magang
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Super Unggas Jaya (PT. Suja), merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang bredding ayam broiler dengan menghasilkan hingga 20
juta ekor anak ayam, disebut sebagai "Chicks Super" setiap tahun dan
berkonsentrasi pada kinerja tinggi dari semua aspek mulai dari proses
pembibitan hingga inkubasi untuk distribusikan. Anak ayam yang dihasilkan
berasal dari ayam yang terbaik, digunakan oleh berbagai peternakan unggas di
seluruh negeri baik untuk pedaging atau untuk tujuan petelur. PT.Super
Unggas Jaya memulai ekspansi sistematis pada tahun 1999 dan telah didirikan
sembilan perusahaan lain di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur
dengan kapasitas total produksi 54 juta anak ayam umur sehari per tahun
eventually.
Peran peternakan sebagai sektor andalan dalam perekonomian telah
terbukti secara empiris, baik di kala kondisi ekonomi normal maupun pada
saat menghadapi krisis. Peran pokok peternakan sebagai mesin penggerak
ekonomi nasional dalam menciptakan kebutuhan pangan dan gizi, mendukung
berkembangnya sektor yang sekunder dan tersier, serta menyumbang
penerimaan negara saat ini dan ke depan diharapkan dapat dijalankan dengan
baik. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah alokasi pemanfaatan
ruang dan sumber dayanya yang ada belum mampu mewadahi dan
mengimbangi perkembangan dan potensi sektor pembangunan strategis dan
wilayah potensial yang pengembangannya tidak terlepas dari sektor dan
wilayah lain.
Salah satu kebutuhan yang mengalami peningkatan adalah kebutuhan
yang dipenuhi oleh subsektor peternakan. Subsektor peternakan merupakan
salah satu penunjang pembangunan pertanian khususnya, dan pembangunan
nasional pada umumnya. Peranan ternak unggas dalam pembangunan
peternakan cukup besar di dalam pengembangan misi peternakan yaitu
sebagai sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan telur, sumber
1
2
pendapatan, sumber penghasil devisa yang membiayai pembangunan
nasional, dan menciptakan angkatan kerja. Salah satu komoditi yang
mengalami peningkatan dalam subsektor peternakan ini adalah komoditi
ayam petelur dan ayam pedaging. Daging ayam dan telur merupakan produk
peternakan yang telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bahan pangan
sumber protein hewani.
Pembangunan sektor peternakan memiliki arti dan peranan yang
strategis bagi pembangunan nasional dan regional dikarenakan peranannya
bukan hanya terbatas sebagai sumber pangan dan gizi tetapi juga memberikan
andil yang cukup besar terhadap PDB (Pendapatan Daerah Bruto), penyediaan
lapangan kerja, serta sumber pendapatan dalam perekonomian nasional dan
regional dilihat dari aspek manfaat bagi manusia. Sedangkan manfaat bagi
lingkungan adalah konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga
kelestarian alam. Upaya tersebut melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi.
Melalui kegiatan magang yang dilaksanakan, diharapkan mahasiswa
dapat menguasai seluruh unit kegiatan usaha yang ada di institusi mitra, mulai
dari pemeliharaan ayam, penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen
perkandangan dan kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan strategi
pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya
memperoleh pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi juga memperoleh
keterampilan dan pengalaman kerja. Selain itu, kegiatan magang akan
memberikan dampak terhadap peningkatan aspek-aspek yang berkaitan
dengan pengembangan sikap, pengembangan karier setelah lulus serta dapat
melatih kepekaan dalam mengidentifikasi permasalahan dan mencari alternatif
solusi melalui pendekatan lintas disiplin umum guna meningkatkan
kemampuan intelektualnya.
3
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Tujuan Umum kegiatan magang mahasiswa antara lain adalah sebagai
berikut
1) Mengupayakan penyelarasan antara status pencapaian pembelajaran
di kampus dengan dinamika perkembangan kegiatan usaha di sektor
peternakan.
2) Sebagai strategi peningkatan kompetensi lulusan.
3) Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
yang praktis dan secara langsung dapat memecahkan permasalahan
yang ada dalam kegiatan magang. Meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapannya,
sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke
masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memperoleh ketrampilan secara langsung kegiatan
khususnya pada breeding ayam, penanganan telur dan penetasan
DOC.
2) Mengetahui produksi pembuatan pakan ayam dan strategi pemasaran
produk yang dihasilkan.
3) Mengetahui manajemen perkandangan pada ayam Grand Parent
Stok.
4) Mengetahui metode dan teknik yang digunakan pada proses
pemeliharaan ayam, penanganan telur dan penetasan DOC,
manajemen perkandangan dan kesehatan, produksi pembuatan pakan
ayam dan pemasaran produk yang dihasilkan.
5) Mengetahui cara biosecurity, pemberian vaksin dan penaganan
hewan sakit.
6) Mengetahui pemasaran pakan dan DOC yang di hasilkan oleh PT.
Super Unggas Jaya.
7) Mengetahui cara penanganan limbah ayam.
4
2. Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang mahasiswa tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana hubungan dan kebenaran
antara teori atau ilmu yang didapat dengan penerapan yang dilakukan
di lapangan.
b. Mahasiswa memperoleh pengalaman baru tentang pemeliharaan ayam,
penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan
kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk
yang dihasilkan di PT. Super Unggas Jaya.
c. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dan mengintegrasikan
diri dalam lingkungan perusahaan serta masyarakat setempat di
PT. Super Unggas Jaya.
d. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai permasalahan serta kendala
dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha peternakan terutama di
PT. Super Unggas Jaya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Breeding
1. Parent stock dan Grand Parent Stock
Secara khusus untuk beberapa spesies tertentu seperti unggas,
klasifikasi bibit terdiri atas: bibit galur murni atau pure line, merupakan
bibit dengan spesifikasi tertentu yang menghasilkan bibit ayam nenek atau
grand parent Stock; bibit ayam nenek, merupakan ayam dengan spesifikasi
tertentu untuk menghasilkan bibit induk ayam sebar atau parent stock;
ayam parent stock, merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk
menghasilkan bibit ayam broiler komersial atau final stock; Final stock
adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan dimanfaatkan
dagingnya (Risyana, 2008).
Ayam Standar Stock adalah darah ayam yang benar-benar darah
murni, dua jenis ayam Standart Stock jika di silangkan menghasilkan
ayam jenis yang ke dua namanya ayam Grand Parent Stock (GPS). Jika di
silangkan lagi antar ayam Grand Parent Stock menghasilkan ayam yang
bernama Parent Stock. Ayam jenis Standart Stock, Grand Parent Stock dan
Parent Stock ini merupakan ayam bergenetik homozigot. Baru setelah
antar dua jenis ayam Parent Stock ini di silangkan menghasilkan ayam
yang bernama Final Stock/ ayam Komersil/ ayam Filial 1, lebih terkenal
dengan nama F.1 (Sutrisno, 2012).
Pemuliaan pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi
dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe yang memiliki sifat-sifat
unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai
benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut
seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan
yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja,
melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe
mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit,
sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika
5
6
seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan
selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul
tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen
(Erwansah, 2012).
Gambar 1. Galur Breeding Ayam Broiler
2. Final Stock
Ayam Final Stock ini merupakan ayam yang bergenetik
Heterozygot, tentu saja saat mengumpulkan ayam bergenetik Homozygot
di atas, sudah harus di tentukan parameter keunggulan masing-masing
ayam bagian mana yang di inginkan, untuk tujuan produksi telur atau
produksi daging.
Ayam Final Stock merupakan ayam edisi terakhir, jika keturunan
ayam Final stock dikawinkan atar sesamanya akan kembali lagi ke
perkawinan Inbreeding. Seperti ayam Kresing Super yang saya buat
merupakan ayam Final Stock, seharusnya ayam Arab pun harus seperti itu,
jika pembuatnya mengerti kaidah ilmu pemuliabiakan ternak
(Sutrisno, 2012).
7
Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk
menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau
lebih unggul dari tetuanya. Direktorat Jenderal Peternakan (1986)
menyatakan bahwa garis keturunan dalam menghasilkan final stock secara
berurutan yaitu: Pure Line Great Grand Parent Stock Grand Parent Stock
Parent Stock Final Stock
3. Telur Tetas
Telur tetas merupakan telur fertile atau telah dibuahi, dihasilkan dari
peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur komersial,
yang digunakan untuk ditetaskan. Dengan demikian maka yang menjadi
factor kunci bagi keberhasilan penetasan buatan adalah produksi telur
tetas. Oleh karena itu breeder farm merupakan factor kunci dalam rangka
menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik untuk menghasilkan anak
ayam sebagai bibit pedaging maupun petelur (Suprijatna, 2005).
Prinsip dari penetasan telur dengan mesin tetas adalah
mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik
itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan
dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan
penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat
dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam
jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan
seleksi pada telur (Yuwanta, 1983).
Telur yang akan ditetaskan hendaknya dipilih dari kelompok yang
mempunyai produksi tinggi. Hal ini penting dilakukan karena kelompok
yang produktif cenderung akan dapat menghasilkan anakan yang
mempunyai potensi produksi telur yang baik pula. Selain itu, kelompok
tersebut harus mempunyai jumlah pejantan yang cukup agar telur yang
dihasilkan mempunyai daya tunas (fertilitas) yang tinggi . Perbandingan
jantan dan betina yang baik adalah 1 : 7 atau 1 : 5 (Setioko, 1998).
8
Dalam penggunaan mesin tetas ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesuksesan proses penetasan menurut Winarto (2008)
antara lain :
1. Suhu
Suhu yang tidah stabil akan menyebabakan kegagalan proses
penetasan. kagagalan dapat ditandai dengan banyaknya anak ayam yang
tidak menetas. Jika menetas bulu ayam akan lengket oleh cairan
amnion. Selain itu juga berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan
untuk menetas. Suhu yang dibutuhkan dalam mesin tetas yaitu 37,5oC
dan harus stabil. Untuk menjaga kesetabilan akan lebih baik jika
dilakukan pengecekan setiap jamnya.
2. Kelembaban
Kelembapan yang terlalu tinggi akan mencegah terjadinya
penguapan air dari dalam telur. Sementara kelembapan yang terlau
rendah aka menyebabkan terjadinya penguapan air terlalu banyak dari
dalam telur sehingga terjadi kematian embrio. Kelembapan yang ideal
dalam mesin tetas antara 60-70%. Kondisi yang baik dalam proses
penetasan adalah kelembapan relatif 68% selama 24 jam pertama dan
70% selam 4 jam sebelum telur menetas. Kelembaban selama penetasan
pun diperhatikan. Dengan adanya bak air yang terdapat dibawah rak
telur berfungsi untuk mengatur kelembaban dalam ruangan mesin tetas
dengan cara menambah atau mengurangi air dalam bak air. Kelembaban
udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus dijaga
sehingga tidak terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab.
3. Pengaturan Sirkulasi Udara
Keberadaan ventilasi sangat penting dalam mesin tetas, karena
dengan adanya ventilasi akan terjadi pergantian udara segar di dalam
mesin tetas. Selain itu juga mensuplai oksigen den mengeluarkan
karbondioksida yang muncul akibat metabolisme telur selama
pengeraman berlangsung dan juga sebagai mendistribusikan panas secar
merata.
9
4. Pemutaran Telur
Pemutaran telur memang harus dilakukan pada proses penetasan
telur dengan mesin tetas, dalam hal ini pemutaran dilakukan sebaiknya
setiap jam sekali. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada
didalam mesi tetas harus searah, hal ini penting dilakukan supaya
terjadi sirkulasi udara panas dapat merata. Fungsi utamanya adalah
untuk menyeragamkan suhu permukaan telur, mencegah pelekatan
embrio pada kulit kerabang telur dan mencegah melekatnya kuning
telur pada akhir penetasan. Pada beberapa model mesin tetas terdapat
juga mesin yang menggunakan model otomatis yaitu pemutaran dapat
dilakukan sendiri oleh mesin dengan mengatur terlebih dahulu waktu
yang diinginkan.
Gambar 2. Setruktur Telur
Pemilihan telur tetas secara eksterior sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan penetasan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyeleksi telur tetas yag akan ditetaskan dalam mesin
tetas, diantaranya sebagai berikut:
a. Asal telur
Ada beberapa telur yang tidak tumbuh embrionya dan tidak
dibuahi atau telur infertil, telur-telur tersebut sebaiknya tidak ditetaskan.
10
Sebaiknya telur diambil dari tempat pembibitan ayam betina yang
mempunyai fertilitas tinggi hasil seleksi. Induk yang mempunyai produksi
tinggi biasanya mempunyai fertilitas tinggi. Induk diambil yang
mempunyai fertilitas telur 85-90% dengan perbandingan ayam jantan dan
betina 7 sampai 10 untuk 100 ekor (Neshein et al., 1979)
b. Bentuk telur
Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur
dengan bentuk bulat atau terlalu lonjong merupakan telur abnormal
sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang
mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati et al., 1998).
Letak rongga udara harus normal yaitu pada bagian yang tumpul dan
sistematis berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi, 1993).
Bentuk telur dapat dilihat dari indeks telurnya. Indeks telur
merupakan perbandingan antara lebar dengan panjang telur yang
dinyatakan dalam persen. Indeks telur yang ideal adalah 74%
(Yuanita, 1983).
c. Kerabang telur
Kerabang telur dipilih yang tidak retak, kotor dan tekstur halus
(Nesheim et al., 1979). Kulit telur yang dipilih yang normal, tidak terlalu
tebal dan tipis. Telur yang tebal biasanya jika diberi sinar akan berwarna
gelap dan telur yang normal kelihatan bening dan bersih. Warna kulit telur
dipilih yang sewarna seragam dan normal, misalnya ayam kampung
berwarna coklat agak putih, Australorp berwarna abu-abu dan White
Leghorn berwarna putih bersih (Chan dan Zamrowi, 1993)
d. Besar dan berat telur tetas
Berat telur tetas harus seragam sesuai dengan bangsa dan tipe
ayamnya sehingga diharapkan menghasilkan anak ayam yang seragam dan
menetas secara serempak. Untuk ayam ras mempunyai berat telur 55-60
gram dan ayam buras 45-50 gram (Nuryati et al., 1998). Tidak dianjurkan
untuk menetaskan telur tetas yang berukuran kecil atau besar. Untuk telur
11
yang besar akan membutuhkan waktu menetas yang lebih lama
dibandingkan telur yang lebih kecil (Nesheim et al., 1979).
e. Umur telur tetas
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya yang masih segar yaitu yang
berumur kurang dari 7 hari. Telur yang terlalu lama sisimpan akan
mengakibatkan kematian embrio pada hari ke-2 sampai ke-4 saat ikubasi
dan jika terjadi perkembangan embrio akan tidak sempurna. Untuk telur
sebaiknya dipilih yang seragam agar telur menetas dengan serempak
(Nuryati et al., 1998). Penyimpanan telur diatas 4 hari akan menyebapkan
daya tetas menurun 2% setiap hari (Shanawany, 1994).
f. Kebersihan telur tetas
Sebelum ditetaskan hendaknya telur dalam keadaan bersih dengan
mengusahakan memilih telur yang bersih secara alami dan tidak dengan
cara dibersihkan. Telur yang kotor akan terkontaminasi oleh bakteri
sehingga mengakibatkan telur membusuk (Nuryati et al., 1998).
Kebersihan telur ini dapat dilihat dari keadaan kerabang telur. Telur yang
kotor biasanya terdapat bercak-bercak pada kerabang
(Chan dan Zamrowi, 1993).
4. Mesin Tetas
Pada prinsipnya penetasan telur menggunakan mesin tetas adalah
meniru tingkah laku dan apa saja yang dikerjakan induknpada saat akan
mengerami sampai telur menetas (Yuanita, 1998). Pada ayam pembuahan
terjadi dalam tubuh induknya dan perkembangan dari embrio secara lengkap
ada di luar tubuh dari induknya. Prinsip ini digunakan untuk ide pembuatan
sistem penetasan telur yang digunakan untuk proses perkembangan embrio
di luar tubuh induk. Telur ayam di dalam incubataor akan menetas setelah
21 hari (Nesheim et al., 1979).
Mesin tetas merupakan mesin penetas yang mempunyai prinsip kerja
seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan
mempunyai beberapa sarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan
fisiologi dari embrio anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu
12
dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang
meliputi temperature, kelembapan udara dan sirkulasi udara. Pada alat
penetas semua factor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan
kondisi yang diinginkan yang sesuai dengan kondisi proses biologi
penetasan (Nesheim et al., 1979).
Penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan
dibandingkan dengan penetasan secara alami. Menurut Yuwanta (1983),
kelebihan tersebut antara lain :
1. Dapat dilakukan sewaktu-waktu karena tidak tergantung dari induk
ayam.
2. Mampu melakukan penetasan telur dalam jumlah banyak. Kapasitas
mesin tetas bervariasi mulai dari 100 sampai 10.000 butir.
3. Mampu menghasilkan anak ayam dalam jumlah banyak dalam waktu
yang bersamaan.
4. Selama penetasan sudah dapat diramalkan jumlah anak yang akan
dihasilkan, karena selama proses penetasan dilakukan peneropongan
telur sehingga dapat diketahui jumlah telur yang fertile dan telur yang
mati.
Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetelan antara
temperature 990 sampai 1020 F dengan cara mengatur jarak dengan memutar
gagang pelatuk pada switch di antara regulator dengan switch. Setelah
temperature yang diinginkan tercapai (temperature konstan), dibiarkan
sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo, 1999). Begitu juga untuk
kelembapan udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh dan
dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembapannya antara 55 sampai
60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam
bak (Nuryati et al., 1998).
5. Penanganan DOC
Secara alami, semua mahluk hidup, termasuk ternak unggas,
berkembang biak (melakukan perkawinan) dan terjadi seleksi. Namun,
hasil perkembang biakan dan seleksi tidak akan terarah. Perkembangan
13
pengetahuan dan teknologi telah menuntut manusia untuk
mengembangbiakkan ternak secara terarah sesuai dengan tujuannya.
Tujuan perkawianan yaitu untuk meningkatkan populasi dan
meningkatkan atau memperbaiki potensi genetic sifat produksi (performa)
yang beguna bagi manusia (Suprijatna, 2005).
Untuk menghasilkan keturuan ayam yang berkualitas baik tidak hanya
ditentukan oleh pejantannya saja, tetapi juga oleh betinanya. Oleh karena
itu, ayam betina yang akan digunakan untuk indukan harus dipilih yang
memiliki kualitas baik. Artinya ayam betina tersebut harus dapat
menghasilkan telur yang bnyak dan memiliki daya tetas yang tinggi
(Sudradjad, 2003).
Penanganan DOC pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan
sebagai berikut :
1. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulu kering;
2. Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas disingkirkan;
3. Pemisahan jantan dan betina dilakukan melalui metode sexing (kloaka,
suara dan warna bulu);
4. Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari tempat pembibitan harus
sudah divaksin Marek’s;
5. Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan catatan program vaksinasi
yang telah dan seharusnya dilakukan dikemudian hari (Deptan, 2012).
B. Perkandangan
1. Close House
Kandang adalah lingkungan terkecil tempat unggas hidup dan
berproduksi. Oleh karena itu, dibutuhkan kandang yang nyaman dan
berpengaruh terhadap kesehatan unggas yang prima dan menghasilkan
produksi yang maksimal. Salah satu bagian kandang yang berperan
sebagai penyedia udara yang bersih adalah sistem ventilasi yang baik.
Aliran udara yang cukup akan mampu memberikan suplai oksigen untuk
kebutuhan pernapasan ayam sekaligus mengeluarkan CO2 dan amonia dari
dalam kandang. Selain itu, ventilasi yang baik akan menurunkan
14
konsentrasi debu dan mikroorganisme penyebab penyakit. Aliran udara
dari dan ke kandang akan sangat baik jika dibantu oleh tiupan angin secara
alami. Jika tiupan angin kurang baik dapat dibantu dengan kipas angin
yang dipasang di tempat-tempat tertentu di dalam kandang
(Z. Abidin, 2003).
Gambar 3. Kandang Close House
Peternakan unggas yang menggunakan sistem kandang tertutup
(close house system) memiliki beberapa keuntungan dari segi
manajemennya. Keuntungan dari penerapan sistem kandang tertutup yaitu
efisiensi lahan, pemberian pakan dan minum, tenaga kerja, dan
pengelolaan kesehatan. Peternak unggas di berbagai wilayah di dunia telah
mengerti bahwa untuk memelihara unggas dengan efisiensi maksimal,
beberapa kondisi harus dipenuhi, yaitu pencegahan stres, pemberian pakan
dan minum yang baik, dan sanitasi. Dengan memenuhi kondisi tersebut,
pada dasarnya peternak sudah menjamin terlaksananya prinsip
kesejahteraan hewan. Meskipun demikian, produktivitas tinggi dan
kesehatan unggas tidak menjamin kesejahteraan unggas yang baik
(Van Horne, 2008).
Peternakan unggas dengan sistem kandang tertutup menyediakan
suhu dan kelembaban kandang yang terkontrol. Kepadatan populasi
unggas dalam kandang sistem tertutup bisa mencapai 15 ekor per meter
persegi. Dibandingkan dengan sistem kandang terbuka, dengan populasi
15
10 ekor per meter persegi, penggunaan lahan untuk kandang lebih efisien
dengan sistem kandang tertutup (Anonim, 2002).
Sistem otomatisasi pada kandang sistem tertutup dapat
mengefisienkan pemberian pakan dan minum. Pemberian pakan dalam
kandang menggunakan perangkat yang secara otomatis akan
mendistribusikan pakan ke seluruh flok kandang secara merata. Pada
sistem kandang tertutup, efisiensi pakan dapat dilakukan dengan mengatur
temperatur dan kelembaban. Semakin tinggi temperatur maka akan
berpengaruh pada penurunan konsumsi pakan unggas. Penurunan
konsumsi pakan tersebut berdampak pada produktivitas unggas. Suhu dan
kelembaban yang terkontrol diharapkan dapat meningkatkan konsumsi
pakan, sehingga penampilan dan produktivitas unggas dapat
dimaksimalkan dan dari segi ekonomis dapat menurunkan biaya investasi
(Card, 1972).
Kandang model tertutup dimaksudkan untuk mengurangi kontak
antara ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang, menciptakan
lingkungan ideal dalam kandang, meningkatkan produktivitas dan
pertumbuhan ayam, efisiensi lahan, dan tenaga kerja serta menciptakan
usaha peternakan yang ramah lingkungan (Fadillah, 2000). Penggunaan
kandang tertutup memiliki keuntungan, yaitu memudahkan pengawasan,
pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai
ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi
(Sudaryani dan Santoso, 2004).
Closed house system dibuat dengan tujuan agar faktor lingkungan sepert
panas, cuaca, angin hujan dan sinar matahari tidak berpengaruh banyak
saat pemeliharaan. Berikut ini adalah keuntungan closed house system :
1. Meningkatkan kapasitas pemeliharaan.
2. Ayam lebih sehat, nyaman, segar dan tenang.
3. Sirkulasi udara lebih baik
4. Mendukung produktivitas maksimal
5. Efisiensi tenaga kerja.
16
6. Temperatur dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan.
7. faktor lingkungan tidak berperan banyak saat pemeliharaan
Pembuatan kandang closed house dapat bervariasi tergantung pada
lingkungan dan kemampuan finansial peternak. Secara umum ragam yang
ada di lapangan terdiri dari:
1. Sistem Tunnel : menggunakan fan dan tirai tanpa cooling system.
2. Full closed house : ada fan, cooling system dan tirai/penutup dinding
samping.
3. Full otomatic closed house.
Pada sistem 1 dan 2 umumnya menggunakan alat pakan dan minum
manual atau tempat pakannya saja manual sementara air minum
menggunakan bell drinker. Pada sistem 3, closed house dengan
perlengkapan serba otomatis termasuk alarm sistemnya. (anonim, 2010)
Struktur umum kandang sistem terbuka (Closed house) dan
perlengkapanya:
1. Bagunan kandang: baik bagunan baru maupun renovasi kandang.
2. Kipas/fan: dapat terdiri dari exhaust fan, blower fan, ceiling/roof fan
ataupun wall fan.
3. Material cooling dan perlengkapannya: celpad/evaporative pad,
material cooling lainnya ataupun fogging system.
4. Dinding kandang: dapat berupa solid wall, tirai/curtain system dan
celing material.
5. Filter cahaya/light filter/light trap
6. Air inlet
7. Lighting system
8. Control panel + electrical system
Kerugian kandang terbuka anara lain menurut Ahmadi (2009):
1. membutuhkan komponen-komponen seperti kandang, kipas, cooling
pad, temptron yang berfungsi sebagai pengontrol utama, panel kontrol
listrik, tirai untuk samping kanan dan kiri plafon, dan listrik yang bisa
bersumber dari PLN dan Genset.
17
2. kandang model sistem tertutup tetap masih bisa dijumpai kegagalan-
kegagalan. Kegagalan dimaksud akibat desain kandang yang kurang
tepat, kurang memahami manajemen kandang tertutup, kurangnya
perawatan peralatan kandang, permasalahan kipas terkait mutu dan
kuantitasnya, sumber penerangan terkait sering padamnya, luas inlet
yakni perbandingan luas area dengan kuantitas kipas yang dimiliki,
program minimalisasi amoniak yang kurang efektif, posisi kandang
satu dengan yang lainnya yang kurang diperhatikan, serta pemasangan
tirai yang kurang rapat.
2. Open House
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan
tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena
kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga
pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar.
Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan
lebih murah. Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk
menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan
seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh.
Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat
meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan
konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress,
pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit
(Akoso,1993).
18
Gambar 4. Kandang Open House
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai batere
dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah
tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol,
memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan
sistem ini adalahbiaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan
mineral, sering banyak lalat. Sedangkan kandang litter merupakan kandang
yang menggunakan litter sebagai alas kandang. Keuntungan sistem ini
adalah biaya relatif rendah,menghilangkan bau kotoran, jika litter kering,
pembuangan kotoran lebih mudah. Kekurangannya adalah penyeberan
penyakit lebih mudah, pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati
(Rasyaf, 1999).
Sistem panggung ini biasanya dibuat di atas kolam ikan. Bahan
yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara
berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah sisa pakan dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah.
Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar,
akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif
mahal (Ditjenak, 1996).
Lantai kandang serasah tebal dapat dibuat dari tanah yang
dikeraskan, kayu atau beton. Harus ada dinding beton atau bata yang kuat
disekeliling lantai dengan tinggi sekurang-kurangnya 30 cm. Jika dinding
sekat diperlukan dalam kandang, bahan yang paling cocok untuk
19
dipergunakan adalah jaring-jaring logam lebar, karena itu memberikan
ventilasi, tetapi juga sangat kaku (Williamson dan Payne, 1993).
Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting, karena
atap kandang akan melindungi ternak dari panas dan hujan. Tipe-tipe
kandang menurut antara lain : monitor (atap kandang yang terdiri dari sisi
pada bagian puncaknya), shade (atap kandang yang hanya memiliki satu
sisi dan digunakan pada kandang sempit), saw thoth (atap kandang yang
terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai
ventilasi), gable (atap yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang
diatasnya) (Murtidjo, 1987).
Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang
cocok untuk kehidupan ayam petelur, harga tanah relative murah serta
mudah dijangkau alat transportasi dan komunikasi. Memelihara ayam
petelur sebaiknya dilakukan pada ketingian 100-400 meter diatas
permukaan laut. Kurang dari ketinggian 100 meter dari permukaan laut
maka ayam mudah stress karena pengaruh panas. Sementara ketinggian
diatas 400 meter akan berpengaruh buruk karena curah oksigen semakin
rendah, sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit pernafasan maupun
penyakit metabolisme lainnya. Disamping itu, syarat mutlak lainnya
adalah tersedia sumber air yang cukup. Jenis tanah yang dipilih adalah
yang mudah menyerap air seperti tanah berpasir. Menurut pengalaman,
jika jenis tanah kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia
relative lebih bersih dan tidak tercemar kuman penyakit. Karenanya ayam
tidak mudah terserang penyakit. Tanah yang sulit menyerap air seperti
tanah lempung/ tanah liat sebaiknya dihindari untuk lokasi kandang
(Anonim, 2010)..
Dalam membuat kandang dengan sistem alas litter berukuran (1x1)
m2 menggunakan bahan seng yang telah dicat dengan kapur. Kemudian di
atas lantai disebarkan atau ditaburkan kulit padi atau sekam lalu atasnya
dilapisi dengan kertas koran. Sebenarnya bahan atas litter dapat juga
20
menggunakan serbuk gergaji, serutan kayu, tongkol jagung dan lain-lain.
Litter tidak boleh terlalu kering atau lembab sekali karena jika terlalu
kering dapat menimbulkan debu dan jika terlalu lembab dapat
menimbulkan coccidiosis (Yahya, 1979).
Secara keseluruhan sistem alas kawat ternyata lebih
menguntungkan daripada sitem litter, terutama untuk periode pertama (di
bawah umur lima minggu). Untuk pertumbuhan periode kedua (di atas
umur lima minggu), perbedaan sistem alas kandang ini pada instansi
pertama erat kaitan pengaruhnya dengan temperatur terhadap perbedaan
konsumsi energi dan pada tahap kedua terhadap perbedaan efektivitas dan
efisiensi penggunaan energi, sehingga menimbulkan interaksi yang nyata
(sistem kawat menguntungkan pada dataran rendah, sedang sistem litter
untuk dataran tinggi (Soeharsono, 1976).
Gambar 5. Macam-macam atap kandang a) Atap Monitor b) Atap Semi monitor c) Atap Shade/miring d) Atap Gable e) Atap sawtooth
Kedalaman litter maksimal harus tidak lebih dari 30 cm. Syarat-
syarat normal untuk ayam dewasa adalah litter dengan kedalaman 10-13
cm, bertambah sampai 20-30 cm. Untuk anak-anak ayam dalam litter
21
mula-mula harus tidak lebih dari 5-8 cm, tetapi berangsur-angsur
bertanbah seraya anak-anak ayam tumbuh (Williamson dan Payne, 1993).
Menurut Ir Ahmadi (2009) model kandang sistem terbuka
memberikan kontribusi yang kurang bagus bila dibandingkan dengan
model kandang sistem tertutup. Hal ini dikemukakannya berdasarkan
pengalaman lapang yang dimilikinya dalam kurun waktu yang cukup
lama. Di samping itu, model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi
dengan perkembangan mutu genetic ayam ras saat ini, yakni ayam dengan
strain-strain modern dengan tingkat pertumbuhan yang cepat bila
dibandingkan dengan strain-strain ayam tempo dulu. Menurut Suprijatna
(2006) kandang system ini beresiko tinggi terserang wabah penyakit. Bibit
penyakit berjangkit karena dibawa oleh hewan liar yang masuk area
kandang.
C. Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharaan fase starter dianjurkan untuk diberi pakan yang
mengandung protein tinggi dan energi rendah, sebab pada fase ini DOC lebih
suka menyimpan energi dalam bentuk protein. Pada pemeliharaan fase finisher,
energi disimpan dalam bentuk lemak sehingga pakan yang diberikan
dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi
(Irawan, 1996).
Dasar pertumbuhan pada broiler yang timbul itu sebenarnya merupakan
manifestasi dari perubahan – perubahan yang terjadi dalam sel yang mengalami
proses – proses hiperplasi atau pertambahan jumlah yang selanjutnya diikuti
dengan proses hypertrophy atau pembesaran ukuran dari pada sel tersebut
(Williamson dan Payne, 1993).
Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat
energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan
tingkat energi dan protein. Asam – asam amino pakan hanya digunakan secara
efektif jika tingkat energinya cukup (Scott et al., 1982).
Pakan ayam broiler yang baik tergantung pada kondisi bahan-bahan
pakan yang digunakan untuk meramu bahan tersebut menjadi ransum (ransum
22
adalah kombinasi bahan-bahan pakan yang telah diramu). Secara fisik memang
terlihat bahan-bahan pakan itu baik. Tetapi secara kimiawi belum tentu.
Menilai baik atau buruknya bahan pakan yang digunakan sebagai ramuan
pakan ayam itu jangan hanya dilihat dari mata sepintas saja. Tetapi harus
didukung oleh analisa kimiawi dari bahan pakan yang digunakan
(Rasyaf, 1999).
Pakan ayam ras yang berkualitas baik selalu didukung oleh ramuan
bahan yang tepat sesuai kebutuhan sehingga merupakan suatu jaminan bahwa
ransum itu layak diberikan kepada ayam dan menghasilkan produksi yang
sesuai dengan yang diharapkan oleh pemeliharanya. Pakan yang berkualitas
baik tidak dapat diserap oleh tubuh ayam secara sempurna. Jumlah yang
masuk ke dalam tubuh ayam pun tidak sesuai dengan jumlah pakan yang
seharusnya dibutuhkan (Rasyaf, 1999).
Sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein.
Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan
sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi
pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam
Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti
karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air (Anggorodi, 1985).
Air mempunyai fungsi yang sama dalam pola mekanisme pendinginan
seperti mamalia pada pemeliharaan ayam broiler. Hal ini ditunjukkan oleh daya
tatalintas airnya dan atau konsumsi air yang nyata lebih tinggi pada temperatur
tinggi (dataran rendah) daripada termperatur rendah (dataran tinggi). Hal ini
juga berpengaruh terhadap pakan yaitu makin tinggi energi dalam ransum,
makin rendah ransum tersebut dikonsumsi, namun makin tinggi kadar lemak
dalam tubuh terutama lemak ini merugikan berat dan kualitas karkas serta
secara tidak langsung merugikan protein tubuh. Akan tetapi semua efek yang
merugikan itu dapat dikurangi ketepatan imbangan kalori/protein untuk
masing-masing termperatu lingkungan (Soeharsono, 1976).
D. Pakan
23
1. Energy
Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk
memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum.
Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400 kkal energi metabolisme
per kg ransum (Anggorodi, 1985).
Daya cerna karbohidrat yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%.
Akan tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari tanaman seperti
selulosa dan hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya menyebabkan daya
cerna karbohidrat akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan salah satu
unsur penentu daya cerna energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan
menurunkan nilai daya cerna dari bahan ransum, sehingga dapat
menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan ternak
(Anggorodi, 1985).
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan fasefinisher (umur 4-6 minggu).
a) Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut
menurut Anissa dkk (2012):
1) Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%,
lemak 2,5%, serat kasar 4%,Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-
0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
2) Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan
yaitu minggu pertama (umur 1-7hari) 17 gram/hari/ekor; minggu
kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-
21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91
gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakanyang dibutuhkan tiap ekor
sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
b) Kualitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
1) Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-
21,2%; lemak 2,5%; serat kasar4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor
(P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
24
2) Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur
yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36hari) 111 gram/hari/ekor; minggu
ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur44-
50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari)
161gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-
57 hari adalah 3.829 gram
Adapun penggunaan energi padaayam diantaranya untuk produksi menurut
Anggorodi (1985):
a. Pertumbuhan jaringan tubuh
Pakan dibuat sedemikian rupa sehingga komposisi asam amino
nya dapat memenuhi kebutuhan ayam. Namun demikian protein yang
masuk kedalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-asam amino,
sebelum diserap oleh tubuh. Setelah itu asam-asam amino akan
digunakan untuk pembentukan jaringan tubuh (daging, bulu dan
jaringan tubuh lainya) dan hal ini banyak membutuhkan energi.
b. Penambahan lemak dan penyimpanan karbohidrat
Metabolisme lemak lebih sederhana di bandngkan nutrient lainya,
kelebihan lemak akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak
juga. Begitu juga dengan karbohidrat, jika nutrient ini berlebih akan
disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh unggas.
c. Telur dan semen
Karena dipanen pada usia yang relatif muda, ayam broiler belum
sampai pada masa reproduksi yang tentunya membutuhkan energi
untuk pembentukan semen dan telur.
2. Protein
Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
pemotongan. Faktor yang mempengaruhi kualitas daging sebelum
pemotongan antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis
kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, enzim, antibiotik,
mineral, suplemen), dan stres. Faktor sesudah pemotongan meliputi
pelayuan, metode pemasakan, pH daging, macam otot daging, lokasi pada
25
otot daging, dan lain-lain. Faktor kualitas daging yang dimakan terutama
meliputi warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma termasuk bau
dan cita rasa serta kesan jus daging (juiceness). Disamping itu, lemak
intramuskular, susut masak (Cooking loss) yaitu berat sampel daging yang
hilang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan atau pH daging
ikut menentukan kualitas daging (Hardanto. 2006)
Dalam menyusun ransum ayam broiler, yang perlu diperhatikan adalah
protein ransum di samping zat-zat makanan lainnya. Protein ransum
biasanya bersumber dari protein nabati dan protein hewani. Protein hewani
lebih unggul dari pada protein nabati karena protein hewani lebih
berimbang dalam kandungan asam-asam amino esensialnya, seperti lisin
dan methionin. Adanya kombinasi dari sumber protein yang berasal dari
protein hewani dan nabati diharapkan keseimbangan zat-zat makanan yang
dibutuhkan dapat dipenuhi karena adanya saling melengkapi di antara
kekurangan tersebut (Yunilas, 2005).
Kualitas protein antara lain ditentukan oleh kelengkapan dan
keseimbangan asam amino esensial yang dikandung di dalamnya. Protein
yang berkualitas tinggi mengandung asam-asam amino esensial yang
lengkap, jumlahnya cukup dan seimbang. Penyusunan ransum unggas saat
ini titik berat perhatiannya bukan lagi terhadap jumlah protein yang harus
disediakan, akan tetapi lebih memperhatikan imbangan antara energi
dengan asam-asam amino esensial, karena asam-asam amino esensial tidak
dapat disintesis dalam tubuh sehingga kebutuhannya harus disediakan
dalam ransum yang dikonsumsinya (Aisjah dkk, 2007).
Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh
ayam pedaging untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan
jaringa dan pertumbuhan bulu, tetapi sebagian akan terbuang melalui
ekskreta. Ekskreta, selain mengandung protein yang berasal dari makanan
yang tidak dicerna juga mengandung N-Endogen yang berasal dari sel-sel
epitel yang rusak dan enzim. Adapun yang benar-benar digunakan adalah
26
yang diretensi dala tubuh, yang diukur sebagai nitrogen yang diretensi
(Crampton dan Harris, 1969).
3. Kalsium
Konsumsi kalsium merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada kualitas telur yang meliputi berat telur, tebal kerabang, dan specific
gravity untuk itu kegiatan pemberian kalsium pada ayam arab harus
mampu mencukupi kebutuhan untuk tumbuh, produksi telur, pembentukan
kerabang, dan pengoptimalan berat telur.
Kebutuhan kalsium ayam pada tiap fase starter, pullet, dan laying
berturut-berturut adalah 2 gram/ekor/hari, 2,75-3 gram/ekor/hari, dan 3,25
gram/ekor/hari (Sarwono, 2001). Roland et al. (1984) dan Ahmad et al.
(2003) menyatakan bahwa mengkonsumsi kalsium lebih dari 2,9
gram/ekor/hari pada ayam ras petelur dapat menyebabkan berat telur,
produksi telur, dan konsumsi pakan turun sedangkan mengkonsumsi
kalsium kurang dari 2,3 gram/ekor/hari menyebabkan produksi telur
rendah, kerabang tipis, kerusakan telur lebih tinggi, dan demineralisasi
tulang (Roland et al., 1984).
Konsumsi kalsium dipengaruhi oleh umur, bangsa, konsumsi
pakan, dan status fisiologis sedangkan berat telur, tebal kerabang, dan
specific gravity dipengaruhi oleh konsumsi kalsium (Clunies et al., 1992).
Namun Bentley (2003) yang disitasi oleh Slamet (2005) menyatakan
bahwa hampir semua peternakan ayam petelur mencatat produksi telur
namun tidak semua mencatat rerata berat telur dan melakukan uji kualitas
kerabang dengan metode specific gravity.
Para peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan linear positif
antara konsumsi kalsium dengan produksi telur, berat telur, specific
gravity (Roland et al., 1984), dan tebal kerabang (Clunies et al., 1992)
pada ayam ras. Sedangkan hubungan antara berat telur, tebal kerabang,
dan specific gravity dengan konsumsi kalsium untuk selain ayam ras. Oleh
karena itu penentuan konsumsi kalsium yang sesuai dengan kebutuhan
27
akan berpengaruh pada kualitas telur yaitu berat telur, tebal kerabang, dan
specific gravity telur ayam.
E. Biosecurity
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Biosekuriti, Prinsipnya ada 3 yaitu :
a. Meminimalkan kesempatan penyakit berhubungan dengan hewan
unggas,
b. Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit dan
c. Membuat lingkungan tidak kondusif untuk kehidupan penyakit.
Biosekuriti dapat dilakukan dengan cara pemakaian masker, sarung
tangan, wearpack dan sepatu; mencuci tangan dengan desinfeksi sebelum
dan sesudah kontak dengan unggas; sanitasi kandang; pembatasan lalu
lintas orang yang keluar masuk kandang, pemusnahan unggas sakit/ mati
dengan cara dibakar kemudian dikubur 1,5 m; pemasakan daging dan telur
dengan sempurna.
2. Vaksinasi
Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif dengan subtipe yang
sama kepada unggas sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4
hari dengan suntikan subkutan (Irawan, 1996).
Daya kerja vaksin adalah sangat spesifik, oleh sebab itu setiap
macam penyakit harus di pergunakan vaksin yang berbeda. Vaksin aktif
(virus hidup) berati virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup
tetapi telah di kendalikan, yang akan tumbuh dan berkembangbiak di
dalam tubuh induk semang. Vaksin ini aktif (virus mati) adalah agen
penyakit yang di kandung oleh vaksin dalam keadaan mati biasanya di
dalamnya di campurkan oil adjuvant (Rasyaf, 1995).
Cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes mata,
tetes hidung, injeksi/suntikan, atau dengan metode spray (penyemprotan
halus). Dari cara-cara tersebut di atas, cara tetes mata dan hidung
merupakan metode yang mudah dilakukan, demikian pula terhadap vaksin
Gumboro. Sedangkan jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut:
28
Tabel 1 Program Pencegahan Penyakit Terpadu Pada Pemeliharaan Ayam
Pedaging (Broiler)
Umur Obat/vaksin keterangan0 Desinfeksi Suci hama peralatan dan kandang
1-3 Antistres Menghilangkan stress perjalanan3 Vaksinasi ND 1 Mencegah ND
4-7 Vitamineral Memacu pertumbuhan8-10 Koksidiostat Mencegah koksinasi11-13 Antistres Persiapan vaksinasi
13 Vaksinasi CRD Mencegah CRD16-22 Multivitamin Memacu pertumbuhan23-25 Koksidiostat Mencegah koksidiosis26-28 Antistres Persiapan vaksinasi
27 Vaksinasi ND II Mencegah ND28 Vaksinasi CRD Mencegah CRD
29- panen Multivitamin Memacu pertumbuhan
Sumber: Suprijatna 2006
Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum
berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stress),
defisieansi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit
karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan.
Misalnya penyakit Cekaman adalah keadaan ayam ketika mengalami
ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman
mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu,
serta produksi menurun, dan akhirnya berhenti. Penyebab: cuaca/iklim
yang tidak menentu, suara bising/ledakan/kejutan (orang/hewan liar),
mekanis (saat vaksinasi atau perjalanan), pergantian pakan/air minum,
kepadatan kandang. Pencegahan dan pengobatan dengan pemberian
antistres, pemberian dan dosisnya disesuaikan dengan petunjuk pada
kemasan (Anggorodi, 1985).
ND (Newcastle Disease) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus “paramyxovirus”. Gejala klinis antara lain gangguan saluran
pernafasan (batuk, ngorok, susah bernafas dan keluar lendir dari hidung),
anoreksia, feses berwarna hijau disertai gumpalan putih, gemetaran pada
29
seluruh tubuh dan gejala kelainan syaraf (kelumpuhan pada kaki dan
sayap, leher terpuntir dan ayam berputar-putar). Gejala kelainan syaraf
biasanya muncul kemudian. Angka kematian sangat tinggi sampai 100%.
ND dapat menular secara kontak langsung misalnya dengan ayam yang
terinfeksi, alat peternakan, petugas kandang dan binatang peliharaan atau
burung liar yang tercemar. Cara penularan virus ND dari ayam sakit ke
ayam peka tergantung pada tempat berreplikasi dari virus tersebut.
Pengobatannya jika diagnosis ND dapat diperoleh lebih awal, maka
vaksinasi ulangan pada ayam yang belum terinfeksi munkin dapat
memberikan perlindungan terhadap infeksi virus tersebut. Upaya
pencegahannya dengan pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan
aspek manajemen lainnya secara optimal untuk menghilangkan sumber
infeksi virus tersebut (Rangga, 2000).
Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali yang
harus dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif (medivak aa). Kesehatan
ayam harus baik saat pemberian vaksin. Dua hari sebelum pemberian
vaksin, ayam perlu diberikan vitamin extra seperti vita strong dan diberi
vita chicks selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian antibiotik dan
vaksinasi dapat mencegah stress dan efek samping vaksin yang merugikan
(Yahya, 1979).
Mikroplasmolisis CRD atau Chronic Respiratory Disease
merupakan perlakuan terhadap telur – telur yang menetas dengan
menggunakan antibiotik talah terbukti berhasil mematahkan penyebaran
penyakit secara vertikal. Selanjutnya isolasi dan sanitasi yang baik untuk
mendapatkan kelompok – kelompok ayam yang bebas mikroplasma, mirip
dengan SPF ( Spesifik Pathogen Free ) pada babi, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran horisontal. Pengobatan penyakit Infectious coryza
yang paling efektif menggunakan obat seperti misalnya Sulfathiazole
dalam pakan atau pemberian injeksi streptomycin. Pemisahan unggas yang
terserang, penyingkiran ayam betina tua pada akhir tahun, dan suatu
30
pemeliharaan dengan isolasi yang terkontrol dan lingkungan yang bersih,
merupakan kunci untuk mencegah penyakit ini (Blakely dan Bade, 1991 ).
Sediakan air minum yang bersih dalam jumlah yang cukup dan
ditaruh ditempat teduh supaya air selalu sejuk. Air minum yang hangat
krang disukai ayam. Tempat minum yang terbuat dari plastik atau bambu
lebih baik daripada kaleng yang bisa berkarat. Karat besi bisa bereaksi
dengan obat atau vitamin yang akan mengurangi khasiatnya dan juga air
minum dari wadah yang berkarat mudah menimbulkan snot (pilek) pada
ayam. Tempat minum yang diisi secara penuh, bocor dan mudah tumpah
akan menyebabkan litter basah. Litter yang sellalu basah dapat
menimbulkan coccidiosis dan penyakit lain (Yahya, 1979).
F. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan.
Manajemen pemasaran terjadi jika setidaknya satu pihak dalam pertukaran
potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang
dikehendaki dari pihak lain. Manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari
barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan
kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Definisi
ini menyadari bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup
analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga mencakup barang,
jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan
kepuasan bagi pihak yang terlibat (Kotler dan Susanto, 2000).
31
Gambar 5. Proses Pemasaran
Dalam arti kemasyarakatan, pemasaran adalah setiap kegiatan tukar
menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan-keinginan manusia.
Dalm konteks ini kita perlu melihat dengan wawasan luas (1) siapa yang
digolongkan sebagai pemasar, (2) apa yang sedang dipasarkan, (3) siapa
target pasar. Dalm artian bisnis, pemasaran adalah sebuah sistem dari
kegiatan bisnis yang diarancang untuk merencanakan, memberi harga,
mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas
keinginan (Stanton, 1994)
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah
berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen.
Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih
sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha
yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah
sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu
negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama
terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik
tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa
pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel
produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak yang masih
mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit
32
pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja
akan merugi dalam hal ini (Husnain dan Syahbuddin, 2005).
G. Pengolahan limbah
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah,
bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain sebagainya. Dari limbah ternak
terbut para peternak juga dapat menghasilkan keuntungan karena limbah
tersebut dapat diolah menjadi gas dan pupuk misalnya biogas,pupuk kompos
dan pupuk organik (Salundik, 2007).
Beberapa dampak negatif peternakan ayam, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Polusi udara. Polusi berupa bau menyengat yang timbul dari proses
aktivitas mikroorganisme pada sisa-sisa pakan maupun kotoran ternak.
2. Mengganggu kesehatan. Lalat banyak mengerumuni lingkungan kandang
yang tidak terjaga kebersihannya. Lalat tersebut menyebarkan penyakit
yang mengganggu kesehatan.
3. Endemi penyakit. Flu burung yang belakangan ramai dibicarakan, adalah
jenis penyakit ganas yang virusnya berkembang pada populasi ayam.
Peternakan ayam yang tidak mengindahkan kebersihan dan pengelolaan
limbah sering menjadi tempat berkembangnya virus tersebut.
Apabila limbah peternakan ayam diolah dengan tepat, permasalahan tersebut
bisa diatasi. Bahkan, pengolahan limbah ekonomis berpeluang meningkatkan
penghasilan (Anonim, 2011).
1. Limbah Feses
Dalam pemeliharaan ayam pedanging maupun ayam petelur (unggas)
akan ngenghasilkan limbah yang mempunyai nilai nutrisi yang cukup
tinggi. Jumlah kotoran ayam /limbah yang dikeluarkan setiap harinya
banyak, rata-rata per ekor ayam 0, 15 kg. Rata- rata produksi buangan
segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan
33
kering sebanyak 26%, sedangkan dari pemeliharaan ayan pedaging
kotoran yang dikeluarkan sebanyak 0, 1 kg/hari/ekor dan kandungan bahan
keringnya 2 5%. Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa
yang tidak dicerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat,
lemak dan senyawa organik lainnya. Protein pada. kotoran ayam
merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik
lainnya. Komposisi kotoran ayam sangat bervariasi bergantung pada jenis
ayam, umur, keadaan individu ayarn, dan makanan (Abadi, 2010).
Sumber pencemaran usaha peternakan ayam berasal dari kotoran
ayam yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung
dalam kotoran tersebut, yang pada. saat penumpukan kotoran atau
penyimpanan te~adi proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk
gas amonia, nitrat, dan nitrit serta gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang
menyebabkan bau. Kandungan gas amonia yang tinggi dalam kotoran juga
menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau
protein berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak setnua nitrogen
diabsorbsi sebagai amonia, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam
kotoran (Pauzenga, 1991).
Upaya pengelolaan bau kotoran ayam terutama oleh gas amonia dan
hidrogen sulfide perlu dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan
manusia dan ternak. Penggunaan kapur 1-3 % dan probiotik starbio
0,025 - 0,05 % nampaknya merupakan pilihan yang cukup baik
dibandingkan dengan zeolit dan EM4R. Pemantauan lingkungan harus
selalu dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat disekitar usaha
peternakan (Rahmawati, 1999).
2. Limbah Cangkang Telur
Kerabang telur menurut sebagian orang merupakan hasil ikutan
ternak yang menganggaopnya limbah dan dapat mencemari lingkungan
serta tidak dapat dimanfaatkan. Apabila dimanfaatkan kerabang telur
mempunyai potensi yang cukup besar.
34
Pemanfaatan kerabang telur salah satunya adalah dengan
pembuatan tepung kerabang telur. Pemberian tepung kerabang telur pada
pakan ayam petelur dimaksudkan sebagai sumber kalsium akan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas dan kekuatan
kerabang telur yang dihasilkannya. Kekuatan kerabang telur dipengaruhi
oleh ketebalan kerabang dan konsentrasi lapisan pagar yang terdapat
dalam lapisan bunga mamilary, sehingga kekuatan kerabang telur dapat
dikatakan faktor penentu kualitas kerabang telur. Akan tetapi korelasi
antara kekuatan kerabang telur tidak begitu baik dengan ketebalan
kerabang telur (Meyer et al., 2003).
Pemanfaatan limbah kerabang telur menurut Yuwanta (2010)
merupakan salah satu upaya untuk memperkaya nutrien mineral dalam
pakan untuk ayam petelur. Kerabang telur menyusun sekitar 10% dari total
berat telur. Kerabang telur sebagian besar (98,4%) terdiri dari bahan
kering dan hanya 1,6% air. Kerabang telur mengandung 95,1% mineral
dan 3,3% protein. Selain itu diantara mineral tersebut yang paling banyak
adalah kalsium karbonat (98,43%), magnesium karbonat (0,84%) dan
kalsium fosfat sebanyak 0,75%,
Syahputra (2006) menambahkan bahwa tepung kerabang telur
adalah suatu produk olahan dari limbah telur yang masih mengandung
kalsium tinggi. Tepung kerabang telur banyak dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan atau fortifikasi dalam suatu produk pangan untuk meningkatkan
nilai gizi produk tersebut, khususnya kalsium.
Tepung kerabang dalam pemanfaatanya telur dapat digunakan
sebagai perekat karena mengandung 98% kalsium karbonat (CaCO3),
sehingga tepung kerabang telur dapat dikombinasikan dengan semen
sebagai perekat dalam pembuatan papan semen partikel (Syahputra, 2006).
Menurut Syahputra (2006) Papan semen partikel adalah salah satu jenis
papan komposit yang dibuat dari campuran partikel-partikel kayu atau
bahan berlignoselulosa lainnya dengan semen sebagai perekatnya.
Kelebihan papan semen partikel antara lain tahan api, tahan serangga,
35
mempunyai sifat keteguhan tekan dan keteguhan lentur yang tinggi. Papan
semen juga mudah digergaji, dipaku, dapat diplester dengan baik dan dapat
direkatkan dengan semen satu sama lainnya.
36
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 4 Agustus 2012 yang
bertempat di PT. SUPER UNGGAS JAYA dengan alamat Desa Ngembal,
Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur Telp. (0343) 612135.
B. Alokasi Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan merupakan bidang kerja peternakan antara
lain pengadaan bahan baku pakan ternak, proses pemeliharaan ayam,
penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan
kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk yang
dihasilkan.
C. Metodologi
Uraian kegiatan yang dilakukan di lokasi magang antara lain :
a. Metode langsung
1) Observasi / Survey lapang
Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap instansi mitra sebelum kegiatan
magang dilakukan. Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi di
lapang dan jenis kegiatan yang akan dilakukan di instansi tersebut.
Pengamatan yang dilakukan meliputi:
2) Wawancara
Wawancara secara langsung dilakukan dengan cara melakukan
komunikasi dan mengajukan pertanyaanmengenai hal-hal yang ingin
diketahui kepada pihak yang terkait dengan bidang tersebut yaitu
pembimbing lapang maupun karyawan instansi mitra.
3) Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang yaitu dengan mengikuti dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan di lapangan
kerja. Tatalaksana atau uraian kegiatan yang akan dilaksanakan selama
magang adalah mengikuti kegiatan proses pemeliharaan ayam,
36
37
penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan
kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk
yang dihasilkan.
4) Dokumentasi
Melakukan pengambilan gambar serta pengamatan terhadap
kondisi umum dan kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung di
instansi magang.
b. Metode tidak langsung
1) Melalui pencatatan data sekunder, misalnya : data dari internet,
buku, atau media lainnya yang terkait.
2) Metode pengumpulan data dengan mencatat data-data yang telah
ada, mengenai kondisi umum instansi mitra dan struktur organisasi
yang ada.
3) Melalui studi pustaka dengan penelusuran referensi studi pustaka
di perpustakaan Fakultas Pertanian UNS yaitu dengan studi
literatur yang ada relevansinya dengan kegiatan yang dilakukan
sebagai bahan pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep
dalam pemecahan masalah.
38
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Institusi Mitra
1. Gambaran Umum Kondisi Wilayah
PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo terletak di Dusun
Karanglo, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan Jawa
Timur. Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah 147.401,5 Ha
mempunyai posisi yang strategis karena terletak pada jalur ekonomi, yaitu
Surabaya-Malang, Surabaya-Banyuwangi dan Malang-Banyuwangi. Posisi
yang strategis tersebut menjadikan Pasuruan ramai dengan berbagai
aktifitas ekonomi. Berdasarkan aspek topograpinya, bagian selatan
Kabupaten Pasuruan relatif datar sampai naik dengan elevasi rendah
disebelah utara (daerah pantai). Semakin ke Selatan elevasi naik dengan
topograpi semakin miring sampai dilereng gunung Bromo.
Secara geografis kabupaten Pasuruan terletak antara 7,300 – 8,300
LS dan 112,300 dan 113,300 BT. Sedang berdasarkan elevasinya, 39,02 %
luas arealnya merupakan daerah dengan ketinggian 0-100 meter dpl dan
16,12 % diatas 1.000 meter dpl, serta sisanya (44,86 %) dengan ketinggian
antara 100 - 1.000 meter dpl. Kabupaten Pasuruan berdasarkan tipe
iklimnya termasuk D (Schmidt Ferguson), suhu berkisar 280 – 300 C,
Curah hujan rata-rata. 252,7 mm/tahun. Dengan kondisi seperti itu daerah
Pasuruan memenuhi syarat sebagai tempat pengembangan peternakan,
dalam hal ini breeding farm.
Luas PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo secara keseluruhan
sekitar 12.2 Ha yang terdiri dari pos transit barang dan karyawan, gudang
pakan, gudang peralatan, gudang genset, bangunan kantor, mushola, mess
karyawan, dan 16 bangunan kandang.
39
Gambar 7. Denah PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo
2. Visi dan Misi
PT. Super Unggas Jaya
3. Sejarah Berdiri
PT. Super Unggas Jaya merupakan anak perusahaan dari Samsung
Grup, dibawah menejemen PT. CJ Indonesia. Pemegang saham utama dari
perusahaan ini adalah pengusaha Korea. Berdiri dari tahun 1993 bergerak
dibidang breeding ayam broiler, selain itu juga PT. CJ Indonesia memiliki
U
40
pabrik pakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan peternakannya selain
juga sebagian dilempar ke pasar luar untuk kebutuhan komersil. Unit Farm
Sukorejo sendiri baru mulai beroperasi enam tahun yang lalu, tepatnya
tahun 2006. Sampai saat ini unit farm Sukorejo sudah melakukan
peremajaan parent stocknya sebanyak empat kali. Bersama dengan unit
farm lainnya yang tersebar di Kabupaten Pasuruan unit farm Sukorejo
memiliki tanggung jawab perusahaan untuk menyuplai kebutuhan DOC
broiler di wilayah Indonesia bagian Timur.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo
terdiri dari manejer kandang, bagian administrasi dan keuangan, bagian
ketenaga kerjaan, bagian produksi ( pakan, pemeliharaan, vaksin). Manajer
kandang adalah orang yang mengkoordinir semua kegiatan dalam
perusahaan baik kegiatan produksi maupun non produksi. Bagian
administrasi dan keuangan bertanggungjawab dalam menangani segala
sesuatu yang berkaiatan dengan masalah keuangan dan kesekretariatan,
seperti pembukuan akutansi, membuat surat perjanjian dan lain-lain.
Bagian ketenagakerjaan memiliki tanggungjawab dalam menangani segala
macam urusan yang berkaitan dengan tenaga kerja, mulai dari
administrasi, pelatihan, dan pengawasan kerja setiap hari. Supervisor
bagian produksi bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan
dengan aktivitas di kandang, mulai dari pemeliharaan, penyediaan pakan,
sampai dengan kegiatan vaksinasi. Dalam kkinerjanya supervisor dibantu
oleh foreman yang akan bertanggung jawab untuk menangani satu flok
yang terdiri dari empat kandang. Sedangkan tenaga kerja operasional
adalah orang-orang yang melakukan kegiatan pada setiap bagian dan unit
usahanya masing-masing.
41
Gambar 8. Struktur Organisasi
B. Hasil Kegiatan Magang
Kegiatan Magang yang dilakukan di PT. Super Unggas Jaya meliputi
dua kegiatan yaitu :
1. Pemeliharaan DOC Broiler Parent Stock Periode Brooding di Unit
Farm Sukorejo
a. Parent Stock dan Grand Parent Stock
Ayam parent stock, merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu
untuk menghasilkan bibit ayam broiler komersial atau final stock. Final
stock adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan
dimanfaatkan dagingnya (Risyana, 2008).
Pada PT Super Unggas Jaya untuk ayam parent stock yang
digunakan dalam periode kali ini adalah tipe ross. Bibit parent stock yang
digunakan berasal dari pembibitan grand parent stock PT. CJ-PIA
Phokphan Jawa Barat. Dengan masa pemeliharaan selama 65 minggu.
Parent stock dipelihara sejak umur satu hari (DOC). Parent stock
diperoleh dari perkawinan garand parent stock yang berasal dari PT.
Phokphan. Ayam Grand parent stock sendiri diperoleh dari perkawinan
grad grand parent stock. Indonesia bibit grad garent perent stock bibitnya
42
diperoleh dari luar negri, Indonesia sendiri belum mampu memebeli
indukan grad grand parent stock.
Bibit ayam parent stock broiler memiliki kemiripan dengan ayam
final stock broiler. Kemiripan ini dapat dilihat dari bentuk kaki, ukuran
tubuh, warna bulu putih serta percepatan pertambahan bobot badan harian
yang sangat besarm selaian itu juga sifat rakus saat makan. Ayam parent
stok jika tidak dilakukan pengendalian konsumsi pakan saat masa stater
dan grower mugkin akan berukuran sangat besar dengan daging yang
tebal. Ayam parent stok yang ada diperusahaan ini ika telah mencapai
dewasa bobot jantan bisa mencapai 8,5 kg dan betian hingga mencapai 5
kg lebih.
b. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan merupakan proses mulai dari persiapan
kandang hingga masa afkir usai. Manajemen pemeliharaan yang
menentukan baik tidaknya hasil yang di capai selama proses pemeliharaan.
Persiapan kandang dimulai dari 30 hari sebelum chick in. mulai
dari pengeluaran ayam afkir, penyemprotan obat serangga, pemberian
racun tikus, pelepasan hubungan listrik dan pengeluaran seluruh peralatan
di dalam kandang. Semua peralatan yang telah di keluarkan kemudian di
cuci dengan disinfektan. Kandang kemudian di spray dengan insektisida
dan disinfektan.
Setelah semua dilakukan dilakukan perbaikan dan perawatan
peralatan kandang. Lalu peralatan kandang yang dibutuhkan, meliputi
feeder, drinker, lighting, kipas dan peralatan DOC dipasang. Semua lantai
kemudian diberi taburi kapur, termasuk di bawah slat.
Sebelum DOC datang semua perlatan meliputi selang gas,
pemanas, tempat minum dan tempat pakan telah dipersiapkan. Dua hari
sebelum DOC datang semua area kandang di spray ulang dengan
menggunakan disinfektan. 24 jam sebelum DOC datang pakan sudah
disiapakan dalam kandang (service pen), semua kebutuhan untuk air
43
minum (vitamin dan antibiotic) sudah siap di kandang. Dua jam sebelum
DOC datang pemanas sudah dinyalakan.
Setelah DOC datang dilakukan perhitungan jumlah DOC dan
penimbangan bobot badan per box DOC. Lalu di DOC distribusikan
menurut jenis kelamin dan bobot badan kedalam brooder. Setelah ayam
masuk brooder ayam di biarkan minum dan makan kurang lebih 2-3 jam.
Setelah itu dilakukan vaksinasi pertama pada ayam.
Hingga 16 hari pertama dilakukan pemeliharaan yang insentif.
pergantian air minum dan pakan dilakukan setiap hari jika pakan dan
minum telah habis. Setiap sore gas pemanas dinyalakan dan dilakukan
control suhu setiap jam sekali. Setiap tiga hari sekali dilakukan perluasan
kandang sesuai pertumbuhan ayam. Setelah enambelas hari pertama
pemberian pakan dan minum menggunakan mesin otomatis. Ayam di beri
pakan saat pagi hari dan ketika sore sudah tidak diberi pakan. Hal ini
dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan ayam.
c. Perkandangan
Kandang adalah lingkungan terkecil tempat unggas hidup dan
berproduksi. Oleh karena itu, dibutuhkan kandang yang nyaman dan
berpengaruh terhadap kesehatan unggas yang prima dan menghasilkan
produksi yang maksimal (Z. Abidin, 2003). Peternakan unggas dengan
sistem kandang tertutup menyediakan suhu dan kelembaban kandang yang
terkontrol.
Farm PT. Super Unggas Jaya, Sukorejo, Pasuruan memiliki 16
kandang close house dengan luas masing-masing kandang 125 m X 12 m.
tiap kandang berisi sekitar 10.000 ekor ayam. Tiap kandang dibagi
menjadi 5 pen dengan luas 25 m X 12 m. Pada masa brooding dan starter
satu pen dibagi lagi menjadi 4 kandang brooding yang disebut broder.
Luas awal kandang saat masa brooding mulanya 4 m X 4 m dan setiap hari
akan terus di perluas hingga masa starter.
Saat hari pertama hingga hari keenambelas pemberian pakan dan
minum dilakukan secara manual dengan menggunakan nipple dan tempat
44
pakan brooding. Setiap kandang brooding terdapat alat pemanas yang
menggunakan gas dan suhu diatur sekitr 310C hingga umur 3 hari dan
setiap harinya suhu akan di turunkan. Tiap kandang memiliki 8 kipas yang
masing-masing kipas akan menyala secara otomatis sesuai suhu di dalam
kandang.
Setelah umur 7 hari nipple diganti nipple otomatis sedangkan
perganti tempat pakan ke feeder through mulai gilakukan pada umur 16
hari. Pemanas gas brooder mulai tidak di gunakan saat umur 21 hari.
Setelah umur 21 hari control suhu dilakukan oleh kipas angin yang ada di
masing-masing kandang.
Peternakan unggas yang menggunakan sistem kandang tertutup
(close house system) memiliki beberapa keuntungan dari segi
manajemennya. Keuntungan dari penerapan sistem kandang tertutup yaitu
efisiensi lahan, pemberian pakan dan minum, tenaga kerja, dan
pengelolaan kesehatan. Peternak unggas di berbagai wilayah di dunia telah
mengerti bahwa untuk memelihara unggas dengan efisiensi maksimal,
beberapa kondisi harus dipenuhi, yaitu pencegahan stres, pemberian pakan
dan minum yang baik, dan sanitasi. Dengan memenuhi kondisi tersebut,
pada dasarnya peternak sudah menjamin terlaksananya prinsip
kesejahteraan hewan. Meskipun demikian, produktivitas tinggi dan
kesehatan unggas tidak menjamin kesejahteraan unggas yang baik (Van
Horne, 2008).
d. Manajemen Pakan
Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama,
untuk kandang tertutup diberikan seelum lampu menyala. Jenis pakan yang
diberikan terdiri dari :
45
Tabel 2. Jenis Pakan Beserta Umur Pemberiannya
no Jenis pakan Umur pemberian1 Pre-starter (MR-PS) Umur sehari-10 hari2 Strarter (BBS) 11 hari-4 hari3 Grower (BBG) 43 hari-126 hari4 Pre Breeder (BBL) 127 hari – 5%produksi harian
MR-PS (Master Pre Starter), BBS (Broiler Breeder Starter), BBG (Broiler Breeder Grower), BBL (Broiler Breeder Pre Layer)
Selama masa growing ayam yang kecil dipisah ke pen yang
terpisah untuk mengurangi persaingan dalam makan dan dengan demikian
akan memicu pertumbuhannya. Pakan dapat ditambah jumlah pakan per
ekor perharinya sedikit demi sedikit untuk mengejar ketertinggalan dari
normal. Pada saat ayam mengalami stress tinggi, akibat melakukan
kegiatan vaksinasi atau pergantian sekam yang basah atau kegiatan yang
lain yang mengganggu ketentraman ayam maka dama air minum
ditambahkan vitamin.
Pemeliharaan fase starter dianjurkan untuk diberi pakan yang
mengandung protein tinggi dan energi rendah, sebab pada fase ini DOC
lebih suka menyimpan energi dalam bentuk protein. Pada pemeliharaan
fase finisher, energi disimpan dalam bentuk lemak sehingga pakan yang
diberikan dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi
(Irawan, 1996).
Pakan yang diberikan berupa pelet. Pakan berasal dari PT. CJ Feed
Jombang. Bahan-bahan pakan tersebut terdiri dari jagung, dedak, gluten
jagung, polard, tepung ikan, tepung daging, tepung tulang, bungkil kedelai,
bungkil kacang tanah, bungkil bijibijian, minyak, calcium fosfat,
methionin, lysin, vitamin dan mineral. Dengan kandungan pakan sebgagai
berikut :
46
Tabel 3. Nama Pakan Beserta Kandungannya
Nama pakan Umur Air P L SK Abu K PPakan Anak Ayam Pedaging Pre-
Starter (BRO-PS)0-10 day 13 22.5-23.5 5 4 6.5 0.9-1.2 0.7-0.9
Pakan induk ayam pedaging – anak (BBS)
0-4 week 13 18-20 2,5 5 7.5 0.5-1.1 0.6-0.9
Pakan Induk Ayam Pedaging – Dara (BBG)
5-17 week
13 14-16 2.5 5.5 7.5 0.9-1.15 0.6-0.9
Pakan Induk Ayam Pedaging Produksi - 1 (BP-3)
24-49 week
13 16-17 2.5 5 13.5 3.15-3.5 0.6-0.9
Pakan Induk Ayam Pedaging Produksi – 2 (BP-4)
50 week- afkir
13 14-16 2.5 5 13.5 3.3-3.7 0.6-0.9
BRO-PS (Broiler Per Starter), BBS (Broiler Breeder Starter), BBG (Broiler Breeder Starter), BP-3 (Broiler Pre Layer-3), BP-4 (Broiler Pre
Layer-4)
Pada pemberian pakan BBS 7 hari pertama diberikan secara
anlibitum setelah itu dibatasi. Pemberian sacara anlibitum bertujuan untuk
memenuhi target berat badan yang telah di tentukan. Setelah itu target-
target berat badan di tentukan.
Tabel 4. Pemberian Pakan Selama 35 Hari Hertama
hari
betina jantan
pakan gram setandar maksimal
pakan gram setandar maksimal
1 16 332 17 333 19 344 20 110 150 34 150 1805 22 356 22 377 24 398 31 429 31 46
10 32 5011 32 215 290 54 310 40012 32 6013 33 6414 33 6915 34 7016 34 7017 36 7018 36 330 380 70 500 60019 36 70
47
20 38 7021 38 7022 41 7023 41 7024 41 7025 41 450 500 70 720 80026 41 7027 41 7028 41 70
e. Biosecurity
Biosecuriti dilakukan oleh setiap orang yang masuk ke dalam
kandang dan juga peralatannya. Masuk area perkantoran melalui spray
atau shower yang mengandung disinfektan. Masuk area produksi (kandang
dan hatchery) harus menanggalkan pakaian luar kemudian masuk melalui
spray desinfektan dilanjutkan mandi dan keramas dengan memakai sepatu
dan baju kusus area produksi. Masuk kandang atau ruang hatchery celup
sepatu di bak sanitasi, cuci tangan dengan disinfektan dan jalur masuk dari
ruang bersih ke ruang kotor atau dari dari kandang usia muda ke kandang
usia tua dulu.
Peralatan kerja sebelum masuk ke area kandang dicuci bersih
kemudian direndam air yang mengandung disinfektan baik di farm
pengiriman maupun farm penerimaan. Peralatan yang tidak dapat dicuci
dengan air dilakukan pembersihan kering kemudian harus difungidasi baik
di farm pengiriman maupun di farm penerimaan. tabel . Vaksinasi Yang
Dilakukan
Vaksinasi juga dilakukan setiap minggu dengan berbagai jenis
vaksin yang telah terjadwal. Jadwal pemberian vaksin adalah seperti
berikut:
48
Tabel 5. Jatwal Vaksinasi Yang Dilakukan
No Age Vaksin Aplikasi1 1 day MD S/C (HETCHERY)
Coccivac Spray pakanIB I/O kiri
2 7 days ND+IB I/OND killed S/C (0.15cc/ekor)
3 14 days IBD intermediet oral (cekok)4 21 days ND+IB I/O
ND AI killed S/C ( 0.15cc/ekor)FP W/W
5 28 days IBD intermediet oral (cekok)6 6 wks Coryza I/M
IB I/O7 8 wks ND+IB I/O
ND IB plus I/O8 10 wks ILT I/O
FP+AE W/W9 12 wks AI I/M10 14 wks ND+IB I/O
ND IB plus EDS killed I/M
S/C : Melalui Injeksi Subcutan I/O: Melalui Tetes Mata I/M : Melalui Injeksi Intramusculer W/W : Melalui Wing Wab
2. Proses Penetasan Telur dan Penanganan DOC
a. Telur Tetas
Telur tetas merupakan telur fertile atau telah dibuahi, dihasilkan
dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur
komersial, yang digunakan untuk ditetaskan. Dengan demikian maka
yang menjadi factor kunci bagi keberhasilan penetasan buatan adalah
produksi telur tetas. Oleh karena itu breeder farm merupakan factor
kunci dalam rangka menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik
untuk menghasilkan anak ayam sebagai bibit pedaging maupun petelur
(Suprijatna, 2005).
Telur yang dihasilkan bentuknya seperti telur ayam Rasa atau
telur ayam konsumsi yang ada di pasaran. Warnanya juga coklat telur
hingga putih. Jika dibandingkan dengan telur ayam petelur tidak ada
bedanya.
49
Seleksi telur telur tetas di perusahaan ini dilakukan dua kali yaitu
yang pertama di farm dan yang kedua dilakukan di hatchery. Didalam
farm seleksi yang dilakukan dilihat dari berat telur, ukuran telur dan
kebersihan telur. Sedangkan di hatchery seleksi yang dilakukan berupa
penyeleksian bentuk telur, keretakan telur, besar dan berat telur, dan
kebersihan telur. Telur yang tidak lolos seleksi tidak akan dimasukkan
ke mesin setter tetapi akan langsung di jual.
Bentuk dan ukuran telur perlu diseleksi karena telur yang tidak
normal atau telur dengan bentuk bulat atau terlalu lonjong merupakan
telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi
abnormal yang mengakibatkan telur tidak menetas (Nuryati et al.,
1998). Bentuk telur dapat dilihat dari indeks telurnya. Indeks telur
merupakan perbandingan antara lebar dengan panjang telur yang
dinyatakan dalam persen. Indeks telur yang ideal adalah 74%
(Yuanita, 1983).
Penyeleksian bentuk telur dan ukuran telur dilakukan satu
persatu perkandang setelah telur di ambil dari kandang. Telur dibagai
menadi tiga bagian dengan ukuran kecil, normal dan jumbo sambil
telur dibersihkan mengguanakan air. Pemisahan berdasarkan ukuran
telur ini bertujuan untuk memudahkan seleksi di dalam hatchery saat
telur dimasukkan kedalam mesin setter. Telur yang masuk seleksi hanya
telur yang berukuran normal sedangkan yang berukuran kecil dan
jumbo tidak masuk seleksi. Telur yang lolos seleksi dikemas dan
dimasukkan dalam ruang fungidasi, tujuannya adalah untuk membunuh
jamur dan bakteri yang menempel di kerabang telur sebelum telur
diambil untuk di kirim ke hatchery. Telur yang kotor akan mudah
terkontaminasi oleh bakteri sehingga mengakibatkan telur membusuk
(Nuryati et al., 1998) sehingga perlu dilakukan pembersihan dan
fungidasi. Kebersihan telur ini dapat dilihat dari keadaan kerabang
telur. Telur yang kotor biasanya terdapat bercak-bercak pada kerabang
(Chan dan Zamrowi, 1993).
50
Seleksi di hatchery berupa seleksi kerabang telur, dipilih yang
tidak retak, tidak kotor dan tekstur halus. Kulit telur yang dipilih yang
normal, tidak terlalu tebal dan tipis. Telur yang tidak lolos seleksi atau
tidak di tetaskan biasanya dikarena telur cacat (benjol, bulat, lonjong),
telur terlalu kecil atau terlalu besar, telur retak dan terdapat bintik-bintik
kasar pada kerabang.
Seleksi besar dan berat telur tetas harus seragam sehingga
diharapkan menghasilkan anak ayam yang seragam dan menetas secara
serempak. Berat minimum yang akan ditetaskan minimal 48 gram.
Umur telur tetas dipilih yang seragam agar telur menetas dengan
serempak (Nuryati et al., 1998). Penyeragaman besar dan berat telur
juga di ikuti penyeragaman telur yang bersal dari umur induk telur yang
sama. Penyeragaman umur induk telur ini dapat dengan mudah
dilakukan karena setiap kandang memiliki umur yang sama.
Setiap umur induk akan memberikan grade pada telur yang akan
ditetaskan. Grade terhadap umur induk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Grade Telur
Age Grade25-29 minggu BM30-34 minggu A135-50 minggu Premium51minggu – afkir A2
BM : bibit dengan umur induk muda <30 mingguPremium : bibit dengan umur induk 35-50 mingguA1/2 : grade telur normal
Gradeing telur tidak dilakukan pada ukuran dan bentuk telur
karena telur yang tidak sama atau abnormal akan disingkirkan.
Sehingga yang masuk grade hanya telur-telur yang berukuran seragam.
Grade yang ada hanya grade berdasarkan umur. Karena hal ini akan
berpengaruh juga pada grade DOC yang dihasilkan.
Telur yang tidak lolos seleksi di hatchery nantinya akan di jual
sebagai telur konsumsi. Harga telur yang tidak lolos seleksi ini
sangatlah murah dibandingkan telur ayam konsumsi atau telur ayam
51
petelur. Hal ini dikarenakan telur yang tidak lolos seleksi disini
termasuk limbah peternakan. Pembelinnya adalah para pekerja atau
warga setempat yang membutuhkanya.
b. Proses Penetasan
Telur datang dari farm langsung diterima oleh karyawan
hatchery dan dilakukan pemerikasaan antara jumlah yang tertera dan
egg tray, asal kandang, tanggal produksi dan usia induk. Tempat
penerimaan telur ini disebut terminal.
Sebelum dilakukan grading, terlebih dahulu telur
dikelompokkan berdasarkan masing-masing kandang dan dilakukan
pengecekan berdasarkan data yang dikirim dari farm. Klasifikasi telur
yang tidak di tetaskan/afkir terdiri yaitu berupa telur cacat (benol, bulat,
lonong), telur kotor (dirty), telur kecil atau terlalu besar (jumbo),
kerabang telur tipis dan warna tidak seragam, kerabang bintik-bintik
kasar, dan telur retak dan hancur (damage).
Telur yang lolos seleksi nantinya akan ditaruh di coolingroom.
Coolingroom merupakan tempat untuk menghambat pertumbuhan
embrio. Tujuan telur dihambat pertumbuhanya agar selama proses
menunggu jumlah telur terpenuhi dalam satu mesin setter, embrio telur-
telur tersebut tidak tumbuh sehingga nantinya telur dapat menetas
dengan sermpak. Suhu ruang coolingroom sekitar 180-190C seperti pada
tabel.
Tabel 7. Ketentuan Penyimpanan Di Coling Room
Waktu penyimpanan Temperature Humidity1 s/d 3 hari 18,30C~21,10C 75%4 s/d 7 hari 15,00C~17,00C 75% ~80%
>7 hari 12,80C~13,90C 80%
Waktu maksimal telur dimasukkan coolingroom adalah 7 hari
setelah itu telur dikeluarkan dan dilakukan prewarming. Tujuan
prewarming untuk membangunkan embrio telur dari masa dorman.
52
Selain itu juga mendekatkan temperature telur dari coolingroom dengan
temperature mesin setter demi menghindari shock dead embrio. Telur
disini diseting pada suhu ruangan sekitar 240-260C sebelum dimasukkan
mesin setter.
Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur.
Mesin ini digunakan pada tahap awal penetasan telur hingga harin
kesembilan belas (456 jam). Telur di dalam sesin setter dibalik setiap
satu jam sekali secara otomatis. Suhu di mesin seter ini sekitar 99,300F-
99,500 F dengan jenis mesin chick master.
Terlur tetas dipindahkan dari mesin setter ke mesin hatcher
pada hari ke 19 yang di sebut sebagai kegiatan transfer. Sebelum
dilakukan teransfer dilakukan candling, telur yang infertile dan telur
exploder dikeluarkan. Telur yang lolos seleksi dimasukkan kedalam
basket yang nantinya akan dimasukkan kedalam mesin hatcher untuk
ditetaskan. Telur teta mulai dimasukkan mesin hatcher umur 19 hari
hingga telur menetas. Lama telur meneta adalah 500 + 4 jam
Setelah telur menetas basket dikeluarkan dari mesin hatcer dan
dipindahkan ke ruang pull chick lalu diteruskan proses pull chick. Pull
chick merupakan proses dimana ayam yang telah menetas dikelurkan dari
keranjang/basket. Di ruang pull chick dilakukan seleksi DOC berdasar
grade dan dimasukkan chick box sesuai kode kandang masing-masing.
c. Penanganan DOC
Penanganan DOC pada pembibitan ayam yang baik dilakukan
sebagai berikut :
a. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah
bulu kering;
b. Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas
disingkirkan;
c. Pemisahan jantan dan betina dilakukan melalui
metode sexing kloaka, suara dan warna bulu (jika ada yeng memesan);
53
d. Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari
tempat pembibitan harus sudah divaksin Marek’s;
e. Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan
catatan program vaksinasi yang telah dan seharusnya dilakukan
dikemudian hari (Deptan, 2012).
Satu hari sebelum pullchick dilakukan perakitan chick box sesuai
dengan jumlah estimasi penetasan. Dilakukan pullchick apabila DOC
sudah siap dikeluarkan dengan ciri-ciri :
a. Pusar telah tertutup sempurna, tidak bengkak
b. Shank kaki berwarna kuning, mengkilap dan tidak kering
c. Remas cangkang telur maka akan terasa kering, renyah sebagai
indikasinya
d. Total waktu tetas normal 500 +/- 6 jam dari seting sesuai jenis mesin,
musim dan umur induk.
Setelah menetas maka basket dikeluarkan dari mesin hetcher dan
dipindahkan ke ruang pullchick. Semua DOC dipindahkan ke chick box
sesuai dengan kode kandang masing-masing. Basket yang kosong
langsung dipindahkan ke ruang pencucian untuk segera dibersihkan. Telur
yang tidak menetas akan di buang dan dicatat jumlahnya.
Fertilitas dan daya tetas telur di PT. Super Unggas Jaya sangat
tinggi. Fertilitas dan daya tetas telur dipenaruhi oleh unur induk juga.
Fertilitas dan daya tetas telur di PT. super Unggas Jaya dapat dilihat pada
tabel.
Tabel 8. Daya Tetas dan Fertilitas di PT Super Unggas Jaya
AGE INFERTIL FERTILE DIS HATCH CULLED
25 45.45 54.55 45.45 9.1 9.126 15.14 84.86 15.14 69.72 3.0327 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3628 10 90 10 80 229 9.09 90.91 9.09 81.82 1.8230 8.8 91.2 8.8 82.4 1.7631 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6432 8.16 91.84 8.16 83.68 1.63
54
33 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4534 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4535 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3636 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3637 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2738 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2739 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2740 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3641 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4542 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4543 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4544 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5545 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5546 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5547 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5548 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6449 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6450 9.09 90.91 9.09 81.82 1.8251 9.59 90.41 9.59 80.82 1.9252 10 90 10 80 253 10.45 89.55 10.45 79.1 2.0954 10.45 89.55 10.45 79.1 2.0955 10.91 89.09 10.91 78.18 2.1856 10.91 89.09 10.91 78.18 2.1857 11.36 88.64 11.36 77.28 2.2758 11.36 88.64 11.36 77.28 2.2759 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3660 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3661 12.27 87.73 12.27 75.46 2.4562 12.73 87.27 12.73 74.54 2.5563 12.73 87.27 12.73 74.54 2.5564 13.18 86.82 13.18 73.64 2.6465 13.16 86.84 13.16 73.68 2.64
Age : dalam mingguInferil : Telur yang tidak dibuahiFertil : telur yang dibuahiDis : telur yang dibuahi dan dimasukkan mesin tetas tetapi tidak
tumbuhHatch : telur yang menetasCulled : telur yang tidak menetas
55
Seleksi DOC dibagai menjadi 3 macam grade sebagai berikut:
a. Premium (umur induk 36-55 minggu dan mendapatkan treatment
antibiotic)
b. Standart (kondisi normal)
c. BM (bibit muda umur <30 minggu)
DOC yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri mata jernih, bulu,
paruh dan sank kaki berwarna kuning cerah, pusar menutup sempurna,
secara fisik lincah dan seragam. DOC yang di afkir memiliki ciri-ciri bulu
kesut, kaki kering, cacat, kembung dan lemah. DOC hasil seleksi langsung
dimasukkan kedalam chick box dengan jumlah 100 +2 ekor extra sebagai
jaminan kematian delivery. Seleksi DOC dilakukan dengan cara
berpasangan 2 orang agar bisa saling control kualitas hasil grading. Untuk
DOC premium ada perlakuan kusus yaitu seleksi yang seragam kemudian
di suntik lewat subcutan menggunakan antibiotic.
d. Pemasaran
Proses pemasaran DOC yang dihasilkan oleh Hatchery unit
Sukorejo terintegrasi dengan unit Hatchery yang lainnya yang berada di
bawah manejemen PT. Super Unggas Jaya. DOC yang akan
didistribusikan sebagian besar diserap oleh peternakan broiler yang telah
menjalin kemitraan dengan PT. Super Unggas Jaya. Proses pendistribusian
DOC meliputi beberapa daerah di Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, bahkan
didistribusikan sampai dengan wilayah Makasar. Proses pengiriman
dilakukan via transportasi darat dengan menggunakan kendaraan khusus
yang dilengkapi dengan kipas pengatur suhu. Proses pengiriman untuk luar
pulau dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang.
56
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah seminar magang mahasiswa di PT. Super
Unggas Jaya ini antara lain :
1. PT. Super
Unggas Jaya bergerak di bidang Breeding Farm, dengan produk
utama adalah DOC broiler.
2. Ayam yang
dipelihara PT. Super Unggas Jaya unit Sukorejo berupa parent stock
sejak umur satu hari dengan jumlah 160.000 ekor ayam yang terbagi
menjadi 16 kandang dan masing-masing kandang terdiri dari 5 pen.
3.
4. Pemasaran
produk PT. Super Unggas Jaya unit Farm Sukorejo meliputi Indonesia
bagian Timur.
ii. Saran
a. Perlu adanya upaya dari Perusahaan untuk lebih mengembangkan
kerjasama dengan peternak yang ada di masyarakat guna meningkatkan
daya serap bagi produk yang dihasilkan.
b. Perusahaan perlu memprioritaskan SDA dan SDM lokal untuk menunjang
perkembangan perusahaan.
c. Perlu adanya pembukaan unit farm dan hatchery baru di beberapa daerah
di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia
57
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Lisan. 2010. Pemanfaatan Limbah Ayam Untuk Ternak. http://anang-pasi.blogspot.com.
Ahmad, H.A.,Yadalam S.S. and Roland D.A. 2003. Calcium requirement of bovanes hens. International Journal of Poultry Science. 2:417-420.
Ahmadi. 2009. Saatnya Rekontruksi kandang open atau kandang Close House-kah Pilihan Anda? http://www.majalahinfovet.com/2009/01/saatnya-rekonstruksi-kandang-open-atau.html
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Amrullah I.K. 2003. Nutrisi Ayam broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Anggorodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Anissa, Imanda Rianto, Nanda Rizki. 2012. Kebutuhan Energi dan Protein Ayam Petelur. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.
Anonim. 2002. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Pedaging yang Baik (Good Farming Practice). Direktorat Budidaya Ternak-Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. Jakarta.
Anonim. 2007. Anak Ayam DOC. http://budidayaternak.comxa.com/single.php?conten=Halaman-Kategori- Budidaya&idbudidaya=2&halaman=3
Anonim. 2010. Kandang Closed House. http://kandangclosedhouse. wordpress.com/2010/12/29/kandang-closed-house/
Anonim. 2010. Persaratan Ideal Pemilihan Lokasi Kandang Ayam Petelur/Layer dan Broiler. http://dokterternak.com/2012/01/15/persyaratan-ideal-pemilihan-lokasi-kandang-ayam-petelur-layer-dan-broiler/
Anonim. 2011. Cara Penangan Limbah Ternak. http://www.ceriwis.us
Anonim.2012. Potensi Agroindustri Itik Pedaging. http://foragri.wordpress.com /2012/02/06/potensi-agroindustri-itik-pedaging/
Anonim2. 2011. Mengenal Ayam Broiler. http://risnotes.com/2011/11/mengenal-ayam-broiler-atau-pedaging/.
Bently, J. 2003. Feeding Breeder Hens. www.bufindo.com. Diakses tanggal 23 Februari 2006.
Blakely, J. dan Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
56
58
Card L.E., M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. United State of America.
Clunies, M., Parks D. and Lessons S. 1992. Calcium and phosporus metabolism and eggshell formation of hens fed different amounts of calcium. Poultry Science. 71 : 482-489.
Crampton, E.W. and L.E. Harris. 1969. Applied Animal Animal Nutritions. W.H. Freeman and Co., San Francisco.
Deptan. 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Ayam lokal. http://www.deptan.go.id/pedum2012/PETERNAKAN/5.6.Pedoman%20Teknis-Ayam%20Lokal.pdf
Direktorat Jenderal Peternakan, [Fapet UGM] Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 1986. Laporan survai evaluasi pengadaan dan penyebaran ternak impor crash program. Direktorat Bina Produksi, Ditjen Peternakan dan Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Ditjenak. 1996. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.
Erwansah. 2012. Teknik persilngan. http://blog.ub.ac.id/erwansyah/2012/05/24/teknik-persilangan/
Fadilah R., 2000. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Fadilah R., 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Ginsono. 1986. Budidaya Ayam Pedaging. Sinar Jaya. Malang.
Hardanto Danni. 2006. Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler Yang Pakannya Ditambah Campuran Minyak Omega-3. IPB. Bogor.
Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan Tantangan. Inovasi online vol 4/xvii/agustus 2005. Diakses tgl 14 Februari 2009.
Irawan. 1996. Pedoman Pengendalian Hewan Menular. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Kotler, Philip dan Susanto AB. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Meyer, R., R.C. Baker and M.L. Scott. 2003. Effects of hen egg shell and other calcium sources upon egg shell strength and ultrastructure. J. Poultry Sci. 62 : 2227 - 29.
Murtidjo. 1987. Teknik Manajemen Ayam Pedaging. Angkasa Raya. Malang.
Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card. 1979. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia.
59
Pauzenga. 1991. Animal production in the 90’s in harmony with nature, A case study in the Nederlands. In: Biotechnology in the Feed Industry. Proc. Alltech’s Seventh Annual Symp. Nicholasville. Kentucky.
Rahmawati S, 1999. Upaya Pengelolan Lingkungan UsahaPeternakan Ayam. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/
Rangga. 2000. Pertumbuhan Alometri dan Tinjauan Histologi Daging Dada Pada Ayam Kampung Dan Persilangannya Dengan Ayam Ras Petelur. Thesis. Pascasarjana. IPB.
Rasyaf, M. 1999. Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.
Risyana Memvi. 2008. Linerja Supplay Chain Managemen Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Syock Broiler) di PT. Galur Prima Cobbindo Sukabumi. IPB. Bogor
Roland, D.A., Farmer M. and Marple D. 1985. Calcium and its relationship to excess feed consumption, body weight, egg size, fat deposition, shell quality, and fatty liver hemorrhagic syndrome. Poultry Science. 64 : 2341 – 2350.
Salundik, 2007. Pembuatan Pupuk Organik. IPB. Bogor.
Sarwono, B. 2001. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Ayam Arab Petelur Unggul. Swadaya. Jakartaijaya.
Scott. 1982. How Make the evironmant can be comfort. University Books Guelp, Ontario, Canada.
Setioko A.R., 1998. Penetasan Telur Itik di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Shanawany. 1994. Quail Production Systems. FAO of the Unied Nations Rome.
Slamet, Tik Naryo. 2005. Hubungan Antara Bobot Badan dan Produksi Telur Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Petelur Periode Laying. Skripsi.
Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Direktorat Pembinaan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen P dan K. Jakarta.
Stanton, J William. 1994. Prinsip Pemasaran Jilid I Edisi 7. Erlangga. Jakarta.
Sudaryani T., Santoso H,. 2004. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudradjat. 2003. Beternak Ayam Pelung. Kanisius Yogyakarta.
Suprawira. 1981. Manajemen Pengolahan Ternak. Direktorat Pembinaan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen P dan K. Jakarta.
Suprijatna. 2005. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press: Jakarta
60
Sutrisno. 2012. Sistem Sexing DOC Ayam. http://bumiternak-betha.blogspot.com/2012/02/sistem-sexing-doc-ayam.html
Syahputra, Ade. 2006. Pemanfaatan campuran tepung kerabang telur dengan semen berbahan dasar serat kelapa sawit dalam pembuatan papan semen partikel [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Van Horne P.L.M., 2008. Achterbosch T.J., “Animal welfare in poultry production systems: impact of EU standards on world trade”, World’s Poultry Science Journal.
Wijianarko Sonny. 2007. Pengaruh Sistem Penetasan dan Umur Induk Parent Stock Terhadap Daya Tetas dan Kualitas DOC Ayam Pedaging Strain Cobb 500 Pada PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm And Hatchery Kec. Lawang-Kab. Malang. Universitas Muhamadiah Malang. Malang.
Williamson, G dan W.J.A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta.
Winarto, 2008. Rancang Bangun Sistem Kendali Suhu dan Kelembaban Udara Mesin Tetas Ayam Berbasis PLC (Progammable Logic Controler). Journal. Jurusan Teknologi Pertanian. Pliteknik Negeri Lampung. Lampung.
Yahya. 1979. Ayam Sehat Ayam Produktif. I. Bandung.
Yunias. 2005. Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan.
Yuwanta, Tri. 1983. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
Yuwanta, Tri. 2010. Pemanfaatan Kerabang Telur. Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Z. Abidin. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta.