majalah bali post edisi 5

52
05 | 30 September - 6 Oktober 2013 RP 20.000 Bali Post

Upload: e-paper-kmb

Post on 19-Mar-2016

267 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

05 | 30 September - 6 Oktober 2013

RP 20.000

Bali Post

3

D A F T A R I S I

LAPORAN UTAMAl Dua Sekawan Yang Ditantang ”Uji Nyali” 5l Bansos “Senjata” Hadapi Pileg 6l Jalin Kemesraan 7

OPINIl Idealisme Politik “Diperdagangkan” 11TRADISIl “Karang Memadu” Ingatkan Pria Tak Berpoligami? 12KESENIANl “Bebondresan”, Pertunjukan “Bebanyolan” Tradisional Bali 14INVESTASIl “The Best Destination” Bali Dengan Seribu Keluhan 16LINGKUNGANl Empat Das Dikepung Hotel 18l Sempadan Sungai Dilanggar 19POLITIKl Rekomendasi Minim Kaderisasi 21GAYA HIDUPl The Heritage Art Of Kebaya 23

EVENT l Hari Hari Miss World 25

LINGKUNGNl Terjepit Jdp 26

PENDIDIKANl Plagiarisme Coreng Dunia Pendidikan 28KILAS PERISTIWAl “Welcome To Bali”, Kpk 30l Ayo Ngomong Mantara Gandi! – “Raja Majapahit” Tantang Gubernur 31KESEHATANl Belajar Usada Bali Perlu Paham Agama, “Wariga” Dan Filsafat 32l Usada, Jangan Dianggap Saingan 33

JAJAK PENDAPAT l Popularitas Berujung Marginalisasi 35

EKONOMIl Warnet Kini Senasib Dengan Wartel 36KRIMINALl Waspada Curanmor Merebak 39LINGKUNGANl Abrasi Mengganas, Pedagang Waswas 40

SENIl Trisna Pengalaman Baru 44MANCANEGARAl Penembakan Di AS Terjadi Lagi Mengapa? 46DAERAHl Embung Telaga Tunjung Pdam Berebut Air Dengan Petani 48l Kaya Embung Miskin Air 49l Bendungan Palasari “Jauhi” Petani 50

30 September - 6 Oktober 2013 3

l Tersandra Perilaku Korupsi 8

OLAH RAGAl Gelar Juara Pasti Datang Lebih Dini 42

4

Sebentar lagi kita akan memasuki Pemilu 2014. Perang Baliho dengan janji-janji yang tak pasti. Tetapi anehnya pihak tramtib, baik di tingkat

kabupaten sampai provinsi tidak mampu menertibkan pemasangan baliho yang melanggar. Padahal KPU sudah membuat aturan, dilarang memasang baliho, hanya diperbolehkan spanduk pada zona tertentu.

Satu lagi pemasangan atribut dan bendera parpol menyebabkan lingkungan kelihatan sangat kumuh. Fasilitas umum tak segan-segan dipakai seperti tiang telepon, tiang listrik ditempel dengan bambu-bambu besar warna-warni den-gan ukuran bendera besar juga. Dari sana kelihatan rendahnya kualitas calon anggota legislatif yang akan mengawal Bali lima tahun mendatang.

Politikus loncat pagar, dari partai A pindah ke partai B, tersandung kasus korupsi malah jadi caleg. Jadinya, masa depan Bali makin suram jika wakil rakyatnya tidak berkualitas, tidak punya moralitas baik dan tidak berintegritas. Semestinya ada standar kualitas yang dipenuhi para caleg.

Mohon kepada para caleg yang nanti duduk di Legislatif, baik di daerah maupun pusat, jangan hanya menjadi kumpulan petualang politik yang mengerogoti uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Sedikit tidaknya caleg harus paham dulu apa tujuan politik itu dan apa tugas, kewajiban serta fungsi menjadi anggota dewan. Bukan ‘’mencari kerja’’ melainkan pengabdian yang tulus.

Ada yang baik dan banyak juga yang jelek. Ini akibat parpol krisis keuan-gan. Sehingga untuk menopang kelanjutan parpol seseorang bisa menjadi caleg tidak melalui proses pengkaderan, tetapi yang punya uang lebih banyak lebih diprioritaskan. Sistem inilah menyebabkan, ketika mereka duduk men-jadi anggota dewan tidak memikirkan pengabdian untuk rakyat melainkan mencari kerja untuk mengumpulkan uang, dan uang.

I NYOMAN GIRI ADIATMIKABr. Batulantang, Desa Sulangai

Kec. Petang - Badung

30 September - 6 Oktober 20134

D A R I P E M B A C A

Pengabdian atau Mencari Kerja?

Mengatasi Tabrak Truk ParkirBelum lama ini, sekitar akhir Agustus 2013, Kasat Lantas Polres Jembrana

mengabarkan di Bali Post bahwa dari Januari 2013 hingga akhir Agustus 2013 telah terjadi lakalantas 126 kejadian, meninggal sebanyak 40 orang dan sebagian katanya disebabkan pengendara sepeda motor menabrak pantat truk yang sedang parkir. Mengapa sering terjadi pantat truk ditabrak? Katanya karena kurang hati-hatinya pengendara sepeda motor atau karena rem blong. Yang pal-ing sering kecelakaan ini terjadi pada malam hari, di mana pada saat itu memang truk yang parkir tidak jelas kelihatan apalagi tidak adanya lampu penerangan jalan di sekitarnya. Saya pun pernah nyaris menabrak truk parkir.

Menurut pengamatan saya, kebanyakan bagian belakang dari truk tersebut berwarna gelap atau sengaja dicat hitam sehingga pada malam hari truk yang parkir itu tidak jelas terlihat, apalagi sepeda motor yang dikendarai lampunya kurang terang dan motor lari kencang maka terjadilah kecelakaan. Usul saya kepada pihak Dinas Perhubungan atau Polisi Lalu Lintas, supaya diwajibkan para pemilik truk mengecat bedag bagian belakang truknya dengan warna terang. Bila perlu dilukis seperti kendaraan di objek-objek wisata di Bali, tentunya dengan warna-warna cerah. Hal ini juga agar pemilik truk ikut andil memperkenalkaan objek wisata yang ada.

WAYAN BERATHA YASA Br. Langon, Kapal, Mengwi, Badung

PerintisK Nadha

Pemimpin UmumABG Satria Naradha

Pemimpin Redaksi/Penanggung JawabWirata

Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab Alit Purnata

Sekretaris RedaksiSugiarthaRedaksi

Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry,Dira Arsana,Mawa, Sri Hartini, Suana, Sueca, Yudi WinantoAnggota Redaksi Denpasar

Giriana Saputra, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subrata, Sumatika, Asmara Putra, Diah

Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Dedy Sumartana, Parwata.

Bangli: Ida Ayu Swasrina, Buleleng: Adnyana, Gianyar: Agung Dharmada, Karangasem: Budana, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma,

Tabanan: Budi Wiriyanto

JakartaNikson, Hardianto, Ade Irawan

NTBAgus Talino, Syamsudin Karim,

Izzul Khairi, Raka Akriyani

SurabayaBambang Wiliarto

Kantor Redaksi

Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon : (0361)225764,

Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001.

Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602,

Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara

Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257 Manajer Iklan: Suryanta,

Manajer Sirkulasi: Budiarta, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A,

Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00,

Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP,

PenerbitPT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an

Pt.Bali Post.Dicetak di Percetakan BP

5

30 September - 6 Oktober 2013 5

Bali mendapat amunisi baru, untuk mengungkap dugaan korupsi di Bali. Pelantikan Kapolda Bali yang baru Brigjen Albertus Julius Benny

Mokalu dan pelantikan Erbindo Saragih, S.H., sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Bali yang baru diharapkan membawa angin segar dalam pemberantasan korupsi di Bali. Mereka ditantang ‘’uji nyali’’ untuk mengusut dugaan korupsi yang dilakukan pejabat di Bali.

Sebab selama ini, banyak yang mulai pesimis dengan kiprah kedua lembaga penegak hukum itu untuk menjadikan hukum sebagai panglima. Khususnya yang terkait dengan para pejabat, mereka dinilai masih lamban bahkan lemah.

Banyak contoh untuk menguatkan hal tersebut. Di antaranya keluarnya SP-3 RSI Tabanan yang telah ada tersangkanya. Selain itu berlarut-larutnya penyidikan kasus CPNS di Badung dan Pemprov Bali, juga mendukung indikasi tersebut. Kedua kasus CPNS tersebut juga telah ditetapkan tersangkanya.

Tekad untuk memberantas korupsi di Bali sempat dilontarkan Erbindo Saragih, S.H., Ka-jati Bali yang baru. Di sela acara ramah tamah di Kejati Bali, Senin (16/9) lalu, Erbindo menyatakan sikapnya untuk memberantas korupsi di Bali. ‘’Ini sebagai fungsi strategis, sebagaimana halnya dilakukan semua aparat penegak hukum di Indonesia,’’ tegasnya.

Selain kasus yang sudah terungkap ke permukaan, Kejati Bali juga akan menyelidiki kasus yang terus menjadi sorotan publik. Salah satunya kasus reklamasi di Teluk Benoa. De-mikian pula kasus RSI Tabanan yang di-SP3-kan, juga akan menjadi atensinya. Sebab kedua kasus tersebut menjadi sorotan publik karena menuai kontropersi di masyarakat.

Erbindo mengatakan, upaya pemberantasan korupsi merupakan agenda utama yang akan dilakukan secara profesional dan proporsional. ‘’Pemberantasan korupsi sudah menjadi agen-da nasional semua aparat hukum di Indonesia,”

tegasnya berulang kali.Komitmen serupa juga diharapkan dimiliki

oleh Brigjen Albertus Julius Benny Mokalu, Kapolda Bali yang baru. Mantan Kapolda Bengkulu itu menggantikan pejabat lama Irjen Pol. Wachyunadi yang akan menduduki jabatan barunya di Mabes Polri.

Dilantiknya Benny Mokalu menjadi Ka-polda Bali yang baru, memberi harapan baru kepada masyarakat Bali untuk menyelesaikan kasus korupsi yang sudah ada tersangkanya maupun yang masih dalam tahap penyelidikan. Seperti kasus CPNS Badung dan Bali, sampai saat ini masih ditunggu-tunggu tindak lanjut-nya oleh masyarakat. Apalagi kasus ini sudah mencuat dan sudah ditetapkan tersangkanya tahun 2012. Demikian pula kasus pipanisasi di Karangasem, sampai saat ini masih belum tuntas terungkap ke publik.

Sementara kasus yang menjadi harapan masyarakat untuk diselidiki polisi di antaranya: kongkalikong di Teluk Benoa, dugaan bagi-bagi uang di DPRD Bali, kasus galian C, dll.

Apa yang menjadi komitmen Kajati Bali diapresiasi sejumlah tokoh Bali. Mereka ada-lah mantan anggota DPRD Kabupaten Gian-yar Pande Ketut Suralaga, S.H. dan anggota DPRD Karangasem I Nyoman Winata, S.H. ‘’Komitmen yang disampaikan itu semoga saja tidak hanya sebagai pemanis bibir saat pertama kali menjabat di Bali. Kinerja kejaksaan ini juga akan menjadi tolok ukur, uji nyali dan pembuktian dalam penegakan hukum di Bali, apakah hukum juga untuk pejabat atau hanya bagi masyarakat kecil,’’ jelas Suralaga.

Menurut I Nyoman Winata, rencana Ka-jati Bali untuk mengusut kongkalikong Teluk Benoa merupakan hal yang sangat baik. Pen-egak hukum harus proaktif untuk menyelidiki pelanggaran yang sudah jelas -jelas diungkap oleh ForBali. Terlebih lagi Unud juga menya-takan reklamasi di Teluk Benoa tidak layak.

l PUJAWAN

’’Uji Nyali’’Dua Sekawan

yang Ditantang

Brigjen Albertus Julius Benny Mokalu

Erbindo Saragih, S.H.

6

L A P O R A N U T A M A

Persaingan pada pemilu legislatif (Pileg) 2014 akan sangat berat. Sebanyak 3.224 kader partai yang masuk DCT akan memperebutkan

kursi di DPRD I atau II yang jumlahnya hanya 414.

Di Denpasar misalnya. Jumlah calon anggota DPRD yang masuk dalam daftar calon tetap (DCT) mencapai 372 orang. Se-mentara jatah yang diperebutkan hanya 45 kursi. Di DPRD Bali juga demikian. Kursi yang hanya berjumlah 55 diperebutkan 461 calon. Sungguh persaingan luar biasa. Apalagi bagi calon ’’pendatang baru’’, tentu sangat berat.

Terlebih menghadapi petahana yang telah mempersiapkan diri sejak lama. Selain sudah dikenal, urusan komunikasi-istilah lain memberikan bantuan dana-juga sudah lancar.

Apalagi Bansos yang dijatah untuk anggota dewan tiap tahun semakin besar. Sebab Bansos dijadikan ‘’senjata’’ oleh anggota DPRD yang maju lagi untuk mengeruk suara pada Pileg 2014.

Lalu mengapa mereka tertarik ikut ‘’adu untung’’ dalam pemilu legislatif? Jawabannya tentu ingin mengabdi dan berbuat sesuatu untuk kemajuan daerah dan masyarakat. Itu pasti! Namun ada yang rupanya menjadi daya tarik lain, mengapa mereka berlomba duduk sebagai wakil rakyat? Dalam Peraturan Wali Kota Denpasar No. 24 tahun 2011 tentang Pen-jabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Denpasar Tahun Anggaran 2010 tertanggal 24 Agustus 2011 terlihat dana yang dihabiskan untuk DPRD (pos belanja)

cukup besar, yakni Rp 10 miliar lebih. Dana ini digunakan untuk belanja penunjang komunikasi intensif pimpinan dan anggota DPRD sebesar Rp 2,2 miliar lebih.

Tunjangan perumahan tersedot Rp 5,9 miliar lebih. Tunjangan jabatan Rp 1,2 miliar lebih. Ada pula berbagai jenis tunjangan lain-nya, seperti tunjangan keluarga, beras, Pph/khusus, uang paket, panitia musyawarah, komisi, panitia/badan anggaran, badan kehormatan, serta tunjangan badan legis-lasi. Dari sejumlah pos yang dianggarkan, hanya dana untuk uang duka/wafat yang dialokasikan Rp 75 juta, tidak terpakai. Artinya, hanya dana ini yang utuh kembali ke kas daerah sebagai salah satu Silpa.

Berbagai jenis dana yang diperoleh wakil rakyat itu, beberapa di antaranya bisa dinikmati sebagian masyarakat, yakni dana Bansos. Dana ini dialokasikan pada pos di bagian Kesra Sekretariat Daerah Pemkot. Untuk di DPRD Denpasar, setiap tahun masing-masing anggota mendapat jatah sekitar Rp 150 juta. Dana inilah yang diserahkan kepada masing-masing kon-stituennya dalam upaya merealisasikan janji-janjinya saat tebar pesona kepada masyarakat.

Sementara di DPRD Badung dana ban-sosnya lebih besar. Sumber di Sekretariat DPRD Badung menyebut, jatah dana hibah yang diarahkan oleh Ketua DPRD Rp 5 mil-iar. Wakil Ketua DPRD sekitar Rp 2 miliar. Sedangkan untuk anggota mendapat porsi Rp 500 juta. Sama dengan Denpasar, dana ini juga untuk mengikat hubungan dengan calon pemilih.

l ASMARA-DEDY

Hadapi PilegBansos,’’Senjata’’

30 September - 6 Oktober 20136

7

30 September - 6 Oktober 2013 7

L A P O R A N U T A M A

Bansos sering dijadikan wahana oleh anggota DPRD untuk membina komu-nikasi dengan konstituennya. Sehingga tak jarang, penetapan besaran Bansos sering menjadi tarik-menarik antara eksekutif dan legislatif. Hal ini pernah terjadi di Klung-kung. Gara-gara Bansos dan hibah yang belum disetujui Bupati, rapat paripurna pe-nyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bupati Klungkung tahun anggaran 2012 tertunda sampai empat kali.

Maka jelaslah, bansos dan hibah menjadi alat pengikat kemesraan yang paling ampuh antara eksekutif dan legislatif. Akibatnya, sikap kritis dewan dalam melihat segala kebijakan eksekutif dikhawatirkan perlahan hilang. Akibat berikutnya adalah, kebijakan pun akhirnya berjalan satu arah tanpa kon-trol anggota dewan.

Lalu bagaimana dengan DPRD Bali? Dana hibah pada RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Perubahan Bali tahun 2013 meningkat tajam. Untuk setiap anggota dewan di DPRD Bali dijatah masing-masing Rp

4,5 miliar dana hibah. Rinciannya, Rp 2,5 miliar dianggarkan dalam APBD induk 2012 dan sisanya Rp 2 miliar dalam APBD Perubahan 2013.

Pengamat politik yang juga dosen FISIP Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar Dr. A.A. Gede Raka, M.Si., menilai, ke-naikan anggaran itu terlalu besar. Apakah itu salah? Tidak. Namun hendaknya diingat jangan sampai dana hibah atau Bansos itu tidak tepat sasaran. Artinya, pemberian Ban-sos hanya berdasarkan kedekatan, bukan karena kebutuhan.

Soal besarnya jatah dana hibah yang mencapai Rp 4,5 miliar mendapat tangga-pan Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta. Ia tidak menampik jika dalam APBD Bali 2013, dana hibah tersebut jumlahnya mencapai Rp 4,5 miliar untuk setiap ang-gota dewan. Sementara untuk pimpinan Dewan lebih besar namun Parta enggan merinci lebih detail. ”Di anggaran induk dialokasikan Rp 2,5 miliar, dan di ang-garan perubahan Rp 2 miliar. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya. Untuk pimpinan lebih besar. Tapi berapa jumlah-nya, saya kurang tahu,” kata Parta.

Namun politisi PDI-P itu mengatakan dana hibah tidak dianggarkan langsung kepada anggota dewan, melainkan untuk kepentingan masyarakat, sementara anggota dewan hanya memfasilitasi. “Dewan tidak punya dana hibah. Dana itu ada di pos gu-

bernur, dan dewan sifatnya hanya memfasili-tasi dana tersebut untuk disalurkan kepada masyarakat atau konstituen,” katanya.

Politisi asal Gianyar ini mengung-kapkan, dengan dana hibah sebesar Rp 4,5 miliar untuk masing-masing anggota dewan, tidak jarang habis bahkan masih kurang. ”Dengan anggaran segitu, kalau mau dihabiskan semuanya boleh. Kalau tidak dimanfaatkan juga tidak apa-apa. Tetapi biasanya kurang, karena memang sangat dibutuhkan masyarakat,” ujar politisi asal Gianyar ini.

Sementara tokoh masyarakat Klungkung, Ketut Sukma Sucita, mengatakan bansos dan hibah sebenarnya mutlak menjadi hak Bupati. Namun, dalam perjalanannya, masyarakat yang punya kepentingan kerap memanfaatkan bantuan anggota dewan un-tuk menyodorkannya kepada bupati. Posisi dewan sebagai lembaga kontrol pemerintah dinilai mempunyai nilai tawar untuk menen-tukan penerima bansos dan hibah.

Dewan, kata dia, memang punya kewa-jiban dalam meneruskan aspirasi masyarakat. Tetapi, ketika hal itu digunakan untuk “menyandera” anggota dewan, maka de-wan itu telah melupakan tupoksinya sebagai legislator yang harus mengkritisi kebijakan eksekutif. Apalagi Bansos itu diakui sebagai uang miliknya, ini bahaya.

l WIDANA/BAGIARTA

Perselingkungan eksekutif-legislatif sudah tak asing lagi. Iba-ratnya, bak dua sisi mata uang, kedekatan mereka tak bisa dipisahkan. Padahal sejak otonomi diterapkan legislatif tidak lagi menjadi bagian dari pemerintah daerah. Kedekatan yang

lebih sering disebut perselingkuhan inilah yang kini dituding sebagai biang dari korupsi. Salah satunya bantuan sosial (Bansos). Eksekutif memberikan sebesar-besarnya anggaran Bansos pada anggota DPRD, dengan harapan kontrol DPRD tak lagi tajam. Fenomena ini berlaku hampir di seluruh wilayah Indonesia. Lalu bagaimana dengan Bali?

Nyoman Parta

8

PerilakuCap bahwa DPR lembaga terko-

rup kedua di Indonesia, ternyata tak mengejutkan banyak pihak. Artinya, mereka maklum dengan

hasil survei yang disampaikan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja. Pandu Praja me-nyatakan, dari seluruh lembaga negara yang ada di Indonesia, korupsi paling banyak terjadi di institusi kepolisian dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). “Korupsi yang paling tinggi adalah polisi, nomor dua parle-men, nomor tiga pengadilan,” ujarnya pada kuliah umum upaya pemberantasan koru-psi dan anatomi korupsi pada pelaksanaan pemilu, di Gedung KPU, Senin (16/9).

Adnan mengakui, terdapat perubahan tren lembaga terkorup pada periode 2012-2013 dibandingkan rentang 2010-2011. Sejak tahun lalu, lembaga kepolisian men-jadi lembaga terkorup. Sementara pada dua tahun silam, parlemen menjadi lembaga terkorup. Sementara tiga lembaga yang menjadi korupsi terbanyak pada tahun 2009

adalah parlemen, pengadilan, dan partai politik.

“Parlemen kita kreatif, hasil survei di ASEAN (The Association of Southeast Asian Nations), parlemen kita paling jago (korupsi),” ungkap Adnan.

Apa yang disampaikan Adnan rupanya berkorelasi positif dengan jumlah anggota DPR yang diajukan ke pengadilan. Dalam tahun 2012 saja, ratusan orang anggota DPRD yang diadili di Pengadilan Tipikor. Mereka terlibat kasus korupsi yang nilai miliaran rupiah. Lalu bagaimana pendapat para wakil rakyat di Bali tentang hasil survei tersebut? Sebab di DPRD Bali pun kini ada dugaan bagi-bagi uang terkait dengan kongkalikong di teluk Benoa. Tak hanya bagi-bagi uang, nonton F1 gratis di Malay-sia, juga banyak disorot. Namun keduanya hilang begitu saja. Janji Badan Kehormatan (BK) untuk memanggil mereka juga tak pernah terwujud.

Anggota DPRD Bali Made Supartha mengaku tidak terlalu kaget jika lembaga DPR menjadi salah satu lembaga terkorup di Indonesia. Bahkan perilaku korup ok-num anggota legislatif tidak hanya terjadi di DPR-RI, di DPRD Bali maupun DPRD

Kabupaten/Kota se-Bali juga terjadi. “Sama saja baik di pusat maupun

daerah banyak oknum anggota dewan yang berperilaku

korupsi sehingga lembaga dewan kerap dicap sarang koruptor walau tidak semua anggota dewan begitu,” kata Politisi PDI-P itu.

Menurutnya ban-yak faktor yang me-nyebabkan sejumlah

oknum anggota dewan tersandera perilaku korupsi. Pertama, mereka kerap menguta-makan kepentingan pribadi. Kedua, banyak anggota dewan yang tidak tahan godaan atau tawaran untuk mempermaikan aturan atau melakukan tindakan melawan hukum dengan imbalan uang sabagai kompensas-inya. Misalnya, dalam menjalankan fungsi lagislasi atau membuat aturan, bisa saja ada titipan atau bargaining dengan pihak terten-tu sehingga aturan itu hanya menguntung-kan pihak tertentu. Kedua, anggota dewan punya kewenangan dalam pengganggaran sehingga ranah itu bisa saja dipermainkan. Ketiga dalam hal pengawasan. Kerap fungsi pengawasan tidak jalan ketika ada suatu pelanggaran sebab sudah ada bargaining dengan pihak-pihak tertentu. “Kalau tidak ada perbaikan secara mental individu dan secara kelembagaan maka penyakit korupsi di lembaga legislatif sulit disembuhkan,” pungkas politisi asal Tabanan itu.

l WIDANA

TersanderaKorupsi

Angelina Sondakh saat hadir dalam sidang

Tipikor di Jakarta

9

10

11

Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi, kabupaten/kota memang masih dalam hitungan

bulan, tepatnya akan berlangsung 9 April 2014. Tetapi nuansa kompetisi antar-calon anggota legislatif (caleg) sudah mewarnai ruang-ruang publik. Atribut partai politik (parpol), spanduk dan baliho caleg bertebaran seolah me-nyapa publik untuk berempati. Tetapi di balik semua itu, terselip fenomena politik transaksional yang beraroma ‘jual-beli’ tiket menjadi caleg parpol peserta pemilu. Nilai transaksinya diten-tukan oleh banyak aspek, di antaranya popularitas parpol dan perilaku politisi ambisius. Praktik politik transaksional faktanya juga telah menjadi ‘bursa tenaga kerja’ bagi calon kepala daerah yang haus kekuasaan dan jabatan.

Sejarah panjang pergolakan parpol di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga kini telah mengalami banyak perubahan fundamen-tal. Secara struktural, perubahan terjadi dalam mekanisme pengkaderan yang semestinya mengedepankan kualitas, loyalitas dan idealisme figur, tetapi kini parpol terjebak pada fenomena politik transaksional. Akibatnya muncul kader-kader oportunis ke panggung politik praktis dengan mengandalkan kemampuan finansial. Popularitas parpol bisa saja melesat ke permukaan karena dukungan dana dari hasil transaksi politik. Tetapi dalam jangka panjang, partai akan kehilangan basis dukungan akibat organisasi telah kehilangan idealisme dan ideologi, karena idealisme dan ideologi politik telah ‘diperdagangkan’.

Jebakan money politics kini menyandera hampir semua parpol yang memiliki otoritas untuk ikut berkompetisi dalam pemilu mendatang. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan dana segar yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas parpol dengan semakin padatnya kegiatan menjelang pesta demokra-si. Bantuan pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dipastikan tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional partai. Kesenjangan antara modal organisasi dengan keperluan pendanaan seperti inilah menjadi argumentasi para pimpinan dan elite partai untuk membuka ruang transaksional. Ironisnya, politik transaksional tidak saja memperburuk citra organisasi, tetapi semakin jauh ber-potensi merusak tata kelola parpol karena program partai

dijalankan berdasarkan fakor pengaruh uang yang diperolah dari praktik ‘jual-beli’ politik. Parpol dikelola bagaikan sebuah lembaga bursa tenaga kerja yang menawarkan jabatan politik dengan kompensasi uang. Di lain pihak, para petualang politik yang memiliki ambisi menduduki kursi legislatif meskipun miskin wawasan dan kompetensi politik justru mendapatkan peluang untuk ikut memasuki ruang kompetisi dalam pesta demokrasi. Tentu saja hitung-hitungan bisnis berlaku dalam proses tawar-menawar sebagai wakil rakyat.

Dalam perspektif runtuhnya ideologi dan idealisme di kalangan para pengelo-la parpol akibat pengaruh transaksional politik ini, tentu berpengaruh buruk terhadap kualitas wakil rakyat yang didambakan mampu memperjuangkan dan memperbaiki nasib rakyat melalui lembaga legislatif di daerah maupun pusat. Pesta demokrasi tidak akan

mampu mewujudkan perbaikan bagi masyarakat, bangsa dan negara apabila virus praktik transaksional semakin meluas mempengaruhi perilaku politisi dan elite politik di negeri ini. Wakil-wakil rakyat yang lahir dari proses politik uang cend-erung memosisikan diri sebagai legislator yang mudah didikte sehingga tidak mampu menjalankan fungsi utamanya di bi-dang pengawasan, legislasi dan anggaran. Apabila fenomena ini terus terjadi, parpol sebagai pilar utama demokrasi telah gagal mencetak kader-kader negarawan yang memiliki ide-alisme dan loyalitas politik, wawasan, kompetensi, kualitas, kejujuran dan bertanggung jawab kepada konstituen atau rakyat yang memilih dalam pesta demokrasi.

Fakta empiris menunjukkan, menjelang pelaksanaan pemi-lihan kepala daerah (pilkada), parpol juga memiliki peran strategis sebagai kendaraan politik sekaligus mediator pen-ghubung dengan induk parpol tingkat pusat untuk mendapat-kan rekomendasi sebagai calon kepala daerah, baik gubernur, bupati maupun wali kota. ‘Tarif’ rekomendasi yang menjadi kewenangan pucuk pimpinan parpol di pusat tergantung besa-ran APBD di daerah bersangkutan. Anehnya, meskipun untuk mendapatkan rekomendasi diwajibkan menebus dengan nilai miliaran rupiah, tetapi banyak figur-figur di daerah berambisi mendapatkan selembar rekomendasi. Betapa mahalnya nilai demokrasi di Indonesia akibat meluasnya praktik politik tran-saksional yang menjebak politisi ambisius, terlibat skandal korupsi setelah berhasil menggenggam kekuasaan.

30 September - 6 Oktober 2013 11

O P I N I

Idealisme Politik“Diperdagangkan”

I Nyoman Rutha Ady, S.H., M.H.

30 September - 6 Oktober 201312

T R A D I S I

Ingatkan Pria Tak Berpoligami?

’’Karang Memadu’’

Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli tak hanya dikenal se-bagai desa yang asri dan unik karena memiliki keseragaman

bentuk angkul-angkul-nya, desa ini juga memiliki nilai kearifan lokal yang ber-singgungan dengan perkawinan. Boleh dikatakan di balik nilai kearifan lokal itu ada spirit antipoligami. Kaum laki-laki setempat sangat pantang memiliki istri lebih dari satu. Jika berani, warga yang melakukan poligami harus rela ‘’dikucil-kan’’ di sebuah lahan kosong yang berada di sebelah selatan desa yang disebut den-gan Karang Memadu.

Karang memadu berupa lahan kosong seluas kurang lebih 9 x 21 meter, diang-gap warga Penglipuran sebagai lahan leteh. Saking leteh-nya, tanaman buah seperti pisang yang tumbuh di lahan itu pun tidak boleh digunakan sebagai sa-rana persembahyangan, melainkan hanya boleh dikonsumsi.

Di lahan yang saat ini banyak ditum-buhi rumput ilalang dan beberapa pohon pisang itu, terpampang sebuah papan nama bertuliskan Karang Memadu seba-gai tanda bahwa karang tersebut memang sangat ‘’dikhususkan’’ bagi warga yang memadu (beristri lebih dari satu). Bagi warga yang berani melanggar aturan yang sudah tertuang dalam awig-awig Desa Penglipuran maka konsekuensinya harus rela menempati karang sepetak itu ber-sama istrinya. “Kalau ada yang poligami, akan ditempatkan di sini. Warga desa akan membuatkan rumah sederhana. Tetapi konsekuensinya, mereka akan dikucilkan masyarakat,” kata Nengah Sudiartha,

salah seorang warga Desa Penglipuran. Tidak hanya itu, mereka juga akan dike-nakan beberapa sanksi sosial lainnya. Ru-ang gerak warga yang berpoligami akan sangat dibatasi. Mereka tidak diperbole-hkan melintasi sejumlah jalan tertentu di wilayah desa. Seperti perempatan utama desa yang ada di sebelah balai banjar setempat. Mereka hanya diperbolehkan keluar melalui jalan ke arah selatan dari lokasi Karang Memadu.

Hal yang sama juga disampaikan Bendesa Adat Desa Penglipuran Wayan Supat. Ia mengatakan, pantangan dalam melakukan poligami telah diwariskan warganya secara turun-temurun. ”Warga yang melakukan poligami tidak boleh lewat atau melintas ke utara perempatan desa, yang merupakan catus pata desa. Termasuk ke seluruh Pura yang ada di Desa Pengelipuran karena dianggap da-lam keadaan leteh atau kotor,” paparnya seraya menambahkan bahwa legitimasi perkawinan suami istri tersebut juga tidak akan pernah bisa diakui adat.

Akibat sanksi sosial yang cukup berat itu, sampai sekarang lahan Karang Me-madu masih tetap kosong tanpa bangunan. Belum pernah ada warga yang berani menempati karang tersebut. Sepertinya, warga yang berkeinginan berpoligami harus berpikir seribu kali sebelum men-erima konsekuensi awig-awig di Desa Penglipuran.

Adanya aturan turun-temu-run di Desa Pengelipuran yang melarang kaum laki-laki untuk beristri lebih dari satu diakui

beberapa kaum wanita setempat sebagai budaya yang mampu memberikan sedikit kenyamanan bagi posisi mereka. Kaum wanita seakan tidak perlu risau harus tinggal serumah dengan madunya. Bagi seorang wanita, tentunya hidup dimadu dan harus berbagi suami dengan istri lain-nya akan terasa sangat tidak nyaman.

Adanya aturan itu menjadi sebuah bukti bahwa para leluhur masyarakat se-tempat sejak zaman dahulu sangat meng-hormati keberadaan kaum wanita. Aturan itu secara tidak langsung juga mendidik kaum laki-laki untuk setia terhadap satu pasangan saja.

Namun demikian, di tengah aturan yang sangat menghormati kaum wanita itu, kemungkinan lain yang cukup mena-kutkan nampaknya masih tetap menye-limuti beberapa kaum wanita setempat. Kendati tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu, namun jalan satu-satunya kaum laki-laki yang ingin me-nikah lagi agar tidak dikucilkan di Karang Memadu adalah dengan menceraikan istri yang lainnya.

Dayu SwaSrina

BP/ Dayu SwaSrina

K E S E N I A N

30 September - 6 Oktober 201314

”Bebondresan ” , PertunjukanBali memang kaya seni budaya. Bahkan

sangat beragam. Dari yang sakral hingga profan dan dari yang tradision-al hingga modern atau kontemporer.

Salah satunya adalah bondres. Pada mulanya, bondres merupakan selingan dalam kesenian topeng di Bali. Namun, belakangan bondres muncul sebagai pertunjukan tersendiri, terpisah dari kesenian topeng. Dari sinilah kemudian muncul seni lawak khas Bali atau yang lebih dikenal dengan bebondresan.

Diperkirakan pada tahun 1980-an, bondres mengalami perkembangan menjadi pertunjukan tersendiri yang lebih mengutamakan lawakan atau banyolan khas bondres daripada alur cerita itu sendiri. Pada era tersebut, bondres kebanyakan dipakai sebagai media penyulu-han yang lebih bersifat edukatif dan lain-lain. Hal ini diyakini karena dengan penyampaian melalui media lawak atau banyolan ini, pesan-pesan yang ingin disampaikan akan lebih dapat diterima oleh masyarakat.

Dalam bebondresan, penonton akan disuguhi sebuah alur cerita. Tetapi, alur ini hanya sebagai pegangan, karena yang lebih ditonjolkan adalah lawakan atau banyolan para seniman bebon-dresan yang terselip pesan-pesan yang ingin disampaikan. Ditambah penggunaan bahasa yang lebih familiar (memasyarakat) sehingga masyarakat lebih mudah memahami. Inilah yang membuat bebondresan lebih mendapatkan tempat di hati masyarakat dan pesannya pun tersampaikan.

Hal inilah yang membuat Bali TV sebagai media pencerah masyarakat Bali mengadakan pertunjukan tradisional Bali dengan sentuhan era kekinian, Lawak Bondres Inovatif bersama para seniman Bondres Clekontong Mas Balinese Art Production Batubulan belum lama ini.

Lawak Bondres Inovatif yang mengambil lokasi di panggung terbuka Arda Candra, Taman Budaya Bali tersebut dimeriahkan oleh para seniman bondres yang digemari masyarakat di antaranya: Sengap, Tompel, Sokir, Luh Kembung, Cablek, Juan, Saplir. Bebondresan yang mengambil tema Sugih Nagih ini juga menampilkan seniman drama gong di era ta-hun 1990-an, Petruk yang berduet dengan Gus Topok.

Pertunjukan yang berlangsung dari pukul 20.00 pada tanggal 31 Agustus 2013 dipadati

para penonton. Hampir semua sisi panggung Arda Candra tidak nampak tempat yang lowong, bahkan penonton sampai meluber ke sisi depan panggung, duduk melantai dengan tertib.

Silih berganti para seniman bondres men-gocok perut para penonton dengan lawakan-lawakan khas mereka masing-masing. Sampai di akhir pementasan, para penonton memasuki panggung untuk dapat berebut berfoto ber-sama para seniman idola mereka. Kerinduan masyarakat akan pertunjukan tradisional Bali begitu nampak di saat beratus-ratus flash me-nyala dari kamera maupun handphone.

Lawak Bondres Inovatif mengambil tema Sugih Nagih, mengisahkan kehidupan masyarakat di Desa Larangan yang semakin sulit. Kesenjangan yang terjadi membuat setiap orang harus bekerja lebih keras untuk menjalani hidup masing-masing. Sifat materialisme yang berkembang menjadikan uang sebagai raja dan melupakan bahwa kita hidup dalam masyarakat sesungguhnya adalah bersaudara. Setiap orang di Desa Larangan bersedia melakukan apa pun demi uang, semua yang menghasilkan uang akan menjadi rebutan untuk dijual bahkan bunga kamboja (bunga jepun) dijual demi ke-pentingan segelintir orang. Tidak hanya bunga jepun, pohon kamboja pun dijual, termasuk tanah tempat pohon kamboja itu tumbuh pun akhirnya siap dijual.

Bunga jepun disimbolikkan sebagai kesu-cian. Layaknya Pulau Bali, terjualnya kesucian akan memberikan dampak buruk apalagi be-lakangan ini tidak hanya kesucian yang telah dilanggar dan terjual bahkan lahan-lahan yang seharusnya dipertahankan telah beralih fungsi dan kepemilikan demi perjuangan hidup.

Bagaimana selengkapnya kisah masyarakat Desa Larangan yang siap melakukan apa pun demi uang, demi kaya secara mendadak?

Saksikan penayangannya di Bali TV: Setiap hari Minggu, pukul 21.30 Wita, mulai tanggal 15 September 2013. Hanya di Bali TV.

www.balitv.tv

LAPorAN

”Bebanyolan” Tradisional Bali

30 September - 6 Oktober 201316

I N V E S T A S I

Bali dengan Seribu Keluhan”The Best Destination”

Bali, salah satu tujuan wisata terbaik dunia The Best Des-tination. Pamor Bali sebagai tujuan wisata favorit ini ter-

cermin dalam penghargaan yang diraih sebagai Best Exotic Destination dari majalah Luxury Travel, Inggris. Pulau yang tersohor dengan khasan budaya yang sangat beragam dan bernilai tinggi juga dinobatkan kembali sebagai pu-lau terbaik (top island) untuk tujuan wisata, terutama di wilayah Asia oleh majalah pariwisata terkemuka, Travel and Leisure di Los Angeles California. Bahkan, untuk keenam kalinya majalah pariwisata Destin Asians memberikan penghargaan kepada Bali sebagai desti-nasi pariwisata terbaik di Asia Pasifik.

Di balik popularitas yang disan-dang, Bali juga dibombadir dengan beragam keluhan. Hasil Survei Perilaku Wisatawan Mancanegara (Superwis-man) Bali oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah III Bali-Nusra mengungkapkan, keluhan wisman ter-hadap pembangunan yang merajalela telah menghilangkan sebagian budaya dan tradisi di Pulau Dewata. Selain mengeluhkan pembangunan yang merajalela, alasan atau keluhan utama (complain) dari wisman terhadap pari-wisata Bali yang dapat mengakibatkan mereka menjadi tidak ingin berkunjung ke Bali lagi adalah kebersihan pantai, jalan, toilet serta sarana dan prasarana umum. Kemacetan akibat kepadatan tata ruang khususnya di Bali Selatan, tarif taksi yang mahal dan beberapa tanpa argo. Pajak atau biaya tinggi

dalam hal pembayaran airport tax serta masalah infrastruktur, layanan, dan lingkungan juga menjadi sorotan wisman. “Meski terjadi peningkatan indikator perkembangan pariwisata yang cukup mengembirakan, namun terdapat beberapa keluhan utama dari para wisatawan mancanegara yang perlu di perhatikan agar industri pari-wisata Bali dapat lebih baik lagi,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah III Bali-Nusra Dwi Pranoto.

Riset terhadap keluhan wisman selama di Bali juga dilakukan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua terhadap keberadaan toilet di sejum-lah objek wisata. Bali menyandang predikat buruk dari pencapaian toilet umum pada Daya Tarik Wisata (DTW) terhadap standar internasional desain toilet umum masih jauh dari standar. Bahkan, di mata wisatawan, toilet umum di sejumlah destinasi di Pulau Dewata bau dan kotor.

Direktur STP Nusa Dua, Drs. Dewa GN Byomantara, M.Ed. mengatakan, penelitian tersebut mengambil lokasi di sejumlah objek wisata yang ada di sembilan kabupaten/kota, seperti Museum Bali, Taman Ayun, Uluwatu, Pantai Panisula Nusa Dua, Monkey Forest, Taman Ujung, Tanah Lot, Alas Kedaton, Bedugul dan kawasan DTW lainnya. “Keluhan yang paling sering kami terima adalah masalah kebersi-han, terutama fasilitas toilet umumnya. Nah, atas dasar ini kami mengecek dan meneliti dan ternyata memang benar fasilitas toilet umum jauh dari standar

yang kita harapkan,” ungkapnya.Kajian terhadap kondisi toilet umum

di Bali dari aspek kebersihan dan fasilitasnya dari kacamata wisatawan asing maupun domestik itu melibatkan 200 orang responden dengan kompe-sisi 30 persen wisatawan asing dan 70 wisatawan nusantara. Hasil riset menunjukkan kemampuan toilet pada DTW untuk dapat memenuhi harapan penggunaannya hanya 47 persen. Se-dangakan, komentar pengguna toilet secara umum adalah toilet umum pada DTW di Bali bau, kotor, tidak ada tisu dan tidak ada sabun.

Kondisi itu diakui Byomantara tidak menutup kemungkinan akan mempen-garuhi kunjungan mereka (wisatawan) ke Bali. Apalagi, seperti yang kita ke-tahui, Malaysia, Singapura, Kamboja dan Vietnam sedang gencar-gencarnya sekali meningkatkan pariwisatanya, jadi kita jangan terlena.

Dia berpendapat, Bali yang dino-batkan sebagai The Best Destination harus terus dipertahankan. Untuk itu, para pemangku kepentingan disarankan membuat program kampaye toilet ber-sih di Bali dengan melibatkan unsur pemerintah, swasta, asosiasi profesi pariwisata, asosiasi usaha pariwisata, sekolah, akademisi dan masyarakat.

l parwata

30 September - 6 Oktober 2013 17

L I N G K U N G A N

30 September - 6 Oktober 201318

Gemericik air sungai begitu tenang menghanyutkan. Suasana serasa di pegunungan begitu melirik aliran air sungai dan deretan pepohonan yang menghijau. Hati terasa hanyut oleh keindahannya. Belum lagi

cericit suara burung yang hinggap di pepohonan. Inilah yang menarik investor melirik tebing sungai untuk dibangun hotel, vila, restoran dan sejenisnya. Sejumlah kawasan sungai dengan tebing mestinya dilindungi dan dijaga kelestariannya. Tetapi, justru tak dilindungi dengan adanya bangunan akomodasi pariwisata. Kini hotel, vila, restoran dan sejenisnya berdiri dengan angkuhnya. Para investor berharap dari hotel dan vila itu investasi cepat kembali dan keuntungan datang berlipat.

Ini yang melatari kenapa empat daerah aliran sungai (DAS) di Gianyar dikepung bangunan hotel, vila dan restoran. Para inves-tor berlomba membangun di DAS tanpa memperhatikan kaedah konservasi dan kelestarian lingkungan. Ketinggian tebing yang mestinya ditanami pohon penguat tanah seperti bambu ditebang diganti tanaman lebih memikat turis, untuk menunjang keinda-han hotel atau vila yang ada di atas sungai.

Di sepanjang tebing di atas aliran Sungai Ayung tak kurang ada 20 bangunan hotel, vila atau restosan. Di sepanjang tebing di atas Sungai Petanu, sedikitnya ada sembilan bangunan akomo-dasi wisata dan di Sungai Wos berdiri 13 bangunan dan Sungai Yeh Mumbul ada tujuh bangunan hotel atau vila.

Luar biasa. Kawasan sepanjang 100 meter kiri kanan sungai yang mestinya dipertahankan kelestariannya kini dikepung ho-tel. Sampai kapan tebing sungai ini memikat wisatawan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun, lambat laun apabila kawasan di sekitarnya tak dijaga kelestariannya, keindahan hotel dan vila di kawasan itu kian sirna. Selain itu longsor mengancam pemilik apabila air yang terus menggerogoti dasar bangunan vila/hotel tak ditangani secara bijaksana.

Kondisi ini disadari oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten

Gianyar Anak Agung Ari Brahmanta, Rabu (18/9). Dia tak memungkiri berdiri bangunan akomodasi pariwisata seperti hotel, vila dan restoran di pinggiran sungai, kendati melanggar perundang-undangan. Apalagi karakteristik sungai di Gianyar yang lebar serta pemandangannya sangat bagus dengan teras dan petak persawahan.

Namun, Ari Brahmanta juga khawatir ke depan pembangu-nan pariwisata Gianyar yang menyasar DAS akan ditinggalkan wisatawan. ‘’Secara perlahan pembangunan pariwisata yang mencaplok sempadan sungai nantinya tinggal kenangan,’’ ujarnyan. Namun, untuk menyelamatkan DAS tersebut, jangan hanya menunggu penyelamatan dari pihak pemerintah saja. Perlu kerja sama semua pihak agar pariwisata tetap lestari. Dalam menjaga kelestarian pariwisata Gianyar ada tiga hal yang mesti dikedepankan. Pertama lingkungan mesti diperhatikan, baik dari alih fungsi sempadan sungai maupun ruang terbuka hijau. Kedua, paket murah yang banyak diberlakukan saat ini dapat berdampak pada pengurangan kualitas wisatawan yang datang. Persaingan komisi, maraknya pasar oleh-oleh yang menenggelamkan pasar tradisional menjadi pekerjaan rumah bersama ke depan.

Terakhir aspek sosial. Penguatan sinergisitas pemerintah bersama masyarakat, sangat perlu dalam mempertahankan as-pek sosial termasuk di dalamnya seni dan budaya yang menjadi benteng pariwisata. Pajak hotel dan restoran yang diperoleh pemerintah mestinya diarahkan untuk memperbaiki kondisi ling-kungan setempat. Memeratakan pariwisata untuk mengurangi penggangguran terdidik. Semua elemen mesti bekerja sama.

AGUNG DARMADA

Empat DASDikepung Hotel

BP/YUDI KARNAEDI

Harga tanah di Denpasar melambung tinggi. Satu are bisa mencapai ratusan juta rupiah. Kondisi ini memaksa pemilik memanfaatkan lahannya semaksimal mungkin. Tak terkecuali lahan di pinggir sungai.

Pinggiran Tukad Badung yang membentang sampai ke Kuta, berdiri bangunan pertokoan sampai perumahan. Deretan tembok rumah atau toko yang tampak dari Tukad Badung kini sudah menjadi pemandangan biasa. Mereka tak menggubris ada aturan pelanggaran DAS yang kena ancaman hukumannya sampai 10 tahun atau denda Rp 500 juta. Apalagi di zaman kongkalikong sekarang ini. Fulus bicara habis perkara. Sejenak melihat belakang ke sejumlah pelanggaran DAS tak digubris. Tengoklah pelanggaran kawasan lindung sempadan sungai di Sungai Yeh Sungi di wilayah Abiantuwung -- sebelah barat Desa Adat Dadakan Tabanan. Ban-gunan yang melanggar sempadan sungai itu menjadi keprihatinan masyarakat. Lembaga adat dan subak yang memiliki kewenangan memberi sanksi adat justru masih lemah dan perlu diberdayakan.

Pelanggaran yang nyaris sama terjadi di Denpasar. Pelanggaran tata ruang di Kota Denpasar terbilang marak. Pelanggaran jalur hijau marak terjadi di Denpasar, seperti Renon, Kesiman, Ubung, sampai Peguyangan Kaja. Hal ini masih ditambah pelanggaran izin mendirikan bangunan (IMB) sampai pelanggaran sempadan sungai dan jalan. Dari sejumlah pemukiman dan usaha bisnis di sekitar daerah aliran Tukad Badung, sempat mengemuka pelang-garan sempadan sungai di aliran Tukad Badung. Sebuah bangunan anjungan tunai mandiri (ATM) milik BCA di Jalan Hasanudin dinyatakan melanggar sempadan sungai. “Jaraknya cukup dekat dengan pinggir sungai, sehingga harus dihentikan,” ujar Ketua Komisi B DPRD Denpasar Eko Supriadi. Lokasi bangunannya berada di depan gedung utama BCA tersebut dinyatakan melang-gar garis sempadan sungai. Terlebih setelah adanya aturan yang baru, pembangunan di pinggir Tukad Badung harus tetap mengacu pada sempadan sungai. Kepala Dinas Tata Ruang dan Perumahan (DTRP) Denpasar I Kadek Kusuma Diputra menyatakan, pemban-guan ruang ATM BCA tersebut sudah diperingati. Bahkan, pemilik bangunan sudah sempat memenuhi panggilan DTRP. “Kami sudah sempat berikan SP I,” ujar Kusuma Diputra.

Di sisi lain Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Den-pasar I.B. Alit Wiradana menyatakan, siap untuk menindaklanjuti kasus pelanggaran tersebut. Pihaknya langsung memerintahkan petugas Satpol PP untuk mengecek ke lokasi terkait proses pem-bangunannya itu. Berkat tindakan tegas aparat penegak perda ini, akhirnya pengelola menyatakan siap memperbaiki posisi bangunan agar tidak melanggar sempadan. “Pemilik menyatakan siap menu-ruti aturan sempadan,” ujar Kusuma Diputra.

ASMARA PUTRA

Sempadan Sungai Dilanggar

P O L I T I KP O L I T I K

30 September - 6 Oktober 2013 21

Parpol tak lagi sepenuhnya menjadi media perjuangan idealisme. Peran parpol bergeser menjadi agen penyalur ambisi politisi. Kini, politisi maupun pialang kekuasaan tak perlu

lagi merintis karier politik mulai dari kader. Cukup dekat dengan elite parpol dan siap memberikan ‘’du-kungan’’ material, maka rekomendasi dana kekuasaan bisa didapat.

Di Bali, proses politik tanpa tahapan kaderisasi juga sangat kental. Selain para calon legilastif, bu-daya pindah kandang juga dilakukan politisi yang mengincar jabatan eksekutif. Mangku Pastika yang kini Gubernur Bali juga melakukan migrasi politik. Mantan Kapolda Bali ini sebelumnya memakai baju PDI-P tanpa pernah melewati masa kaderisasi. Kini, ia berganti baju Golkar juga tanpa pernah mengikuti proses kaderisasi. Rekomendasi Partai Golkar mem-buat Mangku Pastika melepas PDI-P, partai yang mengusungnya lima tahun lalu.

Pada deretan nama legislatif, kader migrasi partai juga banyak. Ada Made Sudana yang dulunya PDI-P terbang bersama Gerindra. Sukaja yang dulunya PDI-P juga merapat ke Hanura. Selain itu, banyak anggota DPRD kabupaten yang migrasi partai karena partai induknya gagal lolos. Di DPRD Bali juga sama, sejumlah politisi menggunakan baju berbeda dengan seragam yang digunakannya lima tahun lalu.

Di tingkat nasional, mantan Gubernur DKI, Fauzi Bowo juga migrasi dari kuning ke biru. Gubernur NTT, M. Zainul Majdi, dari Partai Bulan Bintang ke PD. Demikian pula dengan Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, dari PAN pindah ke PD. Sedangkan Guber-nur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundayang, dari PDI-P juga pindah ke PD. Ada banyak deretan nama yang muncul ke permukaan terkait pindah kandang politik.

Menyikapi fenomena kutu loncat dalam dunia politik, Wakil Ketua Bidang Organisasi KNPI Provinsi Bali Agung Lindartawan menilai wajar sepanjang UU memungkinkan hal itu. Namun, strategi rekrutmen kader partai semacam ini tak akan membuat partai politik menjadi rumah yang utuh sebagai perjuangan idealisme. Partai tanpa proses kaderisasi yang utuh akan menjadi bangunan rapuh dan rawan menjadi rumah transaksi kepentingan.

Akibatnya, kata dia, rakyat tak bisa berharap ban-yak dari politisi yang hanya memburu kekuasaan.

‘’Spirit awalnya memang untuk mendapat celah untuk menjadi pejabat publik lewat mekanisme politik. Jika ini yang dominan, maka pendekatan pragmatis akan menguat,’’ ujarnya.

Agung Lindartawan juga menyaksikan bobot perwakilan lima tahun ke depan. Jika sebagian besar wakil rakyat tak mengerti tugas dan fungsinya sebagai legislatif, maka DPRD hanya akan menjadi pelengkap proses pemerintahan. ‘’Jika dilakukan survei, saya yakin banyak calon legislatif yang tidak paham tugas fungsi pokoknya sebagai seorang legislator. Mereka tidak mengerti kewenangan, hak dan kewajibannya,’’ ujarnya.

Ia mengatakan, sekarang banyak yang menjadi wakil rakyat karena coba-coba dan aji mumpung. Rekrutmen kader yang seharusnya dilakukan secara ekstraketat oleh partai politik juga tidak jalan. Tidak ada satu pun partai yang melakukan rekrutmen den-gan jelas. ‘’Begitu ada pemilu, baru ada pelatihan-pelatihan,’’ katanya menyesalkan.

Dosen Universitas Warmadewa Ir. Ida Bagus Ko-mang Mahardika, M.Si. mengatakan, lembaga Dewan semestinya merupakan kumpulan orang-orang pintar dan memiliki integritas dan attitude yang tinggi, kar-ena mereka merupakan orang-orang pilihan. Sebagai contoh, hanya ada sembilan orang wakil Bali yang duduk di DPR-RI. Jika pola rekrutmen berjalan benar, seharusnya kesembilan wakil Bali itu merupakan orang terbaik nomor satu hingga sembilan di Bali. ‘’Kalau rekrutmennya tidak baik dan masih mengedepankan pola-pola kekerabatan dan transaksi, tentunya kita tidak bisa berharap banyak terhadap pejabat publik,’’ ujarnya.

Di tingkat nasional, Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie menanggapi santai jika ada kader partai yang jadi “kutu loncat” atau berpindah ke partai politik lainnya. “Ya, itu mau diapain, ya? Enggak apa-apa juga, sih,” ujarnya. Aburizal tak kha-watir jumlah kader Golkar merosot jika ada sejumlah anggota yang berpaling ke partai lain.

“Kader Golkar kan banyak sekali lapisan di mana-mana. Satu pindah, ada kader lain. Tidak khawatir karena kan banyak stok,” kata dia.

DIRA ARSANA

Minim Kaderisasi RekomendasiRekomendasi

30 September - 6 Oktober 2013 23

Shinta Chrisna dalam koleksinya kali ini masih mengeksplorasi keinda-han budaya dan tradisi Bali melalui desain kebaya yang anggun dan

glamor. Koleksi karya yang disuguhkannya kali ini bertajuk The Heritage Art of Kebaya sangat terinspirasi dari spirit wanita Bali dari masa ke masa.

Dalam pengamatan desainer kondang asal Bali ini, karakter wanita Bali yang sangat kuat dan kental mengusung tradisi dan budaya Bali, juga dikenal dunia den-gan keanggunannya, kepolosan, kesetiaan, pekerja keras, dan dibalut kecantikan alami yang terpancar dari dalam. Wujud perhargaan Shinta Chrisna atas pengabdian wanita Bali dalam aktivitas kesehariannya diterjemahkan ibu empat anak; Alicia, Alvino, Alodia, Al-exandria ini dalam lukisan di atas kain sifon sutra yang dipakai sebagai ekor dalam be-berapa karyanya. Aktivitas keseharian wanita Bali yang terekam dalam karya-karyanya, seperti penari Oleg, penari Legong, ngulat tipat, membuat gebogan, maturan ke pura, berjualan di pasar, dan lainnya.

Siluet kebaya yang anggun dan glamor dengan cutting yang fitted ini mampu me-nampilkan kecantikan wanita Bali dengan lekuknya yang indah dan seksi. Menurut istri Agus Umaryadi Udayana ini, wanita Bali sekarang sudah banyak mengikuti perkem-bangan kekinian. Wanita Bali zaman dulu yang berpakaiannya masih tanpa bra, terus berkembang hingga kini memakai kebaya glamor, diharapkannya tetap menjunjung karakter yang setia, mengabdi pada keluarga,

budaya, dan tradisi Bali.Meski kesan glamor melekat dalam tiap

karyanya, perempuan cantik dan energik ini menegaskan, budaya dan tradisi Bali selalu ada dalam karya-karya kebayanya. Pilihan warna maroon, hijau botol, oranye, cokelat dan gold dalam desainnya mampu meng-hadirkan kesan mewah yang menjadikan pemakainya bagaikan putri raja.

Kebaya cocktail dan kebaya pengantin Shinta Chrisna yang bergaya klasik dengan garis hias kontemporer, garis leher, dan alur finishing touch yang asimetris, serta muncul boleno teksmo sebagai variasi, memberikan kesan chic namun tetap elegan. Koleksinya kali ini sangat menyatu jika dipadupadankan dengan songket, batik prada, dan lukisan sifon sutra yang berbaur menjadi satu rang-kaian memukau.

Karakter kuat seorang Shinta Chrisna tak hanya tercermin pada kebaya rancangannya, namun juga pada butiknya yang berlokasi di Jalan W.R. Supratman 279. Bahkan akhirnya Butik Shinta Chrisna pun kerap dipilih seba-gai lokasi pemotretan preweeding.

www.tokoh.co.id

LAPORAn

The HeritageArt ofKebaya

G A Y A H I D U P

E V E N T

BP/BSMP

BP/AFP

BP/AFP

BP/AFP

30 September - 6 Oktober 2013 25

Hari-hari MissWorldKeputusan pemerintah untuk “melokalisasi” Miss World 2013 di Bali seiring banyaknya

penolakan dari aktivis Muslim praktis membuat hari-hari peserta juga dilakukan di seputaran pulau yang mendapat julukan Pulau Seribu Pura ini. Alhasil, beberapa acara dadakan pun bermunculan untuk mengisi jadwal para kontestan yang berasal dari 129

negara ini. Kunjungan ke Pura Besakih hingga Taman Safari dilakoni peserta dengan senyuman. Aktivitas golf hingga voli pantai juga dilakukan penuh keceriaan.

DIAH DEWI

BP/AFP

L I N G K U N G A NL I N G K U N G A N

Terjepit JDPMega proyek pembangunan tol di atas perairan Benoa atau yang lebih dikenal

dengan sebutan JDP diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 September 2013. Jalan tol Bali sepanjang 12,7 kilometer ini memang prestisius. Tak hanya pengerjaannya yang relatif cepat, dana

yang dikucurkan untuk membangun jalan ini pun mencapai Rp 2,4 triliun. Namun di balik proyek prestisus, ternyata nelayan terkena dampaknya. Mereka makin terjepit dan kehilangan hasil tangkapan.

Pasalnya keberadaan JDP ini menyebabkan pergerakan nelayan mencari ikan menjadi tersendat. Ketua Nelayan Tanjung Sari, Kelan, Nyoman Nuada (BP, 9/9) mengatakan jalur perlintasan perahu di bawah JDP sangat minim. Hanya ada 3 lintasan dengan lebar 10 meter per lorong. Dengan arus kuat yang ada di bawah JDP, perahu nelayan yang umumnya masih tradisional kerap terombang-ambing dan menghantam tiang pancang. Rusak, sudah pasti dialami perahu nelayan utamanya bagian bayung dan katir. “Untuk perbaikan bayung dan katir bisa menghabiskan biaya hingga Rp 3,5 juta,” keluhnya.

Semestinya biaya perbaikan ini tidak perlu ditanggung nelayan kalau saja pihak yang membangun JDP mau mendengar permintaan nelayan. Nuada mengaku sudah pernah mengusulkan agar jalur hilir mudik perahu di bawah JDP dibuat secara khusus karena adanya aliran sungai ke laut yang arusnya sangat kuat. Namun usulan itu sep-erti membentur tembok. Lorong untuk melintas hanya ada 3 buah. Dengan lebar 10 meter per lorong, bandingkan dengan luas jalan tol yang mencapai 12,7 kilometer. Tentu tidak sebanding.

Tak hanya pusing memikirkan bagaimana cara melewati JDP, nelayan juga harus putar otak dan adu ketangkasan mengendarai perahu karena sisa material, seperti bongkaran beton dan potongan tiang pancang yang tidak terpakai dibiarkan terong-gok di dasar perairan.

Bila sudah berhasil mengatasi dua kesulitan ini, nelayan juga tidak bisa dengan mudah menangkap ikan karena pola arus air berubah seiring adanya pembangunan JDP. Peneliti dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana I Gede Hendrawan, menyebutkan pola arus air di perairan Benoa dan sekitarnya sudah mengalami peruba-han sejak reklamasi Pulau Serangan dilaksanakan pada Orde Baru dan pembangunan Pelabuhan Benoa. Sebuah penelitian yang dilakukan kelompok peneliti Universitas Udayana menemukan bahwa sebelum reklamasi Serangan dan pembangunan Pelabuhan Benoa, perputaran air laut di kawasan Teluk Benoa sangat bagus. Ia memperkirakan akan terjadi perubahan pola arus air yang makin besar setelah berdirinya JDP.

l diah dewi

30 September - 6 Oktober 2013 27

Nelayan di Badung : 1.010 orangLuar perairan umum penangkapan ikan : 79 hektarHasil Tangkapan : 61,60 ton

Sumber : Badung dalam Angka 2013

30 September - 6 Oktober 201328

P E N D I D I K A N

Beberapa waktu lalu, citra dunia pendidikan di Bali sem-pat tercoreng dengan terbongkarnya praktik plagiarisme (menjiplak karya tulis ilmiah-red) yang dilakukan oleh dua orang dosen di Kopertis Wilayah VIII. Tidak tanggung,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidi-kan dan Kebudayaan menjatuhkan sanksi penundaan pangkat selama dua tahun kepada dua orang dosen tersebut. Kasus ini bermula dari dua orang dosen yang mengajukan permohonan mendapatkan gelar profesor atau guru besar. Salah satu persyaratannya, mereka diwajib-kan menyerahkan karya tulis ke jurnal yang sudah terakreditasi. Saat penyerahan itulah, Dikti menengarai kalau karya tulis mereka adalah hasil jiplakan dari tulisan sebelumnya. Dengan kata lain, kedua dosen itu dinilai melakukan auto plagiarisme terhadap tulisannya sendiri dan ini dinilai sebagai sebuah pelanggaran, karena tulisan yang sudah dimuat di jurnal ilmiah terakreditasi kembali dipergunakan untuk persyaratan mendapatkan gelar profesor.

Ketua Yayasan Jagadhita yang mengelola Universitas Ngurah Rai Denpasar (UNR), Dr. A.A. Gde Raka, M.Si., sangat me-nyayangkan kejadian tersebut. Ditegaskan, seorang akademisi wajib mengedepankan kejujuran karena ketidakjujuran itu justru akan merugikan diri sendiri. ‘’Dalam kasus ini, saya melihat ada ketidakjujuran dari dua dosen tersebut meskipun plagiarisme dilakukan terhadap karya tulisnya sendiri,’’ paparnya.

Menurut Raka, praktik plagiarisme bukan “barang” baru dalam dunia pendidikan. Meski praktik memalukan itu sudah berulang kali terbongkar, namun masih ada saja akademisi baik dari kalan-gan mahasiswa S-1 maupun S-2, S-3 hingga kandidat guru besar yang nekat melakukan kecurangan tersebut. ‘’Tentunya, sanksi tegas yang dijatuhkan kepada dua orang kandidat guru besar itu

harus dijadikan pelajaran berharga bagi kalangan akademisi di Bali. Jangan sampai kasus serupa terulang lagi, karena hal itu tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga mencoreng citra dunia pendidikan Bali secara menyeluruh,’’ tegasnya.

Di era teknologi informasi ini, kata dia, peluang terbong-karnya praktik-praktik plagiarisme sangat besar. Pasalnya, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia maupun luar negeri sudah memiliki database yang kuat terkait karya-karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan. Bahkan, masyarakat luas juga bisa mengunduh karya tulis itu lewat internet dengan sangat mudah. ‘’Jangan coba-coba untuk melakukan kecuran-gan, karena teknologi saat ini sudah mampu melacak dengan mudah apakah sebuah karya tulis itu original atau merupakan karya tulis jiplakan,’’ ujarnya mengingatkan.

Sementera Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd., menegaskan pihaknya telah membentuk tim validasi guna menangkal lolosnya karya-karya tulis jiplakan tersebut mulai dari tingkat program studi, fakultas hingga universitas. Tak kalah pentingnya, pihaknya juga telah memperkuat diri dengan database yang representatif dan sistem software yang andal, sehingga sangat kecil peluang karya-karya jiplakan bisa lolos dari pantauan tim validasi. ‘’Peluang untuk melakukan praktik plagiarisme sangat kecil mengingat seluruh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia saat ini sudah diwajibkan untuk menggunggah publikasi ilmiah para mahasiswa maupun staf dosennya ke Portal Garuda Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,’’ tegasnya.

l sumatika

Plagiarisme Coreng Dunia Pendidikan

I Nyoman SudianaA.A. Gde Raka

Grafis : Tu Suaria

K I L A S P E R I S T I W AK I L A S P E R I S T I W A

Bali kini makin terkenal, bukan hanya karena hajatan Miss World atau APEC dan sejenisnya, tetapi karena berbagai kasus dugaan korupsi yang membelit para elite pejabatnya. Barangkali julukan ‘’Bali Pulau

Seribu Pura’’ pun bisa berubah menjadi ‘’Bali Pulau Seribu Kasus Korupsi’’. Lantas, apa yang dilakukan aparat penegak hukum atas maraknya kasus korupsi di daerah ini?

Banyak yang menilai kinerja aparat terutama Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali sangat lamban dalam menangani kasus dugaan korupsi di Bali. Salah satunya disampaikan Ketua Bali Coruption Watch (BCW) Putu Wirata Dwikora. Selain lamban, ia menilai aparat tidak terbuka dalam penanganan kasus korupsi di Bali.

Penilaian Wirata Dwikora ini rupanya mendapat atensi serius Erbindo Saragih, S.H., Kajati Bali yang baru. Erbindo menya-takan sikapnya untuk memberantas korupsi di Bali. Tak hanya Erbindo, pihak yang paling getol mengungkap kasus korupsi di Indonesia selama ini yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun ternyata sudah turun ke Bali untuk mengumpulkan data terkait dugaan korusi di Bali. Hanya saja, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Indraza Marzuki tak mau menyebutkan kasus korupsi yang telah diatensi KPK di Bali. Apakah ini berarti masih tertutup seperti penilaian Wirata Dwikora, yang pasti “Welcome to Bali, KPK!”

l pujawan

Belum reda badai yang menerpa institusi baju cokelat ini mulai dari kasus ‘’Cicak dan Buaya’’ hingga kasus simulator SIM, kini korps kepolisian dirundung duka mendalam. Satu per satu anggotanya ditembak orang tak dikenal di jalanan. Rangkaian peristiwa penembakan terhadap sejumlah anggota polisi ini pun men-gundang keraguan dan was-was masyarakat. Masih amankah mereka jika anggota polisi saja ditembak ala di film-film mafia? Ada apa sebenarnya di negeri ini hingga peluru-peluru itu kini diarahkan ke aparat kepolisian?

Menjawab kegundahan masyarakat itu, Kapolri Jenderal Pol. Timur Pradopo mengatakan Polri masih mendalami adanya kaitan rangkaian peristiwa penembakan terhadap sejumlah anggota polisi. Saat ini pihaknya baru berhasil mengungkap pelaku dari dua peristiwa yang terjadi di Ciputat dan di Pondok Aren, Tangerang, Banten. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol. Slamet Riyanto mengakui, senjata api rakitan buatan Cipacing, Jawa Barat sudah bere-dar ke sejumlah pelaku kejahatan, termasuk di antaranya ke teroris Abu Robban. Cucu alias Ucu (39), yang sudah ditetapkan sebagai tersangka diketahui menjadi penyuplai senjata api ke Nurul Haq dan Hendi Albar, pelaku penembakan polisi di Pondok Aren yang masuk dalam jaringan teroris kelompok Abu Robban.

l HaRDIanTO

”Welcome to Bali, KPK!”

Peluru Itu Kini Diarahkan ke Polisi

Lama menjadi sorotan publik, kasus dugaan korupsi pengadaan sound system di Taman Budaya Denpasar mulai menunjukkan kemajuan. Kepala Dinas Kebu-dayaan Provinsi Bali Ketut Suastika, kembali diper-

iksa Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali. Dalam kasus ini, Suastika menegaskan pengadaan sound system senilai Rp 21,05 miliar murni tanggung jawab Ketut Mantara Gandi, Kepala UPT Taman Budaya Denpasar.

Kenyataan ini pun menjadi sorotan Ketua Bali Coruption Watch (BCW) Putu Wirata Dwikora. Mengingat, dalam kasus dugaan korupsi ini hanya Mantara Gandi dijadikan tersangka. Baginya, niscaya dengan anggaran Rp 21,05 miliar diduga ada mark-up Rp 1.087.600.000, tersangkanya hanya satu orang. Dia pun minta Mantara Gandi bersikap terbuka, membuka secara jujur siapa saja pihak yang terlibat.

‘’Saya minta Gandi terbuka dan berkata jujur. Jangan lindungi pejabat atau siapa pun yang terlibat selama ini. Apalagi sudah ditetapkan sebagai tersangka seperti itu,’’ pintanya. Ayolah ngomong Mantara Gandi, jangan mau dikorbankan!

l pujawan

InI bukan kisah dalam Serat Pararaton di Jawa, apalagi kisah latah dalam sinetron. Ini kisah Rektor Universitas Mahendradatta Arya Wedakarna yang mengaku sebagai Raja Majapahit di Bali dengan gelar lengkap Ratu Ngurah Shri I Gusti Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Kaping III, Abhiseka Raja Majapa-hit Bali Shri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX yang me-nantang Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk buka-bukaan terkait reklamasi di Teluk Benoa.

Apakah Gubernur Pastika yang mantan Kapolda Bali itu men-erima tantangan Wedakarna? Rupanya Raja Majapahit itu harus bertepuk sebelah tangan. Gubernur Mangku Pastika menolak bertemu Wedakarna. Gubernur menyerahkan masalah Wedakarna itu kepada Karo Humas Pemprov Bali. ‘’Kan sudah dijawab sama Karo Humas. Tanya saja Karo Humas,’’ jawab Mangku Pastika enteng.

Tantangan kepada Gubernur Bali Mangku Pastika sebelumnya juga disampaikan Guru Besar Unud Prof. Ibrahim. Ia menantang Gubernur Pastika debat terbuka di televisi terkait keluarnya SK kajian di Teluk Benoa. Belum sempat tantangan itu dilayani, tan-tangan juga datang dari Koordinator ForBali (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) Wayan ‘’Gendo’’ Suardana. Mungkin inilah risiko jadi gubernur, banyak ‘’tantangan’’.

l wIdana

’’Raja Majapahit’’ Tantang Gubernur

Ayo Ngomong Mantara Gandi!

Putu Wirata Dwikora

30 September - 6 Oktober 201332

K E S E H ATA N

Bali memiliki metode pengobatan tradisional yang lumrah disebut usada. Metode pengobatannya cukup populer di masyarakat. Banyak orang percaya dan menggantungkan kesembuhannya dengan terapi tra-

disional ini. Untuk mempelajari usada tidaklah mudah. Selain harus mengerti teori, sang penyembuh juga harus paham ba-gaimana mekanisme pengobatannya. Apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan ilmu pengobatan usada?

Sang penyembuh harus memiliki kemampuan yang kompre-hensif. Dia tidak hanya harus mengerti soal agama, ilmu wariga (kalender) juga filsafat ketuhanan. Memang, akan menjadi sangat ideal, jika sang penyembuh juga mempelajari ilmu ke-dokteran modern seperti anatomi dan fisiologi. Ahli Fisiologi dan Ergonomi FK Unud Prof. Dr. dr. I.N. Adiputra, M.OH, Sp.Erg., AIFO mengatakan pengobatan Usada Bali bisa juga diartikan sebagai ilmu kedokteran tradisional. Pelakunya biasa disebut balian. Mereka yang menekuni profesi ini sebenarnya bisa disebut sebagai dokter modern untuk ilmu kedokteran tra-disional itu. Sebab apa yang dipelajari balian dari ilmu usada sama dengan hal yang dipelajari dokter modern saat ini.

Dikatakan, pengobatan usada sendiri sudah ada sejak ke-beradaan manusia di bumi ini. Pelaku usada saat itu menuliskan ilmunya di atas daun lontar. Hanya saja di Indonesia umumnya termasuk di Bali, pengobatan usada yang tertulis di lontar tidak terdokumentasi secara utuh. Akibatnya, informasi yang disa-jikan pun tidak lengkap. Kesulitan lainnya, penulisan di lontar tidak tercantum secara sistematis dan tak konsisten. Sehingga untuk menafsirkan harus ekstra hati-hati. Apalagi jika teks itu dituliskan menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Balian usada atau disebut dokter pengobatan usada biasanya dibagi dua. Balian yang mempelajari usada lewat lontar dan ada yang langsung bisa, yakni balian yang menjadi mumpuni karena ketakson. Artinya, memiliki kekuatan niskala yang tak kasat mata memberikan bimbingan.

“Kalau balian langsung bisa tanpa proses belajar, biasanya balian itu ngiring. Balian seperti ini disebut Balian Ketakson,’’ tutur Adiputra. Balian usada yang melalui mempelajari lontar pun bukan orang biasa. Umumnya mereka mempunyai keturunan

atau warisan bakat leluhurnya. Orang seperti ini lebih mudah mempelajari pengobatan usada dibandingkan orang biasa.

Jika diklasifikasi berdasarkan pasien, pengobatan Bali Usada terdiri atas beberapa spesifikasi. Usada anak-anak (usada rare), ibu hamil (usada manak), kelainan jiwa (usada buduh), patah tulang (usada lung), dan penyakit dalam (usada dalem). ‘’Pe-namaan untuk setiap spesifikasi pasien kadang lebih dari satu. Seperti usada rare sama dengan usada kuning. Perbedaan pena-maan tersebut menjadi salah satu kesulitan dalam menyatukan pengobatan usada Bali secara utuh,’’ tutur Adiputra.

Usada kuning merupakan klasifikasi pengobatan usada Bali berdasarkan warna. Warna lainnya seperti warna bang alias merah, pengobatan diperuntukkan orang muda dan dewasa sedangkan warna cemeng untuk orangtua.

Pengobatan Usada Bali, dominan mentransformasikan kekuatan alam. Karena itu, pengobatan itu menggunakan tumbuhan, minyak, air dan binatang. Selain sarana atau media itu, juga menggunakan formulasi mistik alias doa dan mantra-mantra. Semua jenis penyakit diobati dengan penyatuan unsur alam ini. Adiputra mencontohkan untuk sakit panas, cara pen-gobatannya dengan menggunakan rempah-rempah lengkap yang kemudian dikunyah lalu disembur ke dahi dan belakang leher. Metode ini terbukti mampu mengatasi panas.

Doa juga menjadi hal penting. Berhubung mengambil bahan obat dari alam, sebelum mengambilnya ada doa tertentu untuk meminta izin. Bahkan sebelum mengobati pun balian usada biasanya berdoa agar pekerjaannya direstui dan dilancarkan.

Kelemahan pengobatan usada adalah kurangnya pembuktian secara ilmiah. Agar bisa sejalan dengan pengobatan kedokteran modern, maka kata Adiputra perlu mengikis efek negatif pen-gobatan usada dan menambahkan sisi positif dari kedokteran modern. ‘’Kedokteran modern dan pengobatan usada harus seiring dan sejalan. Misalnya untuk usada manak, sang balian perlu diajarkan melakukan tindakan sterilisasi seperti pada kedokteran modern. Ini penting untuk menghindarkan infeksi,’’ jelas Adiputra.

l Wira SanjiWani

Perlu Paham Agama, Belajar Usada Bali

”Wariga” dan Filsafat

30 September - 6 Oktober 2013 33

Usada Bali merupakan warisan leluhur dan ditulis di atas lontar. Meski belum banyak terbukti secara ilmiah di zaman ini, metode ini sangat banyak dipraktikan sebagai bagian menyembuhkan penyakit.

Seiring kemajuan ilmu kedokteran modern, pengobatan tra-disional di Indonesia tampaknya belum bisa berjalan beriringan dengan pengobatan kedokteran. Padahal jika dilakukan pendeka-tan dan persamaan persepsi antara pengobatan tradisional mau-pun kedokteran modern, maka akan tercipta pengobatan yang harmonis dan berguna untuk masyarakat.

Prof. Dr. dr. I.N. Adiputra, M.OH, SpErg., AIFO menegaskan hal itu. Pengobatan tradisional harusnya tidak dianggap saingan. Tetapi kata Adiputra, pengobatan ini harus didekati dan dijem-batani dengan elegan. Sehingga hal negatif dari pengobatan tradisional bisa dikikis. Di samping itu penularan hal positif dari dunia kedokteran modern bisa ditransformasikan untuk menjadikan pengobatan tradisional lebih baik.

Salah satu pendekatan yang dilakukan dan sudah diterapkan adalah pelatihan bagi pelaku pengobatan tradisional. Khususnya

balian yang membantu persalinan yang disebut usada manak. Penularan ilmu kedoteran modern itu, khususnya sterilisasi peralatan yang dipakai. Dengan cara itu, mereka tidak lagi menggunakan pisau bambu, namun memakai gunting maupun pisau yang sudah disterilkan. ‘’Ini penting untuk mencegah terjadinya infeksi,” papar Adiputra.

Untuk memahami pengobatan tradisional pun, mahasiswa kedokteran belajar ilmu CAM (Complementary Alternative Medicine). Dengan cara itu, mereka bisa memahami kultur pengobatan di suatu daerah. Kesadaran dan pemahaman sinergis itu penting dengan “ahlinya”.

Model pengobatan usada ternyata tidak hanya ada di Indo-nesia, tetapi juga negara lain seperti Laos, Thailand, Vietnam maupun Burma. Teks–teks usada itu juga tertulis di daun lontar. “Pengetahuan inilah yang perlu kita gali terus. Sehingga manfaat dan kontribusi ilmu pengobatan yang ada pada zaman bahula ini, bisa tetap optimal,” harap Adiputra.

l Wira SanjiWani

Usada, Jangan Dianggap Saingan

BP/ist

J A J A K P E N D A PAT

30 September - 6 Oktober 2013 35

MarginalisasiPopularitas Berujung

Bali makin sarat beban. Ungkapan ini berulang kali terlontar saat Bali Post menggelar diskusi ter-batas di Warung 63, Jalan Veteran

Denpasar. Selain beban pembangunan in-frastruktur untuk pencitraan para elite, Bali juga dijejali agenda internasional. Beragam pertemuan dan konferensi nasional dan in-ternasional menjadikan Bali sebagai tempat. Miss World pun dipusatkan di Bali. Pilihan tempat ini diyakini banyak kalangan mem-buat popularitas Bali makin melambung. Konon, popularitas ini merupakan hal pent-ing dari sisi pengembangan pariwisata.

Namun, faktanya berbanding terbalik ketika Pusat Data Bali Post menggelar jajak pendapat terkait dampak dari beragam agen-da internasional di Bali. Ketika responden disodori pertanyaan; menurut Anda, apakah kegiatan-kegiatan besar seperti KTT APEC dan Miss World tersebut memberi dampak positif secara langsung bagi masyarakat Bali? Trenyata 51 persen responden menyatakan tidak. Responden menilai masyarakat Bali justru hanya menjadi penonton. Pengusaha Bali tersisih akibat kalah dalam koneksi dan fasilitas. Hanya 35 persen responden menya-takan kegiatan ini memiliki berkorelasi den-gan ekonomi masyarakat Bali. Setidaknya citra Bali sebagai destinasi pariwisata akan makin positif. Sedangkan 14 persen respon-den lainnya tak memberikan jawaban atas pertanyaan ini.

Menyikapi hasil jajak pendapat ini, pengamat ekonomi Viraguna Bagoes Oka menilai pelaksanaan KTT APEC termasuk Miss World di Bali tak akan menguntungkan masyarakat Bali dari sisi ekonomi. Dampak nyata dari konferensi ini hanyalah populari-tas Bali.

Menurutnya dipilihnya Bali menjadi tem-pat penyelenggaraan KTT APEC dan Miss World memang akan mampu mengangkat

citra Bali sebagai salah satu destinasi pari-wisata terkemuka dan destinasi MICE yang layak dikunjungi. Namun, dari sisi ekonomi, Bali tidak terlalu besar mendapat manfaat langsung dari ajang itu.

Seberapa besar manfaat yang bisa didapat warga lokal dari adanya KTT APEC sangat tergantung dari sejauh mana para pengambil kebijakan memberi ruang dan kesempa-tan bagi warga lokal. Harus ada good will dari para pengambil kebijakan bagaimana masyarakat lokal agar mendapat manfaat sebesar-besarnya dari KTT APEC bukan hanya menjadi penonton,” katanya.

Namun, apapun dalihnya, popularitas Bali berpotensi mempercepat terjadinya margin-alisasi terhadap krama Bali. Ketenaran Bali membuat banyak pemilik modal mengincar laut, sawah dan kawasan hulu Bali. Tak satu-pun investor yang melirik pertanian. Kondisi ini, menurut pengamat ekonomi Universitas Warmadewa I Gusti Ngurah Sanjaya, S.E., M.Si., Ak., akan mempercepat terpinggirkan-nya krama Bali. Ruang kehidupan di Bali tak akan lagi menjadi lahan pertanian yang subur dan tempat yang nyaman bagi para nelayan. Bali akan dikaveling pemilik modal sehingga krama Bali tersisih secara perlahan-lahan. Inilah dampak popularitas jika krama Bali gagal merebut peluang bisnis yang ada.

Pandangan lain dilontarkan Menteri Kominfo Tifatul Sembiring dalam seminar nasional “APEC Indonesia 2013” lalu. Menurutnya KTT APEC 2013 di Bali 1-8 Oktober diyakini akan membuka peluang investasi dan perdagangan. Pemerintah akan mengelola KTT APEC dengan optimal dengan memberdayakan semua potensi yang ada. Indonesia akan menyodorkan sejumlah agenda terkait dengan industri dan ekonomi kreatif dalam pertemuan ini.

l dira arsana

E K O N O M I

Warnet Kini Senasib

Nasib yang dialami pebisnis warung teleko-munikasi (wartel) di Bali, kini boleh dibilang terulang kembali oleh pebisnis warung internet (warnet). Sebelum menjamurnya ponsel, wartel

merupakan tempat favorit untuk nongkrong setiap malam minggu untuk remaja yang tidak kebagian layanan telepon kabel di rumahnya. Namun, semenjak ponsel dengan mudahnya dimiliki oleh setiap kalangan, bisnis wartel kini ditelan bumi. Hal serupa juga dialami pebisnis warnet saat ini. Pelan tapi pasti bisnis ini kian meredup hingga gulung tikar akibat adanya modem murah dan smartphone cang-gih yang bisa akses internet kapan dan di manapun.

Menurut owner Flash Internet, Wahyudi Widodo di Jalan Danau Tamblingan No. 188, Denpasar, sejak beber-apa bulan lalu bisnis warnetnya tidak beroperasi lagi alias gulung tikar. ‘’Kami membuka usaha warnet di pertenga-han tahun 2009. Waktu itu saya memang ingin buka usaha warnet untuk menambah penghasilan,” ujarnya.

Lanjutnya, semasih usahanya ramai, pihaknya mampu meraup omzet hingga jutaan per hari. ‘’Namun, belakan-gan omzet kami hanya mencapai Rp 3 juta per bulan. Jelas tidak bisa menutupi biaya operasional kami, sehingga kami memutuskan untuk menutupnya,’’ ungkapnya.

Untuk membuka warnet, pihaknya mengaku, harus mengorbankan uang senilai puluhan juta rupiah untuk investasi peralatan. Saat itu, warnet kepunyaannya menjadi salah satu warnet yang paling ramai di daerah ini. Pasal-nya, belum banyak pesaing di daerah tersebut.

Hal senada diungkapkan owner Untitled Game Online, I GN. Bagus Ary Eka Putra, di Jalan Trengguli No. 33, Den-pasar, seiring berjalannya waktu, usaha game online-nya tersebut perlahan meredup. Hal ini terjadi setelah teknologi telepon genggam semakin canggih dan terjangkau oleh masyarakat luas. ‘’Sejak setahun kami sudah menutup bisnis ini dan kini menjadi bisnis laundry,’’ ujarnya.

Lanjutnya, bisnis warnet sudah tak seindah dulu. Akses internet masih sangat terbatas, sehingga ketika ingin ke dunia maya, pengguna harus menyambangi warnet. Berbagai cara digunakan untuk kembali menarik minat konsumen mulai dengan menawarkan bonus hingga tarif yang sangat murah yakni hanya Rp 2.500 per jam namun hal tersebut tampaknya tidak berhasil. Para konsumen kini beralih ke gadget mereka untuk mengakses internet sebab tentu saja lebih praktis dan mudah. Para pengusaha pun harus lebih memutar otak agar dapat kembali menggaet konsumen. LAPORAN

dengan Wartel

30 September - 6 Oktober 2013 37

BP/dok

Grafis : Tu Suaria

K R I M I N A L

Kasus pencurian sepeda motor (curanmor) di Bali tak per-nah surut. Para pencuri seakan-akan beraksi silih berganti, padahal ada di antara mereka yang ditembak polisi. Para pencuri motor terus saja beraksi. Bahkan ada semacam

pepatah: ditangkap satu, tumbuh seribu. Kasusnya pun pasang-surut seperti bermusim. Terkadang musim sepi, terkadang musim ramai curanmor, seperti halnya yang terjadi belakangan ini.

Selama tiga hari saja, yakni Selasa (10/9) hingga Sabtu (14/9), 11 motor dilaporkan raib di wilayah Denpasar Barat (Denbar), Denpasar Selatan (Densel), dan Kuta. Kasus terbanyak ada di wilayah Denbar.

Sedangkan, data Polda Bali, pada Januari hingga Mei 2013 terda-pat 247 laporan kasus curanmor. Bila dikalkulasi, tiap bulan rata-rata terjadi 49 kasus curanmor. Kasus yang mampu diungkap polisi hanya 50, dan disisanya masih nunggak. Sebelumnya tahun 2012 tercatat 138 motor hilang, dan kasusnya yang terungkap hanya 45.

Menurut Kapolsek Dentim AKP M. Ikhwan Lazuardi, kesadaran masyarakat menjaga keamanan, khususnya untuk motor, masih kurang. ‘’Saya tiap subuh menggelar patroli door to door dan patroli sambang, tetapi masih saja ada warga yang parkir sembarang, bahkan kunci motornya dibiarkan nyantol,” tegas Kapolsek.

Untuk mencegah kasus curanmor, polisi dan aparat desa, menso-sialisasikan supaya motor diparkir di dalam rumah. Paling tidak di tempat yang gampang diawasi. Walau demikian, pencuri agaknya tetap nekat dan kian lihai. Mereka memanfaatkan kelengahan pemilik motor. “Kami sudah berupaya menekan kasus curanmor melalui kegiatan premitif dan preventif,’’ tegas AKP M. Ikhwan Lazuardi.

Kesadaran masyarakat untuk mengamankan motornya memang harus ditingkatkan. Bila tidak ingin jadi korban berikutnya, stang motor dipastikan dalam keadaan terkunci stang, dan ada kunci ganda, sebelum beraktivitas. Garong mampu beraksi kapan dan di mana saja, bila ada kesempatan. Dari kecerobohan kita pula, bakal mengundang penjahat beraksi setiap saat. Daripada kehilangan motor, apalagi masih kredit, lebih baik jagalah dengan baik.

Meroketnya jumlah motor yang raib di Bali ternyata tidak di-imbangi kesadaran warga supaya waspada. Mereka sering parkir sembarangan dan kunci motor masih nyantol. Kondisi ini tentu saja dimanfaatkan para garong untuk beraksi.

Tetapi, sehebat-hebatnya warga waspada, ternyata kasus curanmor masih saja terjadi. Hal ini tak lepas dari semakin profesionalnya para pencuri. Selain beraksi dengan kunci palsu, para garong juga punya kunci khusus berbentuk leter T. Sindikatnya pun tak kalah canggih-nya. Sindikat pencuri motor berbagai tugas. Ada yang melakukan survei, beraksi, membawa STNK dan BPKB motor sejenis dari luar

Bali, hingga penadahnya.Menurut seorang polisi, ada sekelompok pencuri yang secara

khusus membawa surat-surat motor dan nomor polisi (nopol) asli dari luar Bali. Mereka kemudian secara khusus mencari motor yang sesuai dengan warna, merek, dan SNTK yang dibawa. begitu ketemu motor yang diinginkan, mereka menggasak motor tersebut. Sejurus kemudian, nopol motor curian itu diganti sesuai dengan nopol dan STNK asli yang dibawanya. Dengan demikian motor itu dalam sekejap berubah seolah-olah bukan curian. Padahal, sejatinya nomor mesin maupun nomor rangka motor curian itu beda dengan STNK maupun nopolnya. Jika polisi yang menggelar razia di jalan raya maupun berjaga di pelabuhan, tidak sempat meneliti nomor mesin maupun nomor rangka motor curian itu jelas bakal selamat.

Ada lagi kelompok lain yang beraksi dengan cara memutilasi motor curian, kemudian dijual di pasar loak atau dikirim ke luar Bali dengan cara khusus. Ada kelompok yang memanfaatkan teknologi canggih semacam HP untuk berkomunikasi. Caranya mereka melarikan motor curian dengan melaju tahap demi tahap. Ada yang bertugas mendeteksi razia polisi, dan ada yang bertugas mengikuti dari belakang. Mereka terus berkomunikasi dalam perjalanan sehingga lancar. Jika ada razia di suatu tempat, maka kelompok yang berjalan lebih dulu akan mengontak rekannya di belakang. ‘’Sindikat pencuri motor ini memang semakin pintar,’’ ujar sebuah sumber.

Kian maraknya kasus curanmor di masyarakat juga tak lepas dari sanksi hukum yang dijatuhkan aparat penegak hukum. Mereka yang diadili karena mencuri puluhan motor, paling-paling hanya dijerat hukuman setahun atau dua tahun. Hukuman semacam itu dianggap sangatlah ringan, padahal ulah pencuri motor ini sangat meresahkan masyarakat. Tak heran, setelah lepas dari bui, sindikat pencuri motor bahwa masih kembali menekuni profesi semulanya. Terkadang mereka bertambah pintar, karena mendapat tambahan ‘’ilmu’’ dari sesama pencuri motor di dalam penjara. Menghindari maraknya kasus curanmor, tidak salahnya kita terus waspada dengan memarkir motor di tempat yang aman dan menambah kunci ganda.

www.denpostnews.com

LAPORAN

Waspada, Curanmor Merebak!

30 September - 6 Oktober 2013 39

L I N G K U N G A N

Pantai Tanjung Benoa, Kuta Selatan (Kutsel) memang tak asing lagi di dunia. Di tempat itu banyak berdiri hotel megah serta wisata tirtanya yang menawan. Karenanya, banyak wisatawan mancanegara mendatangi objek wisata

ini. Sayang sejak lima tahun belakangan ini, Pantai Tanjung Benoa yang berpasir putih diterjang abrasi. Bagaimana nasib warga dan hotel?

Dua pedagang pakaian dan pernak-pernik, Ni Made Sukadi dan Rupa, dengan setia menunggui dagangan mereka di bibir Pantai Tanjung Benoa, tempat satu-satunya menyambung hidup. Tangan mereka sibuk membuat cenderamata. Sesekali keduanya menyeka keringat, mengingat matahari kala itu sangat terik.

Di tengah kesibukan, kedua wanita paruh baya itu berkeluh-kesah tentang nasib tempat mereka berjualan. Selain berada di tepi pantai dengan ombak cukup besar, kios mereka belakangan ini sangat sepi. Turis tak banyak lagi mondar-mandir di pantai, karena semakin sempit akibat abrasi. “Kami rakyat kecil hanya menggantungkan hidup dari jualan kain pantai seperti ini. Jika kios kami nanti diterjang ombak, di mana lagi kami jualan?’’ ucap Rupa, memperbaiki tempat duduknya di atas beton yang dibangun Hotel Bali Khama.

Menghindari abrasi, Rupa berharap, pemerintah segera turun ke lokasi untuk melakukan penyelamatan sehingga warga Tanjung Benoa tak sampai kehilangan mata pencaharian. ‘’Jika dibiarkan, kami khawatir abrasi semakin meluas. Mohon pemerintah turun tan-gan dengan membuat krib seperti di pantai lainnya,’’ tandasnya.

Rupa dan Sukadi adalah sebagian dari warga Tanjung Benoa yang menggantungkan hidup di pantai. Selain itu ada Wayan Sadia, warga asli Tanjung Benoa. Dia mondar-mandir mencari tamu di tepi pantai. Selain menjual kerajinan tangan berupa layang-layang, dia juga mencari wisatawan yang ingin naik sampan atau jukung ke tengah lautan. Pekerjaan itu dia lakoni setiap hari, tanpa libur. Sadia sengaja bekerja tiap hari, karena kebetulan dia masih punya warisan secutak tanah di pinggir Pantai Tanjung Benoa, tempat kelahirannya.

Tetapi, sejak beberapa tahun lalu, Sadia dan rekan-rekannya para pedagang khawatir karena lokasi tempat mereka beroperasi sehari-hari lantaran abrasi kian mengganas. Bayangkan saja, dalam jangka waktu hanya lima tahun, sepanjang 10 meter pantai tergerus air laut Samudera Hindia yang memang terkenal ganas.

Tak hanya lahan berusaha warga lokal yang tergerus abrasi, lahan hotel, maupun tempat wisatawan berjemur kian sempit. Dengan begitu, mereka yang khawatir akan abrasi ini, bukan hanya kalangan pedagang, tetapi juga wisatawan.

‘’Air laut semakin besar saat purnama-tilem. Belum lagi saat sasih kadasa, air bisa masuk lahan hotel dan menerjang pengaman beton dan tumpukan pasir yang dibuat pihak hotel maupun peda-gang,’’ ujar Sadia mengusap-usap tangannya yang penuh pasir.

Akibat abrasi ini, jarak antara hotel dengan air laut tidak lagi

100 meter sesuai aturan, tetapi sekitar 30 meter saja. Saking begitu dekatnya, air laut kerap masuk halaman hotel dan sempat mener-jang Pura Toyaning. Bahkan restoran semi permanen milik Hotel Novotel Bali pernah nyaris roboh diterjang ombak besar. Pihak hotel segera memperbaiki hotel tersebut, termasuk mengumpul-kan pasir laut, lalu dimasukkan ke karung untuk membendung air laut. ‘’Upaya tersebut cukup berhasil sehingga restoran selamat,’’ tegas Sadia.

Kalau saja pemerintah tidak segera turun tangan, jelas abrasi akan semakin parah, sehingga hotel-hotel di pantai itu ikut tergerus air laut. Sadia menyebutkan, hotel yang kondisinya terancam abrasi itu yakni Novotel Bali, dan Bali Khama. ‘’Dulu memang pernah pemerintah bicara di televisi bakal menyelamatkan Pantai Tanjung Benoa, tetapi sampai sekarang tak ada tindakan apa-apa,’’ tegas Sadia mengusap keningnya.

Pantai di bagian selatan tempat wisata bahari Tanjung Benoa memang sudah dipasangi krib berkat bantuan pemerintah Jepang. Tetapi, pemasangan krib tersebut hanya dilakukan sebagian, seh-ingga pantai di bagian timur kena getahnya. Gelombang semakin ganas, terutama saat purnama-tilem, sehingga air laut masuk ke areal hotel.

Reaksi kemudian muncul dari Ketua LPM Tanjung Benoa I Wayan Dharma. Dia juga khawatir kalau lahan warga Tanjung Benoa yang menggantungkan hidup dari wisata bahari bakal sirna. Pasalnya, abrasi yang terjadi sudah sejak lama ini seakan semakin menjadi-jadi. Bahkan, Kata pemilik Bazuka Water Sport ini ketika Saraswati enam bulan yang lalu, sempat terjadi terjangan ombak yang cukup ganas hingga ke areal tempat usahanya.

Dharma juga membenarkan kondisi abrasi paling parah ada di depan Novotel dan Bali Khama. “Saat purnama yang lalu pihak hotel sudah melakukan penataan di depan kawasan ini, namun kembali hancur akibat terjangan ombak yang kuat,” tegasnya.

Lurah Tanjung Benoa, Wayan Kembar, S.Sos. pun angkat bicara. Menurut dia, abrasi yang terjadi di belakang Hotel Bali Khama dan Novotel Bali pernah dikeluhkan warga maupun wisatawan. Pihak hotel pun mengakui banyak wisatawan yang komplin. Kembar akhirnya bersurat ke Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Departemen PU Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, supaya segera turun tangan. Langkah yang ditempuh lurah ini didukung Camat Kutsel, Drs. I Wayan Puja. Menurutnya, langkah yang ditempuh lurah maupun pihak hotel bersurat ke PU sudah tepat. Bahkan pihaknya di kecamatan juga sudah bersurat guna mendukung langkah ini.

www.denpostnews.com

LAPORAN

Abrasi Mengganas, Pedagang Waswas

O L A H R A G A

Gelar Juara Dunia

Lebih DiniPasti Datang

ProfilNama : Sebastien OgierTanggal lahir : 17 Desember 1983 Tempat lahir : Gap, Hautes-AlpesKebangsaan : PrancisCabang olahraga : Balap Mobil (reli)Mobil : VW Polo R WRCTim : Volkswagen MotorsportCo-driver : Julien Ingrassia

Gelar juara (FIA) : JWRC Champion 2008Debut WRC : Meksiko 2008Juara seri WRC : 12

Kalender reli duniaSeri Tanggal PemenangReli Monte-Carlo 15 - 20 Januari Sebastien LoebReli Swedia 07 - 10 Februari Sebastien OgierReli Meksiko 07 - 10 Maret Sebastien OgierReli Portugal 11 - 14 April Sebastien OgierReli Argentina 01 - 04 Mei Sebastien LoebReli Acropolis 31 Mei - 02 Juni Jari-Matti LatvalaReli Italia 20 - 22 Juni Sebastien OgierReli Finlandia 01 - 03 Agustus Sebastien OgierReli Jerman 22 - 25 Agustus Dani SoroReli Australia 12 - 15 September Sebastien OgierReli Prancis 03 - 06 Oktober -Reli Spanyol 24 - 27 Oktober -Reli Inggris Raya 14 - 17 November -

30 September - 6 Oktober 201342

Gelar juara dunia reli (WRC) kini dalam jangkauan Sebastien Ogier. Pembalap Prancis itu hanya memerlukan beberapa

poin lagi untuk memastikan trofi juara itu setelah hampir satu dekade menjadi milik rekan senegaranya Sebastien Loeb.

Ogier, didampingi co-driver Julien In-grassia, memenangkan seri Australia yang berlangsung pertengahan September lalu. Pembalap tim Volkswagen Motorsport itu musim ini telah enam kali meraih keme-nangan dari 10 seri yang telah diperlom-bakan. Tiga seri terakhir yakni di Prancis, Spanyol, dan Inggris Raya seperti menjadi formalitas belaka bagi Ogier untuk meraih gelar juara dunia.

Pembalap yang mengendarai mobil Polo R WRC menguasai jalannya lomba Reli Australia dengan memenangkan 19 dari total 22 etape yang diperlombakan selama empat hari. Namun, gelar juara dunia ternyata masih belum singgah di-tangannya.

Ini dikarenakan rival utamanya Thierry Neuville dari tim Qatar World Rally

Team di luar dugaan mampu men-capai posisi runner-up. “Kami

hanya bisa memastikan 99 persen,” ujar Ogier yang se-

rasa telah menjadi juara dunia usai berlomba

di trek

berkerikil di Coffs Harbour.Pembalap Finlandia Mikko Hirvonen

dari tim Citroen Total Abu Dhabi World Rally Team di posisi ketiga. Seandainya, Hirvonen tidak mengalami kebocoran ban belakang dan merebut posisi kedua, maka Neuville tak bisa mengejar lagi raihan Ogier di klasemen pembalap dan Ogier langsung mendekap trofi juara.

Selain itu, Neuville juga mendapat poin tambahan di Power Stage terakhir yang membuat Ogier menunda lagi gelar juara dunia, setidaknya hingga Reli Prancis awal Oktober ini.

“Tim melaporkan bahwa saya belum bisa meraih gelar juara dunia karena selisih 1 poin saja karena masalah yang dialami Mikko,” ujar Ogier kepada AFP, usai menyelesaikan rute sejauh 352,36 km di wilayah New South Wales. “Yang terpenting adalah kami menjalani musim ini dengan sempurna. Kami berpikir tak masalah dengan gelar juara itu, tetapi itu tidak berarti lepas dari tangan kami.” Nasib sial dihadapi Hirvonen saat ban belakang mobil Citroen DS-3 kempis di km 29,44 di etape Shipmans. “Saya tidak tahu mengapa. Apa penyebab kempisnya ban ini, saya tidak tahu pasti. Selama lomba, kami terus berada di tengah jalan,” kata pembalap berusia 33 tahun itu seperti dituturkan di situs www.WRC.com.

Keberhasilan menuju tangga tertinggi WRC tak lepas dari kerja kerasnya selama ini. Ogier mengenal dunia balap sejak masih kanak-kanak dan menurunkan bakat bapak yang penggemar berat pembalap Formula 1 Aryton Senna.

Dunia karting ditekuni sejak kecil dan kegilaannya pada lomba balap mobil me-muncak saat Reli Monte Carlo digelar di dekat Gap, tempat kelahirannya.

Pembalap kelahiran 17 Desember 1983 di Gap, Prancis, ini menjalani kursus per-siapan dan asistensi reli sebelum terjun ke balapan kompetitif. Kemenangannya di Rallye Jeunes dan Piala Peugeot 206, melapangkan jalannya menuju WRC. Ia mulai berkolaborasi dengan co-driver Julien Ingrassia dan menda-pat gelar best rookie setelah merebut empat seri di musim berikutnya.

Ia memenangkan Junior World Rally Champions dengan merebut tiga seri. Penampilannya yang me-nanjak drastis pada 2007 itu, men-gantarkannya merebut gelar Espoir Echappement yang sebelumnya

diberikan kepada legenda otomotif Prancis seperti Didier Auriol, Francois Delecour atas Loeb.

Debutnya di WRC terjadi pada 2008 di Reli Meksiko dengan menggunakan mobil Citroen C4 dan ia tergabung di tim Citroen Junior setahun kemudian. Podium pertama di dapat di Reli Yunani

Ia baru meraih juara seri di Portugal setelah mengikuti 10 seri di musim 2009. Setahun kemudian ia pindah ke tim tangguh Citroen Total WRT dan meraih kemenangan di Jepang yang menjadi sukses pertamanya di WRC. Dengan merebut 2 seri dan 4 kali naik podium, Ogier menyelesaikan musim di posisi ke-4 klasemen pembalap.

Tahun 2011 menjadi akhir musimnya di Citroen meski prestasinya menanjak pesat dengan menduduki posisi ke-3 klasemen. Ia memenangi 5 seri dan hanya 2 kali tak bisa menyelesaikan lomba dari total 13 balapan.

Ironinya, saat itu ia ditawari sebagai pembalap permanen Citroen yang men-jadi tim dominan saat itu. Namun, Ogier menolak karena tidak mau terus di bawah bayang-bayang Loeb yang menjadi pem-balap utama tim ini.

Ia tak menilai sikapnya yang menolak tawaran menggiurkan itu sebagai kesia-siaan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Sebaliknya, tantanganlah yang diperlukan untuk membuat dirinya eksis.

Tim Volkswagen Motorsport menjadi pelabuhan berikutnya. Dengan menggu-nakan mobil Skoda Fabia S-2000, Ogier menutup musim dengan menempati pering-kat ke-10 klasemen. Ia tak menyesal karena target utamanya adalah membangun tim VW yang tangguh untuk menyaingi Citroen dn itu terjadi setahun kemudian.

Pada akhir tahun 2012 VW meluncurkan mobil Polo R WRC di Monaco dan Ogier bisa mencium aroma kemenangan sebulan kemudian saat mengawali musim 2013 dengan menempati peringkat ke-2 di seri pembuka Reli Monte Carlo.

Mobil Polo R WRC-nya tampil luar biasa dengan menyapu tiga seri berikutnya berturut-turut: Swedia, Meksiko dan Por-tugal. Setelah memenangkan seri Italia, ia membuat kejutan lagi dengan memenang-kan seri Finlandia.

Ia tak perlu menunggu seri penutup di Wales di seri Inggris Raya November men-datang. Gelar juara dunia itu bisa datang lebih dini.

l YUDI WINANTO

S E N I

Pengalaman

BaruTrisna

Kesibukan Trisna tahun 2013 ini sangat padat. Setelah melun-curkan album Si Sexy bulan Maret dan bermain dalam film

Widya. Jemari Jiwaku Menari bulan Juli, ia juga aktif dalam berbagai show termasuk tampil saat penutupan Porprov Bali 2013 pertengahan September. “Saya juga ambil bagian dalam album religi bersama artis-artis lain dan kini sedang merampungkan single terbaru yang saya rekam di Bandung,” ujar perempuan ber-nama lengkap Ni Putu Sutrisnawati ini.

Ia mengaku memilih Kota Kembang untuk mencari suasana baru sekaligus mencari pengalaman baru. Soal single terbarunya yang berbahasa Indonesia ini, Trisna belum mau membocorkan. Penyanyi yang terkenal berkat lagu Sing Taen Enduk ini ingin memberi kejutan untuk para penggemarnya. Ia hanya mohon doa restu agar single yang akan dilempar ke pasar nasional ini bisa di-terima masyarakat.

Selain sibuk urusan menyanyi dan ber-main film, Trisna juga memiliki beberapa bisnis seperti refleksiologi dan penyewaan kostum. Tetapi, ia bisa mengatur semua kegiatan. “Ada staf yang mengatur antara bisnis dan keartisan dan sudah tercatat dalam agenda,” ujar perempuan kelahiran 11 Maret 1973 ini.

Trisna sempat vakum setelah melun-curkan album Sing Taen Enduk tahun 2006 hingga meluncurkan Si Sexy. Jeda waktu dari tahun 2006 ke 2013 diakuinya cukup lama namun bukan berarti ia me-lepaskan diri dari dunia tarik suara. Trisna kerap tampil di beberapa acara off air.

Saat kegiatan menyanyi tak banyak, Trisna sibuk bermain film. Ia pernah mem-bintangi FTV berjudul Mencari Jodoh buat Sisil dan Pacar Loe Pacar Gue. Sinetron Memedi di Bali TV juga melam-bungkan namanya sebagai artis layar kaca. Ia pernah terlibat dalam film dokumenter

garapan Di-nas Kesehatan Provinsi Bali. Trisna juga terlibat dalam film Jejak Leluhur.

Film Widya. Jemari Jiwaku Menari paling mengesankan bagi Trisna. “Saya berperan sebagai ibu yang memiliki anak tunarungu. Ini berdasarkan kisah nyata yang dialami Widya, tokoh utama dalam film itu. Saya banyak belajar ba-hasa isyarat untuk berkomunikasi dengan Widya,” kenang Trisna.

Selama pembuatan film, Trisna ter-haru melihat perjuangan Widya mela-koni hidupnya. Walaupun memiliki keterbatasan, Widya bisa menunjukkan potensi dirinya. Ia awalnya merasa tidak diperhatikan. Namun, dengan seman-gat untuk menari, bocah manis ini bisa menunjukkan prestasinya. Bahkan selama syuting, Trisna banyak berkomunikasi dengan orangtua kandung Widya untuk mendapatkan gambaran suasana kelu-arga ini.

“Saya benar-benar terharu. Pokoknya berkesan banget. Walau tunarungu, Widya juga cepat belajar soal akting. Kami sering berko-munikasi dari hati ke hati agar akting menjadi alami,” ujar peraih penghargaan penyanyi wanita ter-favorit dan lagu ter-favorit Gita Denpost Award 2007 ini.

Kepada kaum perempuan Bali , Tr i sna berharap agar selalu yang menandakan kera-mahan dan kebaikan wanita Bali baik di

Bali maupun d i lua r Ba l i . “Tetap ulet bekerja dan ikut mendukung keuangan ru-mah tangga dengan cara bekerja,” tegas penyanyi yang bercita-cita untuk go national ini. www.tokoh.co.id

LAPORAN

Penembakan di AS

Mengapa?Terjadi LagiM A N C A N E G A R A

April 2012Seorang pria melakukan penembakan di Universitas Kris-

ten Korea di Oakland, California. Tujuh orang tewas dan tiga orang terluka akibat penembakan ini.

7 Agustus 2011Michael E. Hance, 51 tahun, membunuh pacarnya dan

enam keluarga pacarnya di Copley Township, Summit County, Ohio. Dia melakukan pembunuhan itu menggunakan dua pistol.

10 Maret 2009Pembantaian Jenewa yang terjadi di Jenewa dan Samson,

Alabama, menyebabkan 11 orang tewas. Pelaku bernama Michael McLendon Kenneth, 28 tahun, juga terbunuh dalam kejadian ini. Korban yang tewas adalah anggota keluarganya sendiri.

5 Desember 2007Robert A. Hawkins, 19 tahun, menembak di toko Maur Von

di Mall Westroads di Omaha, Nebraska, dan mengakibatkan 8 orang tewas dan tujuh orang luka-luka. Setelah melakukan penembakan, Hawkins bunuh diri. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan penembakan Mall Westroads.

16 April 2007Cho Seung-Hui, 23 tahun,

seorang sarjana di Vir-

ginia Polytechnic Institute dan State University, menembak 32 temannya di asrama dan ruang kelas di Virginia Tech, di Blacksburg. Akibat peristiwa ini, 25 orang terluka.

21 Maret 2005Jeffrey Weise, mahasiswa berumur 16 tahun, membunuh

kakek dan kekasih kakeknya di rumah. Kemudian, dia mem-bunuh lima teman kuliahnya, guru, dan seorang penjaga keamanan di Universitas Red Lake di Red Lake, Minnesota. Setelah itu, dia bunuh diri. Tujuh teman kuliah lain menga-lami luka-luka.

8 Desember 2004Nathan Gale menembak gitaris Pantera, Darrell Abbott,

tiga kali di kepala saat tampil di pertunjukan. Setelah me-nembak Abbott, ia menembak kepala petugas keamanan, penggemar, dan anggota band lain. Total empat orang tewas dan tujuh luka-luka.

Oktober 2002John Allen Muhammad dan Lee Boyd Malvo menewaskan

10 orang. Serangan ini kemudian dikenal dengan Beltway Sniper. Muhammad dan Malvo kemudian divonis huku-man seumur hidup tanpa ada kemungkinan pembebasan

bersyarat.

20 April 1999Dua murid senior Eric Harris, 18 tahun, dan Dyland

Klebold, 17, menembaki sekolah Menengah Columbine yang berada di pinggiran Kota Denver, sekitar 15 kilometer sebelah barat Aurora. Kejadian ini menewaskan 12 teman sekelasnya, seorang guru, serta 26 siswa lain luka-luka.

Setelah melakukan penembakan itu, keduanya bunuh diri di perpustakaan sekolah.

Berikut ini daftar penembakan terburuk dalam sejarah AS:

Sedikitnya 13 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam insiden penembakan di sebuah markas Angkatan Laut Amerika di Washington DC pertengahan September ini. Seorang penembak

berhasil ditembak mati, namun seorang lainnya hingga kini belum tertangkap.

Wali Kota Washington DC Vincent Gray memastikan bahwa seorang pelaku tewas dalam insiden penembakan di sebuah markas Angkatan Laut Amerika di Navy Yard.

Pelaku diidentifikasi sebagai Aaron Alexis yang be-rasal dari Forth Worth Texas. Aaron Alexis yang berusia 34 tahun tewas dalam tembak menembak dengan aparat keamanan. Vincent Gray menambahkan belum diketahui motif penembakan itu.

Satu pertanyaan yang muncul, mengapa penembakan semacam ini kerap terjadi di negeri Paman Sam tersebut? Salah satu faktor yang mencuat adalah mudahnya orang Amerika memiliki senjata api.

Sudah jadi rahasia umum, warga Amerika punya hubun-gan rindu-dendam dengan senjata api. Bahkan kelompok

konservatif Negeri Paman Sam itu rata-rata bergabung dengan Asosiasi Senapan Nasional (NRA). Membeli sen-jata semudah membeli kacang.

Ada pandangan umum warga harus melindungi dirinya sendiri, jangan bergantung pada penegak hukum. Jurnalis Abby Rogers menyatakan pola pikir ini mempengaruhi cara orang Amerika memperlakukan senjata api. “Di negara ini setiap upaya mengatur penjualan senjata api selalu diang-gap sebagai pembatasan hak warga negara. Masyarakat pun selalu ditakut-takuti dengan ancaman keamanan sehingga minimal mereka membeli semprotan merica,” kata dia.

Bahkan sebuah situs memamerkan keunggulan Colo-rado sebagai negara bagian yang membebaskan warganya membeli granat dari internet. Kondisi nyaris serupa terjadi hampir di seluruh negara bagian Amerika.

Masalah inilah yang harus dipecahkan oleh AS agar hal serupa tidak terjadi lagi dan tentunya negara-negara berkembang seperti Indonesia juga harus belajar dari pengalaman ini.

l GUGIEK SAVINDRA

BP/ap

30 September - 6 Oktober 201348

D A E R A H

Seolah tradisi, nasib petani Tabanan jauh dari kemujuran. Musim padi, hama tikus menghantui. Ketika kemarau, krisis air melanda. Ironisnya, krisis air justru terjadi ketika Bendungan Telaga Tunjung, Desa Timpag, Ker-

ambitan, dibangun. Kecemasan petani memuncak ketika harus berbagi air dengan PDAM.

Diduga, hilangnya pasokan air dipicu aliran ke PDAM. Se-bab, air yang harusnya ke sawah terbagi ke pipa panjang PDAM. “Kami juga heran, ada bendungan, pengairan ke sawah malah ngadat,” keluh tokoh petani, Gusti Subagia. Pengurus HKTI ini menjelaskan, sebelum ada bendungan, pengairan ke sawah tak pernah surut, meski musim kemarau.

Harapannya, bendungan Telaga Tunjung mengobati ke-resahan petani. Idealnya, bendungan bisa mengairi sawah ketika kemarau, bukan sebaliknya. Yang disayangkan, airnya justru dialirkan ke PDAM. Bendungan Telaga Tunjung berop-erasi sekitar 2009. Sejak itu, debit air ke persawahan terus menyusut. “Kalau dahulu selalu melimpah. Meski kemarau tetap ada air. Sekarang, airnya ditahan di bendungan,” keluh Subagia.

Kekurangan air menurunkan hasil panen. Biasanya, satu hek-tar bisa menghasilkan padi hingga 7 ton. Sejak krisis air, panen anjlok hingga 3 ton per hektar. Padahal, biaya tanam padi cukup mahal. Bendungan Telaga Tunjung menggabungkan tiga pintu

air ke sejumlah subak besar. Masing-masing, subak Gadungan, Tangguntiti dan Meliling. Luasnya sekitar 1.200 hektar.

Sepanjang tahun hanya mengandalkan tanaman padi. Mulai tahun ini, petani terpaksa beralih ke jagung. Sebab, pasokan air bendungan tak bisa diandalkan. Curah hujan berkurang, irigasi mengering. “Banyak petani beralih jagung. Padahal, biasanya tanam padi,” kata Subagia. Tanaman jagung sedikit mengobati kegelisahan petani. Sebab, tak membutuhkan banyak air. Lahan jagung banyak tersebar di Subak Tibubiu, Kerambitan.

Mewakili petani, Subagia berharap, bendungan yang berdiri megah bisa menjadi tumpuan petani. Sehingga, jargon lumbung padi bisa bertahan. Menurutnya, hanya air yang menopang kehidupan petani. Kabid Pelayanan PDAM Tabanan Astika Sapanca menjelaskan, penggunaan air bendungan ke PDAM berdasarkan proses perjanjian. “Dari awal memang ada per-janjian dengan masyarakat dan pemerintah, terutama dengan Pemprov Bali,” jelasnya.

Menurutnya, penggunaan air bendungan ini hanya untuk pe-nyediaan air bersih bagi warga Tabanan. Bendungan ini memiliki tiga fungsi yakni irigasi, objek pariwisata dan penyediaan air bersih. Air yang dialirkan ke pipa PDAM, katanya, tak terlalu besar dibandingkan yang tertampung di bendungan.

l budi wiriyanto

Bendungan Telaga Tunjung, Tabanan

mengering.

PDAM Berebut Airdengan Petani Embung Telaga Tunjung

30 September - 6 Oktober 2013 49

Ni Wayan Mungklung, ibu rumah tangga asal Desa Bua-na Giri menangis. Dia tak bisa menahan air mata saat diwawancarai di gubuknya yang terancam tergusur akibat pemilik lahan bakal mengeruk lahannya untuk

galian C. Mungklung tinggal bersama suami dan anak-anaknya di kaki tenggara Gunung Agung, sebagai petani panyakap.

Memang Desa Buana Giri seperti di wilayah Banjar Nangka, Linggasana, Butus dan Bukit Pawon, kaya akan galian C baik batu tabas maupun pasir bekas muntahan Gunung Agung. Namun, warga di pegunungan itu rutin krisis air bersih saat musim kemarau. Bukan karena rumah terancam tergusur yang menyebabkan ibu rumah tangga petani itu menangis. Namun dia sudah lelah dengan pengalaman, dan penderitaan hidup yang serba kekurangan. Terutama karena krisis air. Nasib warga lainnya di sekitar Mungklung juga tak beda jauh, mereka kerap sulit mendapatkan air.

Memang ada embung seperti di Banjar Nangka. Namun air embung yang berkapasitas sekitar 12 ribu M3 itu tak cukup untuk persediaan air warga di Nangka. Air embung juga tak mengalir sampai ke banjar lainnya. Airnya tidak cukup. Kelu-arga Mungklung memang memiliki cubang atau bak penampung air hujan. Namun, bak kecil itu tak cukup untuk persediaan saat musim kemarau.

Saat krisis air, dia harus mencari air sangat jauh. Kalau terdesak tak ada air, dia minta ke tetangga. Mungklung tak sendirian, ribuan warga di Karangasem terutama yang bermukim di pegunungan atau perbukitan tandus, tetap krisis air bersih. Mereka yang mengalami krisis air bersih, seperti warga yang bermukim di banjar-banjar Desa Pempatan dan Besakih, Temu-

kus, Rendang. Warga di Desa Buana Giri dan Jungutan, warga sejumlah desa di Kecamatan Abang dan Kubu, serta di Seraya Timur. Warga di beberapa wilayah di Datah, dalam seminggu ini bahkan silih berganti unjuk rasa. Pemicunya, gara-gara krisis air bersih.

Di lain pihak, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengata-kan, tahun 2015 ditargetkan Karangasem sudah tak kekurangan air bersih. Warga di pegunungan di bantu air dengan air hujan yang ditampung di embung. Sudah ada 12 embung. Sementara warga yang bisa dijangkau dengan aliran pipa air gravitasi, bakal memanfaatkan sumber air dari proyek mata air, seperti air dari Telaga Waja.

Dari penelusuran, memang banyak proyek embung di Karan-gasem bahkan mencapai 12 embung. Proyek pipanisasi mata air baik dari bantuan pusat, pemkab, maupun lewat PNPM, dana bansos, bahkan swadaya masyarakat juga banyak. Namun kenyataannya masih banyak warga krisis air bersih. Dari 12 embung dengan kapasitas atau volune 6.000 M3 sampai 19.000 M3, dua di antaranya dari dana Pemprov Bali, ternyata muba-zir. Embung di Ban, kata pihak desa serta anggota DPRD asal desa setempat I Gede Tamu Sugiantara dan Wakil Ketua DPRD Karangasem Nyoman Karya Kartika, juga mubazir. Airnya juga tak bisa dikonsumsi penduduk. Soalnya air berwarna hijau. Ketua Komsii B DPRD Karangasem Nyoman Oka Antara, berulangkali mengatakan proyek embung yang nilainya masing-masing Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar mubazir. Ada lapisan geomembrannya robek, sampah masuk ke embung. Pipanisasi embung juga bermasalah.

l budana

Kaya Embung,

Miskin AirWarga Bukit Saab di desa tandus Da-tah, Karangasem,

mengambil air dari bantuan Dinas

Sosial.

Di Kabupaten Jembrana tepatnya di Kecamatan Melaya memiliki dua bendungan yang berfungsi mengairi ribuan hektar sawah, salah satunya Bend-ungan Palasari. Namun setiap musim kemarau, air

Bendungan Palasari selalu menyusut. Bahkan bendungan yang diresmikan Presiden Soeharto tahun 1989 itu kini sudah jauh dari harapan. Selain jarangnya hujan, air bendungan makin sedikit akibat sumber air berkurang. Kondisi ini mengakibatkan sejumlah petani yang menggantungkan pengairan sawah dari sumber air itu tidak bisa lagi mengandalkan bendungan seperti dulu. Petani pun galau, mau menanam sulit air.

Sejak 10 tahun terakhir ini debit air terus mengecil, apalagi di tengah musim kemarau. Menurut warga sekitar berkurangnya debit air ini karena sumber air yang ada dibagi. Hulu air bendungan dari Tukad Sangyang Gede itu beberapa tahun lalu juga digunakan untuk kabupaten lain. Sehingga air yang sebenarnya bisa semuanya masuk di sana kini sudah tidak sebanyak dulu lagi.

Kondisi tak beda jauh dialami Bendungan Benel yang baru beroperasi pada tahun 2010. Bendungan yang berada di Desa Manistutu ini mengairi 1.047 hektar sawah di bawahnya. Tetapi saat musim kemarau, airnya juga menyusut. Bendungan ini lebih dominan mengandalkan hujan. “Saat kemarau, bendungan banyak yang menyusut karena pintu air dibuka atas permintaan subak,” terang Kabid Sumber Daya Air, Dinas PU Jembrana Wayan Darwin.

Diakuinya untuk di Palasari memang debit air lebih kecil

dari 10 tahun lalu karena faktor sumber air yang dibagi. Tetapi bendungan tetap saja terisi air walaupun tidak sampai penuh dan pintu air bisa dibuka. Bendungan Palasari itu untuk mengairi ribuan hektar sawah di Melaya dan sekitarnya dan yang memi-liki kewenangan adalah Balai. Pihaknya juga tak memungkiri beberapa bendungan di wilayah timur Jembrana juga sudah tidak maksimal berfungsi. Seperti yang terjadi di Bendungan Semanggong, Desa Pohsanten.

Hal itu dikarenakan faktor manusia yang melakukan penam-bangan material di sungai. Sehingga secara tidak langsung, material sisa penambangan terhambat di bibir bendungan. “Dari hulu ke hilir sebetulnya saling berkaitan, kalau sudah jalur sungai diusik atau diganggu akan berdampak, apakah itu erosi, air tidak mengalir dan lainnya,” terangnya.

Bisa saja solusi mengeruk endapan tanah di bendungan itu. Tetapi hal itu tetap akan sia-sia apabila aktivitas penambangan terus dilakukan. Bendungan tidak lagi berfungsi menahan air, karena sudah tidak ada lagi cekungan. Selain itu, keringnya bendungan karena faktor musim kemarau. Sebagian besar bendungan di wilayah Negara dan Mendoyo mengandalkan air dari curah hujan. Kewenangan untuk bendungan menurutnya juga dibagi. Seperti bendungan yang mencakup ribuan hektar sawah kewenangan ada di Pusat melalui Balai. Sedangkan PU menangani sejumlah embung yang lain.

l surya dharma

Bendungan Palasari ”Jauhi” Petani

30 September - 6 Oktober 201350

Palasari - Air Bendungan Palasari yang terus menyusut

sepanjang tahun.

05 | 30 September - 6 Oktober 2013

RP 20.000

Bali Post