majalah edisi khusus 2013

32
1 BAHANA MAHASISWA Edisi Khusus Januari-Februari 2013 SURAT ‘KEKERASAN’ BERSAMA JANUARI-FEBRUARI 2013-NO 271 TAHUN XXIX-WWW.BAHANAMAHASISWA.CO

Upload: bahana-mahasiswa-universitas-riau

Post on 08-Mar-2016

251 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Majalah Bahana Mahasiswa edisi Januari-Februari 2013

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Edisi Khusus 2013

1BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

SURAT‘KEKERASAN’BERSAMA

JANUARI-FEBRUARI 2013-NO 271 TAHUN XXIX-WWW.BAHANAMAHASISWA.CO

Page 2: Majalah Edisi Khusus 2013

2 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Page 3: Majalah Edisi Khusus 2013

3BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Surat-surat “sakti” para menteriberdampak sampai ke Riau.Gereja dan masjid jadi kor-bannya. Bagaimana mediamemberitakan kejadian ini?

Catatan singkat launchingserta bedah buku Blur danHasil Survei Persepsi War-tawan Mengenai Agama.Bagaimana meliput agama danmenghadapi tsunami infor-masi?

Agama dan TsunamiInformasi

Semua KarenaSurat Keputusan Menteri

Bercerita tentang perkem-bangan media online di Riau.Media apa yang terbanyakdikunjungi? Bagimana mediacetak menghadapi kecepatanonline?

Elemen Pentingdalam Jurnalisme

Lovina

06

Cetak dan Online diantara Banjir Informasi16

Herman

28

Nurul Fitria

Gambaran toleransi beragamadi tengah beragamnya sukubangsa di Riau. Lantas bagai-mana upaya pencegahanintoleransi?

Realita Kebebasan Bera-gama dan Berkeyakinandi Riau

14

Suryadi, SH

24

Bill Kovach dan Tom Rosenstielmenulis buku The Elements ofJournalism pada 2001. Diter-jemahkan Yayasan Pantau pada2006, bukunya berisi elemenpenting bagi para wartawan.

Hamzah

Bagaimana mengetahui kebe-naran di era banjir informasi? BillKovach dan Tom Rosenstielmenjawabnya dalam buku Blur.

26Blur di Era BanjirInformasi

Suryadi

RALAT

Foto grup DIM3NSI Nasyid pada rubrikSempena Majalah Bahana Mahasiswa

edisi Akhir Tahun 2012 salah. Berikut fotoyang benar. Kami mohon maaf atas

kesalahan redaksi.

22

Setiap orang bisa jadi penerbit dengan blog,bisa siaran dengan You Tube, bisa jadikomentator dengan Facebook atau Twitter,bisa memulai petisi dengan Change.org.Akan lebih berguna bila ia bisa menulisdengan baik.

Belajar Menulis padaZaman Internet

Andreas Harsono

DAFTAR ISI

Page 4: Majalah Edisi Khusus 2013

4 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

SEULAS PINANGSEKAPUR SIRIH

email : [email protected] : Bahana Riauwebsite : www.bahanamahasiswa.co

STT:Surat Keputusan Menteri Pene-

rangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983

ISSN: 0215-7667

Penerbit:CV Witra Insani

Penasehat:Prof. Dr. Ashaludin Jalil, M.S (Rektor

Universitas Riau). Drs. Rahmat,MT(pembantu Rektor III Universitas

Riau)

Pemimpin Umum/Redaksi/Perusahaan:

Lovina

Bendahara/Sekretaris Umum/Redaktur Pelaksana:

Nurul Fitria

Litbang:Ahlul Fadli

Redaktur:Herman

Ahlul Fadli

Reporter:SuryadiHamzah

Fotografer:Ahlul Fadli

Layout/Perwajahan:HIdayat Sulaiman

Sirkulasi:Suryadi

Perpustakaan, Dokumentasi,Staff Iklan:

Herman

Alamat:Kampus Universitas Riau Jl.

Pattimura No. 9 Pekanbaru 28131Telp. (0761) 47577

AKHIR Januari hingga awal Februari2013 kami melaksanakan dua agendabesar: Workshop Narasi dan New Mediaserta Launching Hasil Survei PersepsiWartawan Mengenai Agama dan BukuBlur. Agenda ini berlangsung dibeberapa kota di Indonesia dan Riaumerupakan daerah pertama yangdikunjungi.

Acara digelar oleh Forum PersMahasiswa (FOPERSM4) Riau be-kerjasama dengan Narasi SumateraKelompok Kerja (Pokja) Riau. BahanaMahasiswa merupakan anggota FO-PERSM4 Riau dan beberapa pengurusBahana tergabung dalam AlumniNarasi Sumatera Pokja Riau. Bahanajuga mengirimkan krunya: Hamzahdan Redha Alfian untuk mengikutidua agenda besar ini. Tujuannya taklain agar Bahana—melalui krunya—turut berperan meningkatkan mutujurnalisme di Riau.

Hasil survei menjelaskan bagai-mana persepsi wartawan dalam men-jalankan tugasnya meliput isu agama.Sedangkan buku Blur bercerita tentangbagaimana warga maupun wartawan

serta medianya bisa mengetahuikebenaran di era banjir informasi.

KALI ini Bahana menyajikan edisikhusus. Kami mengupas bagaimanamedia di Riau meliput isu agamamaupun menghadapi tsunami infor-masi. Ia tersaji pada rubrik LaporanUtama. Di rubrik Feature, kamimenghadirkan catatan singkat pelun-curan serta bedah buku Blur dan hasilsurvei persepsi wartawan mengenaiagama.

Suryadi dari Lembaga BantuanHukum menulis soal kebebasanberagama di Riau dalam rubrik opini.Andreas Harsono, wartawan sekaliguspeneliti Human Rights Watch turutmenyumbangkan tulisannya di rubrikkolom. Ia menulis sebaiknya setiaporang belajar menulis dengan baikuntuk menghadapi era bajir informasi.

Tak ketinggalan sajian bedah bukuBlur agar pembaca mendapat gam-baran seberapa penting buku yang di-launching dan didiskusikan di Riauini—pertama kalinya di luar PulauJawa. Selamat membaca. #

Demi Jurnalisme yangLebih Baik

Panitia pelaksana launching hasil survei Persepsi WartawanMengenai Agama dan Buku Blur berfoto bersama usai acara.

Doc BM

BAHANA MAHASISWA

UNIVESITAS RIAU

Page 5: Majalah Edisi Khusus 2013

5BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

GEREJA-gereja dibakar. Masjid-masjid dihancurkan, diobrak-abrikmaupun disegel. Pembangunan gapuradilarang. Semua kejadian ini pernahterjadi di Riau.

Gereja Pentakosta di Indonesia(GPDI), Gereja Batak Karo Protestan(GBKP), Gereja Methodist Indonesia(GMI) yang terdapat di KuantanSingingi dibakar pada awal Agustus2011.

Kasus masjid lebih banyak lagi.Tahun 2007 Masjid Al-Mubarak di Duridiobrak-abrik. Tahun 2008 MasjidMubarak di Mahato Rokan Hilirdihancurkan. Tahun 2010 MasjidMubarok di Tuah Karya Pekanbarudisegel. Februari 2011 Masjid di TapungHilir Kampar disegel. April 2011 MasjidAn-Nasir di Pekanbaru Kota jugadisegel. Semua masjid ini milik JemaatAhmadiyah Indonesia (JAI).

Masih ada lagi peristiwa intoleranyang terjadi. Desember 2012 pem-bangunan Gapura China Town di JalanKaret Pekanbaru dilarang. Semuadilakukan warga intoleran maupunpejabat pemerintah setempat melaluilegalisasi surat perintah penghentiankegiatan.

Perbuatan intoleran ini, baik lang-sung maupun tidak langsung, dile-galisasi oleh pemerintah pusat melaluiproduk hukum. Tahun 2006, MenteriAgama dan Menteri Dalam Negerimengeluarkan peraturan mengenaipembangunan rumah ibadah. Seba-nyak 150 tanda tangan yang dibutuhkanuntuk membangun sebuah rumahibadah—90 tanda tangan dari jemaatdan 60 tanda tangan dari warga seki-tar—membuat sebagian umat Kristenkesulitan membangun gereja.

“Bagaimana kita bisa minta orangIslam tanda tangan? Keluarga Muslimterdekat tinggal 500 meter dari gerejakami. Lainnya sekitar dua kilometer.Bagaimana kita bisa cari 60 orang?Peraturan itu mungkin cocok di kota-kota. Tapi tak mungkin dijalankan disini, di tengah kebun,” kata AbjonSitinjak, Pendeta GPDI.

Produk hukum lainnya menjeratpengikut Ahmadiyah. Surat KeputuanBersama Menteri Agama, Jaksa Agungdan Menteri Dalam Negeri tahun 2008membuat para Ahmadi—sebutanuntuk penganut Ahmadiyah—men-jadi minoritas yang terdiskriminasi.SKB 3 Menteri tersebut dijadikanlegalitas bagi warga intoleran maupun

pejabat pemerintah setempat untukmerusak, menghancurkan maupunmenyegel masjid-masjid milik Ahma-diyah di berbagai daerah di Riau.

Persoalan belum selesai sampai disitu. Media di Riau, terutama mediaonline, turut memperuncing masalahmelalui pemberitaan-pemberitaannya.Label “ajaran sesat”, “penyadaran”,“diluruskan”, “disyahadatkan” yangdisematkan oleh media untuk parapenganut Ahmadiyah membuatkalangan minoritas ini makin terdis-kriminasi di antara mayoritas.

Padahal kita tahu esensi jurnalismeadalah disiplin verifikasi. Bias war-tawan dalam meliput isu agama,menurut hasil survei Yayasan PantauJakarta soal persepsi wartawan me-ngenai agama, disebabkan kekurangprofesionalitasan wartawan. Dari 600responden yang diwawancara, sepa-

Haruskah MelaluiKekerasan?

SEULAS PINANG

ruhnya mengakui hal tersebut. Merekabias dalam meliput isu agama. Merekakurang profesional dalam meliput isuagama. Maka tak heran bila kemudianmuncul label-label bernada meng-hakimi tersebut.

Kita tentu paham makna UUD1945 pasal 28E. Bahwa setiap orangbebas mengeluarkan pendapat. Ter-masuk pendapat yang tak sepahamdengan ajaran Ahmadiyah maupunajaran Kristen. Namun apakah ketidaksepahaman tersebut harus disalurkanlewat jalan kekerasan? Harus denganmembakar gereja? Harus denganmerusak, menghancurkan maupunmenyegel masjid? Bukankah negarakita juga menjamin hak setiap warganegaranya untuk memeluk agama danberibadat menurut agama dan keper-cayaannya itu? #

Ilustrasi: Dayat

Page 6: Majalah Edisi Khusus 2013

6 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Laporan UtamaEdisi Khusus

Semua KarenaSurat Keputusan Menteri

“SELAIN memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (1)pendirian rumah ibadat harus meme-nuhi persyaratan khusus meliputi: (a)daftar nama dan Kartu Tanda Pen-duduk pengguna rumah ibadat palingsedikit 90 (sembilan puluh) orang yangdisahkan oleh pejabat setempat sesuaidengan tingkat batas wilayah seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat(3); (b) dukungan masyarakat setempatpaling sedikit 60 (enam puluh) orangyang disahkan oleh lurah/kepala desa;(c) rekomendasi tertulis Kepala KantorDepartemen Agama kabupaten/kota;dan (d) rekomendasi tertulis FKUBkabupaten/kota.”

Begitu bunyi Pasal 14 ayat (2)Peraturan Bersama Menteri Agama danMenteri Dalam Negeri nomor 8 dannomor 9 tahun 2006 tentang PedomanPelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Peme-liharaan Kerukunan Umat Beragama,Pemberdayaan Forum KerukunanUmat Beragama, dan Pendirian RumahIbadat. Peraturan bersama itu ditandatangani Menteri Agama MuhammadM. Basyuni dan Menteri Dalam NegeriH. Moh. Ma’ruf pada 21 Maret 2006.

Sebuah peraturan bersama duamenteri yang membuat tiga komunitasorganisasi Kristen tak bisa mendirikanrumah ibadahnya di Kabupaten Kuan-tan Singingi Propinsi Riau.

UMAT Muslim menjalani ibadahpuasa pertama 1432 Hijriah pada 1Agustus 2011. Keluarga Lasni Siman-juntak tak menjalaninya karena bukanMuslim. Mereka beranjak tidur saatorang-orang tengah melaksanakansholat Tarawih. Pukul 22.26 Lasniterbangun oleh suara roda sepeda mo-

tor yang menabrak pintu rumahnya.Tak lama kemudian terdengar suaraorang membanting bangku-bangkudiiringi teriakan “Allahu Akbar”.

Rumah Lasni Simanjuntak ber-sebelahan dengan Gereja PentakostaDi Indonesia (GPDI). Dinding rumahdan gereja menyatu. Suami Lasniadalah pendeta gereja GPDI. Rumahdan gereja tersebut terletak di Keca-matan Pangean Kabupaten KuantanSingingi.

Lasni membuka pintu rumah. Iamelihat 15-20 orang mengobrak-abrikgereja. Bensin disiram di sekelilinggereja. “Ada apa Bang ribut-ribut?”tanyanya.

“Gereja mau dibakar. Kalau mauselamat, keluar.”

“Tunggu Bang, jangan dibakardulu. Anak saya masih tidur di dalam.”

Lasni masuk ke dalam rumah,membangunkan Abjon Sitinjak sua-minya dan Josua anaknya. Lalu me-ngangkat barang-barang yang bisadiselamatkan. Mereka beranjak keluarrumah, berdiri sekitar 10 meter darirumah dan gereja tersebut.

“Dari jarak segitu masih terasa sekalipanasnya. Api sangat besar,” ceritaLasni.

Rumah dan gereja terbuat darikayu. Lantai semen, atap seng. Luasgereja 6 x 9 meter. Rumah Lasni terletakdi belakang gereja dengan luas 5 x 6meter. Gereja dibangun pada Mei 2009hasil swadaya masyarakat. Jemaat gerejasekitar 80 orang.

Sebulan kemudian Lasni dankeluarga diberi uang 5 juta Rupiah olehCamat Pangean sebagai bantuanmengganti rumah yang habis terbakar.Mereka terima uang itu. Rumah Lasnidibangun kembali. Rumah juga dija-

dikan tempat ibadah jemaat GPDI.“Selama beribadah di sana, empat

kali kami dapat teguran. Kami diancamjangan lagi beribadah di sana,” kata JonSaprianto Purba.

Jon Saprianto Purba salah seorangjemaat GPDI. Menurutnya, teguran itudilaporkan oleh jemaat yang beribadahdi gereja tersebut. “Ada orang yangmengancam jemaat kami, jangan lagimelaksanakan ibadah di sana.”

Merasa terancam, pendeta AbjonSitinjak beserta jemaat GPDI sepakatpindah ke Kecamatan Logas TanahDarat. Ia bersebelahan dengan Keca-matan Pangean. “Di Logas warganyalebih toleran. Kami boleh beribadahmeskipun tak boleh mendirikangereja,” kata Jon Saprianto Purba.Hingga kini, setiap minggunya jemaatGPDI berpindah dari satu rumah kerumah lain untuk beribadah.

SEBELUMNYA di Logas TanahDarat pernah berdiri satu gereja milikkomunitas organisasi Gereja BatakKaro Protestan (GBKP). Ia mengalaminasib serupa dengan GPDI pada hariyang sama—hari pertama bulan puasatahun 2011—dibakar warga.

Waktu menunjukkan pukul 23.30.Beberapa jemaat GBKP masih didalam gereja. Mereka ada kegiatanmengecat gereja. Tengah mengecat,tiba-tiba atap gereja dilempari batu.Salmon Ketaren seorang jemaat keluarmelihat situasi. “Dari jauh terlihat or-ang ramai berdatangan pakai sepedamotor. Ada yang bawa parang,” kataSalmon.

Takut terjadi apa-apa, Salmonmemilih balik badan, lari ke semak-semak di belakang gereja.

“Jangan lari, kami bunuh kalian!”

LovinaOleh

Surat-surat “sakti” para menteri berdampak sampai ke Riau. Gereja-gerejadan masjid-masjid jadi korbannya.

Page 7: Majalah Edisi Khusus 2013

7BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Gereja Pentakosta DiIndonesia (GPDI)

dibakar massaintoleran pada 1

Agustus 2011. Massasempat minta

keluarga pendetaGPDI keluar darirumah mereka.

Salmon mendengar teriakan massayang berdatangan tersebut. Salmonmakin takut. Ia lari makin cepatmenjauhi massa yang mulai beringas.“Mereka ramai sekali. Saya tak kenalsatupun. Bukan orang di sekitargereja,” katanya.

Tiba-tiba Salmon teringat isterinyayang masih ditinggalkan di rumahtetangga. Khawatir dengan nasib isteri,Salmon kembali mendekati gereja. Darijarak 50 meter, ia melihat gereja dirusakdan dibakar. Api makin membesar.Salmon lari lagi karena terlihat olehmassa yang membakar gereja.

Bangunan gereja semi permanen.Ukuran 8 x 16 meter terbuat dari kayu.Jemaatnya sekitar 60 orang. PanituaGBKP Sinta Tarigan katakan kinimereka beribadah sementara di Ge-dung Serbaguna yang dibangun orga-nisasi GBKP Pekanbaru. Sejak awaltahun 2012 mereka mulai beribadahdi sana. Panitua adalah pendampingpendeta ketika melayani jemaat mau-pun mengurus segala pekerjaan digereja.

“Bagaimanapun kami tetap inginbisa beribadah di dalam gereja. Iba-ratkan orang Islam yang terpaksasholat di Gedung Serbaguna karena takbisa mendirikan masjid, bagaimanaperasaannya? Itu juga yang kamirasakan sekarang,” ujar Salmon Ke-taren.

GEREJA Methodist Indonesia(GMI) alami nasib serupa denganGPDI maupun GBKP. Gereja mereka

dibakar pada 2 Agustus 2011 sekitarpukul 23.00. Bangunan gereja GMI diKecamatan Pangean berukuran 8 x 12meter, terbuat dari kayu beratap seng.Gereja dibangun pada Maret 2010 danselesai Juli 2011. Sebanyak 16 kepalakeluarga beribadah di gereja tersebut.

Pendeta GMI Goklas Mian Tam-bunan cerita saat ini GMI sudah pindahdi Kecamatan Logas Tanah Darat,mengikuti jejak GPDI. Mereka beri-badah di sebuah rumah yang dibelisecara cicil. Rumah tersebut berukuran5 x 7 meter. Jemaatnya makin berku-rang. Kini tinggal 12 kepala keluarga.“Karena ada intimidasi itu,” kataGoklas Tambunan.

“Saya pun sudah capek sebetulnya.Namun karena semangat jemaat, kamiakhirnya dapat tempat ibadah baru, dirumah cicilan sekarang ini. Masih adateguran, namun orang-orang tua di sini(Kecamatan Logas Tanah Darat)mengizinkan kami tetap beribadahasalkan tempatnya tidak di pinggirjalan besar,” lanjut Goklas Tambunan.

PERATURAN Bersama MenteriAgama dan Menteri Dalam NegeriNomor 8 dan 9 Tahun 2006 membuatorganisasi gereja GPDI, GBKP danGMI sulit membangun gereja kembalisetelah dibakar warga. “Mendapatkan60 tanda tangan dari warga sekitar amatsulit,” kata Goklas Mian TambunanPendeta GMI.

Hal senada diungkapkan SintaTarigan, Panitua GBKP. “Setahun inisudah 3 kali kami datangi orang yang

dituakan di Logas ini. Namun ia belummau tanda tangan. Alasannya direm-bukkan dulu dengan yang lain. Wargasekitar tak ada yang mau tanda tangansebelum datuk di sini tanda tangan,”jelas Sinta Tarigan.

“Bagaimana kita bisa minta orangIslam tanda tangan? Keluarga Muslimterdekat tinggal 500 meter dari gerejakami. Lainnya sekitar dua kilometer.Bagaimana kita bisa cari 60 orang?Peraturan itu mungkin cocok di kota-kota. Tapi tak mungkin dijalankan disini, di tengah kebun,” kata AbjonSitinjak, Pendeta GPDI.

Menurut sebuah laporan berjudulAtas Nama Agama, pemberlakuanPeraturan Bersama 2006 diawali dariperintah Susilo Bambang YudhoyonoPresiden Republik Indonesia kepadaMenteri Agama Maftuh Basyuni untukmengevaluasi Surat Keputusan Ber-sama (SKB) tahun 1969 tentangpembangunan rumah ibadah. Laporantersebut dirilis oleh organisasi HakAsasi Manusia Human Rights Watchpada awal Maret 2013.

Maftuh Basyuni berembuk ber-sama Ma’ruf Amin, Ketua KomisiFatwa dari Majelis Ulama Indonesiauntuk merancang SKB baru. SitusTempo memuat beritanya dengan judulDraf Surat Keputusan Rumah IbadahSudah Kelar pada 9 Februari 2006.Dalam situs tersebut, Ma’ruf Aminmengatakan bahwa panitia perumusanSKB baru sudah selesai bekerja. Panitiasudah merumuskan 29 pasal selama10 kali rapat dalam kurun 3 bulan.

Laporan UtamaEdisi Khusus

Gereja MethodistIndonesia (GMI) jugatak luput dari sasaran

massa intoleran.Gereja ini dibakar

massa pada 2 Agustus2011 atau hari kedua

di bulan puasa.

Doc BM

Usai GPDI, pada 1Agustus 2011 massa

intoleran jugamembakar Gereja

Batak Karo Protestan(GBKP). Gereja

sedang dalam tahappengecatan saatdibakar massa.

Page 8: Majalah Edisi Khusus 2013

8 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Laporan UtamaEdisi Khusus

Ma’ruf Amin menjelaskan syaratutama mendirikan tempat ibadah yangtercantum dalam draft. Syarat itu antaralain, minimal memiliki 100 pemeluksuatu lingkungan, mendaftarkanpendirian ke kelurahan, didukungminimal 70 warga di lingkungan itudan memiliki rekomendasi dari Depar-temen Agama serta Forum KerukunanUmat Beragama Kabupaten.

Pada 21 Maret 2006 terbit PeraturanBersama Menteri Agama dan MenteriDalam Negeri nomor 8 dan nomor 9tahun 2006 tentang Pedoman Pelak-sanaan Tugas Kepala Daerah/WakilKepala Daerah dalam PemeliharaanKerukunan Umat Beragama, Pem-berdayaan Forum Kerukunan UmatBeragama, dan Pendirian RumahIbadat.

Dalam wawancara Human RightsWatch dengan Andreas Yewangoe,Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indo-nesia (PGI) Jakarta yang dimuat dalamlaporan Atas Nama Agama, PGI me-nganggap peraturan bersama tahun2006 ini lebih represif dari padaperaturan 1969. Dampaknya punsudah terasa hingga ke daerah. Terbuktiorganisasi Gereja Pentakosta di Indo-nesia (GPDI), Gereja Batak KaroProtestan (GBKP) dan Gereja Meth-odist Indonesia (GMI) hingga kinisulit mendirikan rumah ibadah karenatersangkut aturan 2006 tersebut.

“MEMBERI peringatan dan meme-

rintahkan kepada penganut, anggota,dan/atau anggota pengurus JemaatAhmadiyah Indonesia (JAI), sepan-jang mengaku beragama Islam, untukmenghentikan penyebaran penafsirandan kegiatan yang menyimpang daripokok-pokok ajaran Agama Islamyaitu penyebaran faham yang me-ngakui adanya nabi dengan segalaajarannya setelah Nabi MuhammadSAW.”

Kalimat itu tertera pada diktumkedua Surat Keputusan Bersama(SKB) Menteri Agama, Jaksa Agungdan Menteri Dalam Negeri Nomor 3tahun 2008, Nomor Kep-033/A/JA/6/2008 dan Nomor 199 tahun 2008tentang Peringatan dan Perintahkepada Penganut, Anggota PengurusJemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)dan Warga Masyarakat. Surat ini lebihdikenal dengan sebutan SKB 3 Menteritentang pelarangan terhadap kegiatanAhmadiyah. Ia ditanda tangani MenteriAgama Muhammad M. Basyuni, JaksaAgung Hendarman Supandji sertaMenteri Dalam Negeri H. Mardiyantopada 9 Juni 2008.

Pada diktum ketiga dalam SKByang sama dinyatakan apabila penganutatau anggota pengurus JAI tidakmengindahkan peringatan tersebut,akan dikenai sanksi sesuai ketentuanyang berlaku.

DI Propinsi Riau, sebuah masjiddihancurkan pasca keluarnya SKB 3

Menteri. Masjid milik Jemaat Ahma-diyah tersebut terletak di KampungSukamaju Kilometer 5 Dusun Seime-nanti, Desa Tanjung Medan, Keca-matan Pujud, Kabuparen Rokan Hilir.Kejadiannya pada 5 Oktober 2008, 5hari setelah Idul Fitri.

Webblog isamujahid.wordpress.commemuat kronologis kejadian. JudulnyaPasca SKB dan Idul Fitri Masjid di MahatoRiau Diruntuhkan ditulis oleh Heri.Video perusakan masjid tersebut bisadilihat di situs Youtube dengan judulKronologi Perusakan Masjid MubarakMahato. Ia diupload oleh akun ibu-pertiwimenangis pada 13 Oktober 2008.

Heri menulis pada 5 Oktober 2008enam orang tamu datang ke MasjidMubarak untuk berdialog. Merekaditerima Ilham Ketua Cabang Ah-madiyah Mahato bersama beberapapengurus Jemaat Ahmadiyah lainnya.Dalam rekaman video terlihat enamtamu tersebut berpeci, salah satunyaberbaju koko putih disapa Pak Haji.Mereka mengatas namakan utusan darimasyarakat. Dari rekaman mereka jelasmeminta kegiatan Jemaat Ahmadiyahdi Mahato dihentikan dan MasjidMubarak tidak digunakan untukberibadah.

“Kami minta kegiatan Ahmadiyahdiberhentikan di dusun ini. Bapakboleh sholat dimanapun, asal jangandi masjid ini. Masjid ini akan disegel.Sudah ada 150 orang dari dua tempatyang berkumpul. Kami hanya punyawaktu 2,5 jam,” ujar seorang wakilmassa berbaju dan berpeci cokelat,berjanggut.

Perwakilan massa itu juga me-nuntut Jemaat Ahmadiyah menandatangani pernyataan yang isinya antaralain melarang jemaat untuk sholat,adzan dan melaksanakan kegiatan.

“Apakah Bapak-bapak sanggupmendapat kutukan dari Allah Ta’alabila melarang kami sholat di sini?”

“Kami siap!” ujar beberapa wakilmassa serentak.

Karena itu surat pernyataan punditanda tangani perwakilan JemaatAhmadiyah dan dibacakan di depanmassa yang sudah berkumpul disekeliling masjid.

“Surat pernyataan. Tuntutan ma-syarakat kilo 5. Kami Jemaat Ah-madiyah: (1) untuk ini tidak melak-sanakan sholat jamaah di masjid; (2)untuk tidak melaksanakan kegiatanpengembangan Jemaat Ahmadiyah,

Doc BM

Page 9: Majalah Edisi Khusus 2013

9BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

tidak menggunakan masjid sampaikapanpun,” kata Rusli salah satupengurus Jemaat Ahmadiyah mem-bacakan surat pernyataan tersebut.

Belum selesai dibacakan masya-rakat mulai anarkis. Mereka melemparmasjid dengan batu, balok kayu sudahsiap di tangan. “Ini macam mana.Kami sudah mengalah. Kok masihanarkis,” kata perwakilan JemaatAhmadiyah mencoba menenangkanwarga.

Tiba-tiba massa menghancurkankaca-kaca masjid. Situasi makin riuh.Pembacaan surat pernyataan pun takbisa dilanjutkan. Dalam video rekamanterlihat jelas massa menggunakan kayupanjang mendobrak sisi-sisi masjidhingga roboh. Mereka meneriakkan“Allahu Akbar” terus-menerus.

Dalam waktu satu jam, tulis Heridalam blog isamujahid.wordpress.com,masjid roboh. Massa bersorak sambilbertepuk tangan. Terakhir lafadz Allahbertuliskan huruf Arab di puncakmasjid dicopot.

TAK hanya di Kecamatan PujudKabupaten Rokan Hilir. Di Pekan-baru, Masjid Mubarok milik JemaatAhmadiyah Kelurahan Tuah KaryaKecamatan Tampan juga disegel.Mereka dilarang beribadah dan ber-kegiatan di masjid. Pelarangan tesebutdilegitimasi oleh Herman AbdullahWalikota Pekanbaru saat itu.

Herman Abdullah mengeluarkansurat yang ditujukan kepada AgusSumarsono Ketua Jemaat AhmadiyahTuah Karya. Surat dikeluarkan tanggal12 Oktober 2010 berisi penghentiankegiatan Jemaat Ahmadiyah.

Landasan peraturan yang digu-nakan Herman Abdullah yakni SKB 3Menteri tahun 2008, rekomendasi TimPengawasan Aliran Kepercayaan Ma-syarakat (Pakem) Pekanbaru pada 7Oktober 2010 yang meminta WalikotaPekanbaru menghentikan kegiatanJemaat Ahmadiyah Tuah Karya.

Herman juga memperhatikan

rekomendasi Majelis Ulama Indone-sia (MUI) Pekanbaru tanggal 2 Sep-tember 2010. Tertulis MUI bentuk timmelakukan investigasi dan peninjauanlangsung ke tempat aktivitas JemaatAhmadiyah Tuah Karya. Alasan tera-khir Herman Abdullah menerbitkansurat larangan yakni untuk mengan-tisipasi keresahan masyarakat terhadapkeberadaan Jemaat Ahmadiyah di GangAhmadi Jalan Sudirman KecamatanPekanbaru Kota dan Jalan Cipta KaryaKecamatan Tampan.

Pada 16 November 2010 HermanAbdullah kembali mengeluarkan suratberisi perintah penghentian kegiatanJemaat Ahmadiyah di Tuah Karya.Surat ini adalah penegasan untuk suratyang dikeluarkan sebelumnya. Iameminta Agus Sumarsono selakuKetua Cabang Ahmadiyah Tuah Karyauntuk mematuhi surat keputusanWalikota Pekanbaru yang dikeluarkan12 Oktober 2010.

Surat keputusan menyatakan Pe-merintah Kota Pekanbaru sudahmengadakan rapat koordinasi denganKetua Kejaksaan Negeri Pekanbaru,Kapolresta Kota Pekanbaru, CamatTampan, Kapolsek Tampan, KetuaMUI Pekanbaru, Ketua FKUB Pe-kanbaru dan Kepala Kantor Kemen-terian Agama Pekanbaru pada 27Oktober 2010. Dalam surat dinyatakan,bila Jemaat Ahmadiyah Tuah Karyatidak mematuhi surat keputusantersebut, persoalan akan diselesaikansesuai ketentuan hukum yang berlaku.

“Sejak itu kita tidak lagi beribadahdi Masjid Mubarok,” kata AgusSumarsono. Jemaat Tuah Karya

beribadah dan melaksanakan kegiatandari rumah ke rumah.

Menurut Agus, Jemaat Ahmadiyahdi Tuah Karya sudah mulai melak-sanakan kegiatannya sejak 1990. “Se-lama itu baik-baik saja. Sampai datangsurat Walikota tahun 2010 melarangkami menggunakan masjid. Lan-dasannya SKB 3 Menteri,” katanya.

Agus cerita Masjid Mubarok mulaidibangun tahun 2008 dari dana swa-daya masyarakat. “Selesai tahun 2010sebelum bulan puasa. Kita gunakanmasjid untuk sholat Tarawih,” ujarAgus. Tak sampai sebulan digunakan,datang surat larangan dari WalikotaPekanbaru. “Kita pernah minta pe-ngamanan Polsek Tampan untukmelaksanakan sholat Idul Fitri maupunIdul Adha di masjid. Tapi Kapolsektak berani kasih izin sebelum suratWalikota dicabut.”

“TIDAK ada lagi kegiatan Ahmadiyahdi Propinsi Riau dan di Kota Pekan-baru. Seandainya masih ada melakukankegiatan, InsyaAllah FPI akan turunbersama masyarakat Pekanbaru untukmemberantas pengkhianat-peng-khianat Islam ini,” kata Feli Rizieq,Ketua FPI Kota Pekanbaru.

Selasa, 19 April 2011 pukul 10.00.Sekitar 10 orang mengatas namakanFront Pembela Islam (FPI) dan LaskarPembela Islam (LPI) Kota Pekanbarumenyegel Masjid An-Nasir di GangAhmadi Nomor 2 Jalan SudirmanKecamatan Pekanbaru Kota milikJemaat Ahmadiyah.

Kegiatan penyegelan disimbolkandengan pemasangan spanduk di pintu

FPI dan LPI menyegel masjidAn-Nasir disaksikan warga,pemerintah dan aparat kea-

manan.

Laporan UtamaEdisi Khusus

Doc BM

Page 10: Majalah Edisi Khusus 2013

10 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

dan jendela sekeliling masjid meng-gunakan paku. Salah satu tulisan padaposter: Masyarakat Kota Pekanbarumendukung Gubernur Riau danWalikota Pekanbaru Bubarkan Ah-madiyah yang telah Merusak Islam.Penyegelan disaksikan pejabat peme-rintah Kota Pekanbaru dan pihakkepolisian.

Selain memaku semua pintu danjendela serta memasang poster, FPIdan LPI juga merusak gembok pintupagar masjid dan mencabut aliranlistrik. Dalam orasinya mereka men-desak Gubernur Riau keluarkan SKPelarangan Ahmadiyah di PropinsiRiau.

Empat hari sebelum penyegelan,15 April 2011, Muhammad Daudpenghuni Masjid An-Nasir sekaligusKetua Cabang Jemaat AhmadiyahKecamatan Pekanbaru Kota mence-ritakan bahwa ia diajak Ketua RWuntuk membicarakan soal keberadaandan kegiatan Jemaat Ahmadiyah diGang Ahmadi tersebut. Pertemuandiadakan di rumah Ketua RW. HadirKetua RT, Lurah, Camat, serta pihakkepolisian.

Inti dari perbincangan tersebutmeminta Jemaat Ahmadiyah untukmenghentikan kegiatan karena me-resahkan masyarakat. “Kegiatan kamihanya sembahyang. Apakah Bapak-bapak mau melarang kami sem-bahyang?” tanya Daud. Daud pundiminta tanda tangan surat pernyataantentang penghentian kegiatan Ah-madiyah yang sudah dipersiapkansebelumnya. Ia tidak mau.

Penyegelan pun dilakukan padaSelasa 19 April 2011 tanpa perlawanan.Daud dan keluarga saat itu tidak beradadi rumah. “Kebetulan kami sekeluargaada di Padang. Namun sebelumpenyegelan saya ditelepon Kanit Intel,disuruh jangan pulang dulu karenamasjid mau disegel,” kata Daud.

Hingga kini Jemaat AhmadiyahPekanbaru Kota masih belum bisamenggunakan masjid mereka untukberibadah. Muhammad Daud punterpaksa cari tempat tinggal barukarena rumahnya sudah disegel.

SATU lagi masjid Jemaat Ahmadiyahyang disegel pemerintah daerah terletakdi Desa Koto Bangun dan Koto BaruKecamatan Tapung Hilir KabupatenKampar. Pada 16 Februari 2011 BupatiKampar Burhanuddin Husin menge-

luarkan surat keputusan penghentiankegiatan Jemaat Ahmadiyah di keduadesa tersebut.

Surat keputusan juga berlandaskanpada SKB 3 Menteri tahun 2008. DalamSKB tersebut Menteri Agama MaftuhBasyuni, Menteri Dalam Negeri Mar-diyanto dan Jaksa Agung HendarmanSupandji memerintahkan komunitasAhmadiyah “menghentikan penye-baran penafsiran dan kegiatan yangmenyimpang dari pokok-pokok ajaranAgama Islam” termasuk “penyebaranfaham yang mengakui adanya nabidengan segala ajarannya setelah NabiMuhammad SAW”. Pelanggaran atasSKB ini dapat diancam lima tahunpenjara.

SKB 2008 membuka pintu BupatiKampar dan Walikota Pekanbarumembuat ketentuan peraturan antiAhmadiyah. Mereka berdalih ketentuandikeluarkan agar tak terjadi gangguankeamanan maupun mencegah tim-bulnya tindakan anarkis dari ma-syarakat.

Padahal jika menilik Undang-undang Pemerintah Daerah Nomor 32tahun 2004 Pasal 10 ayat (3) huruf fsecara tegas menyatakan bahwa urusanpemerintahan yang menjadi urusan

foto

Fadli BM

Doc BM

Laporan UtamaEdisi Khusus

Page 11: Majalah Edisi Khusus 2013

11BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

pemerintah pusat meliputi politik luarnegeri, pertahanan, keamanan, yustisi,moneter dan fiskal nasional sertaagama. “Dari situ saja sudah terlihatbahwa pelarangan kegiatan JemaatAhmadiyah yang dikeluarkan peme-rintah daerah telah melanggar aturan.Urusan agama adalah urusan pe-merintah pusat, bukan pemerintahdaerah,” tegas Daud.

TANGGAL 16 Februari 2011 MenteriAgama Suryadharma Ali mengeluarkaninstruksi nomor 2 tahun 2011 tentangAntisipasi terhadap Timbulnya Ke-rawanan/Konflik Kerukunan UmatBeragama. Dalam instruksinya, Surya-dharma Ali meminta Kepala KantorWilayah Kementerian Agama Propinsidan Kabupaten/Kota berkoordinasidengan pemerintah daerah sertainstansi terkait untuk melakukan tigakegiatan. Dalihnya meningkatkankerukunan umat beragama.

Kegiatan pertama, melakukanpembinaan umat beragama gunamengantisipasi timbulnya gejolakkerawanan kerukunan umat beragama.Kegiatan kedua, melakukan sosialisasiSurat Keputusan Bersama (SKB)Menteri Agama, Jaksa Agung dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun2008, Nomor Kep-033/A/JA/6/2008 dan Nomor 199 tahun 2008tentang Peringatan dan Perintahkepada Penganut, Anggota PengurusJemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)dan Warga Masyarakat. Alias SKB 3Menteri tahun 2008.

Terakhir, melakukan sosialisasiPeraturan Bersama Menteri Agama danMenteri Dalam Negeri nomor 8 dannomor 9 tahun 2006 tentang PedomanPelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Peme-liharaan Kerukunan Umat Beragama,Pemberdayaan Forum KerukunanUmat Beragama, dan Pendirian RumahIbadat. Ini peraturan soal kewajiban

foto

mendapatkan 90 tanda tangan darijemaat dan 60 tanda tangan dari wargasekitar bila hendak mendirikan rumahibadah.

Sejak dua SKB tersebut diber-lakukan, Persekutuan Gereja-gerejaIndonesia (PGI) mencatat 430 gerejadipaksa ditutup antara Januari 2005dan Desember 2010. Sementara itu,Jemaat Ahmadiyah Indonesia, orga-nisasi nasional bagi para Ahmadi,dalam laporan Atas Nama Agama,mencatat sedikitnya 33 masjid Ahma-diyah dirusak, disegel, diduduki, ataudipaksa ditutup oleh pihak berwenangsetempat.

Menurut Setara Institute, sebuahorganisasi yang mempromosikanpluralisme, demokrasi dan hak asasimanusia, terdapat 216 kasus seranganterhadap minoritas agama pada 2010,244 kasus pada 2011, dan 264 kasuspada 2012. Wahid Institute, pemantaulain di Jakarta, mendokumentasikan92 pelanggaran terhadap kebebasanagama dan 184 peristiwa intoleransiberagama pada 2011, naik dari 64pelanggaran dan 134 peristiwa into-leransi pada 2010. Data ini dimuatdalam laporan Atas Nama Agama Hu-man Rights Watch.

Di Propinsi Riau, gereja komunitasGPDI, GBKP dan GMI yang dibakarmaupun Masjid Ahmadiyah KotaPekanbaru yang disegel serta kegia-tannya yang dilarang baru terjadisetelah instruksi Suryadharma Alinomor 2 tahun 2011 tersebut dike-luarkan. #

Laporan UtamaEdisi Khusus

Kondisi terakhir Masjid An-Nasir yang disegel FPI dan

LPI. Foto diambil pada awaltahun 2013.

Dari situ saja sudah terlihat bahwa pelarangan

kegiatan Jemaat Ahmadiyah yang dikeluarkan

pemerintah daerah telah melanggar aturan.

Urusan agama adalah urusan pemerintah pusat,

bukan pemerintah daerah,” tegas Daud.

Page 12: Majalah Edisi Khusus 2013

12 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Katakabar.com memposting sebuahtulisan dari Yusrizal Thamrin, kores-ponden daerah Rokan Hulu pada 12Februari 2013. Judulnya Gerak-gerikPengikut Ajaran Sesat Diawasi. Yusrizalmelaporkan bahwa KementerianAgama Rokan Hulu telah menemukanpengikut dua aliran yang dicap sesatoleh MUI, yakni Lembaga DakwahIslam Indonesia (LDII) dan Ahma-diyah di Kecamatan Tambusai Utaradan Rambah Samo.

“Penyadaran, agar mereka me-ninggalkan ajaran sesat itu. Ini pentingkarena anak-anak mereka bersekolah diPasir Pengaraian, kalau tidak dilu-ruskan, dikhawatirkan nanti menu-larkan kepada kawan-kawannya disekolah,” Yusrizal mengutip komen-tar Ahmad Supardi Hasibuan, KepalaKementerian Agama daerah RokanHulu dalam laporannya.

Katakabar.com merupakan portalberita Riau milik Abdul Aziz yangdikelola sejak Juli 2011. Alexa.com, si-tus penyedia informasi tentang ba-nyaknya pengunjung suatu situs danurutannya, mencatat katakabar.comberada di urutan 4.559 se-Indonesia.Di Riau, katakabar.com berada di urutanketiga situs terbanyak dikunjungi.

Riauterkini.com, situs kedua ter-banyak dikunjungi di Riau. BahanaMahasiswa mencoba search kata kunci“ahmadiyah” pada situs riauterkini.comper 31 Maret 2013. Hasilnya, sebanyak37 berita terkait Ahmadiyah dipostingsejak tahun 2005.

Postingan terbaru tertanggal 29Agustus 2012. Judulnya BengkalisDimasuki Ahmadiyah, MUI DesakPemerintah Tang gap. “Aliran sesatAhmadiyah disinyalir telah masuk kePulau Bengkalis. MUI setempat men-desak pemerintah serius mengambillangkah penanganan,” begitu kalimatpembuka pada postingan yang ditulisoleh inisial dik.

Kata “ajaran sesat”, “penyadaran”,“diluruskan” terdapat pada postingankatakabar.com. Situs riauterkini.com puntak jauh beda. Bahana membaca danmengamati satu per satu dari 37postingan terkait Ahmadiyah di situstersebut. Kata “sesat”, “harus disa-darkan” dan “disyahadatkan” terteradalam postingan.

Yayasan Pantau menyimpulkanpenggunaan kata-kata menghakimitersebut disebabkan bias wartawanterhadap Ahmadiyah. Yayasan Pantauadalah sebuah lembaga yang bertujuanmemperbarui jurnalisme di Indone-sia. Sejak 2003, Pantau aktif men-jalankan program pelatihan wartawan,konsultan media, riset, penerbitan,serta diskusi terbatas demi mendorongperbaikan mutu jurnalisme di Indo-nesia.

Kesimpulan tersebut diperkuatmelalui survei Persepsi Wartawanterhadap Islam tahun 2009 yangdilakukan Yayasan Pantau. Surveidilakukan dengan mewawancarai 600wartawan di 16 propinsi di Indonesia,termasuk di Riau. Hasilnya, 64,3 persendari 600 wartawan yang diwawancarasetuju pelarangan Ahmadiyah.

Tahun 2012 Yayasan Pantau mela-kukan pembaruan survei PersepsiWartawan terhadap Islam. Beberapapertanyaan disesuaikan dengan per-kembangan kasus. Terkait pertanyaansoal fatwa pelarangan Ahmadiyah yangdikeluarkan MUI akhir Juli 2005,sebanyak 30,8 persen responden sangatsetuju dengan fatwa pelarangan ter-sebut, 28,2 persen cukup setuju.

Untuk SKB pelarangan Ahma-diyah yang dikeluarkan Menteri Agama,Jaksa Agung dan Menteri DalamNegeri pada tahun 2008, sebanyak 25,8persen wartawan setuju dengan pela-rangan ini, sementara 30,2 persencukup setuju.

Selain bias wartawan, Yayasan

Pantau menilai penggunaan kata“sesat”, “disadarkan” dan sejenisnyadisebabkan wartawan tak punya pe-ngalaman cukup panjang dalammeliput isu agama.

Fajar dari Antara Riau mengakuinyasaat Launching dan Bedah Buku Blur :Bagaimana Meliput Agama dan Meng-hadapi Tsunami Informasi? di Perpus-takaan Soeman HS Pekanbaru pada 3Februari 2013. “Saya cenderung meng-hindari meliput kasus-kasus into-leransi di Riau. Bukan karena tidak mautapi merasa belum berpengalaman,takutnya tulisan yang saya buat malahmemperuncing masalah,” katanya.

Riau Pos dan Tribun Pekanbaru, duakoran besar di Riau mengaku tetapmemuat kasus-kasus intoleransi diRiau. “Namun ada penyensorantertentu yang kita lakukan,” kata NazirFahmi, Pemimpin Redaksi Harian RiauPos. Nazir mencontohkan, untukkasus pembakaran gereja di KuantanSingingi misalnya, “Kita buat pem-bakaran rumah ibadah, bukan pem-bakaran gereja. Gerejanya tidak dise-butkan untuk menghindari isu SA-RA.”

Sementara itu Tribun Pekanbarulebih mengutamakan kehati-hatiandalam meliput isu intoleransi. “Teru-tama dalam penentuan angle, nara-sumber dan bahasa. Intinya bagaimanaTribun tetap bisa cetak besok. Repotjuga kalau massa menduduki kantorTribun karena berita yang kita muat,”kata Dodi Sarjana, Pemimpin RedaksiTribun Pekanbaru.

Di akhir laporan survei PersepsiWartawan Terhadap Islam, YayasanPantau menyarankan untuk memi-nimalisir penggunaan kata meng-hakimi, seperti “sesat, “disadarkan”dan sejenisnya, ada baiknya para war-tawan merenungkan kembali tujuanutama jurnalisme: menyediakan infor-masi yang dibutuhkan warga.#

“Ajaran Sesat”,“Harus Disadarkan”

Laporan Utama

LovinaOleh

Page 13: Majalah Edisi Khusus 2013

13B

AH

AN

A M

AH

AS

IS

WA

Ed

isi Kh

usu

s

Januari-Februari 2013

29 JUNI 2007 Masjid Al Mubarak dan rumah milik mubalighAhmadiyah di Kecamatan Mandau-Duri diobrak-abrik wargaintoleran.

5 OKTOBER 2008 Masjid Mubarak Mahato milikAhmadiyah di Kecamatan Pujud Rokan Hilirdihancurkan warga intoleran.

16 FEBRUARI 2011 masjid milik Ahmadiyah di Desa KotoBangun dan Koto Baru Kecamatan Tapung Hilir Kampardisegel oleh Pemerintah Kabupaten Kampar.

12 OKTOBER 2010 Masjid Mubarok milik AhmadiyahKecamatan Tuah Karya Pekanbaru disegel oleh Pemerintah KotaPekanbaru.16 NOVEMBER 2010 Pemerintah Kota Pekanbaru mengeluarkansurat penghentian kegiatan jemaat Ahmadiyah Kecamatan TuahKarya Pekanbaru.19 APRIL 2011 Front Pembela Islam dan Laskar Pembela Islamdisaksikan warga dan pejabat setempat menyegel Masjid An-Nasirmilik Jemaat Ahmadiyah Kecamatan Pekanbaru Kota.8 DESEMBER 2012 Komunitas Melayu Riau Bersatu memprotespembangunan gapura di kawasan China Town di Jalan KaretPekanbaru.

1 AGUSTUS 2011 Gereja Gereja Batak Karo ProtestanKecamatan Logas Tanah Darat Kuantan Singingi dibakar wargaintoleran.1 Agustus 2011 Gereja Pentakosta di Indonesia KecamatanPangean Kuantan Singingi dibakar warga intoleran.2 AGUSTUS 2011 Gereja Methodist Indonesia KecamatanPangean Kuantan Singingi dibakar warga intoleran.

1. Penetapan Presiden Republik IndonesiaNomor 1/PNPS tahun 1965 tentang Pen-cegahan, Penyalahgunaan dan/atau PenodaanAgama

2. Peraturan Bersama Menteri Agama danMenteri Dalam Negeri tahun 2006 tentangPedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam PemeliharaanKerukunan Umat Beragama, PemberdayaanForum Kerukunan Umat Beragama danPendirian Rumah Ibadat

3. Keputusan Bersama Menteri Agama, JaksaAgung dan Menteri Dalam Negeri tahun 2008tentang Peringatan dan Perintah KepadaPenganut, Anggota dan/atau AnggotaPengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)

4. Instruksi Menteri Agama Republik Indo-nesia Nomor 2 tahun 2011 tentang Antisipasiterhadap Timbulnya Kerawanan/KonflikKerukunan Umat Beragama

5. Surat Walikota Pekanbaru tanggal 12Oktober 2010 dan 16 November 2010 tentangPenghentian Kegiatan Jemaat Ahmadiyah diKecamatan Tuah Karya Pekanbaru

6. Surat Bupati Kampar tanggal 16 Februari2011 tentang Penghentian Kegiatan JemaatAhmadiyah di Koto Bangun dan Koto BaruKecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

7. Fatwa MUI tahun 2005 tentang pelaranganAhmadiyah di Indonesia

8. Fatwa MUI tahun 2005 tentang pelaranganpluralisme, liberalisme dan sekularisme agama

Grafis: Dayat

Produk HukumKekerasan

Page 14: Majalah Edisi Khusus 2013

14 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Realita Kebebasan Beragama danBerkeyakinan di Riau

INDONESIA dikenal memiliki keka-yaan dan keberagaman budaya. Terdiridari berbagai suku bangsa, agama,bahasa, adat istiadat, cara berpakaian,dan kebiasaan. Karena itu, upayameniadakan keberagaman maupunpenyeragaman melalui RancanganUndang-undang apa saja merupakanteror baru di era ini.

Propinsi Riau terdiri dari beragamsuku bangsa. Melayu, Jawa, Minang-kabau, Tionghoa, Banjar, Mandailing,Batak, Bugis, Aceh, Sunda, dan Flores.Melayu merupakan suku mayoritas.Suku Jawa dan Sunda banyak dikawasan transmigran. Etnis Minang-kabau dan Tionghoa menjadi peda-gang. Minangkabau banyak bermukimdi Pekanbaru, Dumai, Kampar, Kuan-tan Singingi (Kuansing), dan RokanHulu (Rohul). Sementara Etnis Ti-onghoa banyak berada di Bagan-siapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupatdan Bengkalis.

Suku Banjar dan Bugis terdapat diKabupaten Indragiri Hilir (Inhil),terutama di Tembilahan. Selain itu diRiau masih terdapat sekumpulanmasyarakat asli di kawasan pedalamandan bantaran sungai, seperti Sakai,Akit, Talang Mamak, dan Suku Laut.

Penduduk di Propinsi Riau amatmajemuk, ini aset bagi Riau sendiri.Agama yang dianut penduduk Riausangat beragam. Mengacu data Depar-temen Agama Kantor Wilayah Riaupada 2010, agama Islam dianut4.907.218 jiwa, Kristen Protestan313.660 jiwa, Kristen Katolik 125.561jiwa, Hindu 21.837 jiwa, Buddha150.759 jiwa, Konghucu 725 jiwa danaliran kepercayaan lainnya 434 jiwa.Terdapat 11.481 rumah ibadah muslimdi Riau, 1.194 rumah ibadah KristenProtestan dan 246 rumah ibadahKatolik. Hindu ada 8 buah sedangkanBudha sekitar 340 rumah ibadah.

Situasi di RiauHasil wawancara Setara Institute

tentang kebebasan beragama danberkeyakinan di Riau pada 2011 me-

nyimpulkan toleransi beragama masihberjalan baik di Riau. Penghargaanterhadap perbedaan suku/ras masihada.

Jika melihat kembali ke belakang,memang ada beberapa konflik terkaitsuku dan agama yang pernah terjadi diRiau. Tahun 2004, pasca reformasi,terjadi konflik di kota Batam antaraSuku Minang dan Suku Batak, saat ituBatam masih masuk ke dalam PropinsiRiau. Hal sama juga terjadi di kotaBagan Siapiapi Kabupaen Rokan Hilir.

Ditilik dari Peraturan Daerah(Perda), di Riau masih banyak pelang-garan terhadap Hak Asasi Manusia dandiskriminatif terhadap perempuan.Misalnya Perda Kabupaten Kampartentang Kewajiban Berjilbab, SuratKeputusan Bupati Tembilahan ten-tang larangan keluar malam laki-lakidan perempuan, Perda di Rohultentang kewajiban membaca Alquranbagi calon kepala daerah dan Perda diDumai tentang kewajiban pandaimembaca Alquran bagi calon walikota.Ada pula anjuran memakai bajukurung tertentu pada hari tertentu bagipegawai maupun anak sekolah.

Hasil pantauan terhadap situasikebebasan beragama dan berkeyakinandi tahun 2011 membuktikan, konflikyang terjadi bila dibiarkan dapatmenjadi sumber perpecahan di Riau.

Contoh kasus pembakaran/peng-rusakan tempat ibadah. PembakaranGereja Katolik akibat bentrokan wargaKuansing pada 11 April 2011, pem-bakaran gereja GBKP, GMI dan GPDIoleh seratusan orang tak dikenal padaawal Agustus 2011.

Ada juga kasus pelarangan ibadahdidasarkan Surat Walikota Pekanbarutanggal 12 Oktober 2010 dan 16 No-vember 2010 perihal penghentiankegiatan jemaat Ahmadiyah. Sebanyak30 ormas Islam di Riau, termasukMajelis Ulama Indonesia dan FrontPembela Islam Propinsi Riau men-desak Gubernur Riau Rusli Zainalbersikap tegas terhadap jemaat Ah-madiyah.

Suryadi, SHKetua LembagaBantuan Hukum

Pekanbaru

OPINI

Page 15: Majalah Edisi Khusus 2013

15BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Pada 19 April 2011 sekitar pukul10.00, FPI berorasi dan memasangspanduk pembubaran Ahmadiyah digedung tempat ibadah Ahmadiyah,menyegel pintu rumah ibadah denganspanduk, disaksikan aparat pemerintahdan pihak keamanan. Pelaranganibadah minggu juga dialami JemaatGereja HKBP Tampan Resort HKBPHangtuah Pekanbaru hingga 13 No-vember 2011.

Contoh kasus intoleransi, yakniSMP dan SMA di Bangkinang Kamparmenerapkan setiap siswa non muslimwajib mengenakan jilbab.

Secara umum, penyebab mun-culnya konflik karena kebijakan peme-rintah yang tak memihak masyarakatmenengah ke bawah. Perbedaan pen-

dapat dan rasa tidak puas mendorongprotes sosial yang berlanjut padakerusuhan. Ditambah pula bumbu-bumbu agama dalam melegalkan aksitersebut.

Karena itu perlu peninjauan ulangterkait aturan yang ada. Aturan tersebutharus berdasarkan pada ruh Pancasila,UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.Jika ruh ini tak ada, maka aturantersebut bisa menimbulkan per-pecahan, kekerasan dan rasa tak pedulisesama.

Upaya PencegahanPencegahan konflik antar umat

beragama bisa dilakukan denganberbagai cara. Meningkatkan tarafhidup masyarakat dibarengi perbaikan

kebijakan pemerintah yang berorientasipada kepentingan masyarakat.

Melakukan sosialisasi peraturanperundang-undangan yang berkaitandengan pengaturan agama (bukanajaran/doktrin agama) kepada ma-syarakat. Sehingga masyarakat tahurangka membangun toleransi dankerukunan antar umat beragama.

Fungsionalisasi pranata lokal yangmendukung upaya kerukunan umatberagama. Terakhir, melakukan pene-gakan hukum (law enforcement) ter-hadap oknum yang melanggar pera-turan maupun yang terlibat kerusuhansosial atau konflik antar umat ber-agama.#

OPINI

Ilustrasi: Dayat

Page 16: Majalah Edisi Khusus 2013

16 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Ilustrasi: Dayat

AEDY Kusmara sangat tertarik dengandesain web. “Bisa membuat halamanwebsite yang unik dan warna-warnimenakjubkan bagi saya,” katanya. Iapun belajar bahasa pemrograman.Kini ia bekerja di Pusat KomputerUniversitas Riau. Puskom adalahlembaga di UR yang mengelola tek-nologi komunikasi dan informasi(ICT), termasuk mengelola websiteunri.ac.id.

Aedy banyak mengunjungi situsberita online untuk melihat berbagaireferensi web. Jika jenuh, ia jugamembaca berita-berita yang ada di webtersebut. Astaga.com dan Detik.comadalah situs web yang sering dikun-jungi Aedy. “Dulu saya bisa habiskanwaktu 8 jam sehari di depan komputer

Puskom,” katanya. Kegiatan tersebutsudah dilakoni saat Aedy masihberstatus mahasiswa di FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan (Fa-perika) UR.

Ia sempat langganan Intisari—majalah bulanan sejak 1963 diterbitkanKompas Gramedia—untuk menda-patkan informasi. “Tapi setelah tahuinternet, saya baca informasi di internetsaja. Lebih efektif, hemat dan praktis,”ujarnya.

Mengandalkan internet untukmemperoleh informasi mulai dilakoniAedy sejak tahun 1997. Saat itu mediaonline di Riau memang belum semaraksekarang. Kini Ketua Serikat Peru-sahaan Suratkabar (SPS) Riau Syafriadimencatat lebih dari 100 portal berita

online berkembang di Riau.Kehadiran situs berita online tak

terlepas dari maraknya penggunaaninternet. “Anak-anak muda Inggrisusia 15 sampai 24 tahun (kini) mulaimenggunakan internet,” demikianditulis tajuk majalah The Economist 26Agustus 2006.

Salah satu perusahaan riset terbesardi Asia Tenggara, MarkPlus Insight,memaparkan jumlah pengguna in-ternet di Indonesia pada akhir tahun2012 mencapai 61,08 juta orang, lebihbanyak 6 juta orang dibanding tahun2011 yang berjumlah 55 juta orang.MarkPlus Insight menggunakan me-tode survei terhadap 2.151 orang usia15-64 tahun di 11 kota besar di Indo-nesia.

HermanOleh

Page 17: Majalah Edisi Khusus 2013

17BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Laporan UtamaEdisi Khusus

Kesimpulan lain dari MarkPlus In-sight, 40 persen pengguna internet diIndonesia mengakses internet lebihdari 3 jam per hari, 95 persen meng-akses internet dari notebook, tablet danperangkat seluler, serta mayoritaspengguna internet di Indonesia beradadi rentang usia 15-35 tahun.

BAHANA Mahasiswa mencari tahuperingkat situs media online di Riaumenurut Alexa.com, sebuah situspenyedia informasi tentang banyaknyapengunjung suatu situs dan uru-tannya. Ia didirikan 1996 oleh BrewsterKahle dan Bruce Gilliant, berbasis diCalifornia, Amerika Serikat. MelaluiAlexa.com, kita dapat mengecek rang-king website yang dikelompokkan berda-sarkan negara, kategori tertentu atauberdasarkan urutan website dunia.

Bahana tak berhasil mendapatkandaftar seluruh media online di Riau.Ketua Serikat Perusahaan Suratkabar(SPS) Riau Syafriadi juga mengaku taktahu berapa angka pasti jumlah mediaonline di Riau. Namun ia memper-kirakan lebih dari 100. Sejak KongresSPS di Bali tahun 2010, SPS Riau sudahmenaungi media online. Kongrestersebut memutuskan menggantisingkatan SPS, awalnya Serikat Pener-bitan Suratkabar—hanya menaungimedia cetak, menjadi Serikat Peru-sahaan Suratkabar—menaungi mediacetak, elektronik dan online.

Untuk mencari nama-nama mediaonline yang ada di Riau, Bahana meng-gunakan bantuan Google Search dengankata kunci “Riau”, “media online diRiau”, “portal berita Riau”, “daftar si-tus berita Riau”, “daftar portal beritadi Riau”. Bahana menemukan 32 namapada pencarian tanggal 30 Maret 2013.Untuk rangking situsnya Bahana cek disitus Alexa.com dengan cara mema-sukkan satu per satu situs media onlinehasil pencarian Google Search.

Hasilnya, situs Riaupos.co berada diperingkat pertama. Ia memperolehperingkat 1.206 situs paling banyakdikunjungi se-Indonesia. Urutan keduadipegang oleh Riauterkini.com (pering-kat 1.703 se-Indonesia) dan ketigaKatakabar.com (peringkat 4.559 se-In-donesia).

Riaupos.co adalah sebuah mediaonline di Riau yang dikelola oleh PTRiau Pos Intermedia milik Riau Pos Group.Ia memuat berita ekonomi dan bisnis,feature, hiburan, hukum dan kriminal,

internasional, Kepulauan Riau, kese-hatan, life dan style, lintas Sumatera,metropolis, nasional, olahraga, politik,pro otonomi, sains dan teknologi sertaxpresi. Beritanya juga mencakup sebelaskabupaten di Propinsi Riau: Bengkalis,Dumai, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu,Kampar, Kuantan Singingi, Meranti,Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan Huludan Siak. Selain itu, ada pula kanalRiauPos TV (televisi milik Riau PosGroup), majalah Riau Pos, dan kolomberisi tulisan beberapa tokoh Riau.

Tahun 2009 Riaupos.co mulaidikelola dengan baik. Yasril PemimpinRedaksi Riaupos.co mengatakan bahwaportal berita ini dihadirkan sebagaiupaya antisipasi perkembangan mediama-ssa. “Kita akui pengelolaan kitabelum maksimal, masih upload beritayang terbit di Koran Riau Pos ke online,”katanya. Namun kelebihannya, lanjutYasril, Riaupos.co punya reporter dalamlingkup Riau Pos Group sehingga up-date beritanya lebih banyak.

Riauterkini.com dikelola oleh CVIntimedia Riau dengan motto MemantauRiau dari Detik demi Detik. Ia didirikanoleh Ahmad S. Udi pada 20 Oktober2003. Riauterkini.com kini memilikisebelas wartawan daerah mencakupPelalawan, Bengkalis, Rokan Hulu,Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kam-

par, Dumai, Duri, Rokan Hilir, Siakdan Jakarta.

“Begitu banyak informasi yangingin disampaikan tapi terhambatwadah,” cerita Ahmad S. Udi soal latarbelakang pendirian Riauterkini.com.Sebelumnya Ahmad adalah kontri-butor stasiun televisi nasional RCTIuntuk wilayah Riau. Ia juga wartawandi Mandirionline.com.

Ahmad sempat pesimis denganportal yang didirikannya. “Maklum,internet waktu itu masih terbatassekali,” ujarnya. Namun denganmemanfaatkan jaringan saat bekerjasebagai kontributor RCTI, ia bisamempertahankan situs tersebut hing-ga kini. Baginya tampilan nomorsekian, yang terpenting isinya karenamedia online mengandalkan kecepatan.“Kalau isi sudah menjual, pengunjungakan tertarik.”

Katakabar.com merupakan mediaonline di bawah CV Sinar Cemerlang. Iadidirikan oleh Abdul Aziz pada Juli2011. Mottonya Bukan Kabar Biasa.Dalam situsnya, Katakabar.com menya-takan situs mereka dikunjungi lebihdari 10 ribu pengunjung per haridengan rata-rata pageviews lebih dari 250ribu per hari.

Kini Katakabar.com memiliki 12koresponden daerah, masing-masing

EYE KTCHING

Alexa.com, situs penyedia informasi tentang banyaknya pe-ngunjung dan urutannya, menunjukkan Riaupos.co berada di

peringkat pertama situs terbanyak dikunjungi di Riau.

Page 18: Majalah Edisi Khusus 2013

18 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Laporan UtamaEdisi Khusus

di Mandau-Pinggir, Bengkalis, RokanHulu, Kampar, Pelalawan, IndragiriHulu, Dumai, Medan, Jambi, Padang,Palembang dan Jakarta. Beritanyamencakup Riau, Sumatera, EkonomiBisnis, Hukum Kriminal, Peme-rintahan, Lingkungan, Investigasi,Pendidikan, Politik, Olahraga, Opini,Nusantara, Internasional, Kabar Calegjuga English Version (berita berbahasaInggris).

Secara umum, ketiga situs terba-nyak pengunjung di Riau ini memilikikonten tak jauh berbeda. Ketiga situsmengandalkan update berita straightnews (berita lempang mengandalkanformat 5W+1H). Tersedia pula linkberita terkait maupun berita terpopulerdisertai foto dan tanggapan pembacapada kolom “komentar” di setiapberita.

Buku Blur memaparkan web bisamemberi elemen jauh lebih beragamdalam memberitakan suatu peristiwa.Blur: How to Know What’s True in theAge of Information Overload diterbitkanAgustus 2011 oleh Bill Kovach danTom Rosenstiel. Kovach memulaikarir sebagai wartawan pada 1959. Iapernah bekerja di The New York Times,Atlanta Journal dan terakhir menjadikurator Nieman Foundation for Jour-nalism di Universitas Harvard. Se-dangkan Rosenstiel wartawan The LostAngeles Times spesialis media danjurnalisme. Kini ia jalankan Commit-tee of Concerned Journalists.

Kovach dan Rosenstiel adalah duawartawan Amerika Serikat yang sudahmenerbitkan tiga buku bersama. Blurbuku ketiga mereka. Akhir tahun 2012buku Blur terjemahan Bahasa Indo-nesia diluncurkan oleh Dewan PersJakarta. Ia diterjemahkan oleh YayasanPantau Jakarta.

Dalam buku Blur, Kovach danRosenstiel menjelaskan, selain narasiutama, foto, link berita terkait, dankomentar pembaca, website juga bisamencantumkan grafik, galeri foto olehwarga, tautan yang menempel padanarasi utama berisi definisi suatuistilah, tautan menuju organisasi yangdisebut dalam berita, maupun tautanmenuju blog yang mengupas soalberita yang disajikan.

Web juga bisa menyajikan transkriplengkap wawancara, video dan audio,biografi penulis berita, basis data terkaitberita, tombol untuk membagi beritake situs sosial media, serta tombol

koreksi dan update berita yang dima-sukkan langsung ke teks asli.

Bagaimana Cetak MenghadapiKecepatan Online?

Situs Republika.co.id pada 19 Okto-ber 2012 memuat berita berjudul EdisiCetak Ditutup, Newsweek Jadi FormatOnline. Ia menginformasikan Newsweekmenerbitkan edisi cetak terakhirnyapada akhir tahun 2012. Di awal tahun2013, majalah yang berusia 80 tahunini akan menutup edisi cetaknya danmenggantinya dengan format online.

Perpindahan dari cetak ke onlinetersebut diumumkan kepala editor danpendiri The Newsweek Daily Beast Co.,Tina Brown. Republika.co.id menulis,majalah Newsweek yang terbit di NewYork, Amerika Serikat ini merupakanmajalah nomor dua terbesar dari segioplah dan pendapatan.

“Pada 2003, sirkulasi majalah ini diseluruh dunia mencapai lebih dari 4juta, termasuk 2,7 juta di AmerikaSerikat. Pada 2010, oplahnya turunmenjadi 1,5 juta,” kata Tina Brown.Penurunan oplah dan pendapatan iniyang menyebabkan Newsweek menutupedisi cetaknya.

Endy M. Bayuni, Senior Editor TheJakarta Post saat acara Launching danBedah Buku Blur: Bagaimana MeliputAgama dan Menghadapi Tsunami Infor-masi? di Perpustakaan Soeman HSPekanbaru pada 3 Februari 2013memprediksi bahwa media cetak diIndonesia hanya akan bertahan paling

tidak hingga 10 tahun lagi.Pemimpin Redaksi Harian Riau Pos

Nazir Fahmi tak sepaham denganprediksi Endy M. Bayuni. Menurutnya,kondisi media cetak di Indonesiakhususnya Riau belum mengkha-watirkan. “Media luar umurnya sudahratusan tahun. Sedangkan di Indone-sia masih baru, apalagi Riau. Jadimasih jauh lah,” ujarnya.

Namun Nazir mengaku Riau Possudah melakukan beberapa kebijakanagar edisi cetaknya tak ditinggalkanpembaca. “Memperkuat deskriptifdalam tulisan,” ujarnya. Cara lain,lanjut Nazir, membuat rubrik Xpresidengan melibatkan pelajar maupunmahasiswa. “Kita melibatkan anakmuda sebagai generasi penerus. Agarmereka tahu dan terlibat langsungbagaimana kerja media cetak sesung-guhnya.”

Beda lagi dengan Harian TribunPekanbaru. Agar tak ditinggalkanpembaca, Tribun menerapkan kebi-jakan soal berita eksklusif. “Target kitasetiap bulan harus ada empat beritaeksklusif,” kata Dodi Sarjana, Pe-mimpin Redaksi Tribun Pekanbaru.Berita eksklusif, jelas Dodi, bisa sajaberitanya sama dengan media lain,namun harus ada angle (sudut atau sisi)lain, baik dari narasumber atau wa-wancara eksklusif.

Meski optimis edisi cetak Riau Posakan berumur panjang, Nazir Fahmikatakan Riau Pos sudah ada persiapanbila suatu saat edisi cetak harus mati.

Nazir FahmiPemimpin Redaksi

Riau Pos

Internet

Page 19: Majalah Edisi Khusus 2013

19BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Dodi SarjanaPemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru

Abdul Aziz Katakabar.com (kiri) danAhmad S Udi Riauterkini.com (kanan)

Inte

rnet

Inte

rnet

Doc BM

“Kita sudah persiapkan media onlineRiaupos.co, bahkan sekarang nomorsatu di Riau versi Alexa,” ujar Nazirbangga.

Tribun Pekanbaru juga punya me-dia online: Tribunpekanbaru.com. Iamerupakan jaringan dari Tribun Net-work dengan situs Tribunnews.com.“Sistemnya saling menguntungkan.Kita ambil berita dari daerah lainmelalui jaringan tribunnews, daerah lainjuga dapat berita Riau dari situs TribunPekanbaru,” kata Dodi Sarjana.

Akhir November 2012 situsTribunpekanbaru.com memperolehpenghargaan Best in Social Media 2o12tingkat Asia Pasifik dari WAN-IFRA(asosiasi surat kabar dan penerbitanberita dunia). WAN-IFRA meru-pakan asosiasi non profit terdiri dari76 asosiasi surat kabar nasional, 12kantor berita, 10 organisasi pers re-gional dan eksekutif surat kabarindividu dalam 100 negara. Ia didi-rikan tahun 1948 dan pada 2011 telahmewakili lebih dari 18 ribu publikasiglobal.

Menurut Tribunnews.com, kategorisosial media yang dimenangi TribunPekanbaru ini merupakan gabungandari keunggulan produk online (si-tus Tribunpekanbaru.com) dan produkcetak (koran). Juri WAN-IFRA me-lihat keunggulan Tribun Pekanbarupada rubrik Tribuners PekanbaruInteraktif, Citizen Journalism dan Citi-zen Shoot. Ketiga rubrik ini memberiruang interaktif dan komunikatifuntuk publik.

Di Citizen Journalism, warga diberi

kesempatan mengirim berita maupuninformasi terkait peristiwa di ling-kungannya. Citizen Shoot memberikesempatan pada warga untuk mengi-rimkan foto bernilai berita. SedangkanTribuners Pekanbaru Interaktif, wargabebas memberi info apapun yangterhubung melalui fan page facebook.

“Kita akui kiriman warga baik beritamaupun foto banyak yang belummemenuhi standar jurnalistik. Namuntetap kita naikkan. Ini bisa jadi bahanpembelajaran bagi mereka, bagaimanatulisan dan foto yang bernilai berita itu,”kata Dodi Sarjana.

SUZI Parker, pengelola blog Washing-ton Post memuat sebuah berita berjudulSarah Palin Mencoba untuk Tetap Relevandi blog tersebut. Ia menyebut bahwaSarah Palin, kandidat wakil presidenPartai Republik yang baru saja keluardari Fox News, telah berpindah kejaringan Al-Jazeera untuk lebih dekatdengan jutaan orang alim di dunia. Iamengutip Daily Currant sebagai sumberkolomnya.

Al-Jazeera baru-baru ini memangmembuat berita bahwa jaringan merekaberencana meluncurkan Al-JazeeraAmerika akhir tahun ini. Tapi tidak,seperti yang ditulis Suzi Parker, denganSarah Palin di dalamnya.

Menyadari kekeliruannya, Washing-ton Post kemudian memuat koreksi.Dengan demikian, Washington Post telahmenambah panjang daftar mediapapan atas yang menurunkan beritayang terbukti tak benar.

Informasi ini dimuat oleh situs

Tempo.co pada 13 Februari 2013 denganjudul berita Washington Post TertipuCerita Sarah Palin.

Tahun 2008 Dewan Pers pernahmendapat pengaduan terhadap mediaonline. Kasusnya dimuat dalam situsresmi Dewan Pers. Dewan Pers adalahsebuah lembaga independen di Indo-nesia yang berfungsi mengembangkandan melindungi kehidupan pers diIndonesia. Ia memiliki wewenanguntuk menyelesaikan sengketa jur-nalistik.

Dua kasus pengaduan terhadapmedia internet berhasilkan didamaikanDewan Pers melalui mediasi. Kasuspertama yakni sengketa antara RenoIskandarsyah dengan Hukumonline.com.Pada 28 Juli 2008, Hukumonline.commemuat berita berjudul Takut Klien JadiTersangka, Advokat Rela Menyuap.Setelah dimediasi, Hukumonline.commengakui kesalahan bahwa berita yangdisebarkan bersifat menghakimi dantidak melakukan verifikasi kepada RenoIskandarsyah.

Kasus kedua sengketa antara Djo-ko Edhi dengan Detik.com. DjokoEdhi S Abdurrahman mengadukanlaporan Detik.com berjudul Bahrudin:Makelar Jual Beli Nomor Caleg PPP DjokoEdhi. Dalam situsnya, Dewan Persmemastikan kedua belah pihak sudahbermusyawarah dan bersedia berdamai.

Selama tahun 2011, Dewan Persdalam situs resminya menyebutkanbahwa mereka menerima 43 penga-duan terhadap media online. Tahun2012 pengaduan media online me-ningkat menjadi 98 pengaduan. “Daripengaduan tersebut, 76 persen meru-pakan pelanggaran kode etik jur-nalistik,” kata Agus Sudibyo dalamseminar bertema Media Online: Pertum-buhan Pengakses, Bisnis dan ProblemEtika di Jakarta pada 7 Maret 2013. Iadimuat situs Tempo.co dengan judul 6Pelanggaran Media Siber Ini yang SeringDiadukan.

Agus memaparkan enam pelang-garan kode etik jurnalistik yang dila-kukan media siber (online) yang seringdiadukan ke Dewan Pers. Pertama tidakmelakukan konfirmasi. “Ini terjadikarena media siber lebih mengu-tamakan kecepatan tanpa dibarengiverifikasi,” ujarnya.

Pelanggaran kedua, berita tidakakurat; ketiga, mencampurkan faktadan opini yang menghakimi; keempat,tidak berimbang; kelima, tidak me-nyembunyikan identitas korban keja-

Laporan UtamaEdisi Khusus

Page 20: Majalah Edisi Khusus 2013

20 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Laporan UtamaEdisi Khusus

hatan susila; dan keenam, tidak jelasnarasumbernya.

Blur karya Bill Kovach dan TomRosenstiel menyatakan bahwa peli-putan media online juga harus ber-landaskan pada elemen jurnalisme.Berpihak pada kebenaran, loyalitas padawarga, disiplin verifikasi, independenterhadap objek liputan, pemantaukekuasaan, penyedia forum publik,memuat hal menarik dan relevan,komprehensif dan proporsional sertamendengarkan hati nurani.

Pada 3 Februari 2012, Dewan Persmengumumkan pedoman pembe-ritaan media siber di situs resminya.Pedoman tersebut, tulis Dewan Pers,tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentangPers serta Kode Etik Jurnalistik. Iaberisi 9 poin, mengatur soal ruanglingkup, verifikasi dan keberimbanganberita, isi buatan pengguna, ralat,koreksi dan hak jawab, pencabutanberita, iklan, hak cipta, pencantumanpedoman serta persoalan sengketa.

Anatona Nazara pendiri portalberita Bidikonline.com menyatakan

verifikasi terhadap narasumber takselalu dibutuhkan medianya. Menu-rutnya, yang terpenting adalah menulisberita apa adanya sesuai kejadian dilapangan. Bidikonline.com didirikansejak tahun 2009 berkantor di PerumPandau Permai Jalan Cemara RayaNomor 14 Siak Hulu, Kampar, Riau.

Ahmad S. Udi pendiri Riauter-kini.com mengaku medianya tetapmenerapkan verifikasi dengan carakontak narasumber. Begitu pulaKatakabar.com, tetap melakukan veri-fikasi. “Namun jika kontak pertama takdigubris, kedua kali tak digubris, ketigakali juga sama, maka kami akan tetapmenaikkan beritanya,” ujar AbdulAziz.

Menurut Pedoman PemberitaanMedia Siber yang dibuat Dewan Pers,pada prinsipnya setiap berita harusmelalui verifikasi. Ketentuan tersebutdapat dikecualikan apabila: beritabenar-benar mengandung kepen-tingan publik yang bersifat mendesak;sumber berita pertama jelas iden-titasnya, kredibel dan kompeten;subjek berita yang harus dikonfirmasi

tidak diketahui keberadaannya atautidak dapat diwawancarai.

Pedoman tersebut juga men-jelaskan, bila tak dapat diwawancarai,media harus memberikan penjelasankepada pembaca bahwa berita tersebutmasih memerlukan verifikasi lebihlanjut yang diupayakan dalam waktusecepatnya. Setelah berita dipublish,media juga wajib meneruskan upayaverifikasi. Hasilnya dicantumkan padaberita update dengan tautan pada beritayang belum terverifikasi.

Bila ada berita yang salah, makamedia online bersangkutan wajibmencantumkan tautan ralat, koreksiataupun hak jawab pada berita yangsalah tersebut. “Sesuai dengan Un-dang-undang Pers, media siber yangtidak melayani hak jawab dapat dijatuhisanksi hukum pidana denda palingbanyak lima ratus juta rupiah,” begituyang tertera pada Pedoman Pembe-ritaan Media Siber poin 4 huruf etentang Ralat, Koreksi dan Hak Jawab.# Yaya

Page 21: Majalah Edisi Khusus 2013

21BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

TAHUN 1998 di Riau hadir koranelektronik dengan nama Riauglobal.comyang peluncurannya dilakukan olehGubernur Riau, waktu itu Saleh Djasitbersempena resepsi hari ulang tahunRiau Pos.

Dalam buku Menerobos Mitos SeabadPers Riau yang diterbitkan oleh PWICabang Riau 2005. Koran elektronikini diawaki oleh Akmal Famajra sebagaiPimpinan Redaksi, Syam IrfandiRedakur Pelaksana dan HasbullahRedaktur Portal. Untuk melengkapiberita-berita yang diliput oleh war-tawannya sendiri, Riauglobal.com jugamelakukan kerjasama dengan LKBNAntara serta JPPN (Jawa Pos News Net-work) untuk berita-berita tertentu.

Setelah koran elektronik ini berjalansekitar enam bulan, barulah Direkturutama H Rida K Liamsi MBA (CEORiau Pos Group) menerbitkan suratkeputusan untuk menyempurnakanpengelola dan isi koran elektroniktersebut.

Menurut Rida, media tersebutmerupakan portal pertama di Riau.Semua orang yang ingin mengetahuitentang Riau, haruslah terlebih dahulumasuk ke situs Riauglobal.com. Ia

merupakan pintu gerbang untukmengetahui isi tentang Riau.

Keputusan itu juga menetapkan,memperbantukan tenaga dari Riau Pos,yaitu Mosthamir Thalib sebagai Pe-mimpin Redaksi, Syam Irfandi sebagairedaktur portal, sedangkan AkmalFamajra sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Usaha dengan Ari Sukmasebagai marketing dan Ilfa sebagaiwebdesign.

Untuk memasyarakatkan namaRiauglobal.com, salah satu rubrik koranharian Riau Pos pun diberi namadengan Globalriau. Isi dari rubriktersebut juga mempromosikan hal-halyang terbaru dari isi Riauglobal.com.

Halaman Riau Pos langsung diisioleh Redaktur Riauglobal.com satu kaliseminggu. Ketika itulah nama Riau-global.com memasyarakat. Wartawannyamulai didaftarkan di PWI cabang Riau.

Rubrik Riauglobal.com ini jugamenampilkan buku-buku yang diter-bitkan oleh Sagang (jaringan Riau PosGroup), dan menampilkan bentuk-bentuk tenunan Riau serta motifukiran rumah adat Riau.

Terhadap pembaca dalam kotaPekanbaru sendiri sangat sulit untuk

Portal Pertamadari Riau

memperkenalkan nama Riauglobal.comsebagai koran elektronik yang pertamadikelola secara penuh provinsi Riau.Namun dari pembaca di belahan benuaAustralia dan Amerika, muncul seba-gai tanggapan atas kehadiran Riau-global.com.

Pada 2003, habis masa kontrakdomain Riauglobal.com dengan pe-nyedia di Amerika. Karena terlambatmendaftar ulang kembali, maka do-main tersebut dibeli oleh pihak lainnya.Konsekuensinya, nama Riauglobal.comtidak dapat diakses lagi. Untuk se-mentara, nama yang dipakai adalahRiau_global.com.

Sejak 2010, karena kesibukan dankurangnya tenaga kerja, Riau_glo-bal.com tak berjalan. Akmal Famajralebih fokus ke Riau Pos, kini iamenjabat Ketua Ombusman Riau PosGroup.

Kini di Riau ada portal bernamaRiau-global.com. Ia didirikan tahun2008 oleh Elfis. Menurutnya, portalberita tersebut tak ada kaitannyadengan Riauglobal.com maupun Ri-au_global.com yang pernah ada. #

HermanOleh

Page 22: Majalah Edisi Khusus 2013

22 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

SUATU HARI datang seorang modelJakarta ke tempat saya. Dia tanyabagaimana mengatasi mantan pacar,yang memaki-maki, mengancam san-tet, serta memukulnya. Dia ketakutandan lari dari kost. Dia minta tolongojek diantar ke polisi. Ironisnya, polisihanya menganjurkan “jalan damai”serta tak mau kasih surat pengantarvisum ke dokter.

Pengaduan lain dari seorang pera-wat asal Jayapura. Kakaknya ditangkappolisi. Kakaknya bawa pisau. Kakaknyaditahan dan dipukuli. Kakaknya ditu-duh hendak bunuh orang Indonesia.Kakaknya sebetulnya hendak beli ikandi pasar Depapre, dekat Jayapura. Siperawat bilang, “Di Papua biasa bawapiso untuk potong ikan, potongdaging, potong sayur.” Tapi polisicuriga, setiap orang Papua bawa pisau,disangka hendak serang orang Indo-nesia.

Ada satu kesamaan antara si modeldan si perawat. Mereka hanya cerita,cerita, dan cerita … tanpa menulis. Sayaanjurkan buatlah kronologi. Buatlahsurat pengaduan. Namun mereka sulitmenulis laporan tersebut. Si modelmenulis kronologi dua halaman isinyahanya dua alinea. Si perawat hanya tahukakaknya kena pasal makar. Alamak!Bawa pisau dituduh makar? Apakahdidampingi pengacara saat pemeriksaanpolisi? Dia tak tahu.

“Mereka dapat perlakuan sangatkasar sekali. Satu hari satu malam,”kata si perawat.

Pengalaman tersebut bukan barangbaru. Saya seringkali berhadapandengan orang yang dirampas hak-haknya —dari petani kehilangan tanahsampai pendeta kehilangan gereja, darimubalig Ahmadiyah masjidnya disegelsampai ustad Syiah madrasah diba-kar— namun ketika diminta menulis,diminta bikin laporan, diminta draftsurat, perlu berminggu-minggubahkan tak jarang, mereka patahsemangat, lantas tak ada kelanjutan.

Menulis adalah dunia pemikiran.Menulis juga dunia dokumentasi.

Menulis adalah membela diri. Menulisadalah memikirkan cara-cara yang benardan adil untuk membela diri. Menulisjuga bisa berguna buat membela hakorang yang dianiaya. Sayangnya, banyakorang, setidaknya di Jakarta, tak bisamenulis.

“Jadi nggak perlu disuruh ceritalagi. Capek ngulang-ngulang cerita yangsama,” kata si model.

SISTEM PENDIDIKAN di Indo-nesia, celakanya, tak mendidik anakuntuk menulis. Al Jazeera bikin pro-gram menarik. Judulnya, “EducatingIndonesia.” Temuannya, “… why Indo-nesia’s education system is one of the worstin the world.” Mengapa sistem pen-didikan di Indonesia salah satu yangterburuk di dunia. Sebabnya, mulai darikanker korupsi pada KementerianPendidikan sampai kurikulum yangmembelenggu anak-anak. Pendidikanterlalu sering mengantar siswa ke duniapenuh dikte, penuh hafalan, dansedikit kesempatan menyusun kata-kata dengan teratur.

Kini zaman internet. Saya percayainternet bisa dipakai untuk mengatasikebobrokan sistem pendidikan di In-donesia. Internet bisa dipakai untukmemperjuangkan hak asasi manusia.Bila wartawan tak mau menghabiskanwaktu guna bantu seorang gadis mudadipukuli mantan pacarnya, dia bisamenulis dan memakai internet gunamemperjuangkan hak dia. Baik siperawat maupun si model bisa menu-lis, mempengaruhi opini publik,menarik perhatian aparat hukum.

Tapi internet juga bisa dipakaimenyebarkan kebencian. Internet takberbeda dengan media apapun: cetak,radio, televisi. Ia bisa dipakai mencarikebenaran tapi juga bisa menyebarkankebohongan. Bedanya, lewat internet,sekarang setiap orang bisa jadi penerbitdengan bikin blog, entah Blogger atauWordpress. Setiap orang bisa siarandengan You Tube atau Vimeo. Setiaporang bisa jadi komentator denganFacebook atau Twitter. Setiap orang bisa

Belajar Menulispada Zaman Internet

Andreas HarsonoYayasan Pantau,

Jakarta, biasa menulissoal hak asasi ma-

nusia, jurnalisme, danmedia. Dia pernahmenjadi murid BillKovach di Nieman

Foundation on Jour-nalism, Universitas

Harvard

KOLOM

Page 23: Majalah Edisi Khusus 2013

23BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

memulai petisi dengan Change.org.Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

menulis dalam buku Blur : How to KnowWhat’s True in the Age of InformationOverload bahwa teknologi internetsecara revolusioner mengubah duniainformasi. Internet praktis meng-hilangkan peranan ruang redaksisebagai gate keeper alias penjaga gawanginformasi. Wartawan kini tak memilikiperanan buat menentukan apa yangperlu diberitakan, apa yang tak perlu.Sebaliknya, teknologi internet men-ciptakan banyak sampah informasi.

Bila si model dan si perawat takbisa menulis dengan rapi, denganlogika tersusun, dengan bahasa dingin,isinya juga akan menambah sampah.

Internet tak mengubah maknatentang keperluan informasi yangbermutu. Maksudnya, agar masyarakatbisa mengambil keputusan bermutubuat mengatur kehidupan mereka.Artinya, bila orang hendak meman-faatkan internet –dari Facebook sampaiChange.org, dari You Tube sampai Twit-ter—buat membela hak mereka, mautak mau, mereka harus belajar menulisdengan baik.

Menulis akhirnya tetap jadi keper-luan penting, bahkan makin penting,pada zaman internet.

WARGA kini seharusnya bisa melihatmedia dengan fungsi baru. Bill Kovachdan Tom Rosenstiel menyebut budayabaru konsumsi media dengan istilah“look forward” sebagai lawan daribudaya lama “look backward.” Dulumedia hanya tempat warga dudukmenonton atau duduk membaca.Warga hanya bisa memilih apa yangdisediakan Metro TV atau disajikanTempo. Kini warga “look forward”dengan mencari informasi lewatinternet, tak terpaku pada Metro TVatau Tempo, tapi bisa terus-meneruspindah website.

Ada delapan fungsi media padazaman internet, menurut Kovach danRosenstiel.

Authenticator –Masyarakat takmelihat wartawan hanya sebagaipenyedia informasi. Mereka memer-lukan wartawan untuk menerangkanbukti dan dasar untuk memahamimengapa suatu informasi bisa di-percaya.

Sense Maker – Jurnalisme jugaharus menerangkan sesuatu masukakal atau tidak. Kebingungan dan

ketidakpastian lebih sering muncul.Masyarakat menjadi kesulitan untukmenyaring mana yang masuk akal,mana propaganda, mana tipu-tipu,dan seterusnya.

Investigator – Wartawan harusterus berfungsi sebagai investigatorguna mengawasi kekuasaan sertamembongkar kejahatan dalam pelak-sanaan pemerintahan.

Witness Bearer – Warga bisamembantu wartawan dengan bekerjasama menjadi saksi kejadian-kejadianpenting. Ada potensi menciptakankemitraan media dengan warga. Disinijuga terletak kewajiban masyarakatuntuk memberdayakan jurnalisme.

Empowerer –Wartawan member-dayakan warga dengan berbagi pe-ngalaman dan pengetahuan dalam newsgathering. Warga memberdayakanwartawan dengan pengalaman dankeahlian mereka.

Smart Aggregator – Masyarakatmemerlukan aggregator cerdas yangrajin menelusuri web serta mena-warkan informasi bermutu kepadamasyarakat. Saya pribadi memakai twit-ter @andreasharsono untuk mengu-sulkan link website yang berguna buat“follower” saya.

Forum Organizer – Jika warta-wan membayangkan bahwa tujuanmereka adalah memberi inspirasikepada masyarakat, maka forum orga-nizer adalah fungsi yang masuk akalguna mendorong masyarakat me-ngambil keputusan yang bermutu buatperbaikan pemerintahan mereka.Masyarakat memerlukan “alun-alun”dimana mereka bisa belanja informasidengan lengkap.

Role Model – Kini banyak orga-nisasi berita membuat kelas-kelasjurnalisme untuk warga dan mendidikwarga dalam meliput dan menulis.Kovach dan Rosenstiel memuji pen-dekatan ini namun wartawan harusmengerti bahwa perilaku merekasekarang masuk ranah publik, bukanhanya laporan-laporan mereka. Merekajuga perlu jadi role model.

Bila seorang warga tahu fungsi barumedia, dan dia hendak pakai internetguna menulis, maka dia perlu belajarsoal apa yang disebut verifikasi. Setiapinformasi harus diverifikasi. Setiapinformasi harus akurat. Jangan me-ngandalkan konon, konon, konon ….

Kovach dan Rosenstiel mena-warkan lima platform dalam verifikasi:

Jangan menambah atau mengarangapa pun; Jangan menipu atau menye-satkan pembaca, pemirsa, maupunpendengar; Bersikaplah setransparandan sejujur mungkin tentang metodedan motivasi saat liputan; Bersan-darlah terutama pada liputan dirisendiri; Bersikaplah rendah hati danberpikir terbuka.

Seorang warga juga harus tahupasal-pasal pencemaran nama baikdalam hukum Indonesia. Ini pentingkarena Indonesia termasuk salah satunegara yang paling buruk soal kebe-basan berekspresi dan masih menga-nut pidana pencemaran nama baik(criminal defamation). Ada hukum soalinternet dimana pencemaran namabaik bisa dihukum penjara maksimalenam tahun atau denda maksimal Rp1 milyar. Ingat kasus ibu Prita Mul-yasari? Dia digugat pidana maupunperdata oleh rumah sakit yang dike-camnya lewat email. Ibu Prita ditahankejaksaan Tangerang selama 21 hari.

Dalam Kitab Undang-undangHukum Pidana ada sejumlah pasalpencemaran nama baik dengan caku-pan terlalu luas dan samar-samar,menurut Human Rights Watch. Pasal-pasal ini melarang warga dengan sengajamengeluarkan pernyataan yang men-cemarkan reputasi orang lain walau,dalam banyak kasus, isinya memangbenar. Hukuman penjara akan lebihberat bila pencemaran nama baikdilakukan terhadap para pejabat. Hu-man Rights Watch menganjurkan Indo-nesia lakukan revisi terhadap pasal-pasal yang jahat ini.

Hukum internasional soal hak asasimanusia memungkinkan suatu negaramembatasi kebebasan berekspresiguna melindungi reputasi orang lain.Tapi pembatasan macam ini dibatasihanya pada masalah yang dianggappenting dan sekhusus mungkin. Iajuga hanya berupa perkara perdata …bukan pidana.

Kini pertanyaannya adalah apakahsi model dan si perawat mau belajarmenulis, sekaligus mengerti hukumpencemaran nama baik, dan menyadaribahwa internet bukan hanya buat chat-ting? Internet juga untuk membelahak-hak mereka. Saya kira pertanyaanini berlaku bukan hanya buat si modeldan si perawat. Ini juga berlaku buatAnda.#

KOLOM

Page 24: Majalah Edisi Khusus 2013

24 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

SAAT perang Vietnam berlangsungpada 1963, warga Amerika dijejaliinformasi bahwa Amerika raih keme-nangan melawan pasukan Vietkong.Banyak warga Vietnam jadi korban.Robert McNamara, Menteri Per-tahanan Amerika mencatatnya sebagaisebuah kemajuan. Ia menyebarkaninformasi itu selama tiga hari per-temuan pers.

Delapan tahun kemudian, The NewYork Times dan The Washington Post,dua koran besar di Amerika mem-publikasikan sebuah dokumen rahasiapemerintah yang disebut Pentagon Pa-pers. Laporan tersebut berisi apa yangsesungguhnya terjadi pada perang Viet-nam. Ia menjelaskan kejadian seba-liknya. Pada kenyataannya pasukanVietkong terus bertambah, bahkanmelebihi korban jiwa dari pihakmereka. Pasukan Amerika dibutuhkanlagi dalam jumlah banyak.

“Entah apa yang akan terjadi jikakebenaran muncul pada 1963, bukan

pada 1971,” komentar Benjamin CBradlee, mantan Redaktur EksekutifThe Washington Post.

KEBENARAN paling penting dalamsuatu pemberitaan, sekaligus palingmembingungkan. Kejadian di atasmenjelaskan bahwa pers hanya akuratdalam memberitakan pernyataanMcNamara. Namun belum memilikinilai kebenaran sehingga informasimenjadi keliru.

Para jurnalis profesional meman-dang prinsip paling utama dalamjurnalisme adalah kewajiban padakebenaran. Namun kebenaran sepertiapa?

Kebenaran yang dimaksud adalahkebenaran fungsional. Berubah waktudemi waktu, ibarat stalagmit. Adaprosedur dan proses untuk sampaipada kebenaran fungsional. Ada prosessebelum polisi menangkap orang. Adaproses sebelum hakim memvonisseseorang bersalah. Ada prosedur dan

pembuktian yang perlu ditunjukkan.Begitu pula arti kebenaran dalamjurnalisme. Ada prosedur dan prosesyang harus dilalui sebelum suatuinformasi sampai ke tangan pembaca.

Kebenaran saja tentu tak cukup.Harus ada penyampaian pada wargadengan cara yang dapat dipercaya. Iamelahirkan prinsip kedua, loyalitaspertama jurnalisme adalah kepadawarga.

Warga adalah segalanya. Wartawanharus menyampaikan berita jujur,menulis ulasan tak terpengaruh iklan,menyampaikan liputan tak berkaitandengan kepentingan pribadi. Adaperjanjian tersirat antara audiancedengan media. Mendapat kepercayaanwarga menjadi tolak ukur kredibilitassuatu media.

Kebenaran dan loyalitas juga be-lum cukup. Metode apa yang dipakaiwartawan untuk bisa menyampaikankebenaran dan mendapat kepercayaandari warga? Bagaimana wartawan

Elemen Penting

dalam JurnalismeHamzahOleh

BEDAH BUKU

Page 25: Majalah Edisi Khusus 2013

25BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

menyaring rumor, gosip atau propa-ganda? Intisari jurnalisme adalahdisiplin verifikasi.

Setiap wartawan punya metodemasing-masing dalam pengujiansuatu informasi. Seperti mencari sekiansaksi untuk sebuah peristiwa, mem-buka sebanyak mungkin sumber beritadan meminta banyak komentar dariberbagai sumber. Disiplin verifikasiakan membedakan jurnalisme denganpropaganda, hiburan, fiksi atau seni.

Setelah menerapkan metode veri-fikasi, wartawan harus menjelaskanhubungan mereka dengan orang yangmereka liput. Intinya wartawan harusbersikap independen terhadapsumber berita yang mereka liput.Jurnalisme juga berperan sebagai anjingpenjaga (watchdog) dimana wartawanharus bertindak sebagai pemantauindependen terhadap kekuasaaan. Iatak terbatas memantau kekuasaanpemerintah, namun harus menjang-kau hingga lembaga-lembaga kuat dimasyarakat.

Selain itu, jurnalisme juga memi-liki peran untuk menyediakan fo-rum publik. Baik untuk kritik ataukomentar. Rasa ingin tahu wargamembuat mereka ikut berpartisipasidalam memberi komentar atau ber-tanya. Lantas bagaimana suatu beritadapat membuat warga tertarik? Inimenjadi prinsip jurnalisme berikutnya.Wartawan harus membuat hal yangpenting menjadi menarik dan re-levan.

Bagaimana membuat berita—informasi yang penting—semenarikmungkin? Bagaimana menyajikaninformasi berisi data dan angka—notabene membosankan—menjadimenarik untuk dibaca? Kuncinyaadalah penyajian dalam bentuk narasi.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimanamemutuskan mana berita penting?Dalam waktu singkat, mana hal pen-ting yang harus disajikan dan mana

yang tak penting? Wartawan harusmenjaga berita dalam proporsi danmenjadikannya komprehensif. Takmungkin menampilkan berita menariktapi tak mengandung makna. Takmungkin juga menampilkan beritaterlalu serius tanpa ada sesuatu yangringan. Keduanya harus disajikankomprehensif.

Prinsip selanjutnya, Wartawanharus mendengarkan hati nura-ninya. Jurnalisme mengutamakanetika, tanggung jawab serta penilaianorang lain. Karena itu, mulai dariwartawan hingga dewan direksi haruspunya panduan moral, yakni men-dengarkan hati nurani sendiri.

PRINSIP-prinsip dasar jurnalisme initermaktub dalam buku The Elementsof Journalism: What Newspeople ShouldKnow and The Public Should Excpect.Buku karya duo wartawan AmerikaSerikat, Bill Kovach dan Tom Ro-

senstiel ini bukan menawarkan argu-men bagaimana seharusnya jurnalismeyang ada, namun ia berupa ringkasanhal yang selama ini menjadi dasarpekerjaan wartawan.

Terbit pada 2001, buku ini diker-jakan selama tiga tahun bersama Com-mittee of Concerned Journalist denganmewawancarai 1200 wartawan. Lebihdari 300 orang menjadi tempat ber-tukar pendapat, ratusan orang men-jawab survei serta 100 orang lebihbersedia diwawancarai berjam-jam.

Yayasan Pantau menerjemahkanbuku ini ke dalam Bahasa Indonesiadan dirilis pada 2006 berjudul SembilanElemen Jurnalisme: Apa Yang SeharusnyaDiketahui Wartawan dan DiharapkanPublik. Buku terjemahan ini terdiri darisepuluh bab, satu bab membahas satuelemen secara mendalam. Setiappembahasan disertai cerita faktasehingga pembaca dapat memaknaisemua elemen dengan jelas. #

Judul : Sembilan Elemen JurnalismePenulis : Bill Kovach dan TomRosenstielTahun Terbit : 2006Penerbit : Yayasan PantauHalaman : xvii +293 halaman

TomRosenstiel

Internet

BEDAH BUKU

Page 26: Majalah Edisi Khusus 2013

26 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Judul Buku : BlurPenulis : Bill Kovach dan Tom RosenstielDiterjemahkan : Yayasan PantauPenerbit : Dewan PersTahun : 2012Tebal : 225 + xi

Blur di EraBanjir Informasi

SEKIRA pukul 04.00, Rabu 28 Maret1979, sebuah klep di sistem pendinginreaktor nuklir macet pada posisiterbuka. Ini menyebabkan air pen-dingin reaktor merembes keluar. Tanpapendingin, inti reaktor menjadi panasdan butir-butir bahan bakar nuklirmulai bocor. Pukul sebelas pejabatpembangkit listrik perintahkan eva-kuasi karyawan yang tak berkepen-tingan. Sebelumnya Gedung Putihtelah diberitahu pada pukul sembilanlewat lima belas. Para pekerja mulaimenelepon keluarga, kawan hinggatetangga atas kejadian tersebut. Beritadengan kata “sebuah insiden” padapembangkit listrik menyebar ke ma-syarakat.

Berita menyebar secara berantai.Televisi menampilkan hal yang mena-kutkan atas kejadian tersebut, bak filmhoror The China Syndrom, yang berceritatentang dampak bocornya pembangkitnuklir menimbulkan awan uap yangmemproduksi hujan radioaktif. Beritaterus beredar berseliweran hinggamenimbulkan ketakutan bagi warga.

Seorang warga yang tempat ting-galnya tidak jauh dari lokasi kajadianmengatakan reaktor nuklir belumbocor dan wilayah itu belum diko-songkan. Pernyataan tersebut mem-buat media mulai hati-hati menyam-

paikan informasi, jaringan televisi kabeljuga hati-hati dalam menggunakankata-kata.

Kehati-hatian media telah meru-bah keadaan. Warga menjadi tahukejadian yang sebenarnya. Sebagianmasih tetap bertahan di sekitar lokasikarena memang tidak terjadi bencanapada pembangkit tersebut.

DARI peristiwa di atas, kesalahan adapada media. Seharusnya media bekerjabenar-benar mematuhi aturan jur-nalisme, terutama verifikasi. Pembacabutuh kebenaran. Pada kejadiantersebut, media terlalu gegabah me-nyampaikan informasi sehingga terjadi

kekacauan dan kepanikan pada warga.Pesatnya perkembangan teknologi

menyebabkan media tak lagi punyabanyak waktu mengecek berita. Semuasaling berpacu, baik televisi, cetak,maupun online, bagaimana sebuahberita secepat mungkin sampai kepembaca. Semua mengandalkan kece-patan, minim verifikasi.

Bill Kovach dan Tom Rosenstieldalam buku Blur menyebutnya sebagaijurnalisme pernyataan. Para pembuatberita hanya mengutip inti pem-bicaraan seorang narasumber tanpadiuji.

Di sisi lain, warga butuh informasiyang benar dan bisa dipercaya. Kece-

Bill Kovach

SuryadiOleh

Internet

BEDAH BUKU

Page 27: Majalah Edisi Khusus 2013

27BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

patan yang diandalkan media menye-babkan banyak informasi ngawurberedar. Akibatnya, warga perlu dietinformasi.

Bagaimana warga bisa tahu manaberita benar mana propaganda? BukuBlur : How to Know What’s True in theAge of Information Overload men-jelaskan hal tersebut. Ia ditulis oleh duawartawan Amerika Serikat, Bill Kovachdan Tom Rosenstiel. Buku ini diter-jemahkan ke dalam Bahasa Indonesiaoleh Yayasan Pantau Jakarta.

Ini buku ketiga yang mereka ter-bitkan bersama. Sebelumnya Kovachdan Rosenstiel menulis Warp Speed:America in the Age of Mixed Mediamenerangkan bagaimana kecepatanpemberitaan menekan waktu untukverifikasi informasi serta buku The El-ements of Journalism: What NewspeopleShould Know and the Public Should Ex-pect soal sembilan elemen jurnalisme.

Blur mendedah pentingnya veri-fikasi dalam jurnalisme, bagaimanajurnalisme pernyataan atau pengu-kuhan bisa merusak intisari jurnalisme.Ia juga membahas bagaimana wargaharus menghadapi tsunami informasi?Apa yang harus dilakukan pers mau-pun wartawan dalam menghadapi tsu-

nami informasi? Bagaimana pers danwarga bisa bekerjasama di era banjirinformasi?

Untuk pertanyaan terakhir, Kovachdan Rosenstiel menyebutkan delapanfungsi dalam bukunya.

Pertama, authenticator (pensahih).Warga perlu wartawan untuk meme-riksa keautentikan suatu informasi.Mereka perlu wartawan yang bisamembuktikan mengapa suatu infor-masi harus dipercaya. Kedua, sense maker(penuntun akal). Informasi yangmembanjir menyebabkan warga kesu-litan menemukan mana yang benar,mana propaganda. Di sinilah peranwartawan, menerangkan suatu infor-masi masuk akal atau tidak.

Ketiga, investigator. Kovach danRosenstiel menerangkan di era banjirinformasi, wartawan harus tetapberfungsi sebagai investigator, mem-bongkar suatu kejahatan di dalampemerintahan. Ia penting untukmerawat demokrasi. Keempat, witnessbearer (penyaksi). Wartawan tetapharus berada di tempat tertentu untukmenjadi saksi penting suatu kejadian.Pada fungsi ini wartawan bisa beker-jasama dengan warga. Warga bisamenjadi citizen reporter, membantu

wartawan dalam menginformasikansuatu kejadian.

Fungsi kelima, empowerer (pem-berdaya). Pada fungsi ini terjadikemitraan antara warga dan wartawan.Wartawan memberdayakan wargadalam meliput suatu kejadian, sedang-kan warga memberdayakan wartawandengan pengalaman dan keahlianmereka. Selanjutnya, smart aggregator(agregator cerdas). Warga perlu war-tawan yang bisa memberikan informasibermutu dan sumber yang bisa di-percaya.

Fungsi ketujuh adalah forum orga-nizer (penyedia forum). Warga butuhdisediakan forum dimana mereka bisamemantau suara dari semua pihaksehingga mereka bisa memutuskansendiri mana informasi yang bisadipercaya. Terakhir, wartawan harusbisa menjadi role model (panutan) bagiwarga.

Dulu warga hanya bisa pasif,menunggu informasi dari koran,televisi maupun radio. Dengan adanyateknologi digital, semua berubah.Internet telah mengubah dunia jur-nalisme. Lantas bagaimana menge-tahui kebenaran di era banjir informasiini? Selamat membaca! #

Ilustrasi: Dayat

BEDAH BUKU

Page 28: Majalah Edisi Khusus 2013

28 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

PINTU cokelat terbuka. Dua priaberjas keluar. Satu menenteng laptop,satunya memegang catatan. Menujusofa hitam, mereka duduk. Yangmembawa laptop segera sibuk denganlaptop. Pria satunya membuka lembardemi lembar catatan.

Mereka berdua adalah wartawan.Pria yang membawa laptop tersenyumsendiri dan mengajak pria satunyabicara. Diskusi seputar liputan punberlangsung. Pria yang membawacatatan wartawan lapangan. Ia selalumeliput peristiwa langsung dari lapa-ngan, untuk dapatkan kronologi dannarasumber langsung. Sedangkanwartawan satunya mengandalkan datadari internet.

“Dataku lebih akurat,” ujar priamembawa laptop.

“Dataku lebih akurat, aku langsungturun ke lapangan dan wawancara.”

“Zaman sekarang masih turun kelapangan? Teknologi sudah canggih.Tinggal browsing sana-sini, langsung

dapat datanya,” tukasnya. Keadaanmemanas. Masing-masing wartawanmenganggap cara mereka menda-patkan data benar. Tak ada yang maumengalah.

Muncul lagi masalah lain. Pria yangmembawa catatan membahas tulisanrekannya tersebut.

“Kamu ini aneh sekali. Lihattulisanmu. Apa-apaan ini? Bentrok?Sesat? Diislamkan? Penistaan agama?Tulisan kamu ini malah memperkeruhkeadaan.”

“Apa salahnya dengan tulisanku?”Perseteruan terus berlangsung

hingga muncul seorang pria membawabuku Blur. Ia menenangkan keduawartawan yang berselisih dan segeraberjalan mendekati kain hitam yangmenutupi sesuatu. Dengan sekalitarikan, terpampanglah hal yang iaanggap solusi untuk memecahkanpermasalahan antara kedua wartawan.

Hasil Survei Yayasan Pantau danCipta Media Bersama: Persepsi Wartawan

Mengenai Agama dan Launching BukuBlur: Bagaimana Mengetahui Kebenaran diEra Banjir Informasi.

RUANG Bedah Buku Lantai IIIPustaka Wilayah Soeman Hs diisibeberapa orang kenakan kaos kuningdan biru. Kaos kuning dipakai 20 or-ang peserta workshop Narasi dan NewMedia yang dilaksanakan tiga harisebelumnya. Sedangkan kaos birudipakai panitia penyelenggara acara.Satu per satu orang masuk menempatikursi yang telah disediakan.

Hari ketiga bulan Februari meru-pakan penutup rangkaian acara work-shop yang diadakan Forum Pers Maha-siswa (FOPERSM4) Riau dan NarasiSumatera Pokja Riau. FOPERSM4merupakan forum yang menaungiseluruh pers mahasiswa perguruantinggi di Riau. Sedangkan NarasiSumatera Pokja Riau adalah forum bagipara alumni yang pernah ikut pelatihannarasi yang berdomisili di Pulau

AGAMA DAN TSUNAMI INFORMASICatatan singkat launching serta bedah buku Blur dan Hasil Survei PersepsiWartawan Mengenai Agama

Nurul FitriaOleh

Doc BM

Endy Bayuni, Dodi Sarjana dan Imam Shofwan pembicara launching hasil survei Persepsi Warta-wan Mengenai Agama dan Buku Blur.

FEATURE

Page 29: Majalah Edisi Khusus 2013

29BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Sumatera.Sebelum acara launching di Soeman

Hs ini, panitia telah adakan workshopuntuk anak muda yang tertarik belajarmenulis dengan baik. Materinyaseputar jurnalistik dan new media.Peserta yang hadir berasal dari Suma-tera Utara, Sumatera Barat dan Riau.

Acara pagi itu, launching hasilsurvei Yayasan Pantau kerjasama CiptaMedia Bersama tentang persepsi war-tawan mengenai agama serta launchingBuku Blur: Bagaimana MengetahuiKebenaran Di Era Banjir Informasi.

Launching hasil survei YayasanPantau ini kali pertama dilakukan diRiau. Ia dilakukan di lima kota besardi Indonesia: Riau, Pontianak, Maka-sar, Kupang dan Jakarta. Untuk BukuBlur, Riau merupakan tempat pertamapeluncuran di luar Pulau Jawa. Bukuhasil kerjasama Dewan Pers danYayasan Pantau ini pertama kalidiluncurkan di Jakarta, 27 Desember2012.

Survei Persepsi Wartawan Menge-nai Agama melibatkan 600 respondenwartawan di 16 propinsi di Indonesia,salah satunya Riau. Pertanyaan-per-tanyaan pada survei sebagian besarseputar isu kekerasan terhadap mino-ritas serta bagaimana wartawan dalammeliput isu agama.

Sedangkan buku Blur yang dilun-curkan di Indonesia merupakan ter-jemahan bahasa Indonesia dari karyaBill Kovach dan Tom Rosenstiel. Blur:How to Know What’s True In The Age ofInformation Overload diterjemahkan olehYayasan Pantau.

Sekitar tiga puluh undangan me-menuhi Ruang Bedah Buku PustakaSoeman HS pagi itu. Sebagian besarmerupakan responden dari Riau yangterlibat dalam survei. Acara dimulaipukul 09.30, molor 30 menit darijadwal.

Tiga pembicara hadir pada diskusitersebut. Imam Shofwan, KetuaYayasan Pantau sekaligus KetuaUmum Survei Persepsi WartawanMengenai Agama. Endy M. Bayuni,Editor Senior The Jakarta Post danDodi Sarjana, Pemimpin RedaksiTribun Pekanbaru sebagai pembedah.Diskusi dipandu oleh Ilham Mu-hammad Yasir, Ketua Aliansi JurnalisIndependen (AJI) Kota Pekanbaru.

Sesi pertama diisi dengan diskusiHasil Survei Persepsi Wartawan Me-ngenai Agama. Imam Shofwan diper-

silahkan menjelaskan temuan-temuanpada survei tersebut.

Imam menjelaskan bahwa persepsiwartawan Indonesia terhadap agama,dari hasil survei tersebut, amat mem-perihatinkan. Dari 600 responden, 50persen menganggap bias wartawandalam meliput isu agama disebabkankurangnya profesionalitas wartawan.Persoalan lain rendahnya etika war-tawan. Ini diakui sekitar 49 persen dari600 responden.

Kurangnya profesionalitas war-tawan dalam meliput isu agama, jelasImam, berdampak pada kualitastulisan yang dihasilkan. “Akhirnya yangmuncul kata-kata bernada diskri-minatif, seperti bentrok, sesat danmengaburkan pelaku,” tuturnya.

Endy M. Bayuni membenarkanhasil survei Yayasan Pantau. Menu-rutnya, ada kaitan erat antara jurnalis,media dan agama.

Endy jelaskan intoleransi tak hanyaterjadi di Indonesia. Ada islamophobiadi Amerika, Eropa dan Australia.Pertarungan Katolik dan Evangelismeserta perlakuan tak pantas terhadapminoritas Muslim di Thailand, Fili-pina dan Myanmar. “Sayangnya mediaturut membangun rasa benci antarkelompok. Mengapa? Karena dalamproses peliputan sering kali si war-tawan melanggar prinsip jurnalisme,”katanya.

Jurnalis dalam meliput isu agama,lanjut Endy, sering kali berperansebagai penyebar pesan agama. “Itutugasnya ustad atau pendeta. Tugas kitasebagai jurnalis hanya meliput terkait

kehidupan dan hubungan antar ke-lompok beragama. Bagaimana mem-bangun rasa toleransi, bukan menyebarpropaganda.”

Endy mengakui ini hal sulit.Bagaimana wartawan bisa melakukanpeliputan secara adil. Menurutnya,jarang jurnalis bisa melepaskan atributkepercayaannya ketika meliput konflikterkait agama. “Karena tak bisa melepasidentitas agama itu maka muncullahbias dalam peliputan,” kata Endy.

SESI kedua berlangsung setelahmakan siang. Sesi kali ini membahasbuku Blur. Ilham Yasir masih ber-tindak selaku moderator. Pembe-dahnya pun masih sama: Endy M.Bayuni dan Dodi Sarjana. ImamShofwan diberi kesempatan membukadiskusi siang itu dengan menjelaskanproses penerjemahan buku Blur.

“Ini buku penting. Menerjemah-kan buku ini membuat saya berpikirulang dan menilai bagaimana kerjajurnalistik saya 10 tahun belakangan.Saya harap kawan-kawan juga begitusetelah membaca buku ini nanti,” kataImam Shofwan.

Di tengah tsunami informasi,bagaimana warga bisa memilih manaberita berkualitas, mana berita ‘sam-pah’? Warga mesti “diet informasi”.Warga sebaiknya tak membaca infor-masi busuk. Lantas bagaimana me-nemukan berita yang bisa kita percaya?Bagaimana pula media dan wartawanmenghadapi tsunami informasi? Apayang kita butuhkan dari ‘jurnalisme erabaru’ ini? “Blur menjawab semuanya,”

Doc BM

Endy Bayuni Editor Senior The Jakarta Post menanda tanganiposter launching hasil survei dan buku Blur.

FEATURE

Page 30: Majalah Edisi Khusus 2013

30 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

kata Endy M. Bayuni.Dodi Sarjana memberikan tang-

gapan terkait buku Blur. Apakahdengan new media wartawan cetak jaditidak berguna? Dodi menekankan, erabanjir informasi menuntut jurnalisuntuk berbenah dan mengubah polakerja. “Sekarang orang perlu beritacepat dan detail. Ini bisa diperoleh darimedia online. Namun tak dipungkiripembaca juga butuh berita mendalam.Di sinilah peran media cetak, me-nyajikan berita lebih komprehensif,”jelasnya.

Dodi yakin media cetak akan tetapada, namun dituntut berbenah agartidak ditinggalkan pembaca. Ia berbedapendapat dengan Endy M. Bayuni.Endy yakin 10 tahun mendatang or-ang akan beralih ke online.

“Cetak akan ditinggalkan. Tapibukan berarti profesi jurnalis yang biasabekerja di cetak juga hilang. Merekamasih tetap dibutuhkan. Ke depanonline juga akan menyajikan informasisecara mendalam,” kata Endy.

PUKUL setengah tiga diskusi usai.Pimpinan Umum Bahana MahasiswaUR, AKLaMASI UIR, Gagasan UINSuska dan VISI Unilak diminta mem-berikan cenderamata kepada pembicaradan moderator.

Debora Blandina Sinambela dariPers Mahasiswa Suara USU Medanberpendapat bahwa tak mudah men-jadi wartawan. “Informasi yang dibuatwartawan harusnya bisa menjadi solusiterhadap suatu persoalan, bukan malahmemperkeruh masalah,” ujarnya.

Endy M. Bayuni mengapresiasikegiatan ini. “Kehadiran teman-temandi sini menunjukkan idealisme bahwakalian memang care dengan masa depanjurnalisme,” katanya. Begitu pun DodiSarjana. “Saya salut. Perkembanganpenting di dunia jurnalisme ini justrukawan-kawan pers mahasiswa yangmenyelenggarakan, bukan saya selakupekerja media.” #

FEATURE

Dokumentasi kegiatan Laun-ching Hasil Survei Persepsi

Wartawan Mengenai Agamadan Buku Blur.

Doc BM

Doc BM

Doc BM

Doc BM

Page 31: Majalah Edisi Khusus 2013

31BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus

Janu

ari-F

ebru

ari 2

013

Page 32: Majalah Edisi Khusus 2013

32 BAHANA MAHASISWA

Edisi Khusus