magang

95
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Super Unggas Jaya (PT. Suja), merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bredding ayam broiler dengan menghasilkan hingga 20 juta ekor anak ayam, disebut sebagai "Chicks Super" setiap tahun dan berkonsentrasi pada kinerja tinggi dari semua aspek mulai dari proses pembibitan hingga inkubasi untuk distribusikan. Anak ayam yang dihasilkan berasal dari ayam yang terbaik, digunakan oleh berbagai peternakan unggas di seluruh negeri baik untuk pedaging atau untuk tujuan petelur. PT.Super Unggas Jaya memulai ekspansi sistematis pada tahun 1999 dan telah didirikan sembilan perusahaan lain di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur dengan kapasitas total produksi 54 juta anak ayam umur sehari per tahun eventually. Peran peternakan sebagai sektor andalan dalam perekonomian telah terbukti secara empiris, baik di kala kondisi ekonomi normal maupun pada saat menghadapi krisis. Peran pokok peternakan sebagai mesin penggerak ekonomi nasional dalam menciptakan kebutuhan pangan dan gizi, mendukung berkembangnya sektor yang sekunder dan tersier, serta menyumbang penerimaan negara saat ini dan ke depan diharapkan

Upload: kosbajahitam

Post on 25-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. Super Unggas Jaya (PT. Suja), merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang bredding ayam broiler dengan menghasilkan hingga 20

juta ekor anak ayam, disebut sebagai "Chicks Super" setiap tahun dan

berkonsentrasi pada kinerja tinggi dari semua aspek mulai dari proses

pembibitan hingga inkubasi untuk distribusikan. Anak ayam yang dihasilkan

berasal dari ayam yang terbaik, digunakan oleh berbagai peternakan unggas di

seluruh negeri baik untuk pedaging atau untuk tujuan petelur. PT.Super

Unggas Jaya memulai ekspansi sistematis pada tahun 1999 dan telah didirikan

sembilan perusahaan lain di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur

dengan kapasitas total produksi 54 juta anak ayam umur sehari per tahun

eventually.

Peran peternakan sebagai sektor andalan dalam perekonomian telah

terbukti secara empiris, baik di kala kondisi ekonomi normal maupun pada

saat menghadapi krisis. Peran pokok peternakan sebagai mesin penggerak

ekonomi nasional dalam menciptakan kebutuhan pangan dan gizi, mendukung

berkembangnya sektor yang sekunder dan tersier, serta menyumbang

penerimaan negara saat ini dan ke depan diharapkan dapat dijalankan dengan

baik. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah alokasi pemanfaatan

ruang dan sumber dayanya yang ada belum mampu mewadahi dan

mengimbangi perkembangan dan potensi sektor pembangunan strategis dan

wilayah potensial yang pengembangannya tidak terlepas dari sektor dan

wilayah lain.

Salah satu kebutuhan yang mengalami peningkatan adalah kebutuhan

yang dipenuhi oleh subsektor peternakan. Subsektor peternakan merupakan

salah satu penunjang pembangunan pertanian khususnya, dan pembangunan

nasional pada umumnya. Peranan ternak unggas dalam pembangunan

peternakan cukup besar di dalam pengembangan misi peternakan yaitu

sebagai sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan telur, sumber

1

2

pendapatan, sumber penghasil devisa yang membiayai pembangunan

nasional, dan menciptakan angkatan kerja. Salah satu komoditi yang

mengalami peningkatan dalam subsektor peternakan ini adalah komoditi

ayam petelur dan ayam pedaging. Daging ayam dan telur merupakan produk

peternakan yang telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bahan pangan

sumber protein hewani.

Pembangunan sektor peternakan memiliki arti dan peranan yang

strategis bagi pembangunan nasional dan regional dikarenakan peranannya

bukan hanya terbatas sebagai sumber pangan dan gizi tetapi juga memberikan

andil yang cukup besar terhadap PDB (Pendapatan Daerah Bruto), penyediaan

lapangan kerja, serta sumber pendapatan dalam perekonomian nasional dan

regional dilihat dari aspek manfaat bagi manusia. Sedangkan manfaat bagi

lingkungan adalah konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga

kelestarian alam. Upaya tersebut melalui peningkatan kualitas dan kuantitas

produksi.

Melalui kegiatan magang yang dilaksanakan, diharapkan mahasiswa

dapat menguasai seluruh unit kegiatan usaha yang ada di institusi mitra, mulai

dari pemeliharaan ayam, penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen

perkandangan dan kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan strategi

pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya

memperoleh pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi juga memperoleh

keterampilan dan pengalaman kerja. Selain itu, kegiatan magang akan

memberikan dampak terhadap peningkatan aspek-aspek yang berkaitan

dengan pengembangan sikap, pengembangan karier setelah lulus serta dapat

melatih kepekaan dalam mengidentifikasi permasalahan dan mencari alternatif

solusi melalui pendekatan lintas disiplin umum guna meningkatkan

kemampuan intelektualnya.

3

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Tujuan Umum kegiatan magang mahasiswa antara lain adalah sebagai

berikut

1) Mengupayakan penyelarasan antara status pencapaian pembelajaran

di kampus dengan dinamika perkembangan kegiatan usaha di sektor

peternakan.

2) Sebagai strategi peningkatan kompetensi lulusan.

3) Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja

yang praktis dan secara langsung dapat memecahkan permasalahan

yang ada dalam kegiatan magang. Meningkatkan pemahaman

mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapannya,

sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke

masyarakat.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui dan memperoleh ketrampilan secara langsung kegiatan

khususnya pada breeding ayam, penanganan telur dan penetasan

DOC.

2) Mengetahui produksi pembuatan pakan ayam dan strategi pemasaran

produk yang dihasilkan.

3) Mengetahui manajemen perkandangan pada ayam Grand Parent

Stok.

4) Mengetahui metode dan teknik yang digunakan pada proses

pemeliharaan ayam, penanganan telur dan penetasan DOC,

manajemen perkandangan dan kesehatan, produksi pembuatan pakan

ayam dan pemasaran produk yang dihasilkan.

5) Mengetahui cara biosecurity, pemberian vaksin dan penaganan

hewan sakit.

6) Mengetahui pemasaran pakan dan DOC yang di hasilkan oleh PT.

Super Unggas Jaya.

7) Mengetahui cara penanganan limbah ayam.

4

2. Manfaat

Manfaat dari kegiatan magang mahasiswa tersebut antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana hubungan dan kebenaran

antara teori atau ilmu yang didapat dengan penerapan yang dilakukan

di lapangan.

b. Mahasiswa memperoleh pengalaman baru tentang pemeliharaan ayam,

penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan

kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk

yang dihasilkan di PT. Super Unggas Jaya.

c. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dan mengintegrasikan

diri dalam lingkungan perusahaan serta masyarakat setempat di

PT. Super Unggas Jaya.

d. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai permasalahan serta kendala

dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha peternakan terutama di

PT. Super Unggas Jaya.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Breeding

1. Parent stock dan Grand Parent Stock

Secara khusus untuk beberapa spesies tertentu seperti unggas,

klasifikasi bibit terdiri atas: bibit galur murni atau pure line, merupakan

bibit dengan spesifikasi tertentu yang menghasilkan bibit ayam nenek atau

grand parent Stock; bibit ayam nenek, merupakan ayam dengan spesifikasi

tertentu untuk menghasilkan bibit induk ayam sebar atau parent stock;

ayam parent stock, merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk

menghasilkan bibit ayam broiler komersial atau final stock; Final stock

adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan dimanfaatkan

dagingnya (Risyana, 2008).

Ayam Standar Stock adalah darah ayam yang benar-benar darah

murni, dua jenis ayam Standart Stock jika di silangkan menghasilkan

ayam jenis yang ke dua namanya ayam Grand Parent Stock (GPS). Jika di

silangkan lagi antar ayam Grand Parent Stock menghasilkan ayam yang

bernama Parent Stock. Ayam jenis Standart Stock, Grand Parent Stock dan

Parent Stock ini merupakan ayam bergenetik homozigot. Baru setelah

antar dua jenis ayam Parent Stock ini di silangkan menghasilkan ayam

yang bernama Final Stock/ ayam Komersil/ ayam Filial 1, lebih terkenal

dengan nama F.1 (Sutrisno, 2012).

Pemuliaan pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi

dari suatu populasi untuk mendapatkan genotipe yang memiliki sifat-sifat

unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai

benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut

seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan

yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja,

melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe

mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit,

sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika

5

6

seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan

selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk

mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul

tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen

(Erwansah, 2012).

Gambar 1. Galur Breeding Ayam Broiler

2. Final Stock

Ayam Final Stock ini merupakan ayam yang bergenetik

Heterozygot, tentu saja saat mengumpulkan ayam bergenetik Homozygot

di atas, sudah harus di tentukan parameter keunggulan masing-masing

ayam bagian mana yang di inginkan, untuk tujuan produksi telur atau

produksi daging.

Ayam Final Stock merupakan ayam edisi terakhir, jika keturunan

ayam Final stock dikawinkan atar sesamanya akan kembali lagi ke

perkawinan Inbreeding. Seperti ayam Kresing Super yang saya buat

merupakan ayam Final Stock, seharusnya ayam Arab pun harus seperti itu,

jika pembuatnya mengerti kaidah ilmu pemuliabiakan ternak

(Sutrisno, 2012).

7

Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk

menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau

lebih unggul dari tetuanya. Direktorat Jenderal Peternakan (1986)

menyatakan bahwa garis keturunan dalam menghasilkan final stock secara

berurutan yaitu: Pure Line Great Grand Parent Stock Grand Parent Stock

Parent Stock Final Stock

3. Telur Tetas

Telur tetas merupakan telur fertile atau telah dibuahi, dihasilkan dari

peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur komersial,

yang digunakan untuk ditetaskan. Dengan demikian maka yang menjadi

factor kunci bagi keberhasilan penetasan buatan adalah produksi telur

tetas. Oleh karena itu breeder farm merupakan factor kunci dalam rangka

menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik untuk menghasilkan anak

ayam sebagai bibit pedaging maupun petelur (Suprijatna, 2005).

Prinsip dari penetasan telur dengan mesin tetas adalah

mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik

itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan

dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan

penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat

dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam

jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan

seleksi pada telur (Yuwanta, 1983).

Telur yang akan ditetaskan hendaknya dipilih dari kelompok yang

mempunyai produksi tinggi. Hal ini penting dilakukan karena kelompok

yang produktif cenderung akan dapat menghasilkan anakan yang

mempunyai potensi produksi telur yang baik pula. Selain itu, kelompok

tersebut harus mempunyai jumlah pejantan yang cukup agar telur yang

dihasilkan mempunyai daya tunas (fertilitas) yang tinggi . Perbandingan

jantan dan betina yang baik adalah 1 : 7 atau 1 : 5 (Setioko, 1998).

8

Dalam penggunaan mesin tetas ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kesuksesan proses penetasan menurut Winarto (2008)

antara lain :

1. Suhu

Suhu yang tidah stabil akan menyebabakan kegagalan proses

penetasan. kagagalan dapat ditandai dengan banyaknya anak ayam yang

tidak menetas. Jika menetas bulu ayam akan lengket oleh cairan

amnion. Selain itu juga berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan

untuk menetas. Suhu yang dibutuhkan dalam mesin tetas yaitu 37,5oC

dan harus stabil. Untuk menjaga kesetabilan akan lebih baik jika

dilakukan pengecekan setiap jamnya.

2. Kelembaban

Kelembapan yang terlalu tinggi akan mencegah terjadinya

penguapan air dari dalam telur. Sementara kelembapan yang terlau

rendah aka menyebabkan terjadinya penguapan air terlalu banyak dari

dalam telur sehingga terjadi kematian embrio. Kelembapan yang ideal

dalam mesin tetas antara 60-70%. Kondisi yang baik dalam proses

penetasan adalah kelembapan relatif 68% selama 24 jam pertama dan

70% selam 4 jam sebelum telur menetas. Kelembaban selama penetasan

pun diperhatikan. Dengan adanya bak air yang terdapat dibawah rak

telur berfungsi untuk mengatur kelembaban dalam ruangan mesin tetas

dengan cara menambah atau mengurangi air dalam bak air. Kelembaban

udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus dijaga

sehingga tidak terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab.

3. Pengaturan Sirkulasi Udara

Keberadaan ventilasi sangat penting dalam mesin tetas, karena

dengan adanya ventilasi akan terjadi pergantian udara segar di dalam

mesin tetas. Selain itu juga mensuplai oksigen den mengeluarkan

karbondioksida yang muncul akibat metabolisme telur selama

pengeraman berlangsung dan juga sebagai mendistribusikan panas secar

merata.

9

4. Pemutaran Telur

Pemutaran telur memang harus dilakukan pada proses penetasan

telur dengan mesin tetas, dalam hal ini pemutaran dilakukan sebaiknya

setiap jam sekali. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada

didalam mesi tetas harus searah, hal ini penting dilakukan supaya

terjadi sirkulasi udara panas dapat merata. Fungsi utamanya adalah

untuk menyeragamkan suhu permukaan telur, mencegah pelekatan

embrio pada kulit kerabang telur dan mencegah melekatnya kuning

telur pada akhir penetasan. Pada beberapa model mesin tetas terdapat

juga mesin yang menggunakan model otomatis yaitu pemutaran dapat

dilakukan sendiri oleh mesin dengan mengatur terlebih dahulu waktu

yang diinginkan.

Gambar 2. Setruktur Telur

Pemilihan telur tetas secara eksterior sangat berperan dalam

menentukan keberhasilan penetasan. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyeleksi telur tetas yag akan ditetaskan dalam mesin

tetas, diantaranya sebagai berikut:

a. Asal telur

Ada beberapa telur yang tidak tumbuh embrionya dan tidak

dibuahi atau telur infertil, telur-telur tersebut sebaiknya tidak ditetaskan.

10

Sebaiknya telur diambil dari tempat pembibitan ayam betina yang

mempunyai fertilitas tinggi hasil seleksi. Induk yang mempunyai produksi

tinggi biasanya mempunyai fertilitas tinggi. Induk diambil yang

mempunyai fertilitas telur 85-90% dengan perbandingan ayam jantan dan

betina 7 sampai 10 untuk 100 ekor (Neshein et al., 1979)

b. Bentuk telur

Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur

dengan bentuk bulat atau terlalu lonjong merupakan telur abnormal

sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang

mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati et al., 1998).

Letak rongga udara harus normal yaitu pada bagian yang tumpul dan

sistematis berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi, 1993).

Bentuk telur dapat dilihat dari indeks telurnya. Indeks telur

merupakan perbandingan antara lebar dengan panjang telur yang

dinyatakan dalam persen. Indeks telur yang ideal adalah 74%

(Yuanita, 1983).

c. Kerabang telur

Kerabang telur dipilih yang tidak retak, kotor dan tekstur halus

(Nesheim et al., 1979). Kulit telur yang dipilih yang normal, tidak terlalu

tebal dan tipis. Telur yang tebal biasanya jika diberi sinar akan berwarna

gelap dan telur yang normal kelihatan bening dan bersih. Warna kulit telur

dipilih yang sewarna seragam dan normal, misalnya ayam kampung

berwarna coklat agak putih, Australorp berwarna abu-abu dan White

Leghorn berwarna putih bersih (Chan dan Zamrowi, 1993)

d. Besar dan berat telur tetas

Berat telur tetas harus seragam sesuai dengan bangsa dan tipe

ayamnya sehingga diharapkan menghasilkan anak ayam yang seragam dan

menetas secara serempak. Untuk ayam ras mempunyai berat telur 55-60

gram dan ayam buras 45-50 gram (Nuryati et al., 1998). Tidak dianjurkan

untuk menetaskan telur tetas yang berukuran kecil atau besar. Untuk telur

11

yang besar akan membutuhkan waktu menetas yang lebih lama

dibandingkan telur yang lebih kecil (Nesheim et al., 1979).

e. Umur telur tetas

Telur yang akan ditetaskan sebaiknya yang masih segar yaitu yang

berumur kurang dari 7 hari. Telur yang terlalu lama sisimpan akan

mengakibatkan kematian embrio pada hari ke-2 sampai ke-4 saat ikubasi

dan jika terjadi perkembangan embrio akan tidak sempurna. Untuk telur

sebaiknya dipilih yang seragam agar telur menetas dengan serempak

(Nuryati et al., 1998). Penyimpanan telur diatas 4 hari akan menyebapkan

daya tetas menurun 2% setiap hari (Shanawany, 1994).

f. Kebersihan telur tetas

Sebelum ditetaskan hendaknya telur dalam keadaan bersih dengan

mengusahakan memilih telur yang bersih secara alami dan tidak dengan

cara dibersihkan. Telur yang kotor akan terkontaminasi oleh bakteri

sehingga mengakibatkan telur membusuk (Nuryati et al., 1998).

Kebersihan telur ini dapat dilihat dari keadaan kerabang telur. Telur yang

kotor biasanya terdapat bercak-bercak pada kerabang

(Chan dan Zamrowi, 1993).

4. Mesin Tetas

Pada prinsipnya penetasan telur menggunakan mesin tetas adalah

meniru tingkah laku dan apa saja yang dikerjakan induknpada saat akan

mengerami sampai telur menetas (Yuanita, 1998). Pada ayam pembuahan

terjadi dalam tubuh induknya dan perkembangan dari embrio secara lengkap

ada di luar tubuh dari induknya. Prinsip ini digunakan untuk ide pembuatan

sistem penetasan telur yang digunakan untuk proses perkembangan embrio

di luar tubuh induk. Telur ayam di dalam incubataor akan menetas setelah

21 hari (Nesheim et al., 1979).

Mesin tetas merupakan mesin penetas yang mempunyai prinsip kerja

seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan

mempunyai beberapa sarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan

fisiologi dari embrio anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu

12

dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang

meliputi temperature, kelembapan udara dan sirkulasi udara. Pada alat

penetas semua factor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan

kondisi yang diinginkan yang sesuai dengan kondisi proses biologi

penetasan (Nesheim et al., 1979).

Penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan

dibandingkan dengan penetasan secara alami. Menurut Yuwanta (1983),

kelebihan tersebut antara lain :

1. Dapat dilakukan sewaktu-waktu karena tidak tergantung dari induk

ayam.

2. Mampu melakukan penetasan telur dalam jumlah banyak. Kapasitas

mesin tetas bervariasi mulai dari 100 sampai 10.000 butir.

3. Mampu menghasilkan anak ayam dalam jumlah banyak dalam waktu

yang bersamaan.

4. Selama penetasan sudah dapat diramalkan jumlah anak yang akan

dihasilkan, karena selama proses penetasan dilakukan peneropongan

telur sehingga dapat diketahui jumlah telur yang fertile dan telur yang

mati.

Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetelan antara

temperature 990 sampai 1020 F dengan cara mengatur jarak dengan memutar

gagang pelatuk pada switch di antara regulator dengan switch. Setelah

temperature yang diinginkan tercapai (temperature konstan), dibiarkan

sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo, 1999). Begitu juga untuk

kelembapan udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh dan

dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembapannya antara 55 sampai

60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam

bak (Nuryati et al., 1998).

5. Penanganan DOC

Secara alami, semua mahluk hidup, termasuk ternak unggas,

berkembang biak (melakukan perkawinan) dan terjadi seleksi. Namun,

hasil perkembang biakan dan seleksi tidak akan terarah. Perkembangan

13

pengetahuan dan teknologi telah menuntut manusia untuk

mengembangbiakkan ternak secara terarah sesuai dengan tujuannya.

Tujuan perkawianan yaitu untuk meningkatkan populasi dan

meningkatkan atau memperbaiki potensi genetic sifat produksi (performa)

yang beguna bagi manusia (Suprijatna, 2005).

Untuk menghasilkan keturuan ayam yang berkualitas baik tidak hanya

ditentukan oleh pejantannya saja, tetapi juga oleh betinanya. Oleh karena

itu, ayam betina yang akan digunakan untuk indukan harus dipilih yang

memiliki kualitas baik. Artinya ayam betina tersebut harus dapat

menghasilkan telur yang bnyak dan memiliki daya tetas yang tinggi

(Sudradjad, 2003).

Penanganan DOC pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan

sebagai berikut :

1. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulu kering;

2. Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas disingkirkan;

3. Pemisahan jantan dan betina dilakukan melalui metode sexing (kloaka,

suara dan warna bulu);

4. Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari tempat pembibitan harus

sudah divaksin Marek’s;

5. Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan catatan program vaksinasi

yang telah dan seharusnya dilakukan dikemudian hari (Deptan, 2012).

B. Perkandangan

1. Close House

Kandang adalah lingkungan terkecil tempat unggas hidup dan

berproduksi. Oleh karena itu, dibutuhkan kandang yang nyaman dan

berpengaruh terhadap kesehatan unggas yang prima dan menghasilkan

produksi yang maksimal. Salah satu bagian kandang yang berperan

sebagai penyedia udara yang bersih adalah sistem ventilasi yang baik.

Aliran udara yang cukup akan mampu memberikan suplai oksigen untuk

kebutuhan pernapasan ayam sekaligus mengeluarkan CO2 dan amonia dari

dalam kandang. Selain itu, ventilasi yang baik akan menurunkan

14

konsentrasi debu dan mikroorganisme penyebab penyakit. Aliran udara

dari dan ke kandang akan sangat baik jika dibantu oleh tiupan angin secara

alami. Jika tiupan angin kurang baik dapat dibantu dengan kipas angin

yang dipasang di tempat-tempat tertentu di dalam kandang

(Z. Abidin, 2003).

Gambar 3. Kandang Close House

Peternakan unggas yang menggunakan sistem kandang tertutup

(close house system) memiliki beberapa keuntungan dari segi

manajemennya. Keuntungan dari penerapan sistem kandang tertutup yaitu

efisiensi lahan, pemberian pakan dan minum, tenaga kerja, dan

pengelolaan kesehatan. Peternak unggas di berbagai wilayah di dunia telah

mengerti bahwa untuk memelihara unggas dengan efisiensi maksimal,

beberapa kondisi harus dipenuhi, yaitu pencegahan stres, pemberian pakan

dan minum yang baik, dan sanitasi. Dengan memenuhi kondisi tersebut,

pada dasarnya peternak sudah menjamin terlaksananya prinsip

kesejahteraan hewan. Meskipun demikian, produktivitas tinggi dan

kesehatan unggas tidak menjamin kesejahteraan unggas yang baik

(Van Horne, 2008).

Peternakan unggas dengan sistem kandang tertutup menyediakan

suhu dan kelembaban kandang yang terkontrol. Kepadatan populasi

unggas dalam kandang sistem tertutup bisa mencapai 15 ekor per meter

persegi. Dibandingkan dengan sistem kandang terbuka, dengan populasi

15

10 ekor per meter persegi, penggunaan lahan untuk kandang lebih efisien

dengan sistem kandang tertutup (Anonim, 2002).

Sistem otomatisasi pada kandang sistem tertutup dapat

mengefisienkan pemberian pakan dan minum. Pemberian pakan dalam

kandang menggunakan perangkat yang secara otomatis akan

mendistribusikan pakan ke seluruh flok kandang secara merata. Pada

sistem kandang tertutup, efisiensi pakan dapat dilakukan dengan mengatur

temperatur dan kelembaban. Semakin tinggi temperatur maka akan

berpengaruh pada penurunan konsumsi pakan unggas. Penurunan

konsumsi pakan tersebut berdampak pada produktivitas unggas. Suhu dan

kelembaban yang terkontrol diharapkan dapat meningkatkan konsumsi

pakan, sehingga penampilan dan produktivitas unggas dapat

dimaksimalkan dan dari segi ekonomis dapat menurunkan biaya investasi

(Card, 1972).

Kandang model tertutup dimaksudkan untuk mengurangi kontak

antara ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang, menciptakan

lingkungan ideal dalam kandang, meningkatkan produktivitas dan

pertumbuhan ayam, efisiensi lahan, dan tenaga kerja serta menciptakan

usaha peternakan yang ramah lingkungan (Fadillah, 2000). Penggunaan

kandang tertutup memiliki keuntungan, yaitu memudahkan pengawasan,

pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai

ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi

(Sudaryani dan Santoso, 2004).

Closed house system dibuat dengan tujuan agar faktor lingkungan sepert

panas, cuaca, angin hujan dan sinar matahari tidak berpengaruh banyak

saat pemeliharaan. Berikut ini adalah keuntungan closed house system :

1.      Meningkatkan kapasitas pemeliharaan.

2.      Ayam lebih sehat, nyaman, segar dan tenang.

3.      Sirkulasi udara lebih baik

4.      Mendukung produktivitas maksimal

5.      Efisiensi tenaga kerja.

16

6.      Temperatur dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan.

7.      faktor lingkungan tidak berperan banyak saat pemeliharaan

Pembuatan kandang closed house dapat bervariasi tergantung pada

lingkungan dan kemampuan finansial peternak. Secara umum ragam yang

ada di lapangan terdiri dari:

1. Sistem Tunnel : menggunakan fan dan tirai tanpa cooling system.

2. Full closed house : ada fan, cooling system dan tirai/penutup dinding

samping.

3. Full otomatic closed house.

Pada sistem 1 dan 2 umumnya menggunakan alat pakan dan minum

manual atau tempat pakannya saja manual sementara air minum

menggunakan bell drinker. Pada sistem 3, closed house dengan

perlengkapan serba otomatis termasuk alarm sistemnya. (anonim, 2010)

Struktur umum kandang sistem terbuka (Closed house) dan

perlengkapanya:

1. Bagunan kandang: baik bagunan baru maupun renovasi kandang.

2. Kipas/fan: dapat terdiri dari exhaust fan, blower fan, ceiling/roof fan

ataupun wall fan.

3. Material cooling dan perlengkapannya: celpad/evaporative pad,

material cooling lainnya ataupun fogging system.

4. Dinding kandang: dapat berupa solid wall, tirai/curtain system dan

celing material.

5. Filter cahaya/light filter/light trap

6. Air inlet

7. Lighting system

8. Control panel + electrical system

Kerugian kandang terbuka anara lain menurut Ahmadi (2009):

1. membutuhkan komponen-komponen seperti kandang, kipas, cooling

pad, temptron yang berfungsi sebagai pengontrol utama, panel kontrol

listrik, tirai untuk samping kanan dan kiri plafon, dan listrik yang bisa

bersumber dari PLN dan Genset.

17

2. kandang model sistem tertutup tetap masih bisa dijumpai kegagalan-

kegagalan. Kegagalan dimaksud akibat desain kandang yang kurang

tepat, kurang memahami manajemen kandang tertutup, kurangnya

perawatan peralatan kandang, permasalahan kipas terkait mutu dan

kuantitasnya, sumber penerangan terkait sering padamnya, luas inlet

yakni perbandingan luas area dengan kuantitas kipas yang dimiliki,

program minimalisasi amoniak yang kurang efektif, posisi kandang

satu dengan yang lainnya yang kurang diperhatikan, serta pemasangan

tirai yang kurang rapat. 

2. Open House

Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan

tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena

kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga

pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar.

Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan

lebih murah. Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk

menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan

seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh.

Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia

adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat

meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan

konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress,

pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit

(Akoso,1993).

18

Gambar 4. Kandang Open House

Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai batere

dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah

tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol,

memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan

sistem ini adalahbiaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan

mineral, sering banyak lalat. Sedangkan kandang litter merupakan kandang

yang menggunakan litter sebagai alas kandang. Keuntungan sistem ini

adalah biaya relatif rendah,menghilangkan bau kotoran, jika litter kering,

pembuangan kotoran lebih mudah. Kekurangannya adalah penyeberan

penyakit lebih mudah, pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati

(Rasyaf, 1999).

Sistem panggung ini biasanya dibuat di atas kolam ikan. Bahan

yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara

berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah sisa pakan dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah.

Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar,

akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif

mahal (Ditjenak, 1996).

Lantai kandang serasah tebal dapat dibuat dari tanah yang

dikeraskan, kayu atau beton. Harus ada dinding beton atau bata yang kuat

disekeliling lantai dengan tinggi sekurang-kurangnya 30 cm. Jika dinding

sekat diperlukan dalam kandang, bahan yang paling cocok untuk

19

dipergunakan adalah jaring-jaring logam lebar, karena itu memberikan

ventilasi, tetapi juga sangat kaku (Williamson dan Payne, 1993).

Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting, karena

atap kandang akan melindungi ternak dari panas dan hujan. Tipe-tipe

kandang menurut antara lain : monitor (atap kandang yang terdiri dari sisi

pada bagian puncaknya), shade (atap kandang yang hanya memiliki satu

sisi dan digunakan pada kandang sempit), saw thoth (atap kandang yang

terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai

ventilasi), gable (atap yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang

diatasnya) (Murtidjo, 1987).

Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang

cocok untuk kehidupan ayam petelur, harga tanah relative murah serta

mudah dijangkau alat transportasi dan komunikasi. Memelihara ayam 

petelur sebaiknya dilakukan pada ketingian 100-400 meter diatas

permukaan laut. Kurang dari ketinggian 100 meter dari permukaan laut

maka ayam mudah stress karena pengaruh panas. Sementara ketinggian

diatas 400 meter akan berpengaruh buruk karena curah oksigen semakin

rendah, sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit pernafasan maupun

penyakit metabolisme lainnya.  Disamping itu, syarat mutlak lainnya

adalah tersedia sumber air yang cukup. Jenis tanah yang dipilih adalah

yang mudah menyerap air seperti tanah berpasir. Menurut pengalaman,

jika jenis tanah kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia

relative lebih bersih dan tidak tercemar kuman penyakit. Karenanya ayam

tidak mudah terserang penyakit. Tanah yang sulit menyerap air seperti

tanah lempung/ tanah liat sebaiknya dihindari untuk lokasi kandang

(Anonim, 2010)..

Dalam membuat kandang dengan sistem alas litter berukuran (1x1)

m2 menggunakan bahan seng yang telah dicat dengan kapur. Kemudian di

atas lantai disebarkan atau ditaburkan kulit padi atau sekam lalu atasnya

dilapisi dengan kertas koran. Sebenarnya bahan atas litter dapat juga

20

menggunakan serbuk gergaji, serutan kayu, tongkol jagung dan lain-lain.

Litter tidak boleh terlalu kering atau lembab sekali karena jika terlalu

kering dapat menimbulkan debu dan jika terlalu lembab dapat

menimbulkan coccidiosis (Yahya, 1979).

Secara keseluruhan sistem alas kawat ternyata lebih

menguntungkan daripada sitem litter, terutama untuk periode pertama (di

bawah umur lima minggu). Untuk pertumbuhan periode kedua (di atas

umur lima minggu), perbedaan sistem alas kandang ini pada instansi

pertama erat kaitan pengaruhnya dengan temperatur terhadap perbedaan

konsumsi energi dan pada tahap kedua terhadap perbedaan efektivitas dan

efisiensi penggunaan energi, sehingga menimbulkan interaksi yang nyata

(sistem kawat menguntungkan pada dataran rendah, sedang sistem litter

untuk dataran tinggi (Soeharsono, 1976).

Gambar 5. Macam-macam atap kandang a) Atap Monitor b) Atap Semi monitor c) Atap Shade/miring d) Atap Gable e) Atap sawtooth

Kedalaman litter maksimal harus tidak lebih dari 30 cm. Syarat-

syarat normal untuk ayam dewasa adalah litter dengan kedalaman 10-13

cm, bertambah sampai 20-30 cm. Untuk anak-anak ayam dalam litter

21

mula-mula harus tidak lebih dari 5-8 cm, tetapi berangsur-angsur

bertanbah seraya anak-anak ayam tumbuh (Williamson dan Payne, 1993).

Menurut Ir Ahmadi (2009) model kandang sistem terbuka

memberikan kontribusi yang kurang bagus bila dibandingkan dengan

model kandang sistem tertutup. Hal ini dikemukakannya berdasarkan

pengalaman lapang yang dimilikinya dalam kurun waktu yang cukup

lama.  Di samping itu, model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi

dengan perkembangan mutu genetic ayam ras saat ini, yakni ayam dengan

strain-strain modern dengan tingkat pertumbuhan yang cepat bila

dibandingkan dengan strain-strain ayam tempo dulu. Menurut Suprijatna

(2006) kandang system ini beresiko tinggi terserang wabah penyakit. Bibit

penyakit berjangkit karena dibawa oleh hewan liar yang masuk area

kandang.

C. Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan fase starter dianjurkan untuk diberi pakan yang

mengandung protein tinggi dan energi rendah, sebab pada fase ini DOC lebih

suka menyimpan energi dalam bentuk protein. Pada pemeliharaan fase finisher,

energi disimpan dalam bentuk lemak sehingga pakan yang diberikan

dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi

(Irawan, 1996).

Dasar pertumbuhan pada broiler yang timbul itu sebenarnya merupakan

manifestasi dari perubahan – perubahan yang terjadi dalam sel yang mengalami

proses – proses hiperplasi atau pertambahan jumlah yang selanjutnya diikuti

dengan proses hypertrophy atau pembesaran ukuran dari pada sel tersebut

(Williamson dan Payne, 1993).

Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat

energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan

tingkat energi dan protein. Asam – asam amino pakan hanya digunakan secara

efektif jika tingkat energinya cukup (Scott et al., 1982).

Pakan ayam broiler yang baik tergantung pada kondisi bahan-bahan

pakan yang digunakan untuk meramu bahan tersebut menjadi ransum (ransum

22

adalah kombinasi bahan-bahan pakan yang telah diramu). Secara fisik memang

terlihat bahan-bahan pakan itu baik. Tetapi secara kimiawi belum tentu.

Menilai baik atau buruknya bahan pakan yang digunakan sebagai ramuan

pakan ayam itu jangan hanya dilihat dari mata sepintas saja. Tetapi harus

didukung oleh analisa kimiawi dari bahan pakan yang digunakan

(Rasyaf, 1999).

Pakan ayam ras yang berkualitas baik selalu didukung oleh ramuan

bahan yang tepat sesuai kebutuhan sehingga merupakan suatu jaminan bahwa

ransum itu layak diberikan kepada ayam dan menghasilkan produksi yang

sesuai dengan yang diharapkan oleh pemeliharanya. Pakan yang berkualitas

baik tidak dapat diserap oleh tubuh ayam secara sempurna. Jumlah yang

masuk ke dalam tubuh ayam pun tidak sesuai dengan jumlah pakan yang

seharusnya dibutuhkan (Rasyaf, 1999).

Sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein.

Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan

sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi

pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam

Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti

karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air (Anggorodi, 1985).

Air mempunyai fungsi yang sama dalam pola mekanisme pendinginan

seperti mamalia pada pemeliharaan ayam broiler. Hal ini ditunjukkan oleh daya

tatalintas airnya dan atau konsumsi air yang nyata lebih tinggi pada temperatur

tinggi (dataran rendah) daripada termperatur rendah (dataran tinggi). Hal ini

juga berpengaruh terhadap pakan yaitu makin tinggi energi dalam ransum,

makin rendah ransum tersebut dikonsumsi, namun makin tinggi kadar lemak

dalam tubuh terutama lemak ini merugikan berat dan kualitas karkas serta

secara tidak langsung merugikan protein tubuh. Akan tetapi semua efek yang

merugikan itu dapat dikurangi ketepatan imbangan kalori/protein untuk

masing-masing termperatu lingkungan (Soeharsono, 1976).

D. Pakan

23

1. Energy

Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk

memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum.

Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400 kkal energi metabolisme

per kg ransum (Anggorodi, 1985).

Daya cerna karbohidrat yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%.

Akan tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari tanaman seperti

selulosa dan hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya menyebabkan daya

cerna karbohidrat akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan salah satu

unsur penentu daya cerna energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan

menurunkan nilai daya cerna dari bahan ransum, sehingga dapat

menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan ternak

(Anggorodi, 1985).

Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase

starter (umur 0-4 minggu) dan fasefinisher (umur 4-6 minggu).

a) Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut

menurut Anissa dkk (2012):

1) Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%,

lemak 2,5%, serat kasar 4%,Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-

0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

2) Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan

yaitu minggu pertama (umur 1-7hari) 17 gram/hari/ekor; minggu

kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-

21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91

gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakanyang dibutuhkan tiap ekor

sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b) Kualitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:

1) Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-

21,2%; lemak 2,5%; serat kasar4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor

(P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

24

2) Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur

yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36hari) 111 gram/hari/ekor; minggu

ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur44-

50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari)

161gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-

57 hari adalah 3.829 gram

Adapun penggunaan energi padaayam diantaranya untuk produksi menurut

Anggorodi (1985):

a. Pertumbuhan jaringan tubuh

Pakan dibuat sedemikian rupa sehingga komposisi asam amino

nya dapat memenuhi kebutuhan ayam. Namun demikian protein yang

masuk kedalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-asam amino,

sebelum diserap oleh tubuh. Setelah itu asam-asam amino akan

digunakan untuk pembentukan jaringan tubuh (daging, bulu dan

jaringan tubuh lainya) dan hal ini banyak membutuhkan energi.

b. Penambahan lemak dan penyimpanan karbohidrat

Metabolisme lemak lebih sederhana di bandngkan nutrient lainya,

kelebihan lemak akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak

juga. Begitu juga dengan karbohidrat, jika nutrient ini berlebih akan

disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh unggas.

c. Telur dan semen

Karena dipanen pada usia yang relatif muda, ayam broiler belum

sampai pada masa reproduksi yang tentunya membutuhkan energi

untuk pembentukan semen dan telur.

2. Protein

Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah

pemotongan. Faktor yang mempengaruhi kualitas daging sebelum

pemotongan antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis

kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, enzim, antibiotik,

mineral, suplemen), dan stres. Faktor sesudah pemotongan meliputi

pelayuan, metode pemasakan, pH daging, macam otot daging, lokasi pada

25

otot daging, dan lain-lain. Faktor kualitas daging yang dimakan terutama

meliputi warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma termasuk bau

dan cita rasa serta kesan jus daging (juiceness). Disamping itu, lemak

intramuskular, susut masak (Cooking loss) yaitu berat sampel daging yang

hilang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan atau pH daging

ikut menentukan kualitas daging (Hardanto. 2006)

Dalam menyusun ransum ayam broiler, yang perlu diperhatikan adalah

protein ransum di samping zat-zat makanan lainnya. Protein ransum

biasanya bersumber dari protein nabati dan protein hewani. Protein hewani

lebih unggul dari pada protein nabati karena protein hewani lebih

berimbang dalam kandungan asam-asam amino esensialnya, seperti lisin

dan methionin. Adanya kombinasi dari sumber protein yang berasal dari

protein hewani dan nabati diharapkan keseimbangan zat-zat makanan yang

dibutuhkan dapat dipenuhi karena adanya saling melengkapi di antara

kekurangan tersebut (Yunilas, 2005).

Kualitas protein antara lain ditentukan oleh kelengkapan dan

keseimbangan asam amino esensial yang dikandung di dalamnya. Protein

yang berkualitas tinggi mengandung asam-asam amino esensial yang

lengkap, jumlahnya cukup dan seimbang. Penyusunan ransum unggas saat

ini titik berat perhatiannya bukan lagi terhadap jumlah protein yang harus

disediakan, akan tetapi lebih memperhatikan imbangan antara energi

dengan asam-asam amino esensial, karena asam-asam amino esensial tidak

dapat disintesis dalam tubuh sehingga kebutuhannya harus disediakan

dalam ransum yang dikonsumsinya (Aisjah dkk, 2007).

Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh

ayam pedaging untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan

jaringa dan pertumbuhan bulu, tetapi sebagian akan terbuang melalui

ekskreta. Ekskreta, selain mengandung protein yang berasal dari makanan

yang tidak dicerna juga mengandung N-Endogen yang berasal dari sel-sel

epitel yang rusak dan enzim. Adapun yang benar-benar digunakan adalah

26

yang diretensi dala tubuh, yang diukur sebagai nitrogen yang diretensi

(Crampton dan Harris, 1969).

3. Kalsium

Konsumsi kalsium merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

pada kualitas telur yang meliputi berat telur, tebal kerabang, dan specific

gravity untuk itu kegiatan pemberian kalsium pada ayam arab harus

mampu mencukupi kebutuhan untuk tumbuh, produksi telur, pembentukan

kerabang, dan pengoptimalan berat telur.

Kebutuhan kalsium ayam pada tiap fase starter, pullet, dan laying

berturut-berturut adalah 2 gram/ekor/hari, 2,75-3 gram/ekor/hari, dan 3,25

gram/ekor/hari (Sarwono, 2001). Roland et al. (1984) dan Ahmad et al.

(2003) menyatakan bahwa mengkonsumsi kalsium lebih dari 2,9

gram/ekor/hari pada ayam ras petelur dapat menyebabkan berat telur,

produksi telur, dan konsumsi pakan turun sedangkan mengkonsumsi

kalsium kurang dari 2,3 gram/ekor/hari menyebabkan produksi telur

rendah, kerabang tipis, kerusakan telur lebih tinggi, dan demineralisasi

tulang (Roland et al., 1984).

Konsumsi kalsium dipengaruhi oleh umur, bangsa, konsumsi

pakan, dan status fisiologis sedangkan berat telur, tebal kerabang, dan

specific gravity dipengaruhi oleh konsumsi kalsium (Clunies et al., 1992).

Namun Bentley (2003) yang disitasi oleh Slamet (2005) menyatakan

bahwa hampir semua peternakan ayam petelur mencatat produksi telur

namun tidak semua mencatat rerata berat telur dan melakukan uji kualitas

kerabang dengan metode specific gravity.

Para peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan linear positif

antara konsumsi kalsium dengan produksi telur, berat telur, specific

gravity (Roland et al., 1984), dan tebal kerabang (Clunies et al., 1992)

pada ayam ras. Sedangkan hubungan antara berat telur, tebal kerabang,

dan specific gravity dengan konsumsi kalsium untuk selain ayam ras. Oleh

karena itu penentuan konsumsi kalsium yang sesuai dengan kebutuhan

27

akan berpengaruh pada kualitas telur yaitu berat telur, tebal kerabang, dan

specific gravity telur ayam.

E. Biosecurity

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Biosekuriti, Prinsipnya ada 3 yaitu :

a. Meminimalkan kesempatan penyakit berhubungan dengan hewan

unggas,

b. Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit dan

c. Membuat lingkungan tidak kondusif untuk kehidupan penyakit.

Biosekuriti dapat dilakukan dengan cara pemakaian masker, sarung

tangan, wearpack dan sepatu; mencuci tangan dengan desinfeksi sebelum

dan sesudah kontak dengan unggas; sanitasi kandang; pembatasan lalu

lintas orang yang keluar masuk kandang, pemusnahan unggas sakit/ mati

dengan cara dibakar kemudian dikubur 1,5 m; pemasakan daging dan telur

dengan sempurna.

2. Vaksinasi

Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif dengan subtipe yang

sama kepada unggas sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4

hari dengan suntikan subkutan (Irawan, 1996).

Daya kerja vaksin adalah sangat spesifik, oleh sebab itu setiap

macam penyakit harus di pergunakan vaksin yang berbeda. Vaksin aktif

(virus hidup) berati virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup

tetapi telah di kendalikan, yang akan tumbuh dan berkembangbiak di

dalam tubuh induk semang. Vaksin ini aktif (virus mati) adalah agen

penyakit yang di kandung oleh vaksin dalam keadaan mati biasanya di

dalamnya di campurkan oil adjuvant (Rasyaf, 1995).

Cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes mata,

tetes hidung, injeksi/suntikan, atau dengan metode spray (penyemprotan

halus). Dari cara-cara tersebut di atas, cara tetes mata dan hidung

merupakan metode yang mudah dilakukan, demikian pula terhadap vaksin

Gumboro. Sedangkan jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut:

28

Tabel 1 Program Pencegahan Penyakit Terpadu Pada Pemeliharaan Ayam

Pedaging (Broiler)

Umur Obat/vaksin keterangan0 Desinfeksi Suci hama peralatan dan kandang

1-3 Antistres Menghilangkan stress perjalanan3 Vaksinasi ND 1 Mencegah ND

4-7 Vitamineral Memacu pertumbuhan8-10 Koksidiostat Mencegah koksinasi11-13 Antistres Persiapan vaksinasi

13 Vaksinasi CRD Mencegah CRD16-22 Multivitamin Memacu pertumbuhan23-25 Koksidiostat Mencegah koksidiosis26-28 Antistres Persiapan vaksinasi

27 Vaksinasi ND II Mencegah ND28 Vaksinasi CRD Mencegah CRD

29- panen Multivitamin Memacu pertumbuhan

Sumber: Suprijatna 2006

Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum

berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stress),

defisieansi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit

karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan.

Misalnya penyakit Cekaman adalah keadaan ayam ketika mengalami

ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman

mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu,

serta produksi menurun, dan akhirnya berhenti. Penyebab: cuaca/iklim

yang tidak menentu, suara bising/ledakan/kejutan (orang/hewan liar),

mekanis (saat vaksinasi atau perjalanan), pergantian pakan/air minum,

kepadatan kandang. Pencegahan dan pengobatan dengan pemberian

antistres, pemberian dan dosisnya disesuaikan dengan petunjuk pada

kemasan (Anggorodi, 1985).

ND (Newcastle Disease) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh virus “paramyxovirus”. Gejala klinis antara lain gangguan saluran

pernafasan (batuk, ngorok, susah bernafas dan keluar lendir dari hidung),

anoreksia, feses berwarna hijau disertai gumpalan putih, gemetaran pada

29

seluruh tubuh dan gejala kelainan syaraf (kelumpuhan pada kaki dan

sayap, leher terpuntir dan ayam berputar-putar). Gejala kelainan syaraf

biasanya muncul kemudian. Angka kematian sangat tinggi sampai 100%.

ND dapat menular secara kontak langsung misalnya dengan ayam yang

terinfeksi, alat peternakan, petugas kandang dan binatang peliharaan atau

burung liar yang tercemar. Cara penularan virus ND dari ayam sakit ke

ayam peka tergantung pada tempat berreplikasi dari virus tersebut.

Pengobatannya jika diagnosis ND dapat diperoleh lebih awal, maka

vaksinasi ulangan pada ayam yang belum terinfeksi munkin dapat

memberikan perlindungan terhadap infeksi virus tersebut. Upaya

pencegahannya dengan pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan

aspek manajemen lainnya secara optimal untuk menghilangkan sumber

infeksi virus tersebut (Rangga, 2000).

Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali yang

harus dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif (medivak aa). Kesehatan

ayam harus baik saat pemberian vaksin. Dua hari sebelum pemberian

vaksin, ayam perlu diberikan vitamin extra seperti vita strong dan diberi

vita chicks selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian antibiotik dan

vaksinasi dapat mencegah stress dan efek samping vaksin yang merugikan

(Yahya, 1979).

Mikroplasmolisis CRD atau Chronic Respiratory Disease

merupakan perlakuan terhadap telur – telur yang menetas dengan

menggunakan antibiotik talah terbukti berhasil mematahkan penyebaran

penyakit secara vertikal. Selanjutnya isolasi dan sanitasi yang baik untuk

mendapatkan kelompok – kelompok ayam yang bebas mikroplasma, mirip

dengan SPF ( Spesifik Pathogen Free ) pada babi, telah terbukti dapat

mencegah penyebaran horisontal. Pengobatan penyakit Infectious coryza

yang paling efektif menggunakan obat seperti misalnya Sulfathiazole

dalam pakan atau pemberian injeksi streptomycin. Pemisahan unggas yang

terserang, penyingkiran ayam betina tua pada akhir tahun, dan suatu

30

pemeliharaan dengan isolasi yang terkontrol dan lingkungan yang bersih,

merupakan kunci untuk mencegah penyakit ini (Blakely dan Bade, 1991 ).

Sediakan air minum yang bersih dalam jumlah yang cukup dan

ditaruh ditempat teduh supaya air selalu sejuk. Air minum yang hangat

krang disukai ayam. Tempat minum yang terbuat dari plastik atau bambu

lebih baik daripada kaleng yang bisa berkarat. Karat besi bisa bereaksi

dengan obat atau vitamin yang akan mengurangi khasiatnya dan juga air

minum dari wadah yang berkarat mudah menimbulkan snot (pilek) pada

ayam. Tempat minum yang diisi secara penuh, bocor dan mudah tumpah

akan menyebabkan litter basah. Litter yang sellalu basah dapat

menimbulkan coccidiosis dan penyakit lain (Yahya, 1979).

F. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu

dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan ketrampilan.

Manajemen pemasaran terjadi jika setidaknya satu pihak dalam pertukaran

potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang

dikehendaki dari pihak lain. Manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari

barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan

kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi. Definisi

ini menyadari bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup

analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga mencakup barang,

jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan

kepuasan bagi pihak yang terlibat (Kotler dan Susanto, 2000).

31

Gambar 5. Proses Pemasaran

Dalam arti kemasyarakatan, pemasaran adalah setiap kegiatan tukar

menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan-keinginan manusia.

Dalm konteks ini kita perlu melihat dengan wawasan luas (1) siapa yang

digolongkan sebagai pemasar, (2) apa yang sedang dipasarkan, (3) siapa

target pasar. Dalm artian bisnis, pemasaran adalah sebuah sistem dari

kegiatan bisnis yang diarancang untuk merencanakan, memberi harga,

mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas

keinginan (Stanton, 1994)

Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah

berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen.

Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih

sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha

yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah

sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu

negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama

terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik

tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa

pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel

produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak yang masih

mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit

32

pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja

akan merugi dalam hal ini (Husnain dan Syahbuddin, 2005).

G. Pengolahan limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha

peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,

pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan

limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah,

bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain sebagainya. Dari limbah ternak

terbut para peternak juga dapat menghasilkan keuntungan karena limbah

tersebut dapat diolah menjadi gas dan pupuk misalnya biogas,pupuk kompos

dan pupuk organik (Salundik, 2007).

Beberapa dampak negatif peternakan ayam, di antaranya adalah sebagai

berikut:

1. Polusi udara. Polusi berupa bau menyengat yang timbul dari proses

aktivitas mikroorganisme pada sisa-sisa pakan maupun kotoran ternak.

2. Mengganggu kesehatan.  Lalat banyak mengerumuni lingkungan kandang

yang tidak terjaga kebersihannya. Lalat tersebut menyebarkan penyakit

yang mengganggu kesehatan.

3. Endemi penyakit. Flu burung yang belakangan ramai dibicarakan, adalah

jenis penyakit ganas yang virusnya berkembang pada populasi ayam.

Peternakan ayam yang tidak mengindahkan kebersihan dan pengelolaan

limbah sering menjadi tempat berkembangnya virus tersebut.

Apabila limbah peternakan ayam diolah dengan tepat, permasalahan tersebut

bisa diatasi. Bahkan, pengolahan limbah ekonomis berpeluang meningkatkan

penghasilan (Anonim, 2011).

1. Limbah Feses

Dalam pemeliharaan ayam pedanging maupun ayam petelur (unggas)

akan ngenghasilkan limbah yang mempunyai nilai nutrisi yang cukup

tinggi. Jumlah kotoran ayam /limbah yang dikeluarkan setiap harinya

banyak, rata-rata per ekor ayam 0, 15 kg. Rata- rata produksi buangan

segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan

33

kering sebanyak 26%, sedangkan dari pemeliharaan ayan pedaging

kotoran yang dikeluarkan sebanyak 0, 1 kg/hari/ekor dan kandungan bahan

keringnya 2 5%. Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa

yang tidak dicerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat,

lemak dan senyawa organik lainnya. Protein pada. kotoran ayam

merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik

lainnya. Komposisi kotoran ayam sangat bervariasi bergantung pada jenis

ayam, umur, keadaan individu ayarn, dan makanan (Abadi, 2010).

Sumber pencemaran usaha peternakan ayam berasal dari kotoran

ayam yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung

dalam kotoran tersebut, yang pada. saat penumpukan kotoran atau

penyimpanan te~adi proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk

gas amonia, nitrat, dan nitrit serta gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang

menyebabkan bau. Kandungan gas amonia yang tinggi dalam kotoran juga

menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau

protein berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak setnua nitrogen

diabsorbsi sebagai amonia, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam

kotoran (Pauzenga, 1991).

Upaya pengelolaan bau kotoran ayam terutama oleh gas amonia dan

hidrogen sulfide perlu dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan

manusia dan ternak. Penggunaan kapur 1-3 % dan probiotik starbio

0,025 - 0,05 % nampaknya merupakan pilihan yang cukup baik

dibandingkan dengan zeolit dan EM4R.  Pemantauan lingkungan harus

selalu dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat disekitar usaha

peternakan (Rahmawati, 1999).

2. Limbah Cangkang Telur

Kerabang telur menurut sebagian orang merupakan hasil ikutan

ternak yang menganggaopnya limbah dan dapat mencemari lingkungan

serta tidak dapat dimanfaatkan. Apabila dimanfaatkan kerabang telur

mempunyai potensi yang cukup besar. 

34

Pemanfaatan kerabang telur salah satunya adalah dengan

pembuatan tepung kerabang telur. Pemberian tepung kerabang telur pada

pakan ayam petelur dimaksudkan sebagai sumber kalsium akan

memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas dan kekuatan

kerabang telur yang dihasilkannya. Kekuatan kerabang telur dipengaruhi

oleh ketebalan kerabang dan konsentrasi lapisan pagar yang terdapat

dalam lapisan bunga mamilary, sehingga kekuatan kerabang telur dapat

dikatakan faktor penentu kualitas kerabang telur. Akan tetapi korelasi

antara kekuatan kerabang telur tidak begitu baik dengan ketebalan

kerabang telur (Meyer et al., 2003).

Pemanfaatan limbah kerabang telur menurut Yuwanta (2010)

merupakan salah satu upaya untuk memperkaya nutrien mineral dalam

pakan untuk ayam petelur. Kerabang telur menyusun sekitar 10% dari total

berat telur. Kerabang telur sebagian besar (98,4%) terdiri dari bahan

kering dan hanya 1,6% air. Kerabang telur mengandung 95,1% mineral

dan 3,3% protein. Selain itu diantara mineral tersebut yang paling banyak

adalah kalsium karbonat (98,43%), magnesium karbonat (0,84%) dan

kalsium fosfat sebanyak 0,75%,

Syahputra (2006) menambahkan bahwa tepung kerabang telur

adalah suatu produk olahan dari limbah telur yang masih mengandung

kalsium tinggi. Tepung kerabang telur banyak dimanfaatkan sebagai bahan

tambahan atau fortifikasi dalam suatu produk pangan untuk meningkatkan

nilai gizi produk tersebut, khususnya kalsium.

Tepung kerabang dalam pemanfaatanya telur dapat digunakan

sebagai perekat karena mengandung 98% kalsium karbonat (CaCO3),

sehingga tepung kerabang telur dapat dikombinasikan dengan semen

sebagai perekat dalam pembuatan papan semen partikel (Syahputra, 2006).

Menurut Syahputra (2006) Papan semen partikel adalah salah satu jenis

papan komposit yang dibuat dari campuran partikel-partikel kayu atau

bahan berlignoselulosa lainnya dengan semen sebagai perekatnya.

Kelebihan papan semen partikel antara lain tahan api, tahan serangga,

35

mempunyai sifat keteguhan tekan dan keteguhan lentur yang tinggi. Papan

semen juga mudah digergaji, dipaku, dapat diplester dengan baik dan dapat

direkatkan dengan semen satu sama lainnya.

36

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 4 Agustus 2012 yang

bertempat di PT. SUPER UNGGAS JAYA dengan alamat Desa Ngembal,

Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur Telp. (0343) 612135.

B. Alokasi Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan merupakan bidang kerja peternakan antara

lain pengadaan bahan baku pakan ternak, proses pemeliharaan ayam,

penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan

kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk yang

dihasilkan.

C. Metodologi

Uraian kegiatan yang dilakukan di lokasi magang antara lain :

a. Metode langsung

1) Observasi / Survey lapang

Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap instansi mitra sebelum kegiatan

magang dilakukan. Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi di

lapang dan jenis kegiatan yang akan dilakukan di instansi tersebut.

Pengamatan yang dilakukan meliputi:

2) Wawancara

Wawancara secara langsung dilakukan dengan cara melakukan

komunikasi dan mengajukan pertanyaanmengenai hal-hal yang ingin

diketahui kepada pihak yang terkait dengan bidang tersebut yaitu

pembimbing lapang maupun karyawan instansi mitra.

3) Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan magang yaitu dengan mengikuti dan melakukan

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan di lapangan

kerja. Tatalaksana atau uraian kegiatan yang akan dilaksanakan selama

magang adalah mengikuti kegiatan proses pemeliharaan ayam,

36

37

penanganan telur dan penetasan DOC, manajemen perkandangan dan

kesehatan, produksi pembuatan pakan ayam dan pemasaran produk

yang dihasilkan.

4) Dokumentasi

Melakukan pengambilan gambar serta pengamatan terhadap

kondisi umum dan kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung di

instansi magang.

b. Metode tidak langsung

1) Melalui pencatatan data sekunder, misalnya : data dari internet,

buku, atau media lainnya yang terkait.

2) Metode pengumpulan data dengan mencatat data-data yang telah

ada, mengenai kondisi umum instansi mitra dan struktur organisasi

yang ada.

3) Melalui studi pustaka dengan penelusuran referensi studi pustaka

di perpustakaan Fakultas Pertanian UNS yaitu dengan studi

literatur yang ada relevansinya dengan kegiatan yang dilakukan

sebagai bahan pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep

dalam pemecahan masalah.

38

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Institusi Mitra

1. Gambaran Umum Kondisi Wilayah

PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo terletak di Dusun

Karanglo, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan Jawa

Timur. Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah 147.401,5 Ha

mempunyai posisi yang strategis karena terletak pada jalur ekonomi, yaitu

Surabaya-Malang, Surabaya-Banyuwangi dan Malang-Banyuwangi. Posisi

yang strategis tersebut menjadikan Pasuruan ramai dengan berbagai

aktifitas ekonomi. Berdasarkan aspek topograpinya, bagian selatan

Kabupaten Pasuruan relatif datar sampai  naik dengan elevasi rendah

disebelah utara (daerah pantai). Semakin ke Selatan elevasi naik dengan

topograpi semakin miring sampai dilereng gunung Bromo.

Secara geografis kabupaten Pasuruan terletak antara 7,300 – 8,300

LS dan 112,300 dan 113,300 BT. Sedang berdasarkan elevasinya, 39,02 %

luas arealnya merupakan daerah dengan ketinggian 0-100 meter dpl dan

16,12 % diatas 1.000 meter dpl, serta sisanya (44,86 %) dengan ketinggian

antara        100 - 1.000 meter dpl. Kabupaten Pasuruan berdasarkan tipe

iklimnya termasuk D (Schmidt Ferguson), suhu berkisar 280 – 300 C,

Curah hujan rata-rata. 252,7 mm/tahun. Dengan kondisi seperti itu daerah

Pasuruan memenuhi syarat sebagai tempat pengembangan peternakan,

dalam hal ini breeding farm.

Luas PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo secara keseluruhan

sekitar 12.2 Ha yang terdiri dari pos transit barang dan karyawan, gudang

pakan, gudang peralatan, gudang genset, bangunan kantor, mushola, mess

karyawan, dan 16 bangunan kandang.

39

Gambar 7. Denah PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo

2. Visi dan Misi

PT. Super Unggas Jaya

3. Sejarah Berdiri

PT. Super Unggas Jaya merupakan anak perusahaan dari Samsung

Grup, dibawah menejemen PT. CJ Indonesia. Pemegang saham utama dari

perusahaan ini adalah pengusaha Korea. Berdiri dari tahun 1993 bergerak

dibidang breeding ayam broiler, selain itu juga PT. CJ Indonesia memiliki

U

40

pabrik pakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan peternakannya selain

juga sebagian dilempar ke pasar luar untuk kebutuhan komersil. Unit Farm

Sukorejo sendiri baru mulai beroperasi enam tahun yang lalu, tepatnya

tahun 2006. Sampai saat ini unit farm Sukorejo sudah melakukan

peremajaan parent stocknya sebanyak empat kali. Bersama dengan unit

farm lainnya yang tersebar di Kabupaten Pasuruan unit farm Sukorejo

memiliki tanggung jawab perusahaan untuk menyuplai kebutuhan DOC

broiler di wilayah Indonesia bagian Timur.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Super Unggas Jaya unit farm Sukorejo

terdiri dari manejer kandang, bagian administrasi dan keuangan, bagian

ketenaga kerjaan, bagian produksi ( pakan, pemeliharaan, vaksin). Manajer

kandang adalah orang yang mengkoordinir semua kegiatan dalam

perusahaan baik kegiatan produksi maupun non produksi. Bagian

administrasi dan keuangan bertanggungjawab dalam menangani segala

sesuatu yang berkaiatan dengan masalah keuangan dan kesekretariatan,

seperti pembukuan akutansi, membuat surat perjanjian dan lain-lain.

Bagian ketenagakerjaan memiliki tanggungjawab dalam menangani segala

macam urusan yang berkaitan dengan tenaga kerja, mulai dari

administrasi, pelatihan, dan pengawasan kerja setiap hari. Supervisor

bagian produksi bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan aktivitas di kandang, mulai dari pemeliharaan, penyediaan pakan,

sampai dengan kegiatan vaksinasi. Dalam kkinerjanya supervisor dibantu

oleh foreman yang akan bertanggung jawab untuk menangani satu flok

yang terdiri dari empat kandang. Sedangkan tenaga kerja operasional

adalah orang-orang yang melakukan kegiatan pada setiap bagian dan unit

usahanya masing-masing.

41

Gambar 8. Struktur Organisasi

B. Hasil Kegiatan Magang

Kegiatan Magang yang dilakukan di PT. Super Unggas Jaya meliputi

dua kegiatan yaitu :

1. Pemeliharaan DOC Broiler Parent Stock Periode Brooding di Unit

Farm Sukorejo

a. Parent Stock dan Grand Parent Stock

Ayam parent stock, merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu

untuk menghasilkan bibit ayam broiler komersial atau final stock. Final

stock adalah bibit dengan spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan

dimanfaatkan dagingnya (Risyana, 2008).

Pada PT Super Unggas Jaya untuk ayam parent stock yang

digunakan dalam periode kali ini adalah tipe ross. Bibit parent stock yang

digunakan berasal dari pembibitan grand parent stock PT. CJ-PIA

Phokphan Jawa Barat. Dengan masa pemeliharaan selama 65 minggu.

Parent stock dipelihara sejak umur satu hari (DOC). Parent stock

diperoleh dari perkawinan garand parent stock yang berasal dari PT.

Phokphan. Ayam Grand parent stock sendiri diperoleh dari perkawinan

grad grand parent stock. Indonesia bibit grad garent perent stock bibitnya

42

diperoleh dari luar negri, Indonesia sendiri belum mampu memebeli

indukan grad grand parent stock.

Bibit ayam parent stock broiler memiliki kemiripan dengan ayam

final stock broiler. Kemiripan ini dapat dilihat dari bentuk kaki, ukuran

tubuh, warna bulu putih serta percepatan pertambahan bobot badan harian

yang sangat besarm selaian itu juga sifat rakus saat makan. Ayam parent

stok jika tidak dilakukan pengendalian konsumsi pakan saat masa stater

dan grower mugkin akan berukuran sangat besar dengan daging yang

tebal. Ayam parent stok yang ada diperusahaan ini ika telah mencapai

dewasa bobot jantan bisa mencapai 8,5 kg dan betian hingga mencapai 5

kg lebih.

b. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan merupakan proses mulai dari persiapan

kandang hingga masa afkir usai. Manajemen pemeliharaan yang

menentukan baik tidaknya hasil yang di capai selama proses pemeliharaan.

Persiapan kandang dimulai dari 30 hari sebelum chick in. mulai

dari pengeluaran ayam afkir, penyemprotan obat serangga, pemberian

racun tikus, pelepasan hubungan listrik dan pengeluaran seluruh peralatan

di dalam kandang. Semua peralatan yang telah di keluarkan kemudian di

cuci dengan disinfektan. Kandang kemudian di spray dengan insektisida

dan disinfektan.

Setelah semua dilakukan dilakukan perbaikan dan perawatan

peralatan kandang. Lalu peralatan kandang yang dibutuhkan, meliputi

feeder, drinker, lighting, kipas dan peralatan DOC dipasang. Semua lantai

kemudian diberi taburi kapur, termasuk di bawah slat.

Sebelum DOC datang semua perlatan meliputi selang gas,

pemanas, tempat minum dan tempat pakan telah dipersiapkan. Dua hari

sebelum DOC datang semua area kandang di spray ulang dengan

menggunakan disinfektan. 24 jam sebelum DOC datang pakan sudah

disiapakan dalam kandang (service pen), semua kebutuhan untuk air

43

minum (vitamin dan antibiotic) sudah siap di kandang. Dua jam sebelum

DOC datang pemanas sudah dinyalakan.

Setelah DOC datang dilakukan perhitungan jumlah DOC dan

penimbangan bobot badan per box DOC. Lalu di DOC distribusikan

menurut jenis kelamin dan bobot badan kedalam brooder. Setelah ayam

masuk brooder ayam di biarkan minum dan makan kurang lebih 2-3 jam.

Setelah itu dilakukan vaksinasi pertama pada ayam.

Hingga 16 hari pertama dilakukan pemeliharaan yang insentif.

pergantian air minum dan pakan dilakukan setiap hari jika pakan dan

minum telah habis. Setiap sore gas pemanas dinyalakan dan dilakukan

control suhu setiap jam sekali. Setiap tiga hari sekali dilakukan perluasan

kandang sesuai pertumbuhan ayam. Setelah enambelas hari pertama

pemberian pakan dan minum menggunakan mesin otomatis. Ayam di beri

pakan saat pagi hari dan ketika sore sudah tidak diberi pakan. Hal ini

dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan ayam.

c. Perkandangan

Kandang adalah lingkungan terkecil tempat unggas hidup dan

berproduksi. Oleh karena itu, dibutuhkan kandang yang nyaman dan

berpengaruh terhadap kesehatan unggas yang prima dan menghasilkan

produksi yang maksimal (Z. Abidin, 2003). Peternakan unggas dengan

sistem kandang tertutup menyediakan suhu dan kelembaban kandang yang

terkontrol.

Farm PT. Super Unggas Jaya, Sukorejo, Pasuruan memiliki 16

kandang close house dengan luas masing-masing kandang 125 m X 12 m.

tiap kandang berisi sekitar 10.000 ekor ayam. Tiap kandang dibagi

menjadi 5 pen dengan luas 25 m X 12 m. Pada masa brooding dan starter

satu pen dibagi lagi menjadi 4 kandang brooding yang disebut broder.

Luas awal kandang saat masa brooding mulanya 4 m X 4 m dan setiap hari

akan terus di perluas hingga masa starter.

Saat hari pertama hingga hari keenambelas pemberian pakan dan

minum dilakukan secara manual dengan menggunakan nipple dan tempat

44

pakan brooding. Setiap kandang brooding terdapat alat pemanas yang

menggunakan gas dan suhu diatur sekitr 310C hingga umur 3 hari dan

setiap harinya suhu akan di turunkan. Tiap kandang memiliki 8 kipas yang

masing-masing kipas akan menyala secara otomatis sesuai suhu di dalam

kandang.

Setelah umur 7 hari nipple diganti nipple otomatis sedangkan

perganti tempat pakan ke feeder through mulai gilakukan pada umur 16

hari. Pemanas gas brooder mulai tidak di gunakan saat umur 21 hari.

Setelah umur 21 hari control suhu dilakukan oleh kipas angin yang ada di

masing-masing kandang.

Peternakan unggas yang menggunakan sistem kandang tertutup

(close house system) memiliki beberapa keuntungan dari segi

manajemennya. Keuntungan dari penerapan sistem kandang tertutup yaitu

efisiensi lahan, pemberian pakan dan minum, tenaga kerja, dan

pengelolaan kesehatan. Peternak unggas di berbagai wilayah di dunia telah

mengerti bahwa untuk memelihara unggas dengan efisiensi maksimal,

beberapa kondisi harus dipenuhi, yaitu pencegahan stres, pemberian pakan

dan minum yang baik, dan sanitasi. Dengan memenuhi kondisi tersebut,

pada dasarnya peternak sudah menjamin terlaksananya prinsip

kesejahteraan hewan. Meskipun demikian, produktivitas tinggi dan

kesehatan unggas tidak menjamin kesejahteraan unggas yang baik (Van

Horne, 2008).

d. Manajemen Pakan

Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama,

untuk kandang tertutup diberikan seelum lampu menyala. Jenis pakan yang

diberikan terdiri dari :

45

Tabel 2. Jenis Pakan Beserta Umur Pemberiannya

no Jenis pakan Umur pemberian1 Pre-starter (MR-PS) Umur sehari-10 hari2 Strarter (BBS) 11 hari-4 hari3 Grower (BBG) 43 hari-126 hari4 Pre Breeder (BBL) 127 hari – 5%produksi harian

MR-PS (Master Pre Starter), BBS (Broiler Breeder Starter), BBG (Broiler Breeder Grower), BBL (Broiler Breeder Pre Layer)

Selama masa growing ayam yang kecil dipisah ke pen yang

terpisah untuk mengurangi persaingan dalam makan dan dengan demikian

akan memicu pertumbuhannya. Pakan dapat ditambah jumlah pakan per

ekor perharinya sedikit demi sedikit untuk mengejar ketertinggalan dari

normal. Pada saat ayam mengalami stress tinggi, akibat melakukan

kegiatan vaksinasi atau pergantian sekam yang basah atau kegiatan yang

lain yang mengganggu ketentraman ayam maka dama air minum

ditambahkan vitamin.

Pemeliharaan fase starter dianjurkan untuk diberi pakan yang

mengandung protein tinggi dan energi rendah, sebab pada fase ini DOC

lebih suka menyimpan energi dalam bentuk protein. Pada pemeliharaan

fase finisher, energi disimpan dalam bentuk lemak sehingga pakan yang

diberikan dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi

(Irawan, 1996).

Pakan yang diberikan berupa pelet. Pakan berasal dari PT. CJ Feed

Jombang. Bahan-bahan pakan tersebut terdiri dari jagung, dedak, gluten

jagung, polard, tepung ikan, tepung daging, tepung tulang, bungkil kedelai,

bungkil kacang tanah, bungkil bijibijian, minyak, calcium fosfat,

methionin, lysin, vitamin dan mineral. Dengan kandungan pakan sebgagai

berikut :

46

Tabel 3. Nama Pakan Beserta Kandungannya

Nama pakan Umur Air P L SK Abu K PPakan Anak Ayam Pedaging Pre-

Starter (BRO-PS)0-10 day 13 22.5-23.5 5 4 6.5 0.9-1.2 0.7-0.9

Pakan induk ayam pedaging – anak (BBS)

0-4 week 13 18-20 2,5 5 7.5 0.5-1.1 0.6-0.9

Pakan Induk Ayam Pedaging – Dara (BBG)

5-17 week

13 14-16 2.5 5.5 7.5 0.9-1.15 0.6-0.9

Pakan Induk Ayam Pedaging Produksi - 1 (BP-3)

24-49 week

13 16-17 2.5 5 13.5 3.15-3.5 0.6-0.9

Pakan Induk Ayam Pedaging Produksi – 2 (BP-4)

50 week- afkir

13 14-16 2.5 5 13.5 3.3-3.7 0.6-0.9

BRO-PS (Broiler Per Starter), BBS (Broiler Breeder Starter), BBG (Broiler Breeder Starter), BP-3 (Broiler Pre Layer-3), BP-4 (Broiler Pre

Layer-4)

Pada pemberian pakan BBS 7 hari pertama diberikan secara

anlibitum setelah itu dibatasi. Pemberian sacara anlibitum bertujuan untuk

memenuhi target berat badan yang telah di tentukan. Setelah itu target-

target berat badan di tentukan.

Tabel 4. Pemberian Pakan Selama 35 Hari Hertama

hari

betina jantan

pakan gram setandar maksimal

pakan gram setandar maksimal

1 16 332 17 333 19 344 20 110 150 34 150 1805 22 356 22 377 24 398 31 429 31 46

10 32 5011 32 215 290 54 310 40012 32 6013 33 6414 33 6915 34 7016 34 7017 36 7018 36 330 380 70 500 60019 36 70

47

20 38 7021 38 7022 41 7023 41 7024 41 7025 41 450 500 70 720 80026 41 7027 41 7028 41 70

e. Biosecurity

Biosecuriti dilakukan oleh setiap orang yang masuk ke dalam

kandang dan juga peralatannya. Masuk area perkantoran melalui spray

atau shower yang mengandung disinfektan. Masuk area produksi (kandang

dan hatchery) harus menanggalkan pakaian luar kemudian masuk melalui

spray desinfektan dilanjutkan mandi dan keramas dengan memakai sepatu

dan baju kusus area produksi. Masuk kandang atau ruang hatchery celup

sepatu di bak sanitasi, cuci tangan dengan disinfektan dan jalur masuk dari

ruang bersih ke ruang kotor atau dari dari kandang usia muda ke kandang

usia tua dulu.

Peralatan kerja sebelum masuk ke area kandang dicuci bersih

kemudian direndam air yang mengandung disinfektan baik di farm

pengiriman maupun farm penerimaan. Peralatan yang tidak dapat dicuci

dengan air dilakukan pembersihan kering kemudian harus difungidasi baik

di farm pengiriman maupun di farm penerimaan. tabel . Vaksinasi Yang

Dilakukan

Vaksinasi juga dilakukan setiap minggu dengan berbagai jenis

vaksin yang telah terjadwal. Jadwal pemberian vaksin adalah seperti

berikut:

48

Tabel 5. Jatwal Vaksinasi Yang Dilakukan

No Age Vaksin Aplikasi1 1 day MD S/C (HETCHERY)

Coccivac Spray pakanIB I/O kiri

2 7 days ND+IB I/OND killed S/C (0.15cc/ekor)

3 14 days IBD intermediet oral (cekok)4 21 days ND+IB I/O

ND AI killed S/C ( 0.15cc/ekor)FP W/W

5 28 days IBD intermediet oral (cekok)6 6 wks Coryza I/M

IB I/O7 8 wks ND+IB I/O

ND IB plus I/O8 10 wks ILT I/O

FP+AE W/W9 12 wks AI I/M10 14 wks ND+IB I/O

ND IB plus EDS killed I/M

S/C : Melalui Injeksi Subcutan I/O: Melalui Tetes Mata I/M : Melalui Injeksi Intramusculer W/W : Melalui Wing Wab

2. Proses Penetasan Telur dan Penanganan DOC

a. Telur Tetas

Telur tetas merupakan telur fertile atau telah dibuahi, dihasilkan

dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur

komersial, yang digunakan untuk ditetaskan. Dengan demikian maka

yang menjadi factor kunci bagi keberhasilan penetasan buatan adalah

produksi telur tetas. Oleh karena itu breeder farm merupakan factor

kunci dalam rangka menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik

untuk menghasilkan anak ayam sebagai bibit pedaging maupun petelur

(Suprijatna, 2005).

Telur yang dihasilkan bentuknya seperti telur ayam Rasa atau

telur ayam konsumsi yang ada di pasaran. Warnanya juga coklat telur

hingga putih. Jika dibandingkan dengan telur ayam petelur tidak ada

bedanya.

49

Seleksi telur telur tetas di perusahaan ini dilakukan dua kali yaitu

yang pertama di farm dan yang kedua dilakukan di hatchery. Didalam

farm seleksi yang dilakukan dilihat dari berat telur, ukuran telur dan

kebersihan telur. Sedangkan di hatchery seleksi yang dilakukan berupa

penyeleksian bentuk telur, keretakan telur, besar dan berat telur, dan

kebersihan telur. Telur yang tidak lolos seleksi tidak akan dimasukkan

ke mesin setter tetapi akan langsung di jual.

Bentuk dan ukuran telur perlu diseleksi karena telur yang tidak

normal atau telur dengan bentuk bulat atau terlalu lonjong merupakan

telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi

abnormal yang mengakibatkan telur tidak menetas (Nuryati et al.,

1998). Bentuk telur dapat dilihat dari indeks telurnya. Indeks telur

merupakan perbandingan antara lebar dengan panjang telur yang

dinyatakan dalam persen. Indeks telur yang ideal adalah 74%

(Yuanita, 1983).

Penyeleksian bentuk telur dan ukuran telur dilakukan satu

persatu perkandang setelah telur di ambil dari kandang. Telur dibagai

menadi tiga bagian dengan ukuran kecil, normal dan jumbo sambil

telur dibersihkan mengguanakan air. Pemisahan berdasarkan ukuran

telur ini bertujuan untuk memudahkan seleksi di dalam hatchery saat

telur dimasukkan kedalam mesin setter. Telur yang masuk seleksi hanya

telur yang berukuran normal sedangkan yang berukuran kecil dan

jumbo tidak masuk seleksi. Telur yang lolos seleksi dikemas dan

dimasukkan dalam ruang fungidasi, tujuannya adalah untuk membunuh

jamur dan bakteri yang menempel di kerabang telur sebelum telur

diambil untuk di kirim ke hatchery. Telur yang kotor akan mudah

terkontaminasi oleh bakteri sehingga mengakibatkan telur membusuk

(Nuryati et al., 1998) sehingga perlu dilakukan pembersihan dan

fungidasi. Kebersihan telur ini dapat dilihat dari keadaan kerabang

telur. Telur yang kotor biasanya terdapat bercak-bercak pada kerabang

(Chan dan Zamrowi, 1993).

50

Seleksi di hatchery berupa seleksi kerabang telur, dipilih yang

tidak retak, tidak kotor dan tekstur halus. Kulit telur yang dipilih yang

normal, tidak terlalu tebal dan tipis. Telur yang tidak lolos seleksi atau

tidak di tetaskan biasanya dikarena telur cacat (benjol, bulat, lonjong),

telur terlalu kecil atau terlalu besar, telur retak dan terdapat bintik-bintik

kasar pada kerabang.

Seleksi besar dan berat telur tetas harus seragam sehingga

diharapkan menghasilkan anak ayam yang seragam dan menetas secara

serempak. Berat minimum yang akan ditetaskan minimal 48 gram.

Umur telur tetas dipilih yang seragam agar telur menetas dengan

serempak (Nuryati et al., 1998). Penyeragaman besar dan berat telur

juga di ikuti penyeragaman telur yang bersal dari umur induk telur yang

sama. Penyeragaman umur induk telur ini dapat dengan mudah

dilakukan karena setiap kandang memiliki umur yang sama.

Setiap umur induk akan memberikan grade pada telur yang akan

ditetaskan. Grade terhadap umur induk dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Grade Telur

Age Grade25-29 minggu BM30-34 minggu A135-50 minggu Premium51minggu – afkir A2

BM : bibit dengan umur induk muda <30 mingguPremium : bibit dengan umur induk 35-50 mingguA1/2 : grade telur normal

Gradeing telur tidak dilakukan pada ukuran dan bentuk telur

karena telur yang tidak sama atau abnormal akan disingkirkan.

Sehingga yang masuk grade hanya telur-telur yang berukuran seragam.

Grade yang ada hanya grade berdasarkan umur. Karena hal ini akan

berpengaruh juga pada grade DOC yang dihasilkan.

Telur yang tidak lolos seleksi di hatchery nantinya akan di jual

sebagai telur konsumsi. Harga telur yang tidak lolos seleksi ini

sangatlah murah dibandingkan telur ayam konsumsi atau telur ayam

51

petelur. Hal ini dikarenakan telur yang tidak lolos seleksi disini

termasuk limbah peternakan. Pembelinnya adalah para pekerja atau

warga setempat yang membutuhkanya.

b. Proses Penetasan

Telur datang dari farm langsung diterima oleh karyawan

hatchery dan dilakukan pemerikasaan antara jumlah yang tertera dan

egg tray, asal kandang, tanggal produksi dan usia induk. Tempat

penerimaan telur ini disebut terminal.

Sebelum dilakukan grading, terlebih dahulu telur

dikelompokkan berdasarkan masing-masing kandang dan dilakukan

pengecekan berdasarkan data yang dikirim dari farm. Klasifikasi telur

yang tidak di tetaskan/afkir terdiri yaitu berupa telur cacat (benol, bulat,

lonong), telur kotor (dirty), telur kecil atau terlalu besar (jumbo),

kerabang telur tipis dan warna tidak seragam, kerabang bintik-bintik

kasar, dan telur retak dan hancur (damage).

Telur yang lolos seleksi nantinya akan ditaruh di coolingroom.

Coolingroom merupakan tempat untuk menghambat pertumbuhan

embrio. Tujuan telur dihambat pertumbuhanya agar selama proses

menunggu jumlah telur terpenuhi dalam satu mesin setter, embrio telur-

telur tersebut tidak tumbuh sehingga nantinya telur dapat menetas

dengan sermpak. Suhu ruang coolingroom sekitar 180-190C seperti pada

tabel.

Tabel 7. Ketentuan Penyimpanan Di Coling Room

Waktu penyimpanan Temperature Humidity1 s/d 3 hari 18,30C~21,10C 75%4 s/d 7 hari 15,00C~17,00C 75% ~80%

>7 hari 12,80C~13,90C 80%

Waktu maksimal telur dimasukkan coolingroom adalah 7 hari

setelah itu telur dikeluarkan dan dilakukan prewarming. Tujuan

prewarming untuk membangunkan embrio telur dari masa dorman.

52

Selain itu juga mendekatkan temperature telur dari coolingroom dengan

temperature mesin setter demi menghindari shock dead embrio. Telur

disini diseting pada suhu ruangan sekitar 240-260C sebelum dimasukkan

mesin setter.

Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur.

Mesin ini digunakan pada tahap awal penetasan telur hingga harin

kesembilan belas (456 jam). Telur di dalam sesin setter dibalik setiap

satu jam sekali secara otomatis. Suhu di mesin seter ini sekitar 99,300F-

99,500 F dengan jenis mesin chick master.

Terlur tetas dipindahkan dari mesin setter ke mesin hatcher

pada hari ke 19 yang di sebut sebagai kegiatan transfer. Sebelum

dilakukan teransfer dilakukan candling, telur yang infertile dan telur

exploder dikeluarkan. Telur yang lolos seleksi dimasukkan kedalam

basket yang nantinya akan dimasukkan kedalam mesin hatcher untuk

ditetaskan. Telur teta mulai dimasukkan mesin hatcher umur 19 hari

hingga telur menetas. Lama telur meneta adalah 500 + 4 jam

Setelah telur menetas basket dikeluarkan dari mesin hatcer dan

dipindahkan ke ruang pull chick lalu diteruskan proses pull chick. Pull

chick merupakan proses dimana ayam yang telah menetas dikelurkan dari

keranjang/basket. Di ruang pull chick dilakukan seleksi DOC berdasar

grade dan dimasukkan chick box sesuai kode kandang masing-masing.

c. Penanganan DOC

Penanganan DOC pada pembibitan ayam yang baik dilakukan

sebagai berikut :

a. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah

bulu kering;

b. Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas

disingkirkan;

c. Pemisahan jantan dan betina dilakukan melalui

metode sexing kloaka, suara dan warna bulu (jika ada yeng memesan);

53

d. Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari

tempat pembibitan harus sudah divaksin Marek’s;

e. Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan

catatan program vaksinasi yang telah dan seharusnya dilakukan

dikemudian hari (Deptan, 2012).

Satu hari sebelum pullchick dilakukan perakitan chick box sesuai

dengan jumlah estimasi penetasan. Dilakukan pullchick apabila DOC

sudah siap dikeluarkan dengan ciri-ciri :

a. Pusar telah tertutup sempurna, tidak bengkak

b. Shank kaki berwarna kuning, mengkilap dan tidak kering

c. Remas cangkang telur maka akan terasa kering, renyah sebagai

indikasinya

d. Total waktu tetas normal 500 +/- 6 jam dari seting sesuai jenis mesin,

musim dan umur induk.

Setelah menetas maka basket dikeluarkan dari mesin hetcher dan

dipindahkan ke ruang pullchick. Semua DOC dipindahkan ke chick box

sesuai dengan kode kandang masing-masing. Basket yang kosong

langsung dipindahkan ke ruang pencucian untuk segera dibersihkan. Telur

yang tidak menetas akan di buang dan dicatat jumlahnya.

Fertilitas dan daya tetas telur di PT. Super Unggas Jaya sangat

tinggi. Fertilitas dan daya tetas telur dipenaruhi oleh unur induk juga.

Fertilitas dan daya tetas telur di PT. super Unggas Jaya dapat dilihat pada

tabel.

Tabel 8. Daya Tetas dan Fertilitas di PT Super Unggas Jaya

AGE INFERTIL FERTILE DIS HATCH CULLED

25 45.45 54.55 45.45 9.1 9.126 15.14 84.86 15.14 69.72 3.0327 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3628 10 90 10 80 229 9.09 90.91 9.09 81.82 1.8230 8.8 91.2 8.8 82.4 1.7631 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6432 8.16 91.84 8.16 83.68 1.63

54

33 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4534 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4535 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3636 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3637 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2738 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2739 6.36 93.64 6.36 87.28 1.2740 6.82 93.18 6.82 86.36 1.3641 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4542 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4543 7.27 92.73 7.27 85.46 1.4544 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5545 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5546 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5547 7.73 92.27 7.73 84.54 1.5548 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6449 8.18 91.82 8.18 83.64 1.6450 9.09 90.91 9.09 81.82 1.8251 9.59 90.41 9.59 80.82 1.9252 10 90 10 80 253 10.45 89.55 10.45 79.1 2.0954 10.45 89.55 10.45 79.1 2.0955 10.91 89.09 10.91 78.18 2.1856 10.91 89.09 10.91 78.18 2.1857 11.36 88.64 11.36 77.28 2.2758 11.36 88.64 11.36 77.28 2.2759 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3660 11.82 88.18 11.82 76.36 2.3661 12.27 87.73 12.27 75.46 2.4562 12.73 87.27 12.73 74.54 2.5563 12.73 87.27 12.73 74.54 2.5564 13.18 86.82 13.18 73.64 2.6465 13.16 86.84 13.16 73.68 2.64

Age : dalam mingguInferil : Telur yang tidak dibuahiFertil : telur yang dibuahiDis : telur yang dibuahi dan dimasukkan mesin tetas tetapi tidak

tumbuhHatch : telur yang menetasCulled : telur yang tidak menetas

55

Seleksi DOC dibagai menjadi 3 macam grade sebagai berikut:

a. Premium (umur induk 36-55 minggu dan mendapatkan treatment

antibiotic)

b. Standart (kondisi normal)

c. BM (bibit muda umur <30 minggu)

DOC yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri mata jernih, bulu,

paruh dan sank kaki berwarna kuning cerah, pusar menutup sempurna,

secara fisik lincah dan seragam. DOC yang di afkir memiliki ciri-ciri bulu

kesut, kaki kering, cacat, kembung dan lemah. DOC hasil seleksi langsung

dimasukkan kedalam chick box dengan jumlah 100 +2 ekor extra sebagai

jaminan kematian delivery. Seleksi DOC dilakukan dengan cara

berpasangan 2 orang agar bisa saling control kualitas hasil grading. Untuk

DOC premium ada perlakuan kusus yaitu seleksi yang seragam kemudian

di suntik lewat subcutan menggunakan antibiotic.

d. Pemasaran

Proses pemasaran DOC yang dihasilkan oleh Hatchery unit

Sukorejo terintegrasi dengan unit Hatchery yang lainnya yang berada di

bawah manejemen PT. Super Unggas Jaya. DOC yang akan

didistribusikan sebagian besar diserap oleh peternakan broiler yang telah

menjalin kemitraan dengan PT. Super Unggas Jaya. Proses pendistribusian

DOC meliputi beberapa daerah di Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, bahkan

didistribusikan sampai dengan wilayah Makasar. Proses pengiriman

dilakukan via transportasi darat dengan menggunakan kendaraan khusus

yang dilengkapi dengan kipas pengatur suhu. Proses pengiriman untuk luar

pulau dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang.

56

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah seminar magang mahasiswa di PT. Super

Unggas Jaya ini antara lain :

1. PT. Super

Unggas Jaya bergerak di bidang Breeding Farm, dengan produk

utama adalah DOC broiler.

2. Ayam yang

dipelihara PT. Super Unggas Jaya unit Sukorejo berupa parent stock

sejak umur satu hari dengan jumlah 160.000 ekor ayam yang terbagi

menjadi 16 kandang dan masing-masing kandang terdiri dari 5 pen.

3.

4. Pemasaran

produk PT. Super Unggas Jaya unit Farm Sukorejo meliputi Indonesia

bagian Timur.

ii. Saran

a. Perlu adanya upaya dari Perusahaan untuk lebih mengembangkan

kerjasama dengan peternak yang ada di masyarakat guna meningkatkan

daya serap bagi produk yang dihasilkan.

b. Perusahaan perlu memprioritaskan SDA dan SDM lokal untuk menunjang

perkembangan perusahaan.

c. Perlu adanya pembukaan unit farm dan hatchery baru di beberapa daerah

di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia

57

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Lisan. 2010. Pemanfaatan Limbah Ayam Untuk Ternak. http://anang-pasi.blogspot.com.

Ahmad, H.A.,Yadalam S.S. and Roland D.A. 2003. Calcium requirement of bovanes hens. International Journal of Poultry Science. 2:417-420.

Ahmadi. 2009. Saatnya Rekontruksi kandang open atau kandang Close House-kah Pilihan Anda? http://www.majalahinfovet.com/2009/01/saatnya-rekonstruksi-kandang-open-atau.html

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Amrullah I.K. 2003. Nutrisi Ayam broiler. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.

Anggorodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Anissa, Imanda Rianto, Nanda Rizki. 2012. Kebutuhan Energi dan Protein Ayam Petelur. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Anonim. 2002. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Pedaging yang Baik (Good Farming Practice). Direktorat Budidaya Ternak-Direktorat Jenderal Produksi Peternakan. Jakarta.

Anonim. 2007. Anak Ayam DOC. http://budidayaternak.comxa.com/single.php?conten=Halaman-Kategori- Budidaya&idbudidaya=2&halaman=3

Anonim. 2010. Kandang Closed House. http://kandangclosedhouse. wordpress.com/2010/12/29/kandang-closed-house/

Anonim. 2010. Persaratan Ideal Pemilihan Lokasi Kandang Ayam Petelur/Layer dan Broiler. http://dokterternak.com/2012/01/15/persyaratan-ideal-pemilihan-lokasi-kandang-ayam-petelur-layer-dan-broiler/

Anonim. 2011. Cara Penangan Limbah Ternak. http://www.ceriwis.us

Anonim.2012. Potensi Agroindustri Itik Pedaging. http://foragri.wordpress.com /2012/02/06/potensi-agroindustri-itik-pedaging/

Anonim2. 2011. Mengenal Ayam Broiler. http://risnotes.com/2011/11/mengenal-ayam-broiler-atau-pedaging/.

Bently, J. 2003. Feeding Breeder Hens. www.bufindo.com. Diakses tanggal 23 Februari 2006.

Blakely, J. dan Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

56

58

Card L.E., M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. United State of America.

Clunies, M., Parks D. and Lessons S. 1992. Calcium and phosporus metabolism and eggshell formation of hens fed different amounts of calcium. Poultry Science. 71 : 482-489.

Crampton, E.W. and L.E. Harris. 1969. Applied Animal Animal Nutritions. W.H. Freeman and Co., San Francisco.

Deptan. 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Ayam lokal. http://www.deptan.go.id/pedum2012/PETERNAKAN/5.6.Pedoman%20Teknis-Ayam%20Lokal.pdf

Direktorat Jenderal Peternakan, [Fapet UGM] Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 1986. Laporan survai evaluasi pengadaan dan penyebaran ternak impor crash program. Direktorat Bina Produksi, Ditjen Peternakan dan Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Ditjenak. 1996. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Erwansah. 2012. Teknik persilngan. http://blog.ub.ac.id/erwansyah/2012/05/24/teknik-persilangan/

Fadilah R., 2000. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Fadilah R., 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Ginsono. 1986. Budidaya Ayam Pedaging. Sinar Jaya. Malang.

Hardanto Danni. 2006. Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler Yang Pakannya Ditambah Campuran Minyak Omega-3. IPB. Bogor.

Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan Tantangan. Inovasi online vol 4/xvii/agustus 2005. Diakses tgl 14 Februari 2009.

Irawan. 1996. Pedoman Pengendalian Hewan Menular. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.

Kotler, Philip dan Susanto AB. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Meyer, R., R.C. Baker and M.L. Scott. 2003. Effects of hen egg shell and other calcium sources upon egg shell strength and ultrastructure. J. Poultry Sci. 62 : 2227 - 29.

Murtidjo. 1987. Teknik Manajemen Ayam Pedaging. Angkasa Raya. Malang.

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card. 1979. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia.

59

Pauzenga. 1991. Animal production in the 90’s in harmony with nature, A case study in the Nederlands. In: Biotechnology in the Feed Industry. Proc. Alltech’s Seventh Annual Symp. Nicholasville. Kentucky.

Rahmawati S, 1999. Upaya Pengelolan Lingkungan UsahaPeternakan Ayam. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/

Rangga. 2000. Pertumbuhan Alometri dan Tinjauan Histologi Daging Dada Pada Ayam Kampung Dan Persilangannya Dengan Ayam Ras Petelur. Thesis. Pascasarjana. IPB.

Rasyaf, M. 1999. Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

Risyana Memvi. 2008. Linerja Supplay Chain Managemen Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Syock Broiler) di PT. Galur Prima Cobbindo Sukabumi. IPB. Bogor

Roland, D.A., Farmer M. and Marple D. 1985. Calcium and its relationship to excess feed consumption, body weight, egg size, fat deposition, shell quality, and fatty liver hemorrhagic syndrome. Poultry Science. 64 : 2341 – 2350.

Salundik, 2007. Pembuatan Pupuk Organik. IPB. Bogor.

Sarwono, B. 2001. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Ayam Arab Petelur Unggul. Swadaya. Jakartaijaya.

Scott. 1982. How Make the evironmant can be comfort. University Books Guelp, Ontario, Canada.

Setioko A.R., 1998. Penetasan Telur Itik di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Shanawany. 1994. Quail Production Systems. FAO of the Unied Nations Rome.

Slamet, Tik Naryo. 2005. Hubungan Antara Bobot Badan dan Produksi Telur Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Petelur Periode Laying. Skripsi.

Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Direktorat Pembinaan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen P dan K. Jakarta.

Stanton, J William. 1994. Prinsip Pemasaran Jilid I Edisi 7. Erlangga. Jakarta.

Sudaryani T., Santoso H,. 2004. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudradjat. 2003. Beternak Ayam Pelung. Kanisius Yogyakarta.

Suprawira. 1981. Manajemen Pengolahan Ternak. Direktorat Pembinaan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen P dan K. Jakarta.

Suprijatna. 2005. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press: Jakarta

60

Sutrisno. 2012. Sistem Sexing DOC Ayam. http://bumiternak-betha.blogspot.com/2012/02/sistem-sexing-doc-ayam.html

Syahputra, Ade. 2006. Pemanfaatan campuran tepung kerabang telur dengan semen berbahan dasar serat kelapa sawit dalam pembuatan papan semen partikel [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Van Horne P.L.M., 2008. Achterbosch T.J., “Animal welfare in poultry production systems: impact of EU standards on world trade”, World’s Poultry Science Journal.

Wijianarko Sonny. 2007. Pengaruh Sistem Penetasan dan Umur Induk Parent Stock Terhadap Daya Tetas dan Kualitas DOC Ayam Pedaging Strain Cobb 500 Pada PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm And Hatchery Kec. Lawang-Kab. Malang. Universitas Muhamadiah Malang. Malang.

Williamson, G dan W.J.A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta.

Winarto, 2008. Rancang Bangun Sistem Kendali Suhu dan Kelembaban Udara Mesin Tetas Ayam Berbasis PLC (Progammable Logic Controler). Journal. Jurusan Teknologi Pertanian. Pliteknik Negeri Lampung. Lampung.

Yahya. 1979. Ayam Sehat Ayam Produktif. I. Bandung.

Yunias. 2005. Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan.

Yuwanta, Tri. 1983. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta

Yuwanta, Tri. 2010. Pemanfaatan Kerabang Telur. Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Z. Abidin. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta.

61

LAMPIRAN

62

Bibit Parent stock Pemeliharaan umur 4 minggu

Kandang Close House Gudang Penyimpanan Pakan

63

Vaksianasi Biosecuriti

Telur Tetas Mesin setter

Mesin Hatcher Penganagan DOC