majalah bali post edisi 3

52
03 | 9 - 22 September 2013 RP 20.000

Upload: e-paper-kmb

Post on 22-Mar-2016

260 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Bali Post Edisi 3

03 | 9 - 22 September 2013

RP 20.000

Page 2: Majalah Bali Post Edisi 3
Page 3: Majalah Bali Post Edisi 3

3

Page 4: Majalah Bali Post Edisi 3

4

Ironi BaleOLAH RAGA 42

9 - 22 September 20134

D A F T A R I S I

LAPORAN UTAMA Krisis Air 7 Bukan Untung tetapi Buntung 8 Menangkan yang Kalah Ngundang Masalah 9TOKOH Tak Adil 10OPINI Hukum “diperdagangkan“ 13TRADISI Jegog Bertahan dari Pentas 14 Nasib Sekaa Tak Senyaring Suara Jegog 16 Sang Pelaras Nada 17LINGKUNGAN Tambang Baru 19POLITIK Oposisi Sebatas Status 20GAYA HIDUP Spirit of Kebaya 22

EVENT Miss World 2013 24LINGKUNGAN Aroma Tak Sedap Pengelolaan TPA Suwung 26PENDIDIKAN Guru Rebutan Jam Mengajar Berpeluang Timbulkan Kecurangan? 28 Les Tambahan Akal-akalan Guru “Membengkakkan” Kocek? 29KILAS PERISTIWA Pencuri Pratima Gentayangan 31KESEHATAN Senam Hamil “Yopytta” Bantu Ibu Memudahkan Persalinan 32JAJAK PENDAPAT Tersangka Dibiarkan Bebas 34EKONOMI Miss World 2013 Bali Dapat Apa 36

KRIMINAL Bisnis Seks di Jembana antara Ekonomi dan Sanksi Hukum 39 Pemkab Bentuk Perda “Human Trafficking” 40OLAHRAGA Memburu Tiket Pertama Piala Dunia 2014 44 Made Manalika Kecelakaan Maut Membuatnya Gantung Sepatu 45MANCANEGARA Jepang Kembali Alami Bencana Radiasi 46DAERAH RPH Bikin Gerah 48 Paksa Jagal ke RPH 49 RPU Mubazir di Lahan Warga 50

Petak UmpetSOROT 11

Dikepung AbrasiLINGKUNGAN 18

KILAS PERISTIWA 30

Dari Simulator SIM Menuju Penjara

Page 5: Majalah Bali Post Edisi 3

Menginjak tahun 2013, Bali sudah menerima cobaan-cobaan hidup. Sebagai pela-jaran, agar bisa menerima jagat modern. Yang salah benar, yang benar salah. Ini

cobaan untuk menjadikan Bali yang ajeg. Untuk itu, pemimpin-pemimpin di Bali, baik di kabupaten/kota, provinsi, kami mohon agar mulat sarira, introspeksi atas kepemimpi-nannya yang telah diberikan oleh rakyat. Salah satunya, agar membuat kebijakan yang pro-rakyat. Selain itu, agar menerima aspirasi rakyat. Jika ada pemimpinnya yang di-laporkan ke masalah hukum oleh rakyatnya sendiri, itu adalah ciri-ciri kewibawaan akan runtuh, kepercayaan rakyat menghilang. Aturan-aturan akan luntur, undang-undang akan mengambang. Maka karma pala pun akan datang, kutukan-kutukan pun menumpuk.

Seperti reklamasi Teluk Benoa. Saya tidak mengerti, sebagai rakyat bawah jika pengurugan Teluk Benoa berlanjut, tidakkah akan mengundang kemarahan rakyat Bali? Tidak satu pun krama Bali mendukung reklamasi Teluk Benoa. Di sini sebenarnya para pemimpin harus berpikir tentang keadaan Bali Selatan, yang sudah dikuasai oleh pemilik-pemilik modal. Sehingga Bali tidak green lagi. Sekarang kita hanya mengan-dalkan dan memelihara hutan mangrove agar bisa mewujudkan Bali Clean and Green. Wajar sekali krama Bali mempertahankan Teluk Benoa dan hutan mangrove, yang mau diurug oleh investor dengan jumlah cukup luas.

Bali jangan disamakan dengan daerah-daerah lain. Bali penuh dengan tempat-tempat suci, yang diperjuangkan oleh pejuang-pejuang kita dengan korban jiwa cukup banyak. Saya hanya bisa pasrah menyerahkan masalah ini kepada Hyang Widhi Wasa untuk keadilan-Nya.

Mangku Ketut RestaJl. Wirayuda, Gg. Rama/2

Lingk. Peken Benoa, Kec. Kuta Selatan

9 - 22 September 2013 5

D A R I P E M B A C A

PerintisK Nadha

Pemimpin UmumABG Satria Naradha

Pemimpin Redaksi/Penanggung JawabWirata

Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab Alit Purnata

Sekretaris RedaksiSugiarthaRedaksi

Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry,Dira Arsana,Mawa, Sri Hartini, Suana, Sueca, Yudi WinantoAnggota Redaksi Denpasar

Giriana Saputra, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subrata, Sumatika, Asmara Putra, Diah

Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Dedy Sumartana, Parwata.

Bangli: Ida Ayu Swasrina, Buleleng: Adnyana, Gianyar: Agung Dharmada, Karangasem: Budana,

Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma

JakartaNikson, Hardianto, Ade Irawan

NTBAgus Talino, Syamsudin Karim,

Izzul Khairi, Raka Akriyani

SurabayaBambang Wiliarto

Kantor Redaksi

Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon : (0361)225764,

Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001.

Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602,

Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara

Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257 Manajer Iklan: Suryanta,

Manajer Sirkulasi: Budiarta, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A,

Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00,

Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515.

Anggota SPS-SGP, Penerbit

PT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an

Pt.Bali Post.Dicetak di Percetakan BP

Bali Dijajah Secara Halus

Rebutan Jam Mengajar

Guna memenuhi ketentuan 24 jam mengajar/minggu di sekolah dengan jam-jam pelajaran sangat terbatas, di pihak lain gurunya berlebihan, sering memunculkan

permasalahan. Di beberapa sekolah terkadang sampai macongkrah (berkelahi) antar sesama guru, konon malah ada yang sampai mapuwik-puwikan (tak menyapa satu sama lain) lantaran rebutan jam mengajar. Solusi sementara yang mereka tempuh yaitu dengan melirik sekolah-sekolah lain (biasanya sekolah swasta) guna mendapatkan jam mengajar tambahan sehingga mencukupi 24 jam/minggu, sebagai syarat dibayarnya tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok.

Ketika mereka nyambi ke sekolah lain jelas tak penuh waktu berada di sekolahnya sendiri. Itu berarti, beberapa tugas dan kewajibannya terabaikan. Misalnya, ketika siswa memerlukan bapak/ibu guru bersangkutan, terpaksa siswa tersebut gigit jari karena si guru sedang mengajar di sekolah lain. Guru yang mengajar di tempat yang jauh seperti dari kota Singaraja mencari jam tambahan ke Pancasari, jelas tenaganya sudah terkuras. Kalau sudah begitu lalu apa yang diharapkan dari mereka ?

Permasalahan yang menonjol dewasa ini di sekolah adalah guru-guru sibuk men-cari jam tambahan, selain itu disibukkan pula oleh tugas-tugas administratif yang tak berkait langsung dengan pembelajaran di kelas. Ujung-ujungnya, perhatian mereka ke aktivitas instruksional (mengajar) jelas semakin melemah dan hal itu berdampak pula pada menurunnya kualitas pembelajaran siswa. Permasalahan tersebut hendaknya menjadi perhatian para wakil rakyat (provinsi, kabupaten/kota), minimal mereka dapat memandangnya sebagai sesuatu yang urgensitasnya tinggi sebanding dengan ketika wakil rakyat itu mengadakan studi banding ke luar daeah.

Romi SudhitaJl. Srikandi, Singaraja

5

Page 6: Majalah Bali Post Edisi 3

6

L A P O R A N U T A M A

Page 7: Majalah Bali Post Edisi 3

7

KrisisAir

Krisis air selalu saja menghantui masyarakat Karangasem. Kon-disi memprihatinkan itu

selalu datang saban tahun. Guna mendapatkan seember air saja memerlukan perjuangan berat, berjalan berkilo-kilo meter menuju mata air. Harapan datangnya air bersih mengucur dekat tempat tinggal penduduk seperti sering dijanjikan para elite, hanya sebuah janji tanpa realisasi. Masyarakat tetap kesulitan air. Bahkan warga Kubu Karangasem sampai menjual ternak sapi mereka guna mampu membeli air bersih untuk keperluan hidup. Entahlah, sampai kapan derita rakyat terbelit krisis air ini akan teratasi.

Page 8: Majalah Bali Post Edisi 3

8

9 - 22 September 20138

L A P O R A N U T A M A

Bukan BuntungTapi Untung

Tak mudah menemui Wayan Arnawa, mantan Kepala PU Karangasem yang kini terseret kasus dugaan korupsi pipanisasi. Hal ini tentu bu-

kan hal yang biasa dilakukan Arnawa. Sebab sebelum mencuatnya kasus itu, ia selalu wel-come dengan wartawan. Informasi tentang bidang tugasnya, juga mudah didapat.

Namun kali ini berubah 180 derajat. Perihal informasi bahwa ia telah ditetapkan sebagai tersangka tak mau dijawabnya. ‘’Saya sudah dipesan oleh penyidik Polda Bali agar tidak usah bicara soal itu (kasus-red) dengan sembarang orang. Saya sudah serahkan se-muanya kepada Bapak Kabid Humas Polda Bali. Sudah dipesan demikian, apa yang disampaikan Pak Kabid Humas beberapa hari lalu, itulah faktanya,’’ katanya, Rabu (4/9).

Arnawa hanya mau menyampaikan soal proses tender proyek pipanisasi untuk Kecamatan Karangasem, Kubu, Abang dan Manggis itu. Proyek itu sudah dikerjakan tahun 2009. Namun karena ada waktu hanya enam bulan, proyek yang dimenangkan PT Adhi Karya itu dengan anggaran Rp 27 miliar tak selesai dikerjakan.

Proyek dari APBD Karangasem dengan dana Rp 29 miliar itu, tidak selesai. Atas kasus itu ia pun sempat dipanggil BPK. Namun, akhirnya direkomendasikan proyek itu dilanjutkan pada 2010. Catatan pihak BPK, jangan sampai anggaran Rp 27 miliar tersebut dihabiskan saat itu.

Karena ada rekomendasi BPK seperti itu, akhirnya dilakukan negosiasi dengan pihak PT Adhi Karya. Akhirnya disepakati proyek itu dilanjutkan tahun 2010 dikerjakan juga oleh PT Adhi Karya, dengan biaya Rp 26 miliar lebih. Sebenarnya dengan nilai itu, justru pemerintah untung, karena PT Adhi Karya mengerjakan dengan anggaran Rp 26 miliar lebih sedikit. Sementara, penawar terdahulu PT Waskita Karya joint opera-

tion (JO) atau KSO dengan PT Putra Karya Perkasa milik saksi I Ketut Budiarsa, S.Km. Dua perusahaan yang KSO itu, saat tender proyek tahun 2009 menawar Rp 26 miliar lebih. Saat itu, penawaran dua perusahaan itu memang lebih rendah dibandingkan yang ditawar PT Adhi Karya.

Lalu kenapa PT Adhi Karya yang dime-nangkan? Kata Arnawa yang kini staf ahli Bupati Karangasem itu, karena dua perusa-haan itu KSO. Sesuai ketentuan, harus jelas kalau KSO pembagian tanggung jawab dan pekerjaannya. Saat itu disampaikan Waskita Karya mengerjakan 55 persen, sementara PT Putra Karya Perkasa (PT PKP) 45 persen. Namun saat itu juga tak jelas apakah PT PKP memenuhi kualifikasi ataukah tidak. ‘’Akhirnya kami putuskan yang mengerja-kan proyek itu PT Adhi Karya. Setelah ada pemeriksaan dari BPK sebenarnya sudah klir, tak ada kerugian. Bahkan, air proyek pipanisasi itu sudah dinikmati masyarakat,’’ paparnya.

Namun, ada laporan dari masyarakat ke Polda Bali per 25 Agustus 2011. Laporan itu ditindaklanjuti Ditreskimsus Polda Bali, di antaranya dengan memanggil saksi Direktur PT Putra Karya Perkasa I Ketut Budiarsa sebagai saksi untuk I Wayan Ar-nawa, yang saat itu selaku Kepala Dinas PU Karangasem. Penyidik juga memanggil saksi Budiarsa pada 27 Januari 2012 untuk didengar keterangannya di depan penyidik sebagai saksi terhadap I Wayan Geredeg selaku Bupati Karangasem.

Bupati Geredeg saat dikonfirmasi beru-langkali di Karangasem, menyampaikan sudah tak ada kerugian negara dalam proyek itu. Sama dengan Arnawa, Bupati Geredeg mengatakan bahwa proyek itu airnya sudah dinikmati warga.

budana

Page 9: Majalah Bali Post Edisi 3

9

9 - 22 September 2013 9

L A P O R A N U T A M A

Awal mula terbongkarnya kasus dugaan korupsi pipanisasi senilai Rp 27 miliar ini berdasarkan adanya laporan ke Polda Bali No : LP-C41/X/2011/Bali/Dit Reskrimsus tertanggal 5 Oktober 2011. Polda Bali men-erima laporan itu dan selanjutnya melakukan lidik di lapangan. Sesuai laporan, penyidik pun mulai mengumpulkan bukti-bukti dan pemeriksaan saksi. Hasilnya, penyidik Dit. Reskrimsus Polda Bali akhirnya menetapkan sejumlah tersangka.

Selain mantan Kadis PU Wayan Arnawa, ada juga beberapa petinggi PT Adi Karya. Penetapan para tersangka itu sudah berlang-sung sejak 2012. Hal itu diakui Kabis Humas Polda Bali Kombes Pol. Drs. Hariadi. Penyidik terus melakukan pendalaman, hingga akhirnya menyentuh Bupati Geredeg. Bahkan, Bupati Geredeg diakui penyidik telah diperiksa. Na-mun, pemeriksaan orang nomor satu di bumi Karangasem itu baru sebagai saksi.

Meski berhembus kabar kalau Bupati Gere-deg telah ditetapkan sebagai tersangka, tapi hal itu dibantah Kombes Pol. Drs. Hariadi. Ia mengatakan Bupati Geredeg telah dipanggil penyidik Dit. Reskrimsus Polda Bali sebagai saksi.

‘’Yang bersangkutan dimintai keterangan untuk kepentingan penyidikan. Pemeriksaan dia (Bupati Geredeg) baru sebatas saksi. Kalau mengenai sudah jadi tersangka dan tahanan kota, itu tidak benar. Dia masih saksi,’’ ucapnya.

Awal kasus ini mencuat ketika ada laporan dari masyarakat ke Polda Bali per 25 Agustus 2011 terkait kasus kerugian negara dalam proyek pipanisasi air bersih untuk empat kecamatan di Karangasem. Laporannya ada kasus penyimpangan tender, dimana rekanan penawar terendah malah dikalahkan dan menunjuk rekanan lain.

Hal ini diakui mantan Kadis PU Karan-

gasem Wayan Arnawa. Kata dia, PT Waskita Karya joint operation (JO) atau KSO dengan PT Putra Karya Perkasa milik saksi I Ketut Budiarsa, S.Km. Dua perusahaan yang KSO itu, saat tender menawar Rp 26 miliar lebih. Saat itu, penawaran dua perusahaan itu memang lebih rendah dibandingkan yang ditawar PT Adhi Karya.

Soal kenapa justeru PT Adhi Karya yang dimenangkan, karena dua perusahaan itu KSO. Sesuai ketentuan, harus jelas kalau KSO pembagian tanggung jawab dan peker-jaannya. Saat itu disampaikan Waskita Karya mengerjakan 55 persen, sementara PT Putra Karya Perkasa (PT PKP) 45 persen. Namun, saat itu juga tak jelas apakah PT PKP me-menuhi kualifikasi ataukah tidak. ‘’Akhirnya kami putuskan yang mengerjakan proyek itu PT Adhi Karya,’’ katanya.

pramanawijaya

Menangkan yang KalahNgundang Masalah

Kasus dugaan korupsi pipanisasi di empat kecamatan di Karangasem dengan menelan biaya miliaran rupiah, telah bergulir sejak 2011. Meski telah menetapkan sejumlah tersangka, namun kasusnya belum juga tuntas. Bahkan, penetapan tersangka tersebut hanya kepada mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Karangasem, I Wayan

Arnawa dan beberapa petinggi PT Adi Karya. Sedangkan Bupati Karangasem I Wayan Gere-deg baru sebatas saksi.

Page 10: Majalah Bali Post Edisi 3

10

Proyek pipanisasi di Karangasem banyak menuai kritik. Puluhan miliar rupiah dana digulirkan, namun masih saja terdengar jeritan krisis air bersih. Sebab banyak proyek air bersih tak bisa dimanfaatkan secara optimal.

Bahkan ada yang tidak bisa dimanfaatkan sejak proyek itu dires-mikan. Akibatnya muncullah dugaan penyimpangan. Maraknya dugaan korupsi di ujung timur Pulau Bali itu, membuat Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana gerah. Ia pun me-ngakui perlu dukungan semua pihak untuk memberantas korupsi di Karan-gasem. Ia juga berharap ada LSM yang ikut membantu mencari bukti terkait dugaan korupsi. Lalu bagaimana dengan fungsi DPRD yang seharusnya mengontrol pihak eksekutif?

9 - 22 September 201310

T O K O H

Saat diskusi di Radio SWiB akhir pekan lalu, Gede Dana me-ngakui bahwa terjadi anomali di masyarakat. Di satu sisi banyak masyarakat miskin, dan di sisi lain korupsi malah makin marak dan berpotensi memiskinkan masyarakat.

Bayangkan, masyarakat miskin yang ada di pegunungan harus mengeluarkan uang Rp 5. 000 per meter kubik air. Sementara masyarakat di perkotaan hanya mengeluarkan Rp 1.500 per me-ter kubik. Kondisi ini tentu tidak adil. ‘’Bayangkan mereka yang miskin harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan airnya dari para pejabat, pengusaha yang ada di kota,’’ terang Dana prihatin.

Atas kondisi itu pun akhirnya leg-islatif mensuport agar eksekutif mem-bangun jaringan air bersih melalui ‘’proyek pipanisasi’’ yang menyasar

daerah tandus yang sering mengalami krisis air. Demikian pula proyek-proyek yang diyakini mengangkat ekonomi masyarakat juga terus didorong. Seperti pembangunan TPI dan pelabuhan kapal pesiar.

Rupanya program tersebut gayung bersambut. Tak hanya APBD, pemer-intah pusat melalui APBN pun meng-gelontorkan dana puluhan miliar rupiah. Harapannya tentu agar Karangasem bebas dari KK miskin.

Namun apa hasilnya? Ternyata pro-gram pipanisasi itu banyak ‘’bocornya’’ . Demikian pula pembangunan TPI mangkrak se-perti yang diakui Bu-pati Wayan Geredeg. Artinya banyak proyek yang belum bermanfaat bagi masyarakat. Ia pun mendesak aparat turun ke Karangasem untuk menyelidiki dugaan korupsi atas proyek tersebut. Tak

hanya mengawasi pengerjaan proyek, juga dalam perencanaan dan penentuan pemenang tender. Sebab ada indikasi, penyelewengan (KKN) tersebut terjadi sejak perencanaan. ‘’Dewan sudah me-nyampaikan rekomendasi terkait LKPJ tiap tahunnya. Kalau saja rekomendasi Dewan dijalankan, saya kira korupsi bisa dikurangi,’’ katanya.

Selain itu Gede Dana mengatakan hendaknya dijadikan catatan bagi ekse-kutif yang memilih atau memenangkan rekanan yang mengerjakan proyek besar. Jangan sampai terjadi lagi rekanan ting-kat pertama malah dikalahkan dengan peringkat yang di bawahnya. Apalagi setelah dimenangkan, ternyata rekanan tersebut bermasalah. ‘’Ini yang tak boleh terjadi lagi,’’ tegasnya.

budana

Tak Adil

Gede Dana

Page 11: Majalah Bali Post Edisi 3

11

9 - 22 September 2013 11

S O R O T

Penanganan kasus korupsi pipanisasi air bersih di Karangasem, tak menganut falsafah air; mengalir apa adanya. Namun, penanganannya berkelok-kelok, naik-turun seperti pipa melewati tanah yang

berbatu; kadang muncul kadang tenggelam. Bahkan terkesan main petak-umpet.

Namun setelah terpendam hampir dua tahun, akhirnya kasus itu pun mulai terungkap. Penyidik Direktorat Reskrim-sus Polda Bali telah memeriksa Bupati Karangasem I Wayan Geredeg. Ia diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi pipanisasi di empat kecamatan. Pemeriksaan itu dibenarkan Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Drs. Hariadi, pekan lalu.

Pemeriksaan terhadap orang nomor satu di Karangasem itu baru sekali dilakukan. ‘’Ya, yang bersangkutan sudah diperiksa. Pemeriksaan itu dilakukan untuk didengar keteran-gannya demi kepentingan penyelidikan,’’ jelasnya.

Di balik pemeriksaan Geredeg tersebut, berkembang berbagai rumor. Bahkan seorang penyidik di Polda Bali mengatakan bahwa Geredeg bersama seorang stafnya telah ditetapkan sebagai tersangka. Rumor itu pun meluas. Bahkan sejumlah pegawai di Karangasem juga mengaku mendengar hal tersebut.

Lalu apa kata Kombes. Pol. Drs. Hariadi? Ia pun den-gan tegas membantah. ‘’Pak Geredeg masih sebagai saksi. Kasusnya masih mengalir,’’kata mantan Direktur Lantas Polda Sulteng ini.

Bupati Karangasem I Wayan Geredeg pun mengakui pernah dipanggil aparat Polda Bali terkait proyek pipanisasi di empat kecamatan. Nilai proyeknya sebesar Rp 29 miliar. ‘’Pernah dipanggil sekali,’’ tegasnya singkat.

Ia menyatakan proyek tersebut telah clear. Pada laporan BPK, kata Geredeg, proyek tersebut ditemukan ada kerugian Rp 15 juta karena ada sejumlah pipa tidak tertatam dalam tanah. Kerugian itu pun telah dikembalikan. Jadi tidak ada kerugian negara dalam proyek tersebut.

Terkait adanya rumor bahwa ia telah ditetapkan sebagai tersangka, Geredeg membantah. ‘’Tidak. Saya dipanggil sebagai saksi. Itu pun baru sekali,’’ tegasnya.

budana

Petak Umpet

I Wayan Geredeg

Page 12: Majalah Bali Post Edisi 3

Agustus 201312

K A R I K A T U R

Page 13: Majalah Bali Post Edisi 3

9 - 22 September 2013 13

Dalam hubungan de-ngan masyarakat, masalah-masalah menyangkut perkara

hukum bisa dilacak dari pen-guasaan pengetahuan dan kultur. Pada titik ini, persoalannya terletak pada ketidaktahuan masyarakat tentang bagaimana hukum itu dan seberapa jauh hukum positif itu diketahui oleh masyarakat umum di In-donesia.

Tidak t e r l a lu banyak masyarakat yang memahami bagaimana produk dan praktik hukum positif yang ada di Indo-nesia. Keadaan ini sangat berkait dengan budaya sosial yang ada. Budaya intelek Indonesia tidak terlalu berkembang. Ketika ada persoalan hukum yang menyangkut masalah mikro masyarakat tidak mau mengkajinya dengan baik, mengembangkannya dan juga mencatatnya. Katakanlah masalah warisan yang selalu membikin ribut. Padahal, sudah banyak tulisan, peristiwa tentang sengketa warisan, tetapi masyarakat tetap tidak bersedia mempelajari dan mendiskusikannya. Ini adalah persoalan budaya belajar dan mengembangkan serta mengkritisi sebuah peristiwa yang mempunyai aras pengetahuan.

Budaya ‘ampuh’ Indonesia yang tepa selira, bahkan musyawarah mufakat justru tidak jarang membungkam persoalan-persoalan hukum yang ada di tengah masyarakat. Proyeksi dari tepa selira ini bisa dalam bentuk kebijaksanaan. Akibatnya, ada kalimat demikian, ‘’peraturannya memang seperti itu, tetapi kebijaksanaannya akan lain, tergantung dari pimpinan’’. Di sini pemimpin memegang peranan penting, pada tingkat apa pun pimpinan itu.

Dalam konteks pengetahuan, pola-pola itu menjadi percontohan dan pada akhirnya apa makna hukum, norma ketertiban di masyarakat itu tidak mampu dipahami oleh masyarakat dengan baik. Bahkan fungsi dan makna norma itu pun tidak mampu dicerna dengan baik. Dengan demikian, masalah elitisitas hukum serta budaya sosial tersebut mem-berikan andil signifikan terhadap bagaimana perkembangan hukum dan kemudian ketertiban di masyarakat. Jika ingin mengubah hal seperti ini, maka memerlukan langkah besar dengan kesabaran yang cukup tinggi. Tetapi perbaikan-perbaikan harus dilakukan secara kontinu, tidak boleh berhenti.

Hubungan fenomena di atas dengan ketidakadilan sosial yang ada di masyarakat, hukum seringkali menimbulkan ketidakadilan, diperda-gangkan, tebang pilih atau malah tidak diproses. Contoh kasus teranyar adalah soal reklamasi Teluk Benoa. SK izin reklamasi yang dikeluarkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika banyak melanggar aturan hukum di dalamnya.

Menyikapi aspirasi penolakan masyarakat soal SK reklamasi, sejumlah guru besar dan dosen Fakultas Hukum Unud, Selasa (13/8)

lalu di kampus Fakultas Hukum Unud Denpasar, mengeluarkan hasil kajiannya. Di antaranya menyimpulkan, dari aspek dasar hukum, SK tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Presiden RI No 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita (Pasal 55). SK belum merujuk Perpres RI No 122 Tahun 2012 tanggal 5 Desember 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. SK tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Balii No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029, Pasal 45 ayat (5).

Namun, reklamasi tetap ingin dilanjutkan melalui SK baru yang substansinya sama dengan SK lama yang memberikan izin kepada PT TWBI untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan wilayah perairan Teluk Benoa.

Power jelas ikut berpengaruh kedalam masalah hukum. Power di sini bisa dikatakan sebagai kekuatan pemerintah. Di sisi power ada kekua-tan kapital besar yang mampu ‘membiayai’ lahirnya sebuah kebijakan, mengubah, atau mempermainkan pasal-pasal untuk keuntungan pihak-pihak tertentu. Sekarang ini masyarakat melihat praktik-praktik hukum demikian secara gamblang.

Dalam konteks sosial, berpulang lagi kepada ranah pengetahuan dan elitisitas pemahaman hukum tersebut. Bagaimanapun, penerapan dan praktik hukum dan norma itu memerlukan berbagai penafsiran. Pasal-pasal yang ada di dalam peraturan itu adalah bahasa yang mempunyai banyak penafsiran sebelum dia diputuskan atau penafsiran dalam proses pemutusan perkaranya. Hanya orang yang memiliki pengetahuan hukum tinggilah yang akan mampu membawa ranah penafsiran itu sehingga menjadi keputusan yang logis. Inilah yang sering kali berbiaya mahal. Dengan konteks demikian maka terlihatlah kemudian aspek tebang pilih ini.

Seorang jutawan atau milioner akan mampu ‘membeli’ penafsiran hukum yang dapat menguntungkannya. Jika pengetahuan seperti itu diketahui oleh lebih banyak masyarakat, tidak perlu masyarakat me-nyewa pengacara mahal-mahal karena diri mereka mampu mendapatkan keadilan bagi dirinya.

Pembenahan hukum kita perlu waktu panjang, sepanjang masih ada pihak-pihak atau oknum-oknum yang suka ‘memperdagangkan’ hukum.

O P I N I

Hukum”Diperdagangkan”

GPB Suka Arjawa

Dalam konteks pengetahuan, pola-pola itu menjadi per-

contohan dan pada akhirnya apa makna hukum, norma

ketertiban di masyarakat itu tidak mampu dipahami oleh masyarakat dengan baik.

Page 14: Majalah Bali Post Edisi 3

JEGOG - Jegog, kerawitan khas Kabupaten Jem-brana ini memiliki karakter sendiri. Alat musik ini cukup adaftif untuk dikolaborasikan dengan alat musik yang lain.

T R A D I S I

Jegog Bertahan

Page 15: Majalah Bali Post Edisi 3

9 - 22 September 2013 15

Jegog sudah sangat identik dengan Jembrana, kabupaten yang juga terkenal dengan kesenian Makepung-nya. Hampir setiap desa di wilayah ini memiliki seperangkat gamelan Jegog. Alat musik tradisional dari bambu ini muncul dan berkembang pada masa

penjajahan. Gambelan dengan ukuran serba besar ini tampil gagah, berkarakter dan memiliki suara yang menggelegar, mencerminkan ge-jolak dan semangat menggelora masyarakatnya. Kapan Jegog muncul di Jembrana? Bagaimana perkembangannya saat ini? Sejumlah literatur menyebutkan, Jegog muncul sekitar tahun 1912 di Dusun Sebual, Desa Dangin Tukadaya, Jembrana. Tokoh Jegog yang terkenal saat itu adalah

Kiang Geliduh. Awalnya alat musik ini dipakai sarana untuk memanggil masyarakat untuk berkumpul dan bergotong royong.

Lambat laun, Jegog bergeser menjadi perangkat gambelan. Bah-kan, kini instrumen itu dipakai untuk mengiringi seni pertunjukan dan hiburan. Istimewa, gambelan yang terbuat dari bambu petung ini memiliki karakter suara yang khas, dan dapat beradaptasi dengan musik apa pun. Pascamemasuki kejayaan pada tahun 90-an, hampir di tiap desa di Jembrana -- kecuali wilayah Kecamatan Pekutatan, mudah ditemui sekeha-sekeha Jegog. Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jembrana menunjukkan, pada tahun 2012 sedikitnya ada 100 sekeha

Jegog di Jembrana. Tetapi dari jumlah itu, hanya 76 sekeha yang masih aktif. Artinya, mereka masih bisa bertahan hidup dari pentas ke pentas. Jegog, dari masa ke masa, mengalami perkembangan.

Ketika muncul ditahun 1920-an hingga 1940, Jegog masih kental dengan pakem-pakem lama. Bahkan, pada masa 1960-an, Jegog sempat menjadi corong kampanye politik saat itu. Kemudian pada era 1980-an, Jegog mengalami perkembangan tabuh yang cukup pesat. Tabuhnya mengikuti gending-gending yang berkembang saat itu seperti Gong Kebyar dan Pendet. Era tahun 1990-an muncul kreasi dengan sentuhan kreatif reportoar serta tarian, dan itu berlanjut hingga saat ini. Jegog pun menarik dikolaborasikan dengan musik lain seperti world music dan jazz.

“Jegog sifatnya lebih ke komersial. Sekeha Jegog hidup dari pentas ke pentas, dan menda-pat bayaran. Kalau tidak ada pentas, mereka tak ada biaya dan lambat laun sekeha-nya bisa mati suri,” tandas Kepala Seksi Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jembrana I Putu N. Sutardi. Kata dia, pemerintah Kabupaten Jembrana memberikan perhatian penuh untuk mempertah-ankan seni khas Jembrana ini. Seperti dengan memberi peluang pentas dan mengikutsertakan sekeha dalam berbagai event di Jembrana hingga bantuan uang untuk membeli bambu.

“Tahun ini tiap sekeha dibantu Rp 2 juta. Kita menyadari kesenian ini hidup dari pentas, karena itu kita bukapeluang agar mereka bisa pentas,” tambah Sutardi yang juga berkecim-pung dalam seni Jegog. Diakuinya, memang ada beberapa sekaha yang terpuruk, karena sepi pementasan. Walaupun ada pentas pun, sejatinya bayaran mereka jauh dari apa yang mereka harapkan. Peralatan gamelan Jegog cukup besar, dan relatif susah diangkut. Belum lagi saat mebarung (beradu), gambelan dari bambu itu sangat riskan pecah dan rusak.

Tetapi, karena atas dasar kesenangan, para sekeha pun tetap berupaya melestarikan Jegog dan tampil maksimal. Lebih-lebih hingga saat ini antusias masyarakat pada kesenian ini masih cukup besar.

i.b. surya dharma

Page 16: Majalah Bali Post Edisi 3

9 - 22 September 201316

Nasib sekaa Jegog di Jembrana rupanya tak senyaring suara yang dihasilkan alat musik bambu itu. Pascabom Bali tahun 2002, banyak sekaa Jegog di Jembrana yang terpuruk, kar-ena minimnya pentas ke luar daerah dan ketiadaan biaya.

Sedangkan pentas-pentas di daerah sendiri, upahnya tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Biaya untuk transportasi alat, penabuh serta perawatan gambelan lebih besar daripada bayaran yang diterima. Apalagi saat mabarung (adu suara), banyak perangkat gamelan yang pecah akibat kerasnya pukulan.

I Ketut Daton (51), seniman tabuh Jegog asal Desa Kaliakah, juga merasakan keterpurukan yang dialami sekaa Jegog seperti itu. Ter-masuk sekaa Jegog-nya yakni ‘’Tunggak Wareng’’. Sekeha ini sudah dua tahun tidak aktif karena terbentur pembiayaan. Kini sekaa-nya itu bertahan dari gamelan tingklik yang lebih sederhana dan mudah dibawa.

Daton merupakan generasi kedua dari Kiang Loko yang pada masanya bersama Kiang Geleduh menciptakan sejumlah lagu untuk Jegog, seperti ‘’Guak Ngolol’’ dan ‘’Walanda’’. Lagu-lagu itu masih kerap dimainkan dalam setiap pementasan Jegog.

Sekaa Jegog Tunggak Wareng mulai tak aktif kar-e n a b a n y a k

gamelan yangpecah, karena digunakan saat mabarung antardesa. Karena banyak

bilah gamelannya yang pecah, kini tinggal tersisa wadah-nya saja. Sedangkan bilah gamelan dari bambu itu hampir semuanya hancur. “Seperangkat gambelan Jegog utuh, harganya paling sedikit sekitar Rp 50 juta. Sedangkan upah sekali pentas, kalau dibagi per anggota hanya Rp 30 ribu. Itu pun terkadang sampai tengah malam. Tetapi itu semua karena atas dasar demen (senang) menabuh,” ujar pria yang pernah menerima piagam dari Bupati Jembrana I.B. Indugosa ini.

Selain itu, kata dia, bahan pembuatan Jegog berupa tiing (bambu) yang berukuran besar susah diperoleh di Jembrana saat ini. Tiing petung untuk pembuatan Jegog itu hanya masih tersedia di Tabanan, itu pun kualitasnya tidak sekuat bambu dulu.

“Kalau bambu jajang atau santang (lebih kecil) untuk suwir, kantil dan barangan, masih bisa kita cari di sini. Kalau yang di Jegog (pal-ing belakang) tidak bisa lagi, hanya di Tabanan,” ujarnya. Satu alasan yang membuat dirinya hingga kini masih setia menggeluti tabuh ini adalah antusias masyarakat Jembrana pada kesenian ini. Sama seperti saat Makepung. Meski beberapa kali tampil sampai ke luar negeri, Daton merasa lebih nyaman dan bergairah di Jembrana. Kendati lihai menabuh, Daton tidak terlalu memahami saat menyetel gamelan. Justru bakat itu menurun pada adiknya, I Gede Tesen (35).

Sekaa Jegog PerempuanDi sisi lain, masih banyak juga sekaa-sekaa Jegog yang masih

bertahan bahkan di antaranya hingga tersohor hingga ke luar negeri. Termasuk sekaa-sekaa jegog wanita dan anak-anak yang masih bisa ditemui di Jembrana. Seperti sekaa Jegog Wanita Ayu Werdhi Swari asal Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo. Sekaa dengan seluruh penabuhnya wanita ini bahkan didaulat tampil saat KTT APEC di Bali, Oktober mendatang. Saking sudah mengakar dan membudaya di Jembrana, hampir di setiap banjar memiliki perangkat Jegog, dan bukan hanya milik para lelaki. Penabuh perempuan juga banyak ditemui dan mereka sudah berlatih sejak anak-anak. Sehingga ketika dewasa mereka sudah mahir memukul gambelan dengan berbagai macam ritme dan irama. Seolah membuktikan bahwa bukan hanya lelaki yang bisa menabuh Jegog. Wanita pun dengan balutan make-up dan kebaya yang feminim, mampu menabuh

bahkan dengan duduk di atas gambelan.

i.b surya dharma

T R A D I S I

Nasib Sekaa Tak Senyaring

Suara Jegog

Page 17: Majalah Bali Post Edisi 3

16 - 31 September 2013 17

Sang Pelaras NadaNama Ketut Dernen tak asing lagi di tel-

inga para seniman Jegog di Jembrana. Pria kelahiran 1956 ini selain piawai menabuh, juga dikenal memiliki ke-

mampuan dalam menyelaraskan nada gamelan Je-gog. Tidak semua seniman memiliki kemampuan seperti yang dimiliki pria yang sudah puluhan tahun menggeluti alat musik dari bambu ini. Bah-kan Dernen mampu menyetel atau menyelaraskan nada Jegog utuh dalam satu oktaf (do-re-mi-fa-sol-la-si-do). Ditemui di rumah tua sederhananya di Pancardawa, Pendem, pria yang sudah puluhan kali pentas ke Jepang itu berpawakan tenang dan terpancar kesabaran. “Sekarang saya lebih banyak kerja kalau panggilan. Saya tidak mematok upah, yang penting (gamelan) jadi dan senang sudah jadi,” katanya.

Penampilannya yang sangat sederhana, tak akan menyangka bahwa pria ini sudah melalang buana dari pentas Jegog. Selain pentas, Dernen mahir menyetel suara gamelan Jegog. Apalagi saat gamelan dibawa di daerah dengan cuaca yang lebih dingin. Sebab nada suara Jegog laz-imnya berubah saat berganti cuaca/iklim. “Sep-erti di Jepang atau Kintamani yang lebih dingin misalnya, sampai di sana ketika Jegog ditabuh,

suaranya pasti berubah,” katanya. Nah, ketika nada suara jegog berubah, lelaki inilah selalu dipercaya oleh sejumlah seniman Jegog tersohor untuk menyetelnya agar selaras lagi. Keahlian ini diperolehnya dari orang tua dan para seniman pembuat Jegog pendahulunya. Atas kemahirannya dan dedikasinya terhadap seni karawitan Jegog, Dernen tahun 2013 menerima penghargaan Satya Laksana Dharma Kusuma dari Provinsi Bali. Kendati saat ini sekaa Teruna Budi Laksana yang dinaunginya masih bertahan dan pentas, Dernen mengaku merasakan ada perbedaan dengan zaman dulu. “Kalau dulu masih negen alat, tidak sepraktis sekarang. Dan hasil pentas (bayaran) tidak dibagi per orang seperti sekarang. Dulu untuk kas dan kebersamaan,” ujarnya. Sebelum transportasi tersedia seperti sekarang, Dernen sempat men-galami masa-masa sulit, harus berjalan kaki ber-sama penabuh lainnya hingga belasan kilometer. Itu pun pentas semalam suntuk dan bayarannya pun semampunya. Tak seimbang dengan upaya yang dilakukan. Ada satu keinginan yang ingin diwujudkan dari seni Jegog ini adalah agar bisa sejajar dengan alat musik modern.

i.b surya dharma

Ketut Dernen

Page 18: Majalah Bali Post Edisi 3

L I N G K U N G A N

Eksplorasi sumber daya alam makin membabi buta dan mengabaikan kaidah kelestarian lingkungan. Kondisi ini membuat abrasi pantai di Bali makin parah. Dari 438,8 kilometer panjang garis pantai di Bali,

102,47 kilometer mengalami abrasi tersebar di 140 titik.Terganggunya keseimbangan alam Bali memperparah

abrasi pantai. Galian C terus dikeruk di daerah aliran sungai pegunungan menuju pantai. Pasir yang dibawa arus sungai ke laut makin menipis. Sementara empasan gelombang pasang terus menghantam pantai. Abrasi meluluhlantakan garis pan-tainya. Terjangan gelombang terus menghantam penyengker Pura Watu Klotok. Benteng spritual Bali terancam ambles. Kini Pura Watu Klotok terus dikepung abrasi.

Para penghuni pesisir resah. Jika tembok penyengker pura jebol, kerugian terbesar dirasakan krama Bali yang kerap tangkil ke Pura Watu Klotok. Tanggul pantai sepanjang 200 meter di luar Pura Watu Klotok hancur diterjang gelombang. Pasca tanggul jebol, warga sekitar Ketut Sudarmini mengakui gelombang pasang kerap menghantam panyengker Pura Watu Klotok. Kini, rangkaian peristiwa itu menyisakan kepedihan nelayan di Pantai Watuklotok. Sejumlah wisatawan yang

sempat datang, urung menikmati keindahan pantai tersebut karena kondisinya serawut dan kotor.

Pemangku Pura Watu Klotok, Klungkung, Jero Mangku Ketut Gubah khawatir kepungan abrasi di Pura Watu Klotok. Jero Mangku Gubah wajar prihatin atas ganasnya gelombang pasang meluluhlantakan tanggul Pantai Klotok di luar jaba pura Januari lalu. Pura Tapang Kembar, tepat sebelah timur lokasi Pura Watu Klotok lenyap. Dia berharap, kasus serupa tidak merembet ke Pura Watu Klotok.

Namun, kekhawatirannya bertambah melihat jarak Pura Watu Klotok dengan bibir pantai makin dekat. Hanya sekitar tujuh meter. Sebelumnya masih sekitar 50 meter. “Gelombang tinggi terus menghantam panyengker pura dari sebelah sela-tan. Jangan sampai Pura Watu Klotok yang menjadi benteng spiritual alam Bali ambles oleh gelombang pasang,”ucapnya penuh harap. Mangku Gubah berharap di sekitar areal Pura Watu Klotok diproteksi lebih kuat dari ancaman gelombang pasang, dengan memasang pondasi batu kali atau solusi lainnya.

bagiarta

Dikepung Abrasi

9 - 22 September 201318

Page 19: Majalah Bali Post Edisi 3

16 - 31 Agustus 2013 19

Habis material galian C di Gunaksa, muncul tambang baru. Batu sikat, kerikil kecil yang bentuknya halus dan meng-kilat. Nyaris sebagian besar rakyat kecil melakoni usaha ini di Pesisir Klungkung. Awalnya, warga pesisir mencari

batu sikat untuk menambah penghasilan. Warga yang melakoni usaha ini bisa dihitung dengan jari. Namun, belakangan jumlah warga yang mencari batu sikat kian banyak. Maklum, orang lain melihat batu sikat sebagai pasar baru.

Seorang pencari batu sikat Ketut Suami (50) menuturkan setiap hari harus rela digulung ombak untuk mencari batu sikat. Suami mesti memilah bersama istrinya agar bisa dijual kepada pengepul. Satu em-ber kecil dijual Rp 11 ribu. Paling banyak sehari bisa mengumpulkan dua ember batu sikat. Ni Ketut Sujani yang masih di bangku SMA ikut mencari batu sikat untuk membantu perekonomian keluarga dan dirinya. Seperti membayar SPP, membeli buku pelajaran dan keperluan sekolah lainnya.

Batu sikat sepertinya tidak akan habis. Setiap hari ada saja kerikil-kerikil kecil yang tergolong batu sikat. Bentuknya halus dan mengkilat. Makin mengkilat warga batunya, makin mahal harganya. Seorang penjual batu sikat di Pantai Klotok, Ketut Suwandra mengatakan,

batu sikat kualitas bagus, bisa dijual Rp 70 ribu per karung kecil, isi empat ember kecil batu sikat. Sedangkan kualitas biasa, bisa dijual Rp 15 ribu. Biasanya, batu sikat digunakan sebagai bahan lantai rumah dan pot punga.

Suwandra mengaku, kebutuhan batu sikat makin meningkat sejalan menggeliatnya pembuatan kerajinan. Hal ini nampak di tempatnya usa-hanya. Ratusan karung batu sikat menumpuk bersama batu sikat yang belum dikemas. Hal serupa nampak di sejumlah pantai di Klungkung. Ratusan kemasan batu sikat menumpuk di pinggiran pantai. Para pen-jual batu sikat ini terkadang emosi jika didatangi wartawan. Maklum, mereka takut usahanya ditutup lantaran tidak berizin.

Kepala Kantor Perizinan Pemkab Klungkung, Putu Suartha. mem-benarkan usaha batu sikat masih baru. Namun semuanya mesti berizin. “Semua usaha harus ada izin, apalagi yang berdampak terhadap ling-kungan,” tegasnya.

bagiarta

Tambang Baru

Page 20: Majalah Bali Post Edisi 3

9 - 22 September 201320

Oposisi istilah ini kerap kali dijadi-kan tameng oleh parpol yang gagal mencapai kekuasaan. Oposisi kerap menjadikan isu

kepentingan rakyat seba-gai tameng. Dengan dalih menjadi parpol kritis dan membela kepentingan pub-lik, sering kali penjabaran oposisi salah langkah. Opo-sisi diterjemahkan sekedar berbeda dengan kekuasaan dan asal protes. Lalu sejauh mana efektivitas oposisi dalam kepentingan politik nasional dan daerah?

Pengamat politik Dr. Luh Riniti Rahayu, M.Si. mengatakan, efektivitas partai oposisi dalam pemer-intahan saat ini tergolong mandul. Kinerjanya tak benar-benar efektif dan ser-ing salah strategi.

Ia menuding banyak elite politik yang masih salah kaprah mengelola oposisi. Padahal oposisi sangat tergantung pada komitmen parpol dan kadernya. Jika oposisi di-arahkan pada kepentingan-kepentingan strategis hanya untuk pencitraan parpol, oposisi akan tak efektif. Oposisi hanya akan menjadi status dan akan mandul. Terlebih jika spiritnya hanya protes tanpa melihat masalah secara objektif.

‘’Oposisi akan efektif jika elite partai dan kader partai politik benar-benar berorientasi ke-pada kepentingan publik. Oposisi jangan dimaknai sebagai pencitraan partai,’’ ujarnya.

Dalam konteks ini, kata dia, posisi PDI-P dalam lima tahun ke depan di akan sangat tergan-tung pada kecerdasan kadernya mengelola isu. Ia meyakini, jika PDI-P masih tetap berorientasi pada kepentingan publik, PDI-P akan mampu mengelola oposisi-oposisi secara cermat dan kritis. Namun, jika kader partai hanya mengambil posisi berseberangan dengan kekuasaan, ini akan sangat rawan. Terlebih banyak kader partai PDI-P saat ini memposisikan diri sebagai oportunis untuk

keuntungan personal. ‘’Oposisi jagan diartikan berseberangan dengan kekuasaan. Oposisi adalah bagian dari optimalisasi kinerja pemerintahan le-

wat kritik dan pembandingan. Maka dari itu, jika kebijakan ada yang menyimpang dis-analah peran oposisi akan optimal,’’ ujarnya.

Selebihnya, ia mengin-gatkan agar kader PDI-P be-nar-benar memposisikan diri sebagai pihak yang membela kepentingan publik. Jangan sampai oposisi dijabarkan dengan spirit kekecewaan. ‘’PDI-P masih dominan di Bali. Dengan posisi ini saya optimis PDI-P mampu menjalankan misinya ,’’ ujarnya.

oposisi dan kritik kepada kekuasaan, kata dia, tidaklah perlu diidentikkan dengan melakukan kritik kepada kekuasaan secara membabi buta. Kalau pers bisa me-mainkan peranannya dengan lebih leluasa tanpa pengeka-ngan oleh kekuasaan, maka

pers dan media elektronik dapat menjadi media kontrol yang efektif terhadap kekuasaan.

pengamat militer M.T. Arifin juga sempat mengatakan di Indonesia, gerakan oposisi, baik di dalam maupun di luar parlemen, tidak dalam performa terbaik. Partai politik hanya bergerak untuk kepentingan jangka pendek mereka. Tidak gerakan yang didisain untuk membangun grand strategy yang jelas. “Gerakan politik oposisi saat ini tergolong mandul,’’ ujarnya. Dengan nada me-nyindir kaum oposisi, ia mengatakan, satu-satunya yang bisa merontokkan kekuatan rezim saat ini adalah faktor alam, seperti bencana. Sedangkan, kinerja partai oposisi justru tertelan oleh kepent-ingan-kepentingan personal kader partai. Artinya, partai-partai oposisi belum memiliki strategi yang efektif dalam mengkritrisi pemerintahan.

dira arsana

P O L I T I K

Oposisi Sebatas Status

Page 21: Majalah Bali Post Edisi 3

W I R A U S A H A

9 - 22 September 2013 21

‘’Jika oposisi

diarahkan pada kepen-

tingan-kepentingan strategis h

anya untuk

pencitraan parpol, oposisi

akan tak efektif.

Oposisi hanya akan menjadi sta

tus dan akan

mandul. Terlebih jika spiritn

ya hanya protes

tanpa melihat masalah secara objektif’’

Bali Post/dok

Oposisi dalam pemerintahan di Indonesia sebatas status. Kinerja partai oposisi belum efektif. Parlemen jalanan malah lebih kritis. DPR yang diharapkan menjadi lembaga kontrol terhadap kekuasaan juga malas sidang. Kursi wakil rakyat sering kosong.

Page 22: Majalah Bali Post Edisi 3

16 - 31 Agustus 201322

G A Y A H I D U P

Page 23: Majalah Bali Post Edisi 3

Agustus 2013 23

”Spirit of Kebaya”Kebaya memang sumber inspirasi yang mampu memunculkan ide

kreatif bagi para perancang busana di Indonesia. Terlebih lagi untuk perancang papan atas yang berbasis di Bali. Pulau Dewata yang tidak pernah sepi dengan kegiatan keagamaan dan perempuan

yang mengenakan kebaya beraneka ragam ini tentu memberikan inspirasi tersendiri. Ali Charisma, salah seorang desainer papan atas Indonesia yang sudah lama malang melintang di dunia mode nasional dan internasional mencoba menuangkan ide kebaya dalam karya adi busananya. Kebaya diolah menjadi modern look dengan tangan kreatifnya. Perancang yang selama ini dikenal memiliki karakter yang kuat ini selalu menampilkan gaya yang unik, tetapi juga elegan. Sederetan rancangan gaunnya kali ini, hadir dengan unsur simplisitas disertai sentuhan detail khas seorang Ali.

Anggota APPMI Bali ini berhasil mengintepretasikan ide dari kebaya, me-motret keindahannya dan menjadikannya sebuah gaun dalam karakter yang berbeda. Pada beberapa desain Ali menyelipkan seni tirai, pergerakan tali hingga manik-manik yang digarap langsung dengan keterampilan tangan.

Pada koleksi spirit of kebaya yang mengesankan ini, Ali banyak meng-gunakan sutera dan materi halus serta ringan lainnya. Memilih nuansa putih, hitam, pink baby dan abu, ia mampu untuk mengutak-atik struktur, kompo-sisi, dan siluet kebaya tanpa bergeser jauh dari ide utamanya. tokoh

Page 24: Majalah Bali Post Edisi 3

9 - 22 September 201324

P O L I T I K

Miss World 2013

E V E N T

Page 25: Majalah Bali Post Edisi 3

16 - 31 Agustus 2013 25

TUAI KONTROVERSI - Penyeleng-garaan Miss World di Bali mulai 8 September menuai pro kontra. Ada

yang kontra dan menolak pelaksan-aan kompetisi ratu sejagat ini, seperti

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan FPI yang terus menggelar demo penolakan.

Tapi banyak pula yang mendukung kontes kecantikan ini. Salah satu yang

berdemo untuk mendukung Miss World diadakan di Bali adalah Aliansi Hindu

Muda Indonesia (AHMI).

Page 26: Majalah Bali Post Edisi 3

Aroma Tak Sedap

SuwungPengelolaan TPA

Nilai Keekonomian Proyek TPA SuwungPeriode Kontrak : 20 Tahun (2004 - 2024)Skema Proyek : Build Operate TransferTotal investasi : 30 juta US Lokasi TPA : Denpasar, SuwungKapasitas PLTSa : 10 MWStatus : Tahap Pembangunan dan produksi komersialLuas Lahan TPA : 38 HaSumber Pendapatan : Listrik dan CERKomposisi sampah : 65 persen organik dan 35 persen anorganikPasokan sampah : 800 ton/hariPotensi produksi CER : 125.000 ton/tahunPemasok sampah : Pemerintah daerah SarbagitaPembeli listrik : PLNHarga keekonomian landfill : 12 cents US/kwhHarga keekonomian Galfad : 22 cents US/kwh

Sumber: PT. NOEI

L I N G K U N G A N

Page 27: Majalah Bali Post Edisi 3

Persoalan sampah memang menjadi sebuah masalah berat yang dihadapi Bali. Bahkan, penanganan sampah yang tidak terpadu dan maksimal ini membuat wisatawan tak nyaman. Pukulan telak terkait persoalan ini dirasakan Bali ketika

Andrew Marshall menulis di Majalah Time pada 2011 lalu mengenai kondisi Pantai Kuta yang tercemar sampah lewat artikelnya “Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes”.

Produksi sampah di Bali berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali pada 2012, mencapai kisaran 10 ribu me-ter kubik per hari. Sebanyak 5.700 meter kubik dari jumlah tersebut merupakan sampah yang berasal dari kawasan perkotaan.

Dilihat dari volume sampah yang dihasilkan, pengolahan sampah menjadi produk daur ulang maupun sumber energi sangat potensial dilakukan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tidak heran jika kemudian banyak yang ingin berinvestasi untuk pengelolaan sampah di Bali. TPA Suwung merupakan salah satu lokasi yang dilirik investor.

Sejak 2004, TPA tersebut sudah dikelola PT. Navigat Organik Energi Indonesia (NOEI) dengan masa kontrak 20 tahun atau hingga 2024. Saat memulai pengelolaan, NOEI berencana untuk mengolah sampah yang ada di TPA Suwung menjadi energi listrik sebesar 10 MW dan kompos. Namun seiring berjalannya waktu, listrik yang dihasilkan tak kunjung mencapai target. Hingga tahun ini, produksi listrik hanya 0,7 MW. Aroma tak sedap seputar pengelolaan sampah di TPA Suwung ini pun mulai berhembus. Pascagagalnya PT NOEI mencapai target meskipun kontraknya masih sisa 11 tahun lagi, Pemprov Bali berancang-ancang mengambil alih pengelolaan sampah ini dari PT NOEI.

Seperti yang diungkapkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam simakrama pada Februari lalu dikutip dari Antara. “Pemerintah Provinsi akan mengambil alih, apapun risikonya nanti. Jika dituntut, ya biar gubernur yang dituntut,” katanya dalam acara simakrama (dialog bulanan) gubernur dengan masyarakat, di Wantilan DPRD

Bali, Sabtu (16/2). Pernyataan Gubernur ini agak janggal. Pasalnya Pemprov Bali

tidak terlibat dalam perjanjian dengan PT NOEI. Perusahaan tersebut menandatangani kontrak kerjasama dengan 4 kabupaten/kota, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita). Jadi mestinya yang memutuskan kontrak ini pun 4 kabupaten/kota tersebut seperti yang dikatakan Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra. Ia mengaku tak bisa memutuskan sendiri persoalan pengelolaan sampah di TPA Suwung karena menyangkut 4 Kabupaten/Kota.

Kejanggalan lain adalah Pemprov Bali agaknya sudah punya calon untuk penanaman modal di sektor persampahan tersebut. Di 2012, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Bali Ketut Teneng, mengatakan investor dari Korea Selatan (Korsel) tertarik mengelola sampah di TPA Suwung. Investor asal Korsel itu, jelas Teneng, sudah menyampaikan keinginannya dan berjanji dapat melakukan pemenuhan kebutuhan 10 megawatt listrik dan pupuk kompos. “Bahkan mereka siap membuat batako, energi listrik dari gas, briket dan lain sebagainya. Nah, ini masih dipelajari oleh Biro Hukum kita (Pemprov Bali),” ungkapnya seperti dilansir Antara.

Namun, di 2013 ini, investor yang menanamkan modalnya justru merupakan perusahaan gabungan antara Indonesia dengan Brazil bernama Vanittelli Solusi Lingkungan Nusantara. Perusahaan tersebut mengaku sudah menandatangani kontrak langsung dengan Pemprov Bali untuk melakukan solusi limbah padat (sampah) yang ada di Suwung (BP, 28/8). Dijelaskan pula untuk melaksanakan perjanjian ini, perseroan akan membangun pabrik modern. Presiden Direktur Vanittelli, Ivan Pereira de Araujo menjelaskan, pabrik terdiri atas satuan untuk pengelolaan limbah padat wilayah Sarbagita. Investasi yang ditanamkan untuk pengelolaan sampah tersebut sekitar 350 juta dolar AS.

l diah dewi

Page 28: Majalah Bali Post Edisi 3

Panik. Reaksi itulah yang ditunjukkan guru-guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi sejak diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pen-dayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam

Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama beberapa waktu lalu. Betapa tidak, SKB itu salah satunya mewajibkan guru yang sudah lulus sertifikasi mengajar tatap muka minimal 24 jam/minggu. Ketentuan itu diberlakukan ketat mulai tahun anggaran 2013 ini. Jika ketentuan minimal jam mengajar atau tatap muka dengan murid di kelas tidak dipenuhi, risikonya mereka tidak kecipratan tunjangan profesi guru (TPG) yang nilainya setara satu kali gaji pokok per bulan.

‘’Pemberlakukan SK Bersama lima menteri itu memang telah menimbulkan kepanikan di kalangan guru khususnya mereka yang sudah lulus sertifikasi,’’ kata Ketua PGRI Provinsi Bali Dr. I Gede Wenten Aryasuda, M.Pd., dan Ketua Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan (PPLP) Dasar dan Menengah PGRI Kota Denpasar, Drs. I Nengah Madiadnyana, M.M., Rabu (4/9).

Menurut kedua petinggi PGRI ini, tuntutan mengajar tatap muka minimal 24 jam/minggu ini jelas sangat memberatkan para guru. Guna memenuhi persyaratan itu, kini mulai terlihat ada fenomena guru-guru yang telah lulus sertifikasi saling rebutan jam mengajar, agar TPG mereka tidak sampai ‘’terbang melayang’’. Bagi guru-guru bidang studi yang mengampu mata pelajaran yang jamnya “gemuk”, tentu saja risiko kekurangan jam mengajar itu bisa diminimalisasi. Namun, mereka yang mengampu mata pelajaran yang jamnya ‘’kurus’’, seperti mata pelajaran Bahasa Daerah, Seni Budaya dan sejenisnya yang hanya dijatah dua jam/minggu untuk setiap kelas tentu akan kelabakan mengejar persyaratan jam mengajar minimal tersebut. Makanya, banyak guru yang rela mengambil jam mengajar tambahan di sekolah-sekolah swasta demi memenuhi target tersebut.

‘’Ini sungguh ironis. Banyak guru yang terpaksa harus meninggalkan seko-lah tempatnya mengabdi dan loncat ke sekolah lain pada jam kerja efektif, demi mengejar target minimal jam mengajar tersebut. Sesungguhnya, pemberlakuan SKB lima menteri itu telah memaksa guru untuk melakukan kecurangan, karena mereka telah meninggalkan tempat tugasnya di saat jam kerja efektif,’’ kata Madiadnyana menyayangkan.

Baik Madiadnyana maupun Wenten Aryasuda meminta pemerintah pusat untuk mengkaji kembali pemberlakuan SKB lima menteri itu. Ketentuan jam mengajar itu seharusnya tidak saklek untuk kegiatan mengajar tatap muka semata. Namun, aktivitas guru sebagai guru wali kelas, pembina kegiatan ekstrakurikuler, termasuk aktivitas penelitian juga harus dihargai dan dimasuk-kan sebagai jam mengajar. Pasalnya, tugas seorang guru itu sejatinya bukan semata mengajar, tetapi juga memerankan diri sebagai pembina para siswa agar memiliki karakter dan disiplin yang kuat, termasuk membentuk mereka jadi insan yang kreatif dan memiliki keterampilan melalui kegiatan ekstrakurikuler. ‘’PGRI berharap pemberlakuan SKB lima menteri dikaji ulang,’’ tegas Wenten Aryasuda yang dibenarkan oleh Madiadnyana.

l sumatika

Berpeluang Guru Rebutan Jam Mengajar

Kecurangan?Timbulkan

I Gede Wenten Aryasuda

I Nengah Madiadnyana

P E N D I D I K A N

9- 22 September 201328

Page 29: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 2013 29

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah-raga (Disdikpora) kabupaten/kota di Bali didesak melakukan pengawasan ekstraketat terhadap kinerja guru-guru

di sekolah. Pasalnya, ada laporan sejumlah guru terkesan mulai mengabaikan tugas mengajarnya di kelas, dan cenderung mengutamakan mengajar saat jam les tambahan, baik les yang dilaksanakan oleh pihak sekolah maupun les secara pribadi di luar jam sekolah. Fenomena maraknya les tambahan yang dilakukan guru-guru, khususnya yang mengampu mata pelajaran yang jadi materi ujian nasional (UN) ini dinilai hanya akal-akalan para guru untuk “membengkakkan” koceknya. Di sisi lain, fenom-ena ini justru memberatkan orang tua siswa dalam pembiayaan pendidikan putra-putrinya.

Dihubungi, Rabu (4/9), Ketua Dewan Pendidi-kan Kota Denpasar Dr. Putu Rumawan Salain, M.Si., tidak menampik adanya fenomena para guru berlomba-lomba menyelenggarakan les tambahan di rumahnya. Peserta les tambahan itu notabene siswa-siswanya sendiri, sehingga ada kesan penyampaian pelajaran secara formal di dalam kelas tidak optimal. Padahal, jika saja guru-guru bersangkutan menyampaikan materi pelajaran secara ter-struktur dan tersistematisasi di dalam kelas sesuai apa yang digariskan dalam kurikulum, les-les tambahan itu sejatinya tidak diperlukan lagi. Karena penuntasan materi pelajaran sebenarnya bisa dituntaskan di dalam kelas. ‘’Saya berharap Disdikpora mencermati fenomana secara serius. Apakah proses belajar mengajar di dalam kelas tidak berjalan

efektif, sehingga siswa perlu pelajaran tambahan di luar kelas,’’ katanya mengkritisi.

Meski tidak menuding fenomena les tambahan ini sebagai akal-akalan guru untuk meraup peng-hasilan tambahan, dosen Fakultas Teknik Univer-sitas Udayana ini menyatakan, sah-sah saja jika masyarakat menilai sinis terhadap guru-guru yang memberikan les tambahan kepada siswa-siswanya di luar sekolah. Apalagi, pemerintah pusat sudah mengalokasikan tunjangan profesi guru (TPG) untuk mereka yang lulus sertifikasi, sehingga kesejahteraan guru secara otomatis meningkat. Dengan kesejahteraan yang lebih baik ini, guru-guru seharusnya lebih fokus melaksanakan fungsi dan kewajibannya.

‘’Fenomena jelas sangat memberatkan orang tua siswa yang kurang mampu. Orang tua siswa merasa was-was bila tidak mengikutsertakan anaknya les, lantaran khawatir anaknya tidak mendapat per-hatian dari sang guru saat berada di kelas ketika jam masuk sekolah biasa. Kekhawatiran lainnya, putra-putrinya bisa mendapatkan nilai yang lebih

rendah dibandingkan rekan-rekannya yang ikut les tambahan, karena yang memberikan les itu guru di kelasnya sendiri. Disdikpora harus mengevaluasi hal ini karena ini mengindikasikan penyampaian pela-jaran di kelas secara formal tidak berjalan efektif dan optimal sehingga siswa-siswa perlu mendapat les tambahan,’’ tegasnya.

l sumatika

Akal-akalan Guru ’’Membengkakkan’’

Kocek?

Les Tambahan

Page 30: Majalah Bali Post Edisi 3

Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan terpidana mati Lindsay June Sandiford (56), perempuan warga

negara Inggris yang terseret kasus penyelundupan kokain seberat 3,7 kilogram. “Kasasinya ditolak juga,” kata ketua

Majelis Hakim Artidjo Alkostar di Jakarta, Kamis (29/8) malam.Dia mengatakan, majelis kasasi yang diketuai dirinya di-

dampingi Sri Murwahyuni dan Suryajaya secara bulat menolak kasasi itu tanpa pendapat berbeda (dissenting opinion). Artidjo

mengatakan, salah satu alasan penolakan karena pada judex fac-tie yaitu sidang dan putusan dari Pengadilan Negeri Denpasar

dan Pengadilan Tinggi Denpasar dinilai sudah memertimbang-kan berbagai hal secara yuridis. Di antaranya bahwa Lindsay

sudah masuk kategori mengimpor narkotika.Sesuai fakta pada persidangan sebelumnya, Lindsay didapati

membawa koper yang di dalamnya ditemukan narkotika. Berat keseluruhan koper 4.794 gram. Di dalam koper ada kokain

dengan netto (berat bersih) 3882,70 gram.Lindsay yang disebut-sebut sempat dinegosiasikan agar di-

tukar dengan Rafat Ali Rizvi, terpidana 15 tahun penjara karena tersangkut skandal Bank Century (sekarang Bank Mutiara) yang

kini menjadi WN Inggris itu dikenakan pasal 113 ayat (1) dan (2) UU nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

l antara

MA Vonis Mati Lindsay Sandiford

K I L A S P E R I S T I W A

Bak dalam sinetron ‘’Tahta, Harta dan Wanita’’ saja kisah sang jenderal satu ini. Inspektur Jenderal Djoko Susilo telah menduduki jabatan sebagai Kepala

Kakorlantas Mabes Polri. Dari ‘’tahtanya’’ itu dia lantas mengeruk harta miliaran rupiah. Dengan harta berlimpah, sang jenderal berhasil menggaet sedikitnya tiga wanita sebagai istrinya, Dipta An-indita, Mahdiana dan Suratmi.

Namun, harta yang diraih Djoko Susilo rupanya tidak dengan jalan benar, yakni dengan korupsi. Kekayaan Djoko bertambah Rp 80 miliar antara 2003 - 2012. Untuk menutupi belangnya, sejak 2005 ia menyamarkan harta-hartanya dengan meng-gunakan nama 12 orang kerabat dekat, termasuk istri dan anak buahnya. Yang namanya bau kentut, perbuatan Djoko Susilo akhirnya terendus juga. Pada tanggal 27 Juli 2012, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan dia sebagai tersangka

untuk kasus korupsi simulator SIM. Total aset yang disita mencapai Rp 100 miliar terdiri dari 26 properti, 3 SPBU dan 4 mobil mewah.

Empat belas bulan pasca-KPK menetapkan Irjen Djoko Susilo sebagai tersangka dalam ka-sus korupsi pengadaan alat simulator SIM yang merugikan Negara Rp 196 miliar, Selasa (3/9) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi membaca-kan vonis untuk mantan Kepala Kakorlantas Mabes itu. Terdakwa divonis 10 tahun penjara. Ia juga dikenai denda Rp 500 juta subside 6 bulan kurungan. Putusan itu lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menuntutnya 18 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider kurungan ditambah membayar uang peng-ganti kerugian Negara Rp 32 miliar dengan subsider 5 tahun kurungan.

l antara

Menuju PenjaraDari Simulator SIM

Page 31: Majalah Bali Post Edisi 3

Kasus pencurian pratima telah membuat resah masyarakat Bali utamanya umat Hindu. Meski Rajab dkk. telah ditangkap, empat pelaku masih gentayangan alias buron. Mereka adalah Somad, Fauzi, Zakaria, Awabin, masih terus dikejar pasukan

Subdit III Dit. Reskrimum Polda Bali. Persembunyian para pelaku utama ini belum diketahui, sehingga foto-foto mereka pun disebar. Polda Bali telah mengantongi foto keempat pelaku.

Disebarnya foto empat buronan pencuri pratima tersebut untuk mempersempit ruang gerak mereka. Mereka diperkirakan masih ada di Bali dan cepat atau lambat pasti akan ditangkap. Pihak Polda Bali pun berharap jika nanti ada warga yang melihat keempat para pelaku tersebut agar segera melaporkannya ke kantor polisi terdekat. ‘’Foto-

fotonya sudah ada,’’ kata Kasubbid Penmas Polda Bali AKBP Sri Harmiti, belum lama ini.

Tersangka Somad diperkirakan berumur 40 tahun, tinggi 160 cm, warna kulit sawo matang, bentuk dagu berat, jenis rambut bergelombang dan bibir tebal. Fauzi memiliki ciri-ciri umur sekitar 30 tahun, tinggi badan 160 cm, warna kulit sawo matang, bentuk dagu menonjol, jenis rambut bergelombang dan bentuk bibir biasa. ‘’Sementara dua pelaku lainnya (Zakaria dan Awabin-red) ciri-cirinya sesuai dengan yang ada di foto. Foto-fotonya akan disebar di Polres, Polsek dan tempat strategis lainnya,’’ ucapnya.

l pramana wijaya

’’Pratima’’ Pencuri Gentayangan

Kisruh Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Badung mulai sedikit terang. Para CPNS yang telah dinyatakan lulus (sesuai pengumuman ke dua yang dinyatakan sah) pun mulai dapat menarik napas lega. Pemberkasan untuk penetapan NIP bagi CPNS Kabupaten Badung tahun 2012, tengah dalam proses. Sejauh ini sebagian besar pemberkasan telah rampung. Dalam wak-tu dekat proses pemberkasan ditargetkan bisa dirampungkan sepenuhnya. ‘’Itu sudah diproses, banyak yang sudah diselesaikan. Sebentar lagi akan rampung,’’ ujar Kepala Kantor Regional X BKN Denpasar Made Ardita saat dihubungi Selasa (3/9).

Dikatakannya, dalam proses tersebut masih ada sejumlah dokumen yang harus dilengkapi. Sementara soal proses hukum kasus rekrutmen CPNS Badung yang saat ini masih berjalan, menurutnya sekarang tidak berpengaruh terhadap proses pemberkasan.

Sebelumnya, Ketua Pansus Investigasi Rekrutmen CPNS Kabupaten Badung I Made Duama ngotot proses pemberkasan harus menunggu proses hukum kasus CPNS Badung diselesaikan. Duama menyebutkan, pihaknya menginginkan permasalahan ini cepat selesai. Pihaknya pun kini tengah menunggu keputusan dari kepolisian mengenai tindak lanjut kasus CPNS, mengin-gat berkas perkara sudah rampung. l dedy

Pemberkasan CPNS Badung Segera Rampung

9- 22 September 2013 31

Page 32: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 201332

K E S E H ATA N

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan ibu hamil saat melaku-kan senam Yopytta. Langkah pertama merupakan proses pemurnian diri. Karakter ibu hamil ini cenderung lebih emosi dan relatif stres. Karena itu, sebelum melakukan senam sebaiknya ‘’menghilangkan’’ dan ‘’mengeluarkan stres’’ yang ada pada tubuh itu sendiri dan pada pikiran-pikirannya. Caranya memaafkan kepada semuanya dan juga me-minta maaf seandainya ada kesalahan disengaja maupun tidak sengaja kepada orang lain. Dengan metode ‘’cinta kasih’’ ini, bukan saja jiwa menjadi lapang alias plong. Juga dapat menghilangkan segala hal buruk dan pikiran-pikiran tidak baik pada dirinya.

Langkah kedua memasukkan pernyataan positif pada dirinya. Den-gan tubuh yang fit dan kekuatan pikiran yang mantap, pelatihan yang intensif ini dapat menunjang kehamilan dan proses persalinan dengan baik. Masukkanlah segala pikiran-pikiran positif. Dengan afirmasi pikiran positif itu, akan dapat melancarkan proses persalinan menjadi sangat mudah. Prinsifnya, ibu hamil jangan diberikan memikirkan hal-hal menyeramkan dan tidak baik menjelang proses persalinan bayin-ya. Sedangkan langkah ketiga melakukan gerakan fisik –exercise. Pada proses pelatihan fisik ini, ibu hamil diajarkan bagaimana cara duduk, berdiri dan berbaring yang benar dalam kesehariannya. Persoalannya, banyak gerakan-gerakan tersebut salah alias tidak benar dilakukan si ibu hamil. Dampaknya seringkali menyebabkan pegal atau nyeri. Hal ini sudah tentu dapat menyiksa si ibu hamil.

l wira sanjiwani

Ibu hamil realitasnya memiliki perasaan kontradiktif. Di satu sisi dia gembira karena akan mendapat momongan bayi yang lucu sebagai penerus keluarganya. Sisi lainnya, si ibu juga dihinggapi nervous atau gugup menjelang detik-detik kelahiran buah hatinya.

Kondisi psikis tertekan ini, tidak jarang berimflikasi buruk. Tidak hanya pada sang ibu sendiri namun juga pada bayinya. Solusi menga-tasi persoalan cukup pelik itu, diciptakanlah gerakan senam bagi ibu hamil. Salah satu gerakan senam yang dapat membantu ibu rileks dan tenang menjalani persalinan itu adalah senam yopytta.

Koordinator Senam Yopytta BROS, Made Suarti mengatakan, senam yopytta merupakan gabungan antara yoga asanas, pilates, hypnoteraphy dan tai chi. Gabungan gerakan itu disingkat yopytta. Jika gerakan-gerakan tersebut dilakukan dengan benar, dapat membuat ibu hamil menjadi tetap bugar, selain itu tenang dan nyaman. Senam ini bukan saja bisa dilakukan sejak usia awal kehamilan, tapi hingga menjelang proses melahirkan. Senam ini sesungguhnya merupakan relaksasi bagi ibu hamil untuk melepaskan stres dan ketegangan. Gerakan-gerakan yang dilakukan lembut dan lentur serta dominan menggunakan teknik pernapasan. ‘’Gabungan gerakan dan pernafasan ini dapat mengurangi rasa sakit saat proses melahirkan,” ujar Suarti yakin.

Suarti mengungkapkan rasa sakit yang timbul saat proses mela-hirkan, sebenarnya diakibatkan rasa tegang dan cemas. Tekanan psikis itu menyebabkan terjadinya kontraksi otot belebihan. Apa yang

dipikirkan oleh ibu hamil itulah akhirnya terjadi. Solusinya, ibu hamil harus melatih pikiran-pikiran bersih, tenang dan nyaman. Tujuannya agar saat melahirkan tidak merasa sakit berlebihan.

‘’Bila sudah terbiasa melakukan senam Yopytta, si ibu secara fisik dan mental sudah siap dan tahu apa yang meski dilakukan. Hal ini memudahkan persalinan itu sendiri,’’ tutur Suarti.

Senam ini dilakukan selama 1 jam sampai 1,5 jam. Disarankan untuk ibu yang usia kandungannya di atas tujuh bulan, terus secara rutin melakukan hingga ibu melahirkan. Gerakan-gerakan yang di-lakukan oleh ibu hamil ini merupakan gabungan antara fisik, mental dan spiritual. Aktivitas ini diyakini memberikan ketenangan. Melalui asana, pernapasan dan meditasi diharapkan mendapatkan pikiran-pikiran baik dan positif.

‘’Ibu melakukan gerakan fisik dengan menggunakan gym ball. Selama gerakan fisik ini juga terjadi sharing. Seandainya muncul permasalahan-permasalahan dari kesempatan ini dapat dicarikan solusi atas persoalan sederhana sampai kompleks yang membelit si ibu,’’ tutur Suarti. Secara total ada tujuh macam gerakan di Senam Yopytta. Semuanya berinti pada pengaturan nafas dan meditasi. Gerakan itu bernama surya namaskar. Banyaknya ada 12 gerakan. Setiap satu kali gerakan dibarengi pengaturan napas. Lama setiap gerakan sampai hitungan kedelapan.

l wira sanjiwani

Senam Hamil “Yopytta”, Bantu Ibu Memudahkan Persalinan

Murnikan Diri

Page 33: Majalah Bali Post Edisi 3

r Relaksasi Selama proses latihan yoga, pikiran dan

tubuh akan dilatih lebih rileks dan fokus pada kesehatan diri sendiri dan janin. Hal ini membuat stres pada ibu berkurang, perasaan lebih tenang dan dapat memban-gun relasi yang baik dengan janin.

r Mengurangi rasa sakit Gerakan peregangan yang lembut

akan membantu mengurangi rasa nyeri dan pegal yang sering dialami si ibu. Ketika kehamilan membesar, biasanya akan terasa nyeri saat berjalan. Dengan latihan yoga sakit yang muncul itu dapat dikurangi.

r Tidur lebih berkualitas Banyak wanita hamil yang mengalami

insomnia atau merasa lelah setelah tidur. Latihan yoga bisa mengatasi masalah tersebut. Dengan latihan pernapasan dan

gerakan yang membuat tubuh lebih rileks, akan membuat tidur lebih berkualitas.

r Menguatkan otot Yoga adalah jenis low impact yang

bisa menguatkan otot. Karena terjadi perubahan hormon tubuh pada wanita hamil secara alami akan menjadi lebih fleksibel. Untuk itu harus berhati-hati agar terhindar dari ketegangan otot. Salah satu cara menghindari adalah dengan latihan yoga.

r Mempermudah proses kelahiran normal

Saat melahirkan secara normal, dihar-uskan mengatur napas dengan baik. Jika pengaturan napas tidak baik, maka bisa menghambat proses kelahiran. Dengan latihan yoga secara teratur, maka bisa melakukan pernapasan lebih rileks saat menjalani proses persalinan.

Manfaat Latihan Yoga Saat Hamil

Page 34: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 201334

Kinerja aparat hukum di Bali mengecewakan. Geraknya lamban dan sering plinplan. Demikian terungkap dalam

jajak yang digulirkan Pusat Data Bali Post pekan lalu. Leletnya penegakan hukum ini tercermin dari berlarut-larutnya proses penyidikan, plinplan-nya penjelasan terhadap publik serta tak kunjung ditahannya para tersangka. Meskipun berulang kali dipanggil ter-sangka tetap ‘’bebas’’ setelah disidik.

Tersangka sound system Taman Budaya, MG masih bebas. Praptini tersangka dari IHDN juga baru sebatas diperiksa. Bahkan, kasus CPNS Badung dan Pemprov Bali ngambang. Yang ter-baru, penanganan kasus pipanisasi di Karangasem malah tak jelas. Penetapan tersangka tahun 2012, namun tersang-kanya baru diketahui September 2013. Sangat lambat.

Menyikapi hal ini, Direktur Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum Indonesia (LABHI) I Made Suardana menuding kinerja penegak hukum di Bali perlu dievalu-asi. Maraknya kasus korupsi ternyata tak membuat aparat hukum bertindak cepat. Ada kesan pembiaran dan kasus dikelola berlarut-larut. ‘’Penegak hukum harus berani. Tersangka mestinya ditahan terlebih dalam kasus koru-psi,’’ sarannya.

Ia menuding, penegak hukum di Bali kurang respon-sif terhadap kasus korupsi. Keterbukaan publik juga tak terbangun. Bahkan, sebagian besar masyarakat sama sekali tidak mengetahui kalau ada kasus yang dibidik

polisi atau kejaksaan. Padahal untuk mengungkap kasus kini para aparat ini dibiayai negara.

Hal ini memperlihatkan seolah-olah aparat penegak hukum, baik kejaksaan maupun kepolisian melakukan pembi-aran terhadap kasus korupsi yang ada. Akibatnya, stigma yang terbangun, masyarakat menilai kejaksaan dan kepolisian sebagai institusi tak trans-paran.

Pengungkapan kasusnya, lanjutnya, juga masih setengah-setengah. Banyak kasus korupsi di Bali tetapi yang diseret hanya bawahan. Misalnya, kasus kisruh CPNS Badung dan Pemprov Bali, kasus IHDN dan lainnya. Dijelaskan-

nya, selain melakukan penahanan, aparat harus segera melakukan pencekalan. Alasan birokrasi, sering kali dijadikan alasan untuk menghambat adanya pencekalan seperti harus menunggu izin atasan atau harus melalui institusi yang lebih tinggi.

Menunggu birokrasi yang lama, akan membuat kepas-tian hukum menjadi tidak jelas. Padahal, apabila kejaksaan ataupun kepolisian benar-benar ingin mengungkap kasus korupsi yang ada, pasal 7 KUHAP sudah mengatur bahwa penyidik dapat melakukan tindakan tertentu. Jadi, tindakan tertentu itulah salah satunya yakni pencekalan. ‘’Selama ini, khususnya di Bali, pencekalan itu tidak pernah dilaku-kan,’’ ujar pria asal Sidakarya ini.

l asih pramana wijaya

Dibiarkan ’’Bebas’’Tersangka J A J A K P E N D A PAT

Menurut Anda,apakah penanganan kasus-kasus hukum di Bali sudah sesuaiharapan?

35%

58%

7%

grafis:asd/BaliPost

Page 35: Majalah Bali Post Edisi 3

Tersangka kasus “sound system” tak kunjung ditahan. Berulang

kali diperiksa, perkembangan ka-susnya tak jelas. Sejumlah kasus lainnya juga ngambang. Belum ada tersangka masuk penjara. Para tersangka masih bebas.

Page 36: Majalah Bali Post Edisi 3

Miss World 2013Bali Dapat Apa?Miss World 2013 menjadi event spektakuler di tahun 2013 ini.

Bagaimana tidak, perhelatan perempuan cantik sejagat ini ternyata berlangsung di Indonesia. Bahkan pihak penyelenggara mengakui harus menyiapkan dana sekitar Rp 120 miliar. Bali pun mendapat

bagian dari perhelatan tersebut.Bali menjadi salah satu daerah penyelenggara selain DKI Jakarta dan Jawa

Barat event yang diikuti setidaknya 136 negara ini. Sejak tahun lalu pun acara yang hingga saat ini masih menimbulkan pro dan kontra ini telah bergulir. Sejumlah kelompok masyarakat menolak penyelenggaraan event yang dihost eksklusif oleh RCTI (MNC Group ini).

RCTI sebagai panitia penyelenggara sekaligus Officia Broadcaster Miss World 2013, menyatakan rela menggelontorkan dana dalam jumlah besar. Ala-sannya sangat sederhana, dilakukan demi mengangkat nama Indonesia di mata internasional. Hal ini tentu saja masuk akal lantaran acara ini akan diliput ribuan wartawan dari seluruh dunia. Namun, acara ini juga akan berdampak buruk jika kelompok yang kontra mengagalkan acara ini.

Adjie S Soeratmadja, Head of Corporate Secretary RCTI, menyatakan besarnya dana yang harus dikeluarkan penyelenggara. Kalau untuk itung-itungan bisnis ia menyatakan tidak masuk, tapi sekarang yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara mengangkat Indonesia supaya mereka tahu Indonesia. Perhelatan Miss World di luar negeri biasanya difasilitasi oleh pemerintah. Namun untuk pertama kalinya Indonesia di ajang tersebut diselenggarakan mandiri oleh pihak swasta.

Grand final Miss World 2013 Rencananya akan digelar pada 28 September 2013, di Sentul International Convention Center, Bogor. Sementara Bali akan menjadi bagian penting kegiatan sebelum pelaksanaan final. Bahkan para peserta Miss World 2013 sempat melakukan persembahyangan di sejumlah pura.

Lantas, seberapa besar dampak penyelenggaraan Miss World 2013 kepada Bali. Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ngurah Wijaya menanggapi ajang kontes Miss World, sebagai ajang promosi dan pencitraan bagi Bali. Apalagi, jika nanti semua kontestan wanita ayu sejagat itu bisa mengguna-kan konteks lokal Bali.

“Bila konteks lokal Bali lebih mendominasi selama para kontestan Miss World ada di Bali, maka pariwisata Bali sangat terbantu dengan kehadiran ratusan peserta dari berbagai negara,” kata Wijaya. Kalangan industri pariwisata sangat terbantu dengan ajang Miss World ini yang kebetulan ada di Bali. Dengan sendirinya, nama Bali itu akan lebih dikenal, produk pariwisata budayanya juga akan dikenal.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali Ida Bagus Kade Subhiksu, Miss World 2013 di Bali akan membawa dampak bagi pariwisata Bali. Kendati saat ini ter-jadi peningkatan kunjungan tapi tingkat hunian hotel mengalami penurunan dari sebelumnya di atas 70 persen menjadi rata-rata di bawah 60 persen.

Ida Bagus Kade Subhiksu mengaku optimis dengan adanya beragam kegiatan bertaraf internasional di Bali seperti KTT APEC dan Miss World maka target kunjungan wisatawan sebesar 3,1 juta orang akan tercapai. Kegiatan bertaraf internasional tersebut juga akan menjadi ajang promosi gratis bagi pariwisata Bali ke seluruh dunia.

Ketua SIPCO Putu Robin Juarez menyatakan dukungannya terhadap pe-nyelenggaraan Miss World 2013. Hotel, transportasi, toko suvenir dan banyak industri pasti merasakan dampak dari event ini. “Kalau untuk EO kita tak punya data, soalnya mereka mungkin sudah meng-organize langsung,” sebutnya.

l widagda

Laporan Bisnis Bali

E K O N O M I

Page 37: Majalah Bali Post Edisi 3

Ajang Kontes Kecantikanyang KerapSuasana Bali belakangan ini

terasa berbeda. Sejak 2 Sep-tember lalu, wanita-wanita cantik berdatangan ke Bali.

Mereka adalah kontestan acara ber-gengsi Miss World 2013 yang melaku-kan masa karantina di Bali mulai 8 September. Tak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, ajang kontes memilih wanita tercantik dunia ini pun sarat demonstrasi. Gelombang penolakan tidak saja disuarakan aktivis perempuan. Aktivis Islam pun terlihat “panas” dengan digelarnya acara yang identik dengan pamer bikini ini.

Perhelatan kontes kecantikan Miss World sudah berusia 62 ta-hun. Pertama kali digelar pada 1951, ajang puteri kecantikan kelas dunia ini digelar sebagai bagian dari festival bikini yang digelar di Inggris. Berkat Eric Morley yang merupakan perintis dari kegiatan ini, kontes tersebut mendapatkan perhatian dunia yang diklaim lebih besar dari pelaksanaan Piala Dunia maupun Olimpiade. Sejak pertama kali dilaksanakan, ajang ini memang sudah menuai kontroversi.

Bahkan busana yang dike-nakan kontestannya

seringkali menimbulkan perhatian dan celaan. Para aktivis dan gerakan femi-nisme kerap berdemonstrasi tiap kali ajang ini digelar.

Meski kerap didemo, ajang ini tetap eksis hingga saat ini. Jumlah kontestan yang berlaga pun terus bertambah. Lulusannya pun tidak boleh dipandang remeh. Banyak yang berprestasi dan akhirnya mendapatkan ketenaran set-elah mengikuti kontes ini. Halle Berry merupakan salah satu kontestan Miss World yang kini sudah punya nama sebagai artis papan atas Hollywood. Artis tenar India, Priyanka Chopra juga jebolan dari ajang kontes ini.

Pada 2013, panitia penyelenggaran memutuskan untuk menggelar ajang

ini di Indonesia. Pemilihan Indo-nesia sebagai lokasi pelaksanaan Miss World merupakan sebuah pengakuan sejak Indonesia pertama kali mengikuti ajang ini pada 1982 silam. Hanya, keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan ini tidak rutin setiap tahun. Dalam catatan Yayasan Miss Indonesia, Indonesia baru mengirimkan pesertanya sebanyak enam kali dalam ajang tahunan tersebut. Sebanyak enam kali mengikuti ajang Miss World, Indonesia telah berhasil

mencatatkan nama seorang wak-ilnya pada posisi 15 besar.

Bali dan Bogor dipilih sebagai dua kota yang akan menjadi tempat berlangsungnya Miss World 2013. Seiring mendekatnya pelaksanaan acara tersebut, pro dan kontra seputar pelaksanaannya pun bermunculan. Meskipun, panitia Miss World 2013 sudah memutuskan untuk meniadakan sesi pemotretan dengan bikini, pihak yang kontra terhadap acara ini masih menyuarakan penolakan.

Terkait pro dan kontra ini, pemer-intah pun agaknya tidak satu sikap. Kementerian Perdagangan dan Ke-menterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebut ajang ini bisa men-jadi peluang bagi Indonesia berpro-mosi dan menambah devisa. Pasalnya jumlah pesertanya mencakup 131 negara seperti dilansir di situs resmi Miss World dengan jumlah penonton acara ini di seluruh dunia mencapai kisaran 2,3 miliar pemirsa.

Sementara itu, Kementerian Agama menolak acara ini dilaksanakan di Indonesia. Menteri Agama Suryad-harma Ali berdalih Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak keras penyelenggaraan Miss World karena tidak sesuai ajaran Islam yang mewajibkan muslimah menutup aurat. Dukungan juga datang dari organisasi Islam lainnya dan Komnas HAM.

diah dewi

Didemo

Page 38: Majalah Bali Post Edisi 3
Page 39: Majalah Bali Post Edisi 3

9-22 September 2013 39

K R I M I N A L

Belakangan ini Bumi Jegog, Jembrana, mendapat sorotan tajam gara-gara maraknya bisnis ‘’daging mentah’’ yang melibatkan anak di bawah umur. Sorotan semakin tajam sejak adanya dugaan seorang warga negara Jepang berinisial

Mr. M yang tinggal di Jembrana, dengan mengeksploitasi gadis-gadis atau anak baru gede (ABG) lewat iming-iming uang dan fasilitas yang menggiurkan.

Hasil investigasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Denpasar dan Jembrana, menemukan bahwa di Jembrana terjadi kasus human trafficking (penjualan orang), khususnya anak di bawah umur. Menariknya, bisnis ini dijalankan secara terorganisir atau terstruktur dengan baik. Ada pun korbannya, sebagian besar para siswa SMP dengan postur tubuh yang relatif sama yakni agak kurus dan langsing. Untuk menjalankan bisnis ‘’daging mentah’’ ini, para mucikari me-manfaatkan sejumlah rumah untuk tempat penampungan para ABG di Kelurahan Dauh Waru, Jembrana, dan aset rumah milik Mr. M salah satunya di Desa Kaliakah, Negara.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait yakin kalau di Jembrana sejak beberapa tahun ini terjadi perlakuan tidak manusiawi terhadap remaja wanita yang masih di bawah umur. Dengan dalih membantu biaya sekolah para korban maupun biaya berobat orangtua mereka, para mucikari merayu para ABG supaya mau bekerja sama. Ujung-ujungnya para korban diperjual-belikan kepada pria hidung belang yang secara khusus datang dan menginap di Jembrana. “Para korban disuruh memijat dan dilecehkan. Mereka juga diajak berhubungan intim,” jelas Arist di Jembrana belum lama ini.

Khusus untuk kasus Mr. M para korban yang rata-rata siswi SMP ini mengaku sempat diajak berhubungan intim oleh pria Jepang tersebut hanya dengan imbalan antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Mirisnya, para korban yang diajak berhubungan intim tersebut, lanjut difoto dengan adegan bertelanjang dada. Foto-foto cewek ABG bertelanjang dada ini bisa saja disebar untuk mencari pelanggan. Fakta ini meluncur dari mulut para korban. Yang lebih menarik, para korban kenal dan menjalin hubungan dengan Mr. M ada yang melalui orang lain, ada juga melalui bibinya, serta orangtua korban sendiri. Perkenalan itu dilakukan secara terstruktur.

Melati salah seorang ABG dikenalkan dan diantar sendiri oleh bib-inya kepada Mr.M. Dia pertama kali diajak bertemu Mr.M di sebuah gudang miliknya dengan disaksikan beberapa teman korban. Kali pertama bertemu, Melati langsung diberikan uang Rp 5 juta setelah diajak berhubungan intim. Sebelum transaksi seks berlangsung, Mr.M menggunakan bahasa khusus atau bahasa sandi. ”Contohnya ayo kita main tusuk,” papar Arist menirukan ucapan korban.

Korban lainnya, sebut saja Mawar mengaku sudah tiga kali diajak

berhubungan intim oleh Mr. M Selama tiga kali berhubungan tersebut, dia menerima saweran (bayaran) Rp 17 juta lebih. Celakanya, banyak teman Mawar juga menjadi korban pria Jepang tersebut. Seusai ber-hubungan badan, para cewek ABG selalu diberikan imbalan cukup besar. Bahkan, ada korban yang diajak sekali main diberikan Rp 20 juta. Dengan imbalan sebesar itu, para gadis pasti saja tergiur. Apalagi mereka terdesak ekonomi keluarga yang pas-pasan.

Selain transaksi seks yang dilakoni Mr. M di Jembrana juga ada mucikari lokal. Dia adalah Desak Putu ERY. Wanita berusia 36 tahun ini diciduk Polres Jembrana di sebuah hotel di Kelurahan Baler Bale Agung, Negara. Desak biasa memberikan jasa layanan esek-esek kepada tamu asing. Dia selama ini memiliki tiga ABG untuk “dijual”. Setiap ABG bertarif Rp 600 ribu per jam. Dalam menjalankan bis-nisnya, Desak selalu mendapat orderan dari pengumpan (perantara). Dari hasil transaksi itu, ABG yang melayani pria hidung belang hanya menerima Rp 250 ribu, sisanya Rp 300 ribu untuk Desak, dan Rp 50 ribu untuk pengumpan. Jadi jaringannya memang rapi.

Maraknya transaksi seks di Jembrana yang dilakukan mucikari-mucikari lokal ini sejatinya bukan berita baru lagi. Beberapa tahun lalu Jembrana sudah dikenal di Bali sebagai ‘’gudangnya’’ transaksi seks, khususnya kalangan ABG. Ketika itu pernah diciduk mucikari setempat yang ‘’menjual’’ sejumlah ABG untuk pria hidung belang yang menginap di hotel-hotel.

Transaksi ‘’daging mentah’’ itu rupanya berlanjut. Pergerakan para mucikari memang terstruktur dan mempunyai jaringan cukup luas. Terlebih saat ini ada alat komunikasi canggih berupa HP dan internet, sehingga transaksi bisa dilakukan dengan mudah. Bahkan kabar beredar, ada mucikari di Jembrana yang sengaja ‘’mengekspor’’ anak buahnya untuk menjajakan ‘’daging men-tah’’ di Kota Denpasar. Istilah kerennya liburan akhir pekan. Para ABG itu diberangkatkan ke Denpasar dengan angkutan khusus, lalu disalurkan di hotel-hotel, karena sudah ada pelanggannya. Setelah mendapat hasil lumayan, mereka kemudian balik lagi ke rumah masing-masing.

Mengenai maraknya transaksi seks anak di bawah umur ini, Arist Merdeka Sirait mengatakan, polisi maupun aparat terkait supaya melakukan penyelidikan secara kontinyu untuk menemukan korban-korban lainnya. Arist yakin kasus ini memang terjadi pada para gadis yang masih di bawah umur dan sebagian besar masih berstatus pelajar. Kasus seks ini bukan saja menyangkut eksploitasi, melainkan juga perdagangan anak untuk diperkerjakan di vila. Dengan demikian masa depan ana-anak di Jembrana terampas.

l witari

Laporan Denpost

Antara Ekonomi dan Sanksi Hukum

Bisnis Seks di Jembrana

Page 40: Majalah Bali Post Edisi 3

9-22 September 201340

Perdagangan orang dan eksploitasi ABG menjadi perhatian Pemkab Jembrana. Bahkan pemerintah setempat merasa perlu mengusulkan pembentukan peraturan daerah (perda) terkait perdagangan orang (human trafficking). DPRD kemudian meng-

gelar rapat paripurna, lanjut menetapkan dua rancangan peraturan daerah (ranperda) untuk ditetapkan menjadi perda. Dari keempat ranperda yang diajukan, ranperda tentang pencegahan dan penanganan korban perdagangan orang serta ranperda tentang pedoman tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa akhirnya disetujui DPRD Jembrana untuk ditetapkan menjadi perda.

Perda human trafficking mengatur mengenai pencegahan dan pen-anganan korban perdagangan orang. Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan mengatakan, pemerintah memandang perlu adanya penanganan kasus tersebut dengan cara memayunginya dengan perda. Perdagangan orang merupakan kejahatan yang sulit diberantas, dan disebut masyarakat dunia sebagai bentuk perbudakan modern. Hal itu karena menyangkut pelanggaran HAM serius seperti kerja paksa, ek-sploitasi seks, pelacuran, kekerasan serta perlakuan sewenang-wenang terhadap korban. Kejahatan ini terus berkembang dan menjadi bisnis kuat yang bersifat lintas daerah dan lintas negara.

Dalam UU No. 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, juga mengamanatkan, pemda wajib membuat kebi-jakan, program, kegiatan, dan mengalokasikan anggaran untuk melak-sanakan pencegahan dan masalah perdagangan orang. “Kejahatan ini sangat serius dan bisa terjadi di mana saja, tidak terkecuali di Jembrana.

Makanya kami pandang perlu membentuk perda. Kita sangat menentang human trafficking ini,” ujar Kembang Hartawan suatu kesempatan.

Tak hanya pemkab, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bali dibawah komando Nyoman Masni menyurati Kapolres Jembrana yang juga ditembuskan kepada Gubernur, Kapolda, Kajati, Ketua Komisi IV DPRD Bali dan Ketua Komnas PA di Jakarta.

Dalam suratnya, Masni mendesak Kapolres Jembrana supaya mem-prioritaskan penyelidikan kasus transaksi seks cewek ABG di Jembrana yang melibatkan warga asing. Kapolres juga diminta cepat-cepat me-nyelesaikan kasusnya, dan tepat menerapkan hukuman.

Pelacuran anak yang marak juga sangat berpengaruh pada penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja. Bahkan kini informasi tentang perkem-bangan HIV/AIDS di kalangan remaja Jembrana cukup pesat.

Ketua DPRD Jembrana Ketut Sugiasa mengaku, sangat miris dengan temuan LPA dan Komnas PA yang melakukan investigasi di Jembrana. Sugiasa lalu mendesak aparat terkait, dalam hal ini pemerintah daerah dan polisi, supaya mengusut tuntas kasus ini. Apalagi kasusnya tergolong kejahatan yang luar biasa dan sangat berdampak pada perkembangan moral remaja.

Sedangkan Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait berharap supaya Polres Jembrana maupun Polda Bali, bersungguh-sungguh serta bekerja sama untuk mengungkap kasus ini. Data yang diterima Komnas PA dari Dinas Kesehatan Jembrana, jumlah penderita HIV/AIDS sangat tinggi. Masalah HIV/ADIS, kata Arist, menjadi komponen dengan human traf-ficking dan narkoba. “Kesemuanya itu saling berkaitan,” tandasnya.

Polisi memang harus proaktif melakukan penyelidikan dan pengungkapan karena polisi mampu melaksanakan hal tersebut lantaran sudah terlatih dan terdidik.

Kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Aris Purwanto seizin Kapolres menegaskan, sudah melakukan penyelidikan kasus hu-man trafficking sejak Mei 2013. Peyelidikan dilakukan berdasarkan informasi masyarakat dan berita media massa. Hanya gara-gara belum ada korban yang melapor, pihaknya belum bisa melakukan penyelidikan secara intensif. Polisi juga sudah meminimalisasi pelacuran dengan mengundang para pemilik hotel dan penginapan agar lebih selektif menerima tamu.

l witari

Laporan Denpost

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait saat melakukan investigasi mengenai kasus perdagangan ABG di Jembrana belum lama ini. Dia menemukan bahwa transaksi seks itu berlangsung secara terstruktur dan sangat rapi. Sedangkan kanan: vila milik Mr. M di Desa Kaliakah, Negara, yang disegel pemerintah karena tak berizin.

Pemkab BentukPerda ’’Human Trafficking’’

Page 41: Majalah Bali Post Edisi 3

Sejumlah pemuda di Jembrana turun ke jalan,

berunjuk rasa untuk memprotes kasus

human trafficking yang terjadi di wilayah mereka.

Page 42: Majalah Bali Post Edisi 3

IroniBale

O L A H R A G A

Page 43: Majalah Bali Post Edisi 3

Meski hanya berharga enam juta dolar, Steve Austin bisa membuktikan dirinya sebagai jagoan. Mantan astronot itu menjadi solusi segala persoalan dengan mengandalkan kece-

patan, kekuatan dan yang utama penglihatan jarak jauhnya. Namun Austin hanyalah tokoh rekaan dalam novel “Cyborg” karya Martin Kaidin.

Aktor Amerika Lee Majors berhasil membawakan peran Austin tersebut dan mengantarkan serial televisi berjudul “The Six Million Dollar Man” tersebut bertahan hingga lima musim di awal tahun 70-an. Itulah keunggulan manusia dalam mencermati permasalahan dan mencari jalan ke luar atas permasalahan yang dihadapi.

Lima dekade kemudian, dunia dikejutkan dengan ma-nusia 131 juta (85,3 juta pound) setelah Gareth Bale dibeli Real Madrid dari Tottenham Hotspur. Ia mengalahkan rekor pembelian Cristiano Ronaldo rekan seklubnya sendiri empat musim lalu saat meninggalkan Manchester United dengan nilai 80 juta pound.

Real memerlukan sosok yang sensasional yang tidak hanya membantu tim tersebut mendominasi Liga Spanyol dengan merebut trofi domestik, tetapi juga Liga Champions. “La Decima” atau trofi ke sepuluh pun telah menjadi obsesi klub tersebut agar berkuasa di Benua Eropa sejak terakhir kali menang pada 2001-2002.

Selain itu, pembelian tersebut diharapkan juga mengem-balikan pularitas klub tersebut setelah rivalnya Barcelona berhasil menyandingkan dua pemain terhebat Amerika Selatan Lionel Messi (Argentina) dan Neymar (Brazil). Setidaknya duet Bale–Ronaldo akan membuat klub tersebut kembali disegani.

Namun, persoalannya pantaskah Bale mendapatkan predikat pemain termahal di dunia.

Presiden FIFA Sepp Blatter meragukan nilai nominal Bale setara dengan kualitas pemain tersebut. Karena tinggi atau rendahnya harga seorang pemain yang menentukan adalah pasar. Lembaganya tak bisa mengendalikan atau pun melakukan intervensi atas transaksi semacam itu.

Ingatan Blatter tertuju pada kasus transfer pemain Brazil Ronaldo dari Inter Milan ke Real Madrid. Pada saat itu Southeby London tengah melelang lukisan sang maestro kubisme Picasso yang terjual 50 juta dolar pada 2002.

Sang pemilik lukisan tentu menyimpannya di tempat tersembunyi dan memasang kamera pemantau (CCTV) untuk menjaga lukisan itu supaya tidak dicuri orang. “Tetapi Ronaldo dapat kita tonton dua kali dalam sepekan di lapan-gan,” tambahnya memperbandingkan kasus tersebut.

Real atau Los Galacticos dalam satu dekade terakhir membuat sensasi dengan memborong pemain ternama dan menjadi satu-satunya klub yang paling banyak membelan-jakan uangnya. Luis Figo dibeli dari Barcelona pada 2000 dengan harga 37 juta pound, setahun kemudian Zenedine

Zidane (53 juta pound) dan pada 2009 Kaka (56 juta pound) dan Cristiano Ronaldo.

Petinggi Real percaya kehadiran pemain dengan prestasi spektakuler akan menghasilkan keuntungan finansial dan prestasi serupa. Terbukti riset Deloitte yang dipublikasikan Februari lalu memperlihatkan pemasukan kinerja positif Real dengan pemasukan 512 juta euro. Angka tersebut tertingi di dunia mengalahkan rival utamanya Barcelona (483 juta euro), Manchester United (395 juta euro) dan juara Liga Champions Bayern Munich (322 juta euro).

Majalah Forbes juga menempatkan Real Madrid dan Manchester United sebagai klub yang paling banyak men-jual jersey atau kaos. Kedua klub itu rata-rata menjual 1,4 juta lembar kaos secara global dan sulit dikejar klub-klub mana pun.

Maka bagi Presiden Real Florentino Perez, pembelian Bale pun dianggap strategis bagi klub dengan asset 3,3 miliar dolar itu. Pemain berusia 24 tahun itu menjadi sosok kunci Spurs yang dua musim lalu mencapai babak perempat final Liga Champions. Musim lalu Bale menyumbang 21 gol dalam 33 penampilan dan meraih trofi Pemain Terbaik Liga Inggris. Sayangnya Spurs gagal melangkah ke kompetisi Liga Champions karena kalah bersaing dengan Arsenal.

Kata termahal yang disandang Bale tidak berlaku di tim nasional. Wales sulit bersaing dengan Belgia yang men-dominasi Grup A dan tim-tim dari Balkan seperti Serbia dan Kroasia pada kualifikasi Piala Dunia 2014 di Grup A. Potensi paling besar adalah Wales tak akan meramaikan putaran final di Brazil tahun depan mengingat hanya juara grup yang mendapat tiket otomatis dan 4 dari playoff. Total hanya 13 tiket yang dialokasikan untuk wilayah Eropa.

Bahkan jelang pertandingan kualifikasi melawan Make-donia dan Serbia, pelatih timnas Wales Chris Coleman menyebutkan tak akan melibatkan Bale 90 menit penuh. Ini bukan karena pemain tersebut cidera namun menghindari resiko lebih besar. “Dia bukan milik kami dan harus dikem-balikan dalam kondisi seperti saat datang,” kata Coleman yang tidak ingin membuat Real Madrid meradang bila Bale cidera di pertandingan internasional.

Barangkali lebih beruntung gelandang Manchester United Marouane Fellaini yang memimpin Belgia di Grup A dengan potensi lolos cukup besar ke turnamen tertinggi dan terbaik di dunia. Atau Ronaldo yang bersusah payah meloloskan Portugal ke Brazil dari hadangan Rusia atau Israel di Grup F. Sementara itu, peraih Ballon d’Or dan FIFA World Player of the Year berkali-kali, Lionel Messi hampir pasti tampil di negeri Samba itu setelah Argentina memimpin klasemen wilayah Amerika Selatan. Sementara Neymar telah dipastikan mendapat tempat di timnas Brazil selaku tuan rumah. Kontribusinya membawa Brazil juara Piala Konfederasi Juni lalu, adalah jaminannya.

l yudi winanto

Page 44: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 201344

Kompetisi liga domestik menjalani jeda dua pekan. Klub-klub harus rela melepas pemain-pemain kunci mereka demi membela

tim nasional masing-masing di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 pada 6 hingga

10 September. Eropa dengan kuota lolos 13 tim menjadi arena persaingan paling sengit selain Amerika Selatan di sisa 3 - 4 pertandingan terakhir sebelum putaran playoff dan pengundian grup putaran final pada 6 Desember mendatang di Costa do Sauipe, Bahia, Brazil.

Sembilan tiket otomatis menjadi perebutan 53 tim di benua biru itu dengan syarat menjadi juara grup. Sementara delapan runner-up bertemu di babak playoff memperebutkan tiket tersisa.

Jerman menjadi tim yang paling diunggulkan meraih tiket pertama setelah tim berjuluk Die Mannschaft itu memimpin Grup C terpaut 8 poin dari peringkat kedua Austria sebelum pertandingan melawan Rep. Irlandia dan Swedia. Tim asuhan

Joachim Loew memerlukan dua kemenangan lagi dari 4 pertandingan tersisa.

Belanda memimpin di Grup D dengan keung-gulan tujuh poin. Robin van Persie dkk relatif aman mengumpulkan kemenangan karena di empat pertandingan sisa tim asuhan Louis van Gaal itu melawan Estonia, Andora, Hungaria dan Turki.

Spanyol bersaing keras dengan Prancis di Grup I di mana kedua tim sama-sama menginginkan tiket otomatis. Peringkat kedua Prancis tertinggal satu poin dari juara dunia dan Eropa itu dengan menyisakan empat pertandingan. Kedua tim sepertinya hanya ingin memastikan siapa juara grup dan runner-up saja.

Spanyol telah merasakan atmosfir Stadion Maracana, Rio de Janeiro. Pa-sukan Vicente del Bosque tak berkutik menghadapi permainan Neymar dkk. dan menyerah 0 - 3 di final Piala Konfederasi Juni lalu. Ini memberi isyarat pada del Bosque bahwa lawatannya pada musim panas tahun depan harus lebih baik bila tidak ingin dipermalukan lagi.

Pemain Terbaik Eropa 2013 Frank Rib-ery meminta rekan-rekannya berkaca pada

keberhasilan Bayern Munich meraih tiga gelar musim lalu. Jika ingin membuka peluang menjadi juara grup, Les Bleus seharusnya melupakan semua tekanan dan turun ke lapangan dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri.

“Pemain Prancis menurun kepercayaan dirinya bila sedikit saja membuat kesalahan di lapangan. Ini dikarenakan dia takut dikritik,” jelasnya yang ingin mengembalikan kepercayaan diri teman-temannya.

Ia mengingatkan tentang kehebatan pemain Bay-ern yang jarang menyalahkan rekan setim di lapangan dan condong untuk terus melakukan tekanan terhadap pertahanan lawan lewat pola menyerang. Umpan-umpan pendek jarang dilakukan dan lebih banyak memberikan bola dari jarak 10 - 15 m. Strategi ini semakin lengkap bila tim memiliki kemampuan untuk mengacaukan pertahanan lawan dan meningkatkan kecepatan irama pertandingan.

Namun, itu tak mudah dilakukan di tim asuhan Di-dier Deschamps itu. Salah satunya, Prancis memang kehilangan pesona dengan tidak adanya pemain-pemain sekaliber Thierry Henry sekarang ini yang pintar mengorganisasi permainan.

Namun Ribery percaya pada semua peluang yang mungkin bisa dimenangkan. “Musim lalu, saya melakukan segala sesuatu di dalam dan luar lapan-gan di tim. Hasil empat trofi,” kata pemain tengah Bayern itu.

Italia yang gagal total di Piala Konfederasi, men-coba membangun kembali kekuatannya. Dengan memimpin 4 poin di Grup B, tim Azzurri ini ditempel Bulgaria dan Rep Ceko di sisa empat pertandingan.

Pelatih Cesare Prandeli masih mempercayai Ma-rio Balotelli di lini depan. Namun dia juga memiliki cadangan ujung tombak Stephan El Shaarawy dan Pablo Osvaldo yang bisa diandalkan pada pertandin-gan melawan Demark dan Armenia juga.

Di Grup F, tiga tim bersaing ketat memperebutkan juara grup. Portugal, Rusia dan Israel sama-sama berpeluang. Hal serupa juga terjadi di Grup H antara Montengero, Inggris dan Ukraina.

Kejutan terjadi di Grup D di mana Bosnia Herzegovina mampu menjadi pesaing serius Yu-nani. Duet Edin Zeko dan Vedad Ibisevic terbukti ampuh dengan memproduksi lebih dari selusin gol sekaligus melapangkan jalan mereka ke putaran final di Brazil.

l yudi winanto

Memburu TiketPertama

Piala Dunia 2014

Page 45: Majalah Bali Post Edisi 3

Bali pernah mempunyai striker ganas dan haus gol. Dia adalah Made Manalika. Di masa jayanya, pria 48 tahun ini mengusung bendera klub Caprina di kancah Liga Sepak Bola Utama (Galatama) pada era 1980-an. Ia diboyong pelatih Caprina, Kaelani, dari klub Putra Angkasa, Kapal, Badung.

Hobi sepak bola sejak SD, Manalika bergabung dengan Putra Angkasa saat duduk di bangku SMP. Klub di desanya itulah yang melambungkan namanya hingga direkrut Caprina. ‘’Kala itu Caprina melakukan latih tanding melawan Putra Angkasa. Dari sana mereka kemudian tertarik terhadap permainan saya sampai merekrutnya,’’ kenang pria asal Banjar Muncan, Kapal ini.

Ketika masuk SMAN 1 Denpasar (Smansa) Manalika bergabung dengan Caprina. Laga yang paling berkesan baginya adalah saat melawan ke kandang juara Galatama, Niac Mitra Surabaya, di Stadion Tambaksari 10 November, pada 1984. ‘’Caprina berhasil mempermalukan Niac Mitra dengan skor 3 - 0, dan saya menyumbang dua gol. Kala itu saya kelas II SMA,’’ ujar pria kelahiran 2 Juli 1965 ini.

Usai memperkuat Caprina, Manalika sempat bergabung dengan Perseden Denpasar, tim PON XI Bali, FE Unud, dan PS Unud. Mana-lika juga membela tim Bapomi Bali bersama Kadek Swartama yang kuliah di Undiknas.

Tim Bapomi Bali yang lolos di Surabaya bakal berlaga di Ja-karta. Manalika dibonceng sang kakak naik motor dari Kapal ke Bandara Ngurah Rai, Tuban. Namun, setibanya di Balun, mereka dihantam mobil hingga terpelanting di jalan. Manalika terkapar di jalan bersimbah darah, namun sang kakak tetap menyetir motor karena tidak tahu adiknya yang dibonceng mengalami musibah. ‘’Setelah berjalan ratusan meter, kakak baru sadar saya yang dibonceng tak ada di sadel belakang,’’ kata karyawan BPR Kapal Basak Pursada ini.

Warga sekitar juga tidak berani memberikan pertolongan, karena tidak tega menyaksikan korbannya luka parah. Manalika menga-lami cedera serius pada kaki kanannya. Sempat dioperasi di RKZ Surabaya, tetapi belum pulih juga. Bahkan, kini tangan kanannya tidak bisa digerakkan.

Gara-gara kecelakaan maut pada 1988 silam itu, Manalika harus gantung sepatu. ‘’Terkadang saya meratapi nasib ini, mengapa jadi begini. Namun, saya percaya kecelakaan ini merupakan takdir dari Tuhan,’’ jelas suami Ni Putu Erawati yang mempunyai tiga anak ini.

Manalika berasal dari keluarga sepak bola. Ayahnya Ketut Manis adalah pemain Persibal Bali angkatan Sinyo Aliandoe. Jejaknya diikuti sang putra Nyoman Andika ‘’Edu’’ Permana. ‘’Kalau saya sering menjebol gawang mengandalkan kepala, sedangkan Edu pakai kaki,’’ papar putra tunggal pasangan Ketut Manis dan Ni Nyoman Rangking ini.

l daniel fajry

Gantung Sepatu

Made Manalika

Kecelakaan MautMembuatnya

Page 46: Majalah Bali Post Edisi 3

1- 15 September 201346

M A N C A N E G A R A

Jepang KembaliAlami Bencana

Radiasi

Lima Bencana Nuklir Terburuk

1. Chernobyl, Ukraina, 1986 :Meledaknya empat pembangkit setelah uji coba yang menyebabkan kebakaran selama 9 hari dan melepaskan sedikitnya 100 kali lebih tinggi daripada radiasi saat bom Hiroshima dan Nagasaki. Lima orang tewas seketika, tetapi menurut Badan Energi Atom

Internasional (IAEA) kecelakaan itu menewaskan sekitar 4000 orang.

2. Kyshtym, Rusia, 1957 :Kesalahan dalam sistem pendingin di pembangkit Mayak menyebabkan ledakan nonnuklir yang mengakibatkan lepasnya 80 ton material radioaktif. Sekitar 10.000 orang di evakuasi setelah ada laporan kulit orang-orang meleleh. Sedikitnya 200 orang tewas.

3. Three Mile Island, Amerika Serikat, 1979 :Pendingin di pembangkit Pennsylvania tidak berfungsi hingga menyebabkan sebagian dalam satu pembangkit hancur dan mengakibatkan lepasnya radioaktif dalam jumlah kecil. Sekitar 140.000 orang dievakuasi, tetapi tidak ada laporan tewas atau terluka.

4. Windscale, Inggris, 1957 :Inti pembangkit nuklir pertama Inggris terbakar sehingga material radioaktif lepas. Peristiwa ini menyebabkan 240 kasus kanker.

5. Tokaimura, Jepang, 1999 :Sejumlah uranium hasil pengayaan tingkat tinggi yang dipersiapkan oleh pekerja yang tak memenuhi syarat memicu reaksi nuklir. Dua pekerja tewas, 100 pekerja dan penduduk lokal terancam terpapar radioaktif.

Page 47: Majalah Bali Post Edisi 3

1- 8 September 2013 47

Bencana akibat nuklir dikhawatirkan akan terjadi lagi. Ini setelah kebocoran terjadi di tangki penyimpanan air yang telah terkontaminasi limbah radioaktif di PLTN Fukushima Daichii.

Perusahaan operator Fukushima, Tepco, mengungkapkan tingkat radiasi di tangki yang menyimpan air yang terkontaminasi meningkat 18 kali lipat dan bisa menyebabkan kematian bagi seseorang setelah empat jam. Akan tetapi, pencatatan baru, menurut Tepco, mengguna-kan peralatan yang lebih sensitif dan memperlihatkan angkat 1.800 millisievert per jam. “Seperti yang dideteksi, merupakan radiasi Beta jadi tidak akan menembus lapisan plastik 5 - 10 milimeter atau sepatu kulit Anda. Mestinya tak masalah, bahkan jika Anda berdiri di sana sebentar.”

Kepala Otoritas Nuklir Klik Jepang Shunichi Tanaka menjelaskan, kepada wartawan bahwa yang ditemukan kali ini adalah beberapa titik

kontaminasi, yang disebut sebagai titik panas. “Sejauh yang saya dengan dari laporan hingga saat ini, tidak berarti kebocoran dalam jumlah besar air yang terkena radiasi namun berarti wilayah itu berada dalam situasi demikian,” jelasnya kepada para wartawan.

Dia menambahkan, bahwa angka 1.800 milisievert mungkin benar namun merupakan radiasi Beta yang tidak menembus lewat objek. Namun, meskipun tidak berbahaya, penelitian berkala terhadap biota laut telah dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan kebocoran tersebut telah mencapai laut. Sejauh ini, penelitian yang dilakukan pihak pemerintah Jepang tidak menemukan adanya ikan yang terkon-taminasi radioaktif.

Pemerintah Jepang mengumumkan akan membangun dinding es di bawah reaktor nuklir Daichii. Ini digunakan untuk mencegah lolosnya air berisi radioaktif tersebut ke laut lepas.

l gugiek

Page 48: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 201348

Rumah Potong Hewan (RPH) bertaraf internasional yang dibangun di Desa Temesi, Gianyar tak pernah sepi dari berita media sejak pembangunannya tahun 2002. Bahkan kini pihak Kejaksaan telah menetapkan

tiga tersangka yang diduga terlibat dalam pengadaan tanah RPH tersebut.

Kepala Kejari Gianyar Ketut Sumadana dalam keterangan persnya, mengatakan pihaknya telah menetapkan tiga tersangka yakni A.A. RA, merupakan ketua tim panitia pengadaan tanah sekaligus menjabat Sekda Gianyar waktu itu, IBR, Sekretaris Tim, yang waktu itu juga menjabat sebagai Kepala Dinas Peternakan (Kadisnak) Gianyar, dan KAT, salah seorang pemilik lahan/tanah yang sekaligus juga sebagai perantara (makelar), terjadinya kasus mark-up pengadaan tanah RPH Temesi. Perencanaan luas lahan yang dibutuhkan 299 are, dengan alokasi dana Rp 3 miliar. Ke-nyataannya, luas tanah RPH hanya 247,15 are. Harga tanah per arenya juga di-mark-up dari rencana Rp 9.977.750 per are, petani (pemilik tanah hanya menerima Rp 6,5 juta hingga Rp 7,5 juta.

RPH yang dibangun dengan proyeksi dana Rp 16 miliar itu sejak awal memang sarat masalah. Mulai dari pengadaan tanah, sarana dan prasarana, peralatan RPH, hingga pengelolaan yang

belum optimal. Rencana pembangunan RPH Temesi Gianyar tercetus pada 22 Desember 2001. Kala itu, Bungaran Siragih menjabat Menteri Pertanian. Menteri sempat berdialog den-gan pengurus kelompok ternak se-Kabupaten Gianyar tentang pelaksanaan tata niaga atau pemasaran ternak. Melihat potensi peternakan yang besar di Gianyar, namun belum tersedia sarana pemotongan hewan, ide membangun RPH bertaraf International yang dicetuskan Cokorda Budi Suryawan yang menjabat sebagai Bupati Gianyar saat itu mendapat respons dari sang Menteri.

Maka setahun kemudian (2002), setelah dilakukan survei dan studi kelayakan maka kemudian diproyeksikan anggaran Rp 16 miliar, dengan sharing pembiayaan pusat sebesar Rp 6.400.000.000 (40 persen), Pemerintah Provinsi Bali dan Gianyar masing-masing 30 persen. Akan tetapi, dalam realisasinya untuk dana sharing pusat sesuai audit BPK, 22 Desember 2010, jum-lahnya hanya Rp 3.582.674.000. Sedangkan Pemerintah Provinsi Bali Rp 5.484.458.000. Dan, Kabupaten Gianyar berjumlah Rp 4.226.806.392. Inilah yang patut dipertanyakan. Sayangnya aparat penegak hukum hanya membidik kasus pengadaan tanahnya.

l darmada

RPH Bikin Gerah

RPH bertaraf internasional

yang dibangun di Desa

Temesi, Gianyar

D A E R A H

Page 49: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 2013 49

Lima tahun mangkrak, rumah potong hewan (RPH) di Desa Gubug, Tabanan dibiarkan mirip rumah hantu. Pemkab Ta-banan terkesan cuek dengan proyek peninggalan Bupati Adi Wiryatama ini. Padahal nilainya Rp 2,9 miliar. Bangunan dan

peralatan modern itu dibiarkan berkarat, usang. Kecaman dari wakil rakyat dan warga dibuat angin lalu.

RPH yang didanai APBN tersebut tak berfungsi. Halamannya ditumbuhi rumput liar, temboknya kusam. Proyek prestisius itu dibangun tahun 2008. Selain APBN, Pemkab Tabanan mengucurkan dana pendamping 10 persen. Peralatannya canggih, mulai pemoton-gan babi dan sapi. Dari dua bangunan, hanya pemotongan sapi yang difungsikan, meski tak maksimal. Pemotongan pun menggunakan cara manual. Peralatan otomatis tak difungsikan. Per hari hanya empat ekor sapi yang dipotong.

DPRD Tabanan sempat sidak ke lokasi tahun 2009. Kala itu, kondisinya sudah mangkrak dan karatan. Protes pun mengalir. Nyatanya, hingga Bupati berganti, proyek tersebut tetap mubazir. Belum ada jawaban resmi soal mangkraknya RPH ke DPRD. “Kami heran, kenapa RPH tetap mengkrak,” kritik anggota Fraksi Golkar DPRD Tabanan Nyoman Widana. Dewan lantas menuding,

perencanaannya asal-asalan. Alhasil, proyeknya tak berfungsi. Anggaran daerah yang disedot belum kembali. “Seharusnya, RPH itu bisa mendongkrak PAD, tapi dibiarkan mangkrak,” kritik anggota Fraksi Demokrat, IB Kade Adnyana Suryawan. Aset mangkrak ini juga menjadi temuan BPK. Namun di balik mangkraknya RPH, justru rumah potong hewan liar menjamur. Meski belum muncul kasus, Pemkab didesak mengawasi pere-daran daging tanpa RPH.

Kepala Dinas Peternakan Tabanan, Ni Ketut Warsiki membantah pihaknya cuek soal RPH mangkrak. Pihaknya sedang menggodok rancangan Peraturan Bupati (Perbup) terkait izin potong hewan. “Dengan Perbup, kita punya dasar mengajak jagal memotong di RPH,” tegasnya. Menurut Warsiki, pihaknya sudah mengajak para jagal memotong di RPH. Rata-rata menolak karena jauh. Dengan Perbup, mereka wajib memotong di RPH dan membayar retribusi. Sayangnya, pendapatan RPH tak bisa ditarget. Sebab, nilainya sangat kecil dan beban operasional besar. Retribusi babi dipatok Rp 7.000 per ekor, sedang sapi Rp 12.000.

l budi wirianto

”Paksa” Jagal ke RPH

RPH babi di Desa Gubuk, Tabanan lima tahun

mangkrak.

Page 50: Majalah Bali Post Edisi 3

9- 22 September 201350

Keberadaan rumah potong hewan (RPH) tak bisa dilepaskan dari permasalahan limbah. Malah di sejumlah wilayah, limbah be-kas pemotongan hewan bisa memicu permasalahan di masyarakat, seperti bau tak sedap dan kotor. Kepala Dinas Peternakan, Perika-nan dan Kelautan Kabupaten Badung I Made Badra mengatakan di Badung terdapat sejumlah RPH yang dimiliki masyarakat. Seperti pemotongan ayam di Penarungan dan Angantaka serta pemotongan babi di kawasan Darmasaba. Pengolahan limbah diakuinya masih menjadi salah satu masalah utama RPH.

Limbah yang dihasilkan RPH, sangat mengganggu kenya-manan masyarakat sekitar jika tidak dikelola dengan baik. Bah-kan masalah limbah bisa memicu permasalahan sosial termasuk konflik. “Dari sekadar keluhan sampai konflik bisa terjadi jika limbah tidak dikelola dengan baik,” ujarnya.

Karena itu sejumlah upaya sudah dilakukan untuk mengatasi soal limbah ini. Misalnya, dengan memberikan bantuan sistem pengolahan limbah sederhana ke masyarakat. Bahkan mengingat begitu besarnya dampak limbah, RPH milik pemerintah ini secara serius menggarapnya. Sebab instalasi pengolahan limbah menjadi syarat mutlak untuk RPH berstandar internasional.

RPH Mambal kini tengah dalam pengerjaan diproyeksikan menjadi RPH berstandar internasional yang nantinya selain mampu menyuplai kebutuhan daging sapi di Bali, juga untuk luar Bali. Proyek bernilai total Rp 6 miliar lebih itu ditargetkan rampung akhir tahun 2013. RPH Mambal diproyeksikan memiliki kapasitas pemotongan hewan sekitar 25 ekor per jam.

l dedy

Pembangunan tanpa perencanaan yang matang kerap membuat uang negara keluar dengan sia-sia. Seperti pembangunan rumah potong unggas (RPU) di Jalan Bayu Suta, Kelurahan Astina, Singaraja. Sejak dibangun tahun

2007, RPU itu tak pernah digunakan dan dibiarkan rusak secara perlahan. RPU itu dibangun dengan dana APBN dan kini tercatat sebagai aset Pemprov Bali. RPU dibangun di atas tanah perorang-an dan rencananya akan dijadikan pusat untuk pemotongan ayam di Singaraja dan sekitarnya.

RPU itu rencananya dikelola dengan sistem kerja sama antara pemilik tanah dengan pemerintah. Namun setelah selesai diban-gun, keberadaan RPU itu menuai protes dari warga di sekitarnya. Warga khawatir RPU itu menyebabkan lingkungan jadi tercemar. Apalagi saat itu sedang merebak kasus penularan flu burung.

Dengan adanya penolakan itu, semua rencana tak bisa di-jalankan. Bangunan RPU kini dibiarkan ditumbuhi semak-semak tanpa ada yang mengurusnya. Sehingga dana pembangunan RPU senilai sekitar Rp 124 juta pada tahun 2007 itu menjadi sia-sia. Menariknya lagi, Pemkab Buleleng juga tak bisa berbuat apa-apa terhadap bangunan itu. Pasalnya, bangunan RPU masih tercatat sebagai aset Pemprov Bali, sementara tanahnya merupakan milik warga perseorangan.

Pemkab tak bisa memfungsikan bangunan sebagai kantor atau untuk fungsi lain. “Bangunan memang masih tercatat sebagai aset Pemprov Bali dan kita bisa saja memohon untuk dijadikan kantor. Namun tanahnya masih tercatat sebagai milik pribadi, sehingga susah,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Buleleng Nyoman Swatantra.

Warga sempat mengusulkan agar bangunan RPU itu dialihkan menjadi Kantor Lurah Astina. Karena Kantor Lurah Astina yang ada sekarang ini masih meminjam tanah adat. Selain itu, Distanak juga ingin RPU sebagai pusat kesehatan hewan (puskeswan). Kar-ena banyak puskeswan di Buleleng kondisinya rusak. Namun, dua keinginan itu tak bisa diwujudkan. Gedung RPU tetap mubazir.

l adnyana ole

RPU Mubazir di Lahan Warga

Cegah Limbah RPH Bikin Masalah

RPU di Jalan Bayu Suta,

Kelurahan Astina, Singaraja

tak pernah digunakan dan

dibiarkan rusak.

Page 51: Majalah Bali Post Edisi 3
Page 52: Majalah Bali Post Edisi 3

03 | 9 - 22 September 2013

RP 20.000