majalah_rsdk

44
EDISI 02 | 2013 EPILEPSI TAK HARUS DIJAUHI BEBAS KORUPSI DI RSUP Dr. KARIADI HIPERTENSI KENALI SEJAK DINI ‘BERSAHABAT’ DENGAN TUMOR GARUDA BARU ‘BRANDED’ K

Upload: nifarheya-a-vessthy

Post on 22-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

rsdk

TRANSCRIPT

Page 1: majalah_rsdk

Edisi 02 | 2013

EPILEPSITAK HARUS DIJAUHI

BEBAS KORUPSIDI RSUP Dr. KARIADI

HIPERTENSIKENALI SEJAK DINI

‘BERSAHABAT’DENGAN TUMOR

GARUDA BARU ‘BRANDED’

K

Page 2: majalah_rsdk

Jadwal Praktek Dokter Spesialis Bedah SarafPaviliun Garuda RSUP Dr. Kariadi

No Nama Hari Pukul1. dr. Happy Kurniawan Brotoarianto, Sp.BS Senin - Jumat 07.30 - 09.00

2. dr. Gunadi Kusnarto, Sp.BS Senin - Jumat 07.30 - 09.00

3. dr. Dody Priambada, Sp.BS Senin - JumatRabuJumat

Pagi (on called)16.00 - 17.0013.00 - 15.00

4. dr. Muhammad Thohar Arifin, Sp. BS Senin - Jumat On Called

5. dr. Erie Bambang Priyono A, Sp.BS, PAK Senin - Jumat On CalledINFORMASI Dokter Spesialis Bedah Saraf Privat Instalasi Rawat Jalan Lt.3 RSUP Dr. KARIADI Telp. : 024 – 8413993, 8413476 Ext. 6405

Poliklinik Saraf (epilepsi) Instalasi Rawat Jalan Lt. 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang Praktek setiap hari Senin - Sabtu Pkl. 08.00 - 14.00

Jl. Dr Sutomo No. 16 Semarang, Jawa Tengah - Indonesia 59218 Fax: +6224 8318617 Telp: +6224 8413993, 8413476 ext.6187

Jadwal Praktek Dokter Spesialis Saraf di Paviliun GarudaRSUP Dr. Kariadi Semarang

N0. Nama DokterHARI

SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU

1 dr. Dani Rahmawati, Sp.S(K) 11.00-13.00 - 11.00-13.00 - 11.00-13.00 -

2 dr. Aris Catur Bintoro, Sp.S*

10.00-12.0014.00-17.00

14.00-17.00 10.00-12.0014.00-17.00 14.00-17.00 14.00-17.00 14.00-17.00

3 dr. Jimmy Eko Budi Hartono, Sp.S) 10.00-12.00 10.00-12.00 10.00-12.00 10.00-12.00 10.00-11.00 10.00-12.00

4 dr. Dodik Tugasworo, Sp.S(K) 08.00-10.00 - 08.00-10.00 08.00-10.00 - -

5 dr. Hexanto Muhartomo, M.Kes, Sp.S - 08.00-10.00 - 08.00-10.00 - -

6 dr. Suryadi, Sp.S 13.00-15.00 - - 13.00-15.00 - -

7 dr. Endang Kustiowati, MSi. Med, Sp.S* 08.00-14.00 08.00-14.00 08.00-14.00 08.00-14.00 08.00-12.00 -

8 dr. Retnaningsih, Sp.S-KIC 10.00-12.00 - 10.00-12.00 - 10.00-12.00 -

9 dr. Herlina Suryawati, Sp.S 10.00-12.00 10.00-12.00 10.00-12.00 - - -

* Jadwal Praktek Dokter Spesialis Saraf (Epilepsi)

iNsTALAsi RAWAT JALANRsUP dr. KARiAdi sEMARANG

INFORMASI INSTALASI PAVILIUN GARUDA RSUP Dr. KARIADITelp. : 024 – 8413993, 8413476 Ext. : 7005Poliklinik Garuda : 024 - 8453710

Jadwal Praktek Dokter Bedah Saraf di Paviliun GarudaRSUP Dr. Kariadi Semarang

No Nama Hari Pukul

1. dr. Happy Kurniawan Brotoarianto, Sp.BS Senin - Jumat 07.30 - 09.00

2. dr. Gunadi Kusnarto, Sp.BS Senin - Jumat 07.30 - 09.00

3. dr. Dody Priambada, Sp.BSSenin - Jumat

RabuJumat

Pagi (on called)16.00 - 17.0013.00 - 15.00

4. dr. Muhammad Thohar Arifin, Sp. BS Senin - Jumat On Called

5. dr. Erie Bambang Priyono A, Sp.BS, PAK Senin - Jumat On Called

INFORMASI Dokter Spesialis Bedah Saraf Privat Instalasi Rawat Jalan Lt.3 RSUP Dr. KARIADI Telp. : 024 – 8413993, 8413476 Ext. 6405

Page 3: majalah_rsdk

3RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Selamat bertemu kembali, pada edisi ke- 2 ini kami tampilkan salah satu sisi unggulan lain Rumah Sakit Dr. Ka-riadi yaitu : penanganan epilepsi yang komprehensif dan akan kami kupas tuntas mengenai hal tersebut. Keberhasi-lan tersebut merupakan suatu poses yang panjang.

Dalam editorial ini kami akan mencoba untuk me-mahami proses, proses adalah suatu hal yang hakiki, diban-dingkan hasil, karena dalam proses itulah kita akan tahu apakah perbuatan itu termasuk hal baik atau buruk. Suatu proses yang baik ada dua kemungkinan hasilnya yaitu baik sesuai dengan apa yang kita kehendaki atau buruk seperti apa yang kita tidak inginkan, atau malah menghasilkan yang lebih diluar dugaan

Didalam proses inilah kita bisa mengamati faktor apa saja yang mempengaruhi hasil, sehingga minimal kita bisa memprediksi apakah hasil dari proses tersebut dipeng-aruhi oleh faktor tertentu dan akan menjustis faktor itulah menentukan hasil atau ada faktor lain yang sulit dipastikan yaitu faktor x. Faktor ini adalah faktor yang ditentukan oleh yang Maha memiliki faktor , yaitu Tuhan. Tuhan inilah yang memiliki rahasia faktor x sebagai sang penentu hasil. Se-hingga antara proses dan hasil bukan merupakan ilmu ma-tematik yang jelas hasilnya. Dalam setiap usaha penyembu-han menganut hukum ini, oleh sebab itulah bagaimana agar faktor yang memungkinkan hasil yang diharapkan ini ditata untuk mengatur proses yang harus dilalui, sebagai bahan evaluasi , bukan hasil akhir yang dinilai .

Bagaimana dengan semua standar Rumah Sakit apakah kelas nasional atau lokal ?

INDAHNYASEBUAH PROSES

SUSUNAN REDAKSI PENASEHAT : dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), dr. Bambang

Sudarmanto, Sp.A(K), dr. Agus Suryanto, Sp.PD-KP, Drs. Maskur, MM., dr. Dodik Tugasworo,

Sp.S(K), PENANGGUNG JAWAB : dr. H. Aguswan, Sp.RM, MARS PEMIMPIN REDAKSI : dr.

Darwito, SH, Sp.B, Sp.B(K) Onk, REDAKTUR PELAKSANA : dr. Ika Syamsul Huda, Sp.PD, Neneng

Syamsiah, SKM, MM, Sigit Adianto, SKM, Max Kumara, S.Kom, Suyatno, S.Kom, KONSULTAN

PENERBITAN : Bambang Sartono, ALAMAT REDAKSI : Bagian Hukum, Humas dan Pemasaran

RSUP Dr Kariadi. Jl Dr Sutomo No 16, Semarang, Telp. 024.8413993. Ekt. 8005/1310.

dr. Darwito SH, SpB, SpB (K) Onk

SALAM REDAKSI

Semua itu bukan hal yang pokok , hampir da-pat dikatakan bahwa tidak dapat diperbandingkan , karena semua itu mempunyai tujuan bagaimana men-ciptakan standar proses bukan standar hasil. Standar proses ini lokal akan berkait dengan nasional, dan na-sional berkait dengan internaional.

Perlu dipahami bahwa manusia sebagai su-byeknya, dimana manusia merupakan makhluk yang berstandar lokal, nasional maupun internasional yang sama yaitu memperoleh hak untuk hidup yang sehat dan bermartabat.

Hal inilah yang merupakan bahan perenungan kita semua apakah standar internasional lebih superior dibanding nasional dan lokal atau satu sama lain saling melengkapi.

Semoga kita sadar bahwa dunia lebih indah bila tidak satu uniform, tetapi deferensi atau keberbedaan adalah kindahan yang tiada tara . Sebagaima pelangi akan lebih indah bila ada warna merah, jingga,kuning, hijau maupun ungu.

Semoga RS Dr. Kariadi akan seindah pelangi .

Redaksi

Redaksi menerima artikel atau naskah asli serta saran

yang dapat membantu meningkatkan mutu dan

materi Majalah ERESDEKA. Redaksi berhak menyunting naskah atau artikel tanpa

mengubah isi.

Page 4: majalah_rsdk

4 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

edisi mendatang

daftar isi

Menguatkan ‘Branded’Pelayanan Terdepan

12

7

19

22

16

20

24

26

RSUP Dr. KariadiWilayah Bebas Korupsi

Pentingnya Pengendalian Infeksidi Rumah Sakit

EpilepsiTak Harus Dijauhi

Epilepsi Pada AnakSulit Dideteksi

Sembuhkan EpilepsiBersama Dr. Kariadi

Pertolongan PertamaPenanganan Epilepsi

Penanganan Penyakit SarafPerlu Tersentralisasi

Leptospirosis dapat menyerang semua usia maupun jenis kelamin (laki dan perempuan sama). Penyakit ini dapat berjangkit pada berbagai musim, namun lebih banyak di musim penghujan, apalagi kalau ada banjir. Penyakit ini bisa ditularkan melalui air kencing tikus dan anjing, sehingga air menjadi sara-na penularan, seperti genangan air di daerah banjir, air selokan, atau air sungai .

AWAS LEPTOSPIROSIS

Page 5: majalah_rsdk

Dokter Bedah Saraf RSUP. Dr. KariadiDuduk (dari kiri ke kanan) Prof. Dr. dr. Zaenal Mutaqim, Sp.BS, PhD, dr. Gunadi Kusnarto, Sp.BS, dr. Erie BPS Andar, Sp.BS.PAK (K)

Berdiri (dari kiri ke kanan) dr. Dodi Priyambada, Sp.BS, dr Muhammad Tohar Arifin, Sp.BS, dr. Heppy Kurniawan, Sp.BS

Page 6: majalah_rsdk

KOLOM DIREKTUR

Dr. Bambang Wibowo SpOG. (K)Direktur Utama

6 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan publik dibidang kesehatan secara terus menerus dilakukan. Ini terkait dengan tuntutan

dan dinamika masyarakat yang semakin kompleks serta perkembangan zaman yang mendorong perbaikan dibidang kesehatan untuk terus dilakukan.

Demikian diungkapkan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Semarang Dr. Bambang Wibowo SpOG (K). Dikatakan lebih lanjut, RSUP Dr. Kariadi yang merupakan Rumah Sakit terbesar di Jawa Tengah dan menjadi pusat rujukan bagi Rumah Sakit di daerah, sekaligus juga menjadi Rumah Sakit pendidikan tipe A yang berfungsi melakukan pendidikan bagi dokter spesialis dan sub spesialis FK Undip, institusi pendidikan dan kesehatan lainnya.

‘’Peran menjaga masyarakat untuk tetap sehat dan pendidikan akan terus kami perkuat dan ditingkatkan guna mampu menjawab persoalan-persoalan kesehatan masyarakat kontemporer di masa mendatang ‘’ jelas Dr. Bambang Wibowo,

RSUP Dr. Kariadi yang sudah sejak tahun 1925 menemani dan melayani kesehatan masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya agar tetap sehat, menurut Dr. Bambang Wibowo, akan tetap terus memegang komitmen dan teguh mewujudkan visi dan missi Rumah Sakit untuk dapat memberikan pelayanan

KOMITMENMENJAGA MASYARAKATTETAP SEHAT

terbaik kepada masyarakat.Berbagai upaya, menurut Dirut RSUP

Dr. Kariadi itu telah dilakukan dari waktu-ke waktu untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan berbagai masyarakat. Berbagai kasus-kasus pasien yang sulit mampu diatasi, dan ini merupakan bagian dari kerja keras, tangungjawab dan professional kerja dalam melayani masyarakat.

Upaya lain yang dilakukan utamanya untuk

meningkatkan standar pelayanan, dengan melaksanakan akreditasi dan mengikuti standar pelayanan nasional dan internasional melalui ISO, KARS atau JCI (Join Comission International).

Ditambahkan oleh Dr. Bambang Wibowo dalam upaya membangun kualitas pelayanan yang nyaman, bersahabat dan professional dan bertanggungjawab secara terus menerus dilakukan, walaupun tidak jarang muncul komplain dari masyarakat. Namun hal itu dianggapnya sebagai bentuk perhatian masyarakat, serta peringatan untuk terus berbenah dan memberikan pelayanan terbaik. ‘’Untuk itu saran dan kritik terhadap pelayanan RSUP Dr. Kariadi selalu kami harapkan, agar ke depan pelayanan dapat menjadi lebih baik.’’ Kata Dr. Bambang Wibowo SpOG (K). (T/01)

Komitmen menjaga masyarakat untuk tetap sehat, serta tetap meningkatkan pendidikan akan terus kami perkuat dan ditingkatkan guna mampu menjawab persoalan-persoalan kesehatan masyarakat di masa mendatang

Komitmen menjaga masyarakat untuk tetap sehat, serta tetap meningkatkan pendidikan akan terus kami perkuat dan ditingkatkan guna mampu menjawab persoalan-persoalan kesehatan masyarakat di masa mendatang

Page 7: majalah_rsdk

7RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

Pengendalian infeksi di Rumah Sakit sangat krusial, mengingat dampak dari infeksi terkait perawatan di Rumah Sakit berimplikasi pada

perpanjangan masa rawat inap, kelumpuhan jangka panjang, meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba, beban finansial tambahan yang cukup besar bagi pasien dan keluarganya, serta meningkatnya jumlah kematian.

“Selama lebih dari dua dekade, upaya untuk meningkatkan keamanan pasien telah menjadi perhatian, dan salah satu sasaran utama dari World Health Organization (WHO) adalah secara substansial menurunkan infeksi yang didapat di Rumah Sakit,” papar Dr. Bambang Sudarmanto SpA(K), Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Kariadi Semarang dalam seminar Hari Cuci Tangan Dunia 2013, di gedung Diklat RSUP Dr. Kariadi belum lama ini.

Dalam paparan Makalahnya yang berjudul ‘’Kebijakan RS dalam Program PPI dan PPRA

PENtiNGNyA PENgENDALIAN INfEKSI di Rumah SaKit

“ “Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan umum, di mana infeksi sangat rentan terjadi.

Journal of Hospital Infection 2008 melaporkan, lebih dari 1,4 juta pasien di seluruh dunia,

baik di negara berkembang dan negara maju, menderita penyakit yang disebabkan infeksi

terkait perawatan di Rumah Sakit.

sebagai wujud implementasi Keselamatan Pasien, Dr. Bambang Sudarmanto mengatakan penjaminan keselamatan pasien dilindungi undang- undang dan Permenkes seperti : UU No 44 th 2009 ( Rumah Sakit), UU 25 th 2009 (Pelayanan publik), UU 14 th 2008 (keterbukaan informasi), UU 29 th 2004 (Praktek kedokteran), UU 40 th 2004 (SJSN) serta UU 24 th 2011: (BPJS ). Permenkes 755 th 2011 (Komite Medik) dan UU Kepegawaian.

Dalam Implementasi regulasi di RS juga amanat UU No 44 Th 2009 pasal 14 tentang jaminan untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di RS. Demikian pula UU No 36 th2009, tentang Kesehatan, pasal 152, yang menyebutkan bahwa : Pemerintah bertanggung jawab melakukan upaya pencegahan.

‘’Dari dua UU tersebut mengamanatkan bila RS harus dapat mengelola risiko atau hazard agar mutu pelayanan dapat terjamin’’ terang Bambang Sudarmanto. Konsep pelaksanaan PPI di RS

Dr. Bambang Sudarmanto SpA (K) Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan

Page 8: majalah_rsdk

8 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI8

masih menurut Dr. Sudarmanto, bertujuan untuk menghindari risiko tertularnya infeksi yang berasal dari mikroorganisme di Rumah Sakit. Hal ini juga ada ketentuannya di UU No 44 Th 2009, pasal 46, yakni : ‘’Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang di lakukan oleh tenaga kesehatan di

Rumah Sakit’’ tambah Dr. Bambang Sudarmanto.

‘’Beribu-ribu orang meninggal di dunia setiap hari akibat infeksi yang didapat selama proses pelayanan kesehatan.

Tangan merupakan jalur transmisi utama penyebaran penyakit infeksi

Hand Hygiene merupakan upaya penting mencegah Health-care Associated Infections.

Hand Hygiene mudah dikatakan namun sulit dilaksanakan’’

Belum Optimal.

Dibagian lain diungkapkan Dr.Bambang Sudarmanto penerapan program tersebut dirasakan masih belum optimal. Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial pun akan semakin meningkat, terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Di sisi lain, indikasi perawatan pasien makin ketat.

“Pasien akan datang dalam keadaan makin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien mungkin memerlukan tindakan invasif

Dr. Bambang Sudarmanto SpA (K) Saat menyampaikan materi makalah pada seminar Hari Cuci Tangan Dunia di Gedung Diklat RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Dirut Dr. Bambang Wibowo SpOG (K) menyerahkan hadiah.

MANAJEMEN

Page 9: majalah_rsdk

9RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

PERAGAAN CUCI TANGAN : dr. Najatullah memperagakan cara cuci tangan dalam rangka Hari Hygiene dunia 2013 yang diikuti staf direksi RSUP Dr. Kariadi Semarang

yang lebih banyak. Disamping itu, pasien cenderung untuk mengalami berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial,” ungkapnya.

Salah satu praktek paling sederhana untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit adalah kebiasaan menjaga kebersihan tangan. Penanganan dari pasien satu ke pasien lainnya dan kondisi lingkungan di dalam Rumah Sakit menjadikan tangan para dokter dan perawat rentan menjadi media penularan kuman penyakit.

“Namun masih banyak pekerja kesehatan yang belum menjalankan prosedur mencuci tangan selama bekerja. Berdasarkan pengamatan oleh otoritas

kesehatan publik, kepatuhan dalam menjalankan kebersihan tangan oleh tenaga kesehatan baru sekitar 30-50 persen saja,” papar Dr. Bambang Sudarmanto .

Secara umum di seluruh dunia, tambahnya 5-10 persen pasien mengalami infeksi nosokomial, dengan prevalensi rata-rata 20 hingga 30 persen pada pasien yang masuk ke bangsal ICU 2.

Permasalahan ini merupakan isu yang harus dihadapi dan ditangani oleh fasilitas-fasilitas kesehatan di manapun, termasuk di Indonesia. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. (Tim/T)

Page 10: majalah_rsdk

10 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

KOLOM DIREKTURMANAJEMEN

KARTU BEROBAT BARU PaSien RSuP dR. KaRiadi

Dengan beroperasinya Gedung Garuda Baru RSUP Dr. Kariadi sejak 1 Maret 2013, maka fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Kariadi semakin bertambah lengkap. Bersamaan dengan itu pula mulai diberlakukan kartu berobat baru. Menurut dr. M. Rizqy Setyarto, Sp.B, Sp.BP kartu berobat tampilan baru bagi pasien RSUP Dr. Kariadi, memiliki beberapa keuntungan; seperti memberi kemudahan ketika melakukan pendaftaran. Hal ini juga akan membantu tenaga medis di RSUP Dr. Kariadi untuk lebih cepat dalam melakukan tindakan medis.

Dengan beroperasinya Gedung Garuda Baru RSUP Dr. Kariadi sejak 1 Maret 2013, yang didukung

pelayanan 24 jam, serta dilengkapi fasilitas yang modern dan tenaga medis yang profesional, diharapkan masyarakat semakin mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat ketika mendapatkan pelayanan kesehatan di Gedung Garuda Baru ini adalah sistem pelayanan terpadu, yaitu hampir semua tindakan medis dapat dilakukan di dalam satu gedung, sehingga pasien bisa melakukan serangkaian tindakan medis tanpa harus berpindah gedung. ‘’Tentu hal ini akan membantu pasien dalam keamanan dan kenyamanan selama menjalani perawatan’’ tandas Dr. M. Rizqy Setyarto, Sp.B, Sp.BP-RE.

Dr. dr. M. Rizqy Setyarto, Sp.BP.RE, tengah mensosialisasikan Kartu Berobat baru RSUP Dr. Kariadi

Page 11: majalah_rsdk

11RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

Peresmian Operasional Gedung Garuda Baru, ditandai dengan Pemotongan tumpeng

oleh Direktur Utama Dr. Bambang Wibowo SpOG(K) - Gb Atas.Direktur Umum & Operasional Dr. Aguswan SpKFR, MARS

menyerahkan kenang-kenangan pada pasien pertama Paviliun

Garuda (Gb-2)Para Perawat Paviliun Garuda

dengan senyum manis dan care siap melayani pasien.

Page 12: majalah_rsdk

12 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Salah satu langkah progresif Rumah Sakit plat merah terbesar di Jawa Tengah dan Indonesia Bagian Timur itu adalah : Membuka Pelayanan Baru bernama Paviliun Garuda Baru.

Gedung lantai delapan ini memiliki kapasitas 150 tempat tidur untuk pasien rawat inap.

Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan manajemen RSUP Dr. Kariadi tersebut dalam membuka pelayanan baru Tim redaksi Majalah ERESDEKA mewawancarai Kepala Instalasi Paviliun dr. F. Enggar Sri Legani,M.Kes. Berikut ini hasil wawancaranya.

Sejauh mana persiapan launching Garuda baru.

Persiapan sudah mencapai 80 persen. Sebenarnya soft opening sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Bahkan kegiatan pemeriksaan kesehatan bakal calon Gubernur Jawa Tengah juga dilakukan di gedung Garuda baru.

Pelayanan yang sudah dibuka di gedung Garuda baru itu

MANAJEMEN

12

Rumah Sakit umum Pusat (RSuP) dr.

Kariadi Semarang terus menguatkan

‘core bisnis’nya dalam pelayanan kesehatan. ini dilakukan tidak semata-

mata memburu ‘label’ akreditasi internasional,

tapi juga merespon tuntutan ‘pasar’

pelayanan kesehatan di tanah air yang semakin

kompetitif.

Menguatkan ‘Branded’Pelayanan TerdePan

dr. F. Enggar Sri Legani, M.Kes (Kepala Instalasi Garuda)

12 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Page 13: majalah_rsdk

13RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

diantaranya poliklinik sementara pelayanan yang lain masih menunggu kesiapan jaringan IT, dan emisi, yang diharapkan sudah bisa rampung dalam waktu yang tidak lama lagi. Untuk SDM baik dokter dan para medis sudah lebih dahulu siap. ‘’Memang masih diperlukan penambahan SDM seperti dibagian rekam medis, dan sekarang rekrutmen tahap ke-duanya sedang berlangsung.

apa saja yang disiapkan terkait pengoperasionalan Garuda Baru

Menejemen kini tengah menyiapkan regulasinya. Baik dengan merevisi regulasi yang sudah ada, atau membuat regulasi baru, bila sebelumnya tidak ada. Beberapa regulasi SPO (Standar Prosedur Operasional) nya sudah diterima masing-masing instalasi.

Sebelum dioperasionalkan terlebih dulu dilakukan pengujian. Dimulai dengan mengadakan simulasi surveyor. Disamping itu juga dilakukan survey internal yang meliputi semua aspek pelayanan

Hasil dari simulasi surveyor itu kemudian ditindaklanjuti dengan survey internal. Dari konsultan KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) juga selalu mendampingi selama pelaksanaan pengujian. Untuk tahap pertama, sudah ada hasil dan kemudian disusul dengan survey internal ke- dua.

Dari hasil survey itu kemudian dibawa ke rapat pleno dengan direksi yang selanjutnya digunakan untuk pembuatan regulasi SOP (Standar Operation Prosedure) pelayanan di Garuda. Memang prosesnya cukup panjang, sebelum jadi keputusan final, terlebih dulu regulasi itu ada pengujian aplikasinya benar-benar berjalan atau belum.

Bagaimana keterlibatan direksi dalam penyusunan regulasi

Sangat besar. Para direksi termasuk Direktur Utama sering terlibat langsung. Tidak hanya bersifat on desk saja, tapi juga sampai pada tataran proses di lapangan. Sehingga apa bila terjadi kendala di lapangan akan bisa segera ditangani. Hal ini yang membuat semangat staf terpacu. Ritme staf yang terlibat menjadi lebih termotivasi. Kondisi ini juga didukung sistem akreditasi baru yang lebih aplikatif.

Pelayanan apa saja yang disiapkan di Garuda baru

Sama seperti pelayanan yang telah ada di Garuda

lama, disamping ada poliklinik Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, bedah dan pelayanan dokter spesilalis yang lain. Di gedung Garuda baru telah siap 30 kamar untuk pasien rawat inap, dari 150 kamar yang disiapkan keseluruhan.

13RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Dr. Aguswan SpKFR, MARS dan staf customer service Rawat Jalan Paviliun Garuda Baru siap melayani masyarakat

Page 14: majalah_rsdk

14 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Bagaimana animo masyarakat yang berobat ke Garuda.

Kunjungan pasien yang berobat ke- Paviliun Garuda, baik yang rawat jalan atau rawat inap, jumlahnya terus meningkat, tiap hari rata-rata ada 200-300 kunjungan pasien. Bahkan dalam dua bulan terakhir (Januari- Februari) 2013, tiap bulannya mencapai 5000 orang lebih.

Bagaimana proyeksi kedepan

Proyeksi kedepan sebagaimana yang disiapkan manajemen keberadaan Paviliun Garuda baru adalah untuk merespon pasar. Dimana saat ini permintaan pelayanan pengobatan dan perawatan di RSUP Dr. Kariadi, khususnya untuk golongan menengah atas terus bertambah. Sehingga perlu dilakukan penambahan tempat pelayanan dan kamar untuk rawat inap. Oleh sebab itu Garuda baru diperuntukan untuk pasien kelas VIP dan VVIP.

Selama ini antrean pasien yang menjalani rawat inap di Garuda cukup panjang. Karena keterbatasan tempat tidur yang tersedia, banyak pasien yang tidak bisa terlayani. Jumlah permintaan pasar dan ketersediaan tempat perawatan memang tak seimbang.

apa yang masih jadi bahan evaluasi pelayanan di Garuda.

Salah satunya adalah mengenai on time pelayanan dokter. Sesuai dengan misi & visi pelayanan RSUP Dr. Kariadi juga termasuk di Paviliun Garuda salah satunya adalah memberikan service excellent (SE). Sejak awal dibuka mind side yang ditanamkan kepada petugas yang terlibat pelayanan di Garuda adalah untuk memberikan pelayanan SE. Costumer telah membayar lebih, maka sepatutnya kami juga memberikan pelayanan lebih.

Komitmen ini harus didukung oleh semua petugas yang terlibat pelayanan di Garuda. Di Garuda ini ada costumer internal dan eksternal. Kalau hubungan ini sudah solid maka untuk memberikan pelayanan yang excellent tidak sulit.

Yang masih dikeluhkan pasien adalah soal waktu menunggu dokter terlalu lama. Memang

sampai saat ini masih ada dokter yang masih on call. Ke depan direksi telah menyusun regulasi dengan para dokter yang praktek di Garuda untuk berkomitmen praktek on schedule seperti yang berlaku di RS swasta. Sehingga tidak terjadi benturan jadwal praktek dokter dengan tugas lain seperti operasi, membimbing residen dan sebagainya. Bersyukur dalam perkembangannya sekarang telah banyak dokter yang berkomitmen untuk bisa praktek on schedule .

Kedepan tengah disiapkan adalah Pelayanan terkini di garuda dengan pendaftaran bisa lewat telepon, dan appointment disesuaikan dengan jadwal prakter dokter.

Bagaimana anda memaknai tugas

Tentu saja saya sangat bersyukur. Tugas yang saya emban sebagai Kepala Instalasi Garuda ini adalah ama-nah yang akan kami jalankan dengan menjalankan tu-gas dengan sebaik-baiknya. Pengalaman saya bertugas

14 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

Petugas Lab Garuda mengambil sampel darah pasien.JPG

Page 15: majalah_rsdk

15RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Nama : dr. F. Enggar.Sri Legani,M.Kes TTL : Semarang 12 September 1964.Suami : Pramugari SH, MSiAnak 1. Daniel Pramudita (kuliah di Jerman) 2. Adinda Hayu Pramesti siswi (SMA 4 Semarang)Pendidikan : Lulus FK UNDIP 1993, S-2 (Magister Manajemen Rumah Sakit FK UGM) Karir : Dokter di Puskesmas Mangkang Semarang, tahun 1998 menjadi dokter di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Alamat : Jl. Gaharu -Banyumanik Semarang

sebagai koordinator mutu di IGD selama empat tahun, dua tahun Kepala Intalasi Jantung dan Pembuluh da-rah serta dua tahun di Garu-da menjadikan saya semakin mengetahui ritme bertugas.

Saya menerima tugas ini bukan sebagai beban, me-lainkan kepercayaan dan tanggungjawab yang ha-rus diperjuangkan sesuai dengan tupoksi, misi-visi RS. Saya sangat beruntung bekerja bersama tim dan manajemen yang sangat mendukung tugas terse-but, sehingga tugas terasa ringan. (tim/ T)

Biodata :

15RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan Dr. Bambang Sudarmanto bersama para perawat Paviliun Garuda

Page 16: majalah_rsdk

16 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

BEBAS KORUPSI DI

terjadinya negara gagal bukan suatu kebetulan atau kecelakaan, tapi lebih disebabkan oleh karena ulah manusia, seperti kebijakan dan kesalahan elite kepemimpinan,tindak korupsi yang merajalela, atau

karena hilangnya rasa nasionalisme rakyatnya.

Selama dekade lalu, setidaknya ada 7 negara berkategori negara gagal, yaitu Afghanistan, Angola, Burundi, Republik Demokratik Congo,

Liberia, Sierra Leone dan Sudan, ditambah dengan Somalia. Di antara negara gagal itu, yang betul-betul hancur menjadi collapsed state adalah Somalia yang kini menjadi sarang perompak di pintu terusan Suez. Sedangkan contoh negara yang lemah adalah Columbia.

Disebut sebagai negara gagal ketika pemerintah tidak bisa lagi untuk memenuhi semua kewajiban kepada rakyatnya. Negara lalu kehilangan fungsi sebagai penyedia kehidupan.

Terjadinya negara gagal bukan suatu kebetulan atau kecelakaan, tapi lebih disebabkan oleh karena ulah manusia, seperti kebijakan dan kesalahan elite kepemimpinan,tindak korupsi yang merajalela, atau karena hilangnya rasa nasionalisme rakyatnya. “Jika krisis multidimensi di Indonesia masih berlangsung hingga lima tahun ke depan, tak tertutup kemungkinan negeri ini pun terjerumus masuk dalam kategori negara lemah dan akhirnya menjadi negara gagal.

Salah satu contoh dampak krisis multidimensi di Indonesia adalah tindakan korupsi yang tak terbendung dan merasuk di banyak lini lembaga pemerintahan. Karena korupsi maka banyak proyek

MANAJEMEN

Dirut RSUP Dr. Bambang Wibowo SpOG(K) tengah menandatangani pakta integritas Wilayah Bebas Korupsi di RSUP Dr. Kariadi Semarang

16 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Page 17: majalah_rsdk

17RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

yang dibiayai anggaran negara cepat rusak, bahkan roboh sebelum digunakan sehingga merugikan keuangan negara triliunan rupiah. Korupsi membuat kualitas infrastruktur kian buruk. Ongkos produksi naik, biaya angkut jadi lebih mahal, biaya siluman merajalela. Ujung-ujungnya, risiko bisnis meningkat dan daya saing produk-produk Indonesia tergerus.

Uraian diatas menjadi peringatan untuk Indonesia, semakin lama tindak KKN dibiarkan terus terjadi, maka semakin cepat Indonesia akan hancur. Seandainya ada anggapan tidak ada Institusi atau Lembaga pemerintah yang bisa diharapkan lagi untuk bisa dijadikan contoh dalam melawan korupsi yang teramat parah di negeri ini, maka saatnya RSUP Dr. Kariadi menunjukkan komitmen untuk berperang melawan Korupsi dan menepis anggapan tersebut.

Pada tanggal 11 April 2013 jajaran direksi, pejabat dan staf RSUP Dr. Kariadi menandatangani Pakta Integritas untuk mewujudkan RSUP Dr. Kariadi menjadi wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). sebuah langkah untuk menyelamatkan negara harus berawal dari kesadaran diri sendiri, dalam hal ini RSUP Dr. Kariadi berupaya membangun budaya dan perilaku yang

MANAJEMEN

Jajaran direksi ikut menandatangani Pakta Integritas Wilayah Bebas Korupsi RSUP Dr. Kariadi Semarang

RSUP Dr. KARIADIbersih dari tindak KKN dalam melayani masyarakat.

Direktur utama RSUP Dr. Kariadi Dr. Bambang Wibowo Sp.OG(K) meresmikan pencanangan pembangunan Zona Integritas sebagai langkah awal untuk Mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Integritas individu adalah sikap mental, pikiran dan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai baik serta diyakini bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dalam integritas ini terkandung nilai-nilai kejujuran, loyalitas, komitmen, dan nilai perbaikan, untuk selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk tindakan yang konkrit.

Turut dalam penandatangan pakta integritas tersebut Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik Sarana Kesehatan dari Kementrian Kesehatan, dr H. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes, yang memberikan apresiasi terhadap RSUP Dr. Kariadi yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan berani mengambil tindakan tegas untuk membarantas budaya korupsi.

Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam sambuatannya adalah mengenai sarana pengaduan masyarakat, Hotline pengaduan di RSUP Dr. Kariadi menjadi alat penting bagi Rumah Sakit untuk mengetahui permasalahan masyarakat yang kadang luput dari perhatian.

Dalam kesempatan tersebut Dr. Darwito Sp.Onk selaku Kepala Bagian Hukum Humas dan Pemasaran RSUP Dr. Kariadi menyampaikan kepada wartawan bahwa masyarakat bisa menyampaikan keluhan melalui beberapa sarana, diantaranya adalah SMS Center di nomor 08886509262, Call Center di nomor 024 8450800, dan masyarakat juga bisa memanfaatkan media internet untuk mengakses informasi RSUP

17RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Page 18: majalah_rsdk

18 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

MANAJEMEN

Dr. Kariadi di www.rskariadi.co.id dan berkirim surat melalui email [email protected], semua hal tersebut dilakukan agar Rumah Sakit mampu menjawab sekaligus memberikan pelayanan yang berkualitas bagi semua lapisan masyarakat.

Pembangunan Zona Integritas yang ada di lingkungan RSUP Dr. Kariadi merupakan implementasi dari Rencana Aksi Penerapan Pakta Integritas yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011 serta Inpres Nomor 17 tahun 2011 tentang aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2012 yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 049 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pakta Integritas di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Pentingnya penerapan pakta integritas sebagai best practice di setiap lini pembangunan untuk mewujudkan Pemerintahan Indonesia yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, sebenarnya

telah dinyatakan oleh Presiden RI pada Pidato Kenegaraan Pengantar Nota Keuangan RAPBN 2010 pada tanggal 14 Agustus 2009. Selain itu, konsep, prinsip dan metode Pakta Integritas ini telah dikembangkan di berbagai negara dan hasilnya diakui oleh berbagai lembaga dunia seperti Bank Dunia, UNDP, ADB, dapat mempersempit peluang korupsi dan menghasilkan kinerja yang lebih baik

Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas merupakan langkah awal untuk membangun RSUP Dr. Kariadi menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Hal ini selanjutnya diharapkan mendorong upaya-upaya konkrit dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk berkomitmen anti korupsi.

Pembangunan zona integritas dan wilayah bebas dari korupsi akan mendorong terciptanya perbaikan sistem di Rumah Sakit yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menyelematkan negara dari krisis multidimensi yang secara tidak langsung menyelamatkan negara dari kehancuran.

Dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K) Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi memberi sambutan dalam acara WBK

18 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Page 19: majalah_rsdk

19RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Sebagaimana diungkapkan Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Kariadi Dr. Bambang Sudarmanto SpA (K), bedah Epilepsi

bukan sebagai pilihan terakhir, melainkan pilihan terbaik untuk menyembuhkan penyakit epilepsi jenis tertentu, untuk mencegah terjadinya refrakter yang bisa merusak masa depan.

Pada kasus epilepsi Lobus Temporer angka bebas kejang lebih dari 90 persen, sehingga tindakan bedah epilepsi dianjurkan dilakukan lebih awal. Selain memiliki peralatan canggih seperti EEG Long Time (alat yang dapat mendeteksi pusat kejang secara tepat dan akurat), RSUP dr. Kariadi memiliki tim bedah epilepsi yang reputasinya sudah cukup dikenal baik di dalam maupun di luar negeri.

Menurut Prof. Dr. Zaenal Mutaqim, SpBS(K)PhD,

di Indonesia baru ada beberapa Rumah Sakit yang melayani bedah Epilepsi, salah satunya adalah RSUP Dr. Kariadi. Belum berkembangnya bedah epilepsi di Indonesia selain disebabkan masih kurangnya SDM (dokter saraf dan dokter bedah saraf) juga sarana diagnostic terutama untuk pemeriksaan pra operasi seperti : Vidio EEG (Elektro Ensefalo Grafi, juga MRI (alat foto otak).

Di RSUP Dr. Kariadi sendiri bedah Epilepsi telah dimulai sejak tahun 2000, dan hingga tahun 2013 ini sudah ada sekitar 200 orang penderita epilepsi dari seluruh Indonesia telah menjalani operasi di Semarang. Dari pasien yang menjali operasi bedah yang dipantau selama 12 bulan 80 persen berhasil bebas kejang, dan sisanya mengalami serangan kejang lebih dari dua kali. (tim/01)

Sebagai Rumah Sakit rujukan nasional Bedah Epilepsi, RSUP Dr. Kariadi Semarang terus berbenah. Khususnya dalam melengkapi sarana dan prasarana pendukung pelayanan. Seperti misalnya penambahan SDM (dokter ahli bedah epilepsi), alat-alat kesehatan penunjang pelayanan

Epilepsi.

Bersama RSUP Dr. Kariadi

SEMBUHKAN EPILEPSI

LAPORAN UTAMA

““

Dr. Dodik Tugasworo SpS(K) foto bersama dengan para dokter Neurologi (ahli penyakit saraf) RSUP Dr. Kariadi

Page 20: majalah_rsdk

20 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

mendengar Penyakit epelepsi atau ayan: kita langsung membayangkan

pada seorang penderita (bisa anak juga orang dewasa), yang mendadak

kejang, mulut keluar busa, dan siapapun yang ada didekatnya tentu

akan menaruh iba. Sehingga tak heran kebanyakan orangtua akan langsung

panik ketika dokter memvonis anak mereka menderita epilepsi .Padahal

itu bukan vonis mati, bila diobati secara benar dan teratur, penyakit itu

dapat disembuhkan, bahkan serangan epilepsi bisa dihilangkan.

Seperti diungkapkan dr.Aris Catur Bintoro SpS dokter ahli penyakit saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang : Epilepsi bisa disebabkan

karena kelainan bentukan otak (kongenital), akibat infeksi penyakit yang menyebabkan radang otak, adanya tumor di otak, step berulang, gangguan metabolisme, serta ada yang tidak diketahui penyebabnya.

Epilepsi terjadi akibat tidak normalnya aktivitas listrik di otak. Sehingga menyebabkan kejang dan perubahan perilaku dan hilangnya kesadaran. Tanda-tandanya bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu, kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar atau tiba-tiba black out.

Ada dua jenis epilepsi yang dikenal yaitu : Epilepsi Umum, berupa hilangnya kesadaran, kejang seluruh tubuh hingga mengeluarkan air liur berbusa dan napas mengorok, serta terjadi kontraksi otot yang mengakibatkan pasien mendadak jatuh atau melemparkan benda yang tengah dipegangnya.

Yang kedua Epilepsi Parsial dimana penderita

akan ditandai rasa kesemutan atau rasa tida kenal pada satu tempat yang berlangsung beberapa menit atau jam. Bisa juga, rasa seperti bermimpi, daya ingat terganggu, halusinasi, atau kosong pikiran. Seringkali diikuti mengulang-ulang ucapan, melamun, dan berlari-lari tanpa tujuan.

Sebagian besar penderita epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Anak yang lahir dari keluarga penderita epilepsi, cenderung menderita epilepsi juga. Selain itu, epilepsi juga bisa disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang mengganggu fungsi otak.

“Epilepsi bisa terjadi karena kelainan bentukan otak (kongenital), infeksi penyakit yang menyebabkan radang otak, adanya tumor di otak, step berulang, gangguan metabolisme, serta ada yang tidak diketahui penyebabnya,” papar dr. Aris Catur Bintoro SpS

Penderita epilepsi sebagian besar memang anak-anak, namun epilepsi juga bisa muncul di usia dewasa. Menurut Dr. Retnaningsih SpS(K) FIC,

20 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

EPILEPSI TAK HARUS DIJAUHI

Page 21: majalah_rsdk

21RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

obat antiepilepsi.Dijelaskan guru besar FK Undip ini di seluruh dunia

ada sekitar 50 juta orang yang hidup dengan epilepsi atau ODE dan sekitar 2 juta di antaranya di Indonesia. Dari jumlah tersebut, lebih dari seperempatnya atau hampir 400.000 orang tidak bisa lagi diobati. Satu-satunya cara penyembuhan penderita epilepsi adalah bedah syaraf.

“Ada sekitar 300.000-400.000 penderita epilepsi atau penyakit ayan di Indonesia telah kebal obat. Mereka hanya bisa disembuhkan dengan bedah syaraf,” ujar Prof Zaenal saat ditemui Tim Redaksi Majalan ERESDEKA di SMF Bedah Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Prof Zaenal mengakui, tidak semua pasien yang telah menjalani operasi akan sembuh total. “Di dunia saja, baru 60-70 persen pasien saja yang bebas kejang, 8-10 persen pasien tidak bisa disembuhkan setelah operasi,” jelasnya. (Tim/01)

LAPORAN UTAMA

EPILEPSI TAK HARUS DIJAUHIdokter konsultan dan ahli kegawatdaruratan penyakit saraf dari FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi Semarang, kasus epilepsi pada orang dewasa biasanya terjadi karena infeksi atau trauma di kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan memar otak.

Bebas kejang

Dikatakan dr. Retna obat-obatan yang diberikan pada pasien epilepsi tidak langsung menyembuhkan epilepsi, tapi hanya bersifat mengendalikan atau menjarangkan serangan, bahkan menghilangkannya. “Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah bebas kejang,” paparnya.

Seorang penyandang epilepsi umumnya memerlukan obat sampai tidak dijumpai lagi serangan dalam jarak waktu tertentu, tergantung dari tipe epilepsi, riwayat epilepsi masa lalu, dan hasil rekaman listrik otak.

Tindakan operasi bisa dilakukan jika pengobatan yang diberikan pada pasien tidak mengurangi keluhan epilepsi. “Di RSUP Dr. Kariadi tindakan operasi bisa dilakukan jika pemeriksaan MRI menunjukkan ada glioma atau jenis tumor jinak,” imbuh Kepala SMF Saraf RSUD Dr. Kariadi. Meski sudah dilakukan operasi, namun pasien epilepsi tetap wajib mengonsumsi obat anti kejang.

‘’Yang penting diketahui orangtua, epilepsi tidak selalu mengakibatkan kemunduran kecerdasan pada penderita. Anak juga bisa bisa beraktivitas dengan normal seperti anak sehat lainnya asalkan tetap teratur mengonsumsi obat.’’ jelas dr. Retno.

Bedah Syaraf

Sementara perihal pilihan untuk tindakan bedah saraf bagi penderita EP, jelas Prof. Dr. dr. Zaenal Muttaqin, SpBS, karena penderita EP sudah tidak bisa sembuhkan dengan obat-

21RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

dr. Aris Catur Bintoro SpS

Page 22: majalah_rsdk

22 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

Epilepsi adalah kelainan yang disebabkan oleh terbentuknya sinyal listrik di dalam otak yang menyebabkan timbulnya kejang berulang.

Pada umumnya, epilepsi ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: Pertama - Terjadi kejang atau bangkitan berulang. Kedua : Bangkitan atau lebih dan lebih dari 1 episode (kejadian). Kejang terjadi tanpa faktor provokasi atau penyakit otak akut.

Kejang sering terjadi mendadak tanpa dapat diperkirakan sebelumnya. Manifestasi kejang epilepsi berupa pandangan kosong, kaku otot, pergerakan tidak terkontrol, penurunan kesadaran, perasaan ganjil atau kejang seluruh badan.

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kejang, antara lain: Kelalaian meminum obat, Kurang tidur, Makan tidak tepat waktu, Stres, kegembiraan dan kesedihan berlebih, Siklus menstruasi atau perubahan kondisi hormonal, Sakit atau demam, Mengonsumsi obat di luar obat untuk epilepsinya, Mengonsumsi alkohol dan narkoba.

Pertolongan Kejang

Jangan panik apabila menemukan seseorang di sekitar Anda mengalami kejang. Pertolongan pertama yang harus dilakukan bila seseorang di dekat Anda mengalami kejang.

Jangan takut, jangan panik, utamakan keselamatan dan bertindak tenang. Pindahkan barang-barang berbahaya yang ada di dekat pasien. Jangan pindahkan pasien kecuali berada dalam bahaya. Longgarkan kerah kemeja atau ikat pinggang agar memudahkan pernafasan.

Jangan masukkan apapun ke mulut pasien, atau benda keras di antara gigi karena benda tersebut dapat melukai pasien. Bila pasien muntah atau mengeluarkan banyak liur, miringkan kepala pasien ke salah satu sisi. Observasi kondisi kejang. Perhatikan keadaan kesadaran, warna wajah, posisi mata, pergerakan keempat anggota gerak, dan suhu tubuh, waktu saat kejang mulai dan berakhir, serta lamanya kejang.

Tetap di samping pasien sampai keadaan pasien

di antara beberapa penyakit yang menjadi momok bagi banyak orang, epilepsi adalah salah satunya. epilepsi memiliki banyak konsekuensi dari segi sosio-ekonomi, antara lain timbulnya rasa malu dalam pergaulan, hilangnya izin mengemudi, kesulitan melakukan pekerjaan dan sebagainya. Selain itu, epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan usia, gender, RaS sosial dan ekonomi.

PerTOlOnGan Pertama Penanganan ePilePSi

Dr. Retnaningsih SpS (K) FIC

Page 23: majalah_rsdk

23RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

pulih sepenuhnya. Bila setelah kejang berakhir tidak ada keluhan atau kelemahan, maka pasien dapat dikatakan telah pulih. Namun bila pasien mengalami sakit kepala, terlihat kosong atau mengantuk, biarkan pasien melanjutkan istirahatnya. Jangan mencoba memberi stimulasi pada pasien jika keadaan pasien belum sepenuhnya sadar. Biarkan pasien kembali pulih dengan tenang.

Obat supositoria (0bat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang/ celah pada tubuh, umumnya melalui rectum/ anus) dapat diberikan untuk menghentikan kejang.

Segera cari pertolongan medis atau Rumah Sakit bila: Kejang berlangsung selama 2-3 menit. Kejang yang diikuti kejang berikutnya tanpa ada fase sadar diantaranya pasien terluka saat kejang.

Diagnosa Epilepsi

Diagnosa epilepsi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan menyeluruh dari anamnesa/ riwayat medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnostik. Pada sebagian besar kasus, anamnesa dilakukan terhadap orang di sekitar pasien (keluarga, teman kerja, dll), karena pasien epilepsi sering tidak dapat mengingat kejang yang mereka alami.

Untuk pemeriksaan penunjang, dokter akan menggunakan Electroencephalogram (EEG), pemeriksaan radiologi berupa Computed Tomography (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Selain itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis dan dosis obat yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

Pernah melihat orang tiba-tiba tertawa sendiri atau menangis sendiri? Atau pernahkan Anda menyaksikan seseorang yang tiba-tiba bengong?

Menurut dr. Retnoningsih konsultan penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi ini adanya kejadian orang tiba-tiba tertawa sendiri, menangis sendiri dan bengong sebentar bisa menjadi tanda-tanda epilepsi.

Menurut Retnoningsih epilepsi adalah suatu kondisi yang diakibatkan adanya bangkitan epilepsi. Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah suatu kondisi yang diakibatkan lepasnya

muatan listrik yang berlebihan dari sel-sel otak (neuron).“Misalnya, seharusnya listrik yang dikeluarkan oleh

neuron 10 volt. Pada epilepsi bisa 50 volt sampai 100 volt. Pusat listrik itu menjalar ke sekitar dan memerintahkan suatu gerakan,”

“Manifestasi klinik ini terjadi secara tiba-tiba dan sementara berupa perubahan perilaku yang stereotipe, dapat menimbulkan gangguan kesadaran, gangguan motorik [kejang], sensorik, otonom ataupun psikis,” jelasnya.

Dokter Retno menambahkan selama ini banyak orang menganggap yang termasuk epilepsi hanya kejadian seperti ayan dan kejang. Padahal, bentuk bangkitan epilepsi bisa bermacam-macam tergantung bagian otak mana yang mengalami muatan lepas berlebihan.

Hilang Kesadaran

Kejadian kejang demam (step) yang dipicu demam bukan termasuk epilepsi. Namun, jika kejang demam terus-menerus bisa juga lama-kelamaan menyebabkan epilepsi. Selain kejang demam, apabila ada peristiwa kecelakaan dan korban langsung mengalami kejang, hal itu juga bukan epilepsi.

Begitu pula pada wanita yang melahirkan apabila terjadi eklampsia, kejang yang dipicu kondisi hamil, itupun bukan epilepsi. Menurut International Leaque Against Epilepsy (ILAE) pada 1981, macam epilepsi adalah kejang umum atau kejang general dan kejang sebagian atau kejang atau kejang parsial fokal.

Kejang umum bersifat simetris di kedua sisi dan tanpa didahului kejang lokal. Berdasarkan kontraksi otot yang timbul, kejang umum terbagi menjadi berbagai jenis yaitu tonik, clonik atau tonik-clonik, absence, lennox-gastaut syndrome, juvenile myoclonic epilepsy, spasme pada bayi, atonik (astatic, akinetic) seizures.

Kejang parsial : diawali dari gejala yang bersifat lokal dan terbagi menjadi dua yaitu simpel dan kompleks. Kejang simpel adalah kejang parsial yang timbul tanpa adanya kehilangan atau perubahan kesadaran dan fungsi psikologis. Kejang fokal simpel terbagi menjadi beberapa jenis yaitu motoris, somatosendor, otonom dan hanya psikologis.

Kejang kompleks : terjadi jika pasien mengalami hilang kesadaran. Kejang ini diawali dengan kejang parsial yang lambat laun bertambah progresif dan akhirnya pasien kehilangan kesadaran. Bisa juga dari awal sudah terjadi hilang kesadaran. (Tim/T)

Page 24: majalah_rsdk

24 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

Gejala yang muncul bisa jadi dianggap sebagai gejala kondisi lain, sehingga selama berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun tidak terdiagnosis dengan tepat. Gejala yang muncul pada setiap anak akan bervariasi dan tergantung pada jenis epilepsi yang diderita. Oleh karena itu sangat penting untuk mengenali gejala-gejala epilepsi pada anak.

Epilepsi yang tidak segera ditangani dapat mengakibatkan anak menjadi tidak mampu belajar dan mengalami masalah perilaku serta sosial. Beberapa gejala epilepsi yang bisa muncul pada anak:

1. Tatapan Mata KosongJika anak berhenti melakukan apa yang

sedang dia lakukan dan menatap dengan tatapan mata kosong seperti melamun, orang tua harus waspada. Gejala ini disebut sebagai kejang petit mal (petit mal seizure).

Lengan atau kepala anak mungkin akan tampak

lunglai, namun kejang jenis ini biasanya tidak akan menyebabkan anak jatuh ke bawah atau kehilangan kesadaran. Setelah kejang berakhir (berlangsung dalam waktu 30 detik sampai satu menit) anak tidak akan menyadari apa yang telah terjadi.

2. Kejang Total (Total Convulsions)Kejang grand mal (grand mal seizures) adalah

penyebab kejang total tubuh. Kejang ini merupakan kejang yang paling serius. Kejang total akan menyebabkan anak jatuh ke tanah dan kehilangan kesadaran.

Kejang total biasanya berlangsung sekitar 2 sampai 5 menit. Selama kejang berlangsung tubuh anak akan kaku dan bergetar tak terkendali. Anak mungkin akan kehilangan kontrol kandung kemihnya, sehingga keluar air seni tanpa disadarinya. Selain itu, air liur mungkin juga akan keluar disertai bola mata anak yang memutar ke belakang.

Setelah kejang berakhir, anak akan bingung selama beberapa menit, otot-ototnya menjadi sakit dan akan

ePilePSiPada Anak SUliT dideTekSi

Epilepsi (epilepsy) bisa sulit untuk didiagnosis

pada anak-anak karena mereka belum bisa

mengungkapkan apa yang mereka rasakan

atau alami.

Page 25: majalah_rsdk

25RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

tertidur untuk waktu yang lama.

3. Kedutan (Twitching)Meskipun kedutan dapat muncul pada

berbagai jenis epilepsi, namun akan terlihat lebih jelas pada epilepsi fokal. Kedutan biasanya bersifat lokal, kemungkinan dimulai pada satu jari atau telapak tangan.

Kemudian akan semakin memburuk, menjalar hingga ke lengan kemudian menyebar sampai sebagian atau seluruh tubuh menjadi berkedut. Sebagian anak tetap sadar, namun sebagian yang lain akan kehilangan kesadaran saat mengalami gejala ini.

4. AuraAura dianggap sebagai tanda peringatan.

Aura terjadi sesaat sebelum kejang berlangsung. Sebuah aura dapat menyebabkan anak tiba-tiba merasa sakit tanpa sebab, mendengar suara yang tidak nyata, atau mencium bau yang tidak ada sumbernya.

Anak juga akan mengalami masalah dengan penglihatan atau perasaan aneh di suatu tempat di bagian tubuhnya, terutama di perutnya. Walaupun anak mungkin tidak mengenali tanda-tanda peringatan sebagai aura, seiring berjalannya waktu Anda akan dapat menghubungkan tanda-tanda awal dengan serangan epilepsinya.

Bisa disembuhkan

Gangguan yang dialami ibu pada masa kehamilan serta proses persalinan yang sulit bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak dan timbulnya epilepsi. Karena itu kejadian epilepsi pada anak-anak lebih tinggi. Namun dengan kepatuhan minum obat dan pola hidup yang sehat epilepsi bisa disembuhkan.

Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat beragam. Sebagian besar kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Namun beberapa diantaranya disebabkan karena gangguan otak seperti kelainan bawaan, trauma otak, infeksi, hingga kekurangan oksigen saat persalinan.

Seorang anak bisa disebut menderita epilepsi jika ia mengalami kejang spontan dua kali atau lebih tanpa sebab yang jelas. Pada dasarnya

epilepsi tidak menular dan tidak mengganggu kecerdasan anak. Bila anak kejang lebih dari 15 menit memang bisa merusak otaknya. Namun biasanya kejang hanya berlangsung tak lebih dari tiga menit.

Pengobatan epilepsi sebaiknya mempertimbangkan aspek efek sampingnya. Tidak hanya mencari obat yang paling murah, tapi perlu perhatikan efek sampingnya karena ada yang bisa mengganggu konsentrasi dan menyebabkan alergi.

Pengobatan monoterapi atau memakai satu jenis obat, menurut dia lebih efektif dibanding beberapa jenis obat. Makin sedikit obatnya, makin bagus hasilnya. Sekitar 70 persen tidak kejang sama sekali.

Pasien epilepsi memang harus mengonsumsi obat dalam jangka panjang karena itu diperlukan kepatuhan agar terapinya berhasil. Setelah dua tahun tidak kejang lagi, kita akan evaluasi. Obat juga tidak boleh dihentikan seketika namun perlahan-lahan,” paparnya.

Penghentian obat secara mendadak, bisa berakibat fatal. Meski sudah tidak kejang lagi tapi belum tentu aktivitas listrik di otaknya sudah normal. Jika obat dihentikan anak bisa kejang-kejang hebat. Ini justru berbahaya,” katanya. (Tim/T)

Page 26: majalah_rsdk

26 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Sebagai unsur pendukung pelayanan Epilepsi di RSUP Dr. Kariadi Semarang,

Bagian Ilmu Penyakit Saraf (Bagian Neurologi) Fakultas Kedokteran Undip Semarang memiliki andil besar. Karena

bagian ini, tidak hanya menjadi penyedia SDM (dokter) saja, tetapi juga memikul tanggungjawab dalam pengembangan

ilmu penyakit saraf termasuk di dalamnya Epilepsi.

PENANGANAN Penyakit SarafPERLU tERSENtRALiSASi

Dr. Dodik Tugasworo SpS (K)

LAPORAN UTAMA

Untuk mendukung pelayanan epilepsi, bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Undip telah menyiapkan dokter-dokter yang

yang mumpuni. Ada tiga dokter yang menjadi anggota tim Epilepsi masing-masing: dr. Aris Catur Bintoro SpS, dr. Endang K SpS(K) dan dr. Herlina Suryawati SpS’’ jelas dr. Dodik Tugasworo SpS(K) Kepala Bagian Penyakit Saraf FK Undip Semarang.

Menurut dr. Dodik dalam hal penanganan penyakit Epilepsi, atau penyakit saraf yang lain: kemampuan tim medis Rumah Sakit RSUP Dr. Kariadi, sudah tak perlu diragukan. Selain SDMnya yang kompeten, juga didukung peralatan medis yang canggih. Misalnya EEG Long Time, alat yang dapat digunakan untuk pendeteksi kejang pada penderita Epilepsi yang tergolong tercanggih di Indonesia.

Di bidang pengembangan akademis, Bagian Neurologi FK Undip mencatat prestasi yang membanggakan yakni terpilih menjadi bagian neurologi terbaik nasional diantara Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran di Indonesia.

Kelebihan EEG Long Time menurut Dr. Dodik Tugasworo : alat ini bisa digunakan merekam gelombang listrik di otak penderita. Dengan alat ini bisa direkam selama 24 jam, sehingga bisa diketahui secara cepat dan tepat waktu dan pusat kejang penderita epilepsi. Hasil ini rekaman EEG ini akan ditentukan tindakan selanjutnya pada penderita Epilepsi. ‘’ Dari hasil perekaman EEG LT ini, menjadi bahan rekomendasi perlu dilakukan operasi bedah saraf pada penderita epilepsi atau tidak ‘’ terang dokter Dodik.

Sejumlah peralatan medis canggih untuk

Dr. Dodik Tugasworo, SpS (K)

Page 27: majalah_rsdk

27RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

penanganan penyakit saraf lain yang dimiliki RSUP Dr Kariadi antara lain: TCD (alat untuk melihat aliran darah otak ) EMG, EEG (2), PSG (untuk melihat gangguan tidur), TNS (Trans Magnet), serta sejumlah peralatan medis yang lain.

Butuh Sosialisasi

Diakui dr. Dodik sampai saat ini sosialisai penanganan penyakit epilepsi dan juga penyakit saraf yang lain dirasa masih kurang. ‘’Publikasi masih minim, demikian pula SDM yang ahli dibidang per- Epilepsi-an, sudah waktunya ditambah. Tidak seperti sekarang, kita hanya memiliki Prof. Dr. dr. Zaenal. Kiranya sudah perlu disiapkan tenaga dokter ahli bedah epilepsi yang lain, sehingga bila P. Zaenal berhalangan, penanganan bedah saraf terhadap penderita epilepsimasih masih bisa tetap berjalan’’ papar Dodik.

Ketua PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) Jawa Tengah ini masih memprihatinkan kondisi pelayanan penyakit saraf yang trennya terus meningkat yaitu stroke . ‘’Semua RS milik pemerintah hampir semua memiliki ‘’Unit Stroke’’, sayang mungkin keberadaanya baru sekadar Unit Stroke ‘tanda petik’, Karena belum tergarap secara maksimal. Padahal bila unit ‘padat karya’, padat teknologi, sehingga sangat bagus kalau dikembangkan’’ jelasnya.

Tantangan ke- depan.

Menjawab pertanyaan, tantangan bidang penyakit saraf ke depan, ia mengatakan masih sangat menantang. Dibidang pelayanan masih banyak potensi yang bisa digali. Bidang ini bisa dijadikan layanan unggulan di RSUP Dr. Kariadi. ‘’Salah satu tren penyakit saraf yang terus meningkat adalah penyakit stroke. Sayang peluang ini belum ditangkap oleh pengelola RS

‘’Di RSUP Dr. Kariadi sudah punya Divisi Stroke, namun pelayanan belum dilakukan secara terpadu, sehingga belum bisa maksimal. Akibatnya belum bisa memberi kontribusi maksimal terhadap pendapatan RS.’’ ungkap dr. Dodik.

Belum tersentralnya penanganan stroke di RS, baik mulai dari pemeriksaan hingga perawatan, menyebabkan pengelolaan penyakit yang masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia tidak bisa maksimal.

Pelayanan terpadu yang dimaksud dr. Dodik, seyogyanya baik SDM (neurologi, bedah saraf, penyakit dalam, gizi, teraphis) tersentral di satu tempat, sehingga bisa memberikan pelayanan dan perawatan secara komprehensif. Karena pelayanan tidak tersentral menyebabkan pelayanan stroke tidak bisa maksimal.

Kondisi ini bisa terjadi karena pemahaman dan pengetahuan dokter dan para medis mungkin masih kurang. ‘’ Atau karena dokter neurologi tidak ada di IGD, pasien stroke bisa nyasar di bagian lain. Mestinya dokter neurologi juga disiagakan di IGD. Demikian juga dokter jantung, sehingga apa bila ada penderita stroke yang membutuhkan pelayanan cepat di IGD, dapat segera ditangani.

‘’Seperti kita ketahui penanganan stroke, butuh pelayanan cepat dan terintregasi dari beberapa bagian seperti : saraf, penyakit dalam, bahkan juga bagian teraphis. Nah yang masih terjadi, pelayanan di RS satu sama yang lain masih terpisah-pisah. Ini yang menyebabkan pelayanan tidak bisa maksimal’’ terang dr. Dodik.

Untuk itu ke depan, pihaknya telah mengusulkan konsep pengembangan pelayanan neurologi termasuk penanganan stroke di RSUP Dr. Kariadi kepada Direksi. Dengan pelayanan yang lebih maksimal, tak hanya menjadikan penanganan penyakit stroke menjadi lebih familier. Sehingga ke depan RSUP Dr. Kariadi juga bisa menjadi rujukan pelayanan stroke. (tim/ 01)

LAPORAN UTAMA

Page 28: majalah_rsdk

28 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Kunci kesuksesan pengobatan berbagai penyakit terletak pada kepatuhan mengonsumsi obat yang diresepkan. Begitu pula dengan epilepsi.

Rutin menjalani pengobatan yang diberikan, tak pelak menjadi keberhasilan bagi penyandang epilepsi (PE) untuk meraih kualitas hidup yang baik. Hal ini diungkapkan oleh spesialis anak dari RSUP Dr, Kariadi Semarang dr. Alifiani Hikmah Putranti SpA (K) dalam sebuah seminar Epilepsi yang digelar di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Dikatakan dr. Alifiani, serangan berulang akibat ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan dapat berujung fatal. “Bisa menyebabkan jaringan otak rusak sehingga menyulitkan terapi, bahkan memperparah kondisi sehingga berisiko membahayakan pasien,” terangnya.

Dia juga menegaskan agar pengobatan dilakukan

hingga tuntas. Artinya, jangan sampai pengobatan tersebut putus di tengah jalan. “Jangan sampai menghentikan asupan obat atau mengubah obat paten menjadi obat substitusi di tengah jalan, tanpa konsultasi dokter,” tambahnya.

Dengan demikian, kandungan hayati obat epilepsi

haruslah stabil dari waktu ke waktu, mengingat manajemen pengobatan untuk PE berlangsung dalam jangka waktu panjang. Peningkatan kandungan hayati ini dapat berisiko meracuni tubuh pasien. Di lain pihak, penurunan kandungan hayati justru berisiko memicu terjadinya kekambuhan sampai 80%.

KePatuhan penyandang epilepsi dalam mengonsumsi obat antiepilepsi sangatlah penting. Sebab, ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang

dilakukan justru memperparah penyakit tersebut.

PaTUH PengobatanEpilepsi BiSa diSeMBUHkan

28 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

LAPORAN UTAMA

Perawat Kamar Bedah tengah memeriksa pasien

Jadi, diagnosis sedini mungkin serta penentuan obat antiepilepsi yang tepat, mutlak diperlukan karena keduanya berperan besar dalam kesembuhan PE nantinya. Pengobatan epilepsi diperlukan untuk mengurangi kecenderungan otak mendapatkan bangkitan dengan cara mengurangi kegiatan elektrik yang berlebihan atau mengurangi rangsangan yang diterima oleh neuron atau saraf.

“Anak yang masih mempunyai plastisitas otak yang baik, akan berusaha memperbaiki kerusakan jaringan yang ada. Apabila serangan kejang masih terjadi, plastisitas otak tidak bisa bekerja dengan baik sehingga kerusakan jaringan semakin nyata,” papar dr. Alifiani.

Hal senada juga diungkapkan dr. Endang Kustiowati

SpS(K) MSi, Med. dari bagian SMF Neurologi RSUP Dr.Kariadi, ketidakpatuhan pengobatan akan menurunkan platisitas otak dan bagi anak PE akan mengalami gangguan tumbuh kembang. PE memang tidak lepas dari beban moral yang menyertai dalam segala aktivitas yang dilakukan di tengah stigma negatif masyarakat terhadap penyakit ini. Terlebih, serangan epilepsi juga bisa muncul kapan dan di mana saja.

Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar

sangat diperlukan. “Agar mereka (PE) merasa nyaman sehingga membangkitkan semangat untuk patuh terhadap pengobatan dan terhindar dari bahaya status epileptikus,” tutur dr Endang.

Epileptikus adalah serangan beruntun lebih dari 30 menit yang berdampak kematian. Apalagi, lanjut Endang, mengingat pengobatan epilepsi memakan waktu bertahun-tahun, yang membuat PE longgar disiplin terhadap kepatuhan pengobatan.

Penggunaan dan pemilihan obat antiepilepsi ini

haruslah berdasarkan pengawasan dokter. Terlebih lagi, apabila PE ingin melakukan penggantian obat dari obat paten menjadi obat substitusi ataupun sebaliknya. Salah satunya adalah AED (antiepilepsi drugs). Fungsi AED tidak menyembuhkan,namun indikasi obat ini untuk mencegah kejang. Dalam hal ini, peran dokter sangat penting guna menjabarkan detail risiko yang terjadi akibat penggantian obat tersebut. (Tim/T)

Page 29: majalah_rsdk

29RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI 29RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Gangguan EPILEPSI(EP) pada anak dapat diwaspadai sejak dini. Caranya, segera periksakan anak ke dokter apabila sering melakukan gerakan-gerakan aneh.

Anak Sering Gerakan AnehPOTenSi ePilePSi

LAPORAN UTAMA

Pentingnya peranan orangtua melakukan deteksi dini epilepsi dengan memperhatikan perkembangan anak serta kelainan-kelainan yang mungkin terjadi selama tumbuh

kembangnya, seperti gerakan-gerakan aneh tanpa sebab dan berulang, serta reaksi terkejut (kaget) tanpa sebab yang jelas dan terjadi berulang hingga beberapa kali,” tutur Ketua

Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi di Indonesia (PERPEI), dr Anna Marita Gelgel SpS(K) di Jakarta baru-baru ini mengatakan:

Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia. Gangguan epilepsi dapat menyerang siapapun, tidak hanya orang dewasa dan anak-anak, orangtua dan bayi yang baru lahir

pun dapat terserang. Kepatuhan dalam mengonsumsi obat antiepilepsi

adalah kunci utama mengontrol serangan epilepsi. Sedangkan, ketidakpatuhan terhadap pengobatan epilepsi dapat memperparah penyakit epilepsi itu sendiri.

Akibat serangan yang tidak terkontrol yang akan memicu perubahan neuron, sehingga menyulitkan terapi epilepsi, bahkan menimbulkan risiko yang membahayakan keselamatan pasien epilepsi, seperti serangan epilepsi beruntun lebih dari 30 menit yang disebut status epileptikus yang berdampak kematian. (Tim/T)

29RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Ketua PERPEI

“ “

Page 30: majalah_rsdk

30 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Jakarta, Epilepsi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia termasuk anak-anak. Tapi jangan khawatir, sekitar 70-80 persen epilepsi pada anak-anak bisa sembuh

dengan obat.

“70-80 epilepsi pada anak bisa sembuh dengan obat, cuma makan obatnya agak lama sedikit,” ujar Dr Hardiono D Pusponegoro, SpA(K) dari divisi saraf anak, Departemen Ilmu Penyakit Anak UI dalam acara seminar media ‘Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi’ di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

Dr Hardiono menuturkan jika jarak epilepsi antara 2 kejang lebih dari 6 bulan maka belum perlu diberikan pengobatan, tapi jika jarak kejangnya berdekatan maka bisa diberikan obat. Monoterapi (penggunaan 1 obat lebih baik) dari politerapi.

“Orang yang menerima monoterapi sekitar 70 persen bebas dari serangan atau tidak kejang, sedangkan 30 persennya memerlukan obat tambahan (politerapi). Namun untuk politerapi perbaikannya sekitar 40 persen jadi kesempatan sembuhnya lebih kecil,” ungkapnya.

Pengobatan yang dilakukan ini untuk mencapai kualitas hidup yang optimal seperti mengurangi frekuensi atau menghentikan serangan, mencegah efek samping serta menurunkan angka kesakitan.

“Hal yang paling penting dan pertama adalah ya harus nurut dan yang paling berbahaya adalah kalau orang itu bosen minum obat,” ujar dr Lyna Soertidewi, SpS(K) MEpid dari Departemen ilmu penyakit saraf UI.

dr Lyna menuturkan pengurangan obat anti epilepsi harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap dan tidak boleh dihentikan secara mendadak. Karena jika seseorang langsung berhenti minum obat maka bisa menyebabkan serangan yang lebih hebat lagi dan berakibat fatal.

“Dari ia mulai tidak kejang-kejang (bebas kejang), lalu 2-3 tahun berikutnya baru dosisnya diturunkan setelah melakukan pemeriksaan EEG,” ungkap dr Lyna.

Penderita epilepsi berat yang tidak menjalani terapi umumnya memiliki harapan hidup yang lebih pendek dan risiko cacat kognitif lebih tinggi, terutama

jika kejang tersebut sudah dialami sejak masa anak-anak.

dr Lyna menuturkan ada beberapa faktor yang bisa memicu kejang seperti perubahan konsentrasi listrik, ireguler interneuron koneksi, exitatory amino acid (asam glutamat) dan inhibitory asam amino (gamma amino butiric acid).

Sementara itu dr Irawati Hawari, SpS, Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia mengungkapkan ada faktor-faktor luar yang bisa menjadi pencetus seperti terlalu kelelahan, kurang tidur, terlalu panas atau dingin, pikiran dan stres secara psikis. Meski tiap anak beda-beda pencetusnya.

“Kalau sudah bebas bangkitan (kejang) 2-3 tahun dan semuanya normal, maka dosisnya diturunkan perlahan hingga nanti ia bisa sembuh, meski tidak ada yang bisa menjamin. Karena ada yang sudah sembuh lalu mengalami kecelakaan atau trauma kepala bisa menjadi pencetus, itu bisa epilepsi lagi,” ujar dr Ira.

Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat beragam. Beberapa diantaranya disebabkan gangguan otak akibat kelainan bawaan, gejala sisa infeksi dan trauma otak, namun sebagian kasus tidak diketahui penyebabnya.

70-80 % Epilepsi Pada AnakBiSa SeMBUH denGan OBaT

LAPORAN UTAMA

Page 31: majalah_rsdk

31RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Pakar Ilmu Bedah Saraf Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Dr. dr.Zainal Muttaqin SpBS, di SMF Bedah Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang kepada wartawan Mjl.

ERESDEKA baru-baru ini mengatakan; bedah saraf merupakan salah satu alternatif penyembuhan epilepsi setelah upaya penyembuhan

Perkembangan ilmu bedah saraf indonesia sudah mampu menyembuhkan penyakit epilepsi atau setidaknya mengurangi frekuensi serangan terhadap penderitanya.

Bedah Saraf‘Cara PaMUnGkaS’Sembuhkan Epilepsi

melalui obat-obatan tidak berhasil.“Jika dengan obat penderita

tidak kunjung sembuh, justru akan menyebabkan terjadinya kebal terhadap obat,” katanya. Menurut dia, teknik bedah saraf yang dipelajari dan dikembangkannya seusai menempuh pendidikan di Jepang merupakan yang pertama di Indonesia. Ia menuturkan, operasi bedah saraf bagi penderita epilepsi dilakukannya pertama kali pada tahun 2000 silam, terhadap seorang wanita pasien berusia 35 tahun.

Hingga saat ini, dirinya telah melakukan bedah saraf terhadap sebanyak 170 penderita epilepsi, di mana 106 di antaranya sudah lebih dari setahun menjalani kehidupan pasca operasi.

“Dari 106 penderita yang telah lebih dari setahun menjalani operasi, tingkat kesembuhan hingga mereka bebas dari kejang mencapai 75 persen, sedangkan sisanya mengalami peningkatan kesembuhan berupa berkurangnya serangan,” ungkap Zainal yang akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Bedah Undip pada 19 Desember 2008 mendatang.

Ia menegaskan, epilepsi bukanlah penyakit turunan. Menurut dia, epilepsi merupakan penyakit yang diderita

sejak seseorang masih berupa janin di dalam rahim, yang diakibatkan oleh beberapa sebab. Ia menjelaskan, epilepsi muncul akibat gizi bagi janin yang kurang saat di dalam kandungan atau sakit keras yang pernah diderita seorang wanita yang sedang hamil.

Hal tersebut, lanjut dia, dapat menyebabkan bekas pada otak bayi. Selain itu, proses kelahiran yang lama akibat sempitnya jalan keluar bayi, juga menjadi salah satu penyebab epilepsi. Dengan bedah saraf ini, lanjut dia, tentunya akan sangat membantu, karena jangan sampai epilepsi justru mengganggu kehidupan seseorang (tim/s)

LAPORAN UTAMA

““

31RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Pelaksanaan Operasi Epilepsi oleh Dr. Bedah Saraf RSUP Dr. Kariadi

Page 32: majalah_rsdk

32 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

gALERI

Dirut RSUP Dr. Kariadi Saat memberikan penjelasan tentang pela-yanan kesehatan di RS Kariadi kepada Gubernur Jateng Bibit Waluyo

Ketua IDI Jateng bersalaman dengan Direktur SDM dan Pendidikan dalam Penandatanganan MoU

Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan Dr. Bambang Sudarmanto SpA (k) saat memberi penjelasan dengan Balon Gubernur Ganjar Pranowo

Tim sekretariat akreditasi foto bersama disela-sela persiapan Akreditasi RSUP Dr. kariadi Semarang

Dr. dr. Ismoyo Sunu.SpJP(K),FIHA.FasCC.FICA menggunting pita tanda peresmian pameran dalam rangkaian seminar Cardiology Update 2013 di Hotel Patra Semarang baru-baru ini

Peserta seminar Stroke di RSUP Dr. Kariadi 8 Juni 2013

Page 33: majalah_rsdk

33RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Para staf yang tergabung dalam tim survey akriditasi KARS, ter-lihat serius mendengarkan pengarahan dari TIM Akreditasi KARS

gALERI

Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Dr. Bambang Wibowo SpOG(K) saat mendampingi Balon Gubernur Jateng saat menjalani tes kesehatan

Dr. Bambang Sudarmanto SpA (K) memotong tumpeng disaksikan man-tan direksi RSUP Dr Kariadi pada acara peresmian paviliun Garuda baru

Direktur Keuangan Drs. Maskur MM saat menyalami salah seorang peserta fashion show karyawan RSUp Dr. Kariadi

Direksi dan anggota tim Akreditasi KARS berfoto bersama setelah men-jalani survey akreditasi KARS

Calon pegawai baru RSUP Dr. Kariadi Semarang saat menjalani tes performance

Page 34: majalah_rsdk

34 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

DOKTER KITA

3434 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Namun ditangan dokter ahli Bedah Saraf jebolan FK Undip dan UNPAD Bandung ini, ‘obyek’ yang mengerikan menjadi

bidang yang menyenangkan. Dan urusan bedah-membedah cranium (batok kepala) untuk mencari keganasan (tumor) otak, menjadi pekerjaannya sehari-harinya dibagian bedah saraf di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

‘’Sejak lulus bedah umum, saya sudah punya kesukaan bedah-bedah tumor. Dan hasilnya sering saya presentasikan pada acara pertemuan-pertemuan bedah. Dari situlah mungkin P. Zaenal (Prof. Dr. dr. Zaenal Muttaqin, SpS) melihat kemampuan saya dibidang pertumoran, kemudian dia meminta saya untuk membantunya di FK Undip dan RSUP Dr. Kariadi’’ ungkap dr. Dodik menceritakan tentang awal-mulanyanya dia ‘pulang kampung’ ke Jawa Tengah setahun lalu.

Kembalinya dr. Dodik ke- institusi tempat dimana ia pernah belajar dan memperdalam ilmu bedahnya (RSUP Dr. Kariadi) tergolong istimewa, karena dia tidak semata menjadi tenaga fungsional di bagian bedah saraf, melainkan langsung ditunjuk menjadi Kepala SMF Bedah Saraf menggantikan seniornya dr. Gunadi SpBS.

‘’Saya memilih RS. Dr. Kariadi, karena Rumah Sakit Pendidikan dan ini telah menjyang menjadi impian saya. Karena dengan bekerja di RS Pendidikan saya bisa mengembangkan ilmu dan

ANDA jangan coba membandingkan ‘hobi’ atau kesukaan pria yang satu ini dengan hobi kebanyakan pria lain. Karena yang menjadi ‘obyek’ dari hobi pria kelahiran Pekalongan 48 tahun lalu itu, bisa membuat syok orang yang mendengarkan. Apa itu?. BedahTumor Otak, salah penyakit saraf mematikan yang tentu amat sangat ditakuti semua orang.

BERSAHABATDr. Dodi Priyambada SpBS

DenganTUMOR OTAK

skill bedah saya. Jadi jujur pindah saya ke Semarang obsesi nya ya untuk belajar dan belajar, bukan menjadi Kepala SMF lho ?’’ seloroh dr.Dodik ia sebelumnya tak pernah membayangkan bakal ditunjuk menjadi Kepala SMF Bedah Saraf RSUP Dr. Kariadi.

Karena itu sudah menjadi keputusan direksi, bapak dua putra ini mengatakan siap menjalankan amanah tersebut dengan penuh dedikasi dan tanggungjawab. Dokter Dodik mengaku dalam menjalankan tugasnya di bagian bedah saraf, tidak menemui kendala berarti.

‘’Koordinasi dengan senior dan yunior berjalan baik, sehingga tugas-tugas baik yang berhubungan dengan pendidikan maupun pelayanan bedah saraf di FK Undip dan RSUP Dr. Kariadi Semarang bisa berjalan baik. ‘’ terang dr. Dodik.

Penyakit Tumor Menyinggung cakupan pelayanan yang menajdi

aranah bidang Bedah Saraf, Dodik mengatakan cukup luas. Diantaranya meliputi : Onkologi (tumor), pediatrik (anak dan hedrocephalus), spine (tulang belakang), trauma (Kecelakaan), vaskuler (pembuluh darah), epilepsi, stroke, rekontruksi, ineksi (abses cerebri) dan fungsional

Menurut dr. Dodik dari sekian macam penyakit saraf yang perlu penanganan bedah saraf , paling tinggi didominasi penyakit tumor, jumlah kasusnya mencapai 30 persen atau sekitar 208 kasus dari 600 kasus bedah sarah yang ditangani di RSUP Dr. Kariadi selama tahun

Page 35: majalah_rsdk

35RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

DOKTER KITA

2012. Peringkat berikutnya adalah kasus penyakit saraf akibat trauma sebanyak 106 kasus, spien ( 103), pdeatrik ( 88) kasus, stroke (24) kasus dan Epilepsi (17) kasus.

‘’ Sebenarnya Epilepsi berada di urutan ke -7, penyakit saraf yang ditangani di bagian bedah saraf. Hanya lantaran RS Dr. Kariadi menjadi rujukan nasional penangan Epilepsi, maka bidang ini mendapat penanganan dan pengembangan secara serius.l’’ papar Dodik.

Yang menjadi tantangan ke depan sebagai pusat rujukan penanganan EP, menurut dr. Dodik yang mendesak perlu dilakukan oleh manajemen RSUP Dr. Kariadi adalah penambahan SDM dokter yang ahli dibidang EP, serta penambahan peralatan medis seperti MRI dan kamar operasi.

‘’ Ini yang belum maksimal di Kariadi. Misalnya belum adanya MRI, menyebabkan harus mengirim paseien ke RS lain sebelum menjalani operasi bedah. Demikian pula masih terbatasnya kamar bedah di Karidai , menyebabkan daftar tunggu antrean operasi pasien panjang, sehingga menjadi kendala percepatan penangan pasien yang harus ditangani dengan pembedahan.’’ ungkap dr. Dodik

Yang juga perlu mendapat perhatian besar adalah, penanganan penyakit tumor,seperti tumor pada dasar tengkorak yang operasinya sampai membutuhkan waktu 10 jam, sehingga dibutuhkan keahlian dan ketrampilan tersendiri.

Soal SdMDikatakan dr. Dodik lebih lanjut, di RSUP Dr.

Kariadi sekarang memiliki 7 dokter sub spesialis bedah sarah. Dalam satu tahun rata-rata jumlah pasien yang ditangani mencapau 700 orang. ‘’ Kalau melihat perbandingan antara dokter dan jumlah pasien yang dilayani sementara masih bisa mengcover. Tapi kedepan mesti sudah harus dilakukan penambahan SDM. Ini juga untuk mengantisipasi kalau ada dokter yang pensiun’’ kata dr. Dodik.

Sebagai RS rujukan sebaiknya, tambah dr. Dodik, setiap dokter bedah harus punya spesialiasi. Misalnya untuk bidang tumor, trauma, tulang belakang, masing-masing dibutuhkan dua dokter lagi. ‘’Sekarang komposisinya satu bidang masih satu dokter’’ jelas dr. Dodik

Penambahan dokter bedah saraf di RSUP Dr.

35RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Kariadi dibenarkan dr. Dodik telah menyebabkan perubahan yang signifikan. Jumlah penderita yang dilayani mengalami peningkatan signifikan.

‘’Satu tahun terakhir ini, jumlah penderita yang bisa ditangani bagian bedah saraf mencapai 700. Pada hal sebelumnya paling banyak hanya sampai 300 pasien pertahun. Ini baru tambah satu dokter, kalau bisa tambah dua atau tiga dokter lagi, tentu akan semakin banyak lagi pasien bedah saraf yang bisa ditangani, dan antrean pasien tidak panjang lagi’’ tambah dr. Dodik.

Menurut dr. Dodik untuk menambah SDM, FK Undip bekerjasama dengan FK Unair untuk mendidik residen bedah saraf. Pendidikan dasarnya dilakukan di FK Unair, sedang pematanganya dilakukan di FK Undip/ RS Dr. Kariadi ‘’ Karena secara administarsi kita belum bisa mendidik residen sendiri. Dua tahun ke depan diharapkan kita sudah bisa mendidik residen bedah saraf sendiri’’ paparnya.

Promotif dan Preventif.Dibagian lain diungkapkan dr. Dodik pengetahuan

masyarakat dan dokter terhadap kejang Epilepsi harus memadai. Sebab kejang epilepsi penyebabnya cukup komples. Misalnya kejangnya diawali dari mana? Itu bisa ditelusuri. Kalau ditemukan sumbernya ada di bagian otak maka penanganannya bisa melalui operasi. Baik dokter umum atau masyarakat juga harus mengetahui gejala kejang epilepsi itu sendiri.

Dokter Dodik menambahkan, mencegah dan menghindari penyakit tumor bisa dilakukan dengan cara menjaga pola hidup, seperti ; olah raga cukup, makan makanan yang tidak banyak pengawetnya, (nahan makananan alami atay tidak terkomtaminasi pestisiada. Sedang untuk pengobatan, semakin dini penanganan tumor, tambah dr. Dodik makin kecil risikonya dan operasi lebih sederhana. (tim/T)

Dr. Dodik bersama para dokter bedah saraf RSUP Dr Kariadi Semarang

Page 36: majalah_rsdk

36 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Sejak tahun 1987 sampai 1993, ia menjalani pendidikan untuk meraih Doktor and Clinical Training di Dept. of Neurosurgery, Hiroshima University School of

Medicine, Hiroshima, Jepang. Dan dari tahun 1993 sampai 1994 mengikuti adaptasi spesialis di Universitas Padjajaran Bandung.

Mulai 1994, ia jadi dosen FK Undip yang mengajar Neurophysiology, Neuroimaging, and Neurosurgery. Pada tahun 2007 dikukuhkan sebagai guru besar bidang Neurosurgery di FK Undip.

Ia anggota berbagai organisasi profesi, seperti IDI, IKABI, Perspebsi, Perdossi, Perpei, Asian Epilepsy Surgery Congress (AESC), Asian Congress of Neurological Surgeon (ACNS) dan World Federation of Neurosurgical Societies (WFNS) Skull Base Surgery Committee. Ia sering menangani kasus pembedahan yang terkait dengan Skullbase Tumors, Cerebrovascular Disease, Epilepsy Surgery, dan Neuroimaging.

Namanya mulai meroket, ketika sukses memimpin tim Bedah Epilepsi pertama di Indonesia yang tercatat sebagai Rekor MURI. Pembedahan itu buah kerjasama dengan Universitas Hiroshima, Universitas Kagoshima, dan Shizuoka National Epilepsy Center di Jepang. Operatornya Prof Kazunori Arita, ahli bedah saraf dari Universitas Hiroshima, Jepang, yang pernah menjadi dosennya.

Pasien yang dioperasi, Maria Oen, 34 tahun, sejak lahir menderita epilepsi. Selama berpuluh tahun itu pula kejang-kejang seperti menjadi bagian hidupnya sehari-hari. Dalam sebulan bisa tiga-empat kali ia mendapat

DOKTER KITA

36 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Prof. Dr. Zainal Muttaqin, Sp.BS (K), Ph.D lahir di Semarang, 24 November 1957. Alumnus Fakultas Kedokteran Undip tahun 1983 ini kini bekerja sebagai dosen FK Undip dan praktik di Bagian Neurosurgery RS Dr Kariadi. Tinggal di Jl. Permata Semeru B-27, Semarang bersama istrinya, Nadhira dan tiga anaknya, Soraya Rachima, Mohammad Kamil, dan Nabila Amalina.

Sebelum dilakukan pembedahan, selama ini pengobatan pasien epilepsi dilakukan dengan meminum obat secara rutin, yang tentu saja biayanya jadi besar, karena obat itu selalu diminum tiap hari sepanjang hidupnya.

Prof. Dr. Zainal Muttaqin, Sp.BS (K), Ph.D

HilangkandiskriminasiPenderita Epilepsi

serangan kejang selama dua menit. Semula, hingga menginjak usia 10 tahun, keluarganya mengira Maria terserang “step”. Namun, setelah diketahui menderita epilepsi - orang awam biasa menyebut ayan - Maria tetap tidak tahu apa yang membuat tubuhnya tiba-tiba mengejang. Penyakitnya tak kunjung reda. Padahal, setiap bulan ia menghabiskan Rp 1,2 juta untuk obat-obatan. Tahun 1989, Maria juga sudah berobat ke Thailand. Tahun 1996, ia pun mengupayakan kesembuhan di Singapura. Hasilnya nihil. Ternyata justru warga Salatiga itu bisa disembuhkan tak jauh-jauh dari kotanya, di Semarang, berkat kepiawaian tim bedah yang dipimpin dokter Zaenal.

Sejak itu, ia menerima rujukan para penyandang penyakit ayan atau epilepsi yang sulit diobati dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Hingga akhir Desember 2009, sebanyak 240 pasien telah dioperasi, dengan hasil angka bebas serangan kejang mencapai hampir 80%. “Dalam tiga tahun terakhir, jumlah penyandang epilepsi yang dioperasi mencapai 40 sampai 50 kasus per tahun,” ungkapnya.

Page 37: majalah_rsdk

37RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

DOKTER KITA

37RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas pelayanan bagi para penyandang epilepsi ini, Kementerian Kesehatan telah setuju menjadikan RS Dr Kariadi Semarang sebagai Pusat Rujukan Nasional untuk Bedah Epilepsi (Indonesian National Epilepsy Center, Level 3 sampai 4).

Penderita epilepsi, menurut Prof Zaenal, berjumlah sekitar 0,6% dari kurang lebih 220 juta penduduk Indonesia. Jadi, di negeri ini penderitanya sekitar 1,5 juta. Penyebab awal epilepsi terjadi pada masa perinatal atau awal kelahiran hingga bayi berusia satu tahun. Bayi-bayi yang kekurangan zat asam, gangguan di perut akibat ibunya demam tinggi, atau bayi lahir tak langsung menangis, bisa menyebabkan kelahiran bayi penderita epilepsi. “8% pasien epilepsi disebabkan kelainan genetika, sedang 92% nya karena gangguan pada perkembangan otak,” ungkap putra pedagang di Pasar Johar ini.

Singkatnya, epilepsi adalah sekumpulan kelainan pada otak yang mengakibatkan mudah terjadinya serangan kejang berulang. “Penyakit ini merupakan gangguan serius pada otak yang paling sering terjadi. Dan saat ini, ada sekitar 50 juta orang yang hidup dengan epilepsi,” tambahnya.

Sebelum dilakukan pembedahan, selama ini pengobatan pasien epilepsi dilakukan dengan meminum obat secara rutin, yang tentu saja biayanya jadi besar, karena obat itu selalu diminum tiap hari sepanjang hidupnya. “Apotik diberi hak untuk menjual obatnya sampai 30% dari harga pabrik, sehingga obat yang dibeli pasien tentu lebih mahal. Bayangkan kalau obat itu harus diminum secara rutin,” ungkapnya.

Padahal penelitian di berbagai negara membuktikan, 30 sampai 40% penderita epilepsi mengalami kegagalan pengobatan (epilepsi refrakter). Pada penderita epilepsi refrakter, pemakaian obat-obat terbaru atau kombinasi obat-obatan yang ada hanya menolong 5% penderitanya. Sedangkan operasi yang tepat bisa

menolong 40 % penderita epilepsi refrakter.

Memang, tak semua penderita ayan bisa ditolong dengan operasi. Penyebabnya, ada beberapa bagian otak manusia yang jika diangkat akan berdampak buruk pada kerja motorik lainnya. Padahal, prinsip operasi medis adalah untuk membuat hidup pasien menjadi lebih berkualitas.

Kalau kerusakan terjadi pada lobus temporalis (bagian samping), dan bagian itu diambil, pasien tidak akan mengalami cacat. Namun, penderita epilepsi yang kerusakan otaknya terdapat pada pusat bicara atau bahasa, pusat gerak (area motoris) yang berada di otak depan sebelah belakang, atau pusat penglihatan, operasi tidak mungkin dilakukan karena dampaknya akan sangat fatal. Pasien bisa kehilangan memori bahasa, lumpuh separuh, atau buta. Artinya, sangat tidak mudah untuk melakukan bedah epilepsi.

Kendala Operasi

Prof Zaenal mengatakan, di Indonesia bedah epilepsi terbatas dilakukan, karena ketersediaan sumber daya manusianya, khususnya dokter saraf dan dokter bedah saraf jumlahnya relatif masih sedikit. “Ahli bedah saraf umumnya masih disibukkan oleh pekerjaan rutin seperti mengelola kasus-kasus cedera kepala, stroke dan tumor otak. Mereka sudah sibuk dengan kasus-kasus tersebut, sehingga kasus-kasus yang jumlahnya memang tidak sebanyak kecelakaan lalu lintas, seperti epilepsi, menjadi terabaikan,” ungkapnya.

Belum berkembangnya operasi epilepsi di Indonesia, selain disebabkan kurang tersedianya sumber daya

manusia, juga karena kurangnya sarana diagnostik untuk penderita epilepsi. Terutama untuk pemeriksaan

pra-operasi, seperti Video Elektroensefalografi (Video EEG). Video EEG ini diperlukan untuk

kasus-kasus yang dengan pemeriksaan EEG biasa sulit ditentukan lokasi pusat kejangnya. Kebetulan pada pasien pertama yang dioperasi Prof Zaenal, tanpa alat tersebut sudah bisa ditemukan pusat kejangnya.

Kedua, alat MRI, yaitu alat foto untuk otak. Di Indonesia alat ini baru ada di Jakarta dan Surabaya sehingga terpaksa

waktu itu si pasien dikirim ke RSCM di Jakarta untuk diambil foto MRI-nya. Selain itu biaya foto MRI cukup tinggi, Rp

1,5 juta sampai Rp 2 juta untuk satu kali pengambilan. Selain itu, juga

perlu ada perlengkapan sarana bedah saraf mikro yang baik. Di Indonesia belum semua Rumah Sakit memiliki peralatan ini.

“Namun bila dibandingkan dengan biaya pembelian obat

Page 38: majalah_rsdk

38 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

tiap hari seumur hidup, tentu biaya pembedahan ini lebih murah,” ungkapnya. Dan pasiennya sangat bersyukur, karena tak lagi terserang ayan di muka umum.

Ia berharap penderita ayan jangan diasingkan oleh keluarganya. Karena penyakit ini tidak menular, juga jangan takut bertemu atau bersalaman dengan penderitanya. “Edukasi perlu terus dilakukan oleh media massa, agar penderita ayan tidak diasingkan masyarakat,” ungkapnya. Ia sendiri rajin memberikan penyuluhan rutin lewat RRI.

Prof Zainal meminta masyarakat menerima secara wajar penderita ayan. “Mereka sama saja dengan orang lain. Jangan ada lagi pandangan yang salah dan sumir terhadap mereka. Diskriminasi dalam kesempatan pendidikan dan kerja juga harus dihilangkan,’’ ujarnya. Epilepsi, bisa terjadi pada siapa saja. Baik si kaya maupun si miskin, berpendidikan maupun yang tidak sekolah.

Keberhasilan Operasi

Tentang keberhasilan operasi, Prof Zaenal menyatakan, ada beberapa tingkatan. Tingkatan yang paling sempurna apabila orang ini tidak mengalami serangan kejang lagi dan suatu saat nanti-biasanya sampai tiga tahun-obat dihentikan tanpa ada kekambuhan lagi.

Bisa pula derajat ini tidak bisa dicapai, namun ada tingkatan sedikit di bawahnya, yaitu frekuensi kejangnya menjadi berkurang sekali. Misalnya, kalau tadinya sebulan 3-4 kali, sekarang menjadi setahun 3-4 kali. Lalu bentuk serangannya. Kalau tadinya serangannya misalnya kejang seluruh tubuh kemudian disertai tidak sadar, maka sekarang hanya semacam gangguan psikis saja.

Sebagai contoh, ia menunjuk pasiennya dari Salatiga yang setiap kali menjelang terjadinya serangan mengalami gejala rasa takut yang tidak bisa dijelaskan. Tiba-tiba saja rasa takut ini muncul, kemudian ada rasa tidak enak di perut seperti isi perut naik ke atas mau keluar, kemudian tangan kanannya kejang dan tidak sadar. Itu perjalanan serangan yang dialaminya sebelum dilakukan tindakan operasi.

“Gejala yang sering tertinggal setelah menjalani operasi adalah gejala psikisnya. Rasa takut dan rasa tidak enak di perut itu mungkin akan masih tertinggal, tetapi tanpa disertai kejang, tanpa disertai tidak sadar. Keadaan ini masih bisa diterima kalau kemungkinan hasil maksimum tidak tercapai,” katanya.

“Dengan pilihan pasien yang sesuai, tepat, dan data-data pemeriksaan aktivitas listrik otak dan lain sebagainya mendukung, keberhasilan operasi bedah epilepsi bisa di atas 80%,” tegas besar pertama Undip dalam bidang epilepsi itu.

Bebas Kejang

Suami dari Nadhira itu menjelaskan, tujuan utama pengobatan tersebut adalah membuat penderita bebas dari serangan epilepsi, terutama kejang. Pasalnya, kejang tiba-tiba itu dapat menyebabkan cedera, bahkan kematian bila terjadi di tempat yang tidak menguntungkan. Misalnya di dekat kolam, api, atau di tengah keramaian jalan raya. “Serangan kejang bukan tidak mungkin bisa memengaruhi kedudukan seseorang di lingkungan sosial atau kerjanya,’’ tuturnya. Memang saat ini ada berbagai jenis obat antiepilepsi (OAE) yang biasa diberikan pada penderita, baik yang baku maupun modern. Namun demikian 30-40% pasien masih saja mengalami serangan kejang walau sudah mengonsumsi OAE modern.

Lantas apa hubungan kejang dengan pembedahaan? Dokter ahli di RS Dr Kariadi Semarang itu menjelaskan, serangan kejang pada epilepsi disebabkan oleh lepasnya muatan listrik secara masif dan tidak terkendali dari sekelompok sel-sel otak, yang kemudian meluas ke seluruh otak.

Daerah otak yang karena suatu sebab, sel-selnya secara spontan dan berulang menjadi titik awal terjadinya kejang, disebut sebagai zona epileptogenik. Pada epilepsi parsial atau fokal, zona itu terbatas dan umumnya dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan otak.

“Jadi, bedah epilepsi adalah tindakan bedah untuk menghilangkan kejang dengan cara mengangkat atau mengeliminasi zona tersebut dan tetap mempertahankan daerah otak yang memiliki fungsi penting seperti pusat bicara, gerak anggota badan, penglihatan, pendengaran, dan pemahaman atau arena interpretasi umum,” jelasnya.

Bedah epilepsi telah dimulai sejak tahun 2000 di RSUP Dr Kariadi Semarang. Hingga Desember 2007, kata dia, 164 pasien dari seluruh Indonesia telah menjalani operasi di Semarang. Dari 106 pasien pascabedah yang dipantau selama 12 bulan, 75 kasus di antaranya berhasil bebas kejang. Serangan kejang tidak lebih dari dua kali per tahun ada 17 kasus. Sementara serangan itu berkurang lebih dari 75% dibandingkan sebelum operasi ada 14 kasus (Bangsar/ T)

DOKTER KITA

38 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Page 39: majalah_rsdk

39RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Herman Yosep, laki-laki 69 tahun asal Wonogiri sudah 4 kali mengalami serangan stroke. Serangan pertamanya terjadi tahun 2000,

sedangkan yang terakhir baru sekitar 3 bulan yang lalu dan sekarang sudah bisa berjalan meski masih dalam tahap pemulihan.

Pada serangan pertama, kondisi fisik Herman langsung menurun dengan sangat drastis dalam kurun waktu 24 jam saja. Dari yang tadinya masih dalam kondisi bugar, tiba-tiba langsung tidak bisa berjalan, tidak bisa bicara dan ingatan banyak berkurang.

Butuh waktu sekitar 4 bulan untuk memulihkan kondisi fisiknya hingga bisa beraktivitas seperti biasa. Itupun tidak bisa pulih 100 persen, kira-kira hanya mencapai sekitar 70-80 persen dibandingkan kondisi awal sebelum mengalami serangan stroke.

Hingga serangan ke-3, dampak stroke yang dialami Herman umumnya masih bisa pulih. Memang tidak benar-benar sembuh seperti sedia kala, namun setidaknya ia bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahkan bisa mengendarai sepeda motor untuk antar jemput cucunya di sekolah.

Sama seperti kebanyakan penderita stroke yang lain, Herman juga punya riwayat penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Selain karena pernah

menjadi perokok berat dan kurang menjaga pola makan yang sehat, diyakini penyakit darah tinggi Herman sering kambuh karena banyak pikiran.

“Serangan pertama itu pas aku lulus SMA, mau masuk kuliah. Bapakku pensiun. Bisa juga faktor psikis, jadi kita selalu jaga kondisi fisik bapakku. Kalau ada masalah berat kita nggak pernah bicarakan dengan bapakku,” kata Atmo, salah seorang anak laki-laki Herman Yosep.

Kisah diatas merupakan gambaran betapa keadaan manusia bisa cepat berubah ketika mengalami gangguan kesehatan atau sebuah penyakit. Beberapa penyakit muncul tanpa diawali gejala tertentu, namun jika berlanjut gangguan kesehatan tersebut dapat menimbulkan masalah yang sangat serius. salah satu penyebab dari gangguan kesehatan tersebut adalah tekanan darah tinggi atau Hipertensi.

Pada tahap awal, hipertensi tidak menunjukkan gejala yang berarti, sering penderita Hipertensi tidak menyadari kalau dirinya mempunyai tekanan darah yang tinggi, banyak dijumpai penderita tidak sengaja terdiagnosis mengalami hipertensi pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.

Oleh karena itu, RSUP Dr. Kariadi mengadakan seminar gratis mengenai hipertensi pada bulan

LIPUTAN

WASPADAI HIPERTENSI SEJAK DINI

Pada tahap awal, hipertensi tidak menunjukkan gejala yang berarti, sering penderita Hipertensi tidak menyadari kalau dirinya mempunyai tekanan darah yang tinggi, banyak dijumpai penderita tidak sengaja terdiagnosis mengalami hipertensi pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.

Page 40: majalah_rsdk

40 RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

April 2013 lalu. Melalui seminar ini, Rumah Sakit berharap dapat memberikan pengertian yang benar mengenani Hipertensi, hadir dalam seminar tersebut Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr. Kariadi Dr. Aguswan Sp. KFR, MARS yang membuka acara seminar secara resmi. Dr. Arwedi Arwanto Sp.PD,KGH sebagai nara sumber membeberkan mengapa sebagai orang dewasa yang tinggal di perkotaan harus waspada terhadap Hipertensi, ia menuturkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat merupakan penyebab utama meningkatnya tekanan darah tubuh seseorang.

Secara sederhana aliran darah seseorang bisa mengalami tekanan yang tinggi apabila pembuluh darah mengalami penebalan, semakin tebal lapisan pembuluh darah seseorang, maka akan menyebabkan jalur yang dilalui darah semakin menyempit, sehingga darah harus berjalan secara berdesak-desakan. Berbagai faktor bisa menyebabkan hal ini terjadi diantaranya adalah kebiasaan merokok, menyantap makanan cepat saji dan makanan yang mengandung kolesterol, atau kebiasaan minum kopi yang berlebihan.

Jika pembuluh darah mengalami penyempitan di otak, timbulah penyakit stroke, jika mengalami penyempitan di bagian jantung, timbulah penyakit Serangan Jantung. Oleh karena itu penderita Hipertensi harus mengontrol gaya hidupnya agar tekanan darahnya tidak mengalami peningkatan.

Hipertensi pada Anak

Senada dengan yang Dr. Arwedi sampaikan, Dr.Heru Wiryawan SpA (K) menjelaskan tentang kasus hipertensi pada anak-anak. beliau menuturkan bahwa Anak-anak bahkan bayi dapat mengalami hipertensi, bahaya dari penyakit ini adalah dapat menimbulkan kematian secara tidak terduga. Penting dilakukan deteksi dini dengan pengukuran darah secara rutin pada setiap anak usia 3 tahun ke atas paling sedikit sekali setahun.

Hipertensi pada anak dibagi dua kategori, yaitu hipertensi primer bila penyebab hipertensi tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui penyakit dasarnya yang biasanya berhubungan dengan faktor keturunan, masukan garam, stres, dan kegemukan.

LIPUTAN

Panitia Seminar hipertensi menyerahkan formulir periksa gratis pada peserta

Peserta seminar hipertensi memanfaatkan pemeriksaan tensi darah Panitia seminar memberikan kenang-kenangan pada peserta seminar hipertensi

Peserta seminar melakukan konsultasi pada dokter tentang hipertensi

Page 41: majalah_rsdk

41RSDK MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI RSUP Dr. KARIADI

Peserta seminar melakukan konsultasi pada dokter tentang hipertensi

Sedangkan hipertensi sekunder terjadi akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya.

Satu sampai tiga dari 100 anak yang diperiksa tekanan darahnya menunjukkan hipertensi dan 0,1% di antaranya merupakan hipertensi berat. Diperkirakan 2/3 dari anak dengan hipertensi di kemudian hari akan menderita kerusakan ginjal bila tidak ditangani dengan tepat.

Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah anak. Anak yang lebih berat atau lebih tinggi badannya mempunyai nilai tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek.Gejala umum yang timbul pada anak adalah sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri perut, muntah, nafsu makan berkurang, gelisah, berat badan turun, dan keringat berlebihan.

Kedua narasumber diatas menghimbau dalam pengobatan bagi mereka yang sudah terdiagnosis Hipetensi diantaranaya adalah perubahan pola makan, yaitu dengan mengurangi garam dalam makanan sehari-hari, olahraga, menurunkan berat

badan, mengurangi stres, berhenti merokok, berhenti minum alkohol dan menghentikan pemakaian obat-obatan yang menyebabkan hipertensi.

Konsultasi

Tak lengkap rasanya jika peserta seminar hanya mendengarkan ceramah, oleh karena itu peserta juga diajak untuk memeriksakan tekanan darahnya secara gratis dan dilakukan sebanyak tiga kali, hal ini dilakukan untuk mendapatkan catatan tekanan darah yang akurat. Selain itu peserta juga dipersilahkan untuk berkonsultasi kepada dokter yang ada di stan seminar, tak heran mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut dan rela duduk antri untuk mendapatkan giliran berkonsultasi.

Sebuah paguyuban Anti Hipertensi terbentuk di akhir sesi seminar, atas semangat masyarakat inilah paguyuban ini akan mengadakan pertemuan rutin setiap enam bulan sekali. RSUP Dr. Kariadi menyambut gembira dan siap mendukung setiap kegiatan paguyuban Anti Hipertensi ini demi terwujudnya masyarakat sehat bebas Hipertensi. (Hukmas/T)

LIPUTAN

Peserta dan penyelenggara seminar hipertensi RSUP Dr. Kariadi

Dr. Arwedi Arwanto SpPD dan Dr. Heru Wiryawan SpA sebagai pembicara dalam seminar

Page 42: majalah_rsdk
Page 43: majalah_rsdk
Page 44: majalah_rsdk