luka tusuk
TRANSCRIPT
LUKA TUSUK
PENDAHULUAN
Hampir semua dokter pernah dipanggil ketika seseorang menderita luka.
Apakah korban hidup atau mati, cedera ringan atau berat, apakah penyebab
sebuah kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri, pemeriksaan yang dilakukan
dokter tersebut mungkin memiliki kepentingan medikolegal. Tentu saja perhatian
kedokteran forensik banyak terfokus pada patologi trauma yang disebabkan oleh
luka itu sendiri, dan seorang dokter harus melakukan pemeriksaan yang teliti
bukan hanya untuk mengobati, tapi juga untuk mengantipasi adanya komplikasi
medikolegal, bahkan apabila jika muncul di kemudian hari. Hasil penemuan
berdasarkan pemeriksaan yang teliti kemudian dibuat menjadi Visum et Repertum
untuk kepentingan medikolegal. Bukan hanya memeriksa dan merekam dengan
teliti semua penemuan dan yang didapatinya tetapi juga memberikan pendapat
tentang hubungan sebab akibat, karena pemeriksaan yang menyeluruh akan
menentukan proses hukum dipengadilan nanti1
Berdasarkan data yang ada, kasus pembunuhan di Eropa lebih sering
terjadi dengan senjata tajam. Di Jerman 376 kematian akibat trauma tajam yang
terjadi menunjukkan bahwa 80% merupakan kasus pembunuhan, 17% bunuh diri
dan 3% diantaranya adalah kecelakaan.2 Trauma tajam adalah sebuah trauma yang
diakibatkan oleh senjata atau benda – benda yang memiliki tepi yang tajam atau
runcing (seperti pisau, gunting dan kaca).3 Putusnya atau rusaknya kontinuitas
jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung
runcing pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda
tumpul dan dari luka tembakan senjata api.4 Luka akibat benda tajam sendiri dapat
dibedakan atas empat yaitu Luka tusuk, luka iris, luka potong dan luka akibat
suatu terapi diagnostik.2 Pada referat ini akan dibahas lebih terperinci mengenai
luka tusuk, yaitu luka yang disebabkan oleh benda tajam yang ditusukkan pada
tubuh, sebuah luka yang memiliki arti yang penting berdasarkan sudut pandang
forensik. Hal ini dikarenakan luka tusuk jarang terjadi akibat kecelakaan. Luka
1
tusuk merupakan mekanisme pembunuhan utama di Britania dan di berbagai
negara dengan pembatasan penggunaan senjata api yang terkontrol.1
DEFENISI
Luka tusuk merupakan jejas pada tubuh yang diakibatkan oleh penusukan
benda yang memiliki ujung tajam tajam pada tubuh. Benda tajam yang dimaksud
seperti pisau, pedang, gunting, alat pahat, bayonet dan benda yang memiliki ujung
tajam lainnya. Bahkan benda lebih tumpul seperti obeng juga dapat menyebabkan
luka tusuk.1 Luka tusuk dapat dibedakan dengan luka iris berdasarkan panjang dan
kedalaman luka. Jika dilakukan pengukuran, Luka akibat tusukan memiliki
kedalaman luka lebih panjang dibanding panjangnya, sebaliknya pada luka iris.2
KARAKTERISTIK LUKA
a) Panjang dan kedalaman luka
Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil ataupun
lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka tusuk akan
menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi sebagai akibat elastisitas
dari kulit.2,6 Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang
atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Panjang luka
penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili
lebar alat. Panjang luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat,
2
Gambar 1. Luka Tusuk. Panah biru gelap menunjukkan sisi dengan sudut lancip, sedangkan di sisi yang berlawanan dengan sudut tumpul. 5
apalagi bila luka melintang terhadap otot.Bila luka masuk dan keluar melalui alur
yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi
lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan
waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan
posisi yang miring.2,7,8
Pemakaian istilah ‘luka penetrasi’ ditunjukkan untuk menjelaskan dimana
dalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak
pada permukaan kulit.2,3 Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang
seperti di daerah abdomen oleh karena elastisitas dinding perut tersebut.6 Panjang
saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari
senjata yang digunakan, jika bagian pangkal senjata masuk kedalam tubuh.
Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusukan
sampai ke pangkal senjata.6
b) Bentuk Luka
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu bentuk dan
ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan senjata pada luka,
gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Bentuk luka
merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan
sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka dapat
memberikan informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang tumpul
3
Gambar 2. Pisau bermata satu yang ditusukan dengan kedalaman yang berbeda.9
misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka dapat
menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari
pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan
luka dengan dua pinggir tajam.4,7
Bentuk luka juga tergantung seberapa banyak bagian pisau (senjata) yang
masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu penting mengetahui berbagai kemungkinan
bentuk senjata yang digunakan.
Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat,
obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-
kadang berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit.
Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat keelastisan kulit dan arah
tusukan terhadap serabut elastis juga mempengaruhi bentuk luka. Apabila arah
tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan distribusi serabut elastis tubuh
yang sesuai dengan Langer’s line. Hal ini akan menyebabkan tepi luka akan
melebar dan cetakan luka tidak sesuai dengan senjata yang digunakan.
4
Gambar 3. Luka tusuk senjata bermata satu.8
Gambar 4. Luka tusuk senjata bermata dua.8
Gambar 5. Bagian-bagian dari sebuah pisau.7
Gambar 6. Menunjukan gambaran tusukan berbagai jenis obeng.
Gambar 6. Menunjukan jenis obeng philips dan bentuk luka yang ditimbulkan.8
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah
satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat
ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian
ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan
tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari
satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun
pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah
satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan
luka pada permukaan kulit seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah
lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat
juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan
titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik
terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih
besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
5
Gambar 7.Luka multipel dengan berbagai bentuk akibat efek langer’s line.7
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka
berbentuk ireguler dan besar.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan
pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat
disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan
pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk
sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin
lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota
tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-
ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
PEMERIKSAAN LUKA TUSUK
Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam
yang perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari
aksi korban yaitu tanda percobaan dan luka perlawanan. Keduanya mempunyai
bentuk, letak dan medikolegal. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal, luka
tusuk dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri.
Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka
dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka
tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun
jarangsekalidilaporkan.1,6,8
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka
perlawanan”. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
6
Gambar 8.Luka multipel
yang merupakan tanda
percobaan bunuh diri5
bawah (jarang ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi
dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen
tajam.1,8
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak
boleh dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan ditujukan
untuk menentukan :7
a. Jumlah luka
b. Lokasi luka
c. Arah luka
d. Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
e. Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
f. Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh
diri, atau kecelakaan.
7
Gambar 9.Ilustrasi terjadinya luka perlawanan7
Gambar 10. Luka perlawanan pada bagian extensor lengan bawah.5
Gambar 11. Luka perlawanan pada tangan.5
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah – daerah yang
berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya
garis tengah tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain – lain.7
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk
menggambarkan kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu
organ dalam (viseral). Diukur secara tepat (dalam ukuran millimeter atau
centimeter) tidak boleh dalam ukuran kira – kira saja.7
KUALIFIKASI LUKA
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter juga menentukan
derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi
luka. Yang diharapkan dari dokter untuk dapat membantu kalangan hukum dalam
menilai berat ringannya luka yang dialami korban pada waktu atau selama
perawatan dilakukannya.
Kualifikasi luka yang dapat dibuat oleh dokter adalah menyatakan pasien
mengalami luka ringan , sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan
adalah luka yang tidak menimbulkan halangan dalam menjalankan mata
pencaharian, tidak mengganggu kegiatan sehari –hari. Sedangkan luka berat harus
di disesuaikan dengan ketentuan undang– undang yaitu yang diatur dalam KUHP
pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka antara luka ringan dan luka berat.6
KUHP Pasal 90; luka berat berarti:6
a) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut,
b) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian.
c) Kehilangan salah satu panca indera
d) Mendapat cacat berat.
e) Menderita sakit lumpuh
f) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
g) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
8
Kualifikasi di atas secara terperinci dapat di bagi dalam empat kualifikasi
derajat luka, yaitu : 6
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau tidak mendapat
halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan tidak ada halangan untuk
melakukan pekerjaan atau jabatannya
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatannya.
4. Orang yang bersangkutan mengalami :
Penyakit atau luka yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Dapat mendatangkan bahaya maut.
Tidak dapat menjalankan pekerjaan
Tidak dapat menggunakan salah satu panca indra
Terganggu pikiran lebih dari 4 minggu
keguguran
Hal ini perlu dipahami oleh dokter karena ini merupakan jembatan untuk
menyampaikan derajat kualifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak
hukum.6
Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang
menimbulkan bahaya maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka di perut
yang mengenai hati, yang menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat
mengacam jiwa. Walaupun pasien akhirnya sembuh tetapi di dalam VeR dokter
dapat menggambarkan keadaan ini dalam kata – kata, “ korban mengalami luka
tusuk di perut mengenai jaringan hati yang menyebabkan perdarahan banyak yang
dapat mengancam jiwa pasien”. Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak
hukum bahwa korban telah mengalami luka berat.6
PENYEBAB KEMATIAN
9
Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan
dapat juga menyebabkan kematian secara tidak langsung. Penyebab kematian
langsung dapat berupa : 6
1. Perdarahan luas (syok hipovolemik)2,6 dan banyak dapat terjadi di dalam
rongga tubuh atau di luar rongga tubuh. Volume darah ada kira – kira 7 -
10 % atau 1/13 berat badan. Kehilangan 1/3 bagian dari volume darah
tubuh secara tiba- tiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan darah
yang demikian ini mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak
dilakukan penanganan yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah
secara perlahan - lahan tidak begitu membahayakan oleh karena tubuh
dapat mengkompensasinya. Perdarahan di dalam rongga tubuh dapat kita
jumpai pada luka tusuk yang mengenai organ – organ dalam seperti
jantung, paru – paru, hati dan limpa. kalau dijumpai lebih dari satu luka,
maka harus ditentukan yang mana yang menyebabkan kematian korban.6
2. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti
jantung, paru, limpa, hati, ginkal, pembuluh darah besar akan
menyebabkan kematian lebih cepat. Perdarahan pada kantung pericardium
sebanyak 300- 400 cc telah dapat menyebabkan kematian karena terjadi
tamponade jantung. Demikian juga darah sejumlah 200 – 300 cc yang
menyumbat saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian karena
asfiksia.2,6
Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer
oleh karena lukanya, disebut penyebab kematian secara tidak langsung. Yang
termasuk hal – hal ini adalah :2,6
1. Inflamasi dari organ – organ dalam tubuh, seperti meningitis,
encephalotos, pleuritis dan peritonitis.
2. Infeksi sepsis dari luka yang dapat mengakibatkan septicemia dari luka
lama yang tidak sembuh dan luka ini bisa primer ataupun sekunder.
3. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringan – jaringan dan
pembuluh darah.
10
4. Trombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat
immobilisasi.
ASPEK MEDIKOLEGAL
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal
yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan
untuk dapat memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis
kekerasan/senjata atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.10
Pada penentuan luka secara medikolegal seperti pada tindakan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data
pemeriksaan korban. Aspek yang harus diperhatikan dalam kasus bunuh diri dan
pembunuhan :
a) Bunuh diri
Pada pemeriksaan luka dengan teliti sering didapatkan satu atau lebih luka
lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka tersebut adalah “luka
percobaan.” Selain dada dalam hal ini daerah jantung maka pada daerah perut
yang biasanya di daerah lambung, adalah merupakan daerah – daerah yang sering
dipilih korban untuk kasus – kasus bunuh diri. Dengan adanya senjata yang
tergenggam erat “cadaveric spasm” hamper dapat ditentukan dengan pastikan
bahwa korban telah melakukan bunuh diri.10
b) Pembunuhan
Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai lokasi atau tempat
khusus, seringkali didapati luka-luka yang didapat sewaktu korban mengadakan
perlawanan - “luka perlawanan”.10
KESIMPULAN
11
Luka tusuk merupakan jejas pada tubuh yang diakibatkan oleh penusukan
benda yang memiliki ujung tajam tajam pada tubuh. Luka tusuk memiliki arti
medikolegal yang penting, karena berdasarkan data yang ada sebagian besar kasus
luka tusuk merupakan kasus percobaan pembunuhan. Oleh karena itu, seorang
dokter yang baik tidak hanya memberi pengobatan terhadap luka namun
melakukan pemeriksaan secara teliti untuk antisipasi adanya aspek medikolegal
yang akan timbul dan jika diperlukan dokter harus membuat Visum et Repertum
(VeR). Dokter memeriksa dan merekam dengan teliti semua penemuan dan yang
didapatinya dan memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat, dalam
pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh
dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga karena akan menentukan proses
hukum dipengadilan nanti.
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal
yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan
untuk dapat memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis
kekerasan/senjata atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.
12