luka tusuk abdomen matter

47
LUKA TUSUK ABDOMEN LUKA TUSUK ABDOMEN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka robek (vulnus laceratum) sering disertai luka lecet (excoriasis), yakni luka atau rusaknya jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras, seperti aspal jalan, bebatuan atau benda kasar lainnya. Sementara luka tusuk (vulnus functum), yakni luka yang disebabkan benda tajam seperti pisau, paku dan sebagainya. Biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan : 1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ. 2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah

Upload: boorayscar

Post on 01-Jan-2016

119 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Luka Tusuk Abdomen

TRANSCRIPT

Page 1: Luka Tusuk Abdomen Matter

LUKA TUSUK ABDOMEN

LUKA TUSUK ABDOMEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka robek (vulnus laceratum) sering disertai luka lecet (excoriasis), yakni luka atau rusaknya

jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras, seperti aspal jalan, bebatuan atau benda

kasar lainnya. Sementara luka tusuk (vulnus functum), yakni luka yang disebabkan benda tajam

seperti pisau, paku dan sebagainya. Biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit)

kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital

seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi

korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi

tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan

mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali

melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran

biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada

organ.

2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga

luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka

menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata

yang digunakan.

4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai

landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial.

Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan

besar.

B. Tujuan

Page 2: Luka Tusuk Abdomen Matter

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, penyebab, tanda

dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada Luka Tusuk Abdomen

C. Sistematika Penulisan

Pada penulisan makalah ini dibagi dalam tiga bab, setiap bab diuraikan secara singkat dan dalam

bentuk makalah yakni :Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep dasar keperawatan dan asuhan

keperawatan gawat darurat. Dan bab tiga berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

ISI

I. KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Luka Tusuk Abdomen

Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan

tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. Berat

ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu :

1.Lokasi anatomi injury

2.Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk

dan arah tusukan.

Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan

sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon

terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya

dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga

akan mengakibatkan peradangan atau infeksi.

Page 3: Luka Tusuk Abdomen Matter

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta

trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada

isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada

penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi

(FKUI, 1995).

B. Etiologi dan Klasifikasi

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan

oleh : luka tusuk, luka tembak.

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan oleh :

pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).

C. Patofisiologi

Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-

belt)-Trauma abdomen- :

a. Trauma tumpul abdomen

• Kehilangandarah.

• Memar/jejas pada dinding perut.

• Kerusakan organ-organ.

• Nyeri

• Iritasi cairan usus

b. Trauma tembus abdomen

• Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

• Respon stres simpatis

• Perdarahan dan pembekuan darah

• Kontaminasi bakteri

• Kematian sel

c. 1 & 2 menyebabkan :

• Kerusakan integritas kulit

• Syok dan perdarahan

• Kerusakan pertukaran gas

• Risiko tinggi terhadap infeksi

• Nyeri akut (FKUI, 1995).

Page 4: Luka Tusuk Abdomen Matter

D. Tanda dan Gejala

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :

• Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

• Respon stres simpatis

• Perdarahan dan pembekuan darah

• Kontaminasi bakteri

• Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

• Kehilangan darah.

• Memar/jejas pada dinding perut.

Kerusakan organ-organ

• Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.

• Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

E. Komplikasi

Segera :hemoragi, syok, dan cedera.

Lambat :infeksi (Smeltzer, 2001).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi,

kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya

lesi pada saluran kencing.

Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya

kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang

berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui

dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan

buli-buli terlebih dahulu.

Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam

fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).

G. Penatalaksanaan

Page 5: Luka Tusuk Abdomen Matter

a. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.

b. menilai urin yang keluar (perdarahan).

c. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan

peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam

lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas

dalam rongga perut) (FKUI, 1995).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data

DasarPemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari

bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1. Aktifitas/istirahat

Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)

2. Sirkulasi

Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll),

3. Integritas ego

Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenangatau dramatis)

Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

4. Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan

Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.

Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.

Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,perubahan status mental,Kesulitan

dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan

Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya lama.

Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih

Page 6: Luka Tusuk Abdomen Matter

8. PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas.

9. Keamanan

Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Data Obyektif : Dislokasi gangg kognitif.Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan

aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

C. Implementasi dan Intervensi

1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara

tidak diinginkan.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana

perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat

keparahan luka akan mempermudah intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai

adanya proses peradangan.

d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,

gunakan plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.

Page 7: Luka Tusuk Abdomen Matter

e. jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. R/ agar benda

asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar

tidak terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk mematikan

mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi,

kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :

• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh

meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran

mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. R/ untuk

mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/

penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses

infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan

mikroorganisme patogen.

3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat

adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ;

awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat

di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Page 8: Luka Tusuk Abdomen Matter

Kriteria Hasil :

• Nyeri berkurang atau hilang

• Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi :

a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik membuat klien dan

keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi

menunjukkan skala nyeri

c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri \R/ memberikan penjelasan akan menambah

pengetahuan klien tentang nyeri

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ untuk mengetahui perkembangan klien

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic R/ merupakan tindakan

dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai

energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-

hari yang diinginkan.

Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

• perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

• pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.

• Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :

a. Rencanakan periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan

energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan

menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

Page 9: Luka Tusuk Abdomen Matter

R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik

yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

• penampilan yang seimbang..

• melakukan pergerakkan dan perpindahan.

• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dan Implementasi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi

masalah, memudahkan intervensi.

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan

ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan kemampuan

aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan

/meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

D. EVALUASI

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :

1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Page 10: Luka Tusuk Abdomen Matter

2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.

3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.

4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

III. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji

dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila

sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,

penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka

segera buka dan bersihkan jalan napas.

a. Airway

Muntah darah

b. Breathing

Nafas tersengal-sengal

c. Circulation

Pendarahan,syok,

B. Diagnosa dan Intervensi keperawatan

1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan

Tujuan : terjadi keseimbangan cairan

Kriteria hasil : volume cairan terpenuhi,TTV dalam batas normal

Intervensi

a. Kaji TTV

b. Pantau cairan parenteral dan elektrolit,antibiotic dan vitamin

c. Kaji tetesan infuse

d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

e. Transfusi darah

2. Nyeri b/d Luka penitrasi abdomen

Tujuan : Nyeri teratasi

Kriteria Hasil : Nyeri berkuran / terkontrol,TTV dalam batas normal, ekspresi wajah rileks.

Page 11: Luka Tusuk Abdomen Matter

Intervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri

b. Memberikan posisi yang nyaman

c. Ajarkan teknik relaksasi

d. Kolaborasi pemberian obat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan

tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau.

Tanda dan gejala luka tusuk abdomen terdiri dari dua yaitu adanya Trauma tembus (trauma perut

dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ,

respon stres simpatis, Perdarahan dan pembekuan darah,Kontaminasi bakteri danKematian sel.

Kemudian adanya Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)

berupa Kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, Kerusakan organ-organ, nyeri tekan,

nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut dan Iritasi cairan usus .

Adapun pengkajian yang terpenting untuk asuhan kegawat daruratan adalah Airway : Muntah

darah; Breathing: Nafas tersengal-sengal dan Circulation :Pendarahan,syok.

B. Saran

Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara cepat dan

Page 12: Luka Tusuk Abdomen Matter

tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila

memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-

buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah, EC, Jakarta.

Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6, EGC ;

Jakarta.

Mansjoer,Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media

2.1.1 Definisi Trauma Abdomen

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta

trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Page 13: Luka Tusuk Abdomen Matter

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya

dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula

dilakukan tindakan laparatomi

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara

diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.

2.1.2 Etiologi Trauma Abdomen

1. Penyebab trauma penetrasi (Trauma tajam)

1)      Biasanya berkaitan dengan tikaman atau luka tembak

2)      Mungkin berhubungan dengan luka pada dada, diafragma atau retroperitonial

3)      Hati dan usus kecil biasanya organ yang paling sering rusak

4)      Luka tikaman bisa tidak menembus peritoneum dan sering ditangani dengan konservatif

(Caterino,2003;251)

Mekanisme : Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan

kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi

akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan

adanya  efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang

mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus

(30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih

besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan seberapa besar energi kinetiknya

maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka

tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh

darah abdominal (25%) (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004).

 

2. Penyebab trauma non-peneterasi (Trauma Tumpul)

Page 14: Luka Tusuk Abdomen Matter

1)      Biasanya dikarenakan karena kecelakaan lalulintas

2)      Kasus lain disebabkan karena terjatuh (Caterino,2003;251

Mekanisme : Suatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir ataupun bagian pintu

mobil karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ

viscera. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa

mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu yang hamil), dan

mengakibatkan perdarahan maupun peritonitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ

viscera sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt

jenis lapbelt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar.  Pasien yang

cedera pada saat suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma deselerasi dimana terjadi

pergerakan yang tidak sama antar suatu bagian yag terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti

suatu ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian ligamentnya (organ yang

terfiksir). Pemakaian air-bag tidak mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien –

pasien yang mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering mengalami

trauma adalah lien (40-55%), hepar (35-45%) dan usus halus (5-10%). Sebagai tambahan, 15%

nya mengalami hemetoma retroperitoneal. (American College of Surgeon Committe on

Trauma,2004)

 

2.1.3 Klasifikasi Trauma Abdomen

Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Trauma penetrasi (Trauma tajam) : luka tusuk dan luka tembak menyebabkan kerusakan

jaringan karena laserasi atau terpotong. Luka tembak kecepatan tinggi mengalihkan lebih

banyak energy pada organ-organ abdomen mengingat peluru mungkin berguling atau

pecah sehingga menambah efek cedera yang lebih berat (Modul Pelatihan

Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)

2. Trauma non-penetrasi (Trauma tumpul) : akibat trauma benda tumpul dapat

mengakibatkan rusaknya organ padat atau berongga yang menyebabkan rupture, dengan

Page 15: Luka Tusuk Abdomen Matter

perdarahan sekunder dan peritonitis. Pada penderita yang dilakukan lapaorotomi oleh

karena trauma tumpul organ yang paling sering terkena adalah limpa (40-55%), hati dan

hematoma retroperitoneum (Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)

 

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :

1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi

Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis

atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

1. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen

harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi

dan gangguan faal berbagai organ.

 

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.

1. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

1. Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan

hati harus dieksplorasi

Page 16: Luka Tusuk Abdomen Matter

 

Berdasarkan organ yang mengalami cedera :

1. Liver injuries

Cedera organ hati biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan trauma tumpul atau

trauma tajam dan harus dicurigai jika terjadi fraktur costa bagian kanan bawah. Angka

kematiannya berkisar antara 10-20%. Ini dikarenankan 1/5 curah jantung menuju hati,

kemungkinan besar untuk terjadi kehilangan darah oleh cedera organ hati. Cedera pada hati

mempengaruhi fungsinya termasuk cadangan darah dan filtrasi : sekresi empedu, pemecahan

gula menjadi glikogen, sintesis dan pemecahan lemak dan tempat penyimpanan sementara asam

lemak dan sintesis protein serum (globulin dan albumin) yng membantu meregulasi volume

darah dan faktor-faktor penting dalam pembekuan darah (fibrinogen dan protrombin).

1. Splenic injuries

Limpa adalah organ abdomen yang sering terkena luka akibat trauma tumpul. Cedera limpa

harus dicurigai apabila terjadi fraktur pada costa kiri atau terjadi pneumothorax kiri. Cedera

limpa dapat menghambat fungsinya yaitu sebagai tempat berkumpulnya sel-sel

retikuloendotelial, mempertahankan cadangan darah yang mengandung eritrosit, membantu

darah tetap bebas dari limbah yang tidak diinginkan dan infeksi organisme dan penyimpanan

sementara hemoglobin. Perhatian khusus adalah potensi kehilangan darah ke abdomen setelah

trauma limpa. Kehilangan tersebut mungkin tak terdeteksi sampai mengancam kehidupan

1. Stomach injuries

Cedera perut biasanya terkait dengan luka tembus, seperti luka tembak, namun dapat

berhubungan dengan trauma tumpul karena kecelakaan kendaraan bermotor (sebuah gaya geser

oleh kemudi untuk perut). Sebagian trauma perut adalah luka tembus dengan jumlah sekitar 19%

dari semua cedera intra-abdomen. Cedera pada perut mengganggu gerak peristaltik dan

pencernaan. Jika perut tertembus, korosif asam klorida, enzim, dan dan mucin dapat bocor ke

dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis. Cedera pada perut dapat mengganggu kerja

Page 17: Luka Tusuk Abdomen Matter

enzim yang membantu memecah molekul makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil :

mucin, yang bekerja pada gula dan melindungi lapisan perut : dan asam hidroklorik, yang

membantu melarutkan enzim makanan sebelum mulai bekerja.

1. Pancreatic injuries

Cedera pankreas sering dikaitkan dengan cedera otot perut lainnya. Seperti cedera karena

kecelakaan kendaraan bermotor. Tingkat kematian dilaporkan sebesar 50% untuk cedera tumpul,

25% untuk luka tembak, dan 8% untuk luka tusukan. Satu-satunya faktor paling penting yang

mempengaruhi morbiditas dan kematian adalah keterlambatan dalam diagnosis, itulah sebabnya

mengapa angka kesakitan begitu tinggi untuk trauma tumpul. Cedera pankreas mengubah sekresi

pankreas mengandung enzim-enzim yang jus pemecahan protein, lemak dan karbohidrat. ion

bikarbonat dalam jus pankreas membantu menetralisir chyme yang lulus dari lambung ke

duodenum. mengubah sekresi glukagon dan insulin sebagai akibat dari cedera pankreas adalah

salah satu masalah terbesar dan kekhawatiran.

1. Mesentric/bowel/colon injuries

Cedera ini sering dikaitkan dengan cedera otot perut lainnya. Trauma tumpul biasanya

disebabkan oleh perlambatan atau kendaraan bermotor jatuh mengakibatkan kekuatan geser

kontak tubuh dengan kemudi. Luka tembus paling sering disebabkan oleh luka tembakan. Cedera

pada mesenterium dan usus menghambat gerak peristaltik, pemecahan dan penyerapan nutrisi,

penyerapan dan limbah cairan ekskresi.

 

2.1.4     Patofisiologi Trauma Abdomen

Etiologi trauma abdomen dapat dibagi menjadi dua, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam.

Trauma tumpul (pukulan atau benturan benda tumpul) akan menyebabkan kompresi terhadap

abdomen yang dapat merusak jaringan, sistem saraf dan pecahnya pembuluh darah. Sedangkan

trauma tajam secara langsung dapat menyebabkan inkontinuitas jaringan, saraf dan vaskular.

Pecahnya dan robeknya pembuluh darah akan menyebabkan bocornya pembuluh darah yang

Page 18: Luka Tusuk Abdomen Matter

membutuhkan penanganan segera untuk menghentikan pendarahan. Bocornya pembuluh darah

secara langsung mengakibatkan penurunan volume darah sirkulaslasi efektif (syok hipovelemi

dan kekurangan volume cairan). Kerusakan jaringan dan sel saraf menyebabkan pelepasan

mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, dan kalium yang bergabung dengan lokasi reseptor di

nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap stimulus yang berbahaya) untuk memulai transmisi

neural. Impuls saraf yang dihasilkan menyebar di sepanjang serabut perifer (serabut C dan A)

dan ditransmisikan ke kornus dorsalis medula spinalis dan selanjutnya ke korteks serebri untuk

selanjutnya di interpretasikan sebagai sensasi nyeri.

 

2.1.5        Manifestasi Klinis Trauma Abdomen

Tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :

1. Nyeri

Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang

luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.

1. Darah dan cairan

Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.

1. Cairan atau udara dibawah diafragma

Tanda Kehrs : Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat

pasien dalam posisi rekumben.

1. Perdarahan

2. Sesak

3. Mual dan muntah

Page 19: Luka Tusuk Abdomen Matter

4. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) : Yang disebabkan oleh kehilangan darah

dan tanda-tanda awal shock hemoragi

5. Tekanan darah menurun / hipotensi

6. Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri

karotis),

7. Nadi cepat

8. Diaforesis

9. Spasme otot abdomen

10. Tanda dullness pada perkusi, terutama saat pasien mengubah posisi

11. Laserasi, memar

12. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal

13. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan

retroperitoneal .

14. Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis

15. Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika

dilakukan perkusi pada hematoma limfe

16. Hematemesis

17. Bising usus (-)

18. Hematuria

 

Menurut Bambang Suryono (2008), gejala dan tanda Trauma abdomen yang ditimbulkan

disebabkan karena dua hal yaitu :

Page 20: Luka Tusuk Abdomen Matter

1. Pecahnya organ solid

Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat bervariasi dari ringan

sampai berat dan bahkan kematian.

Gejala dan tandanya adalah :

1. Gejala perdarahan secara umum dimana penderita tampak anemis (pucat) dan bila

perdarahan berat akan menimbulkan gejala dan tanda dari syok perdarahan

2. Gejala adanya darah intra peritoneal, penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat

bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat. Pada auskultasi biasanya bising usus menurun.

Tanda ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya karena bising usus akan menurun

pada banyak kejadian lain. Pada pemeriksaan akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan,

kadang-kadang ada nyeri lepas dan defance muscular (kekakuan otot) seperti pada

peritonitis.

3. Pecahnya organ berlumen

Pecahnya gaster, usus halus atau colon akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat

sekali (gaster) atau lambat. Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen.

Pada auskultasi bising akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan defance muscular, nyeri

tekan, nyeri tekan lepas. Pada perkusi akan ditemukan nyeri pula (nyeri ketok). Biasanya

peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan penanganan sangat segera (berbeda

dengan perdarahan intra peritoneal) sehingga jarang menjadi masalah pada fase pra hospital

Apabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ intra abdomen

yang menonjol keluar (paling sering omentum, bisa juga usus halus atau colon), keadaan ini

dikenal sebagai eviserasi.

Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga peritoneum (organ ekstra

peritoneal). Jarang perdarahan dari ginjal akan menyebabkan shock walaupun bisa. Gejala lain

pada trauma ginjal adalah bahwa kebanyakab penderita ini akan buang air kecil kemerahan atau

berdarah (hematuria)

Page 21: Luka Tusuk Abdomen Matter

 

2.1.6        Komplikasi Trauma Abdomen

1. Trombosis Vena

2. Emboli Pulmonar

3. Stress Ulserasi dan perdarahan

4. Pneumonia

5. Tekanan ulserasi

6. Atelektasis

7. Sepsis

8. Pankreas: Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-duodenal, dan perdarahan.

9. Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, diaphoresis, dan syok.

10. Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.

11. Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA) (Catherino, 2003)

 

2.1.7        Penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma Abdomen

Menurut Catherino (2003), Penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma Abdomen ialah :

Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma

intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air,

evisceration) harus segera dilakukan pembedahan

Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan

status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT

 Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

Page 22: Luka Tusuk Abdomen Matter

 Pemberian O2 sesuai indikasi

 Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan

Trauma penetrasi :

ü Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi tersebut di atas

ü Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan

keterlibatan intraperitoneal

ü Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk

menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan

ü Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan

ü Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan

 

Sedangkan menurut ENA (2000) penatalaksanaan kegawatdaruratan trauma abdomen yaitu :

§ Monitor  TTV

§ Monitor CVP

§ Monitor AGD

§ Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

o § Berikan resusitasi cairan IV dengan cairan kristaloid, darah atau komponen

darah

§ Pasang kateter urine

§ Monitor pemasukan dan haluaran

§ Pasang NGT sesuai indikasi

Page 23: Luka Tusuk Abdomen Matter

§ Berikan analgesik jika diijinkan

§ Minimalkan rangsangan dari luar

§ Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi

§ Monitor GCS

§ Monitor perfusi jaringan perifer

o § Antiembolic stoking untuk mencegah pembentukan trombus sekunder untuk

meningkatkan trombosit

§ Monitor tingkat kesadaran

§ Monitor CRT

§ Jelaskan prosedur dengan sederhana

§ Jawab pertanyaan pasien

§ Monitor serum amilase dan lipase

§ Monitor serum dan kadar gula dalam urine

§ Monitor suhu tubuh

§ Monitor serum amilase dan lipase

o § Monitor serum dan kadar gula dalam urine

o § Monitor tanda-tanda peritonitis : spasme otot/kekakuan abdomen, penurunan

sampai tidak ada bising usus.

 

Menurut Bambang Suryono (2008),pengelolaan trauma abdomen ialah :

Perawatan pasien dengan perdarahan abdomen difokuskan seputar pencegahan dan penanganan

syok. Pengobatan definitif untuk perdarahan internal hanya dapat dilakukan di ruang operasi

Page 24: Luka Tusuk Abdomen Matter

rumah sakit. Tanda-tanda syok harus dinilai sejak dini, periksa periksa dengan cermat nadi

penderita, kesadaran dan warna kulit. Penurunan tekanan darah merupakan tanda yang terlambat.

Tanda-tanda itu akan muncul setelah perdarahan internal menyebabkan kehilangan darah yang

signifikan. Pasien yang diduga mengalami perdarahan internal harus dianggap serius dan harus

dirujuk ke rumah sakit secepatnya.

Seperti semua pasien, prioritas pertama adalah ABC. Pastikan pembukaan jalan nafas,

pernafasan yang adekuat dan sirkulasi.

Pasien dengan perdarahan internal kemungkinan akan memburuk dengan cepat. ABC dan tanda

vital harus sering dimonitor. Persiapkan untuk mempertahankan jalan nafas pasien, untuk

memberikan ventilasi atau melakukan RJP jika diperlukan.

 

2.2 Perdarahan Saluran Cerna

Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang

saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja

atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui

pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi

arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan

penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000)

Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas/ Upper gastrointestinal bleeding (UGIB)

2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah /Lower gastrointestinal bleeding (LGIB)

(Mansjoer, 2000)

 

Page 25: Luka Tusuk Abdomen Matter

2.2.1 Definisi Perdarahan Saluran Cerna Atas

Perdarahan saluran cerna atau Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) didefinisikan sebagai

perdarahan yang berasal dari organ traktus gastrointestinalis yang terletak di atas  dari

Ligamentum Treitz. Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami

perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber perdarahannya

berasal dari esofagus,gaster dan duodenum.

2.2.1.1 Etiologi Perdarahan Saluran Cerna Atas

Perdarahan orofaringeal dan epistakis ® darah tertelan

Esofagitis erosive

Pejamu yang tanggap imunnya baik : GERD / esofagus Barrett, XRT

Pejamu yang tanggap imunnya lemah : CMV, HSV, kandida

Varices (10 %)

Ruptur Mallory-Weiss (7%, robekan di gastroesofagus karena mau muntah /

muntah-muntah dengan glotis yang tertutup).

Gastritis / gastropati (23%, NSAID, H. Pylori, alkohol, penyakit mukosa yang

berhubungan dengan stres).

Penyakit ulkus peptikum (PUD) (46%)

Malformasi vascular : Lesi Dieulafony (arteri ektatik superfisialis biasanya pada kardia

dengan UGIB yang mendadak dan massif), AVM (tersendiri atau bersama sindrom Osler-

Weber-Rendu), fistula aorta-enterik (tandur aorta mengikis sepertiga porsio duodenum,

muncul dengan “perdarahan luas”) serta vaskulitis.

Penyakit neoplastik (esofagus atau gaster)

Penyebab lainnya : ulserasi hiatus hernia, koagulapati, amiloidosis, penyakit jaringan

penyambung.

Page 26: Luka Tusuk Abdomen Matter

 

2.2.1.2 Manifestasi Klinis Perdarahan Saluran Cerna Atas

Hematemesis : Muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi

Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal

Hematemesis dan melena

Hematoskezia :Buang air besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada pasien-pasien

dengan perdarahan masif dimana transit time dalam usus yang pendek

Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah sinkope, instabilitas hemodinamik karena

hipovolemik dan gambaran klinis dari komorbid seperti penyakit hati kronis, penyakit paru,

penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.

 

2.2.1.3 Komplikasi Perdarahan Saluran Cerna Atas

1. Stenosis pilorus-duodenum

2. Perforasi

3. Tukak duodenum refrakter

4. Syok hipovolemik

2.2.1.4 Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna Atas

Pengelolaan pasien dengan perdarahan akut SCBA meliputi tindakan umum dan

tindakan khusus .

v  Tindakan umum: Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC.

Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan dianggap memadai,pasien dapat segera dirawat

untuk terapi lanjutan atau persiapan endoskopi.

Page 27: Luka Tusuk Abdomen Matter

Untuk pasien-pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih agresif seperti:

ü  Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan jarum(kateter) yang besar minimal no 18. Hal ini

penting untuk keperluan transfusi. Dianjurkan pemasangan CVP

ü  Oksigen sungkup/ kanula.Bila ada gangguan A-B perlu dipasang ETT

ü  Mencatat intake output,harus dipasang kateter urine

ü  Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan

komorbid yang ada.

ü  Melakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi

Dalam melaksanakan tindakan umum ini,terhadap pasien dapat diberikan terapi

ü  Transfusi untuk mempertahankan hematokrit > 25%

ü  Pemberian vitamin K

ü  Obat penekan sintesa asam lambung (PPI)

ü  Terapi lainnya sesuai dengan komorbid

Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura varises gastroesofageal dapat diberikan

oktreotid bolus 50 g dilanjutkan dengan g tiap 4 jam.drip 50

Sebagian besar pasien dengan perdarahan SCBA dapat berhenti sendiri, tetapi pada 20% dapat

berlanjut. Walaupun sudah dilakukan terapi endoskopi pasien dapat mengalami perdarahan

ulang. Oleh karena itu perlu dilakuka assessmen yang lebih akurat untuk memprediksi

perdarahan ulang dan mortalitas.

v  Terapi khusus

Varises gastroesofageal

Page 28: Luka Tusuk Abdomen Matter

Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif.

Otreotid

Somatostatin

Glipressin (Terlipressin)

o Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota

o Terapi endoskopi

o Skleroterapi

o Ligasi

Terapi secara radiologik dengan pemasangan TIPS( Transjugular

Intrahepatic Portosystemic Shunting) dan Perkutaneus obliterasi spleno –

porta.

Terapi pembedahan

Shunting

Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi

Devaskularisasi + splenektomi

 

2.2.2 Definisi Perdarahan Saluran Cerna Bawah

Perdarahan saluran cerna bawah atau Lower gastrointestinal bleeding (LGIB) didefinisikan

sebagai perdarahan yang berasal dari organ traktus gastrointestinalis yang terletak distal dari

Ligamentum Treitz yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia

simptomatis.

Page 29: Luka Tusuk Abdomen Matter

Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal

dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian

bawah datang dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar.

 

2.2.2.1 Etiologi Perdarahan Saluran Cerna Bawah

Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis iskemik merupakan penyebab tersering

dari saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik dan

berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan

saluran cerna bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran cerna bagian bawah bersifat lambat,

intermiten, dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.

v  Divertikulosis : Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien-

divertikulosis. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang-kadang bisa juga menjadi merah.

Meskipun divertikel kebanyakan ditemukan di kolon sigmoid namun perdarahan divertikel

biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya terhenti secara spontan dan tidak berulang, oleh

karena itu tidak ada pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh para pasien.

v  Angiodisplasia : Angiodisplasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan saluran cerna

bagian bawah. Angiodisplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan darah yang kronik.

Angiodisplasia kolon biasanya multipel, ukuran kecil kurang dari diameter <5mm dan biasa

terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah kanan. Sebagaimana halnya dengan vaskular

ektasia di saluran cerna, jejas di kolon umumnya berhubungan dengan usia lanjut, insufisiensi

ginjal, dan riwayat radiasi.

v  Kolitis Iskemia : Kebanyakan kasus kolitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran darah

viseral dan tidak ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenteik. Umunya pasien

kolitis iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan akibat

lain, dan dehidrasi.

Page 30: Luka Tusuk Abdomen Matter

v  Penyakit Perianal : Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya

menimbulkan perdarahan dengan warana merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces.

Berbeda dengan perdarahan dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-

kadang bisa mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan

yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid oleh karena itu pada perdarahan yang diduga

dari hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan

karsinoma kolon.

v  Neoplasia Kolon : Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien

usia lanjut dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah

samar. Kelainan neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD

seperti Crohn’s Disease atau celiac sprue.

v  Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah: Kolitis yang merupakan bagian

dari IBD, infeksi (Campilobacter jejuni spp, Salmonella spp, Shigella spp, E. Coli) dan terapi

radiasi, baik akut maupun kronik. Kolitis dapat menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit

sampai sedang. Divertikular Meckel merupakan kelainan kongenital di ileum dapat berdarah

dalam jumlah yang banyak akibat dari mukosa yang menghasilkan asam. Pasien biasanya anak-

anak dengan perdarahan segar maupun hitam yang tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran

berwarna marun disertai rasa nyeri di tempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa.

Hipertensi portal dapat menimbulkan varises di ileukolon dan di anorektal yang dapat

menimbulkan perdarahan dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian

bawah yang lebih jarang seperti fistula autoenterik, ulkus rektal soliter, dan ulkus di caecum.

 

2.2.2.2Klasifikasi Perdarahan Saluran Cerna Bawah

Perdarahan saluran cerna bagian bawah dibagi menjadi 3 jenis, berdasarkan jumlah perdarahan,

yaitu massive bleeding, moderate bleeding, occult bleeding. Massive bleeding merupakan suatu

keadaan yang mengancam jiwa yang memerlukan sedikitnya 5 unit labu tranfusi darah.

Pemeriksaan yang didapatkan pada pasien dengan keadaan seperti ini adalah tekanan darah sistol

kurang dari 90 mmHg dan kadar hemoglobin darah kurang atau sama dengan 6 gr/dl. Kasus ini

Page 31: Luka Tusuk Abdomen Matter

lebih sering terjadi pada pasien dengan usia lebih atau sama dengan 65 tahun, ada penyakit

penyerta, dengan risiko kematian karena perdarahan akut atau komplikasi perdarahan. Tingkat

kematian LGIB jenis massive bleeding sebesar 0-21%. Occultbleeding menunjukkan adanya

anemia hipokrom mikrositer dan reaksi guaiac intermiten. Definisi massive bleeding adalah

adanya darah dalam jumlah yang sangat banyak dan berwarna merah marun yang melewati

rectum, adanya ketidakseimbangan hemodinamik dan syok, penurunan initial hematokrit kurang

atau sama dengan 6 gr/ dl, tranfusi minimal 2 unit labu transfuse PRC, perdarahan yang

berlangsung terus menerus selama 3 hari.

 

2.2.2.3  Manifestasi klinis Perdarahan Saluran Cerna Bawah

v  Hematokezia : Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan merupakan

mznifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Hematokezia lazimnya

menunjukkan perdarahan kolon sebelah kiri, namun demikian perdarahan seperti ini juga dapat

berasal dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah yang cepat.

v  Melena : Melena diartikan sebagai tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas. Melena

timbul bilamana hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokhrom lainnya oleh bakteri

setelah 14 jam. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau

usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan

dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol,

lycorice, obat-obatan yang mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces

menjadi hitam. Oleh karena itu dibutuhkan test guaiac untuk menentukan adanya hemoglobin.

v  Darah Samar : Darah samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai

merubah warna tinja/feses. Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes guaiac.

 

2.2.2.4  Komplikasi Pendarahan Saluran Cerna Bawah

Page 32: Luka Tusuk Abdomen Matter

Sebagaimana halnya perdarahan saluran cerna bagian atas, perdarahan saluran cerna bagian

bawah yang masif dapat menimbulkan sequele yang nyata. Perdarahan saluran cerna bagian

bawah yang berulang atau kronik berhubungan dengan morbiditas dan dapat menyebabkan

kebutuhan transfusi yang lebih sering dan juga dapat menguras sumber pembiayaan kesehatan.

Perdarahan yang persisten biasanya bearasal dari usus halus dan tidak dapat dijangkau dengan

tindakan terapi endoskopi, hanya dapat dilakukan diagnosis saja.

 

2.2.2.5  Penatalaksaan Pendarahan Saluran Cerna Bawah

Resusitasi : Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut mengikuti

protokol yang juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Dengan

langkah awal menstabilkan hemodinamik. Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian

atas yang hebat juga menimbulkan darah segar di anus maka pemasangan NGT

(nasogatric tube) dilakukan pada kasus-kasus yang perdarahannya kemungkinan dari

saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan laboratorium memberikan informasi serupa

dengan perdarahan saluran cerna bagian atas meskipun azotemia jarang ditemukan pada

perdarahan saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan segera diperlukan pada kasus-kasus

yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit pack red cell.

Medikamentosa : Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara

medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-

forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan. Salep yang mengandung steroid

dan obat supositoria sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan.

Kombinasi estrogen dan progesteron dapat mengurangi perdarahan yang timbul pada

pasien yang menderita angiodisplasia. IBD biasanya memberi respon terhadap obat-

obatan anti inflamasi. Pemberian formalin intrarektal dapat memperbaiki perdarahan

yang timbul pada proktitis radiasi. Respon serupa juga terjadi pada pemberian oksigen

hiperbarik.

Terapi Endoskopi : Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, heater probe

application, argon plasma caogulation, and Nd: YAG laser bermanfaat untuk mengobati

angiodisplasia dan perubahan vaskular pada kolitis radiasi. Kolonoskopi juga dapat

Page 33: Luka Tusuk Abdomen Matter

digunakan untuk melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau mengendalikan

perdarahan yang timbul pada kanker kolon. Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan

hemoroid internal dengan ligasi maupun teknik termal.

Angiografi Terapeutik : Bilamana kolonoskopi gagal atau tida dikerjakan maka

angiografi dapat digunakan untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri

secara selektif dengan polyvinyl alcohol atau mikrokoil telah menggantikan vasopresin

intraartery untuk mengatasi perdarahan saluran cerna bagian bawah. Embolisasi

angiografi merupakan pilihan terakhir karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar

13-18%.

Terapi Bedah : Pada beberapa diagnostik (seperti divertikel Meckel atau keganasan)

bedah merupakan pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil. Bedah emergensi

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan dapat memperburuk keadaan

klinis. Pada kasus-kasus dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber

perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau hemikolektomi subtotal dapat

dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.