk penentuan kadar logam. Di dalam AAS pengukuran dilakukan melalui pengukuran besarnya intensitas lampu katoda yang diserap oleh atom-atom logam di dalam nyala yang berongga dalam tingkat dasar (tereksitasi). Pada metode ini larutan sampel diubah menjadi aerosol di dalam bagian pengkabutan (nabulazer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa gas di dalam nyala.

Prinsip dasar AAS adalah penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas Sinar yang biasanya diserap adaah sinar ultra lembayung hingga tampak unsur logam yang dianalisis harus dijadikan sebagai atomnya yang netral dalam keadaan uap (gas) kemudian disinari dengan berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Proses ini dapat dilaksanakan dengan jalan menghisap cuplikan melalui tabung kapiler dan menyemprotkan dalam nyala api sebagai kabut halus.

Banyaknya intensitas radiasi dari lampu katoda yang diserap setara dengan banyaknya atom yang ada dalam nyala, setara dengan konsentrasi logam-logam yang ada di dalam larutan. Jadi, di sini secara langsung dapat dikatakan bahwa konsentrasi logam-logam yang ada di dalam larutan setara dengan absorbansi sehingga hubungan linier antara konsentrasi dengan absorbans.Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat.Pengukuran serapan atau adsorbansi atom pada AAS adalah spesifik sebab garisgaris spektrum serapan atom sangat sempit dan energi-energi transisi khas untuk tiap-tiap unsur.Pengukuran adsorban atom didasarkan pada hukum Lambert- Beer (A= abc), dimana hukum tersebut akan terpenuhi dengan menggunakan sinar monokromatik sebagai sumber sinar. Dalam AAS sinar monokromatik yang digunakan sebagai sumber sinar akan memancarkan spektrum garis sesuai dengan panjang gelombang energi salah satu transisi eksitasi adalah atom unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis

Komponen komponen dasar peralatan AAS adalah :

1. Sumber sinar

2. Tempat Cuplikan ( nyala api )

3. Monokromator4. Detektor

5. Alat Pencatat ( Rekorder ) Hubungan antara absorbansi ( A ) dengan transmitansi adalah :

A = - Log T

Propil nyala sangat penting agar ion-ion dalam larutan dapat diatomkan dan menjadi dalam keadaan netral. Pengaturan propil nyala dapat dilakukan dengan pemilihan gas pengoksidasi dan gas bahan bakar yang tepat sehingga dapat diperoleh suhu yang dikehendaki. Gas pengoksidasi yang dapat dipakai adalah udara atau N2O, sedangkan gas bahan bakar yang dipakai adalah hidrogen, propana, atau asetilen.Bahan bakar

Gas Pengoksidasi

UdaraN2O

Asetilena24503200

Propana22002900

Hidrogen23002900

Penguraian senyawa di dalam nyala adalah sesudah tetesan-tetesan kabut halus cuplikan masuk kedalam nyala, yang pertama-tama terjadi adalah proses desolvasi yaitu penguapan pelarutnya. Selanjutnya yang tinggal adalah butiran-butiran halus padatan cuplikan. Padatan halus cuplikan itu dapat langsung terurai menjadi atom-atom unsur atau berubah dulu menjadi uap kemudian mengurai menjadi atom-atom unsur.

Syarat-syarat analisis kuantitatif secara AAS dengan nyala yang harus dipenuhi antara lain adalah :

1. Cuplikan harus berupa larutan2. Larutan harus encer

3. Jika terdapat banyak senyawa-senyawa pengganggu maka unsur yang akan dianalisis harus dipisahkan terlebih dahulu dari unsur lainnya.

4. Apabila unsur yang akan ditetapkan konsentrasinya sangat rendah maka perlu dilakukan prapemekatan baik dengan penguapan atau ekstraksi

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan :1. Gelas kimia 50 mL

: 1 buah

2. Gelas kimia 100 mL

: 1 buah

3. Labu pengenceran 50 mL

: 7 buah

4. Pipet ukur 1 mL, 2 mL, 5 mL dan 10 mL masing-masing: 1 buah

5. Corong

: 1 buah

6. Botol reagen

: 2 buah

7. Instrumen AAS

: 1 set8. Botol peyemprot

: 1 buah9. Kompresor

: 1 buahBahan-bahan yang diperlukan :

1. Larutan Zn2+ 1000 ppm

2. Larutan Cu2+ 1000 ppm

3. Aquadest

III. PROSEDUR KERJA

1. Pengenceran Larutan

A. Larutan Zn

a. Mengencerkan larutan induk Zn 1000 ppm menjadi 100 ppm dalam 50 mL larutan.

b. Mengencerkan larutan induk Zn 100 ppm menjadi 10 ppm dalam 50 mL larutan.

c. Mengencerkan larutan induk Zn 10 ppm menjadi 1 ppm dalam 50 mL larutan.

d. Mengencerkan larutan induk Zn 10 ppm menjadi 0,8 ppm dalam 50 mL larutan.

e. Mengencerkan larutan induk Zn 10 ppm menjadi 0,6 ppm dalam 50 mL larutan.

f. Mengencerkan larutan induk Zn 10 ppm menjadi 0,4 ppm dalam 50 mL larutan.

g. Mengencerkan larutan induk Zn 10 ppm menjadi 0,2 ppm dalam 50 mL larutan.B Larutan Cu

a. Mengencerkan larutan induk Cu 1000 ppm menjadi 100 ppm dalam 50 mL larutan.

b. Mengencerkan larutan induk Cu 100 ppm menjadi 10 ppm dalam 50 mL larutan.

c. Mengencerkan larutan induk Cu 10 ppm menjadi 1 ppm dalam 50 mL larutan.

d. Mengencerkan larutan induk Cu 10 ppm menjadi 0,8 ppm dalam 50 mL larutan.

e. Mengencerkan larutan induk Cu 10 ppm menjadi 0,6 ppm dalam 50 mL larutan.

f. Mengencerkan larutan induk Cu 10 ppm menjadi 0,4 ppm dalam 50 mL larutan.

g. Mengencerkan larutan induk Cu 10 ppm menjadi 0,2 ppm dalam 50 mL larutan.2. Membuat Larutan Sampel yang Mengandung Cu, dan Zn.3. Mengukur Absorbansi dengan AAS.IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Larutan standar ZnPPM% RSDMean ABSReadings

Blank

Standard 1

Standard 2

Standard 3

Standard 4

Standard 5

Reslope0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

0,2000,5

1,0

0,7

0,9

0,8

0,00,000

0,205

0,390

0,549

0,696

0,809-0,002

0,205

0,392

0,552

0,696

0,8090,003

0,205

0,393

0,551

0,702

0,8060,000

0,204

0,386

0,545

0,689

0,805

4.2 Larutan sampel yang mengandung ZnKonsentrasiAbsobans

0,205

0,390

0,549

0,696

0,8090,205

0,392

0,552

0,696

0,809

4.3 Larutan standar CuPPM% RSDMean ABSReadings

Blank

Standard 1

Standard 2

Standard 3

Standard 4

Standard 5

Reslope0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

0,2001,2

0,9

0,9

0,5

0,8

0,0-0,001

0,065

0,111

0,156

0,204

0,246-0,000

0,065

0,110

0,157

0,203

0,244-0,001

0,066

0,110

0,155

0,203

0,248-0,000

0,065

0,112

0,158

0,205

0,246

Larutan sampel yang mengandung CuKonsentrasiAbsobans

0,065

0,111

0,156

0,204

0,2460,065

0,110

0,157

0,203

0,244

V. ANALISIS DATA

Prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah kurang dari 1 ppm sekalipun. Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode Spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel.

Cara kerja Spektoskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya.

Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Atom-atom akan mengalami transisi elektron bila menyerap energi kemudian detektor akan mendeteksi besarnya energi yang diserap tersebut. Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan.Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar.Sampel larutan yang akan diukur pada instrumen ini dimasukkan dalam gelas plastik bukan gekas kaca karena dalam gelas kaca zat masih dapat menempel. Pipa kapiler akan menghisap larutan dan menyemburkan dalam bentuk kabut pada nyala api.Komponen-komponen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

1. Sumber Sinar

Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi ini dari suatu cuplikan. Maka kita harus menggunakan Hallow Cathode khusus yang ada kode Zn-nya. Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu.Sumber sinar HCL ini yang umum digunakan dalam AAS agar memberikan garis-garis pancaran yang sempit. Tabung lampu diisi dengan gas mulia neon atau argon. Lampu katoda berongga mempunyai waktu hidup sekitar 5000 mA-jam. Bila dioperasian pada 5 mA maka akan dapat melakukan ribuan analisis. Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah tabung awan muatan gas (gas dischange tubes). Salah satu contoh jenis sumber sinar ini adalah lampu uap natrium. Tabung awan muatan gas ini merupakan spektrum pancaran dari logam alkali 2. Sumber atomisasiSumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan Nirous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan analisis menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.a. Nyala udara asetilen

Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan AAS. Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan sistem nyala. Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan. Penguraian senyawa didalam nyala adalah sesudah tetesan-tetesan kabut halus cuplikan masuk kedalam nyala, yang pertama-tama terjadi adalah proses desolvasi yaitu penguapan pelarutnya. Selanjutnya yang tinggal adalah butiran-butiran halus padatan cuplikan Padatan halus cuplikan itu dapat langsung terurai menjadi atom-atom unsur atau berubah dulu menjadi uap kemudian mengurai menjadi atom-atom unsur.

b. Nitrous oksida-asetilen

Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.

Prinsip dari AAS, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom nsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp . Berkas sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar perlu dimodulasi untuk menghilangkan ganguan dari nyala yang mengandung atom unsur cupikan, sebab nyala tersebut juga mengandung :1 Spektrum kontinu yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas bahan bakar yang tereksitasi.2 Spektrum garis yang dipancarkan oleh atom-atom yang dianalisis dan mengalami eksitasi dalam nyala.Agar hanya spektrum garis yang sampai pada detektor, digunakan monokromator yang ditempatkan diantara nyala dan detektor. Monokromator dapat diatur sedemikian rupa sehingga spektrum garis yang dipancarkan oleh atom-atom unsur yang dianalisis mempunyai panjang gelombang tepat sama dengan panjang gelombang spektrum garis dari sumber sinar. d. Detektor

Alat untuk mendeteksi sinar yang telah diadsorpsi adalah detektor. Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Detektor terdiri dari seperangkat peralatan elektron dan bekerja secara otomatis. Detektor dihubungkan dengan alat pencatat hasil analisis yang biasa berupa kertas grafik atau yang lebih modern berupa computer.e. Sistem pengolah

Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serapan atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.

f. Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata. 3. Optimasi peralatan Spektrofotometri serapan AtomPada peralatan optimasi Spektrofotometri Serapan Atom agar memberikan wacana dan sejauh mana sensitivitas dan batas deteksi alat terhadap sampel yang akan dianalisis, optimasi pada peralatan AAS meliputi:

1. Pemilihan persen (%) pada transmisi

2. Lebar celah (slith width)

3. Kedudukan lampu terhadap focus slit

4. Kemampuan arus lampu Hallow Cathode

5. Kedudukan panjang gelombang ()

6. Set monokromator untuk memberikan sinyal maksimum

7. Pemilihan nyala udara tekanan asetilen

8. Kedudukan burner agar memberikan absorbansi maksimum

9. Kedudukan atas kecepatan udara tekan

10. Kedudukan atas kecepatan asetilen. Gangguan pada AAS dan cara mengatasinyaGangguan pada AAS adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan besaran yang diukur menjadi lebih kecil atau lebih besar daripada nilai yang sesuai dengan konsentrasi cuplikan. Gangguan yang dimaksud antara lain :

1 Gangguan matriks yaitu berasal dari matriks cuplikan yang mempengaruhi jumlah banyaknya cuplikan yang mencapai nyala. Gangguan ini dapat menyebabkan mengendapnya unsur yang dianalisis, sehingga jumlah atom yang mencapai nyala lebih sedikit daripada yang sesuai dengan konsentrasi unsur sebenarnya.

2. Gangguan kimia yaitu mempengaruhi jumlah banyaknya atom-atom yang terjadi dalam nyala. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh disosiasi tak sempurna dari senyawa dan ioisasi atom-atom dalam nyala.

3. Gangguan oleh serapan bukan atom yaitu serapan oleh molekul- molekul yang tak terdisosiasi di dalam nyala. Hal ini terjadi bila konsentrasi cuplikan semakin tinggi sehingga yang menyerap sinar bukan atom tetapi molekul sebagai panjang gelombang molekul berimpit dengan garis serapan atom yang dianalisis penyerapan non atomik bertambah bila panjang gelombang yang digunakan semakin kecil.

Cara mengatasi gangguan gangguan antara lain :

1. Gangguan matriks dapat dihilangkan dengan membuat kondisi agar sifat-sifat fisik cuplikan sesama mungkin dengan standar atau dengan menggunakan teknik analisis standar dalam (penambahan standar).

2. Gangguan kimia dapat dihilangkan dengan mengatur kondisi nyala yaitu dengan cara menggantikan kombinasi bahan bakar dan gas pengoksidasi yang digunakan. Cara lainnya yaitu mengekstraksi unsur yang akan dianalisis dengan pengomplekskan terlebih dahulu kemudian dikembalikan ke fasa air atau dianalisis secara langsung dalam fasa organik setelah dikomplekskan. Pelarut organik yang dapat dipakai secara langsung untuk analisis AAS adalah metil isobutil keton (MIBK) atau etil asetat.

3. Penyerapan non atomik dapat diatasi dengan cara bekerja pada panjang gelombang yang lebih tinggi dan menggnakan nyala api yang suhunya lebih tinggiKeunggulan Metoda AAS, antara lain :

Metode AAS mempunyai segi-segi yang baik sebagai berikut :

1. Spesifik2. Batas (limit) deteksi yang rendah.3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur yang berlainan dapat diukur.

4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap laruan contoh, jadi berbeda dengan kolorimetri (yangmemerlukan pembentukan senyawa berwarna), gravimetri (dimana endapan harus dikeringkan dahulu) dan sebagainya. Jadi preparasi contoh sebelum pengukuran adalah sederhana.

5. Output data (absorbance dan konsentrasi) dapat dibaca langsung.

6. Cukup ekonomis.

7. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.

8. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (ppm hingga %).

Ketentuan-ketentuan diatas berlaku untuk Flame AAS atau AAS yang menggunakan nyala dalam proses pengatoman. AAS yang menggunakan cara elektrotermal (GTA) dalam pengatoman mempunyai kepekaan yang jauh lebih tinggi daripada AAS yang menggunakan cara nyala.

Pada percobaan yang dilakukan, yaitu dengan tujuan menentukan kadar Zn dan Cu pada sampel dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (AAS) diperoleh bahwa standar serapan atom pada logam Zn dengan menggunakan udara asetelin sebagai bahan bakarnya dan lampunya Zn, adalah sebagai berikut :

PPM% RSDMean ABSReadings

Blank

Standard 1

Standard 2

Standard 3

Standard 4

Standard 5

Reslope0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

0,2000,5

1,0

0,7

0,9

0,8

0,00,000

0,205

0,390

0,549

0,696

0,809-0,002

0,205

0,392

0,552

0,696

0,8090,003

0,205

0,393

0,551

0,702

0,8060,000

0,204

0,386

0,545

0,689

0,805

Dan standar untuk logam Cu dengan lampunya Cu dan udara asetelin sebagai bahan bakarnya, adalah sebagai berikut :PPM% RSDMean ABSReadings

Blank

Standard 1

Standard 2

Standard 3

Standard 4

Standard 5

Reslope0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

0,2001,2

0,9

0,9

0,5

0,8

0,0-0,001

0,065

0,111

0,156

0,204

0,246-0,000

0,065

0,110

0,157

0,203

0,244-0,001

0,066

0,110

0,155

0,203

0,248-0,000

0,065

0,112

0,158

0,205

0,246

VI. KESIMPULANDari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kadar Cu dan Zn dalam larutan sampel 1000 ppm masing-masing adalah sebagai berikut.A. Perhitungan Zn

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,205 = mg/0,05L

mg = 0,205 x 0,05

= 0,01025 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,390 = mg/0,05L

mg = 0,390 x 0,05

= 0,0195 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,549 = mg/0,05L

mg = 0,549 x 0,05

= 0,02745 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,696 = mg/0,05L

mg = 0,696 x 0,05

= 0,0348 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,809 = mg/0,05L

mg = 0,809 x 0,05

= 0,04045 mg

B. Perhitungan Cu

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,065 = mg/0,05L

mg = 0,065 x 0,05

= 0,00325 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,111 = mg/0,05L

mg = 0,111 x 0,05

= 0,00555 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,156 = mg/0,05L

mg = 0,156 x 0,05

= 0,0078 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,204 = mg/0,05L

mg = 0,204 x 0,05

= 0,00102 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,246 = mg/0,05L

mg = 0,246 x 0,05

= 0,00123 mgVII. DAFTAR PUSTAKA

AnoZnm. 2008. Perbedaan AAS dan Spektrofotometer. http://smk3ae.wordpress.com/AnoZnm. 2008. Spektroskopi Serapan Atom. http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/AnoZnm. 2008. Analisis logam besi (Cu) dengan spektroskopi Serapan Atom. http://209.85.175.104/search?q=cache:3G9snbTau3YJ:rac.uii.ac.id/server/document/LAMPIRAN

A. Perhitungan Zn

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,205 = mg/0,05L

mg = 0,205 x 0,05

= 0,01025 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,390 = mg/0,05L

mg = 0,390 x 0,05

= 0,0195 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,549 = mg/0,05L

mg = 0,549 x 0,05

= 0,02745 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,696 = mg/0,05L

mg = 0,696 x 0,05

= 0,0348 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,809 = mg/0,05L

mg = 0,809 x 0,05

= 0,04045 mg

B. Perhitungan Cu

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,065 = mg/0,05L

mg = 0,065 x 0,05

= 0,00325 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,111 = mg/0,05L

mg = 0,111 x 0,05

= 0,00555 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,156 = mg/0,05L

mg = 0,156 x 0,05

= 0,0078 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,204 = mg/0,05L

mg = 0,204 x 0,05

= 0,00102 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,246 = mg/0,05L

mg = 0,246 x 0,05

= 0,00123 mg

Pertanyaan 1. Jelaskan apakah penambahan nikel berpengaruh terhadap penentuan besi secara AAS? Mengapa ?

2. Jelaskan apakah penambahan sianida berpengaruh pada penentuan besi secara AAS? Mengapa?

3. Buatlah masing-masing grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans pada larutan standar Cu dan Zn! ( konsentrasi = x dan absorbans = y)

4. Dari grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans pada larutan standarnya (pertanyaan no 3) hitunglah :a. Konsentrasi Cu dan Zn pada masing-masing larutan sampel 100 ppm.b. Konsentrasi Cu pada larutan sampel yang mengandung Cu dan Zn.c. Konsentrasi Cu pada larutan sampel yang mengandung Cu, Zn dan CN.

Dengan persamaan : Y = ax + b

Dimana, Y = absorbans larutan

x = konsentrasi

Jawaban Pertanyaan

1. Penambahan nikel berpengaruh terhadap penentuan besi secara AAS, karena dengan penambahan nikel konsentrasi Cu yang dihasilkan semakin besar.2. Penambahan sianida berpengaruh terhadap penentuan besi secara AAS, karena dengan penambahan sianida konsentrasi Cu yang dihasilkan semakin besar.3. Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans pada logam standar Cu

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans pada logam standar Zn

4. Dari grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans pada larutan standarnya Cu dan Zn, maka :A. Perhitungan Zn

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,205 = mg/0,05L

mg = 0,205 x 0,05

= 0,01025 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,390 = mg/0,05L

mg = 0,390 x 0,05

= 0,0195 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,549 = mg/0,05L

mg = 0,549 x 0,05

= 0,02745 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,696 = mg/0,05L

mg = 0,696 x 0,05

= 0,0348 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,809 = mg/0,05L

mg = 0,809 x 0,05

= 0,04045 mg

B. Perhitungan Cu

1. Konsentrasi 0,2 ppm

ppm = mg/L

0,065 = mg/0,05L

mg = 0,065 x 0,05

= 0,00325 mg

2. Konsentrasi 0,4 ppm

ppm = mg/L

0,111 = mg/0,05L

mg = 0,111 x 0,05

= 0,00555 mg

3. Konsentrasi 0,6 ppm

ppm = mg/L

0,156 = mg/0,05L

mg = 0,156 x 0,05

= 0,0078 mg

4. Konsentrasi 0,8 ppm

ppm = mg/L

0,204 = mg/0,05L

mg = 0,204 x 0,05

= 0,00102 mg

5. Konsentrasi 1 ppm

ppm = mg/L

0,246 = mg/0,05L

mg = 0,246 x 0,05

= 0,00123 mg

LAMPIRAN FOTO

A. Mengencerkan Larutan Sampel Cu dan Zn

B. Instrumen AAS

FLOWCHART

2. Pembuatan Larutan Induk Cu 1000 ppm

3. Pembuatan Larutan Induk Zn 1000 ppm

4. Pengenceran Larutan

N/B : Mengencerkan kembali dari 100 ppm menjadi 10 ppm dalam 50 mL larutan, kemudian dari 10 ppm menjadi 1 ppm, 10 ppm menjadi 0,8 ppm, 10 ppm menjadi 0,6 ppm, 10 ppm menjadi 0,4 ppm, 10 ppm menjadi 0,2 ppm

5. Pengukuran Absorbansi dengan AAS

EMBED ChemDraw.Document.6.0

Larutan sampel yang mengandung Cu

- Mengukur aborbans

Larutan sampel yang mengandung Cu hasil pengukuran

Larutan sampel yang mengandung Zn

- Mengukur aborbans

Larutan sampel yang mengandung Zn hasil pengukuran

PAGE 149By : Kelompok 3

_1302971056.unknown

_1302971864.unknown

_1302971886.unknown

_1302971142.unknown

_1302971436.unknown

_1302971042.unknown