ltm peran muskuloskletal dalam pengaturan nutrisi tubuh

5
PERAN SISTEM MUSKULOSKLETAL TERHADAP PENGATURAN NUTRISI TUBUH Pengaturan nutrisi tubuh tidak terlepas dengan kerja berbagai sistem tubuh. Dalam hal ini berbagai sistem mekanisme tubuh amat berperan dalam pengaturan nutrisi tubuh. Pada proses pencernaan dan absorbsi itu sendiri berlangsung dengan sangat terkoordinasi dalam sistem pencernaan dimana struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit-unit sangat halus dan pengantaran produknya ke dalam tubuh. Pada akhirnya zat-zat yang telah dimodifikasi ini dapat diserap ke dalam lingkungan internal tubuh. Pengaturan nutrisi tubuh memiliki keterkaitan yang kuat dengan system musculoskeletal. Dalam proses pencernaan, diperlukan bantuan dari otot agar organ pencernaan dapat melakukan fungsinya dengan baik. Salah satu bagian dari system pencernaan adalah lambung. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastrik. Bagian ini diikelilingi oleh cincin otot halus yang disebut sfingter esophagus bawah (sfingter cardia), yang pada saat berkontraksi , menutup lambung dari esofagus. Lambung dibagi menjadi empat bagian anatomy, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Otot halus sirkuler di dinding pylorus membentuk sfingter pylorus dan mengontrol lubang antara lambung dan usus halus. (Brunner & Suddarth, 2001 : hal. 984) LTM NAMA : HARFAH MASADY NPM : 1106129783 KLS : B EKSTENSI 2011

Upload: alfitoharfahgiffary

Post on 28-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peran

TRANSCRIPT

Page 1: LTM Peran Muskuloskletal Dalam Pengaturan Nutrisi Tubuh

PERAN SISTEM MUSKULOSKLETAL TERHADAP PENGATURAN NUTRISI TUBUH

Pengaturan nutrisi tubuh tidak terlepas dengan kerja berbagai sistem tubuh. Dalam hal ini

berbagai sistem mekanisme tubuh amat berperan dalam pengaturan nutrisi tubuh. Pada proses

pencernaan dan absorbsi itu sendiri berlangsung dengan sangat terkoordinasi dalam sistem pencernaan

dimana struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit-unit

sangat halus dan pengantaran produknya ke dalam tubuh. Pada akhirnya zat-zat yang telah dimodifikasi

ini dapat diserap ke dalam lingkungan internal tubuh.

Pengaturan nutrisi tubuh memiliki keterkaitan yang kuat dengan system musculoskeletal. Dalam

proses pencernaan, diperlukan bantuan dari otot agar organ pencernaan dapat melakukan fungsinya

dengan baik. Salah satu bagian dari system pencernaan adalah lambung. Lambung adalah suatu kantung

yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan

esofagogastrik. Bagian ini diikelilingi oleh cincin otot halus yang disebut sfingter esophagus bawah

(sfingter cardia), yang pada saat berkontraksi , menutup lambung dari esofagus. Lambung dibagi

menjadi empat bagian anatomy, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Otot halus sirkuler di dinding

pylorus membentuk sfingter pylorus dan mengontrol lubang antara lambung dan usus halus. (Brunner &

Suddarth, 2001 : hal. 984)

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan

elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimana dalam proses

memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar, yaitu motilitas, sekresi,

digesti, dan absorpsi.

Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan, Otot

polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang

disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran

LTM

NAMA : HARFAH MASADY

NPM : 1106129783

KLS : B EKSTENSI 2011

Page 2: LTM Peran Muskuloskletal Dalam Pengaturan Nutrisi Tubuh

pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah

mengalami distensi (peregangan).

Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:

1. Gerakan propulsif, yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan sehingga

berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda

tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan

propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi sebaliknya di usus

halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat

lambat.

2. Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan dengan getah

pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.

Yang berperan dalam kedua gerakan ini salah satunya yaitu muskularis eksterna, suatu lapisan

otot polos utama di saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran

pencernaan lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan lapisan longitudinal luar.

Serat-serat lapisan otot polos bagian dalam berjalan sirkuler mengelilingi saluran, kontraksi serat-serat

sirkuler ini menyebabkan kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat di lapisan luar yang berjalan secara

longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas kontraktil lapisan otot polos ini menghasilkan

gerakan propulsif dan mencampur.

Pada proses mengunyah juga terlibat Musculi Masticatoria, yaitu : M. Masseter, M. Temporalis,

M. Pterygoideus Lateralis, M. Pterygoideus Medialis. Pada proses mengunyah, bibir terdiri atas dua

lipatan daging yang membentuk lubang mulut. Di sebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam

ditutupi oleh selaput lendir. Otot orbikularis oris menutup bibir: levator anguli oris mengangkat, dan

depressor anguli oris menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah bertemu membentuk sudut

mulut. Sedangkan palatum terdiri atas dua bagian yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-tajuk

palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang palatum. Di

tengah palatum lunak menggantung fauces, melengkung ke bawah dan ke samping kiri dan kanan dan

diantara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangkap otot dan selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri

memuat tonsil.

Page 3: LTM Peran Muskuloskletal Dalam Pengaturan Nutrisi Tubuh

Pada pipi membentuk sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada

lipatan nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa yang

mengandung papilla-papila. Otot yang terdapat paada pipi adalah otot buksinator.

Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition. Menelan

merupakan suatu aksi fisiologi kompleks dimana makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung.

Pada saat menelan, sfingter esophagus atas membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus

makanan yang ditelan. Menelan menimbulkan gelombang kontraksi yang bergerak ke bawah sampai ke

lambung. Hal ini terjadi akibat adanya kerja sama antara kedua lapisan otot esophagus yang berjalan

sirkuler dan longitudinal .

Fase Faringeal dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan reflex menelan segera timbul. Pada fase faringeal, m. tensor veli palatini dan m.

levator berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat , kemudian uvula tertarik ke atas dan ke

posterior sehingga menutup daerah nasofaring. m. genioglosus, m. ariepilotika, m. krikoaritenoid

lateralis berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup. Laring dan tulang

terangkat keatas kea rah dasar lidah karena kontraksi m. stilohioid, m. geniohioid, m. tirohioid. Kontraksi

m. konstrikstor faring superior , m. konstriktor faring inermedius dan m. konstriktor faring inferior

menyebabkan faring tertekan ke bawah yang diikuti oleh relaksasi m. krikofaring. Pergerakan laring ke

atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esophagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior

menyebabkan bolus makanan turun dan masuk ke servikal esophagus.

Sewaktu makanan masuk ke lambung terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan

oleh reflek gastrokolon yang diperantarai oleh gastrin ke kolon. Refleks ini sering ditemukan setelah

sarapan timbul keinginan kuat untuk buang air besar. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus

yang tersisa ke dalam usus besar dan reflek gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum yang

memacu proses defekasi.

Feses di rektum menyebabkan peregangan yang kemudian dideteksi oleh receptor di rektum

terbentuklah suatu impuls yang menuju mysenteric plexus peristaltic. Hal ini menimbulkan gelombang

pada kolon desenden dan sigmoid. Apabila sfingter anus eksternus (otot rangka) juga melemas, terjadi

defekasi. Refleks lainnya, impuls yang berasal dari rektum menuju medula spinalis lalu menuju kolon

descenden → sigmoid → rectum → anus.

Page 4: LTM Peran Muskuloskletal Dalam Pengaturan Nutrisi Tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC and Hall JE. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Alih Bahasa : Irawati setiawan, LMA Ken

Ariata Tengadi, Alex Santoso. Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC